Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 4961 - 4980 dari 7440 ayat untuk untuk [Pencarian Tepat] (0.017 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15285468965517) (Yer 11:1) (sh: Komitmen karena penebusan (Jumat, 15 September 2000))
Komitmen karena penebusan

Komitmen karena penebusan. Firman Tuhan ini disampaikan oleh Yeremia tepat setelah hukum Taurat ditemukan di bait Allah (2Raj. 22). Walaupun raja Yosia sedang berusaha keras mengadakan pembaharuan bagi bangsanya, Allah tetap mengutus nabi Yeremia untuk mengingatkan bangsa Yehuda tentang peristiwa sejarah di gunung Sinai ketika nenek moyang mereka membuat perjanjian dengan Allah, setelah dibebaskan dari perbudakan tanah Mesir (3-5). Di dalam perjanjian itu terdapat jalan kehidupan bagi umat pilihan. Jika mereka mentaati dan menyembah Allah dengan segenap hati, maka Allah akan memberkati mereka secara materi dan rohani dengan berkelimpahan.

Setelah mengingatkan, Yeremia juga diutus Allah untuk menegur bangsa Yehuda secara keras sebab mereka telah mengingkari perjanjian yang dibuat-Nya dengan nenek moyang mereka. Mereka tidak taat kepada Allah dan telah memenuhi Yerusalem dengan berhala-berhala (6-10,13). Maka mereka akan ditimpa malapetaka yang didatangkan Allah atas mereka dan mereka tidak dapat menghindar atau membela diri lagi sebab Allah bertindak berdasarkan perjanjian (11-12, 17). Oleh sebab itu Yeremia dilarang untuk berdoa bagi bangsanya sebab semuanya sudah terlambat (14). Ketidaktaatan adalah jalan menuju kehancuran bagi umat pilihan Allah. Nazar-nazar dan daging- daging suci tidak akan pernah dapat menyelamatkan mereka (15). Sebab itu semua hanyalah lambang ritual keagamaan saja. Allah menuntut komitmen moral dan rohani secara total dalam perjanjian itu.

Betapa bersyukurnya kita yang hidup di dalam anugerah Allah. Sebab jalan kehidupan kita adalah Yesus Kristus sendiri. Jalan menuju kematian telah tertutup bagi mereka yang berada di dalam-Nya. Namun Kristen tidak boleh menjalani kehidupan sesuai kehendaknya sendiri. Sebab jika bangsa Yehuda yang hanya ditebus dari perbudakan Mesir, dituntut untuk mempunyai kehidupan spiritual dan moral yang sesuai dengan kehendak-Nya, tentunya Kristen yang sudah ditebus dari dosa maut dengan darah Anak Tunggal-Nya harus hidup berpadanan dengan pengorbanan-Nya tanpa perlu dituntut.

Renungkan: Seperti bangsa Yehuda yang harus diingatkan dan ditegur, hendaklah kita saling mengingatkan dan menegur agar hidup kita semakin serupa dengan Dia.

(0.15285468965517) (Yer 23:9) (sh: Kristen dan pemimpin rohani (Sabtu, 7 Oktober 2000))
Kristen dan pemimpin rohani

Kristen dan pemimpin rohani. Kualitas spiritual, moral, dan kemampuan seorang pemimpin menentukan kesejahteraan rakyatnya baik dalam negara, dalam usaha bisnis maupun dalam persekutuan gereja. Pemimpin harus menjadi teladan. Jikalau pemimpin jahat, celakalah mereka yang dipimpin. Itulah yang terjadi di dalam negara Yehuda pada zaman Yeremia. Masyarakat Yehuda dipenuhi oleh para nabi: pemimpin rohani profesional yang menyatakan dirinya sebagai 'juru bicara' Allah. Tidak seperti Yosia yang berkomitmen untuk melakukan keadilan dan kebenaran, para pemimpin rohani itu adalah nabi-nabi palsu sebab mereka hanya mengejar kejahatan, dan kekuatan mereka adalah ketidakadilan (10); mereka semua berlaku fasik (11).

Untuk memperingatkan bangsa Yehuda, Yeremia memaparkan ciri-ciri nabi palsu. Pertama: mereka melakukan perzinahan dan penuh kebohongan (14). Kehidupan pribadi mereka tidak mencerminkan kemurnian moralitas yang tinggi seperti yang dituntut dari seorang pemberita firman Tuhan. Kedua: mereka tidak hanya melakukan segala kemaksiatan, tapi juga mendukung orang-orang lain yang melakukan hal itu (14). Mereka tidak pernah menekankan kekudusan dan kemurnian hidup di dalam pelayanan mereka. Mereka tidak pernah mendesak umatnya untuk memberikan komitmen penuh kepada Allah. Ketiga: mereka memberitakan pengharapan palsu (16). Khotbah mereka berisi berita-berita pop yang menyenangkan telinga dan hati kebanyakan orang. Janji kedamaian, kesehatan, dan kelimpahan hidup yang mereka wartakan bukan berasal dari Allah namun dari hasil rekayasa pikiran dan hati mereka yang jahat. Mereka tidak akan dapat menyuarakan suara Tuhan sebab hati dan kehidupan mereka jauh dari Tuhan sehingga mereka tidak tahu rencana dan kehendak-Nya (18, 22). Mereka yang mendengarkan nabi-nabi itu pun akan semakin jauh tersesat dari jalan Tuhan. Karena itu Allah sangat murka terhadap pemimpin yang menyesatkan 'rakyat'nya. (ay. 15 bdk. Mrk.9:42)

Renungkan: Bagaimana dengan para pemimpin rohani kita? Kita memang tidak boleh menghakimi para pengkhotbah masa kini dan memberi mereka cap 'nabi palsu'. Namun kita harus selalu menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi siapa yang kita dengarkan dan siapa yang akan kita dukung pelayanannya khususnya dalam hal doa dan dana.

(0.15285468965517) (Yer 34:8) (sh: Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan (Kamis, 3 Mei 2001))
Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan

Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan. Orang-orang Yehuda dari golongan menengah ke atas mengingkari perjanjian dengan Allah (15, 18). Mereka berhasil memperbudak kembali budak-budak yang sudah dibebaskan. Mereka lebih berjaya dan mampu dibandingkan dengan Firaun yang gagal membawa kembali Israel ke tanah Mesir. Namun seperti Firaun, mereka pun akan menerima hukuman dari Allah karena mengingkari janjinya (17-22).

Para orang kaya Yehuda dan Firaun mempunyai jenis ketaatan yang sama yaitu ketaatan karena ketakutan terhadap ancaman yang tidak mampu mereka atasi. Tentara Babel hanya menyisakan Lakhis dan Seka sebagai kota benteng Yehuda. Kemampuan dan kekuatan mereka sendiri tidak dapat menghalau Babel. Karena itu mereka akan mencoba usaha-usaha lain walaupun harus menderita kerugian materi. Pertama, mereka mengambil hati para budak dengan cara membebaskan mereka agar mereka mau turut serta mempertahankan Yerusalem dengan sekuat tenaga. Kedua, mereka mengantisipasi masa depan mereka yang akan sama-sama menjadi budak Nebukadnezar. Para budak dapat membalas dendam kepada mereka. Ketiga, mereka mencoba merayu Allah dengan melakukan firman-Nya (Kel. 21:1-4; Ul. 25:12) agar Allah sudi menolong mereka. Karena itu dapat dikatakan bahwa tindakan mereka bukanlah bentuk ketaatan kepada Allah tetapi merupakan bentuk usaha untuk mempertahankan keamanan, kenyamanan, dan kesenangan diri. Ini merupakan ketaatan kepada diri sendiri. Setelah Babel mundur dari Yerusalem karena tentara Mesir datang menolongnya, maka mereka segera menjalankan perbudakan lagi (21 bdk. 37:6-9). Mereka memang mempunyai kemampuan untuk itu yaitu kemampuan ekonomi (11). Dalam situasi perang, para budak yang dibebaskan tidak mampu mencari nafkah dengan mengolah tanah mereka atau berternak, kecuali rela dipaksa menjadi budak kembali untuk mempertahankan hidup.

Renungkan: Apa yang dapat dilihat di sini? Ketidaktaatan tidak selalu dipicu oleh godaan dari luar diri kita tapi dapat juga dipicu oleh kelebihan yang kita miliki, seperti kekayaan materi, kekuasaan yang didapat karena kedudukan, kemampuan kita untuk mengantisipasi situasi yang akan datang, dan kejelian melihat peluang. Karena itu berhati-hatilah dengan segala kemampuan dan kelebihan yang Anda miliki.

(0.15285468965517) (Yer 36:1) (sh: Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim (Sabtu, 5 Mei 2001))
Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim

Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim. Sebelum puasa bersama seluruh bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem berlangsung (9), Allah memerintahkan Yeremia untuk menuliskan firman-Nya yang sudah Ia sampaikan sejak zaman Yosia hingga tahun ke-5 pemerintahan Yoyakim dan membacakannya kepada mereka yang sedang berpuasa. Firman itu penting bagi keselamatan umat Allah, sebab ketika firman Tuhan diperdengarkan selalu ada kemungkinan pertobatan dan pengampunan Allah dicurahkan (3). Ini menegaskan bahwa firman Allah mempunyai kekuatan dan relevansi yang tidak dapat dibatasi oleh waktu. Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh umat-Nya selain doa dan puasa.

Namun sayangnya seringkali ada kekuatan tertentu yang berusaha menghalangi dibacakannya firman Tuhan kepada umat-Nya. Yoyakim adalah salah satunya. Ia membakar gulungan kitab yang menuliskan firman-Nya agar rakyatnya tidak mempunyai kesempatan mendengarnya. Ia berusaha menghalangi bahkan menutup setiap kesempatan bagi umat Allah untuk mendengarkan firman-Nya di masa itu dan di masa mendatang dengan jalan menangkap Yeremia dan Barukh.

Dua kekuatan bertemu: kekuatan firman Tuhan dan kekuatan Yoyakim beserta seluruh aparatnya. Kekuatan firman-Nya bukan hanya tidak dapat dihalangi namun setiap kekuatan yang akan berusaha menghalangi akan dilibas oleh Allah (30-32). Respons Allah terhadap tindakan Yoyakim ini menegaskan bahwa firman Allah tertulis sangat dibutuhkan oleh umat-Nya, karena itu usaha untuk menghalangi dibacakannya firman Allah tertulis dan terhadap keberadaannya adalah kesalahan yang serius di mata Allah.

Renungkan: Seringkali kita bertindak seperti Yoyakim bagi diri sendiri maupun Kristen lainnya. Bagaimana pola pembacaan Alkitab Anda setiap hari? Apakah Anda hanya membaca buku renungan yang hanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya? Jika ya, Anda sudah menjadi Yoyakim bagi diri Anda sendiri. Apakah Anda mendorong Kristen lainnya membaca buku renungan yang berisi kesaksian dan pengalaman sebagai pola membaca Alkitab setiap hari? Jika, ya berarti Anda adalah salah seorang Yoyakim zaman kini. Bertobatlah sebab kesalahan Anda adalah serius di mata Allah. Bacalah Alkitab secara langsung tiap hari dan anjurkanlah Kristen lain untuk membaca Alkitab juga secara langsung.

(0.15285468965517) (Yer 46:1) (sh: Allah di dalam percaturan politik (Jumat, 18 Mei 2001))
Allah di dalam percaturan politik

Allah di dalam percaturan politik. Hancurnya Asyur karena kebangkitan Babel yang begitu cepat di akhir abad ke 7 s.M. menggoncangkan dan meresahkan bangsa-bangsa di Timur Tengah. Mesir adalah satu-satunya bangsa di area itu yang cukup kuat secara militer untuk menentang Babel. Bangsa-bangsa lainnya tidak mempunyai banyak pilihan selain berpihak kepada Mesir atau Babel, dengan pertimbangan: negara mana yang akan memberikan banyak bantuan dan di bawah pemerintahan raja manakah negara mereka akan tetap berkembang.

Karena letak Yehuda berdekatan dengan Mesir dan sepanjang sejarah bangsa-bangsa di daerah Kanaan sudah mengakui kekuatan Mesir, maka Yehuda menghadapi masalah politik, sosial, dan ekonomi yang semakin pelik. Tidaklah mengherankan jika di dalam negeri Yehuda muncul kubu yang berpihak ke Mesir dan mencoba meyakinkan kubu lain untuk berpihak kepada Mesir dan bukan Babel.

Dalam situasi demikian, firman Tuhan tentang Mesir datang kepada Yoyakim dengan tujuan utama untuk meyakinkan dia agar mau tunduk kepada Babel. Kehancuran Mesir tinggal menunggu waktu saja. Mereka berpihak kepada Mesir karena kekuatannya. Peralatan perang dan tentara Mesir berkualitas luar biasa (4). Sekutu-sekutu Mesir pun bukan orang sembarangan (9). Tapi apa yang mereka lihat di tepi sungai Efrat dekat Karkemis (1, 5-6)? Dimanakah kesombongan dan kekuataan Mesir yang tersohor (7-8)? Semua itu tidak ada artinya di hadapan Babel (11-12). Sesungguhnya bukan karena kekuatan Babel namun karena Allah telah menetapkan waktu kehancuran Mesir. Sudah tiba saatnya Allah berperkara untuk menghukum mereka (10).

Renungkan: Inilah penghiburan besar bagi kita semua sebab Allah memegang kendali atas sejarah bangsa-bangsa. Ia terus berkarya dan berencana dalam percaturan politik di negara mana pun. Penghiburan yang lebih besar lagi adalah Allah sesungguhnya tidak merahasiakan rencana- Nya dari umat-Nya. Jika Yehuda mau mendengarkan suara Allah mereka tidak perlu resah dengan kebangkitan Babel. Bukankah Allah yang memegang kendali? Kristen pun tidak perlu resah walau siapa pun yang bangkit berkuasa. Bukankah Ia yang memegang kendali dan tidak merahasiakan rencana-Nya kepada Kristen? Hanya apakah kita seperti Yeremia atau seperti Yoyakim?

(0.15285468965517) (Yeh 28:1) (sh: Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu (Selasa, 18 September 2001))
Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu

Hikmatmu kau musnahkan demi semarakmu. Ithobal II, raja Tirus yang dinubuatkan di dalam perikop ini, dianggap mewakili kejatuhan kota Tirus. Tindakan pengangkatan dirinya sendiri yang sangat ambisius untuk menempati posisi Allah, sangat tepat menggambarkan kecongkakan hati bangsa itu. Kawasan Tirus yang berada di atas sebuah gunung batu, telah membuat kota itu seolah-olah tidak dapat direbut sehingga Tirus merasa dirinya seperti Allah yang maha tinggi memerintah di sana. Perasaan aman tenteram melingkupi dirinya yang bertakhta di tengah-tengah lautan (ayat 1-2). Selain memiliki keterampilan berdagang yang menyebabkan Tirus menjadi milyuner pada masanya, ia juga memiliki hikmat yang besar dan tiada rahasia yang tersembunyi di hadapannya. Dengan kelebihannya itu ia menjadi sombong (ayat 3-5) sehingga Allah tidak menahan murka-Nya untuk ditimpakan kepada Tirus yang akan mati secara memalukan (ayat 6-10).

Ratapan untuk raja Tirus memakai suatu kisah di taman dan gunung Allah (ayat 13, 14, 16). Walaupun kisah yang diadopsi Yehezkiel bukan berasal dari kisah Kejadian 3 namun implikasinya adalah Tirus telah diciptakan dengan sempurna sejak hari penciptaannya. Namun patut disayangkan, ia menjadi sombong karena kecantikannya bahkan hikmatnya dimusnahkannya demi semaraknya (ayat 15-17).

Dampak pilihan Tirus yang ceroboh mengingatkan dunia bahwa hikmat jauh lebih berharga daripada permata. Karena daya tarik pujian, banyak orang rela melepaskan segalanya untuk mendapatkannya. Namun setelah mendapatkan apa yang diidamkannya, suatu bonus malapetaka yang tidak diundang pun datang menyapu bersih apa saja yang berkaitan dengan hasil kesombongan.

Renungkan: Kristen perlu mewaspadai dosa tertua yang telah menyebabkan pasukan malaikat cantik jatuh menjadi Iblis. Godaan dosa kesombongan tidak melulu datang dalam gambaran Iblis yang tertawa dengan membawa tombak trisulanya. Bisa jadi predikat lulus terbaik, jabatan pastor senior, kedudukan presiden direktur, atlit terbaik, karyawan terbaik, pasangan paling serasi, dan masih banyak predikat bergengsi lainnya dapat mendatangkan pujian yang memabukkan. Bila kita mengizinkan pribadi kita dikultuskan oleh para pemuja kita, berhati-hatilah, hajaran dan hukuman sudah di ambang pintu.

(0.15285468965517) (Yeh 29:1) (sh: Perlawanan terhadap buaya besar (Kamis, 20 September 2001))
Perlawanan terhadap buaya besar

Perlawanan terhadap buaya besar. Nubuatan perlawanan terhadap Mesir ini ditulis setelah masa pengepungan dan penaklukan Yerusalem, yakni tahun 587-585 SM, kecuali 29:17-21 ditulis pada tahun 571 SM. Firman Tuhan ditujukan kepada Firaun yang mewakili segenap bangsanya. Tuhan menghukum Firaun sesuai dengan perkataannya sendiri yang dilukiskan oleh Yehezkiel sebagai buaya besar yang berbaring di sungai Nil (ayat 3). Dengan demikian Tuhan akan membuat nasibnya sama seperti buaya besar yang dikenakan kelikir di rahangnya (ayat 4-5). Pada saat itu semua penduduk Mesir akan mengetahui bahwa tangan Tuhan telah turun atas Mesir (ayat 6-12) namun sama seperti Israel, keadaan Mesir akan dipulihkan walau tidak dalam kejayaan sebelumnya (ayat 13-16).

Bahasan selanjutnya di dalam ayat 17-21 ditulis paling akhir dari kitab Yehezkiel, sisipan ini dimasukkan sebagai tambahan di dalam nubuatan tersebut. Tercatat bahwa Nebukadnezar bekerja keras untuk merebut Tirus, kepala menjadi gundul dan bahu menjadi lecet karena pekerjaan yang sangat berat dalam membuat tanggul dari daratan ke kota Tirus. Tetapi baik ia maupun tentaranya tidak mendapat upah dari Tirus. Penduduk Tirus mempunyai cukup waktu untuk melarikan harta benda mereka yang berharga. Tuhan hendak mengganti upah hamba-Nya (Yer. 27:6) dengan memberikan kepadanya rampasan dari Mesir. Nebukadnezar menyerbu Mesir pada tahun 586 SM. Pada masa itu keadaan Israel akan dipulihkan (ayat 21).

Manusia baik secara perorangan maupun secara kelompok sering berbicara dengan nada arogansi. Dan ketika kita menatap bintang penghargaan di dalam etalase prestise, kita sering menggumam sama seperti Mesir: "Ini usahaku, ini prestasiku, medali ini aku yang punya. Penghargaan ini untuk aku." Kita boleh berbangga hati atas semua kesuksesan yang kita raih, namun bila hati tidak terkontrol, nada bicara kita akan berubah menjadi arogan.

Renungkan: Mesir disapa sebagai buaya besar karena omong besarnya. Setiap Kristen bisa jatuh ke dalam dosa yang sama bila tidak bijak dalam berkata dan bersikap. Kristen terpanggil untuk berkata-kata dengan benar dan membangun jemaat melalui kesederhanaan kata-kata dan kerendahan hati.

(0.15285468965517) (Yeh 30:1) (sh: Firaun merintih karena tangannya dipatahkan (Jumat, 21 September 2001))
Firaun merintih karena tangannya dipatahkan

Firaun merintih karena tangannya dipatahkan. Pasal ini adalah satu-satunya kumpulan dari nubuatan melawan Mesir tanpa pencantuman tanggal penulisannya. Kemungkinan besar pasal ini ditulis tidak lama setelah Januari 585 SM. Namun demikian, hari keruntuhan Mesir yang sudah dekat patut diratapi dengan kata 'aduh, hari itu'. Allah mendaftarkan kota-kota sekutu Mesir yang akan turut dimusnahkan. Seluruh tanah Arab berikut bangsa imigrasi asing atau tentara sewaan yang dipakai untuk Mesir (Yer. 25:20), Israel (Kel. 12:38) dan Babel (Yer. 50:37), Libya, orang-orang dari negeri yang bersekutu dengan Mesir.

Kejatuhan Mesir dilukiskan dengan sangat terperinci, kota-kota besar dibicarakan di dalam kelompoknya, berikut dewa-dewa pujaan mereka (ayat 13). Kota On, adalah kota yang termasyur karena memiliki kuil matahari, dan dari sanalah muncul nama Bet-Syemes (Rumah Matahari) dalam Yer. 43:13 dan nama Yunaninya Heliopolis (Kota Matahari). Di Pi-Beset disembah dewi Ubastet, yaitu dewi yang berkepala kucing (ayat 17).

Kekuasaan Mesir telah berakhir, hal ini dikatakan di dalam nubuatan 587 SM (ayat 20) dilatarbelakangi dengan peristiwa Nebukadnezar mengalahkan Firaun Hofra, yang digambarkan sebagai pematahan tangan Firaun, atau melemahnya kekuasaannya (ayat 21). Kekalahan ini akan merembet dengan kekalahan lain, yang keseluruhannya akan meruntuhkan kejayaan Mesir (ayat 22-23). Keseluruhan perikop ini memuat berita bahwa Tuhan akan mematahkan kekuasaan, kekuatan, dan tangan Firaun sebanyak 4 kali (ayat 4, 18, 21, 22). Tangan yang memegang tampuk pemerintahan dan tangan yang teracung mengangkat pedang adalah lambang kekuatan dan kekuasaan seseorang. Mesir, di masa jayanya begitu congkak (ayat 18) sehingga Allah perlu turun tangan untuk mematahkan kekuatannya. Tangannya tidak dibalut menjadi sembuh, tidak ada yang memasang pembalut supaya kuat kembali untuk mengacungkan pedang (ayat 21). Firaun merintih seperti orang yang mendapat luka berat (ayat 24).

Renungkan: Mungkin saat ini kita bukan penguasa di dalam sebuah kerajaan. Tapi yang pasti, kita memiliki wewenang di dalam hidup kita sendiri, di keluarga, di kampus, di kantor, di gereja, di yayasan, atau di dalam masyarakat. Hari ini firman Tuhan mengingatkan kita untuk berhati-hati ketika menggunakan otoritas kita.

(0.15285468965517) (Yeh 42:1) (sh: Bilik-bilik bagi para imam (Sabtu, 24 November 2001))
Bilik-bilik bagi para imam

Bilik-bilik bagi para imam. Sekali lagi Yehezkiel dibawa ke pelataran luar sebelah utara, kali ini ke dekat bangunan di ujung barat (ayat 1-9a). Berhadapan dengan bangunan di lapangan tertutup di sebelah barat (ayat 41:12) dan dengan bilik-bilik tempat umat yang beribadah memakan persembahan kurban, terdapat bilik-bilik bagi para imam. Bilik-bilik yang simetris letaknya juga terdapat di bagian selatan dari pelataran luar (ayat 9b-12). Bilik-bilik ini kudus (ayat 13), dan di sinilah para imam memakan jatah mereka dari persembahan-persembahan mahakudus. Di bilik ini pula para imam harus menanggalkan pakaian upacara mereka saat akan meninggalkan pelataran untuk masuk ke pelataran luar (ayat 14). Seperti dalam laporan-laporan sebelumnya, di sini pun perbedaan antara imam dan awam, antara yang kudus dan tidak kudus ditegaskan, guna menjaga dan memelihara kesucian wilayah kudus.

Selesai mengukur bagian dalam, malaikat lalu membawa Yehezkiel keluar, ke pintu gerbang timur, dan mulai mengukur Bait Suci dari luar (ayat 15-20). Keempat sisi tembok luar Bait Suci berbentuk bujur sangkar berukuran 500 hasta x 500 hasta. Kini fungsi tembok Bait Suci dijelaskan, yakni "untuk memisahkan yang kudus dari yang tidak kudus" (ayat 20). Dengan demikian, selesailah pengukuran dan pengamatan seluruh kompleks Bait Suci yang dilihat Yehezkiel.

Beberapa hal dari penglihatan ini memang sulit diuraikan, dan penjelasannya sulit diikuti. Tetapi, ada beberapa hal yang bisa kita renungkan: (a) Kompleks Bait Suci menggambarkan wilayah kesucian milik Tuhan yang dipisahkan dari yang tidak kudus; (b) Dari luar ke dalam ada gradasi kekudusan: bagian luar untuk orang awam yang beribadah, pelataran dalam untuk imam-imam yang melayani, dan paling dalam adalah Bait Suci dengan ruang mahakudus.

Renungkan: Penglihatan mengenai bangunan Bait Suci serta ukuran- ukurannya mengajar kita 2 hal: (ayat 1) Dalam ibadah, siapa pun tidak boleh sembarangan menghampiri Allah, melainkan selalu harus mengikuti ketentuan dan peraturan yang sudah ditetapkan-Nya; (ayat 2) Kita harus senantiasa menjaga diri dari pencemaran oleh dosa. Tentu ini berlaku bukan hanya dalam ibadah, tapi juga dalam seluruh aspek kehidupan.

(0.15285468965517) (Yeh 44:9) (sh: Menjaga dan memelihara kekudusan Bait Suci (Rabu, 28 November 2001))
Menjaga dan memelihara kekudusan Bait Suci

Menjaga dan memelihara kekudusan Bait Suci. Ayat 9 menegaskan bahwa teguran dan peraturan-peraturan yang dijabarkan di sini berasal dari Tuhan sendiri. Tuhan mengambil langkah pertama untuk menjamin bahw a kekudusan Bait Suci serta ibadah di dalamnya terpelihara. Ia melarang semua orang asing untuk masuk ke dalam tempat kudus. Sebagai respons terhadap pelanggaran yang diurakan dalam ay. 7-8, Yehezkiel mengukuhkan kembali peraturan Musa tentang siapa yang boleh atau tidak boleh menghampiri tempat kudus (bdk. Kel. 12:43-51).

Sebagai langkah kedua untuk menjaga kekudusan Bait Suci, Tuhan menugaskan kembali orang Lewi sebagai penjaga pintu Bait Suci (ayat 11, 14). Dosa mereka di masa prapembuangan tidak diabaikan, dan mereka harus menanggung hukumannya (ayat 10, 12). Hukuman itu bukan berupa "penurunan status", melainkan "menanggung malu dan noda". Ayat 13 mengingatkan mbali pada pembatasan tugas orang Lewi sebagaimana ditetapkan oleh Taurat Musa, yakni membantu para imam (Harun dan keturunannya) dalam pelayanan di Kemah Suci. Jadi, setelah mereka dihukum karena dosa dan pelanggarannya, oleh anugerah Allah mereka dikembalikan pada fungsinya semula. Kemurahan anugerah Allah ini akan menimbulkan rasa malu pada mereka agar mereka jangan sombong.

Selanjutnya, Yehezkiel menguraikan tugas-tugas para imam, yakni orang Lewi dari bani Zadok, keturunan Harun. Kesetiaan mereka pada Tuhan di masa prapembuangan, ketika seluruh Israel termasuk orang Lewi "sesat dari Tuhan", terus diingat (ayat 15). Kesetiaan ini pun bukan dimaksudkan untuk menyombongkan diri, walaupun mereka dianugerahi dengan tugas utama dan hak- hak istimewa sebagai imam yang mempersembahkan kurban di hadapan Tuhan. Hanya mereka yang boleh masuk ke tempat kudus dan menghampiri Allah (ayat 15, 16). Tetapi, hak istimewa ini juga menuntut dari mereka tanggung jawab yang lebih besar dan standar kesucian hidup yang lebih tinggi (ayat 17-31).

Renungkan: Allah yang Maha Pengasih tidak mengabaikan dosa, tetapi di dalam Kristus Ia mengampuni mereka yang bertobat dan mengakui dosanya (ayat 1Yoh. 1:8-10). Kemurahan dan anugerah Allah yang begitu besar hendaknya membuat kita rendah hati di hadapan-Nya.

(0.15285468965517) (Yeh 45:18) (sh: Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya (Jumat, 30 November 2001))
Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya

Pelaksanaan ibadah: Hari-hari raya. Setelah menetapkan peraturan untuk persembahan kurban harian (ayat 13-17), Yehezkiel kini menyampaikan peraturan tentang hari-hari raya tahunan. Dari enam hari raya tahunan yang ditetapkan Taurat Musa (bdk. Im. 23; Bil. 28; Ul. 16), Yehezkiel hanya menyebutkan dua, yakni Paskah dan Pondok Daun (ayat 21, 25). Menarik untuk dicatat, bahwa sejarah umat Israel yang pulang dari pembuangan dalam kitab Ezra-Nehemia, khusus mencatat perayaan Paskah dan Pondok Daun saja (Ezr. 3:1-6; 6:19-22; Neh. 8:13-18).

Peraturan Yehezkiel mengenai upacara-upacara kurban jauh lebih singkat dibandingkan peraturan Taurat, namun jelas terlihat penekanannya pada "kurban penghapus dosa" (ayat 17, 19, 22, 23, 25). Mengapa Yehezkiel menekankan kurban ini? Dalam seluruh penglihatan Yehezkiel mengenai Bait Suci yang baru, tema kekudusan sangat menonjol. Seluruh rancangan Bait Suci, pelayan-pelayannya, lokasinya, upacara-upacaranya, menekankan kekudusan Allah yang bertakhta di dalamnya. Allah yang kudus kembali berdiam di tengah-tengah umat-Nya (Yeh 43:6, 7). Dosa membuat seseorang tidak layak berdiri di hadirat Allah yang suci. Dosa juga mencemarkan tempat kudus, sehingga Allah tidak dapat berdiam di sana. Kurban penghapus dosa ditujukan untuk membersihkan dan menyucikan, baik orang yang berbuat dosa maupun tempat kudus, dari pencemaran dosa (bdk. Im. 4).

Sebelum perayaan dilaksanakan, Tuhan memerintahkan Yehezkiel menyucikan tempat kudus (ayat 18). Darah lembu jantan dibubuhkan pada tiang-tiang Bait Suci, pada keempat sudut jalur keliling mezbah, dan pada tiang-tiang pintu gerbang pelataran dalam (ayat 19). Darah ini melambangkan tujuan upacara ini, yaitu penghapusan dosa serta pemulihan kembali hubungan rohani dengan Allah (ayat 20).

Surat Ibrani mengingatkan bahwa "tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan" (Ibr. 9:22). Kristus menyempurnakan kurban- kurban Perjanjian Lama dengan masuk satu kali untuk selama- lamanya ke dalam tempat yang kudus.

Renungkan: Oleh darah Kristus kita telah disucikan dari dosa. Apakah yang dapat kita persembahkan kepada-Nya? (Rm. 12:1, 2)

(0.15285468965517) (Yeh 48:1) (sh: Pembagian wilayah dalam negeri (Selasa, 4 Desember 2001))
Pembagian wilayah dalam negeri

Pembagian wilayah dalam negeri. Pasal 48:1-29 menguraikan pembagian negeri perjanjian di antara dua belas suku Israel. Suku Lewi tidak mendapatkan bagian tanah, sesuai perintah Tuhan (ayat 44:28; Bil. 18:20). Untuk mempertahankan jumlah dua belas, suku Yusuf diwakili oleh dua putranya, Efraim dan Manasye, yang masing-masing mendapatkan wilayah tersendiri (ayat 47:13; 48:4,5). Tiap suku memperoleh suatu wilayah horizontal, dengan perbatasan timur dan barat yang sama (ayat 1-7; 23-29). Urutannya, dari utara ke selatan, mengikuti tradisi berdasarkan status ibu mereka (bdk. Kej. 35:23; Bil. 2-3). Suku-suku di ujung utara dan selatan (Dan, Asyer, Naftali, Gad), yang paling jauh dari wilayah kudus, adalah anak-anak Bilha dan Zilpa, pelayan- pelayan Rahel dan Lea. Delapan suku keturunan Lea dan Rahel ditempatkan lebih dekat ke wilayah kudus, empat di utara dan empat di selatan. Suku Yehuda berbatasan dengan wilayah kudus di sebelah utara dan Benyamin di selatan (ayat 8, 22). Pembagian ini merupakan langkah kongkret untuk menyatukan kembali seluruh suku Israel.

Wilayah dua belas suku Israel dibagi dua oleh wilayah "persembahan khusus" (bahasa Ibrani teruma; 8-22; bdk. 45:1- 8). Teruma mencakup wilayah kudus (Bait Suci, wilayah imam, wilayah orang Lewi, 10-14) dan wilayah tidak kudus (wilayah kota, wilayah raja, 15-22). "Tidak kudus" (ayat 15) berarti wilayah itu terbuka bagi semua orang, untuk seluruh kaum Israel (ayat 45:6). Wilayah kota dikelilingi oleh tanah lapang (ayat 17), yang akan digunakan sebagai tempat tinggal dan tanah pertanian bagi para pendatang, yang menetap sementara di sana untuk berbakti di Bait Suci. Sisa tanah di timur dan barat kota (ayat 18, 19) menjadi sumber nafkah para pekerja kota, yang berasal dari seluruh suku Israel. Ini berarti bahwa tidak ada suku yang lebih diistimewakan. Setiap orang mempunyai akses yang sama ke Bait Suci.

Renungkan: Pembagian wilayah yang sangat rinci ini memperlihatkan bagaimana Allah mengatur kehidupan umat-Nya sedemikian rupa agar mereka menikmati kesejahteraan sejati dalam persekutuan dengan Dia. Harapan ini terwujud dalam Kerajaan Allah yang dibawa Kristus ke dalam dunia.

(0.15285468965517) (Mi 6:9) (sh: Penghukuman Allah itu pasti (Rabu, 20 Desember 2000))
Penghukuman Allah itu pasti

Penghukuman Allah itu pasti. Keputusan pengadilan sudah ditetapkan untuk memenangkan Allah. Sebagai Tuhan dan Raja atas Israel, Ia selalu berlaku adil dan setia. Namun Israel selalu memberontak terhadap kehendak-Nya. Keadilan dan kebaikan hanyalah bahan cemoohan di antara mereka sedangkan kerendahan hati hanyalah sebagai bahan ejekan (10-12). Apakah Allah melupakan dan membiarkan segala ketidakadilan dan penindasan (10-11)? Allahlah yang menetapkan standar keadilan dan kebaikan yang dilanggar oleh Israel. Mereka tidak dapat berharap Allah akan meninggalkan standar yang telah Ia tetapkan dan belas kasihan-Nya terhadap orang-orang yang tertindas hanya untuk membebaskan mereka dari hukuman. Setiap pemberontakan terhadap- Nya pasti akan dihukum.

Walaupun demikian Allah tidak menghukum tanpa memberikan peringatan terlebih dahulu. Namun bangsa Israel yang tegar tengkuk ini telah meremehkan peringatan Allah. Mereka terus berkubang di dalam dosa dan menikmati hidup berdasarkan kedegilan hati mereka. Maka akhirnya Allah menghukum mereka, semua nubuat Allah tentang penghukuman yang akan menimpa bangsa Israel telah menjadi kenyataan.

Apa yang terjadi ketika hukuman Allah dijatuhkan? Suatu yang sangat ironis terjadi, harta dan kekayaan yang dikejar oleh orang-orang kaya hingga menindas orang lain tidak akan membuat mereka puas dan bahagia. Tidak hanya itu. Harta berlimpah yang mereka puja- puja akan lenyap begitu saja. Sumber-sumber kekayaan yang menghidupi mereka tidak akan membuahkan apa-apa. Bahkan secara mental mereka pun akan mengalami siksaan yang tidak kecil (16).

Hasil akhir tidak akan pernah membenarkan cara yang digunakan. Cara yang salah hanya akan membuat seseorang tidak akan pernah menggapai keberhasilan akhir. Allah adalah maha kasih dan maha adil. Dia akan mengampuni orang yang berdosa tapi pada saat yang sama Dia juga tidak akan berdiam diri terhadap orang yang memilih untuk hidup di dalam dosa-dosanya.

Renungkan: Sudah berapa kalikah Allah telah memberikan peringatan kepada kita untuk berbalik kepada-Nya dan meninggalkan praktek-praktek dosa yang masih sering kita lakukan dalam berbisnis, berumah tangga, bersekolah, dan bermasyarakat?

(0.15285468965517) (Mat 7:1) (sh: Keseimbangan hidup Kristen (Kamis, 18 Januari 2001))
Keseimbangan hidup Kristen

Keseimbangan hidup Kristen. Kehidupan Kristen adalah kehidupan yang seimbang, artinya tidak mengutamakan satu sikap dengan mengorbankan yang lain. Sebab sikap yang tidak seimbang akan membawa Kristen ke dalam bahaya-bahaya. Apa saja bahayanya?

Tuntutan untuk hidup sempurna membuat kita bersikap kritis dan menghukum orang lain. Apakah bahayanya sikap demikian (ayat 1-5)? Kata menghakimi di sini bukan berarti mengevaluasi ataupun menghakimi yang berhubungan dengan pengadilan, namun lebih kepada sikap kritis atau sikap menghukum terhadap perbuatan orang lain. Kita yang berkomitmen kepada norma-norma Kerajaan Allah dan kebenaran, tidak mempunyai wewenang untuk bersikap demikian. Jika kita mengambil tempat Allah sebagai Hakim maka Allah akan menuntut pertanggungjawaban dari diri kita, dengan standar yang kita pakai bukan standar Allah (ayat 2). Inilah bahayanya karena Allah menggunakan ukuran anugerah dan keadilan dalam menghakimi manusia, sedangkan kita ukuran apa yang kita pakai? Mengapa berbahaya? Sebab kita yang sesungguhnya penuh dengan dosa (ayat 3) telah dibenarkan karena anugerah Allah. Jika kita yang penuh dengan dosa dihakimi Allah tidak dengan standar-Nya, bagaimana keadaan kita?

Sebaliknya tuntutan untuk mengasihi orang lain dapat membuat kita menjadi tidak peka atau tajam terhadap dosa-dosa orang lain. Ini juga berbahaya. Babi di sini tidak hanya najis namun juga binatang yang buas dan ganas yang dapat menyerang manusia. Demikian pula anjing pada masa itu jangan disamakan dengan anjing yang dapat dipelihara di rumah-rumah seperti sekarang ini. Itu adalah binatang yang najis dan buas. Jadi babi dan anjing ini melambangkan manusia yang secara terang- terangan menolak Injil dengan penghinaan dan serangan fisik. Yesus memberikan jaminan bahwa Kristen dapat menghindari bahaya-bahaya di atas dengan mohon bimbingan-Nya melalui doa dan Allah pasti akan menjawab doa kita sebab doa merupakan sumber kekuatan kita. Namun doa yang bagaimana? Doa yang dipanjatkan secara tekun dan bertujuan memuliakan nama-Nya (ayat 7-11).

Renungkan: Tidak ada alasan bagi Kristen untuk tidak dapat hidup dengan seimbang dalam hubungannya dengan saudara seiman dan sesamanya yang tidak seiman, walaupun hubungan antar manusia tetap merupakan masalah yang sangat pelik.

(0.15285468965517) (Mat 12:1) (sh: Kasih dan peraturan (Rabu, 31 Januari 2001))
Kasih dan peraturan

Kasih dan peraturan. Dua insiden yang berhubungan dengan hari Sabat menyebabkan konflik terbuka antara Yesus dengan orang-orang Farisi. Peristiwa pertama dipicu karena murid-murid Yesus yang lapar, memetik bulir gandum dan memakannya pada suatu hari Sabat. Menurut hukum Taurat, seorang yang bepergian diperbolehkan memetik tanaman yang ada di tepi jalan dan memakannya sambil berjalan. Orang Farisi keberatan karena tindakan itu dapat digolongkan sebagai memanen yang merupakan satu dari 39 pekerjaan yang dilarang pada hari Sabat. Yesus menjawab keberatan mereka dengan memaparkan fakta sejarah dan fakta yang mereka hadapi setiap harinya. Mengapa Daud tidak dihukum setelah memakan roti sajian yang tidak boleh dimakan (ayat 3-4)? Jika ada yang menjawab bahwa Daud adalah spesial, maka Yesus jauh lebih spesial dibandingkan Daud (ayat 6). Bagaimana tentang imam yang bekerja pada hari Sabat (ayat 5)? Apakah mereka tidak dihukum karena mereka juga spesial? Yesus jauh lebih spesial lagi (ayat 6).

Argumentasi Yesus mempunyai makna ganda. Pertama, legalisme orang Farisi tidak berdasarkan firman Tuhan. Hukum Taurat menyatakan bahwa Allah lebih peduli kepada belas kasihan, bukannya persembahan. Kedua, Allah membenarkan murid-murid Yesus (ayat 7- 8). Peristiwa kedua dipicu oleh tindakan Yesus sendiri ketika Ia menyembuhkan orang pada hari Sabat (ayat 9-15a). Mereka menyalahkan tindakan Yesus. Jawaban Yesus membungkam mulut mereka. Kedua peristiwa itu membukakan kepada kita apa yang ada di hati Yesus dan orang-orang Farisi. Mereka yang begitu peduli dan kritis terhadap peraturan dan hukum-hukum yang mereka yakini ternyata tidak peduli sama sekali kepada sesamanya yang membutuhkan pertolongan. Sebaliknya Yesus begitu peduli kepada manusia dan bersedia menghadapi kritikan untuk menolong manusia.

Renungkan: Disadari atau tidak, Kristen sering meneladani orang Farisi. Ketika di hadapan kita ada orang yang membutuhkan pertolongan, kita tidak segera digerakkan oleh belas kasihan. Namun kita lebih tergerak untuk mempertimbangan agama orang tersebut, dari denominasi mana, apakah mempunyai doktrin yang sama dengan kita atau tidak. Kita seharusnya lebih berusaha untuk memenuhi kebutuhan sesama kita, daripada berusaha memaksa sesama kita untuk hidup berdasarkan keyakinan kita.

(0.15285468965517) (Mat 20:29) (sh: Semarak menghantar jalan salib (Senin, 26 Februari 2001))
Semarak menghantar jalan salib

Semarak menghantar jalan salib. Ada saat pujian datang, ada pula saat kecaman datang; demikianlah yang dialami Yesus. Ia tahu bahwa sudah tiba saat- Nya Ia harus ke Yerusalem untuk menempuh jalan salib, tetapi sesuai dengan nubuatan nabi, Yesus mengalami suasana semarak pujian orang banyak yang mengikuti-Nya. Namun sayangnya mereka hanya mengenal-Nya sebagai nabi dari Nazaret. Mengapa demikian?

Sebelum tiba di Yerusalem, ketika Yesus keluar dari Yerikho, dua orang buta berseru kepada-Nya. Mereka memanggil Yesus sebagai Anak Daud, suatu sebutan yang berkaitan dengan Kemesiasan-Nya. Berbeda dengan respons orang banyak yang sangat tidak bersimpati melihat orang buta yang membutuhkan pertolongan, Yesus tergerak hatinya oleh belas kasihan untuk menolong mereka. Walaupun Ia sudah tahu kebutuhan mereka, tetapi Ia bertanya lebih dahulu apa yang mereka kehendaki dari Yesus. Mereka mengatakan suatu kebutuhan utama, yakni supaya Ia mencelikkan mata mereka. Respons Yesus (ayat 34) semata-mata bukan karena teriakan mereka, tetapi karena kehendak-Nya untuk menjamah mereka dan menyembuhkan. Kemesiasan-Nya sungguh nyata melalui kuasa-Nya mencelikkan mereka.

Kemudian Yesus dan murid-murid-Nya menuju Yerusalem. Tiba di Betfage, suatu desa di Bukit Zaitun, Ia menyuruh 2 murid-Nya untuk meminjam keledai betina dengan anaknya. Kemudian Ia menunggangi keledai tersebut. Segala sesuatunya terjadi di dalam rencana dan pengaturan-Nya sesuai nubuatan nabi (ayat 2-5). Sejumlah besar orang menyambut-Nya dan menyebut-Nya: Anak Daud dan Dia yang datang dalam nama Tuhan (ayat 9). Kedua sebutan ini sesungguhnya menyatakan bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan, namun ternyata sebutan ini hanya keluar dari bibir mereka tanpa pemahaman yang selaras dengan pengakuan. Ia menerima segala perlakuan mereka karena Ia datang sebagai penggenap nubuatan nabi, walaupun Ia tahu bahwa mereka menyambut-Nya hanya sebagai nabi besar dan bukan seorang Mesias (ayat 11).

Renungkan: Mungkin Kristen sering terlalu mudah menyanyikan pujian atau menyerukan haleluya sebagai respons atas kebenaran firman Tuhan, tanpa didasari pemahaman dan pengenalan yang benar, yang selaras dengan pengakuan melalui bibir.

(0.15285468965517) (Mat 25:31) (sh: Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus (Rabu, 4 April 2001))
Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus

Memberi 'saudara Yesus', memberi kepada Yesus. Memberikan perhatian, pertolongan, atau harta kepada saudara Tuhan Yesus yang hina, miskin, dan perlu pertolongan menyebabkan seseorang dapat masuk dalam kerajaan Allah. Penghargaan dan hak masuk ke dalam kemuliaan diberikan Raja kepada mereka yang melakukan perbuatan baik, bukan karena motivasi untuk mendapatkan pahala. Bahkan mereka melakukan semua itu karena kasih tanpa pamrih. Mereka melakukan kepada orang-orang yang paling hina tanpa memikirkan untuk keuntungan atau kemuliaan diri. Akan tetapi mereka rela berkorban, rela berbagi harta, terbuka melihat kesulitan dan kekurangan orang lain, dan tidak berpusat pada kebutuhan sendiri tetapi peka terhadap kebutuhan yang lain. Hati dan sikap ini jelas tidak akan dimiliki mereka yang tidak mempunyai kasih Allah.

Suatu hari kelak bila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya, Ia akan datang sebagai Raja yang adil. Ia akan memisahkan bangsa-bangsa menjadi dua golongan seperti gembala yang memisahkan domba dan kambing. Domba diberi hak masuk ke dalam kemuliaan Sang Raja sedang kambing dimasukkan ke dalam siksaan kekal. Raja yang adil memperhatikan pola dan gaya hidup para murid-Nya selama di bumi ini. Apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya, sekalipun tidak menjadi motivasi murid-murid untuk mendapatkan pahala, ternyata dihargai dan Raja memberikan kemuliaan dan hidup kekal kepada mereka.

Penggambaran tentang apa yang akan terjadi kelak di hadapan takhta kemuliaan Raja hendaknya menjadi pelajaran yang perlu kita camkan dan lakukan. Perhatian, bantuan, pemberian tidak kita arahkan kepada orang yang dapat membalas kebaikan kita; justru kepada yang paling hina, kepada yang tidak dapat membalas, kepada yang paling membutuhkan. Itu pun kita lakukan bukan untuk menumpuk pahala dalam Kerajaan Allah tetapi dalam ketulusan, kerendahan hati, dan tidak bermotivasi keuntungan atau kemuliaan diri.

Renungkan: Berdasar firman Tuhan hari ini marilah kita memeriksa diri, motivasi apakah yang mendorong kita berbuat baik kepada sesama. Kepada siapakah kita biasanya memberikan bantuan dan pertolongan, yang bisa membalas kebaikan kita ataukah kepada yang paling membutuhkan pertolongan tanpa dapat membalas jasa.

(0.15285468965517) (Luk 2:21) (sh: Makin mengenal-Nya dalam ketaatan (Jumat, 27 Desember 2002))
Makin mengenal-Nya dalam ketaatan

Makin mengenal-Nya dalam ketaatan.
Ayat 33 seharusnya membuat para pembaca terkejut. Setelah segala peristiwa dan pemberitaan sebelumnya, masih ada lagi hal tentang Yesus yang mampu membuat Yusuf dan Maria "amat heran"! Ini menandakan bahwa keduanya masih terus dalam proses mengenali siapa Yesus Kristus dan misi-Nya, salah satunya seperti yang disampaikan Simeon. Yesus adalah Sang Mesias (ayat 26), yang menjadi kelepasan bagi Israel (ayat 25,38), dan memenuhi nubuat PL (ayat 32, bdk. Yes. 42:6, 49:6; 34, bdk. Yes. 8:14). Yang penting untuk diperhatikan adalah bahwa pengenalan yang lebih mendalam tersebut berlangsung dalam konteks ketaatan dan kesalehan.Ketaatan itu tampak dari tokoh Simeon dan Hana. Simeon adalah seorang yang benar dan saleh (ayat 25), dan taat kepada Roh Kudus (ayat 25b-27). Demikian juga Hana, yang rutin melayani di Bait Allah dan beribadah dengan berpuasa dan berdoa (ayat 37). Kedua orang ini dipakai Allah untuk menegaskan dan meneguhkan jati diri Yesus, tidak hanya di hadapan Yusuf dan Maria, tetapi, seperti yang dilakukan oleh Hana, juga di hadapan banyak orang yang masih setia berharap kepada Allah (ayat 38). Ketaatan itu juga tampak dari apa yang dilakukan Yusuf dan Maria. Mereka menamai Yesus sesuai dengan perintah malaikat (ayat 21). Maria taat untuk mentahirkan dirinya (ayat 22). Mereka membawa Yesus ke Yerusalem dan menyerahkan-Nya kepada Tuhan (ayat 22-23) untuk mempersembahkan kurban (ayat 24), serta menyelesaikan semuanya sesuai dengan hukum Taurat (ayat 39).

Peristiwa yang dicatat Lukas dalam bentuk khiastik (gaya penulisan dimana bagian-bagian subnas yang bertema mirip disusun berurut menjadi seperti ini: a-b-c-d-c’-b’-a’) ini memberikan teladan kepada kita, tentang betapa indahnya karya Allah yang dinyatakan melalui orang-orang yang taat beribadah kepada-Nya dan saleh kehidupannya.

Renungkan:
Kesalehan dan kekudusan hidup dikerjakan Kristen jelas bukan supaya bisa masuk surga, tetapi karena itu adalah respons syukur yang tepat atas keselamatan dari-Nya, sehingga Ia dapat memakai Kristen sesuai dengan kehendak-Nya.

(0.15285468965517) (Luk 4:16) (sh: Prioritas utama (Sabtu, 1 Januari 2000))
Prioritas utama

Prioritas utama. Ada kecenderungan di kalangan Kekristenan yang menganggap bahwa Ibadah hari Minggu hanyalah sekadar formalitas. Artinya, beribadah pada hari Minggu di Gereja akan dilakukan bila tidak ada "acara" atau kesibukan lain". Ibadah bersama jemaat lainnya di gereja menjadi second priority (prioritas kedua). Kecenderungan ini tidak hanya akan mengakibatkan hadirnya Kristen-kristen yang tidak tahu mensyukuri kasih dan penyertaan Allah, tapi juga akan menciptakan Kristen-kristen yang tidak tahu menghornati karya dan kebesaran Allah dalam hidupnya. Sikap ini sungguh bertentangan dengan pengajaran dan sikap yang diperhatikan langsung oleh Tuhan Yesus. Mari kita lihat bagaimana Tuhan Yesus memprioritaskan ibadah kepada Allah Bapa-Nya dalam hidup-Nya. Sikap ini menunjukkan bahwa selain Dia sangat menghormati Bapa, Dia juga menghormati ibadah persekutuan umat di rumah Tuhan dan menjadikan ibadah itu bagian dari hidup-Nya.

Dari Galilea, Yesus kembali ke Nazaret, dan Lukas mempertegas dengan mengatakan bahwa "inilah tempat Yesus dibesarkan". Mengapa Ia ke sana? Kepada orang-orang yang mengenalnya sejak kecil hingga dewasa, Ia menegaskan siapa diri-Nya dan apa misi pelayanan-Nya. Ia membacakan kitab nubuatan nabi Yesaya, yang menyatakan beberapa hal, yaitu bahwa (a) Roh Tuhan ada pada-Nya; (b) Dia diurapi untuk menyampaikan kabar pembebasan kepada para tawanan, memberikan penglihatan kepada orang buta; Dia diutus untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, dan (d) memberitakan bahwa Tahun Rahmat Tuhan telah datang. Sesungguhnya ayat tersebut menubuatkan tentang diri-Nya. Maka tepatlah bila Tuhan Yesus mengatakan bahwa ayat itu digenapi oleh-Nya.

Renungkan: Kedatangan Yesus ke dunia bukanlah sebagai seorang raja dengan segala kemegahan dan kejayaannya. Justru ia datang dengan otoritas Allah untuk membawa pembebasan dan penyelamatan dalam arti luas dan sesungguhnya. Bukan hanya dalam dunia, tetapi keselamatan yang bersifat kekal dan menyeluruh. Ia membawa kabar baik dan itu dinyatakan kepada semua orang, baik orang miskin, tawanan, orang buta, dan orang tertindas. Ia datang juga untuk membawa kekebasan dan keselamatan bagi kita. Betapa mulia dan agungnya misi kedatangan-Nya, melalui Dialah kita beroleh keselamatan dan kehidupan kekal.

(0.15285468965517) (Luk 9:37) (sh: Penyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa ini (Selasa, 7 Maret 2000))
Penyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa ini

Penyataan kemuliaan Allah dibutuhkan bangsa ini. Peristiwa pengusiran roh jahat ini bukan sekadar peristiwa penyembuhan biasa. Karena peristiwa ini mengekspresikan 3 hal penting yaitu (ayat 1) hubungan yang khusus dan kasih yang besar dari seorang ayah terhadap anak tunggalnya, (ayat 2) akibat tragis dari roh jahat terhadap anaknya sehingga membuat hubungan anak dan ayah terputus, dan (ayat 3) hubungan ayah dan anak kembali terjalin mesra setelah anaknya disembuhkan.

Bila dihubungkan dengan ucapan Yesus dalam ayat 41, maka 3 hal itu memanifestasikan apa yang terjadi antara Allah dan bangsa Israel, yang dulunya mesra namun hubungan itu rusak karena dosa mereka. Dosa ini dimulai dari tidak tahu berterimakasih kemudian tidak percaya, lalu menjadi ketidaktaatan, pemisahan dari Allah dan kehilangan iman kepada-Nya. Maka agama dan tradisi mereka, kekuatan roh jahat dan takhayul lebih menarik bagi mereka daripada Allah Bapa sendiri.

Untuk memulihkan keadaan ini tidak cukup dengan khotbah-khotbah moral dan nasihat-nasihat saja. Mereka membutuhkan penyataan Allah, penglihatan akan kebesaran dan kemuliaan-Nya untuk menghancurkan daya tarik dosa, perzinahan rohani, dan menyadarkan mereka kembali akan siapakah Allah. Dengan demikian akhirnya akan menumbuhkan kembali iman, penyembahan, dan ketaatan. Inilah yang dilakukan oleh Yesus. Setelah semua murid yang tidak ikut ke gunung untuk berdoa tidak mampu mengusir roh jahat, Yesus cukup menegur dengan keras dan anak itu sembuh. Tindakan Yesus berhasil membangkitkan ketakjuban semua orang akan kebesaran Allah. Dengan kata lain tindakan Yesus merupakan penyataan kebesaran Allah kepada umat-Nya. Inilah misi Yesus Kristus bahwa Dia datang dari kemuliaan yang tak terhampiri untuk menyatakan kemuliaan Allah kepada umat-Nya, agar mereka kembali kepada-Nya.

Suatu bangsa yang sudah rusak secara moral dan akhlaknya, dimana kebenaran agama dan moral hanya dipandang sebagai kebenaran normatif membutuhkan terapi khusus agar bangsa ini dapat kembali kepada Allah dan melihat kembali kebesaran dan kemuliaan-Nya.

Renungkan: Kristen di Indonesia seharusnya dapat memancar-kan kemuliaan Allah yang menakjubkan, sehingga bangsa kita dapat disadarkan kembali kepada jalan yang benar.



TIP #16: Tampilan Pasal untuk mengeksplorasi pasal; Tampilan Ayat untuk menganalisa ayat; Multi Ayat/Kutipan untuk menampilkan daftar ayat. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA