(0.10862942424242) | (Ul 14:1) |
(sh: Komunitas terpilih dan kudus (Jumat, 16 Mei 2003)) Komunitas terpilih dan kudusKomunitas terpilih dan kudus. Israel adalah bangsa yang dikhususkan dan yang dipisahkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Kekhususan tersebut membuat Israel harus berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dengan bangsa-bangsa lain. Kadang-kadang perintah semacam ini terasa oleh kita sebagai terlampau eksklusif, ekstrim dan fanatik memutuskan hubungan antara umat Allah dengan bangsa-bangsa lain. Misalnya, Israel tidak boleh mengikuti cara berkabung bangsa-bangsa sekitar yang berakar pada kepercayaan akan ilah-ilah (ayat 1,2). Israel juga tidak diperkenankan memakan binatang yang dipersembahkan kepada ilah-ilah bangsa lain dan binatang- binatang yang diharamkan (ayat 7,8,10,12-20). Dari ketentuan ini, kita mempelajari dua hal: pertama, larangan- larangan ini bertujuan memutuskan mata rantai umat Israel dengan bangsa-bangsa lain yang mempengaruhi Israel menyembah ilah-ilah lain. Pada waktu itu (zaman sesudah pembuangan) umat Allah telah begitu jauh meninggalkan Allahnya dan menyembah ilah-ilah lain. Kedua, larangan-larangan memakan daging hewan, burung, dan binatang laut tertentu tidak secara otomatis menjadi peraturan yang harus dilaksanakan oleh umat Allah sepanjang zaman. Sebab penekanan utamanya bukan pada jenis makanannya, tetapi pada sikap umat yang tahu membedakan mana kudus mana tidak. Allah berinisiatif memilih dan mengkhususkan orang yang beriman kepada-Nya, termasuk kita, untuk Dia. Bahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita telah dikuduskan-Nya. Karena itu respons orang beriman adalah menyerahkan diri dan tunduk total kepada Allah dan kehendak-Nya. Seluruh keberadaan hidup kita sudah seharusnya mengikuti ciri kekudusan Allah: tidak bercacat cela, tidak membangkang terhadap Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Renungkan: Tuhan tidak hanya memilih dan mengkhususkan Anda, tetapi juga menguduskan Anda untuk Dia. |
(0.10862942424242) | (Ul 18:9) |
(sh: Hidup di dalam panggilan Allah (Rabu, 23 Juni 2004)) Hidup di dalam panggilan AllahHidup di dalam panggilan Allah. Setiap orang Kristen hidup di dalam panggilan Allah, baik pelaku bisnis, pemilik toko, supir angkot, penjual sayur ataupun penjual obat. Ada satu hal yang umum dari semua jenis pekerjaan yang dilakukan oleh orang-orang Kristen, mereka adalah duta Allah di dalam dunia. Seorang penjual sayur dapat menjadi seorang duta Allah di dalam dunia, kalau ia hidup sesuai dengan panggilan Allah. Seperti apakah panggilan Allah itu? Ketika orang Israel dipanggil keluar dari Mesir, mereka sebetulnya menjalani panggilan Allah. Ketika mereka hendak masuk ke tanah perjanjian, Tuhan memerintahkan mereka untuk tetap hidup sesuai dengan panggilan Allah (ayat 13), yaitu menjadi duta Allah. Mereka harus mengkhususkan diri untuk tidak mengikuti kebiasaan dari bangsa-bangsa kafir yang tinggal di sekitar mereka (ayat 9-12). Bangsa Israel diperintahkan oleh Allah untuk tidak ikut ambil bagian dalam kebiasaan bangsa tetangga mereka, misalnya kekejian dan penyembahan roh-roh (ayat 9-13). Mengenai masa depan, mereka diminta untuk hanya bergantung kepada Allah dan tidak kepada siapapun yang mereka kenal. Oleh karena itu Allah mengkhususkan nabi-nabi untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan masa depan dan kehendak Allah sendiri (ayat 14-22). Dua hal ini hanyalah contoh tentang bagaimana orang Israel harus hidup di tanah perjanjian. Mereka tidak boleh berkompromi selain menyembah dan beriman kepada Allah. Hidup di dalam panggilan Allah berarti hidup sesuai dengan perintah Allah. Ketaatan dan iman kepada Allah ialah suatu hal yang mutlak di dalam segala situasi kehidupan kita. Biarlah kita membawa diri kita sebagai duta Allah di manapun kita berada. Jati diri sebagai duta akan menghindarkan kita dari hidup kompromi. Doa: Tuhan jadikanlah saya duta-Mu yang sejati, yang mengemban tugas dan panggilan-Mu di manapun saya berada. |
(0.10862942424242) | (Ul 19:14) |
(sh: Keadilan Tuhan (Jumat, 25 Juni 2004)) Keadilan TuhanKeadilan Tuhan. Salah satu perintah Tuhan yang sangat ditekankan di PL namun yang sering dilanggar oleh umat-Nya ialah keadilan. Perjanjian Lama sangat menekankan hal ini agar umat Tuhan berlaku adil terhadap sesamanya dan juga terhadap orang lain di sekitarnya. Hal ini kelihatannya amat sensitif di kalangan orang-orang yang hidup di Timur Tengah pada zaman PL. Kebanyakan mereka menghukum orang jahat secara berlebihan bahkan menghukum orang yang tidak berbuat jahat hanya untuk membela kepentingan mereka yang duduk di dalam jabatan-jabatan yang tinggi. Perikop hari ini mengajarkan kita bahwa Allah menghendaki agar bangsa Israel menghukum mereka yang memang seharusnya dihukum dengan hukuman yang setimpal. Keputusan harus diambil berdasarkan kesaksian lebih dari satu orang (ayat 15). Orang yang mengucapkan saksi dusta (ayat 18-19), harus dijatuhi hukuman sesuai dengan apa yang ia saksikan mengenai orang yang tidak bersalah. Allah menghendaki orang Israel untuk berlaku adil, sehingga mereka dapat menunjukkan jati dirinya sebagai umat Allah, yang berbeda dari bangsa lain. Dalam masa prapembuangan kita melihat bahwa kemunduran Israel dari Allah berjalan seiring pula dengan berbagai ketidakadilan keji. Di Indonesia di mana banyak orang menghalalkan segala cara untuk memperoleh kepentingan diri sendiri atau golongan, kita sebagai Kristen dipanggil Allah untuk berlaku adil bagi semua orang, bukan kepada orang Kristen saja, tetapi juga kepada orang nonkristen. Kita harus berani menjunjung dan membela keadilan apapun konsekuensinya. Allah menghendaki agar umat-Nya melakukan itu. Dengan berlaku adil, kita sudah mewujudkan rencana dan sifat Allah di dalam dunia ini. Renungkan: Jangan berdoa agar Tuhan memberkati bangsa kita, bila kita tidak sedia berjuang menegakkan keadilan dan mengajak orang lain memperjuangkan hal yang sama. |
(0.10862942424242) | (Hak 7:19) |
(sh: Tuntaskan pekerjaan Tuhan! (Minggu, 12 Oktober 1997)) Tuntaskan pekerjaan Tuhan!Tuntaskan pekerjaan Tuhan! Kelompok-kelompok kerja. Gideon membagi pasukan komandonya ke dalam tiga kelompok kerja (pokja). Kerja atau perang yang harus mereka lakukan bukanlah membunuh musuh atau memenggal kepala mereka, melainkan menaati aba-aba perang. Tugas mereka bukan menyerang dengan serangan fisik tetapi melakukan beberapa hal yang telah Tuhan atur sebelumnya yang menyebabkan kekacauan, kebingungan, kekalutan pada pasukan orang Midian. Tugas itu ialah meniup sangkakala, memecahkan buyung secara serempak, dan berteriak: "Demi Tuhan dan demi Gideon." Akibat taktik ilahi itu luar biasa! Musuh kacau balau terbirit-birit dan saling bunuh sendiri. Itulah hasil dari kelompok kerja yang taat dan kompak! Hikmat di atas konflik. Pemimpin perlu punya hikmat saat menghadapi konflik. Ini yang oleh para pakar masa kini disebut sebagai menejemen konflik. Orang-orang Efraim itu merasa tersinggung tidak diikutsertakan oleh Gideon dalam peperangan tersebut. Tetapi dengan sangat bijaksana Gideon menjelaskan bahwa alasannya bukan negatif. Bahkan ia menyanjung hal positif dalam diri mereka sehingga kemarahan mereka reda. Kalau Anda pemimpin, rendahkanlah diri Anda, berbicaralah positif dan berkatilah orang yang bereaksi atau bersikap negatif terhadap Anda. Renungkan: Konflik dengan para musuh Tuhan harus diselesaikan dengan tegas berpegang pada kebenaran dan perintah Tuhan. Konflik intern dalam umat Tuhan hanya kasih dapat mengatasinya. Doa: Padukan hati kami untuk tugas lebih besar dariMu. |
(0.10862942424242) | (1Raj 9:1) |
(sh: Pertemuan di simpang jalan (Minggu, 13 Februari 2000)) Pertemuan di simpang jalanPertemuan di simpang jalan. Tuhan menampakkan diri-Nya untuk kedua kalinya kepada Salomo, pada tahun ke-24 pemerintahannya, saat ia sedang berada pada puncak kejayaannya, karena ia berhasil membuat segala yang diinginkannya (ayat 1). Mengapa Tuhan perlu memberikan perintah-Nya yang sama, yakni Salomo harus tetap setia dan taat kepada-Nya? Tidak lain dan bukan karena tujuan hidup dan eksistensi bangsa Israel akan terjungkir balik (ayat 6-9), jika Salomo sebagai rajanya tidak setia dan taat kepada Allah. Keadaan Salomo pada saat itu sangat nyaman dan tenang baik secara jasmani dan rohani. Tidak ada yang tidak dapat ia gapai di masa kejayaannya. Kekayaan, kepandaian, kemasyhuran, bahkan istri dan gundik yang banyak pun telah ia peroleh. Bait Allah yang megah sudah ia bangun dan tahbiskan. Namun justru dalam keadaan yang demikian, firman Tuhan yang berisi peringatan datang kepadanya. Masa kejayaan dapat membawa Salomo pada persimpangan jalan, antara tetap setia kepada Allah dan mengakui kedaulatan-Nya, atau menjadi allah atas dirinya sendiri karena segala yang diinginkan bisa ia dapatkan. Dengan kata lain Salomo berada dalam keadaan yang kritis. Salomo harus kembali diingatkan bahwa makna dan tujuan hidupnya tergantung kepada Allah. Selama ia mempunyai hidup yang berporos kepada Allah, taat dan setia kepada-Nya, maka takhta dan kerajaan Israel akan tetap kokoh. Hal ini sangat berhubungan dengan makna dan tujuan hidup seorang raja, yaitu ia hidup untuk membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Renungkan: Kebenaran indah yang patut kita renungkan adalah bahwa masa kejayaan seseorang bisa berarti masa kritisnya, karena ia berada di persimpangan jalan. Persimpangan ini bisa kita lewati dengan baik jika hidup kita tetap berpusat pada Tuhan. Hal itu bergantung masalah rohani, yaitu siapa kita di hadapan Allah. |
(0.10862942424242) | (1Raj 13:11) |
(sh: Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas (Jumat, 13 Agustus 2004)) Allah memakai hamba-Nya sampai tuntasAllah memakai hamba-Nya sampai tuntas. Tidak sedikit pelayan Tuhan yang gagal di tengah jalan. Ada yang jatuh ke dalam dosa. Ada yang meninggalkan pelayanan di tengah-tengah pekerjaan Tuhan. Meski demikian, Tuhan tetap bisa memakai mereka untuk mencapai maksud-Nya. Justru ini menjadi peringatan agar hamba Tuhan melayani dan hidup benar di hadapan Allah. Kisah abdi Allah ini sungguh tragis. Ia sudah selesai menunaikan tugas utama, yaitu menegur Yerobeam atas dosa-dosanya. Ia tahu bahwa Tuhan memerintahkannya untuk tidak makan roti dan minum air dalam perjalanan tugas. Namun, karena tipuan seorang nabi tua, ia melanggar perintah Tuhan itu. Hukuman pun dijatuhkan, abdi Allah itu dibunuh oleh seekor singa. Kita tidak tahu motivasi si nabi tua membohongi abdi Allah itu. Mungkin ia iri hati melihat si abdi Allah yang berasal dari Selatan masuk ke wilayahnya tanpa permisi untuk bernubuat. Mungkin ia seorang yang "mendukung" pemerintahan Yerobeam sehingga tidak senang melihat abdi Allah ini mencela rajanya. Apapun alasannya, akhirnya ia sadar bahwa penipuannya berakibat fatal bagi abdi Allah itu (ayat 20-22). Kematian abdi Allah itu tidak menghalangi firman Tuhan dinyatakan. Peristiwa aneh setelah abdi Allah itu diterkam singa (ay. 24: yaitu singa dan keledai menjagai mayat abdi Allah itu) pastilah menimbulkan kegemparan di kalangan rakyat. Tuhan memakai peristiwa itu untuk menyadarkan si nabi tua, yang mungkin selama ini sudah kehilangan kepekaan akan firman Allah dan kehilangan keberanian iman (ia tidak pernah mencela Yerobeam). Ini membuktikan Allah berdaulat dalam segala keadaan, menggenapi janji-Nya, atau menghukum yang melanggar. Kalau Ia tidak segan menghukum abdi-Nya yang lalai, apalagi terhadap orang yang mengkhianati-Nya (Yerobeam). Pasti nubuat mengenai penghukuman Yerobeam akan tergenapi (ayat 32). Renungkan: Hidup atau mati, Tuhan bisa memakai kita menjadi saluran firman-Nya. Persoalannya apakah hidup kita layak untuk menjadi berkat, menyatakan keadilan, dan kasih-Nya. |
(0.10862942424242) | (1Raj 17:1) |
(sh: Yang berkhianat dan yang taat (Jumat, 20 Agustus 2004)) Yang berkhianat dan yang taatYang berkhianat dan yang taat. Ahab dan Elia, keduanya adalah umat Tuhan, tetapi berbeda dalam ketaatan. Ahab, raja Israel, telah mengalami pertolongan Tuhan dalam peperangan. Akan tetapi, ia tetap tidak taat. Sedangkan Elia taat menyuarakan penghukuman Allah, meski taruhannya adalah nyawanya. Ahab tetap menyembah Baal, dewa pemberi hujan dan kesuburan. Maka lewat Elia, Allah menyatakan kuasa-Nya, yaitu hujan dan embun tidak akan turun sampai Elia mengatakannya (ayat 1). Ini mengakibatkan kerajaan Israel terancam masa kekeringan yang berlanjut dengan masa paceklik. Melalui masa kekeringan ini Ahab dapat melihat siapakah yang sesungguhnya berkuasa atas alam semesta, Allah atau Baal. Mampukah Baal menghalau kekeringan dan memberi hujan? Elia yang taat dilindungi oleh Allah secara ajaib. Allah memerintahkan Elia agar bersembunyi di tepi Sungai Kerit (ayat 2-3). Ia terpelihara dari bencana yang melanda negerinya karena minum air Sungai Kerit dan memperoleh makanan dari burung gagak yang mengantarnya setiap hari (ayat 4-6). Saat air sungai kering, Allah melanjutkan pemeliharaan-Nya melalui seorang janda di Sarfat (ayat 7-10). Janda ini hanya memiliki persediaan makanan yang terakhir untuk dia dan anaknya (ayat 11-12). Akan tetapi, karena taat maka ia melakukan permintaan Elia sehingga janda itu dan anaknya terpelihara (ayat 13-15). Allah memelihara hidup keluarga janda di Sarfat ini secara ajaib (ayat 16). Bahkan anak janda yang mati karena sakit keras, dihidupkan kembali oleh Allah (ayat 17-24). Ahab berlaku tidak taat sehingga mendapat hukuman, sedangkan Elia dan janda di Sarfat berlaku taat sehingga mendatangkan berkat atas diri serta keluarganya. Tuhan menghendaki kita berlaku taat, meski dalam menjalani ketaatan kepada Tuhan, terkadang kita perlu berkorban. Tuhan menghargai anak-Nya yang taat kepada-Nya dengan pemeliharaan yang ajaib. Pemeliharaan Allah yang ajaib tetap berlaku pada masa kini. Renungkan: Ingatlah bahwa ketaatan dalam melakukan perintah Tuhan mendatangkan berkat Tuhan atas diri dan keluarga Anda. |
(0.10862942424242) | (1Raj 20:23) |
(sh: Bukan sekadar kesempatan (Sabtu, 11 Maret 2000)) Bukan sekadar kesempatanBukan sekadar kesempatan. Mungkin kita pernah memberikan kesempatan kepada bawahan untuk memperbaiki tingkah lakunya sebelum menghukumnya. Seringkali kita tidak bertindak apa-apa agar bawahan mendapat pengetahuan lebih baik, sehingga ia tidak membuat kesalahan yang sama. Allah Israel tidaklah demikian. Ia telah memberikan kesempatan 3 kali kepada Ahab agar ia berbalik kepada-Nya. Setiap kesempatan yang diberikan-Nya pasti diikuti penyataan luar biasa kepada Ahab yang makin lama makin menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya. Misalnya: peristiwa di Gunung Karmel menyatakan bahwa Allah adalah Penguasa alam semesta. Keterlibatan Allah dalam peristiwa penyerangan bangsa Aram pun demi kepentingan umat-Nya, bahkan Allah akhirnya memberikan kemenangan yang gilang-gemilang kepada Israel (ayat 28) dan bangsa Aram dihancurkan total. Kemenangan yang terakhir ini membuktikan bahwa Allah Sang Penguasa alam semesta tidak dibatasi oleh daerah pegunungan atau daerah datar. Ia benar- benar Allah TUHAN Penguasa Tunggal alam semesta dan sejarah manusia. Peristiwa yang terakhir ini merupakan penyataan "puncak" Allah kepada Ahab agar ia mau berbalik kepada-Nya. Namun respons Ahab sangat mengecewakan dan tidak ada perubahan dalam diri Ahab. Ia tidak memberikan korban syukur atas kemenangan tersebut atau mengakui bahwa Allahlah TUHAN seperti yang pernah dinyatakan rakyat Israel di Gunung Karmel (19:39). Sebaliknya, ia tetap melanggar perintah Allah dengan membiarkan Benhadad hidup bahkan membuat perjanjian persekutuan dengannya. Ia melakukan tindakan itu tanpa berkonsultasi dengan Allah. Ahab bertindak seolah-olah kemenangan yang ia peroleh disebabkan kemampuan dan kekuatannya. Tindakannya menyatakan bahwa ialah yang memegang kendali hingga ia pun berhak memberikan pengampunan kepada Benhadad. Ia tetap tidak mengakui bahwa Allahlah TUHAN. Baginya, ia sendirilah TUHAN. Ahab telah menyia-nyiakan kesempatan anugerah begitu besar yang diberikan Allah. Renungkan: Pengenalan kita akan Allah yang panjang sabar seringkali membuat kita menyia-nyiakan kesempatan anugerah yang telah disediakan-Nya. Penyesalan senantiasa terlambat dan tiada guna. |
(0.10862942424242) | (1Raj 21:1) |
(sh: Ahab, si anak manja (Kamis, 26 Agustus 2004)) Ahab, si anak manjaAhab, si anak manja. Kisah Ahab adalah kisah seorang yang memiliki jabatan tertinggi di dalam pemerintahan, namun bertingkah bagaikan anak kecil yang manja karena terbiasa mendapatkan segala sesuatu yang diinginkannya. Kisah ini menarik untuk dikaji secara kejiwaan. Namun dalam renungan kita hari ini, mari kita mengkaji kisah ini secara teologis. Pertama, Ahab serakah. Ia tidak mengendalikan hawa nafsu keserakahannya. Ia tidak mau menyadari bahwa Tuhan sudah memberikan hak dan "berkat" kepada setiap orang sesuai dengan kasih karunia-Nya. Keinginan yang serakah adalah dosa di mata Tuhan (ayat 1-4). Kedua, Izebel licik. Ratu jahat ini menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Jelas ini bukan sikap iman! Orang yang merasa bahwa ia bisa dan harus mendapatkan apapun dengan memakai cara apapun, bukan anak Tuhan (ayat 5-10)! Ketiga, para tua-tua dan pemuka Kota Samaria adalah masyarakat kelas atas yang memiliki moral rusak dan hati nurani yang busuk. Buktinya mereka mau saja mengikuti perintah Izebel yang jelas-jelas bermotivasikan kejahatan. Masyarakat seperti ini adalah masyarakat yang sakit (ayat 11-12)! Keempat, dua orang dursila adalah orang-orang yang mau melakukan apa saja demi sedikit keuntungan. Ini adalah produk dari masyarakat yang sakit (ayat 13-14). Betapa mengerikannya kalau keserakahan Ahab, kelicikan Izebel, dan kerusakan moral dan hati nurani masyarakat Samaria adalah gambaran kehidupan pemimpin-pemimpin dan kelompok elit negeri ini. Pastilah produk yang muncul adalah orang-orang dursila. Siapa yang bisa mengatasi semua ini? Syukur kepada Allah. Allah sendiri, melalui anak-anak-Nya yang mau dipakai-Nya untuk menyuarakan kebenaran dan menegakkan keadilan. Doaku: Tuhan, tolong agar aku dapat menjadi terang, agen kebenaran dan keadilan Allah di tengah masyarakat yang berdosa ini. Mohon kemurahan-Mu agar jangan bangsaku musnah oleh dosa-dosanya. |
(0.10862942424242) | (1Taw 28:1) |
(sh: Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci (Minggu, 24 Februari 2002)) Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait SuciPenugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci. Salomo ditunjuk sebagai penerus Daud untuk membangun Bait Suci. Hal ini menegaskan kembali janji Allah kepada Daud (ayat 1Taw. 17; lih. juga 2Sam. 7). Pertama, takhta Daud akan tetap selama-lamanya (ayat 17:14), kerajaan Daud akan kokoh seterusnya (ayat 28:7a). Kedua, Salomo menjadi anak perjanjian. "Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya." Bahasa yang mirip dipakai dalam perjanjian yang diadakan antara Yahweh dengan Israel (lihat Yer. 31:33; Yeh.l 36:28). Syarat yang diberikan adalah ". jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku .." (ayat 28:7b). Ketiga, Salomolah yang akan membangun rumah bagi Tuhan. Bagaimana tindakan Daud dalam penugasan Salomo ini? Pertama, ia memperkenalkan Salomo kepada para pemimpin Israel, bawahan-bawahan Daud, sekaligus menyatakan bahwa Salomo adalah orang pilihan Allah. Tujuannya adalah agar mereka mengakui dan mendukung Salomo (ayat 2-7). Kedua, ia "menahbiskan" Salomo di depan jemaat agar Salomo sadar akan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Allah, juga di hadapan umat Allah (ayat 8). Ketiga, ia menasihati Salomo agar setia kepada Allah dan menjalankan tugas pendirian rumah-Nya dengan benar (ayat 9-10). Ia juga meneguhkan Salomo agar bersandar penuh kepada Allah (ayat 20-21). Keempat, Daud telah menyediakan segala keperluan pembangunan itu terlebih dahulu. Sekarang ia menyerahkannya ke tangan Salomo untuk dipakai dalam pembangunan bait Suci tersebut (ayat 11-19). Renungkan: Mengemban tugas suci merupakan pilihan dan panggilan Allah, bukan inisiatif sendiri. Bila Anda merasa terpanggil untuk melayani Dia, yakinkanlah bahwa itu bukan karena Anda merasa melainkan karena sadar akan anugerah dan kedaulatan-Nya. |
(0.10862942424242) | (2Taw 8:1) |
(sh: Standar dan kemampuan (Kamis, 16 Mei 2002)) Standar dan kemampuanStandar dan kemampuan. Kedua hal ini, standar dan kemampuan, adalah hal-hal yang mutlak diperlukan dalam membangun apa pun. Baik dalam membangun hal-hal fisik maupun dalam membangun hal-hal spiritual, keduanya tidak dapat dipisahkan. Standar memberi kita ukuran jelas sehingga pembangunan yang kita lakukan terarah, dan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi. Kemampuan memberi kita daya yang memungkinkan kita tidak saja memulai dengan baik, tetapi juga meneruskan pembangunan sampai selesai. Perikop ini juga memaparkan kedua hal tersebut. Sebenarnya Bait Allah sudah rampung, bahkan sudah ditahbiskan (ps. 7). Tetapi, ayat 16 menggolongkan pasal 8 ini sebagai bagian penyelesaian pembangunan bait Allah. Pembangunan “bait Allah” dalam arti luas itu menyangkut pembangunan istana Salomo (ayat 1), pembangunan desa-desa yang ditolak Huram agar menjadi kota-kota yang laik huni (ayat 2), pembangunan kedaulatan dan teritorial Israel (ayat 3-6), pembangunan hubungan-hubungan kemasyarakatan (ayat 7-10), dan pembangunan tata ibadah (ayat 12-15). Sungguh suatu pembangunan yang luas, dan terpadu. Dengan demikian, tugas ini bukan tugas main-main, melainkan adalah suatu tugas raksasa dan teramat berat. Bagian ini menyaksikan dengan jujur keberhasilan dan kegagalan Salomo dalam membangun. Berpegang pada perintah Musa dan teladan Daud ayahnya (ayat 12-15), Salomo berhasil merampungkan pembangunan fisik terpadu tersebut, bahkan tata ibadah bait Allah. Namun, di sela-sela keberhasilan mengarahkan kapasitas yang ada untuk mencapai pola standar fisik dengan benar, Salomo gagal memenuhi standar lainnya yang lebih penting, yaitu kehidupan moral dan ibadah sesungguhnya, yaitu ketaatan terhadap kehendak Allah. Tindakannya memindahkan istrinya, dari kota Daud tempat tabut Allah disimpan ke istana khusus (ayat 11), mengisyaratkan kesadaran Salomo bahwa pernikahan politisnya itu salah di mata Allah. Renungkan: Pada dasarnya, tak seorang pun mampu membangun sempurna seluruh segi hidup rohani dan duniawi agar bernilai sesuai standar Allah. Standar seperti yang Alkitab paparkan hanya dapat kita penuhi melalui kekuatan Dia yang bangkit dan berhasil. |
(0.10862942424242) | (2Taw 15:1) |
(sh: Reformasi menyeluruh (Kamis, 23 Mei 2002)) Reformasi menyeluruhReformasi menyeluruh. Perang pertama, perang rohani yang Asa menangkan dalam catatan sebelum ini, dilakukannya pada waktu ia masih muda. Logis bahwa pembaruan yang dilakukannya masih terbatas dan belum menyeluruh mencapai seluruh wilayah kerajaannya. Baru sesudah ia memerintah selama lima belas tahun (ayat 10), Asa melanjutkan gebrakan pertamanya. Gerakan pembaruan itu tidak semata lahir dari dorongan Asa untuk mengungkapkan ibadah yang murni kepada Allah, tetapi dipicu oleh firman yang datang melalui nabi Azarya (ayat 1-2). Isi firman itu terdiri dari tiga hal penting. Pertama, gema ucapan Musa dan Yosua yang menyodorkan berkat dan kutuk ke hadapan Yehuda sesuai kesetiaan atau ketidaksetiaan sikap mereka kepada Allah. Kedua, pemaparan bukti-bukti sejarah bahwa firman tersebut benar terjadi (ayat 3-6). Ketiga, perintah agar Asa berteguh hati tetap melanjutkan kesetiaannya kepada Allah dan tid ak be rtindak setengah jalan. Berdasarkan ketiga segi kebenaran firman dari nabi itulah, Asa memulai gerakan reformasi rohani besar-besaran. Pertama, Asa memperluas pembersihan berhala-berhala najis di seluruh wilayah Yudea, Benyamin, bukit-bukit Efraim (ayat 8). Kedua, bukan saja pembersihan berhala di wilayah-wilayah itu, Asa menyadari bahwa pembaruan harus melibatkan perubahan sikap dan kebiasaan orang-orangnya. Itu sebab ia mengumpulkan orang-orang yang hidup dalam kerajaannya, dari semua unsur suku yang ada di sana, orang Yehuda, Benyamin, Efraim, Manasye, Simeon (ayat 9). Dalam hal ini, rakyat tersebut sedia menjalani pembaruan karena melihat kesungguhan tekad Asa. Gerakan dimulai dari teladan murni dan tekun yang menggerakkan hati orang-orang lain. Pembaruan hanya akan menjadi suatu gerakan reformasi apabila tindakan membuang yang salah diiringi dan diikuti oleh tindakan yang benar yang tumbuh menjadi kebiasaan baru; juga bila prinsip dan kebenaran dijunjung tinggi melampaui perasaan dan pertimb angan manusiawi seperti sungkan terhadap pihak yang masih berhubungan keluarga atau teman-teman dekat dlsb. Reformasi semacam itulah yang kini terjadi di bawah kepemimpinan Asa (ayat 10-18). Renungkan: Indah sekali akibat pembaruan: syalom dari Allah. |
(0.10862942424242) | (2Taw 29:1) |
(sh: Pengudusan dan penahiran untuk perjanjian (Rabu, 3 Juli 2002)) Pengudusan dan penahiran untuk perjanjianPengudusan dan penahiran untuk perjanjian. Secercah harapan terbit bagi Yehuda, ketika Hizkia menjadi raja "yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Daud" (ayat 2). Ada alasan mengapa penulis Tawarikh menyamakan sosok Hizkia dengan Daud, dan memberikan banyak tempat kepadanya. Seperti terlihat pada nas-nas sebelumnya, penulis Tawarikh menempatkan Daud sebagai raja ideal karena ia memberi dasar bagi ibadah Bait Allah. Hizkia juga melakukan banyak hal penting bagi bait Allah. Bahkan, tindakan untuk menguduskan bait Allah dilakukannya segera, pada bulan pertama dari tahun pertama masa pemerintahannya (ayat 3). Tindakan pertama Hizkia ialah mengumpulkan para imam dan orang Lewi. Raja sadar bahwa para pendahulunya telah sangat berdosa, terutama dalam hal menelantarkan bait Allah (ayat 6-7), yang menyebabkan penghukuman Allah, bahkan melalui kematian dan pembuangan yang dialami bangsa Yehuda (ayat 8-9). Sebagai raja, Hizkia menyatakan ingin mengikat perjanjian dengan Allah. Maksudnya, Hizkia berketetapan untuk memenuhi semua kewajiban seorang raja kepada Allah dan bait-Nya. Agar ibadah dapat berjalan kembali, maka bait Allah harus dikuduskan dan ditahirkan kembali. Namun, untuk itu, para imam dan orang Lewi yang akan melaksanakannya harus juga menguduskan diri mereka karena mereka dipilih Allah sendiri untuk melayani di bait Allah (ayat 11). Hal terpenting yang dicatat di sini adalah bahwa semua tindakan pengudusan ini dilakukan "menurut perintah raja, sesuai dengan firman TUHAN" (ayat 15). Hizkia mengerti dengan jelas bahwa masalah yang berkaitan dengan kekudusan bait Allah hanya boleh dilakukan dengan menaati firman Allah. Renungkan: Menjadi Kristen tidak berarti hanya menerima keselamatan, tetapi juga menerima panggilan untuk melayani Allah melalui berbagai bentuk dan dalam berbagai situasi. Allah menuntut kekudusan dari mereka yang melayani-Nya. Kekudusan sejati hanya terjadi jika firman Allah dijunjung sebagai otoritas tertinggi. Kekudusan sejati juga hanya timbul dari kerendahan hati dan ketekunan untuk menaati pimpinan Roh-Nya. |
(0.10862942424242) | (2Taw 29:20) |
(sh: Pendamaian bagi Yehuda (Kamis, 4 Juli 2002)) Pendamaian bagi YehudaPendamaian bagi Yehuda. Sekali lagi terlihat betapa pentingnya pertobatan Yehuda di mata raja Hizkia. Raja tidak menunda-nunda; pagi-pagi keesokan harinya ia mengumpulkan para pemimpin kota bersama dengan para jemaat (ayat 20). Tujuan mereka adalah untuk mempersembahkan kurban bakaran dan kurban penghapus dosa untuk keluarga raja, untuk tempat kudus, dan untuk Yehuda (ayat 21), bahkan bagi seluruh Israel (ayat 24). Sekali lagi terlihat betapa Hizkia berusaha mengikuti ketetapan firman Allah. Seperti dalam Imamat 16, percikan darah menandai penahiran dan pengudusan mezbah bagi pendamaian, sementara penumpangan tangan pada kambing-kambing jantan merupakan simbol dalam konsep keselamatan dalam PL (sebelum inkarnasi Yesus Kristus) yang menyatakan bahwa hewan-hewan itu mati karena dosa pembawa kurban sebagai ganti diri pembawa kurban itu sendiri. Selanjutnya Hizkia juga mengatur para pemusik dan penyanyi yang mengiringi ibadah di bait Allah, mulai dari alat musik yang dipakai (ayat 25-26) sampai lagu puji-pujian yang dinyanyikan (ayat 30). Dalam hal ini pun Hizkia melakukannya tidak berdasarkan selera pribadinya, tetapi sesuai dengan perintah Tuhan melalui perantaraan Daud, Gad dan para nabi-Nya (ayat 25). Pengaturan ibadah yang seperti ini membuat para jemaat menyanyikan puji-pujian dengan sukaria (ayat 30). Kemudian Hizkia menyatakan bahwa Israel telah menahbiskan diri mereka untuk Allah (ayat 31). Sebagaimana para imam dan orang Lewi telah menguduskan diri agar kembali dapat melayani Allah di bait-Nya, demikian juga Israel kini telah menahbiskan diri agar kembali berada dalam perjanjian dengan Allah. Sebagai ungkapan sukacita atas apa yang telah dikerjakan Allah, umat dengan rela hati membawa kurban syukur kepada Allah (ayat 31b-36). Renungkan: Di hadapan Allah, Kristen tidak hanya bertanggung jawab untuk menjaga kekudusan pribadi, tetapi juga kekudusan dari komunitas iman di mana ia hidup dan bertumbuh. Karena itu, seorang Kristen harus memberi perhatian dan terus menggumuli bagaimana komunitas di mana ia menjadi bagian dapat hidup dalam kekudusan di hadapan Allah. |
(0.10862942424242) | (2Taw 36:11) |
(sh: Akhir dari kerajaan Yehuda (Selasa, 16 Juli 2002)) Akhir dari kerajaan YehudaAkhir dari kerajaan Yehuda. Ada dua hal yang dapat dijadikan bahan kemenungan bagi para pembaca kisah ini. Pertama, dosa telah merasuki kehidupan Israel secara menyeluruh pada zaman raja Zedekia (yang juga mencerminkan zaman-zaman dari para raja sebelumnya). Dalam hal kepemimpinan, raja Zedekia telah berdosa karena melakukan yang jahat, tidak merendahkan diri di hadapan Allah (ayat 12), mengeraskan hati, dan tidak berbalik kepada Tuhan (ayat 13). Dalam hal keagamaan, para pemimpin, termasuk para imam, bersama-sama dengan rakyat juga berdosa menyembah berhala dan menajiskan bait Allah (ayat 14). Para pemimpin bersama rakyat juga meremehkan peringatan, himbauan, dan firman Tuhan melalui para nabinya (ayat 12b,15-16). Bahkan juga dalam hal lingkungan hidup, karena rupanya seluruh bangsa Yehuda tidak menaati perintah untuk membiarkan tanah tidak ditanami satu tahun setiap tahun ketujuh (tahun sabat), demi menjaga kesuburan tanah tersebut (ayat 21). Akibat dosa-dosa ini adalah penghukuman dari Allah. Inilah hal kedua yang perlu kita perhatikan, yaitu bagaimana Tuhan bertindak. Penulis Tawarikh jelas menunjukkan bahwa Tuhan telah "berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karena Ia sayang kepada umat-Nya" (ayat 15). Allah juga yang menggerakkan raja Kasdim/Babel untuk menjadi instrumen penghukuman Allah (ayat 16-17). Namun, karya Allah tidak hanya sampai pada memperingatkan lalu menghukum saja. Allah juga memulihkan umat-Nya setelah masa hukuman itu selesai. Catatan penulis Tawarikh mengenai tahun sabat bagi tanah menyiratkan satu hal, bahwa tanah Israel beristirahat selama pembuangan, demi persiapan bagi kedatangan para penghuni baru, orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan (ayat 21). Tuhan jugalah yang menggerakkan raja Persia, Koresy, untuk mengeluarkan dekritnya yang terkenal, yang memungkinkan pemulangan orang Yehuda ke tanah mereka (ayat 22-23). Renungkan: Mengakui bahwa Allah adalah Allah yang mahakasih dan mahaadil, berarti menerima bahwa Allah menghukum dan mendisiplinkan mereka yang dikasihinya. |
(0.10862942424242) | (Neh 7:1) |
(sh: Standar Nehemia (Senin, 20 November 2000)) Standar NehemiaStandar Nehemia. Kota Yerusalem kini pulih kembali. Tembok kota telah berdiri dan pintu gerbangnya telah dipasang. Lalu Nehemia mengangkat penunggu- penunggu pintu gerbang yaitu para penyanyi dan orang-orang Lewi. Sepintas penunjukkan ini nampak aneh. Para penyanyi dan orang- orang Lewi memang biasa bertugas menjaga pintu namun bukan pintu gerbang kota tetapi pintu gerbang Bait Allah. Sebenarnya mereka adalah orang-orang yang tepat, sebab mereka telah terbiasa sehingga sikap mental dan kewaspadaan terhadap tugas sudah terbentuk. Nehemia juga mengangkat Hanani sebagai pengawas Yerusalem karena ia adalah saudaranya. Bukan karena alasan koneksi ataupun nepotisme, sebab Nehemia telah membuktikan bahwa hidupnya, saudara- saudaranya, dan bawahannya bebas dari korupsi dan memperkaya diri sendiri. Alasan penunjukkan Hanani sebagai pengawas atas Yerusalem adalah ia mempunyai kredibilitas dan integritas, hingga kepadanya dipercayakan tugas yang berat dan besar. Untuk jabatan panglima benteng Nehemia mengangkat Hananya, seorang yang dapat dipercaya dan takut akan Tuhan. Ada kombinasi yang serasi dan indah dalam kualifikasi yang dimiliki Hananya. Ia tidak hanya mempunyai kredibilitas yang tinggi tetapi juga mempunyai kedewasaan rohani yang lebih matang dari yang lain. Nehemia tidak berhenti sampai disitu. Ia memberikan perintah yang sangat jelas dan teliti untuk tugas mereka. Sepintas nampaknya Nehemia sangat berlebihan. Mengapa pintu gerbang harus tetap ditutup hingga matahari tinggi? Sekalipun pintu sudah ditutup dan dipalangi, orang-orang masih harus berjaga. Bahkan penjagaan pun dilakukan dari depan rumah para penjaga. Nehemia melakukan itu semua dengan pertimbangan situasi di luar Yerusalem masih sangat rawan. Musuh Israel masih terus berusaha keras menggagalkan segala usaha Nehemia. Nehemia mempunyai tekad untuk menjalankan misi yang dipercayakan kepadanya dengan sempurna dan hasil semaksimal mungkin. Renungkan: Standar Nehemia pun menjadi tuntutan bagi kita saat ini. Karena itu dalam setiap tugas yang dipercayakan kepada kita hendaklah kita laksanakan dengan standar Nehemia, mulai dari pemilihan orang- orang yang akan menjadi tim hingga ketepatan dan ketelitian kerja. |
(0.10862942424242) | (Neh 9:38) |
(sh: Komitmen dasar kehidupan Kristen (Minggu, 26 November 2000)) Komitmen dasar kehidupan KristenKomitmen dasar kehidupan Kristen. Kebangunan rohani sejati menghasilkan reformasi rohani total yang berdampak praktis dalam kehidupan umat Allah sekaligus mendorong mereka untuk bertindak konkrit. Bangsa Israel telah siap mengikat perjanjian yang baru, menandatangani komitmen tertulis bahwa mereka akan melakukan semua firman-Nya (9:38 - 10:28). Tindakan ini penting dilakukan sebagai tanda pertobatan sejati dan tanda pulihnya hubungan Allah dan manusia. Isi dokumen yang ditandatangani menyatakan secara khusus kesalahan-kesalahan yang harus mereka perbaiki (10:29-39). Karena itu reformasi mempunyai pengertian pengakuan kesalahan dan kelemahan dilanjutkan dengan komitmen untuk memperbaikinya. Karena itulah pengikatan perjanjian yang dilakukan oleh bangsa Israel ini merupakan tindakan yang sangat serius. Sebab kata `mengikat perjanjian' berasal dari kata Ibrani 'brit' yang mempunyai arti sebuah kontrak. Keseriusan melakukan reformasi terlihat dari tekad mereka tidak hanya memberikan komitmen secara umum tetapi juga komitmen secara khusus. Secara umum mereka berkomitmen untuk hidup menurut hukum Allah dan tetap mengikuti dan melakukan segala perintah-Nya (10:29). Komitmen khusus apakah yang mereka janjikan kepada Allah (30-39)? Hampir semua komitmen khusus mereka terfokus pada kehidupan ibadah kepada Allah. Ini tidak berarti kehidupan sosial tidak penting. Hal ini menunjukkan keyakinan mereka bahwa kehidupan ibadah merupakan dasar bagi kehidupan sosial. Jika hubungan dengan Tuhan beres, hubungan dengan sesama pasti mengalami hal yang sama. Renungkan: Kebangunan rohani sejati membuahkan reformasi sejati yang akan menghasilkan komitmen yang melandasi kehidupan sosial manusia. Komitmen apa yang akan Anda lakukan agar kehidupan sosial Anda semakin mencerminkan kehendak Tuhan? Bacaan untuk Minggu ke-24 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 391 |
(0.10862942424242) | (Neh 13:14) |
(sh: Pemimpin dalam ketidakpastian (Sabtu, 2 Desember 2000)) Pemimpin dalam ketidakpastianPemimpin dalam ketidakpastian. Kehidupan sosial - ekonomi umat Israel menampakkan perbaikan yang mengesankan karena tembok sudah dibangun, dan Yerusalem kembali menjadi pusat perdagangan. Kondisi ini membuat mereka lupa diri dan kembali tergelincir ke dalam dosa. Mereka tidak lagi menguduskan hari Sabat. Yerusalem menjadi pasar justru pada hari perhentian Allah. Beberapa orang Yahudi mengambil perempuan asing menjadi istri mereka. Bahkan salah seorang anak dari seorang imam besar menjadi menantu Sanbalat. Mereka telah lupa, sekian lamanya mereka harus hidup di dalam pembuangan karena menerima murka Allah atas dosa-dosa mereka. Baru saja hidup dalam kedamaian dan kesejahteraan, mereka kembali melanggar berbagai perintah Allah yang telah mereka sepakati untuk ditaati. Mereka lebih suka hidup menurut keinginan mereka sendiri bukan kehendak Allah. Melihat itu semua Nehemia berani mengoreksi setiap kesalahan (19-22, 25, 28-30). Nehemia melakukan itu semua tanpa pandang bulu. Sekalipun pelaku pelanggaran adalah anak seorang imam besar, Nehemia tidak segan-segan mengusirnya. Buku sejarah terakhir dalam Perjanjian Lama berakhir dengan suatu catatan ketidakpastian. Jika umat Allah sedemikian cepat meninggalkan Allah ketika Nehemia tidak berada bersama mereka untuk waktu yang singkat, apa yang akan terjadi dengan mereka pada masa-masa yang akan datang? Sekali lagi peristiwa ini menyatakan betapa pentingnya kehadiran seorang pemimpin rohani seperti Nehemia. Sebagai seorang pemimpin Nehemia menerima tanggung jawab, bergantung dalam doa, menunjukkan kemurahan hatinya kepada yang membutuhkan, tekun dan gigih mencapai tujuannya, berani menghadapi tantangan, mampu memotivasi rekannya, menjaga standar moral yang sesuai kehendak Allah, dan selalu berani menyatakan kebenaran. Nehemia menjadi seorang pemimpin yang demikian karena baginya membangun kehidupan seseorang bagi Allah lebih penting dari apa pun. Buktinya ia tidak pernah berkata: "Ya Allah ingatlah aku yang telah membangun kembali tembok Yerusalem." Renungkan: Dalam pelayanan rohani yang paling penting adalah mendorong dan membimbing orang yang dilayani agar mereka dapat memuji dan menyembah Allah lebih baik, menghormati Dia lebih sungguh, dan hidup dengan setia dan murni di hadapan-Nya. Pengantar Kitab I Yohanes Penulis. Isi dan gaya tulisan I Yohanes mirip dengan Injil Yohanes, karena itu hampir dapat dipastikan keduanya ditulis oleh penulis yang sama yaitu Yohanes anak Zebedeus. Tradisi mendukung kesimpulan ini. Tujuan dan maksud penulisan. 1Yohanes ditulis untuk memperingatkan dan mengajar pembacanya tentang ajaran sesat yang menyangkal inkarnasi Yesus Kristus (4:2, 3). Ajaran sesat ini menyatakan bahwa Kristus hanya nampak seperti manusia. Juruselamat yang Illahi tidak dapat mati bagi orang berdosa. Ajaran sesat ini disebut doketisme (kata Yunani 'dokeo' = 'nampaknya'). Beberapa indikasi menyatakan bahwa I Yohanes ditulis setelah Injil Yohanes. Pertama, kitab ini berbicara secara singkat tentang masalah-masalah yang diuraikan secara panjang lebar oleh Injil Yohanes. Pembaca diasumsikan sudah membaca Injil. Kedua, konflik dengan doketisme tidak disebut dalam Injil Yohanes. Ketiga, konflik ideologis dengan orang Yahudi yang mewarnai Injil Yohanes tidak muncul dalam I Yohanes. Jika dibandingkan dengan surat Ignatius yang berbicara tentang ajaran sesat yang sama (110 M) dan Polikarpus, maka dapat disimpulkan bahwa kitab I Yohanes berkisar antara 90 - 110 M. Karakteristik dan tema-tema utama. Meskipun menurut tradisi dipandang sebagai sebuah surat, kitab ini tidak mempunyai ciri-ciri utama sebuah surat seperti salam pembuka, isi, salam perpisahan. Sebaliknya Yohanes menyapa pembacanya dengan sebutan anak-anakku (2:1). Nampaknya ia menulis kepada sebuah kelompok tertentu yang mempunyai hubungan dekat dengan dia. Tidak mudah untuk membuat garis besar surat pendek ini. Tema-temanya nampak tidak saling berhubungan. Walau bahasa yang digunakan tidak sulit, ide yang terkandung di dalamnya sangat kaya dan dalam. Sebagai contoh, Yohanes mengatakan bahwa Allah adalah Terang, Kebenaran, dan Kasih dan menghubungkannya dengan perkembangan kebajikan di dalam diri orang percaya yang telah mengalami kelahiran kembali dan pengampunan dosa.Selain menolak inkarnasi Yesus Kristus, musuh Injil - sang anti Kristus juga mengajarkan bahwa seseorang dapat percaya kepada Allah tanpa mempraktikkan kasih dan kebaikan yang merupakan sifat dasar Allah. Menurut mereka keselamatan hanya sekadar slogan dan penampilan saja. |
(0.10862942424242) | (Mzm 4:1) |
(sh: Tahu berbicara dan berdiam diri (Rabu, 8 Januari 2003)) Tahu berbicara dan berdiam diriTahu berbicara dan berdiam diri. Mazmur ini adalah mazmur ratapan yang lebih tepat disebut mazmur keyakinan iman di dalam kesesakan. Beberapa bagian dari mazmur ini menunjukkan ungkapan bersifat pribadi (ayat 2-4), beberapa lagi seolah menunjukkan ungkapan ajaran imam kepada umat tentang pokok kesesakan (ayat 5-6). Sebagian besar mazmur ini adalah ungkapan orang beriman kepada Allah, sementara bagian lainnya adalah ungkapan yang ditujukan kepada pihak yang menjadi sumber kesesakan itu (ayat 3-4). Di bagian akhir barulah keyakinan iman itu terungkap dari pengalaman kesesakan (ayat 7-9). Pihak pertama kepada siapa kita harus berbicara adalah Tuhan. Allah saja satu-satunya yang benar yang pasti akan membenarkan dan yang mampu memberikan kelegaan orang yang tersesak demi kebenaran (ayat 2b). Secara teoretis kita tahu ini, sebab Allah saja pertolongan terpercaya. Namun, mazmur ini mengejutkan kita sebab ungkapan di dalamnya terasa sangat mendesak, memakai bentuk perintah kepada Allah. "Tuhan, jawablah aku, benarkan aku, kasihani aku, dengarkan doaku!" Ini bukan sikap kurang ajar, tetapi justru sikap wajar orang yang sungguh serius tentang realitas Tuhan dalam segala pengalaman hidupnya. Pihak kedua kepada siapa kita harus berbicara adalah orang-orang yang menyebabkan kesesakan. Ungkapan "berapa lama lagi" kini tidak ditujukan kepada Allah, tetapi kepada orang yang menyebabkan penderitaan orang beriman. Ucapan ini diikuti oleh klaim bahwa orang beriman dipilih, dikasihi, dan pasti akan dibela oleh Allah (ayat 4). Dengan demikian, "berapa lama lagi" ini merupakan peringatan keras agar mereka tidak berlama-lama berdosa melawan Allah dan umat-Nya. Renungkan: Di dalam kesesakan, orang beriman tidak harus merasa terpojok, melainkan sanggup bersikap pemenang di dalam Tuhan. |
(0.10862942424242) | (Mzm 18:1) |
(sh: Ucapan syukur adalah sebuah jendela (Kamis, 20 Februari 2003)) Ucapan syukur adalah sebuah jendelaUcapan syukur adalah sebuah jendela. Perkataan manusia, apalagi seorang pemimpin bangsa, cenderung lebih transparan menampilkan isi hati seseorang bila didasarkan perasaan gembira dan puas ketimbang perasaan-perasaan lain. Misalnya ketika seorang pemimpin mensyukuri adanya suatu ideologi pemersatu, sah bagi kita untuk bertanya apakah hak untuk berbeda pendapat cukup dipedulikan oleh sang pemimpin? Mazmur syukur ini adalah sebuah jendela yang terbuka untuk kita tilik, terutama bagi kita yang menjadi pemimpin, pada level mana pun. Kita dapat melihat jejak-jejak kejayaan Daud dan juga keturunannya yang menjadi raja Yehuda di dalam mazmur ini; betapa raja sanggup mengalahkan musuh-musuhnya dengan kekuatan Tuhan yang berpihak dan membantunya. Tuhan digambarkan sebagai pahlawan perkasa menyelamatkan sang raja (ayat 8-16), dan juga pembimbing sang raja saat ia maju berperang (ayat 31-45,48-49). Singkatnya, Allah adalah penyelamatnya (ayat 3-4,17-20,28,47,51). Mazmur ini juga memperlihatkan hubungan yang seperti apa yang dimiliki oleh sang raja, sang pemimpin bangsa. Kalimat pertama sudah mengejutkan (ayat 2). Kata kerja Ibrani rakham yang diterjemahkan di sini "mengasihi" lebih lazim dipakai untuk kasih Allah. Tampak betapa ucapan syukur sang raja dimulai dari perasaan yang dalam dan akrab kepada Allahnya. Tidak hanya perasaannya, sang raja juga menunjukkan bahwa ia taat mengikuti perintah dan kesuciannya di hadapan Allah (ayat 21-27). Kedua hal inilah -- keakraban dan ketaatan dalam tindakan -- yang seharusnya juga menjadi bagian dari karakter tiap pemimpin, terutama kita orang percaya yang diberikan kepercayaan untuk memimpin dalam situasi level mana pun. Renungkan: Makin berkuasa dan sukses seorang pemimpin, semakin besar ia harus membutuhkan Allah dan berutang syukur kepada-Nya. |