Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 5061 - 5080 dari 5160 ayat untuk atau [Pencarian Tepat] (0.009 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.076676554285714) (Yes 29:1) (sh: Allah melawan umat-Nya sendiri! (Minggu, 22 November 1998))
Allah melawan umat-Nya sendiri!

Allah melawan umat-Nya sendiri!
Bila Anda seorang guru, apa tindakan Anda bila murid-murid yang diajar ternyata tidak mau diajar, padahal segala daya upaya telah Anda lakukan! Marah, kecewa atau frustrasi? Hal ini tidak berbeda jauh dengan pengalaman Yesaya. Pesan-pesan Tuhan yang dinubuatkannya sama sekali tidak digubris umat. Bahkan mereka bertindak seolah nubuatan itu seperti hembusan angin yang datang dan pergi dalam sekejap. Mereka mendengar namun tidak melakukan apa-apa. Mereka mengetahui kesalahan mereka, tetapi mereka tidak berubah! Yang lebih menyedihkan lagi ialah fakta bahwa ibadah mereka tidak di arahkan kepada Tuhan. Penuh kepura-puraan dan kemunafikan. Lebih mengutamakan penampilan daripada kesungguhan hati.

Tak ada toleransi di pihak Allah. Sudah tidak ada lagi belas kasihan dan toleransi Tuhan melihat seluruh umat-Nya, mulai dari raja, nabi, panglima, hingga rakyat biasa yang telah kedapatan melanggar hukum dan ketetapan-Nya. Hukuman segera ditetapkan dan umat harus menanggung segala konsekuensinya. Ariel (Sion, bdk. ayat 8) akan berubah menjadi kota perapian (ayat 2), penduduk merintih takut dan mengerang kesakitan (ayat 4), seluruh indera tubuh penduduknya Tuhan lumpuhkan (ayat 9-12). Semuanya lumpuh total. Kengerian mewarnai seluruh sendi-sendi kehidupan umat. Allah Pengasih dan Penyayang bagi Israel berubah menjadi Allah Penghukum!

Bertindak benar dalam terang firman. Hidup dalam kepalsuan sama saja dengan membangun karakter iman di atas pasir. Hidup dalam ibadah palsu, berpura-pura taat, sama saja dengan hidup dalam gelap. Semuanya ini bertentangan dengan sifat dan makna firman Tuhan yang memberi terang, memimpin pada jalan kebenaran bukan kesesatan (bdk. Mzm. 105:110). Jika kita ingin luput dari bahaya penghukuman ini, kita harus membawa hati, pikiran, pujian, kehendak, dalam setiap ibadah kita. Dan setiap umat Tuhan yang mengaku telah mendengar firman dituntut untuk hidup benar menurut firman. Siapa yang mempermainkan firman akan menanggung hukuman dari Dia yang berfirman.

Renungkan: "Firman-Nya menyegarkan jiwaku", ungkap pemazmur. Mendengarkan, mengerti firman Tuhan dan menerapkannya dengan kesungguhan, semakin memimpin kita hidup dalam kebenaran.

Doa: Tuhan, tolong ku taat penuh pada Firman-Mu

(0.076676554285714) (Yer 4:22) (sh: Kristen dan Dunia dalam Berita (Sabtu, 2 September 2000))
Kristen dan Dunia dalam Berita

Kristen dan Dunia dalam Berita. Kemajuan pesat bidang teknologi informasi selain memberikan banyak manfaat bagi umat manusia juga memberikan dampak negatif yaitu membuat manusia melihat segala peristiwa yang terjadi di dalam dunia dari sudut pandang sebuah hiburan. Kita menyaksikan kekejaman dan kebiadaban yang terjadi di Ambon dan Poso sambil menikmati makan malam yang sedap bersama keluarga. Di lain waktu kita melihat mayat-mayat yang bergelimpangan akibat pembantaian yang terjadi di Bosnia sambil bercanda-tawa dengan keluarga, bahkan kita menyimak wawancara dengan seorang remaja yang tega membunuh seluruh keluarganya sambil menikmati teh dan makanan kecil. Apa yang kita saksikan adalah sebuah fakta kengerian dan kekejaman manusia yang dirasuk oleh dosa. Namun kita menonton dengan sikap seolah itu semua tidak lebih dari sebuah hiburan atau berita-berita utama yang selalu kita nantikan. Bahkan kita merasa kurang puas bila berita yang kita tonton tidak memaparkan peristiwa-peristiwa yang menggemparkan dan membuat bulu kuduk kita berdiri. Mata dan telinga Yeremia terbuka terhadap semua fakta kengerian dan bencana yang akan terjadi. Berkali-kali ia mengatakan 'Aku melihat..., Aku melihat serta Aku mendengar' (23-26, 31). Yeremia mampu melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta itu. Dunia sekitarnya secara perlahan namun pasti menjadi kacau balau dan porak poranda. Pilihan yang sudah dibuat oleh bangsa Yehuda membuahkan konsekuensi kengerian yang tak terelakkan (17-18). Di zaman ini kita harus memandang dunia dengan mata dan telinga yang terbuka seperti Yeremia, dan menolak paparan media massa yang cenderung mendandani dan mengemas sebuah peristiwa kebiadaban, penyalahgunaan kekuasaan, dan korupsi menjadi sebuah hiburan. Namun jika kita masih menonton berita di televisi tanpa kegentaran hati dan kengerian perasaan, bagaimana mungkin kita dapat meneladani Yeremia yang melihat, mendengar, meratapi, dan berdoa. Renungkan: Keterlibatan Kristen bagi bangsa tercinta ini bukan hanya ketika melihat dan mendengar, namun bagaimana Kristen meratapi dan berdoa kepada Allah karena benar-benar melihat dan mendengar kebenaran di balik semua fakta yang terjadi.

(0.076676554285714) (Yer 8:18) (sh: Andakah Yeremia zaman ini? (Senin, 11 September 2000))
Andakah Yeremia zaman ini?

Andakah Yeremia zaman ini? Masih segar dalam ingatan kita ketika banyak warga negara Indonesia yang memutuskan untuk meninggalkan negara ini setelah kerusuhan Mei 1998. Gelombang emigrasi ke negara-negara tetangga masih terus berlangsung hingga saat ini walau dalam skala yang lebih kecil. Alasan mereka untuk meninggalkan negara ini adalah tidak ada lagi jaminan keamanan dan kepastian hukum. Matahari tidak akan bersinar lagi di bumi Indonesia dalam waktu dekat.

Yeremia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana bangsanya secara terus terang mendepak Allah dari kehidupan mereka dan menggantikan Dia dengan berhala yang sia-sia (19). Kejujuran dan keterbukaan merupakan barang yang sangat langka di dalam masyarakat Yehuda (9:3, 5). Relasi antar manusia dan kekeluargaan yang merupakan nilai yang terpenting dalam masyarakat timur sudah diubah menjadi sarana memperkaya diri sendiri dan menghancurkan yang lain (9:4). Penindasan terhadap orang yang lemah dan miskin serta praktik manipulasi sudah menjadi peristiwa sehari-hari (9:6). Namun ketika ia diperintahkan Allah untuk mewartakan penghukuman Allah yang dahsyat atas bangsanya (9:7-11), tak urung hatinya hancur karena sedih membayangkan apa yang akan diderita oleh bangsanya (18, 19a, 21-9:1).

Hati Yeremia tercabik menjadi dua. Pikirannya ditarik-tarik dari 2 pihak. Di satu pihak rasa belas kasihannya terhadap bangsa ini begitu besar. Ia tidak tega melihat bangsanya akan terpuruk secara politik, sosial, ekonomi, dan budaya (20, 9:10-11). Di pihak lain, ia begitu jengkel, kesal, dan habis kesabaran melihat tingkah laku bangsanya yang tidak pernah mau bertobat. Yeremia berangan-angan untuk pergi meninggalkan dan menyingkir dari bangsanya (9:2). Tapi itu tidak dilakukannya karena Yeremia sangat mencintai dan mempedulikan bangsanya. Yeremia adalah seorang nabi Tuhan yang tidak sekadar mewartakan berita kebenaran-Nya tetapi sungguh-sungguh menyatukan dirinya dengan bangsanya.

Renungkan: Kristen Indonesia tidak mungkin terbebas dari konflik batin seperti Yeremia, jika ia berusaha untuk terus hidup dalam kekudusan-Nya dan mencintai serta mempedulikan bangsanya. Namun hendaklah Kristen seperti Yeremia yang tetap tinggal bersama bangsanya. Ia harus terus menerus menyerukan kebenaran dalam kasih tanpa mengkompromikan kasih demi kebenaran atau kebenaran demi kasih.

(0.076676554285714) (Yer 11:1) (sh: Komitmen karena penebusan (Jumat, 15 September 2000))
Komitmen karena penebusan

Komitmen karena penebusan. Firman Tuhan ini disampaikan oleh Yeremia tepat setelah hukum Taurat ditemukan di bait Allah (2Raj. 22). Walaupun raja Yosia sedang berusaha keras mengadakan pembaharuan bagi bangsanya, Allah tetap mengutus nabi Yeremia untuk mengingatkan bangsa Yehuda tentang peristiwa sejarah di gunung Sinai ketika nenek moyang mereka membuat perjanjian dengan Allah, setelah dibebaskan dari perbudakan tanah Mesir (3-5). Di dalam perjanjian itu terdapat jalan kehidupan bagi umat pilihan. Jika mereka mentaati dan menyembah Allah dengan segenap hati, maka Allah akan memberkati mereka secara materi dan rohani dengan berkelimpahan.

Setelah mengingatkan, Yeremia juga diutus Allah untuk menegur bangsa Yehuda secara keras sebab mereka telah mengingkari perjanjian yang dibuat-Nya dengan nenek moyang mereka. Mereka tidak taat kepada Allah dan telah memenuhi Yerusalem dengan berhala-berhala (6-10,13). Maka mereka akan ditimpa malapetaka yang didatangkan Allah atas mereka dan mereka tidak dapat menghindar atau membela diri lagi sebab Allah bertindak berdasarkan perjanjian (11-12, 17). Oleh sebab itu Yeremia dilarang untuk berdoa bagi bangsanya sebab semuanya sudah terlambat (14). Ketidaktaatan adalah jalan menuju kehancuran bagi umat pilihan Allah. Nazar-nazar dan daging- daging suci tidak akan pernah dapat menyelamatkan mereka (15). Sebab itu semua hanyalah lambang ritual keagamaan saja. Allah menuntut komitmen moral dan rohani secara total dalam perjanjian itu.

Betapa bersyukurnya kita yang hidup di dalam anugerah Allah. Sebab jalan kehidupan kita adalah Yesus Kristus sendiri. Jalan menuju kematian telah tertutup bagi mereka yang berada di dalam-Nya. Namun Kristen tidak boleh menjalani kehidupan sesuai kehendaknya sendiri. Sebab jika bangsa Yehuda yang hanya ditebus dari perbudakan Mesir, dituntut untuk mempunyai kehidupan spiritual dan moral yang sesuai dengan kehendak-Nya, tentunya Kristen yang sudah ditebus dari dosa maut dengan darah Anak Tunggal-Nya harus hidup berpadanan dengan pengorbanan-Nya tanpa perlu dituntut.

Renungkan: Seperti bangsa Yehuda yang harus diingatkan dan ditegur, hendaklah kita saling mengingatkan dan menegur agar hidup kita semakin serupa dengan Dia.

(0.076676554285714) (Yer 17:1) (sh: Dosa dan respons terhadap kebenaran (Senin, 25 September 2000))
Dosa dan respons terhadap kebenaran

Dosa dan respons terhadap kebenaran. Melalui Yeremia, Allah menegaskan kepada bangsa Yehuda 3 dosa mereka yang mendatangkan bencana dan malapetaka. Pertama, dosa sudah terukir dalam hati bangsa Yehuda (1-4). Ini menggambarkan dan menunjukkan apa yang terjadi di dalam kehidupan batiniah yang menjadi pusat kepribadian mereka. Tidak ada tanda atau goresan sedikit pun pada hati mereka yang menandakan suatu respons yang baik terhadap firman-Nya. Apa yang tergores sangat dalam di dalam hati mereka hanyalah dosa (1). Kedua, mereka lebih mengandalkan manusia daripada Allah (5-8). Ketiga, hati bangsa Yehuda sudah sedemikian bobrok dan korup sehingga tidak mungkin diperbaharui lagi (9-13). Hati mereka secara terus-menerus berpaling kepada dosa. Karena itu Allah tidak dapat dipersalahkan jika Ia mendatangkan malapetaka dan bencana besar atas bangsa Yehuda yang hidup moral, sosial, dan spiritualnya sudah bobrok dan amburadul.

Namun bangsa Yehuda bukannya segera menangisi dan menyesali dosa-dosanya serta memohon belas kasihan-Nya, sebaliknya mereka mengolok-olok Yeremia dan firman-Nya yang ia beritakan. Tindakan ini menunjukkan bahwa mereka sudah tidak takut lagi terhadap penghukuman Allah, bahkan cenderung menantangnya (15). Mereka juga menuduh Yeremia mengada-ada dan senang jika bangsanya ditimpa bencana dan malapetaka (16). Bahkan mereka mengancam keselamatan Yeremia sehingga menyebabkan Yeremia berteriak minta tolong kepada Allah agar membela dan melindunginya (14, 17-18).

Respons bangsa Yehuda terhadap Yeremia adalah buah yang pasti dari hati manusia yang sudah dikuasai dan dibutakan oleh dosa. Bukankah ini juga yang terjadi dan yang kita lihat di sekeliling kita saat ini? Mereka yang secara terang-terangan terlibat dalam tindak kejahatan korupsi tingkat tinggi dan kejahatan terhadap hak azasi manusia justru dapat berbalik mengancam dan menyerang pembela-pembela kebenaran, bahkan menimbulkan gejolak politik dan sosial di negara ini.

Renungkan: Akankah kita takut dan berdiam diri menghadapi respons yang justru mengancam dan menyerang? Kita mungkin takut, berteriak-teriak kesakitan, dan meratap kepada Allah mohon perlindungan, namun itu bukan alasan berdiam diri dan membiarkan dosa terus menguasai seluruh anak bangsa.

(0.076676554285714) (Yer 18:1) (sh: Tukang periuk Illahi (Rabu, 27 September 2000))
Tukang periuk Illahi

Tukang periuk Illahi. Yeremia diutus pergi ke tukang periuk dan memperhatikan bagaimana ia bekerja. Ketika bejana yang sedang dibentuknya rusak atau mempunyai cacat, bejana tersebut dihancurkan menjadi tanah liat kembali, kemudian dibentuk ulang agar menjadi bejana yang lebih baik (1-4). Allah memberitahukan Yeremia bahwa Ia akan bertindak terhadap Yehuda seperti tukang periuk itu terhadap bejana tanah liatnya. Ia akan membentuk bangsa Yehuda terus-menerus melalui penghukuman dan pembaharuan, hingga menjadi bangsa pilihan sesuai kehendak-Nya (5-10). Yeremia segera mewartakan berita ini kepada seluruh Yehuda dan mendesak mereka untuk bertobat. Namun bangsa Yehuda bersikeras bahwa semua sudah terlambat dan tetap tidak mau mengubah jalannya (11-12).

Alam secara konsisten mengikuti pola kehidupan yang sudah ditentukan Allah (14). Namun bangsa Yehuda telah meninggalkan pola kehidupan yang sudah Allah sediakan bagi mereka. Bangsa Yehuda seperti bejana tanah liat yang rusak sehingga harus dihancurkan ( 16-17), untuk kemudian dibentuk dan diperbaharui lagi menjadi bangsa yang sesuai rencana-Nya. Berita yang Allah komunikasikan melalui gambaran pekerjaan tukang periuk bukanlah semata-mata berita tentang kedaulatan Allah namun berita tentang anugerah Allah. Sekalipun umat-Nya membangkang terhadap 'tukang periuk' Illahi namun Allah tetap sudi mengulangi pekerjaan dari awal dan membentuk kembali bangsa pilihan-Nya menjadi periuk yang baik yang sudah Ia rencanakan sejak semula. Bangsa Yehuda yang tetap memberontak kepada Allah dan terlalu terlambat meninggalkan jalannya yang sesat, akan mengalami penderitaan dan penghancuran ketika Babel menyerang. Mereka yang selamat dari penyerangan Babel menjadi 'tanah liat' yang siap dibentuk kembali di tangan-Nya.

Renungkan: Sampai kini pun Allah masih menjadi tukang periuk Illahi bagi kehidupan kita. Ia bekerja melalui berbagai peristiwa yang menyakitkan, menyedihkan, dan menyesakkan, agar terus membentuk kita menjadi bejana indah yang sesuai dengan maksud-Nya. Kita harus senantiasa melembutkan dan tidak mengeraskan hati ketika ditegur karena dosa-dosa kita, sehingga Dia dapat bekerja di dalam diri kita dan menjadikan kita indah pada waktunya.

(0.076676554285714) (Yer 21:1) (sh: Teliti sebelum berdoa (Senin, 2 Oktober 2000))
Teliti sebelum berdoa

Teliti sebelum berdoa. Akhirnya Zedekia berpaling kepada Allah memohon pertolongan-Nya, ketika Yerusalem dikepung tentara Babel. Tindakan Zedekia berdasarkan fakta sejarah bahwa lebih dari 100 tahun yang lalu ketika Yerusalem dikepung oleh Sanherib dan tentara Asyur (lihat 2Raj. 19:35-36), Allah membuat mukjizat sehingga Yerusalem selamat. Ia berharap Allah akan membuat mukjizat lagi karena situasi yang dihadapi oleh Zedekia sama dengan peristiwa yang lalu. Bagaimana jawaban Allah? Jauh dari apa yang Zedekia harapkan. Dengan tegas Yeremia mengulang pemberitaan hukuman atas Yerusalem yang sudah bertahun-tahun diberitakan. Allah tidak akan berperang bagi umat-Nya, sebaliknya Ia akan berperang melawan umat-Nya (4-7). Satu-satunya jalan untuk selamat dari pedang Babel adalah meninggalkan Yerusalem dan menyerah kepada Nebukadnezar (8-10). Mereka yang tetap bertahan di kota pasti akan mati karena ada 3 jenis serangan dahsyat yaitu pedang, kelaparan, dan penyakit sampar.

Apa yang dilakukan Zedekia semakin menunjukkan kebodohan dan kebebalannya. Bukankah Allah melalui Yeremia sudah berkali-kali memperingatkan akan datangnya penghukuman atas Yehuda dengan berbagai cara dan menyerukan pertobatan? Sekarang jika penghukuman itu tiba, mengapa mereka berharap keselamatan yang daripada-Nya? Zedekia seharusnya meneliti perjalanan hidup bangsa dan dirinya sendiri sehingga ia dapat memohon pertolongan Allah secara tepat.

Kita seringkali mengulangi kebodohan Zedekia. Sebagai contoh, setelah kita mendengar kesaksian seorang yang diselamatkan Allah dari kebangkrutan usahanya, maka ketika kita pun mengalami masalah yang sama, kita berteriak kepada Allah agar melakukan mukjizat yang sama. Kita tidak mau atau enggan meneliti perjalanan hidup kita.

Renungkan: Mungkin Allah pernah memperingatkan jika kita tidak bertobat maka hukuman akan tiba. Namun kita mengeraskan hati dan tetap hidup bermandikan dosa. Ketika hidup kita dilanda kesulitan, usaha kita mengalami kebangkrutan dan rumah tangga berantakan, maka sebelum berdoa meminta pertolongan-Nya, telitilah dahulu perjalanan hidup kita. Allah tetap akan menolong bukan dengan cara membebaskan kita dari kesulitan, tetapi dengan cara menuntun kita keluar dari segala kesulitan dan penderitaan akibat dosa dan kesalahan kita.

(0.076676554285714) (Yer 21:11) (sh: Pergilah ke istana (Selasa, 3 Oktober 2000))
Pergilah ke istana

Pergilah ke istana. Tuhan sangat serius terhadap masalah ketidakadilan. Ia benci pemerasan. Pemerasan dan ketidakadilan seperti minyak yang memancing api kehangatan murka Tuhan. Api murka Allah yang sudah berkobar tidak dapat dipadamkan oleh siapa pun (12). Allah sangat memperhatikan kehidupan para janda, anak-anak yatim, dan orang-orang yang dirampas haknya yang tidak berdaya membela diri. Orang-orang demikianlah yang seringkali menjadi sasaran empuk para penguasa yang lalim dan serakah untuk ditindas, diperas, dan bila perlu dilenyapkan dari muka bumi (22:3). Karena itu Allah mengutus Yeremia pergi ke istana raja dan mengecam keras keluarga raja Yehuda yang mempraktikkan ketidakadilan dan penindasan. Ia juga mengancam akan menghukum mereka dengan dahsyat jika mereka tidak mau memperbaiki sistem hukum dan peradilan di negara Yehuda (22:1-4). Sebagai penguasa tertinggi, rajalah yang paling bertanggung jawab jika terjadi praktik ketidakadilan, pelecehan hukum, dan ketimpangan sosial. Raja mempunyai wewenang dan kemampuan untuk memperbaiki sistem sosial, ekonomi, dan politik di negaranya.

Pertanyaan bagi gereja di Indonesia adalah apakah masalah ketidakadilan sosial dan pelecehan hukum menjadi agenda utama dalam kegiatan-kegiatan pelayanannya? Atau jangan-jangan kita malah menutup mata, pura-pura tidak melihat, bahkan menarik diri dari masalah yang sangat menjadi perhatian utama Allah, kemudian mengambil keputusan untuk menyerahkan masalah-masalah itu kepada pemerintah, instansi terkait ataupun LSM-LSM yang ada. Seperti Yeremia diutus Allah ke istana, gereja pun diutus Allah untuk pergi ke istana. Gereja diutus untuk menyampaikan suara Allah kepada siapapun yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk menegakkan keadilan dan supremasi hukum di negeri kita. Gereja harus menyuarakan konsekuensi yang akan menimpa bangsa ini jika para pemimpin bangsa tidak segera bertobat dan memperbaiki sistem pemerataan ekonomi secara adil.

Renungkan: Pelayanan ini tidak dapat ditunda lagi. Terlalu banyak rakyat kecil yang menderita karena ditindas dan diperdayai, suara mereka sudah parau karena berteriak meminta belas kasihan kepada para penguasa dan dermawan. Jangan tunda hingga Tuhan mendatangkan hukuman yang dahsyat bagi bangsa ini.

(0.076676554285714) (Yer 25:15) (sh: Allah pengendali sejarah bangsa (Rabu, 11 Oktober 2000))
Allah pengendali sejarah bangsa

Allah pengendali sejarah bangsa. Firman Tuhan tentang piala amarah Tuhan atas bangsa-bangsa datang kepada Yeremia pada tahun keempat pemerintahan Yoyakim atau tahun pertama pemerintahan Nebukadnezar 605 s.M. (1). Piala murka Allah harus diminum oleh banyak bangsa secara bergilir dan berurutan. Bangsa Yehuda minum untuk pertama kali (29). Kemudian piala itu diberikan kepada bangsa-bangsa lain dan setelah semuanya minum barulah Sesakh, nama lain dari Babel, meminumnya (26). Firman ini mengungkapkan bahwa kelak satu demi satu bangsa-bangsa yang disebutkan dalam ayat 18-25 akan mengalami penderitaan di tangan Nebukadnezar.

Semua pernyataan Allah ini benar-benar terjadi di dalam sejarah dunia. Yehuda dihancurkan oleh Nebukadnezar dan sebagian besar rakyatnya dibawa ke Babel sebagai tawanan. Mesir tak kuasa membendung serangan Babel 3 tahun setelah firman ini datang kepada Yeremia (46:2). Filistin dihancurkan oleh air yang mengamuk dari utara - arah mata angin utara menunjuk kepada Babel (47:2). Bangsa Edom, Moab, bani Amon, raja Tirus, dan Sidon beserta para sekutunya menantang Babel (27:1-3) sehingga harus menanggung konsekuensinya (48:1-49:22). Raja-raja di daerah padang pasir seperti Dedan, Tema, dan Buz yang tinggal di bagian utara semenanjung Arab juga lari tunggang langgang dihalau oleh Nebukadnezar (49:28-33).

Apa yang ingin diungkapkan melalui peristiwa yang pernah tercatat di dalam sejarah dunia ini? TUHAN Allah Israel adalah TUHAN semesta alam (15, 27-29). Firman, kekuasaan, dan kekuatan-Nya berlaku atas seluruh bangsa yang ada di dunia, bukan hanya kepada Israel. Kebenaran ini digambarkan melalui Yeremia yang diperintahkan untuk meminumkan isi cawan kepada segala bangsa. Kepada yang menolak, harus tetap meminumnya (17, 28-29). Mereka tidak mempunyai kekuatan untuk menolaknya, karena mereka diwajibkan oleh Allah. Siapa yang dapat mewajibkan bangsa-bangsa di seluruh bumi? Apakah PBB, IMF, Unesco, Nato, Amerika Serikat?

Renungkan: Segala perubahan yang terjadi dalam peta politik, sosial, budaya, dan ekonomi tidak seharusnya membuat kita takut dan gentar sebab Allah yang memegang kendali. Itu semua tercatat dalam Alkitab kita.

(0.076676554285714) (Yer 31:10) (sh: Hari depan yang lebih baik (Rabu, 25 April 2001))
Hari depan yang lebih baik

Hari depan yang lebih baik. Di dunia ini tidak ada yang dapat menandingi kualitas kasih sayang seorang ibu kepada anak-anaknya. Demikian pula tidak ada yang dapat menandingi duka seorang ibu yang kehilangan anak-anaknya. Namun dalam nas kita hari ini para ibu bangsa Yehuda diperintahkan oleh Allah supaya berhenti menangis karena kehilangan anak-anak mereka. Mengapa? Sebab masih ada harapan bagi masa depan mereka. Anak-anak mereka akan kembali. Penderitaan yang mereka alami bukanlah babak akhir bagi mereka, karena kebahagiaan dan kedamaian akan segera menggantikannya.

Firman kepada para ibu Yehuda merupakan bagian dari janji pengharapan yang diberikan kepada bangsa Yehuda. Semua janji Allah itu menyatakan bahwa masa depan mereka sangat cerah. Allah tidak hanya akan mempersatukan mereka kembali namun Allah sendiri yang akan memelihara dan menjaga keamanan mereka setelah dipersatukan, sehingga tidak akan ada lagi musuh yang dapat menghancurkanya (10). Jika Allah adalah gembalanya, apa yang harus ditakutkan oleh domba-domba-Nya. Mereka telah dilepaskan dari penguasa kuat yang menindas dan mengeksploitasinya (11). Kemerdekaan sebuah bangsa merupakan pintu gerbang menuju kebahagiaan di masa depan bagi sebuah bangsa. Apa yang akan terjadi pada taman yang diairi dengan baik? Itulah yang akan terjadi pada Yehuda sebab bukit Sion sudah dipulihkan. Ke sanalah Yehuda akan beribadah. Ke sanalah Yehuda akan menemukan sumber air kehidupan. Karena kebajikan Allah hidup mereka semuanya terjamin baik anak-anak, anak muda, hingga orang tua, baik yang dilayani maupun yang melayani.

Janji Allah ini pasti sebab Allah sendiri yang menjanjikan. Bahkan jika Allah tidak mau atau tidak dapat menepati janji-Nya, maka Nama Allah akan dipertaruhkan, sebab bukankah Ia sendiri sudah menyatakan semuanya bukan saja kepada bangsa Yehuda tapi juga kepada bangsa- bangsa lain di seluruh pelosok dunia (10)? Dialah Alaah pengharapan yang pasti bagi masa depan yang lebih baik.

Renungkan: Jika Yehuda yang telah memberontak kepada Allah dijanjikan masa depan yang penuh harapan, lebih-lebih lagi Kristen yang sudah dibebaskan dari perbudakan dosa tidakkah hari depan kita juga penuh harapan?

(0.076676554285714) (Yer 31:35) (sh: Hanya Yesus dan hanya Gereja-Nya (Jumat, 27 April 2001))
Hanya Yesus dan hanya Gereja-Nya

Hanya Yesus dan hanya Gereja-Nya. Jika matahari terbit dari barat, maka aku akan memberikan apa pun yang engkau minta. Bagaimana respons Anda jika ada orang yang mengatakan ini kepada Anda? Pasti Anda akan berpendapat bahwa orang itu memang tidak pernah berniat untuk memberi Anda apa pun. Mengapa? Sebab tidak mungkin matahari terbit dari barat.

Bagaimana jika seseorang berjanji sepasti hukum alam? Kita yakin bahwa orang itu pasti akan menepati. Demikianlah janji Allah kepada Israel dan keturunannya. Mereka tidak akan pernah habis atau berhenti menjadi umat Allah. Kasih setia Allah yang seluas langit tak berbatas memberikan kepastian bahwa Israel tidak akan pernah ditolak sebagai umat-Nya. Tidak hanya itu Israel akan membangun kembali kota-kotanya dan wilayahnya akan semakin luas.

Janji yang diucapkan Allah ini masih merupakan bagian dari perjanjian baru yang ditetapkan oleh Allah. Karena itu penggenapannya tetap merujuk kepada karya Kristus. Ini berarti Israel di sini menunjuk kepada Israel rohani yaitu Gereja Tuhan. Yesus sendiri pernah menegaskan hal ini (Mat. 16:18). Artinya Gereja Tuhan di dunia ini tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun. Sejarah sudah membuktikan bahwa usaha apa pun untuk melenyapkan Gereja Tuhan tidak akan terlaksana. Bahkan gereja terus berkembang dalam arti penjangkauan berdasarkan wilayah. Banyak daerah yang dulunya belum terjangkau oleh Injil sekarang mulai dijangkau. Banyak gereja didirikan di tempat terpencil untuk menjangkau siapa pun yang belum mendengar Injil.

Penggenapan yang lebih utama dan yang sangat menguatkan iman kristen adalah hanya orang yang percaya kepada Yesus yang Allah akui sebagai umat-Nya. Artinya manusia dapat menjadi umat Allah jika ia percaya kepada Yesus. Janji Allah ini pasti dan tidak akan berubah sampai kapan pun seperti hukum alam.

Renungkan: Pembakaran dan pengeboman gedung-gedung gereja yang terjadi di negara kita tidak akan dapat memusnahkan Gereja Tuhan. Keturunan 'Israel rohani' tidak akan berhenti. Insiden ini justru semakin mengokohkan identitas kita sebagai umat Allah dan identitas mereka yang melakukan pembakaran dan pengeboman sebagai musuh Allah.

(0.076676554285714) (Yer 34:8) (sh: Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan (Kamis, 3 Mei 2001))
Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan

Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan. Orang-orang Yehuda dari golongan menengah ke atas mengingkari perjanjian dengan Allah (15, 18). Mereka berhasil memperbudak kembali budak-budak yang sudah dibebaskan. Mereka lebih berjaya dan mampu dibandingkan dengan Firaun yang gagal membawa kembali Israel ke tanah Mesir. Namun seperti Firaun, mereka pun akan menerima hukuman dari Allah karena mengingkari janjinya (17-22).

Para orang kaya Yehuda dan Firaun mempunyai jenis ketaatan yang sama yaitu ketaatan karena ketakutan terhadap ancaman yang tidak mampu mereka atasi. Tentara Babel hanya menyisakan Lakhis dan Seka sebagai kota benteng Yehuda. Kemampuan dan kekuatan mereka sendiri tidak dapat menghalau Babel. Karena itu mereka akan mencoba usaha-usaha lain walaupun harus menderita kerugian materi. Pertama, mereka mengambil hati para budak dengan cara membebaskan mereka agar mereka mau turut serta mempertahankan Yerusalem dengan sekuat tenaga. Kedua, mereka mengantisipasi masa depan mereka yang akan sama-sama menjadi budak Nebukadnezar. Para budak dapat membalas dendam kepada mereka. Ketiga, mereka mencoba merayu Allah dengan melakukan firman-Nya (Kel. 21:1-4; Ul. 25:12) agar Allah sudi menolong mereka. Karena itu dapat dikatakan bahwa tindakan mereka bukanlah bentuk ketaatan kepada Allah tetapi merupakan bentuk usaha untuk mempertahankan keamanan, kenyamanan, dan kesenangan diri. Ini merupakan ketaatan kepada diri sendiri. Setelah Babel mundur dari Yerusalem karena tentara Mesir datang menolongnya, maka mereka segera menjalankan perbudakan lagi (21 bdk. 37:6-9). Mereka memang mempunyai kemampuan untuk itu yaitu kemampuan ekonomi (11). Dalam situasi perang, para budak yang dibebaskan tidak mampu mencari nafkah dengan mengolah tanah mereka atau berternak, kecuali rela dipaksa menjadi budak kembali untuk mempertahankan hidup.

Renungkan: Apa yang dapat dilihat di sini? Ketidaktaatan tidak selalu dipicu oleh godaan dari luar diri kita tapi dapat juga dipicu oleh kelebihan yang kita miliki, seperti kekayaan materi, kekuasaan yang didapat karena kedudukan, kemampuan kita untuk mengantisipasi situasi yang akan datang, dan kejelian melihat peluang. Karena itu berhati-hatilah dengan segala kemampuan dan kelebihan yang Anda miliki.

(0.076676554285714) (Yer 39:1) (sh: Perbedaan orang yang setia dan tidak setia (Kamis, 10 Mei 2001))
Perbedaan orang yang setia dan tidak setia

Perbedaan orang yang setia dan tidak setia. Akhirnya, apa yang dinubuatkan oleh Yeremia selama bertahun-tahun menjadi realita bagi Yehuda. Yeremia sudah memperingatkan agar Yehuda tidak bergantung kepada Mesir ataupun kekuatan lainnya kecuali Allah. Tak henti-hentinya Yeremia mendorong dan membujuk Zedekia untuk tunduk kepada Babel agar Yehuda tidak dihancurleburkan oleh Nebukadnezar. Usaha-usaha Yeremia gagal total. Namun ada 2 orang yang tidak ikut mengalami kehancuran yaitu Yeremia dan Ebed-Melekh.

Berlatarbelakang serangan Babel yang membumihanguskan Yerusalem, perbandingan yang kontras tentang kondisi akhir antara orang yang tidak setia dan yang setia kepada Allah digambarkan dengan jelas. Ketika diperhadapkan pada Nebukadnezar, Zedekia pasti teringat nubuat Yeremia tentang dirinya (34:3) dan ia pasti sangat menyesal mengapa ia tidak mau menaati Allah. Tidak sedikit pun kemegahan Yerusalem yang tersisa: istana, rumah, dan tembok kota. Sekarang Yerusalem hanya dihuni oleh rakyat miskin yang tidak mempunyai apa-apa. Apa yang dipertahankan oleh Zedekia - kedudukan, kemegahan, kekayaan - dengan berbagai cara hingga memilih untuk tidak taat kepada firman-Nya, habis tak bersisa. Tidak hanya itu, harta yang paling berharga yang ia miliki yaitu anak-anak, dibunuh di depan matanya sebelum kedua matanya dicungkil oleh Nebukadnezar. Mengapa hidup Zedekia begitu tragis? Jawabannya terletak pada bentuk ketidaksetiaan Zedekia. Ia tidak menolak atau menentang Allah, namun ia tidak mampu menaati kehendak-Nya ketika tekanan menderanya. Dibandingkan Zedekia, apa yang menimpa Yeremia sangat bertolakbelakang. Nebukadnezar begitu memperhatikan dan melindunginya sehingga tidak hanya diri dan tubuhnya, rumahnya pun masih utuh. Hal serupa dialami juga oleh Ebed-Melekh meskipun tidak dipaparkan secara rinci. Yeremia dan Ebed-Melekh tetap setia kepada Allah walaupun harus mengorbankan kesenangan, kenikmatan, bahkan keselamatan diri, hasilnya mereka tidak kehilangan apa pun.

Renungkan: Kisah hidup mereka merupakan peringatan keras buat kita. Kesetiaan dan ketidaksetiaan merupakan hal yang sangat serius di mata Allah dan sangat menentukan bagi kehidupan umat-Nya di masa mendatang. Minta kepada Allah untuk terus menegur sebab ketidaksetiaan Kristen seringkali karena tekanan ekonomi dan karier.

(0.076676554285714) (Yer 44:1) (sh: Kehancuran total bagi hati yang bebal (Selasa, 15 Mei 2001))
Kehancuran total bagi hati yang bebal

Kehancuran total bagi hati yang bebal. Perikop kita hari ini berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda yang mengungsi ke Mesir. Sepintas ini sangat mirip dengan pasal 29 dan 32 yang berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda sebelum pembuangan. Namun ada satu hal penting yang membedakan perikop ini dengan kedua pasal sebelumnya yaitu perikop ini tidak mewartakan pengharapan setelah penghukuman. Komunitas Yehuda yang ada di Mesir telah melakukan kesalahan fatal yang memupuskan semua pengharapan yang sungguhnya tersedia bagi mereka. Apa yang mereka lakukan dan bagaimana?

Di Mesir mereka menyembah allah lain - ratu sorga. Perzinahan rohani ini bukan suatu kekhilafan atau pun dosa yang baru mereka lakukan. Sebaliknya perzinahan rohani sudah membudaya di kalangan Yehuda karena sudah dilakukan oleh setiap orang Yehuda dari bayi sampai dewasa, laki-laki maupun perempuan (7). Lagipula hati nurani mereka sudah tumpul. Mereka telah sampai pada satu titik dimana hati mereka menjadi begitu keras sehingga tidak mungkin menyesali dan berbalik dari dosa- dosanya. Apa buktinya bahwa hati mereka sudah keras? Penghukuman Allah melalui tangan Babel yang baru saja mereka alami tidak membuat mereka jera sebaliknya mereka justru mendatangkan lagi celaka besar bagi diri mereka (7), dengan kesadaran penuh mereka menimbulkan sakit Allah dan mau menjadi kutuk dan aib di antara segala bangsa (8). Ketidaktaatan mereka bukan lagi disebabkan karena tekanan ataupun situasi dan kondisi yang memaksa mereka, namun secara sadar telah menjadi pilihan mereka. Bagi ketidaktaatan sedemikian tidak ada lagi hajaran dan disiplin yang akan menyadarkan dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Hanya ada satu yang harus dilakukan Allah yaitu menujukan wajah- Nya terhadap mereka dan mencabut sisa Yehuda (11-12). Artinya tidak ada pengharapan bagi masa depan Yehuda selain kehancuran total.

Renungkan: Ketidaktaatan yang dilakukan terus-menerus dapat menjadi kebiasaan, yang menjadikan hati kita keras sehingga tidak ada peringatan bahkan hajaran apa pun yang dapat menyadarkan kita dari ketidaktaatan itu, ujungnya adalah maut. Ini peringatan keras bagi kita untuk hidup dalam ketaatan terus-menerus.

(0.076676554285714) (Yer 45:1) (sh: Pelajaran dari Barukh (Kamis, 17 Mei 2001))
Pelajaran dari Barukh

Pelajaran dari Barukh. Pasal ini merupakan penutup bagi kisah Yeremia dan Yehuda karena nama Yeremia disebut terakhir kalinya sebagai bagian dari sebuah peristiwa. Berdasarkan keterangan waktu yang diberikan (1), pasal ini berhubungan dengan pasal 36.

Sebagai pembantu setia Yeremia, Barukh pasti ikut mengalami risiko yang hebat dari pelayanan Yeremia (11:18-23; 36:19; 43:3). Mengamati apa yang menimpa Barukh kita pasti cenderung untuk membenarkan sikap Barukh yang mengeluh (3), atau paling tidak beranggapan bahwa reaksi Barukh adalah wajar. Mengapa kita berpikir demikian? Sebab kesetiaan, kegigihan, dan ketekunan Barukh tidak seharusnya mendapatkan perlakuan demikian (lih. pasal 36). Dengan kata lain kita bertanya mengapa Allah membiarkan hamba-Nya yang setia mengalami itu semua?

Berdasarkan respons Allah atas keluhan Barukh yang nampaknya tidak lemah lembut (4-5) ada empat kebenaran yang dapat kita pelajari. Pertama, kesetiaan, kegigihan, dan ketekunan dalam pelayanan bukan tiket masuk ke dalam kehidupan yang bebas dari sakit hati, tangis, ketakutan, maupun ancaman maut. Kedua, risiko apa pun yang dialami oleh seorang pelayan Tuhan harus selalu dilihat dari perspektif tujuan karya Allah yang lebih besar bagi manusia. Jika Allah bertujuan untuk meruntuhkan apa yang sudah Ia bangun dan mencabut apa yang sudah Ia tanam bahkan sekalipun seluruh negeri, mengapa Barukh memikirkan kepentingannya sendiri? Ketiga, kesulitan, tekanan, dan ancaman yang dialami oleh hamba-Nya yang setia sudah diberi batas oleh Allah (5). Keempat, konsekuensi dosa dari kelompok mayoritas akan dialami oleh seluruh masyarakat termasuk di dalamnya orang benar. Seperti Yeremia dan Barukh, mereka pun harus merasakan kekurangan makanan, hidup di antara puing-puing, dan dipaksa mengungsi ke Mesir.

Renungkan: Hidup Kristen sangat dinamis karena melibatkan emosi, perasaan, dan rasio. Kristen bukan robot. Ia diberi kesempatan untuk mengobservasi, berinteraksi, dan menganalisa peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan yang menimpanya. Dengan jalan demikian ia akan menjadi manusia yang bertumbuh dan berkembang sesuai dengan kehendak-Nya berdasarkan kerelaannya sendiri. Namun demikian Allah tetap memberikan batas-batas agar Kristen tidak sampai dihancurkan.

(0.076676554285714) (Yer 46:13) (sh: Kiat dalam menghadapi kesulitan (Sabtu, 19 Mei 2001))
Kiat dalam menghadapi kesulitan

Kiat dalam menghadapi kesulitan. Nubuat penghukuman Mesir diberitakan lagi khususnya di 3 kota penting Mesir yaitu Migdol, menara yang terletak di sebelah utara Mesir, Tahpanhes kota perbatasan di sebelah timur, dan Memfis ibu kota Mesir zaman dulu dan pusat pemujaan dewa Mesir sepanjang masa. Ketiga kota ini bersama dengan kota Pathros merupakan pusat populasi Yehuda sejak tahun 582 s.M. Bukan kebetulan sebab memang nubuat ini diberikan bagi kepentingan Yehuda. Selama pemerintahan Yoyakim dan Zedekia, ada sekelompok pemuka Yehuda yang kuat mendukung pemberontakan kepada Babel dan persekutuan dengan Mesir. Apakah benar tindakan mereka?

Apis, lambang kekuatan mereka gagal dan tentara bayaran Mesir yang kekuatannya sangat dibanggakan juga tercerai- berai (15, 21). Kesuburan tanah Mesir (20) lenyap. Nama Firaun hanya akan menjadi cemoohan karena ketidakberdayaannya (17). Dewa utama Mesir, Amon, tidak mampu melindungi mereka (25). Akhirnya Mesir dan setiap orang yang percaya kepada Amon harus menyerah kepada Babel dan pergi ke pembuangan (19,26). Mesir bukan tempat perlindungan. Sementara itu Babel adalah alat utama Allah yang dipakai untuk menggenapi rencana penghukuman-Nya atas bangsa-bangsa termasuk Mesir, karena kesombongan dan nafsunya untuk terus berekspansi (7-8, 21).

Nubuat ini berusaha memimpin Yehuda ke arah dan prioritas yang benar yaitu keselamatannya sebagai sebuah bangsa, bukannya gengsi ataupun kemerdekaan sebuah bangsa. Keselamatan itu berada di dalam Allah (27-28) sebab Allahlah aktor utama dalam nubuat ini. Rencana Firaun untuk menaklukkan dunia ditaklukkan oleh rencana Allah.

Renungkan: Nubuat ini merupakan peringatan keras bagi Kristen di dalam menentukan arah dan prioritas dalam kehidupan, ketika kesulitan ataupun masalah menghadang, jangan sekali-kali menjadikan kehebatan manusia beserta uang, koneksi, dan kekuasaannya sebagai parameter dalam menentukan tindakan. Sebaliknya mintalah Allah menyatakan rencana-Nya di balik setiap kesulitan. Kemudian bertindaklah sejalan dengan rencana-Nya walaupun itu mungkin suatu tindakan yang bodoh di mata orang lain dan membuat kita lebih menderita atau merugi. Namun janganlah kuatir sebab ujung dari semua itu adalah keselamatan dari Allah.

(0.076676554285714) (Yer 50:35) (sh: Pengharapan dalam firman-Nya (Senin, 28 Mei 2001))
Pengharapan dalam firman-Nya

Pengharapan dalam firman-Nya. Ketika negara Uni Sovyet pecah, dunia tercengang. Bagaimana mungkin negara “Tirai Besi’ dapat terkoyak- koyak? Keterkejutan serupa akan dialami oleh masyarakat dunia pada abad ke 6 s.M. ketika Babel hancur (46). Bagi orang-orang Yahudi yang hidup dalam pembuangan di Babel, firman Allah tentang Babel ini merupakan berita pengharapan yang besar. Mengapa?

Orang-orang Yehuda sudah menyaksikan kepandaian orang-orang Babel dan kecanggihan sistem pemerintahan dan kehidupan masyarakatnya. Sistem pendidikan Babel sudah maju sehingga matematika, astronomi, dan astrologi yang merupakan hal baru sudah diajarkan di sekolah. Kehidupan beragama mereka juga mapan karena anak-anak mereka belajar ilmu agama dan tata ibadah di kuil-kuil mereka. Kekuatan militer dan ekonomi serta kesuburan tanah juga menjadi benteng Babel yang kokoh. Karena itu bagi Yehuda pintu pengharapan sudah tertutup.

Kini firman Tuhan datang dengan berita yang luar biasa yaitu Allah yang membebaskan mereka dari perbudakan Mesir sudah berketetapan dan berencana untuk menghancurkan Babel (44-46). Segenap lapisan masyarakat Babel akan ditimpa malapetaka hebat (35-38). Sistem kehidupan mereka akan dijungkirbalikkan. Sistem keagamaan hancur karena para tukang ramal mereka menjadi bodoh. Sistem keamanan akan runtuh karena tentaranya berhati lemah. Sistem ekonomi hancur karena cadangan devisanya dijarah habis. Sistem pertaniannya juga hancur karena air di Babel sudah menguap.

Pengharapan bangsa Yehuda yang ada dalam pembuangan ada dalam firman Allah. Firman itu memberikan pengharapan karena firman itu menyatakan siapa Allah dan apa rencana-Nya. Pengharapan itu akan menjadi milik mereka jika mau mendengar dan mempercayai firman Allah.

Renungkan: Pada masa sekarang pengharapan bagi manusia juga ada di dalam firman-Nya. Bangsa kita memang menghadapi berbagai persoalan dan kesulitan yang tidak kunjung habis. Masa depan menjadi semakin tidak menentu. Namun Kristen tidak boleh berputus asa atau gentar sebab di dalam Alkitab, kita akan menemukan firman-Nya yang menyatakan siapa Allah dan apa rencana-Nya. Itulah pengharapan kita asal kita mau mendengar dan percaya.

(0.076676554285714) (Yer 51:15) (sh: Perspektif Kristen (Rabu, 30 Mei 2001))
Perspektif Kristen

Perspektif Kristen. Perspektif apa yang akan Anda gunakan untuk melihat orang-orang yang ber-KKN masih menduduki kekuasaan, sementara itu orang yang benar harus terus berjuang untuk sesuap nasi, atau pihak-pihak yang bertanggungjawab terhadap pembakaran dan pemboman gereja masih terus bertakhta sementara Kristen harus bergulat dengan puing-puing? Kita seringkali menggunakan perspektif keadilan dan waktu dalam arti jika si jahat tidak segera dihukum maka ketidakadilan terjadi. Apakah perspektif yang demikian benar?

Tidak! Perspektif ini berbahaya karena dapat membawa Kristen ke dalam pragmatisme (ingat renungan 16 Mei). Lalu perspektif apa yang harus kita gunakan? Beberapa perspektif berikut sangat penting untuk Kristen Indonesia gunakan dalam menjalani kehidupan di negara ini. Pertama, Allah adalah penguasa, pengontrol, dan penentu seluruh alam semesta beserta segala isinya (15- 16). Allah berdaulat penuh. Kedua, di dunia ini ada 2 kelompok manusia. Kelompok pertama terdiri dari manusia yang beragama namun sebetulnya tidak mempunyai relasi dengan Allah. Kelompok kedua terdiri dari manusia yang mempunyai relasi dengan Allah karena mereka adalah umat dan milik-Nya (19). Ketiga, kedaulatan-Nya memampukan Allah untuk mengangkat dan memberikan takhta dan kemuliaan kepada manusia kelompok pertama untuk melaksanakan rencana-Nya bagi dunia dan umat-Nya (20- 23). Keempat, walaupun kelimpahan materi dan takhta, kelompok pertama tetap lawan Allah (25-29). Saatnya pasti akan tiba dimana Allah akan melucuti segala kekuasaan dan kemewahan mereka (29-30). Kelima, penderitaan sehebat dan seberat apa pun yang dialami oleh manusia kelompok kedua dan betapa pun gelapnya jalan yang terhampar (34), itu bukan merupakan akhir bagi mereka sebab kata akhir mereka adalah kasih setia Allah (24).

Renungkan: Kristen adalah kelompok kedua dalam kisah di atas. Kristenlah milik dan umat Allah yang berdaulat karena penebusan darah Kristus. Siapakah kelompok pertama itu? Karena itu pandanglah setiap peristiwa dan insiden yang terjadi di negara kita dengan perspektif ini karena akan memampukan Kristen untuk tidak hanya terfokus kepada realita kasat mata yang seringkali menyedihkan, tapi juga melihat realita lain di balik realita yang kasat mata tadi. Disitulah terletak pengharapan yang tidak berkesudahan.

(0.076676554285714) (Yeh 8:1) (sh: Agama alternatif (Senin, 23 Juli 2001))
Agama alternatif

Agama alternatif. Peristiwa yang terdapat dalam pasal 8 terjadi pada suatu masa dimana Yehezkiel sudah menjadi nabi atas orang-orang buangan di Babel, lebih kurang empat belas bulan setelah penglihatan pertama. Di hadapan para tua-tua Yehuda, kekuasaan Tuhan Allah meliputinya dan ia kembali menerima penglihatan dari Allah. Penglihatan itu memaparkan perzinahan rohani yang terjadi tepat di tengah-tengah pusat ibadah bangsa Israel yaitu Bait Allah.

Kepada Yehezkiel diperlihatkan 4 penglihatan tentang agama alternatif bangsa Israel yaitu ilah lain yang disembah secara sembunyi-sembunyi sementara mereka masih menyembah Allah. Pertama, bangsa Israel meletakkan berhala cemburuan di dekat jalan masuk gerbang mezbah (ayat 6). Kedua, 70 tua-tua Israel secara sembunyi- sembunyi menyembah gambar-gambar berhala menjijikkan yang terukir pada tembok (ayat 7-13). Ketiga, para perempuan pun terlibat dalam penyembahan berhala bahkan mereka sampai menangisi Tamus, dewi alam yang dilambangkan dengan taman dan cinta romantis. Keempat, para imam pun menyembah matahari dengan membelakangi Allah (ayat 16).

Apa yang mereka lakukan bukanlah perkara kecil di hadapan Allah (ayat 17) sebab tindakan mereka telah membuat kemuliaan Allah tidak ada lagi di dalam Bait Allah. Yehezkiel melihat kemuliaan Allah telah berada di tempat lain (ayat 4). Dari perjalanan penglihatan Yehezkiel, ada peringatan keras bagi umat Tuhan. Allah mengetahui setiap bentuk agama alternatif dalam kehidupan rohani umat-Nya sekalipun tersembunyi atau bahkan ditutupi dengan ibadah mereka di Bait Allah. Ini juga menyebabkan Allah undur dari kehidupan umat-Nya secara diam-diam sehingga ketika mereka menyadarinya semuanya sudah terlambat (ayat 18). Akibat puncak dari memiliki agama alternatif adalah kehancuran atas diri sendiri karena penghukuman Allah (ayat 18).

Renungkan: Pada masa kini agama alternatif ini dapat berbentuk uang, jabatan, karier, ilmu pengetahuan, partai politik, dlsb. Agama alternatif ini seringkali tertutup dengan kehidupan ibadah kita di gereja masing-masing sehingga tidak ada yang tahu. Ingatlah bahwa agama alternatif bukan masalah kecil di hadapan-Nya dan Ia akan menjatuhkan hukuman atas kita. Mintalah pada Tuhan untuk menyatakan kepada kita agama alternatif apa yang kita miliki dan segera tinggalkan.

(0.076676554285714) (Yeh 11:1) (sh: Seorang pemberita firman Tuhan (Kamis, 26 Juli 2001))
Seorang pemberita firman Tuhan

Seorang pemberita firman Tuhan. Ini adalah penglihatan terakhir dari 4 penglihatan yang berurutan (ayat 24). Dalam penglihatan ini, Yehezkiel melihat 25 orang pemimpin bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem. Karena masyarakat Yehuda yang berasal dari kalangan atas sudah dibawa ke dalam pembuangan, para pemimpin bangsa itu adalah orang-orang yang berasal dari kalangan yang lebih rendah. Yehezkiel mengenal beberapa dari mereka cukup dekat (ayat 1).Penglihatan terakhir ini diikuti dengan perintah kepada Yehezkiel untuk menjadi juru bicara Allah. Kita akan belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan seorang pemberita firman Tuhan.

Pada dasarnya berita yang harus disampaikan oleh Yehezkiel mempunyai tujuan yaitu meresahkan hati yang merasa damai dan tentram atau menentramkan dan menghibur hati yang resah. Ketika para pemimpin bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem mempunyai keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan sebab merekalah umat yang berharga bagi Allah (ayat 3), firman Tuhan harus disampaikan untuk meresahkan mereka sebab keyakinan mereka tidak berdasarkan firman-Nya. Sebaliknya penghukuman dan kehancuranlah yang menanti mereka (ayat 7-12). Namun kepada mereka dalam pembuangan yang hatinya resah dan tidak bahagia karena hidup jauh dari tanah pusaka mereka, janji pemulihan terhadap mereka diberikan untuk menentramkan dan menghiburkan (ayat 14-21). Untuk mencapai tujuan pemberitaan itu, Yehezkiel harus mempunyai keberanian dan mengikis rasa sungkan sebab ia mungkin harus berhadapan dengan para pemimpin serta orang-orang yang dikenalnya. Untuk itu ia tidak perlu kuatir karena Allah akan memberikan legitimasi kepada dirinya untuk menguatkan pemberitaannya (ayat 13).

Seorang pemberita firman Tuhan harus mempunyai hati yang penuh belas kasihan kepada setiap orang, betapa pun jahatnya orang tersebut (ayat 13), karena tujuan akhir dari setiap pemberitaan firman Allah adalah reformasi dan transformasi masyarakat untuk menjadi komunitas Ilahi yang hidup sesuai dengan firman-Nya (ayat 19-20). Tanpa hati yang penuh belas kasihan, ia akan seperti nabi Yunus.

Renungkan: Betapa mulia dan agung tugas seorang pemberita firman Tuhan. Karena itu marilah kita berdoa: Tuhan, jadikan aku saluran firman- Mu, kedamaian-Mu, penghukuman-Mu, dan keselamatan-Mu.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA