Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 5081 - 5100 dari 5776 ayat untuk pada [Pencarian Tepat] (0.009 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10199413793103) (Mat 10:2) (jerusalem) daftar keduabelas rasul (kata Yunani "apostolos" berarti: utusan), bdk Mar 3:14+; dan Luk 6:13+, dalam Perjanjian Baru disajikan sampai empat kali (Matius,, Lukas, Kisah Para Rasul) dengan perbedaan-perbedaan. Daftar itu terdiri atas tiga kelompok masing-masing memuat empat nama. Nama pertama dalam masing-masing kelompok selalu sama; Petrus, Filipus, Yakobus anak Alfeus. Tetapi dalam masing-masing kelompok urutan nama-nama lain dapat berbeda. Dalam kelompok pertama, yaitu kelompok murid yang paling berdekatan dengan Yesus, Matius dan Lukas mendekatkan satu sama lain orang yang bersaudara: Petrus serta Andreas, dan Yakobus serta Yohanes. Tetapi dalam Markus dan Kisah Para Rasul Andreas ditempatkan paling akhir, sedangkan kedua anak Zebedeus diajukan oleh karena bersama dengan Petrus menjadi murid Yesus yang terkarib, bdk Mar 5:37+. Kemudian, yaitu dalam Kisah Para Rasul, Yakobus anak Zebedeus ditempatkan sesudah adiknya Yohanes yang sudah menjadi lebih penting pada umat Kristen, bdk Kis 1:13; Kis 12:2+ dan sudah terasa dalam Luk 8:51+; Luk 9:28. Dalam kelompok yang kedua - agaknya orang itu lebih berdekatan dengan orang-orang bukan Yahudi - Matius ditempatkan paling akhir dalam daftar Matius dan Kisah Para Rasul dan hanya dalam Matius disebut "pemungut cukai". Adapun kelompok ketiga ia paling "Yahudi". Dalam urutan nama dalam kelompok itu Tadeus (Lebeus) dari daftar Matius dan Markus (kalau orang itu sama dengan Yudas (anak) Yakobus yang disebut Lukas dan Kisah Para Rasul) ditempatkan paling akhir dalam daftar Lukas dan Kisah Para Rasul. "Simon orang Zelot" dalam Lukas dan Kisah Para Rasul hanya terjemahan Yunani dari "Simon orang Kanaan" yang disebut Matius dan Markus (dalam teks Yunani; terjemahan Indonesia pakai: orang Zelot). Yudas Iskariot "yang menghianati Dia" selalu ditempatkan paling akhir, Gelar "Iskariot" kerap diartikan sebagai "orang Keriot" (sebuah kota di kawasan Yuda, Yos 15:25), tetapi barang kali gelar itu diambil dari bahasa Aram, "syeqarya", artinya: pembohong, munafik.
(0.10199413793103) (Mat 16:14) (jerusalem: salah seorang dari para nabi) Yesus sendiri hanya secara tak langsung dan samar-samar menyebut diriNya seorang nabi, Mat 13:57 dsj; Luk 13:33. Tetapi oleh rakyat dengan terus terang Yesus disebut seorang nabi, Mat 16:14 dsj; Mat 21:11,46; Mar 6:15 dsj; Luk 7:16,39; Luk 24:19; Yoh 4:19; Yoh 9:17. dan sebutan itu memang bersangkutan dengan Mesias. Roh kenabian itu sudah padam sejak nabi Maleakhi, tetapi menurut harapan Yahudi roh itu akan tampil lagi sebagai tanda zaman Mesias. Roh kenabian itu akan tampil lagi dalam diri nabi Elia, Mat 17:10-11 dsj; atau berupa pencurahan umum roh itu, Kis 2:17-18,33. Pada kenyataannya di zaman Yesus sudah tampak banyak nabi palsu, Mat 24:11,24 dsj, dll. Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi sejati, Mat 11:9 dsj; Mat 14:5; Mat 21:26 dsj; Luk 1:76, tetapi hanya sebagai seorang perintis yang dijiwai semangat Elia, Mat 11:10 dsj, Mat 11:14; Mat 17:12 dsj. Yohanes telah menyangkal bahwa dia itu "sang Nabi", yang dinubuatkan Musa (Ula 18:15), Yoh 1:21+. Kepercayaan Kristen hanya mengakui sang Nabi itu dalam diri Yesus, Kis 3:22-26+; Yoh 6:14; Yoh 7:40. Namun demikian karunia kenabian tersebar luas dalam jemaat Kristen purba sejak Pentakosta, Kis 11:27+. Gelar Yesus sebagai nabi tidak lama kemudian hilang dari jemaat dan diganti beberapa sebutan lain yang lebih tegas mengungkapkan siapa diri Yesus Kristus.
(0.10199413793103) (Yoh 1:14) (jerusalem: manusia) Harafiah: daging. Dengan menggunakan istilah itu, lih. Rom 7:5+. Yohanes menekankan bahwa Firman itu benar-benar termasuk umat manusia. Hal ini kerap kali ditonjolkan Yohanes. Kemudian orang berkata tentang "penjelmaan" (inkarnasi). Bdk 1Yo 4:2; 2Yo 7; demikianpun Paulus, Rom 1:3; Gal 4:4; Fili 2:7; Kol 1:19
(0.10199413793103) (Kis 2:42) (jerusalem) Baiklah dibandingkan dengan Kis 4:32-35 dan Kis 5:12-16. Ketiga "ringkasan" yang disusun oleh Lukas sendiri itu dengan cara serupa melukiskan kehidupan umat Kristen purba.
(0.10199413793103) (Kis 15:20) (jerusalem: makanan yang telah dicemarkan berhala-berhala) Ialah makanan yang dalam korban orang kafir telah dipersembahkan kepada berhala-berhala, bdk Kis 15:29 dan Kis 21:25. Lihat 1Ko 8-10
(0.10199413793103) (Rm 7:24) (jerusalem: tubuh maut) Tubuh bersama anggota-anggotanya, Rom 12:4; 1Ko 12:12,14 dst, ialah manusia dari segi jasmaniahnya, 1Ko 5:3; 2Ko 10:10, dan segi seksuilnya, Rom 4:19; 1Ko 6:16; 7:4; Efe 5:28. Tubuh itu oleh Paulus diberi perhatian oleh karena bersangkutan dengan kesusilaan dan keagamaan. Tubuh itu oleh "daging", Rom 7:5+, ditaklukkan kepada dosa, Rom 1:24; 6:12 dst; Rom 7:23; 8:13; 1Ko 6:18, dan kepada maut, Rom 6:12; 8:10. Dengan jalan itu tubuh menjadi "tubuh daging" (terj: tubuh yang berdosa), Kol 2:11; bdk Wis 1:4; 9:15, dan "tubuh maut", Rom 7:24. Namun demikian tubuh itu tidak teruntuk bagi kebinasaan, sebagaimana dipikirkan oleh filsafah Yunani; sebaliknya, sesuai dengan tradisi alkitabiah, Yeh 37:10; 2Ma 7:9, tubuh itu dipanggil untuk hidup, Rom 8:13; 2Ko 4:10, melalui kebangkitan, Rom 8:11. Prinsip pembaharuan itu ialah Roh Kudus, Rom 5:5+, yang mengganti "psikhe", 1Ko 15:44+, dan merobah tubuh orang Kristen menjadi serupa dengan tubuh Kristus yang dibangkitkan, Fili 3:21. Sementara menantikan pembebasan tubuh itu di akhir zaman, Rom 8:23, tubuh orang Kristen yang pada pokoknya sudah dibebaskan dari "daging" oleh karena persatuannya dengan kematian Kristus, Rom 6:6; 8:3 dst, sudah didiami Roh Kudus, 1Ko 6:19, yang membentuknya bagi suatu hidup baru dalam kebenaran dan kesucian, Rom 6:13,19; 12:1; 1Ko 7:34, suatu hidup yang berjasa, 2Ko 5:10, dan memuliakan Allah, 1Ko 6:20; Fili 1:20.
(0.10199413793103) (1Kor 1:9) (jerusalem: persekutuan) Kata "persekutuan" (Yunaninya: koinonia) dipergunakan dengan macam-macam arti. Tetapi arti dasarnya selalu sama: persekutuan yang berurat berakar dalam apa yang oleh beberapa orang dimiliki bersama, entahlah milik bersama itu milik materiil atau spirituil. Pada orang-orang Kristen milik materiil selalu disertai milik spirituil, Rom 15:26-27; 2Ko 8:4; 9:13; Gal 6:6; Fili 4:15-17. Ada kalanya orang "bersekutu" dalam perbuatan atau perasaan hati, 2Ko 1:7; 6:14; 1Ti 5:22; 2Yo 11; Wah 1:9. Adapun persekutuan yang menjadi dasar dan sumber segala macam persekutuan lain ialah persekutuan dalam hal-hal ilahi, 1Ko 9:23; Fili 1:5; File 6. Persekutuan itu mempersatukan kita dengan Bapa dan Anak, Yesus Kristus, 1Ko 1:9; 1Yo 1:3+, 1Yo 1:7+, dengan Kristus sendiri, 1Ko 10:16; Fili 3:10; 1Pe 4:13, dengan Roh Kudus, 2Ko 13:13+; Fili 2:1. Iapun mengikut-sertakan kita dalam kemuliaan yang akan datang, 1Pe 5:1. Oleh karena Kristus mengambil bagian dalam kodrat kita, Ibr 2:14, kitapun mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 2Pe 1:4+. Kata "persekutuan" mengungkapkan ciri khas jemaat Kristen, Kis 2:42+
(0.10199413793103) (1Tes 5:1) (jerusalem) Dengan memungut keterangan Tuhan sendiri tentang ketidak-pastian saat kedatanganNya yang terakhir, Mat 24:36 dsj; Kis 1:7, yang harus ditunggui orang sambil berjaga-jaga, Mat 24:42 dsj, Mat 24:50; 25:13, Paulus menegaskan bahwa tidak tahu akan saat itu. Hari Tuhan, 1Ko 1:8+, datang seperti pencuri pada malam hari, bdk Mat 24:43 dsj; orang harus berjaga-jaga, 1Te 5:6; bdk Rom 13:11; 1Ko 16:13; Kol 4:2; 1Pe 1:13; 5:8; Wah 3:2 dst; Wah 16:15, sebab waktunya memang singkat, 2Ko 6:2+. Meskipun dahulu dapat mengandaikan, bahwa akan dia antara mereka yang mengalami Hari itu, 1Te 4:17; bdk 1Ko 15:51, namun kemudian Paulus menganggap mungkin bahwa akan mati dahulu, 2Ko 5:3; Fili 1:23. Ia pun menegur mereka yang menyangka bahwa Hari itu sudah di ambang pintu, 2Te 2:1 dst. Pendapatnya mengenai pertobatan bangsa-bangsa bukan Yahudi, Rom 11:25, menyarankan bahwa waktu penantian itu akan berlangsung lama, bdk Mat 25:19; Luk 20:9; 2Pe 3:4,8-10.
(0.10199413793103) (Kej 1:1) (sh: Bukan cuma adegan pembuka (Senin, 27 Januari 2003))
Bukan cuma adegan pembuka

Bukan cuma adegan pembuka. Seorang teman pernah berkata demikian: beberapa menit pertama dari sebuah film (termasuk penampilan judul film) adalah salah satu kunci penting untuk mengerti sebuah film. Tanpanya, kita yang menonton bisa salah menangkap makna yang ingin disampaikan film itu.

Kedua ayat pendek ini pun bukan sekadar tambahan pelengkap, tetapi menyampaikan berita yang sangat dalam. Allah menciptakan segala sesuatu. Bahkan kekacauan bumi dan samudera juga diciptakan oleh Allah (ayat 1-2). Hal ini kontras dengan mitos penciptaan Mesir, yang menceritakan bahwa bumi, langit, para dewa-dewi termasuk Atum-Ra sang pencipta muncul dari sebuah samudera kekacauan yang dinamakan Nu. Atau kepercayaan Babel yang menyakini langit dan bumi diciptakan Marduk dari mayat dewi-monster ular Tiamat. Keunikan Allah diperkuat dengan pernyataan bahwa Roh-Nya "melayang-layang" di atas kekacauan pratatanan semesta (ayat 2b). Ini menunjukkan kuasa Allah yang menghidupkan, yang berkuasa penuh atas kekacauan tersebut.

Pernyataan ini penting karena umat Israel menghadapi klaim-klaim bangsa-bangsa tetangganya tentang penguasaan dewa/i mereka di dalam seluruh ataupun beberapa bidang kehidupan tertentu, misalnya peperangan, pertanian, dll. Berita Alkitab bahwa Allah mengasihi dan hendak menyelamatkan makhluk-Nya juga didasarkan pada pengajaran bahwa Allah adalah Sang Pencipta. Pemahaman yang benar akan penciptaan berimplikasi bahwa umat tidak akan berpaling ke kuasa lain selain Allah di dalam hal-hal penting dalam hidup mereka.

Renungkan: Kecenderungan dunia sehari-hari kita adalah meniadakan relevansi Allah di dalam kelangsungannya dan tindakan-tindakan yang kita ambil di dalamnya. Pikirkan bagaimana ikrar "aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi" dapat Anda wujudkan dalam keseharian kehidupan Anda!

(0.10199413793103) (Kej 1:31) (sh: Makan dan istirahat (Jumat, 31 Januari 2003))
Makan dan istirahat

Makan dan istirahat. Banyak orang yang berwawasan pemikiran modern, mengerti keilahian Allah secara aristotelianis: Allah itu tidak terbatas! Ia tidak membutuhkan sesuatu yang di luar diri-Nya, dan tidak mengalami degradasi dalam bentuk apa pun. Lalu mengapa Allah bisa menghasilkan suatu konsep yang sangat finit, materialis, manusiawi dan seperti makanan? Ada apa pula sehingga Allah berhenti dari pekerjaan-Nya dan beristirahat? (kata Ibrani syabat pada ayat 2-3 mengandung arti "berhenti" dan "beristirahat", bdk. BIS dan mayoritas versi bhs. Inggris)

Pasti Anda bisa menjawab ini dengan teologis dan benar: Allah beristirahat dan menciptakan makanan bukan karena keterbatasan- Nya, tetapi karena kehendak bebas-Nya yang berdaulat. Ini betul, tetapi implikasi dari pernyataan ini yang sering luput dari perhatian Kristen masa kini. Makan dan beristirahat adalah sesuatu yang baik, karena Allah yang menciptakan makanan dan mendesain kebutuhan untuk makan (mengapa hanya biji-bijian? bdk. 9:2-4), serta Ia juga memberi teladan dengan beristirahat (bdk. Kel. 20:8-11). Karena itu, kedua hal ini juga bersifat rohani karena spiritualitas kita seharusnya juga terwujud dari pandangan dan tindakan kita terhadap makanan dan istirahat. Kristen yang rohani tidak menyalahgunakan dengan berlebihan keduanya -- menjadi rakus dan malas -- dan juga tidak meniadakan dan menyangkali kebaikan dari kedua anugerah Allah ini.

Kristen di Indonesia kini punya panggilan besar untuk menunjukkan kesaksiannya, ketika dunia sekitar kita makin terbelah dua antara mereka yang sangat kekurangan dan kelebihan makanan, dan ketika dunia menjadi makin mencintai kesibukan.

Renungkan: Ketika manusia makan dan beristirahat dengan baik, ini menjadi berita kepada segenap alam bahwa ciptaan dan pemeliharaan Allah itu baik. Inikah yang berita yang diterima orang lain ketika mereka melihat kita makan dan pengaturan hidup kita?

(0.10199413793103) (Kej 9:1) (sh: Satu lagi kesempatan untuk manusia dari Allah! (Selasa, 11 Februari 2003))
Satu lagi kesempatan untuk manusia dari Allah!

Satu lagi kesempatan untuk manusia dari Allah! Manusia diberikan satu lagi kesempatan untuk memulai sesuatu yang baru dari awal. Kesempatan dari Allah tersebut seharusnya menjadi cambuk yang menyakitkan bagi kita. Betapa tidak, Allah yang telah kita kecewakan, malah melimpahkan semarak berkat-Nya. Allah tidak hanya memberi kesempatan, tetapi juga menitipkan ciptaan baru-Nya itu kepada kita. Sungguh suatu penghormatan yang luar biasa!

Perikop ini dibagi menjadi dua bagian. Bagian pertama, ayat 1-7, yang memuat tentang mandat Allah kepada Nuh untuk menghuni, menguasai, dan memelihara bumi. Uraian ini tampaknya merupakan pengulangan dari pasal 1:1-2:4a, tentang riwayat penciptaan. Pertama, perintah untuk memenuhi bumi (ayat 1,7) dan janji Allah untuk membuat ciptaan lain tunduk kepada manusia (ayat 2), tepat seperti yang telah ucapkan Allah kepada Adam di pasal 1:28. Kedua, Allah memberi jaminan bahwa Ia akan mempertahankan kelangsungan hidup mereka (ayat 5). Ketiga, Allah tetap mengklaim bahwa manusia adalah gambar Allah (ayat 6), merupakan penegasan ulang dari pasal 1:26-27. Manusia masih diberi kehormatan untuk menyandang gambar Allah.

Bagian kedua adalah ayat 8-17. Pada bagian ini, Allah memanggil segala makhluk hidup (ayat 9,10) untuk mengadakan perjanjian dengan Dia dalam alam ciptaan yang sudah dipulihkan. Isi perjanjian adalah bahwa Allah berjanji untuk tidak mendatangkan lagi air bah (ayat 11). Janji yang ditandakan dengan pelangi "busur" (ayat 12) ini mengandung pengertian bahwa seakan-akan Allah meletakkan senjata-Nya seraya mengumumkan damai. Pelangi melambangkan kasih pemeliharaan Sang Pencipta yang melingkupi (melengkung) di atas segala ciptaan.

Renungkan: Allah yang telah menjadikan kita, sekalipun kita menolak-Nya, masih tetap mengasihi kita.

(0.10199413793103) (Kej 9:18) (sh: Pengaruh dosa (Rabu, 12 Feruari 2003))
Pengaruh dosa

Pengaruh dosa. Hidup berlanjut terus, dosa pun mengikutinya. Kisah Nuh dan anak-anaknya menggambarkan lagi kebobrokan umat manusia. Nuh mabuk dan telanjang. Setelah manusia berpakaian, dalam dosanya ketahuanlah bahwa ia sebenarnya telanjang. Anaknya, Kanaan, tidak merasa itu mempermalukan. Ia malah memanggil kedua saudaranya, yang segera menutupi ketelanjangan ayah mereka. Sebagaimana Allah menutupi ketelanjangan Adam dan Hawa, Sem dan Yafet menutupi ketelanjangan Nuh. Mereka tidak ingin melihat ketelanjangan itu.

Firman ini berbicara tentang masalah seksualitas, entah dalam tingkat yang tinggi ataupun rendah. Yang kita ketahui adalah bahwa dalam periode-periode sejarah selanjutnya, perintah untuk menghormati orang tua dan tidak menyingkapkan aurat ayah merupakan hal-hal yang amat penting. "Menyingkapkan" aurat di sini mungkin mengacu ke hubungan seksual dengan istri Nuh (atau bahkan homoseksual) -- Imamat 18. Namun, bisa juga hanya sekadar ketelanjangan biasa. Intinya Allah ingin manusia berseksualitas terhormat. Peraturan Allah selanjutnya tentang seksualitas perlu kita hayati sebagai anugerah-Nya.

Kutukan Allah perlu kita perhatikan. Kutukan ini dahsyat. Kanaan akan menjadi yang terendah di antara saudara-saudaranya. Perhatikan kontras antara Ham dan Sem. Sem akan beranak cucu dan menghasilkan bangsa Semit, Israel. Ham akan memperanakkan bangsa Kanaan. Kedua bangsa ini akan bertarung akhirnya. Maka, kisah ini mencoba menceritakan asal-usul pertarungan dua bangsa. Keturunan Ham berlaku tidak bermoral dan tidak menuruti kehendak Allah. Keturunan Sem menaati perintah Alah. Keturunan Sem akan menang bukan karena kekuatan mereka, tetapi karena janji berkat Allah!

Renungkan: Kemenangan Anda terhadap dosa bukan dengan kekuatan Anda, tetapi karena kebergantungan pada janji Allah.

(0.10199413793103) (Kej 12:10) (sh: Berjudi dengan kalkulasi pribadi (Selasa, 27 April 2004))
Berjudi dengan kalkulasi pribadi

Berjudi dengan kalkulasi pribadi. Kadangkala saya merasa bahwa satu masalah dapat saya selesaikan sendiri tanpa bantuan orang lain, padahal orang yang lebih berpengalaman menasihati saya bahwa hal itu harus dikerjakan dalam tim. Tidak jarang, akhirnya bukan beres, pekerjaan itu malah berantakan. Saya berjudi dengan kalkulasi pribadi dan kalah!

Abram juga berjudi dengan kalkulasi pribadi, dan ia kalah! Ketika bala kelaparan menimpa Kanaan, ia memilih mengikuti kalkulasi pribadi daripada beriman kepada TUHAN yang sudah menjanjikan berkat (ayat 10). Memang, di Mesir berlimpah makanan, tetapi masalah justru datang dari pihak lain. Istrinya yang cantik menarik perhatian orang Mesir. Sekali lagi Abram dengan cepat membuat kalkulasi baru. Kali ini, ia menyuruh Sarai mengaku sebagai adiknya kepada orang Mesir (ayat 11-13). Dengan demikian, kalau orang Mesir bermaksud memperistri Sarai, mereka harus bernegosiasi dengan Abram. Maka, akan tersedia waktu untuk melarikan diri. Namun, sekali lagi kalkulasinya meleset. Firaun tertarik kepada Sarai (ayat 15-16). Tentu tidak mungkin bernegosiasi dengan Firaun. Lalu?

TUHAN pun harus turun tangan! Dengan mengirimkan tulah ke istana Firaun, Sarai dilepas, dan masalah yang ditimbulkan oleh perjudian kalkulasi itupun selesailah (ayat 17-20). Puji Tuhan!

Berapa banyak dalam hidup kita oleh karena kenekatan kita berjudi dengan kalkulasi pribadi, mengacaukan kehidupan sendiri? Bukannya dengan setia mengikut Tuhan, dan pada saat-saat susah lebih mendekat kepada Tuhan, justru kita mencoba mencari jalan pintas yang ujungnya semakin menjerat kita. Kiranya melalui kisah Abram ini kita belajar untuk lebih mempercayai Tuhan daripada otak/intuisi kita pribadi.

Tekadku: Saya akan mengandalkan Tuhan dalam setiap masalah hidup saya. Saya tidak akan berjudi dengan spekulasi-spekulasi bodoh!

(0.10199413793103) (Kej 15:1) (sh: Ku tahu siapa yang kupercaya (Sabtu, 1 Mei 2004))
Ku tahu siapa yang kupercaya

Ku tahu siapa yang kupercaya. Mengapa setelah menjadi anak Tuhan kita masih bermasalah? Di mana bukti dari janji-janji Allah yang memberikan pengharapan dan berkat-berkat? Apakah kenyataan di atas membuat iman kita ciut? Masihkah kita tetap percaya bahwa Tuhan kita dapat dipercayai?

Abram telah menerima janji TUHAN bahwa ia akan menjadi bangsa yang besar dan keturunannya akan menempati tanah Perjanjian. Namun sampai saat itu, ia belum juga memiliki putra kandung. Kini TUHAN meneguhkan janji-Nya sekali lagi dan Abram percaya akan janji itu (ayat 6).

TUHAN meneguhkan janji melalui upacara peneguhan perjanjian (ayat 9-11, 17-19). Upacara serius itu sekaligus 'sumpah' TUHAN sepihak kepada Abram. Melalui lambang "perapian yang berasap dan suluh yang berapi" (ayat 17) yang melewati dan membakar korban berupa potongan daging yang dipersiapkan Abram (ayat 9-11), TUHAN seakan bersumpah, "Biarlah Aku terbakar seperti korban itu kalau Aku ingkar janji".

Bersama itu Allah bernubuat mengenai keturunan Abram yang harus menjadi bangsa yang diperbudak selama empat ratus tahun sebelum mereka menikmati tanah Perjanjian (ayat 13-16). Hal ini merupakan peneguhan bagi Abram, sekaligus penguat hati bahwa TUHAN dapat dipercaya. Memang jalannya panjang. Janji TUHAN tidak secara langsung digenapi, tetapi pasti digenapi.

Bukan saja umat Israel diingatkan tentang kesetiaan Allah pada janji-Nya, kita pun umat-Nya dalam Yesus Kristus dikuatkan hati. Kita tahu bahwa oleh kasih setia TUHAN di dalam Yesus, kita adalah pewaris sorga, tanah Perjanjian yang jauh lebih mulia, yang disediakan bagi kita Israel rohani. Juga bahwa berbagai 'penundaan' janji Tuhan adalah latihan agar kita makin bertekun dalam iman dan bertumpu kepada Ia yang berjanji.

Bersyukurlah: Kita, yang percaya kepada Tuhan Yesus, adalah ahli waris tanah perjanjian surga dan segala berkatnya.

(0.10199413793103) (Kej 17:15) (sh: Respons iman dan ketaatan (Selasa, 4 Mei 2004))
Respons iman dan ketaatan

Respons iman dan ketaatan. Apakah tertawanya Abraham adalah tertawa ketidakpercayaan, sikap mencemooh janji Al-lah? Ataukah sikap kebingungan akan bagaimana mungkin dua orang uzur bisa menghasilkan keturunan (ayat 17-18)? Yang jelas, Allah tidak menegur Abraham. Allah hanya mempertegas bahwa garis keturunan Abraham adalah melalui Sara (ayat 19-21).

Kita boleh saja menduga Abraham di sini kurang beriman. Ada bukti kuat di sini, yaitu Abraham menawarkan Ismael sebagai penggenap janji Allah tersebut (ayat 18). Yang jelas, sikap Allah terhadap Abraham tidak menjadi berubah. Allah tahu pergumulan Abraham sebagai manusia biasa yang terus menerus berharap, namun tak kunjung menerima. Ada saat-saat iman itu goyah. Allah mengerti kelemahan Abraham, sebab itu Ia datang untuk menguatkan dan menghibur.

Akibat dari dorongan dan peneguhan Allah, Abraham bangkit dari kelemahannya dan dengan taat mengumpulkan semua anggota keluarganya untuk disunatkan. Bukan hanya seluruh anggota keluarga, tetapi juga seisi rumah tangga Abraham (ayat 23-27). Respons Abraham adalah iman dan ketaatan.

Allah juga mengerti kelemahan-kelemahan kita di dalam mem-percayakan diri kepada Dia. Kadang iman kita menjadi tawar oleh karena penantian yang tak kunjung selesai. Kita sudah mulai menyerah. Namun, Dia cukup sabar untuk mendorong dan menguatkan kita melalui firman-Nya, sehingga kita tetap secara aktif dapat mengerjakan bagian kita. Puji Tuhan! Sekarang waktunya kita bangkit dan mengerjakan panggilan kita dengan semangat, karena Allah percaya kepada ketulusan kita untuk mempercayai Dia.

Untuk dilakukan: Karena Allah percaya bahwa aku tetap setia pada-Nya dan percaya kepada janji-Nya, maka aku pun harus membuktikannya dengan perbuatanku.

(0.10199413793103) (Kej 23:1) (sh: Bila senja menghampiri kehidupan (Kamis, 13 Mei 2004))
Bila senja menghampiri kehidupan

Bila senja menghampiri kehidupan. Penguburan dan peku-buran adalah dua bagian penting pada akhir hidup seseorang. Dalam kebudayaan PL, juga kebudayaan-kebudayaan besar lainnya kedua hal ini menandakan tingkat kebudayaan seseorang, dan penghargaan terhadap almarhum/ah.

Sara mati dan perlu dikuburkan. Abraham meratapi kepergian istri terkasih yang sudah mendampinginya dengan setia dan penuh kasih. Hal itu sangat wajar. Namun Abraham tidak kehilangan kendali diri. Masih ada hal penting yang harus dilakukan, yang tidak boleh salah melakukannya, yaitu menyiapkan penguburan dan menyediakan pekuburan yang selayaknya.

Mengapa Abraham tidak mau menguburkan Sara di pekuburan umum milik orang Het, melainkan bersikeras (ayat 7-9, 12-13) membeli gua Makhpela untuk menjadi milik pribadi Abraham? Pertama, sampai saat usia tuanya, bahkan saat Sara sudah meninggal, mereka belum sungguh-sungguh memiliki tanah Perjanjian ini. Jadi pembelian gua Makhpela menjadi milik pribadi Abraham merupakan simbol kepemilikan tanah Perjanjian. Lagi pula dengan membeli tanah itu, Abraham menyatakan imannya kepada janji Allah. Tanah Perjanjian secara de facto belum menjadi miliknya, tetapi secara de jure, paling tidak areal pekuburan itu adalah miliknya (ayat 12-20).

Kedua, penguburan Sara di gua Makhpela, tanah Perjanjian melambangkan istirahat yang dinantikan sudah tiba. Kelak bangsa Israel akan dipimpin keluar dari Mesir tanah perbudakan melintasi padang gurun Sinai menuju tempat di mana mereka boleh beristirahat, menetap di tanah air mereka sendiri. Melalui kuburan Sara Abraham mengawali meraih tanah perhentian dari Allah.

Renungkan: Ketika kematian merenggut tubuh orang Kristen, kita percaya saat beristirahat dari jerih lelah di dunia sudah tiba. Saatnya menikmati warisan kekal kita bersama Bapa dan Tuhan Yesus di surga.

(0.10199413793103) (Kel 1:1) (sh: Dibabat malah merambat (Senin, 28 Maret 2005))
Dibabat malah merambat

Dibabat malah merambat
Sudah jatuh tertimpa tangga. Ini adalah gambaran orang yang ditimpa malapetaka beruntun. Tepatkah pepatah ini dikenakan kepada Israel? Tinggal di negeri asing, diperbudak dengan kerja paksa, sekarang bayi-bayi lelakinya harus dibunuh.

Pembacaan menyeluruh terhadap nas ini justru memperlihatkan anugerah Allah yang tetap memelihara Israel. Anugerah itu nampak dari penggenapan janji-Nya kepada Abraham bahwa Israel akan menjadi bangsa yang besar (ayat 7). Upaya raja Mesir untuk menghancurkan mereka melalui perbudakan tidak berhasil, bangsa Israel tetap semakin berkembang (ayat 8-14). Upaya kejam membunuh bayi lelaki yang baru lahir pun tidak mampu menghambat pertumbuhan umat Allah ini. Allah memakai dua bidan Mesir untuk menyelamatkan bayi-bayi itu (ayat 15-21). Umat Allah semakin bertambah berlipat ganda. Sekeras dan sekeji apa pun musuh Israel mau memusnahkan mereka, tangan Allah melindungi mereka.

Nas kita hari ini ditutup dengan satu lagi upaya Firaun untuk membinasakan Mesir (ayat 22). Akankah ia berhasil? Jawaban iman Israel seharusnya: "tidak!" karena Allah pun akan sekali lagi bertindak dalam kasih karunia. Allah justru memakai kejadian ini untuk membangkitkan seorang pembebas bagi umat yang sedang tertindas ini (pasal 2).

Allah yang sama yang memelihara umat-Nya pada masa lampau juga peduli dan memperhatikan kita, umat Allah masa kini. IMB gereja boleh dipersulit; kebijakan pendidikan Kristen bisa dijegal; Gereja dapat dirusak, ditutup, bahkan dibakar; orang Kristen mungkin diteror, dianiaya, bahkan dibunuh. Namun, Kerajaan Allah tidak dapat dimusnahkan. Tuhan tetap menopang umat-Nya. Iman Kristen sejati tidak akan luntur karena tekanan dan penganiayaan, malah bertumbuh dan menghasilkan buah berlipat ganda.

Renungkan: Kekuatan destruktif yang berasal dari musuh-musuh Tuhan tidak akan mungkin dapat mengatasi kekuatan konstruktif rencana Allah.

(0.10199413793103) (Kel 3:1) (sh: Siapakah aku ini? (Rabu, 30 Maret 2005))
Siapakah aku ini?

Siapakah aku ini?
Ini adalah pertanyaan Musa pertama kali ketika mendapatkan penglihatan dahsyat berupa semak menyala, namun tidak terbakar. Jauh berbeda sikap Musa ini dengan ketika ia masih muda. Dulu, dengan keberanian dan kegarangan ia tampil sebagai pembela umat-Nya. Sekarang, ia merasa tidak ada apa-apanya untuk dapat menjadi pemimpin bagi umat Israel ke luar dari Mesir (ayat 11).

Walaupun Musa tidak menyadarinya, Tuhan melihat ia sudah siap dan waktunya sudah tiba. Musa sudah siap oleh karena ia tidak lagi bersandar pada kekuatannya sendiri seperti dulu ketika masih muda. Ia juga tidak mengandalkan kepandaian yang didapatkannya dari pendidikan tinggi Mesir. Musa sekarang siap mendengar panggilan-Nya dan siap untuk berempati dengan umat-Nya.

Tuhan memanggil Musa dengan menjumpai dirinya secara langsung. Pertama, Musa dibawa masuk ke hadirat Allah yang kudus (ayat 5). Ini penting agar Musa menyadari perlunya kekudusan untuk dapat dipakai Allah. Kedua, Allah memperkenalkan diri sebagai Allah nenek moyang Israel (ayat 6). Ini berkenaan dengan identitas Allah yang harus jelas dibedakan dari para dewa Mesir pun dewa-dewa Midian. Ketiga, Allah menyatakan rencana-Nya untuk menyelamatkan umat-Nya karena mereka adalah umat perjanjian Abraham. Perjanjian Abraham itu meliputi keturunan yang banyak dan tanah perjanjian yang permai (ayat 8).

Yang membuat pelayanan kita berhasil bukan karena kita melainkan siapa Allah yang mengutus kita! Dia adalah Allah yang berdaulat untuk menyertai dan memperlengkapi kita (ayat 12). Oleh sebab itu, kita harus mengandalkan Dia dalam segala hal yang Ia percayakan seturut kehendak-Nya, dengan cara-Nya, sesuai waktu-Nya. Yang penting kita siap sedia dibentuk, taat diatur, dan berserah diri untuk diutus-Nya.

Doaku: Tuhan, berikan penyataan semak duri-Mu kepadaku supaya aku tersentak dari rohaniku yang kering dan bangkit untuk melayani-Mu.

(0.10199413793103) (Kel 4:1) (sh: Tidak bisa atau tidak percaya? (Jumat, 1 April 2005))
Tidak bisa atau tidak percaya?

Tidak bisa atau tidak percaya?
Alasan menolak yang biasa diberikan orang Kristen bila diminta untuk melayani adalah merasa tidak layak atau tidak mampu. Sebenarnya dibalik pernyataan yang "rendah hati" itu ada sikap tidak mau berkorban dan tidak percaya kepada Tuhan empunya pelayanan.

Mengapa Musa menolak pengutusan Allah? Pertama, Musa tidak yakin umat Israel masih memercayai bahwa TUHAN peduli kepada mereka. Mungkin Israel telah lupa siapa Allah mereka, sehingga jika Musa berani menyatakan bahwa Allah Israel telah menampakkan diri kepada Musa dan mengutusnya pasti dianggap sebagai gurauan belaka (ayat 1b, 3:13). Karena itu, Tuhan menyertakan tanda-tanda ajaib kepada Musa sebagai bukti pengutusan-Nya (ayat 2-9).

Kedua, Musa tidak yakin akan kemampuan diri sendiri memimpin umat yang begitu besar. Perasaan tidak mampu ini menghalangi Musa untuk melihat kuasa Allah bahkan boleh dikata ia meremehkan Allah (ayat 10-12). Di balik perasaan itu sebenarnya Musa tidak memercayai Allah. Oleh sebab itu, Allah marah karena alasan-alasan yang dibuat-buat itu. Namun, Allah masih memberikan tanda penyertaan-Nya melalui Harun yang akan menjadi juru bicara Musa (ayat 10-17).

Kita seringkali gagal memercayai Tuhan karena pandangan-pandangan orang lain mempengaruhi kita. Kita kuatir mendengar pandangan mereka terhadap Tuhan lebih logis dan realistis daripada iman kita. Masalahnya adalah kita tidak rela berkorban. Maka, kita perlu mengingat pengurbanan Kristus untuk keselamatan kita, supaya kita didorong untuk membalas kasih-Nya melalui melayani Dia. Kita juga gagal melihat kuasa Allah bahkan cenderung meremehkannya karena kita terlalu berfokus pada keterbatasan dan kekurangan kita. Masalahnya adalah kita tidak percaya kepada Dia. Padahal penyertaan Allah jelas dan tidak perlu diragukan.

Camkan: Mengatakan tidak bisa kepada Allah yang mengutus kita adalah pernyataan ketidakmauan dan ketidakpercayaan kita.

(0.10199413793103) (Kel 4:18) (sh: Harus dikuduskan dulu! (Sabtu, 2 April 2005))
Harus dikuduskan dulu!

Harus dikuduskan dulu!
Seseorang yang mau dipakai Tuhan sebagai alat-Nya, tidak cukup hanya menyatakan kesediaan dan ketaatan. Ia harus menyesuaikan diri dengan panggilan kudus tersebut. Tanpa kekudusan tak seorang pun layak dipakai Tuhan.

Akhirnya, Musa taat pada pengutusan Allah. Dia memutuskan kembali ke Mesir. Suatu keputusan yang tidak mudah, namun dengan jaminan Tuhan Musa pulang (ayat 4:19). Atas izin mertuanya, Yitro ia membawa keluarganya pulang ke Mesir (ayat 18). Musa harus mempersiapkan umat Israel untuk keluar dari Mesir dengan menyatakan firman-Nya disertai tanda-tanda mukjizat (ayat 28-31). Kemudian Musa harus menghadap Firaun untuk pembebasan umat Israel. Tanda mukjizat pun akan menyertai Musa, baik yang sudah diberikan Tuhan sebelumnya maupun tulah kematian anak sulung Firaun kelak. Hukuman Tuhan jelas dan adil. Kalau Firaun menahan anak sulung Tuhan (Israel), maka Tuhan akan membunuh anak sulung Firaun (ayat 22-23). Dengan cara demikian kuasa Tuhan didemonstrasikan di hadapan orang yang menolak taat.

Mengapa tiba-tiba Tuhan mau membunuh Musa? Musa melalaikan sunat sebagai tanda perjanjian Abraham. Sunat merupakan tanda seseorang adalah umat perjanjian (lihat Kej. 17:9-14). Musa tentu sudah disunat, namun rupanya anaknya belum. Musa sebagai orang tua yang beriman bertangung jawab menyunatkan anaknya. Artinya, komitmen Musa untuk melayani Tuhan harus disertai dengan komitmen mengkuduskan diri dan keluarganya.

Sunat dapat dibandingkan dengan baptisan kudus. Seseorang memberi diri dibaptis sebagai pengakuan diri sudah menjadi anak Tuhan. Namun, yang jauh lebih penting bukan tanda melainkan kehidupan yang menunjukkan buah-buah pertobatan. Bagi hamba Tuhan, hal ini sangat penting. Pelayanan Anda dimulai dengan hidup kudus yang nyata di hadapan orang lain.

Camkan: Pelayanan kudus hanya dapat dilakukan oleh mereka yang hidupnya kudus.



TIP #31: Tutup popup dengan arahkan mouse keluar dari popup. Tutup sticky dengan menekan ikon . [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA