Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 501 - 520 dari 1743 ayat untuk benar [Pencarian Tepat] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.28575501142857) (Mzm 141:1) (jerusalem: Doa dalam pencobaan) Di beberapa tempat naskah Ibrani mazmur ini sangat sukar dimengerti, sehingga terjemahannya dikira-kirakan saja. Sajak ini berupa doa minta tolong, Maz 141:1-2, terhadap godaan untuk meniru orang-orang berdosa, Maz 141:3-4. Diminta juga supaya diberi semangat untuk mendengarkan dan menuruti nasehat-nasehat orang benar, Maz 141:5-6. Lagu ditutup dengan permohonan semoga musuh dihukum, Maz 141:8-10; bdk Maz 5:11+
(0.28575501142857) (Yes 53:11) (jerusalem: Sesudah....) Tuhan sendiri kembali angkat bicara menjelaskan rahasia penderitaan yang menimpa hambaNya, orang benar itu: ia tidak menderita oleh karena kesalahannya sendiri, tetapi kepadanya ditanggungkan dosa orang lain dan Hamba Tuhan menjadi perantara bagi mereka
(0.28575501142857) (Am 9:7) (jerusalem: orang Etiopia) Ibraninya: orang Kusy. Ialah sebuah bangsa terpencil di ujung bumi (barangkali negeri Sudan sekarang). Israel salah benar dengan menganggap dirinya "bangsa utama" Ams 6:1
(0.28575501142857) (Mat 5:37) (jerusalem: Jika ya...) Ini sebuah ucapan terkenal, bdk 2Ko 1:17; Yak 5:12, dan dapat diartikan dengan berbagai cara:
(0.28575501142857) (Yoh 15:1) (jerusalem: Akulah pokok anggur) Mengenai kiasan pokok anggur, bdk Yer 2:21; Yes 5:1. Dalam injil-injil sinoptik Yesus menggunakan pokok anggur sebagai lambang Kerajaan Allah, Mat 20:1-8; 21:28-31, 33-41 dsj, dan "buah" pokok anggur dijadikanNya Ekaristi Perjanjian Baru, Mat 26:29 dsj. Dalam Yoh 15 Ia menyatakan diriNya pokok anggur yang benar, yang buahnya yakni Israel sejati, tidak akan mengecewakan harapan Allah.
(0.28575501142857) (Rm 4:3) (jerusalem: memperhitungkan ... sebagai kebenaran) Berdasarkan tata bahasa beberapa tafsiran adalah mungkin: oleh karena Abraham percaya maka Allah menganggapnya sebagai orang benar, meskipun sesungguhnya bukan demikian halnya; atau: oleh karena Abraham percaya, maka Allah dengan cuma-cuma memberi kebenaran, yang belum dimilikinya ketika percaya, atau: dalam pandangan Allah, jadi pada kenyataannya, kepercayaan dan kebenaran bersatu-padu. Tetapi keseluruhan ajaran Paulus tidak mengizinkan tafsiran pertama; tafsiran kedua juga sukar disesuaikan dengan ajaran Paulus, sedangkan yang ketiga cocok sekali.
(0.28575501142857) (1Kor 3:16) (jerusalem: bait Allah) Jemaat Kristen, ialah tubuh Kristus (1Ko 12:12+), adalah bait Allah yang benar dalam tata penyelamatan yang baru. Roh Kudus berkediaman di dalamnya. Begitu jemaat Kristen menggenapi apa yang dilambangkan bait Allah dahulu, yaitu tempat kediaman Kemuliaan Allah, 1Ra 8:10-13; bdk Yoh 2:21+; Wah 21:22 dan 1Ko 6:19; 2Ko 6:16.
(0.28575501142857) (1Kor 3:21) (jerusalem) Dengan sengaja ayat ini mengulang kata-kata yang dipakai dalam 1Ko 1:12: kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus; Aku dari golongan Apolos; Aku dari golongan Kefas. Paulus menandaskan: justru kebalikannya yang benar. Kamu sebenarnya bukan seperti orang-orang itu. Mereka menjadi milik kamu (dan bukan kamu milik mereka), sebab mereka pelayanmu. Sama seperti seluruh ciptaan mereka hanya melayani kamu, supaya kamu menjadi milik Kristus yang sendiri milik Allah.
(0.28575501142857) (Flp 3:11) (jerusalem: kebangkitan dari antara orang mati) Tak mungkin Paulus di sini berbicara tentang kebangkitan umum. Kebangkitan itu mengenai semua manusia, baik orang yang baik maupun yang jahat. Kebangkitan itupun tidak akan menyelamatkan orang jahat dari kematian kekal, Yoh 5:29. Sebaliknya apa yang dimaksudkan ialah kebangkitan sejati, yakni kebangkitan orang benar. Mereka diambil "dari antara orang mati" dan hidup bersama Kristus, bdk Luk 20:35+.
(0.28575501142857) (Kel 23:1) (sh: Kelebihan umat Tuhan. (Minggu, 10 Agustus 1997))
Kelebihan umat Tuhan.

Kelebihan umat Tuhan.
Semua orang pada dasarnya sama. Sama-sama punya kelebihan dan kekurangannya sendiri, sama-sama berdosa di hadapan Tuhan. Sebagai manusia, semua umat Tuhan pun pada dasarnya tidak berbeda dari manusia lainnya yang berbeda kepercayaan. Namun demikian pengenalan dan hubungan kita akan Tuhan, juga pengalaman menerima kasih karunia-Nya yang merubah posisi dan kondisi kita, membuat umat Tuhan harus memiliki kelebihan tertentu. Kelebihan itu bukan disebabkan oleh faktor manusia kita tetapi oleh faktor anugerah Allah. Kelebihan itu tidak membuat kita berbangga diri, tetapi mempermuliakan Allah.

Hukum dan hak manusia. Tuhan benar adanya. Ia ingin agar umat-Nya pun benar. Menyebarkan kabar bohong, menjadi saksi yang tidak benar, dan mebelokkan hukum, harus dijauhi oleh umat Tuhan. Orang lain bisa jadi biasa berbuat demikian, tetapi umat Tuhan tidak. Sebab prinsip yang dipegang umat Tuhan bukanlah apa yang lazim orang lakukan, tetapi apa yang benar di mata Tuhan. Dulu sampai sekarang ini, selalu saja orang cende-rung mempermainkan hukum. Ketidakpastian hukum itu hanya dapat dihentikan oleh orang-orang yang sungguh menjunjung kebenaran karena kemuliaan Tuhan dan karena hak manusia.

Perhatikan orang miskin. Bila orang miskin salah, umat Tuhan tidak boleh membelanya karena kemiskinannya itu. Salah harus dinyatakan salah, siapapun orangnya. Tetapi kebaikan dalam arti memperhatikan kebutuhan sesama kita harus tetap ada dalam diri orang beriman. Perhatian itu tidak boleh hanya dituju-kan kepada orang yang baik kepada kita, juga tidak dibatasi hanya kepada orang yang kita anggap layak ditinjau dari kedudukan eko-nominya. Bahkan musuh (ayat 4 dst.) dan orang miskin pun (ayat 6-13) umat Tuhan harus siap menolong. Jika kita berbuat baik hanya kepada orang yang pantas menerimanya, bagaimana kita dapat memancarkan kasih karunia dan kebaikan Allah kepada kita?

Renungkan: Ketidakbenaran hanya dapat dikalahkan oleh orang yang memiliki integritas karena taat kepada firman Tuhan.

(0.28575501142857) (1Raj 14:1) (sh: Kemunafikan Yerobeam (Sabtu, 14 Agustus 2004))
Kemunafikan Yerobeam

Kemunafikan Yerobeam. Orang yang pernah mendapat belas kasih Allah, namun dalam hidupnya kemudian melawan Allah adalah orang durhaka. Ketika kesulitan menghadangnya, ia bertindak secara diam-diam meminta pertolongan Allah tanpa benar-benar bertobat, itu adalah kemunafikan!

Kemunafikan seperti itu terlihat dalam diri Yerobeam. Ia telah berbuat durhaka kepada Allah dengan perbuatannya mendirikan patung lembu emas dan mezbah untuk menyembah patung itu. Ia sudah membawa Israel ke dalam penyembahan berhala dan mengkhianati ikatan Perjanjian Sinai, sehingga Allah mengirimkan abdi-Nya untuk menubuatkan penghukuman yang memang pantas bagi Yerobeam (ayat 13:1-5). Tetapi, itu tidak membuat Yerobeam sadar. Ketika anaknya sakit, ia mencari Allah, melalui Nabi Ahia. Ia mengutus istrinya berpura-pura menyamar untuk mengelabui Ahia. Memang Ahia secara fisik buta, tetapi mata rohaninya tidak buta. Allah menyatakan muslihat Yerobeam dengan jelas kepada Ahia (ayat 1-5).

Mencari pertolongan pada Allah, apa salahnya? Tentu saja tidak salah kalau memang disertai dengan pertobatan, penyesalan akan dosa-dosa, dan bertekad untuk setia kembali melakukan kehendak-Nya. Masalahnya, Yerobeam hanya mencari pertolongan pada Allah, tetapi tidak disertai dengan mencari pengampunan. Yang didapatkan Yerobeam bukan pertolongan Allah melainkan penghukuman. Anaknya tidak akan sembuh (ayat 12-13). Kerajaannya akan jatuh ke tangan orang lain, dinastinya akan berakhir (ayat 14). Israel akan dihukum dengan diserakkan ke seberang sungai Efrat dan diacuhkan oleh Allah karena dosa-dosa mereka (ayat 15-16).

Jangan berlaku seperti Yerobeam. Jangan mempermainkan Allah. Kalau Anda tidak benar-benar bertobat, Anda adalah orang munafik. Orang munafik akan dihancurkan Allah, karena ia bukan hanya berdosa terhadap Allah saja tetapi berpotensi besar membawa orang lain berdosa juga.

Camkanlah: Orang munafik tidak akan mendapat belas kasih Allah. Orang munafik akan dihukum Allah dengan keras.

(0.28575501142857) (Ayb 4:1) (sh: Hati-hati dalam berkata-kata (Rabu, 7 November 2012))
Hati-hati dalam berkata-kata

Judul: Hati-hati dalam berkata-kata
Sahabat yang baik adalah yang setia menemani kita dalam suka dan duka. Maka betapa menyakitkan bila seorang sahabat tidak memberikan dukungan justru ketika kita sedang berbeban berat.

Elifas adalah salah seorang sahabat yang mengunjungi Ayub (4:1). Mulanya ia merespons keluh kesah Ayub dengan pujian. Ia memuji kebaikan dan kearifan Ayub dalam kaitan dengan orang-orang yang membutuhkan bantuannya (4:3-4). Namun pujian Elifas kemudian berubah menjadi kritik. Bukannya memberikan penguatan dan dorongan, Elifas malah menegur Ayub atas keluh kesahnya. Ia juga mengemukakan pandangannya tentang penyebab penderitaan manusia (4:7). Berdasarkan pengalamannya, Elifas telah melihat bahwa orang baik pasti berhasil dan orang jahat pasti menderita. Elifas meyakini bahwa penderitaan Ayub merupakan teguran dan didikan Tuhan atas dosa-dosa yang telah Ayub perbuat (5:17). Oleh karena itu Ayub harus berbahagia mengalami semua itu dan memberi respons yang tepat, yaitu bertobat. Dengan demikian Allah kemudian akan memberkati dia (5:18-27).

Coba tempatkan diri Anda pada posisi Ayub, yang sedang duduk di tengah abu karena penyakit dan bersedih karena penderitaan. Lalu mendengar komentar sahabat yang bukan menguatkan, tetapi malah cenderung menghakimi. Pengalaman Ayub memang bisa membuat dia bertumbuh dalam pemahamannya akan Allah, tetapi bukan itu tujuan utama Allah membiarkan Iblis mengganggu dia (Ayb. 1:6-2:10). Maka nasihat Elifas adalah nasihat yang tidak efektif. Perkataan yang mungkin ia anggap baik, sesungguhnya malah bisa menyakiti hati Ayub.

Dari Elifas, kita harus belajar untuk tidak menghakimi orang lain dalam hubungannya dengan Tuhan, terutama dalam masalah yang sedang mereka hadapi. Kita juga perlu berhati-hati dalam menasihati dan menghibur orang yang sedang bermasalah atau berduka, jangan sampai kata-kata kita malah menjadi sembilu tajam yang menambah perih di hati. Mintalah hikmat Tuhan sehingga kata-kata yang kita ucapkan jadi berkat yang membangun.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/11/07/

(0.28575501142857) (Ayb 20:1) (sh: Penghakiman Zofar (Kamis, 1 Agustus 2002))
Penghakiman Zofar

Penghakiman Zofar. Di akhir pasal 19 Ayub membuat dua pernyataan penting. Pertama pengakuan iman (ayat 19:25-27), kedua peringatan agar para sahabatnya tidak terus menghakimi dirinya (ayat 19:28-29). Namun, pernyataan Ayub tersebut malah ditanggapi Zofar dengan kemarahan (ayat 2). Ia terus mencurahkan kalimat-kalimat penghakiman yang berapi-api, dan bahkan meneruskannya dengan semacam permohonan agar kutukan Allah berlaku (ayat 23).

"Pelajaran" dari Zofar merupakan pertimbangan spiritual atas dasar logika sederhana. Dosa tidak akan menghasilkan keberuntungan apalagi kebahagian abadi. Sebaliknya, kebahagiaan orang berdosa hanya singkat usia (ayat 4-7), ia sendiri akan mati dalam kehancuran (ayat 8), orang-orang dekatnya akan menderita (ayat 9-11). Pendapatnya ini bukan hanya sekali ia ungkapkan, tetapi diulanginya lagi dalam ayat 12-28.

Salahkah atau benarkah Zofar berpendapat demikian? Ada benarnya bahwa Tuhan tidak mendiamkan, tetapi akan membuat dosa orang balik mengejar dan menimbulkan akibat-akibat buruk pada orang yang melakukannya. Karena itu, ucapan Zofar ini memang patut kita simak. Namun, pendapat Zofar ini sempit dan tidak mempertimbangkan beberapa faktor dan kemungkinan lain. Ia tidak mempertimbangkan kemungkinan bahwa penghakiman Allah itu ditunda sementara waktu dan baru berlaku pada penghakiman kekal kelak. Jadi, bisa terjadi bahwa dalam dunia yang sementara ini, orang jahat berbahagia dalam hasil-hasil yang didapatnya dari tindakan berdosa, sementara orang benar justru harus menderita karena tidak ambil bagian dalam dosa. Juga Zofar tidak membuka kemungkinan bagi orang berdosa untuk bertobat, memperbaiki tindakan salah, dan mengubah kelakuannya. Kesalahan Zofar paling serius adalah melihat realitas spiritual semata secara materialistis.

Renungkan: Sikap yang benar ialah kita taat kepada Tuhan dan firman-Nya bukan karena takut hukuman atau karena ingin mendapatkan pahala. Ketaatan dan kesalehan yang benar lahir dari keyakinan bahwa Tuhan benar dan baik adanya, dan karena itu kita bersyukur dan mengasihi-Nya.

(0.28575501142857) (Mzm 11:1) (sh: Tuhan Perlindunganku (Sabtu, 4 Januari 2003))
Tuhan Perlindunganku

Tuhan Perlindunganku. Menjadi orang Kristen di Indonesia ternyata banyak musuhnya. Orang tidak senang gereja maju, lalu meneror dan membakarnya. Orang tidak senang orang Kristen berhasil, lalu memfitnah atau mempersulit ruang geraknya. Kalau Anda adalah salah seorang yang sedang menghadapi ancaman dan tekanan dari musuh-musuh Kristen, kepada siapakah Anda akan mencari pertolongan?

Mazmur 11 merupakan pernyataan keyakinan si pemazmur. Walaupun orang-orang fasik membenci bahkan berupaya menghancurkan dirinya (ayat 2), sampai seakan-akan tidak ada yang dapat dilakukannya untuk menyelamatkan dirinya (ayat 3), pemazmur percaya kepada Tuhan sebagai tempat perlindungannya. Bagaimana mungkin tetap percaya kepada Allah dalam kesulitan hidup? Pertama, sebab Tuhan adalah mahatahu. Ia tahu siapa yang fasik, siapa yang benar (ayat 4-5). Kedua, Tuhan itu adil (ayat 7a), Ia menghukum orang fasik (ayat 6), tetapi berkenan kepada orang benar (ayat 7b). Jadi, pemazmur dapat mempertaruhkan hidupnya kepada Tuhan karena ia tahu Tuhan pasti membela dirinya yang benar terhadap orang fasik yang jahat.

Di awal tahun 2003 ini, sepertinya situasi tidak semakin baik bagi Kristen di Indonesia. Namun, keyakinan bahwa Tuhan adil dan akan membalaskan kejahatan orang seharusnya membuat kita bertahan dan berserah kepada Tuhan. Pada saat yang tepat, Tuhan akan bertindak menyelamatkan kita. Percaya kepada Tuhan tidak membuat kita menjadi tidak realistis seperti orang hidup dalam dunia mimpi. Dekat Tuhan kita tidak hanya akan terlindung aman, tetapi kita juga akan beroleh ketajaman melihat dan membaca zaman yang makin jahat ini.

Renungkan: Tuhan membalas setiap orang yang fasik dengan hukuman, dan yang benar dengan kehidupan. Dalam persekutuan, atau permusuhankah Anda terhadap Tuhan?

(0.28575501142857) (Mzm 32:1) (sh: Disiplin bertobat (Jumat, 30 Mei 2003))
Disiplin bertobat

Disiplin bertobat. Ayat pembuka dan penutup mazmur ini mengundang kita untuk menanyakan sebuah pertanyaan penting: Siapakah orang benar? Siapakah orang jujur? Siapakah orang yang percaya kepada Tuhan? Jawaban Mazmur 32: mereka yang hidup dengan kesadaran yang dalam tentang dosa mereka, yang menyadari kebutuhan mereka akan anugerah pengampunan dari Allah, dan yang kemudian tekun bertobat!

Kalimat "Sebab itu" (ayat 6), menunjukkan bahwa pemazmur memanggil "setiap orang saleh" untuk berdoa, membuka diri di hadapan Tuhan dan mengakui setiap dosa dan pelanggarannya, selagi Ia masih dapat ditemui. Ayat ini sangat instruktif. Jika kita memang benar-benar orang yang percaya kepada Tuhan, kita akan tekun bertobat! Akan tiba saatnya ketika kita tidak lagi dapat bertobat, sekalipun kita menghendakinya.

"Mengaku"(ayat 7). Pemazmur menyadari bahwa inilah saatnya untuk tidak lagi menyembunyikan dosa, tetapi mengungkapkan dosa- dosanya kepada Allah. Saatnya untuk menyembunyikan diri di balik Allah! Bersembunyi di balik Allah merupakan ungkapan kesadaran dari pemazmur bahwa ia sepenuhnya tidak berdaya, dan sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah untuk "menutupi" dosa-dosanya (bdk. Rm. 4:7-8). Pemazmur kemudian menegaskan bahwa inilah "jalan yang harus kautempuh" (ayat 8). Tentang jalan ini, jangan keraskan hatimu (ayat 9).

Ayat 10-11 menjadi kesimpulan dari pengajaran pemazmur. Orang fasik -- orang yang tidak tekun bertobat -- akan menderita banyak kesakitan, tetapi orang yang mempercayakan diri kepada Tuhan, itulah orang benar, orang jujur -- orang yang tekun bertobat -- dikelilingi dengan kasih setia-Nya dan, oleh karena itu, dipanggil untuk bersukacita dan bersorak-sorai (bdk. Mzm 130:4).

Renungkan: Berbahagialah orang yang tekun bertobat, karena sukacita surga menjadi bagian hidup mereka.

(0.28575501142857) (Mzm 82:1) (sh: Lupa diri (Kamis, 1 November 2001))
Lupa diri

Lupa diri. "Power is knowledge", demikian ujar Foucault. Artinya, yang berkuasalah yang menentukan benar atau tidaknya sesuatu. Sayang sekali karena tidak semua penguasa mampu menjalankan tugas mereka dengan semestinya. Kepentingan pribadi atau golongan seringkali membuat mereka lupa diri, sehingga yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar.

Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa diri. Ketika mazmur ini ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang). Mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ul. 25:1). Namun, pada kenyataannya, ada hakim yang justru memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak berjalan dalam kesucian (ayat 5)?

Itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para "allah" untuk menghakimi mereka. Istilah "allah" dengan huruf kecil bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang seakan-akan menjadi wakil Allah, namun merupakan sindiran yang keras. Mereka adalah orang-orang yang mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Kepada orang-orang yang congkak dan lupa diri inilah, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Di dalam "kebesaran", mereka akan dihempaskan, karena wewenang telah disalahgunakan.

Mazmur ini ditutup dengan suatu permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya, membela kaum papa, dan menghajar para pemimpin yang sewenang-wenang. Ini adalah suatu pernyataan iman bahwa Allah tidak pernah menutup mata terhadap segala kejahatan dan penyimpangan. Ia adalah Hakim yang adil.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pemimpin, baik dalam keluarga, pekerjaan, pemerintahan, maupun di mana saja, pastikan bahwa Anda senantiasa bersikap benar di hadapan Allah dan sesama. Doakan pula agar para pemimpin bangsa kita memakai kekuasaan di dalam takut akan Allah, Sang Hakim yang adil.

(0.28575501142857) (Mzm 119:97) (sh: Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan (Sabtu, 1 Juni 2002))
Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan

Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan. Cinta kepada Tuhan adalah dasar yang membuat seseorang tetap berpegang, memelihara, dan melaksanakan Taurat Tuhan dalam keadaan apa pun (ayat 97,107,109), bahkan juga menghadirkan rasa suka, kemauan, dan kerinduan yang luar biasa untuk mengerti dan menjalaninya. Jelas bahwa kondisi tersebut telah mendatangkan berbagai manfaat bagi kualitas hidup seseorang.

Secara terang-terangan pemazmur mengatakan bahwa, pertama, Taurat telah membuatnya lebih bijaksana daripada musuh-musuhnya (ayat 98). Kata bijaksana (= hikmat) berasal dari bahasa Ibrani "khokhma" yang dapat diartikan sebagai kepandaian untuk membedakan yang baik dari yang jahat, yang adil dari yang tidak adil, yang benar dari yang tidak benar. Karena berhikmat, seseorang dapat melakukan yang baik, yang adil, dan yang benar (bdk. 1Raj. 3). Kedua, Taurat telah membuatnya lebih berakal budi daripada gurunya (ayat 99). Mungkin secara intelektual guru lebih berilmu, tetapi belum tentu lebih berakal budi daripada seseorang yang hidupnya bergantung kepada Allah dan Taurat-Nya. Ketiga, Taurat membuatnya lebih mengerti daripada orang-orang tua (ayat 100). Masalah kualitas pengertian akan Taurat tidak ditentukan oleh umur, tetapi oleh cinta kepada Taurat-Nya. Mengerti Taurat tidak terbatas hanya pada mengerti saja, tetapi harus sampai pada tahap menjalankan apa yang dimengerti.

Pengalaman kita memperlihatkan bahwa banyak orang yang mengerti kebaikan Allah, tetapi tidak menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Taurat Tuhan adalah pelita yang menuntun seseorang untuk berjalan dalam terang Allah. Jelas bahwa orang yang setia terhadap Taurat tidak akan berjalan dalam kegelapan karena Terang itu selalu menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang suci, bersih, dan benar di hadapan Allah.

Renungkan: Firman mampu memberikan terang dalam langkah-langkah kehidupan kita. Firman berkuasa memperbarui hidup dan memberikan kekuatan baru di dalamnya. Apa yang terjadi dalam hidup kita seandainya tidak ada firman yang menuntun dan menerangi hidup kita?

(0.28575501142857) (Yer 12:1) (sh: Mengeluh namun tidak menyalahkan (Minggu, 17 September 2000))
Mengeluh namun tidak menyalahkan

Mengeluh namun tidak menyalahkan. Yeremia mengakui siapa dirinya di hadapan Allah, maka dengan penuh kerendahan hati ia datang kepada Allah yang benar. Ia tahu kepada siapa mengadukan keluhannya tentang keadilan Tuhan, dan ia pun menyadari siapa dirinya yang tidak layak sedikit pun untuk mempertanyakan keadilan Tuhan (1). Namun keluhan Yeremia ini tidak bermaksud menyalahkan Tuhan tetapi karena ia membutuhkan jawaban dan penjelasan dari Tuhan, sumber keadilan.

Yeremia membandingkan hidupnya dengan orang fasik yang hidupnya jauh lebih baik dari dirinya. Mereka berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah (2), lalu apa bedanya dengan orang benar? Pertanyaan Yeremia ini mungkin juga mewakili pertanyaan Kristen lainnya, yang menyaksikan betapa makmurnya hidup orang fasik di tengah penderitaan orang benar. Kemudian Yeremia meminta Tuhan memberlakukan keadilan-Nya dengan menarik mereka ke luar dari bilangan orang benar, sebagai domba sembelihan yang akan dikorbankan (3), karena Yeremia tak tahan melihat negeri yang hampa dan segala ciptaan Tuhan musnah karena kejahatan mereka (4). Bagaimana Tuhan menanggapinya?

Tuhan mengatakan bahwa Yeremia seperti seorang pelari yang sedang bertanding dengan seorang pejalan kaki (5a). Dengan demikian ia seharusnya menjadi pemenang. Bila dengan seorang pejalan kaki saja ia sudah menyerah kalah, bagaimana dengan pertandingan selanjutnya yakni melawan kuda (5b)? Tuhan tidak bermaksud meremehkan Yeremia, tetapi Ia menyadarkannya bahwa apa yang dialaminya belum seberapa, karena kekuatan Tuhan tersedia baginya, bahkan dalam pergumulan yang lebih berat sekalipun.

Renungkan: Tuhan tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang datang kepada-Nya dengan kemurnian hati, tetapi pertimbangkanlah sebelum mengeluh: 'Apakah ada maksud menyalahkan Tuhan?' Bila ya, tidak selayaknya kita melakukannya.

(0.28575501142857) (Yeh 14:12) (sh: Terlalu terlambat, kereta penghukuman sudah berjalan (Senin, 30 Juli 2001))
Terlalu terlambat, kereta penghukuman sudah berjalan

Terlalu terlambat, kereta penghukuman sudah berjalan. Ketika berita bahwa penghukuman atas Yerusalem yang tidak dapat dielakkan diutarakan kepada bangsa Yehuda yang berada dalam pembuangan, mereka yang dalam pembuangan masih mencoba beragumentasi. Argumentasi mereka bukannya tidak berdasar sebab mereka menggunakan kebenaran firman Tuhan yang terdapat dalam Kejadian 18. Allah memperhatikan doa Abraham dan berjanji akan membatalkan penghukuman atas Sodom dan Gomora jika ada 10 orang benar hidup dalam kota Sodom. Terhadap Sodom saja Allah mau menunjukkan kemurahan-Nya apalagi terhadap bangsa-Nya yang sudah dipilih, dipanggil, dan diberikan tanah Perjanjian. Mereka berkeyakinan bahwa Allah pasti akan membatalkan penghukuman-Nya karena masih ada beberapa orang benar di Yerusalem. Apakah demikian?

Firman Allah kepada Yehezkiel menegaskan bahwa Yehuda yang ada di Yerusalem sudah sampai pada tahap dimana pengampunan tidak mungkin diberikan lagi. Pintu kesempatan sudah ditutup. Allah sangat serius dalam pernyataan-Nya sebab Ia menyebutkan tiga tokoh besar dalam sejarah Israel yaitu Nuh, Daniel, dan Ayub. Mereka adalah orang yang setia dan taat kepada Allah walaupun situasi dan kondisi menekan dan memaksa mereka untuk berlaku tidak setia. Namun kebenaran mereka tidak dapat membatalkan penghukuman Allah atas Yehuda. Kebenaran seseorang tidak dapat menyelamatkan orang lain yang tidak benar. Allah sangat konsisten dengan prinsip ini. Walau penghukuman dijatuhkan, tetap akan ada orang-orang yang terluput dari penghukuman yaitu orang-orang yang benar (ayat 22- 23).

Ketika kita mencoba memahami dan menerima prinsip ini memang tidak mudah. Yehezkiel sendiri pun nampaknya bersedih atas apa yang akan menimpa Yehuda yang ada di Yerusalem. Allah dengan kesetiaan-Nya menjanjikan penghiburan yang akan membuat Yehezkiel memahami prinsip Allah (ayat 22-23).

Renungkan: Kesempatan tidak selalu ada. Keputusan Allah tidak selalu akan dapat kita pahami. Kita tidak perlu merisaukan dan memperdebatkan masalah itu. Prioritas utama kita adalah bagaimana agar kesempatan pertobatan atas bangsa kita tidak ditutup dan keputusan Allah yang kadang sulit untuk kita pahami tidak dijatuhkan.

(0.28575501142857) (Mat 4:12) (sh: Berani menyatakan apa yang benar (Jumat, 31 Desember 2004))
Berani menyatakan apa yang benar

Berani menyatakan apa yang benar. Menurut Alkitab, nabi merupakan perantara Tuhan dan manusia. Salah satu tugasnya mengoreksi perilaku umat Tuhan yang keliru.

Yohanes ditangkap dan dipenjarakan Herodes karena ia menegur tindakan Raja Herodes yang mengambil Herodias, keponakannya menjadi istrinya (ayat 12; band. 14:3). Raja Herodes di nas ini berbeda dengan Raja Herodes yang membunuh anak-anak di Betlehem. Raja Herodes pada nas ini adalah Herodes Antipas, anak Herodes Agung dan Maltake. Selain beristrikan Maltake, Herodes Agung juga menikahi Mariamne yang melahirkan Filipus, suami pertama Herodias. Dengan demikian, Filipus dan Herodes Antipas adalah saudara satu ayah. Peristiwa penangkapan Yohanes menyebabkan Yesus pergi ke Kapernaum, Galilea. Menurut pembagian tanah pusaka kedua belas suku Israel, Kapernaum berada di seberang sungai Yordan yang termasuk daerah Zebulon dan Naftali (ayat 13; Yos. 19:10-16). Perhatikan kutipan nubuat Nabi Yesaya pada ay. 15-16!

Nubuat ini menunjuk pada Yesus sebagai Terang bagi bangsa yang diam di daerah seberang sungai Yordan. Jadi, keberadaan Yesus di Kapernaum bukan karena Ia takut ditangkap oleh Herodes melainkan Yesus justru melanjutkan pemberitaan surgawi yang pernah dilakukan Yohanes, "Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!" Tuhan memakai peristiwa pemenjaraan Yohanes sehingga pemberitaan tentang Kerajaan Surga pun tersiar bagi daerah Galilea. Yohanes berani menyatakan apa yang benar meskipun ia kehilangan nyawanya (Lihat Mat. 14:10-11).

Sikap Yohanes menegur perbuatan Raja Herodes mengingatkan kita bahwa pemimpin gereja, tokoh Kristen, dan umat Tuhan harus memiliki keberanian menyatakan apa yang benar. Dan bukan menutup mata atau justru ikut dalam perbuatan amoral seperti yang dilakukan orang yang tidak takut akan Tuhan. Jika bukan kita yang menerangi kegelapan dunia ini, siapa lagi?

Renungkan: Mari masuki tahun 2005 dengan hidup sepadan dengan diri sebagai Terang Kristus, yang dimulai dengan menyatakan kebenaran firman-Nya.



TIP #04: Coba gunakan range (OT dan NT) pada Pencarian Khusus agar pencarian Anda lebih terfokus. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA