Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 501 - 520 dari 731 ayat untuk berasal [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.20714952173913) (Ef 4:7) (sh: Karunia-karunia umat Allah (Senin, 14 Oktober 2002))
Karunia-karunia umat Allah

Karunia-karunia umat Allah. Kesatuan umat Allah tidak berarti bahwa semua orang Kristen menjadi seragam atau satu bentuk dalam segalanya. Bukan kesatuan seperti ini yang dimaksudkan. Keragaman memperkaya bahkan memperindah kesatuan. Keragaman tanpa kesatuan akan mencipkakan kekacauan. Sebaliknya, kesatuan tanpa keragaman akan menakutkan. Keragaman umat Allah terlihat dari berbagai bentuk karunia.

Kepada setiap orang percaya diberikan karunia (ayat 7). Dalam teks ini, Paulus hanya memberikan 5 karunia: rasul, nabi, penginjil, gembala dan pengajar (ayat 11). Kelima bentuk karunia berkaitan dengan tugas pengajaran. Dari daftar karunia ini jelas karunia rasul dan nabi tidak diperlukan lagi dalam jemaat masa kini karena Alkitab telah lengkap tertulis. Tidak boleh dalam zaman modern ini ada yang mengklaim sebagai rasul atau nabi sehingga perkataannya setara dengan otoritas Kitab Suci dan diperlakukan sebagai Kitab Suci. Kanonisasi Alkitab selesai. Sekarang yang dibutuhkan adalah pengajaran agar isi Alkitab dimengerti. Orang yang baru percaya pada Yesus harus didewasakan imannya. Pengajaran adalah sarana utama pendewasaan iman. Mengapa iman didewasakan? Tujuannya, agar semua jemaat diperlengkapi untuk tugas pelayanan. Bila jemaat telah diperlengkapi untuk tugas pelayanan maka pada akhirnya tubuh Kristus akan bangun. Jadi pemberian karunia bertujuan untuk pembangunan tubuh Kristus (ayat 12), bukan untuk kepentingan pribadi atau prestise pribadi. Semua jemaat diberikan karunia untuk pembangunan tubuh Kristus yakni jemaat. Meski berbeda-beda harus disadari bahwa semua karunia berasal dari sumber yang sama. Semua karunia diberikan oleh Kristus (ayat 7). Jadi tidak hanya Roh Kudus sumber karunia. Kristus juga memberi karunia kepada jemaat. Bila ada orang Kristen mengklaim punya karunia tetapi karunia tersebut tidak untuk membangun jemaat, maka dapat dikatakan karunia tersebut tidak berasal dari Kristus.

Renungkan: Karunia apakah yang Anda miliki? Bagaimana Anda telah mengembangkan karunia tersebut berperan dalam pembangunan tubuh Kristus?

(0.20714952173913) (Ibr 7:11) (sh: Karena Pelayanan-Nya Sempurna (Kamis, 29 Juni 2023))
Karena Pelayanan-Nya Sempurna

Pada bacaan sebelumnya, penulis Surat Ibrani telah memberikan argumen awal yang mendukung keunggulan keimaman Yesus atas semua imam besar Yahudi. Pada bacaan hari ini keunggulan itu dijabarkan dengan lebih lengkap.

Kesempurnaan tidak dapat dicapai melalui keimaman suku Lewi yang mengikuti aturan Harun (11). Imam-imam Lewi (termasuk imam besar) masih dapat berdosa dan dipenuhi kelemahan (28). Durasi pelayanan mereka terbatas sesuai dengan usia mereka yang terbatas (23).

Untuk dapat mencapai kesempurnaan, diperlukan model keimaman yang lain, yang bebas dari dosa dan tidak terbatas waktu. Yesus adalah Imam Besar yang memenuhi aturan Melkisedek (15-16). Ia kudus dan kekal. Karena itu, Ia sanggup menyelamatkan semua orang percaya dari segala zaman (24-25).

Firman hari ini mengajak kita merenungkan keterbatasan dari setiap pelayanan manusia. Para hamba Tuhan harus menyadari betapa fana dan terbatasnya pelayanan mereka. Sesungguhnya, tidak ada pendeta, penginjil, penatua, atau diaken yang dapat mencapai standar Allah. Jangan kita merasa hebat! Meski jangkauan pelayanan kita sampai ke level internasional, kemampuan finansial gereja kita kuat, dan pengetahuan kita teruji secara akademis, pelayanan kita tetap mengandung kelemahan dan kekurangan. Kenyataan ini seharusnya membuat semua hamba Tuhan merasa "miskin" di hadapan Allah (Mat. 5:3).

Di sisi lain, kebenaran bahwa Kristus adalah Imam Besar di surga melambungkan kepercayaan diri hamba Tuhan. Pelayanan-Nya yang sempurna menutupi pelayanan kita yang tidak sempurna. Meski kita penuh kelemahan dan kekurangan, Tuhan berkenan memakai kita. Meski belum menghasilkan buah, Ia akan terus menguatkan dan memampukan kita. Masihkah kita beralasan untuk bersyukur?

Marilah bersyukur untuk setiap pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Ini bukan soal hebatnya pelayanan siapa, tetapi hebatnya Tuhan yang berada di balik setiap pelayanan kita. [PHM]

(0.20714952173913) (1Yoh 2:18) (sh: Tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran (Rabu, 6 Desember 2000))
Tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran

Tidak ada dusta yang berasal dari kebenaran. Suatu malam seorang gadis cilik sedang berada di kamar tamu, tiba- tiba ia memecahkan pajangan porselen yang ditempatkan di sebuah rak. Ia sangat ketakutan dan segera menyelinap ke luar sebelum seorang pun memergokinya. Ketika ia bermaksud menyembunyikan kesalahannya, ia teringat ajaran ibunya bahwa dusta adalah dosa. Setelah ia merenungkannya, ia menceritakan semua kejadian itu kepada ibunya.

Dusta bukan sekadar perkataan tidak jujur seperti perenungan gadis cilik di atas, namun dusta adalah segala bentuk penyangkalan terhadap kebenaran, karena itu pendusta adalah musuh Allah. Di dalam dirinya tidak ada kebenaran dan segala tindakannya melawan kebenaran, inilah yang disebut antikristus. Mereka menyangkal bahwa Yesus adalah Kristus dan berarti mereka pun menyangkal Allah Bapa yang mengutus-Nya (12-13). Kapan antikristus mulai muncul? Sebelum surat Yohanes ditulis pun sudah banyak antikristus (18). Sepintas mereka tidak dapat dibedakan dari orang benar, karena mereka termasuk `jemaat' (19). Mereka mungkin beribadah, melayani, mengajar, dan berdoa bersama-sama orang benar. Tetapi sesungguhnya mereka tidak sungguh-sungguh orang benar. Mereka menentang Kristus, menyesatkan dengan pengajaran yang menyimpang dari kebenaran, dan mereka adalah pendusta.

Apakah antikristus dapat dibedakan dari orang benar? Orang yang mengetahui kebenaran dapat membedakan mana kebenaran dan mana pendusta (21). Setelah kita mengetahui, kita dapat bersikap waspada terhadap ajarannya. Pengajar kita hanyalah satu yaitu Yesus Kristus yang telah nyata kebenaran-Nya dalam firman-Nya. Kita harus tetap berpegang kepada kebenaran firman Tuhan dan kuasa Roh Kudus, sehingga kita tidak disesatkan oleh berbagai pengajaran yang tidak benar. Dengan tetap tinggal di dalam firman, berarti kita tinggal di dalam Yesus, dan kita akan memiliki hidup yang kekal.

Renungkan: Kristen yang sungguh-sungguh belajar firman Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan sehari-hari tidak akan tergoyahkan oleh ajaran- ajaran yang menyesatkan, karena ia dapat membedakan dusta dan kebenaran. Jadilah Kristen yang profesional, yang sungguh-sungguh mengerti mengapa Anda menjadi Kristen!

(0.18121810869565) (Kel 12:1) (jerusalem) Kisah yang panjang ini mengenai Paskah mencakup berbagai unsur. Ada sebuah sumber kuno yang berasal dari tradisi Yahwista, Kel 12:21-23,27,29-39; ada beberapa tambahan yang bergaya bahasa tradisi Ulangan. Kel 12:24-27; 13:3-16, barangkali juga Kel 13:1-2; dan ada beberapa tambahan dari penggubah dari tradisi Para Imam yakni: peraturan mengenai ibadat dan keterangan tentang arti perayaan Paskah, Kel 12:1-20,28,40-51. Baik tambahan-tambahan tsb dibandingkan dengan Ima 23:5-8; Bil 28:16-25; Ula 16:1-8. - Sebenarnya perayaan Paskah dan perayaan Hari Raya Roti Tidak Beragi aslinya dua pesta yang berbeda. Hari Raya Roti Tidak beragi adalah sebuah pesta kaum tani. Pesta itu baru mulai dirayakan Israel setelah menetap di tanah Kanaan; baru sesudah pembaharuan agama yang dilancarkan raja Yosia pesta pertanian tsb disatukan dengan perayaan Paskah. Perayaan Paskah itu berasal dari zaman sebelum bangsa Israel terbentuk. Setiap tahun pesta itu dirayakan suku-suku Badui (peternak) hendak memohon perlindungan dewanya atas kawanan ternaknya. Kisah kuno yang berawal dengan Kel 12:21 menyebut pesta itu tanpa keterangan apapun. Ini mengandaikan bahwa Paskah sudah dikenal sebelumnya. Dapat diterima bahwa sewaktu Musa minta izin dari Firaun untuk mengadakan "perayaan TUHAN", bdk Kel 3:18; 5:1; 7:16; 8:1,8,20,27; 9:1,13; 10:4,24, apa yang dimaksudkan justru pesta Paskah tsb. kalau demikian duduknya perkara, maka hubungan antara perayaan Paskah dengan tulah yang kesepuluh dan keluaran Israel dari Mesir serba kebetulan: keluaran itu kebetulan bertepatan dengan perayaan Paskah kuno itu. Tetapi oleh karena kedua peristiwa tsb benar-benar bertepatan waktunya, maka dapat dibenarkan bahwa tambahan-tambahan yang disisipkan oleh tradisi Ulangan, Kel 12:24-27; 13:3-10 menerangkan perayaan Paskah (dan juga Hari Raya Roti Tidak Beragi) sebagai kenangan akan keluaran Israel dari negeri Mesir, bdk kitab Ulangan sendiri, Kel 16:1-3. Tradisi Para Imam menghubungkan seluruh tata upacara Paskah kuno dengan tulah yang kesepuluh dan keluaran Israel dari negeri Mesir, Kel 12:11-14,42. Tetapi sebelum tradisi Para Imam menghubungkannya sudah berhubungan juga. Sebab kisah yang berasal dari tradisi Yahwista, Kel 12:34-39, sudah menghubungkan upacara kuno dengan roti tidak beragi yang termasuk upacara Paskah dahulu, dengan keluaran dari negeri Mesir. Oleh karena dikaitkan pada peristiwa yang memutuskan dalam sejarah bangsa Israel, yaitu panggilannya oleh Tuhan, maka upacara kuno itu mendapat makna keagamaan yang serba baru: upacara-upacara itu sekarang merayakan keselamatan yang dikurniakan Allah kepada umatNya, sebagaimana diungkapkan dalam wejangan yang menurut Kel 12:26-27; 13:8 membarengi perayaan itu. Dengan demikian Paskah Yahudi merupakan persiapan bagi Paskah Kristen: Kristus, anak domba Allah, dikorbankan (salib), lalu disantap (perjamuan Tuhan) dalam rangka Paskah Yahudi (pekan suci). Kristus membawa keselamatan bagi seluruh dunia. Pembaharuan mistik dari tindakan penyelamatan itu menjadi poros ibadat Kristen yang berkisar pada Ekaristi, korban dan perjanjian suci serentak.
(0.18121810869565) (Tit 1:5) (jerusalem) Paulus biasanya hanya meletakkan dasar penginjilan, lalu menyerahkan kepada orang lain tugas menyelesaikannya, bdk 1Kor 1:17; 3:6, 10; Kol 1:7+; Rom 15:23+
(0.17755673913043) (1Yoh 4:1) (full: UJILAH ROH-ROH ITU. )

Nas : 1Yoh 4:1

Alasan untuk menguji setiap roh (yaitu seorang yang digerakkan atau diilhami oleh roh) ialah karena ada "banyak nabi palsu" akan masuk ke dalam gereja

(lihat art. GURU-GURU PALSU).

Kenyataan ini akan berlaku secara khusus apabila toleransi terhadap ajaran yang tidak alkitabiah akan makin meningkat menjelang akhir zaman

(lihat cat. --> Mat 24:11;

lihat cat. --> 1Tim 4:1;

lihat cat. --> 2Tim 4:3-4;

lihat cat. --> 2Tim 4:4;

lihat cat. --> 2Pet 2:2;

lihat cat. --> 2Pet 2:2).

[atau ref. Mat 24:11; 1Tim 4:1; 2Tim 4:3,4; 2Pet 2:1,2]

Orang Kristen diperintahkan untuk menguji semua guru, penulis, pengkhotbah, dan nabi Kristen, dan sebenarnya setiap orang yang menuntut bahwa pekerjaan atau berita yang dibawanya berasal dari Roh Kudus. Orang percaya sama sekali tidak boleh menganggap suatu pelayanan atau pengalaman rohani sebagai berasal dari Allah sekalipun ada yang mengatakan demikian. Lagi pula, tidak ada ajaran yang dapat diterima sebagai benar hanya berdasarkan keberhasilan, mukjizat, atau yang kelihatan seperti pengurapan (Mat 7:22; 1Kor 14:29; 2Tes 2:8-10; 2Yoh 1:7; Wahy 13:4; 16:14; 19:20).

  1. 1) Semua pengajaran harus diperiksa menurut penyataan kebenaran Allah dalam Alkitab

    (lihat cat. --> Gal 1:9).

    [atau ref. Gal 1:9]

  2. 2) Roh dari pengajaran itu haruslah diuji. Adakah ajaran itu memiliki roh dan penekanan yang sama dengan ajaran rasuli PB? Berwaspadalah terhadap ajaran yang orang katakan telah diterima dari Roh Kudus atau malaikat yang tidak dapat didukung oleh penafsiran alkitabiah yang dapat dipercaya.
  3. 3) Kehidupan guru harus diuji dalam hal hubungan mereka dengan dunia yang berdosa (lih. ayat 1Yoh 4:5;

    lihat art. HUBUNGAN ORANG KRISTEN DENGAN DUNIA),

    dan dengan ketuhanan Kristus (ayat 1Yoh 4:2,6;

    lihat cat. --> Rom 10:9;

    [atau ref. Rom 10:9]

    lihat art. KRITERIA UNTUK BAPTISAN DALAM ROH).

(0.17755673913043) (Kel 7:14) (jerusalem: Berfirmanlah) Dengan ini mulailah kisah tentang apa yang lazimnya disebut sebagai "kesepuluh tulah Mesir" (Kel 6:8-13 merupakan semacam pendahuluan). Istilah "tulah" itu sebenarnya kurang tepat, kecuali untuk tulah yang kesepuluh. Kesembilan tulah lain lebih-lebih berupa keajaiban atau "tanda mujizat" yang disebut juga dalam Kel 4; 7:9. Dalam bab 4 dan Kel 7:9 "tanda mujizat" itu mesti membuktikan kepada orang Israel dan kepada Firaun bahwa Musa diutus Allah. Begitu pula "tanda-tanda mujizat" di negeri Mesir itu membuktikan kepada Firaun bahwa Tuhan adalah berkuasa. Kesembilan tulah pertama berbeda dengan yang kesepuluh oleh karena ceritera-ceriteranya tersusun secara sama dengan memakai kata-kata dan istilah yang sama juga. Seluruh kisah mengenai sembilan tulah itu berakhir dengan memberitahukan bahwa Firaun secara mutlak menolak izin kepada orang Israel untuk berangkat. Musa tidak lagi akan menghadapinya, Kel 10:28-29. Terpaksa orang Israel diam-diam melarikan diri. Lalu kisah dilanjutkan dengan ceritera tentang orang Israel yang dikejar orang Mesir dan secara ajaib menyeberang Laut Teberau, Kel 14. Inilah tradisi mengenai keluaran berupa pelarian. Aslinya tradisi ini tidak tahu-menahu tentang tulah yang kesepuluh. Sebab dalam ceritera mengenai tulah yang kesepuluh itu orang Israel diusir dari negeri Mesir, Kel 12:31-33; bdk Kel 4:21; 5:23; 11:1. Masih tersedia tradisi-tradisi lain tentang "tanda-tanda mujizat" yang dikerjakan Musa itu. Maz 78:43-51; 105:27-36, yang kemudian masih diperkembangkan dalam Wis 11:14-20; 16-18. Sama seperti nas-nas lain itu demikianpun kisah Kel 7:14-10:29 merupakan sebuah karya seni sastera yang memanfaatkan tradisi-tradisi yang tersedia. Tulah yang ketiga dan yang keenam berasal dari tradisi Para Imam, sedangkan sukar dipastikan apakah ceritera tentang tulah-tulah lain berasal dari tradisi Yahwista atau dari tradisi Elohista. Tidak ada gunanya sama sekali berusaha menjelaskan tanda-tanda mujizat itu berdasarkan ilmu perbintangan atau ilmu-ilmu lain. Di lain pihak ceritera-ceritera itu memanfaatkan gejala-gejala alam yang terjadi di negeri Mesir (air sungai Nil yang menjadi merah/darah, katak-katak, gelap gulita akibat angin dari padang pasir), tetapi tidak terjadi di Palestina; gejala-gejala alam (belalang) yang terjadi baik di Mesir maupun di Palestina: gejala-gejala (hujan es) yang terjadi di Palestina, tetapi jarang sekali di Mesir. Maksud tanda-tanda mujizat itu yang sebenarnya ialah: menyatakan kepada orang Israel dan kepada Firaun kekuasaan Tuhan.
(0.17755673913043) (Im 1:1) (jerusalem) Bagian ini boleh diberi judul: "Tata Upacara Korban". Oleh kitab Imamat seluruh tata upacara itu dihubungkan dengan masa tinggalnya Israel di padang gurun dan ditempatkan di bawah kewibawaan Musa. Pada kenyataannya bagian ini memang memuat beberapa aturan kuno tetapi juga sejumlah penetapan yang berasal dari zaman jauh kemudian dari masa Musa. Sesudah pembuangan barulah tata upacara ini disusun. Maka Ima 1:1-7 sebenarnya menyajikan tata upacara korban yang menjadi pegangan bagi ibadah yang diselenggarakan dalam bait Allah yang didirikan sesudah masa pembuangan Israel ke Babel. Mengenai ibadah suku-suku Israel yang sebagai Badui mengembara di gurun tidak banyak yang dapat diketahui. Nas-nas yang tua usianya hanya memberi petunjuk mengenai perayaan Paskah, bdk catatan pada Kel 12:1,23,39. Tata upacara terperinci yang disajikan Taurat oleh tradisi Kristen diartikan sebagai persiapan dan pralambang korban tunggal penebus, bdk Ibr 8 dst, dan sakramen-sakramen Gereja.
(0.17755673913043) (Mat 14:13) (jerusalem) Lukas (Luk 9:10-17) dan Yohanes (Yoh 6:1-13) hanya sekali menceritakan bahwa Yesus memperbanyak roti, pada hal Matius (Mat 14:13-21; Mat 15:32-39) dan Markus (Mar 6:30-44; Mar 8:1-10) memuat dua cerita tentang Yesus yang mengerjakan mujizat itu. Tetapi agaknya peristiwa hanya satu, meskipun ada dua cerita yang pasti tua sekali, bdk Mat 16:9-10 yang menyinggung dua tradisi yang berbeda. Tradisi pertama nampaknya lebih tua dan agaknya berasal dari Palestina. Menurut tradisi itu peristiwa itu terjadi di pantai barat danau Galilea (lihat catatan yang berikut) dan berkata tentang dua belas bakul - jumlah suku Israel dan jumlah para rasul, Mar 3:14+. Tradisi kedua berasal dari kalangan Kristen yang bukan keturunan Yahudi. Menurut tradisi itu peristiwa terjadi di pantai timur danau - penduduk daerah itu bukan orang Yahudi - bdk Mar 7:31. Tradisi itu berkata tentang tujuh bakul (kata Yunani yang dipakai dalam Mat 16:10 lain dari yang dipakai dalam Mat 16:9)dan jumlah tujuh adalah jumlah bangsa-bangsa Kanaan, Ula 7:1; Kis 13:19, dan jumlah Diaken dari kalangan yang berbahasa Yunani, Kis 6:5; Kis 21:8. Kedua tradisi itu menggambarkan perbanyakan roti itu dengan ingat akan peristiwa serupa yang tercantum dalam Perjanjian Lama, khususnya akan nabi Elia yang memperbanyak minyak, 2Ra 4:1-7; 2Ra 4:42-44, dan akan cerita tentang burung puyuh, Kel 16; Bil 11. Yesus mengulang sambil meningkatkan mujizat-mujizat itu. Dengan jalan itu - sebagaimana juga dimengerti oleh tradisi tua itu - perbanyakan roti itu melambangkan makanan yang lebih unggul lagi di zaman terakhir, yaitu Ekaristi. Itulah yang mau ditonjolkan oleh cerita-cerita yang termaktub dalam Injil-injil sinoptik, bdk Mat 14:19; Mat 15:36 dengan Mat 26:26 dan wejangan tentang roti hidup, yang disajikan Yoh 6.
(0.17755673913043) (1Taw 29:10) (sh: Pujian bagi Allah (Selasa, 26 Februari 2002))
Pujian bagi Allah

Pujian bagi Allah. Kini Daud mengarahkan perhatiannya pada Allah yang telah menyukseskan persiapan pembangunan Bait Suci. Di depan seluruh jemaah, Daud memuji Allah karena segala hal yang telah diberikan-Nya bagi Daud. Daud juga meminta berkat Ilahi bagi generasi-generasi selanjutnya. Ada 3 bagian di dalam puji-pujian ini.

Pertama, Daud memulainya dengan rangkaian pujian bagi Allah (ayat 10b-13). Allah harus dipuji dari kekal sampai kekal (ayat 10b) karena Ia begitu baik kepada Daud. Lalu, Daud juga menjelaskan mengapa Allah layak dipuji. Allah adalah Allah yang memiliki kejayaan, kehormatan, dst. (ayat 11). Pengungkapan ini menunjukkan antusiasme Daud mengingat apa yang telah Allah lakukan di langit dan di bumi (ayat 11a-c). Allah juga dipuji karena kedaulatan-Nya yang dinyatakan melalui kerajaan Israel (ayat 11d). Segala kemakmuran dan kesejahteraan berasal dari Allah yang adalah penguasa segala sesuatu (ayat 12). Proses pemulihan sepenuhnya adalah anugerah Allah bagi mereka yang setia kepada-Nya. Bagian ini ditutup dengan ucapan terima kasih kepada Allah dan pujian kepada nama-Nya yang mulia (ayat 13).

Kedua, kekaguman Daud kepada Allah juga didasarkan atas pengenalan akan kerendahan dirinya sendiri (ayat 14-16). Ia menyadari bahwa segala sesuatu berasal dari Allah (ayat 14). Daud menyamakan dirinya sebagai orang asing (ayat 15) yang biasanya adalah tuna wisma dan bergantung sepenuhnya pada kebaikan orang-orang lain (lih. Ul. 10:18). Meskipun Daud sudah aman di tanah Israel, ia dan rakyatnya tetap perlu bersandar kepada Allah sebagaimana nenek moyang mereka di padang gurun (ayat 15). Demikian juga, pembangunan Bait Suci sepenuhnya adalah anugerah Allah.

Ketiga, Daud berdoa untuk masa depan kerajaan Israel (ayat 17-19). Doa ini dimulai dengan masalah ketulusan hati dan komitmen yang penuh (ayat 17), yang ditunjukkan dengan sukacita dan kerelaan hati. Daud meminta agar sikap hati ini terpelihara sehingga ia dan rakyatnya setia kepada Allah selamanya. Kemudian, Daud juga meminta agar Salomo pun memiliki sikap hati yang sama, setia di dalam membangun rumah Allah. Hanya dengan ketulusan hatilah pekerjaan Salomo akan dapat diselesaikan.

Renungkan: Kerendahhatian, kebersandaran kepada Tuhan, kesetiaan, dan ketulusan hati adalah prasyarat-prasyarat dalam pemulihan.

(0.17755673913043) (Mzm 108:1) (sh: Bersyukur kepada Allah (Sabtu, 27 April 2002))
Bersyukur kepada Allah

Bersyukur kepada Allah. Mazmur-mazmur dalam buku IV (ps. 90-106) dan buku V (ps. 107-150) ditujukan untuk membangun kembali kehidupan umat yang kembali dari pembuangan. Dalam tiga pasal berturut-turut sebelum ini, umat Allah diingatkan tentang perbuatan Allah, ketidaksetiaan umat, kebaikan Allah. Kebaikan Allah telah membuat Israel tidak punah, tetapi beroleh anugerah untuk kembali dari pembuangan. Dalam tiap ulasan itu, selalu umat didorong untuk memuji Allah sebagai respons terhadap kasih kekal Allah yang demikian besar. Pujian adalah lawan dari pemberontakan dan ketidakberimanan. Umat pascapembuangan itu kini perlu diberi petunjuk bagaimana hidup sebagai umat yang tahu bersyukur pada Tuhan mereka.

Pujian syukur itu (ayat 1-3) dilandasi atas kesadaran akan kasih setia Allah (ayat 4). Seiring dan sejajar dengan itu, permohonan agar Allah memberkati mereka dengan kemenangan (ayat 5) didasari atas kerinduan agar Allah ditinggikan dan dikaitkan dengan firman Allah berisikan janji-janji-Nya (ayat 7-9), kemudian disusul oleh pertanyaan dan pernyataan iman (ayat 10-13). Dengan melihat struktur sedemikian, jelas bahwa hal bersyukur dan memuji Allah bersumber pada kasih setia dan perbuatan besar Allah untuk akhirnya kembali bermuara pada perbuatan besar Allah selanjutnya. Pujian bagi Allah berasal dari dan ditujukan untuk kemuliaan Allah sendiri. Karena itu, memuji Allah harus dilakukan dengan sekuat tenaga dan tekad bulat sambil melibatkan berbagai ungkapan fisik, artistik, dan sosial (ayat 1-3), sambil menyadari bahwa kemampuan untuk memuji Allah itu berasal dari kemuliaan Allah sendiri.

Pujian syukur tidak saja berorientasi pada masa lalu, tetapi juga mengantisipasi kemenangan-kemenangan di masa depan. Orientasi puji-pujian tidak hanya berhubungan dengan sifat-sifat Allah secara abstrak, tetapi pada sifat-sifat Allah yang dinamis menghasilkan perubahan-perubahan konkret dalam sejarah. Hal ini tampak di bagian akhir mazmur ini yang mengklaim agar Allah menganugerahi mereka kemenangan atas Edom (ayat 10-14). Pujian, karena berkeinginan meninggikan Allah, merindukan agar seluruh janji Allah tentang tanah perjanjian dialami secara penuh.

Renungkan: Kehidupan dalam puji-pujian adalah dalam hadirat Allah yang mulia dan memberikan kemenangan berkesinambungan.

(0.17755673913043) (Yeh 11:1) (sh: Seorang pemberita firman Tuhan (Kamis, 26 Juli 2001))
Seorang pemberita firman Tuhan

Seorang pemberita firman Tuhan. Ini adalah penglihatan terakhir dari 4 penglihatan yang berurutan (ayat 24). Dalam penglihatan ini, Yehezkiel melihat 25 orang pemimpin bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem. Karena masyarakat Yehuda yang berasal dari kalangan atas sudah dibawa ke dalam pembuangan, para pemimpin bangsa itu adalah orang-orang yang berasal dari kalangan yang lebih rendah. Yehezkiel mengenal beberapa dari mereka cukup dekat (ayat 1).Penglihatan terakhir ini diikuti dengan perintah kepada Yehezkiel untuk menjadi juru bicara Allah. Kita akan belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan seorang pemberita firman Tuhan.

Pada dasarnya berita yang harus disampaikan oleh Yehezkiel mempunyai tujuan yaitu meresahkan hati yang merasa damai dan tentram atau menentramkan dan menghibur hati yang resah. Ketika para pemimpin bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem mempunyai keyakinan bahwa mereka mempunyai masa depan sebab merekalah umat yang berharga bagi Allah (ayat 3), firman Tuhan harus disampaikan untuk meresahkan mereka sebab keyakinan mereka tidak berdasarkan firman-Nya. Sebaliknya penghukuman dan kehancuranlah yang menanti mereka (ayat 7-12). Namun kepada mereka dalam pembuangan yang hatinya resah dan tidak bahagia karena hidup jauh dari tanah pusaka mereka, janji pemulihan terhadap mereka diberikan untuk menentramkan dan menghiburkan (ayat 14-21). Untuk mencapai tujuan pemberitaan itu, Yehezkiel harus mempunyai keberanian dan mengikis rasa sungkan sebab ia mungkin harus berhadapan dengan para pemimpin serta orang-orang yang dikenalnya. Untuk itu ia tidak perlu kuatir karena Allah akan memberikan legitimasi kepada dirinya untuk menguatkan pemberitaannya (ayat 13).

Seorang pemberita firman Tuhan harus mempunyai hati yang penuh belas kasihan kepada setiap orang, betapa pun jahatnya orang tersebut (ayat 13), karena tujuan akhir dari setiap pemberitaan firman Allah adalah reformasi dan transformasi masyarakat untuk menjadi komunitas Ilahi yang hidup sesuai dengan firman-Nya (ayat 19-20). Tanpa hati yang penuh belas kasihan, ia akan seperti nabi Yunus.

Renungkan: Betapa mulia dan agung tugas seorang pemberita firman Tuhan. Karena itu marilah kita berdoa: Tuhan, jadikan aku saluran firman- Mu, kedamaian-Mu, penghukuman-Mu, dan keselamatan-Mu.

(0.17755673913043) (Mat 9:9) (sh: Yesus memang beda (Selasa, 23 Januari 2001))
Yesus memang beda

Yesus memang beda. Zaman Kerajaan Romawi, orang kaya mengikuti lelang untuk menjadi pemungut cukai. Modal yang sudah dikeluarkan untuk memenangkan lelang akan kembali dengan jalan menarik cukai lebih tinggi dari ketentuan yang sudah ditetapkan. Dalam PB mereka dianggap pengkhianat bangsa dan penindas orang miskin.

Matius adalah pemungut cukai kelas tinggi karena rumahnya dapat menampung banyak orang. Bagi masyarakat Yahudi, Matius adalah pendosa besar. Tapi mengapa Yesus mengundangnya untuk menjadi pengikut-Nya? Bagaimana mungkin seorang pemungut cukai besar dapat bertobat secara tiba-tiba setelah mendengar undangan dari Yesus? Peristiwa ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Tuhan atas segalanya. Mukjizat penyembuhan bukan hanya 'penyembuhan' fisik namun juga rohani. Pengampunan dosa yang Ia berikan sungguh-sungguh berasal dari Allah karena memampukan Matius untuk meninggalkan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan sangat besar. Responsnya mendemonstrasikan kekuatan pengampunan Yesus.

Penyembuhan dan pengampunan dosa yang dikerjakan Yesus menimbulkan kebingungan bagi orang-orang yang menyaksikan karena semua itu tidak sesuai dengan doktrin agama yang mereka kenal. Bahkan murid Yohanes juga mempertanyakan perihal puasa yang tidak dilakukan oleh Yesus dan murid-murid- Nya. Yesus menjawabnya dengan 2 ilustrasi yang berasal dari kehidupan sehari-hari (ayat 16-17). Kedua ilustrasi ini memperingatkan orang-orang yang mengikuti dan melihat-Nya agar tidak mencoba memasukkan Yesus dan ajaran-Nya ke dalam kategori yang sudah mereka kenal, khususnya ajaran Yudaisme abad pertama. Yesus mempunyai hak untuk mendefinisikan pola berpikir dan cara hidup yang baru di dalam Kerajaan yang sedang Ia dirikan.

Renungkan: Peringatan Yesus ini juga berlaku bagi kita. Kita harus berhati-hati agar tidak memaksakan ajaran-ajaran Yesus ke dalam pola berpikir kita, karena Ia adalah Tuhan. Ia mempunyai hak mutlak untuk menentukan cara hidup kita. Jangan pernah mencoba memaksakan ajaran Yesus agar sesuai dengan prasangka-prasangka yang kita miliki. Marilah kita tunduk kepada-Nya, membuka hati dan pikiran, agar pengajaran Yesus menyatakan kepada kita jalan dan cara yang baru untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan.

(0.17755673913043) (Luk 7:1) (sh: Hanya anugerah yang melayakkan (Rabu, 12 Januari 2000))
Hanya anugerah yang melayakkan

Hanya anugerah yang melayakkan. Sejak zaman pelayanan Tuhan Yesus ternyata jabatan, status, dan kedudukan seseorang memiliki pengaruh yang besar di tengah kehidupan masyarakat. Sehingga masyarakat sekitar pun akan melakukan apa saja untuk dapat menyenangkan hati orang tersebut. Keadaan ini terlihat jelas ketika seorang perwira di Kapernaum memohon pertolongan Yesus untuk menyembuhkan hambanya. Orang-orang Yahudi, yang tahu persis siapa perwira itu langsung merekomendasikan kepada Yesus bahwa permohonan perwira itu layak mendapat perhatian-Nya. Orang-orang itu menganggap bahwa permintaan perwira itu layak dikabulkan karena kepeduliannya membantu pembangunan rumah ibadah orang Yahudi. Tapi, bila akhirnya Yesus datang memenuhi permintaan perwira itu, bukan karena keberadaan dan kebaikannya layak secara kasat mata. Hambanya disembuhkan-Nya bukan karena Yesus membenarkan pendapat orang-orang Yahudi, tentang kelayakan perwira itu, melainkan karena anugerah yang hendak dinyatakan-Nya kepada sang perwira yang menyadari ketidaklayakannya (ayat 6-8). Yesus pun memuji iman sang perwira itu.

Kebaikan dari peristiwa kesembuhan hamba seorang perwira di Kapernaum ada seorang pemuda di Nain yang secara kasat mata manusia dianggap tidak layak memeproleh perhatian. Selain berasal dari keluarga biasa dan anak seorang janda, ia pun berasal dari lingkungan non-Yahudi. Tetapi semuanya ini tidak menghalangi Yesus untuk menyatakan perhatian-Nya. Ia justru menunjukkan rasa kepedulian dan simpati-Nya dengan turut merasakan penderitaan dan kesusahan janda itu dalam kedukaannya. Dalam peristiwa ini, tindakan Yesus menyembuhkan bukan karena permintaan sang pemuda seperti perwira di atas, tetapi inisiatif Yesus sendiri. Berarti kedua peristiwa ini ingin menunjukkan bahwa kesembuhan diberikan semata karena anugerah dan bukan kelayakan seseorang.

Renungkan: Keselamatan pun adalah anugerah yang dinyatakan-Nya kepada kita yang percaya. Semata tidak berdasarkan status, kedudukan, dan kebaikan seseorang, baik menurut penilian diri maupun penilaian masyarakat. Puji syukur kepada-Nya yang telah melayakkan kita menerima anugerah-Nya, karena sesungguhnya kita tidak layak di hadapan-nya. Mailah kita yang telah menerima anugerah-nya menyatakan syukur melalui hidup yang memuliakan Dia.

(0.17755673913043) (Yoh 6:22) (sh: Iman, sebab dan akibatnya (Kamis, 10 Januari 2002))
Iman, sebab dan akibatnya

Iman, sebab dan akibatnya. Orang banyak mencari Yesus bukan karena mereka ingin mengenal-Nya lebih dalam lagi. Mereka mencari Yesus karena ingin mengenyangkan perut mereka (ayat 26). Berkat yang diberikan Yesus lebih penting daripada diri Yesus sendiri. Tetapi, Tuhan Yesus membimbing mereka. Ia memberikan arah yang lebih jelas agar pengertian dan pengenalan mereka berjalan pada jalur yang benar. Tuhan Yesus mengarahkan perhatian mereka bukan ke berkat yang diberikan-Nya, melainkan kepada diri-Nya sendiri (ayat 27,29,33,35). Tuhan Yesus menegaskan bahwa Ia berasal dari surga (ayat 29,33,38). Ia tidak berasal dari dunia ini. Yesus mendorong mereka untuk percaya kepada-Nya (ayat 29,35,40). Percaya kepada Yesus adalah kehendak Allah (ayat 40). Jika orang ingin melakukan kehendak Allah, maka ia harus percaya kepada Yesus. Orang-orang yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal (ayat 27,33,39-40). Orang-orang percaya juga akan dibangkitkan pada akhir zaman (ayat 39-40). Dalam ayat-ayat ini, kata percaya muncul berulang kali (ayat 29,30,35-36,40). Ini mengindikasikan bahwa Yesus sangat menekankan hal ini dalam kesaksian-Nya.

Secara khusus kita melihat bahwa percaya kepada Yesus merupakan pekerjaan Allah dan juga pekerjaan manusia. Kedua hal ini bukanlah dua hal yang bertolak belakang atau bertentangan. Keduanya harus tetap dipegang secara seimbang. Tidak perlu menekankan salah satu dan mengabaikan yang lain. Percaya adalah pekerjaan Allah (ayat 29). Hidup kekal sebagai akibat percaya kepada Yesus adalah pemberian Anak Manusia (ayat 27). Roti yang sejati yang turun dari surga adalah pemberian Allah (ayat 32-33). Semua yang percaya kepada Yesus adalah pemberian Allah (ayat 37,39). Di samping ini, percaya kepada Yesus juga merupakan tindakan manusia. Orang harus datang kepada Yesus (ayat 35,37). Tanpa tindakan manusia yang bersangkutan datang kepada Yesus, maka tidak mungkin percaya kepada Yesus timbul.

Renungkan: Tidak perlu ragu untuk datang kepada Yesus betapa pun banyak dan besar dosa-dosa kita. Yesus tidak akan menolak bahkan membuang orang yang datang dan percaya kepada-Nya. Tidak perlu menunggu agar kita lebih baik dan lebih saleh dahulu baru kemudian percaya kepada-Nya. Seperti apa adanya kita, Yesus akan menerima kita.

(0.16740210869565) (Kej 1:1) (ende)

KEDJADIAN

KATA PENDAHULUAN

Perintjian Kitab Perdjandjian Lama

Perdjandjian Lama terdiri dari 45 kitab, jang tertulis atas Ilham ilahi, dan memuat wahju-wahju Tuhan serta mentjeritakan karja-karjaNja bagi bangsa Israel selama masa persiapan akan menerima kedatangan Kristus al Masih jang didjandjikan.

Kitab Perdjandjian Lama oleh umat Jahudi dibagi atas tiga golongan, jakni "Torah" (Hukum atau Adjaran), "Para Nabi", dan "Kitab-kitab". Jang disebut Torah ialah kitab Musa: Genesis (Kadjadian), Exodus (Pengungsi), Leviticus (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa), dan Deuteronomium (Ulangtutur).

"Para Nabi" terdiri dari dua bagian: kitab-kitab nabi jang lebih kuno: Josua, Hakim-hakim, 1-2 Sjemuel, 1-2 Radja-radja; serta kitab-kitab nabi abad-abad kemudian mulai dari Jesaia. Kitab-kitab lainnja termasuk golongan ketiga.

Disamping pembagian tersebut masih ada pula pemerintjian lain jang lebih djelas menundjukkan isi berbagai kitab, jakni kitab-kitab Sedjarah, kitab-kitab Nubuat, dan kitab-kitab Didaktis atau Kebidjaksanaan. Dalam penerbitan-penerbitan modern pemerintah inilah jang lazimnja digunakan.

Kumpulan Kitab menurut bangsa Jahudi tidak memuat semua kitab-kitab jang oleh Geredja Sutji telah diakui sebagai diilhamkan. Lain kata: Daftar buku-buku sutji (Canon) seperti telah ditetapkan oleh bangsa Jahudi sekarang adalah lebih singkat dari pada Canon jang diterima oleh Geredja Katolik sesuai dengan Tradisi Sutji. Perbedaannja terletak pada tudjuan kitab, jang biasanja disebut kitab- kitab deutero-canonis".

Pentjipta-pentjiptanja

Imam Sutji mengadjarkan, bahwa apa jang termaktub dalam Kitab Sutji baik Perdjandjian Lama maupun Perdjandjian Baru adalah Sabda Tuhan sendiri jang ditundjukkanNja kepada bangsa Israel dan kepada umat manusia umumnja.Kitab-kitab sutji ini kita anggap "diilhamkan", maksudnja: Tuhan setjara istimewa telah membantu para pengarang ketika menjusunnja; Ia menerangi budi mereka dan mendorong kehendak mereka, dan membimbing mereka waktu menulis., sehingga dengan tepat-seksama telah termaktub adjaran-adjaran tentang Tuhan, sifat-sifat dan karja-karjaNja, jang memang maksudNja dipermaklumkan kepada manusia.

"Ilham" harap dibedakan daripada "Wahju" atau "Revelasi".Dalam "Wahju" Tuhan sendiri setjara langsung menerimakan suatu pengertian baru tentang DiriNja dan KarjaNja diantara manusia. Istilah "Ilham" atau "Inspirasi"menundjukkan kepada suatu kurnia ilahi jang diberikan kepada orang-orang tertentu, agar mereka atas Nama dan djaminan Tuhan sendiri, dapat menjampaikan dan menerangkan kepada umat Allah apa jang telah diwahjukan.

Kadang-kadang orang itu mengumumkan apa jang diwahjukan kepada mereka sendiri, seperti halnja dengan Nabi-nabi, seringkali djuga mereka menjampaikan atas Nama Tuhan wahju-wahju jang telah diberikan lebih dahulu kepada orang lain, seperti lazimnja terdjadi oleh para pengarang Buku-buku Sudji.

Demikianlah Tuhan adalah Pentjipta Utama dari kitab-kitab ini, dan Kitab Sutji adalah sesungguhnja Sabda Tuhan.

Manusia pentjipta adalah alat Tuhan, tetapi alat jang hidup dan mempunjai sifat- sifat serta kegiatannja sendiri. Tuhan djustru berkenan menggunakan sifat-sifat dan kegiatan ini untuk memberi Sabda-adjaranNja bentuk manusiawi. Djadi djuga manusia pentjipta menerangkan sifat-sifatnja jang tertentu atas buku himpunannja. Ia hidup pada djaman tertentu, menggunakan kata-kata jang mudah ditangkap oleh para pembatja ketika itu, memakai gaja-bahasanja sendiri. Dalam hal ini ternjata ada perbedaan-perbedaan diantara buku-buku.

Oleh karena Tuhan menjampaikan SabdaNja melalui manusia pengarang, maka pentinglah kiranja kita menjelidiki apa jang sebenarnja dimaksudkan oleh pendjipta tertentu ini. Agar dapat menafsirkan maksud itu dengan teliti, haruslah kita mempunjia pengertian tentang keadaan sekitar pada djaman itu, dan tentang gaja-bahasa jang digunakannja.

Kita hendaknja menjelidiki tjorak-kesusasteraan suatu kitab atau suatu kitab atau suatu fasal. Dalam hal ini komentarlah jang harus memberi petundjuk- petundjuk menurut Tradisi dan adjaran Geredja, pun pula sesuai dengan pendapat- pendapat penjelidikan ilmiah. Demikian misalnja untuk melahirkan isi hatinja seorang penjair mazmur memakai tjara-tjara dan gaja-bahasa lain dari seorang pentjipta prosa kitab-kitab para Radja. Tjara membahas kitab didaktis jang bertjorak agak romantis seperti kitab Tobit sudah tentu berlainan dengan tjara menafsirkan kesusastraan Nubuat. Begitu pula umpamanja kita mengetahui, bahwa pada djaman tertentu timbullah apa jang disebut kesusastraan Kebidjaksanaan dengan sifat-sifatnja jang chas.

Diantara para pengarang sutji Perdjandjian Lama jang terkemuka, tradisi mentjatat nama Musa untuk kesusastraan Hukum, sjemuel dan Esra untuk kitab-kitab Sedjarah, Dawud untuk mazmur-mazmur, Sulaiman untuk kesusastraan Kebidjaksanaan, dan berbagai orang Nabi untuk kesusastraan Nubuat. Ini bukan senantiasa berarti bahwa mereka itu sendirilah jang mengarang buku-buku tadi seluruhnja, melainkan mereka melakukan peranan penting dan mempunjai pengaruh jang mendalam atas tersusunnja kitab-kitab. Adjaran merkalah jang merupakan intisari kitab-kitab tersebut.

Tradisi sebagai sumber bahan-bahan

Sebagian besar dari bahan jang termuat dalam Kitab sutji hingga agak lama disalurkan setjara lisan atau tertulis dalam tradisi umat Israel, dan baru kemudian dikumpulkan serta disusun oleh para pengarang sutji. Djelaslah bahwa tidak semua bahan langsung diwudjudkan atau didiktekan oleh Tuhan sendiri kepada pentjipta-pentjipta ini.

Tuhan mewahjukan Diri sepandjang sedjarah Israel. Kenang-kenangan akan bimbingan Tuhan dalam riwajat UmatNja tetap selaku putera-bangsa Israel hidup dalam alam- suasana tradisi ini, menjatat serta menafsirkannja atas nama dan dengan penerangan dan bantuan Tuhan sendiri, dan dengan demikian mengabdikan Sabda Tuhan serta karja-karjaNja bagi keturunan Israel seluruhnja. Oleh karena ia menulis atas inspirasi atau Ilham dari Tuhan, maka dengan pasti kita mengetahui bahwa sungguh benarlah apa jang dinjatakannja, dan itu semua dituliskan tepat seperti dimaksudkan oleh Tuhan sendiri. Seakan-akan Tuhan sendiri menandatangani buah-tjipta manusia-pengarang dan penafsirannja perihal karja-karja Tuhan.

Dalam kitab Sutji masih terdapat pula bekas-bekas tradisi-tradisi asli jang merupakan sumber bahan-bahan bagi para pengarang. Lebih-lebih dalam kelima kitab pertama, jakni Pentateuch, biasanja dibeda-bedakan empat arus tradisi:

Tradisi jahwistis (J), disebut demikian karena inilah jang berlangsung hidup diantara suku-suku daerah selatan, terutama suku Juda.

Tradisi Elohistis (E). Disini Tuhan kerapkali disebut (Allah), chusus dalam tjerita tentang keadaan sebelum Musa, nama Jahwe tidak dipakai. Bahan tradisi ini berasal dari suku-suku daerah utara, termasuk suku Efraim.

Orang berpendapat, bahwa sesudah hantjurnja Keradjaan Utara (Samaria takluk kepada musuh pada tahun 721) kedua tradisi tersebut bertjampur, sebab ketika itu banjaklah penduduk dari utara jang melarikan diri mengungsi kewilajah Juda. Pertjampuran ini tidak sukar terlaksana, karena pada garis-garis besar tradisi ini berhaluan sedjadjar, dan menjalurkan pengalaman-pengalaman religius dari dahulukala jang bersamaan.

Ketjuali dua arus tradisi ini masih terdapat pula suatu tradisi jang berpangkal pada sematjam aliran di Israel kira-kira abad ketudjuh, jang mau mempertahankan dan mengembangkan Hukum musa. Timbullah ketika itu saduran baru dari Adjaran Musa jang disebut "Hukum kedua" atau Deuteronomium (D). Saduran ini sebagian besar kita ketemukan dalam kitab Ulangtutur. Tjiri jang utama ialah: usaha kearah persatuan nasional dan pemusatan ibadat, dengan maksud untuk menghidupkan kembali semangat religius jang semula, pula untuk mentitikberatkan pengabdian terhadap Jahwe jang bersifat batin dan penuh tjintakasih.

Achirnja ada kalangan imam-imam jang mempunjai minat-minat jang chas akan sedjarah terutama akan peraturan-peraturan serta hukum-hukum ibadat. Mereka sangat mengutamakan wadjib mengedjar kesutjian. Perhatian itu mengemukakan aspek-aspek tertentu dari sedjarah Israel, dan mempunjai pengaruhnja djuga atas Kitab Sudji seluruhnja. Inilah jang disebut: Tradisi Imam (P).

Terutama pada saat sesudah pembuangan di Babilonia, para imam berusaha untuk mengumpulkan dan membangkitkan warisan rohani dari nenek-mojang Israel.

Tradisi jang bermatjam-matjam itu setjara berangsur-angsur bertumbuh bersama dan achirnja didjadikan satu keseluruhan, jang menuat kelima buku Pentateuch dan buku-buku lainnja jang menguraikan sedjarah israel. Ditambah dengan buku Nabi- nabi, buku-buku Kebidjaksanaan dan beberapa buku lain, koleksi itu merupakan Kitab Sutji Perdjandjian Lama.

Bekas-bekas dari berbagai tradisitersebut masih diketemukan dalam Kitab Sutji misalnja dimana terdapat satu peristiwa jang tertjatat sampai dua kali dan mentjerminkan dua matjam pandangan jang sedikit berlainan (doublet). Begitu pula kalau dalam suatu tjerita terdapat penghubung-penghubung hal satu dengan hal berikutnja jang terasa tidak lantjar, perbedaan-perbedaan dalam gaja-bahasa dan sebagainja.

Bagaimana djuga halnja, jang lebih penting bagi kita ialah:Kitab sutji seluruhnja dalam bentuknja jang definitif, seperti telah sampai ketangan kita dengan perantara Geredja.

Bagaimana tjara membatja kitab Sutji

Sementara membatja kitab Sudji hendaknja kita ingat, bahwa para pengarang sutji tidaklah mempunjai tugas untuk hanja memuaskan perhatian kita akan sedjarah kuno semata-mata. Tudjuan mereka ialah membimbing kita sekalian menudju kearah tuhan jang telah mewahjukan Diri kepada umatNja dan kepada kita dalam peristiwa- peristiwa sedjarah masa jang silam. Peristiwa-peristiwa itu dikisahkan, supaja panggilan dan karja keselamatan Tuhan nampak didalamnja. Oleh karena itu kitapun hendaknja sedjarah umat Israel sebagai sedjarah keselamatan

Perdjandjian Lama, ketjuali memberi pernjataan tentang apa jang telah dikerdjakan oleh Tuhan, djuga menundjukkan kepada apa jang achirnja akan dilaksanakanNja setjara penuh dan universil. Maka dari itu arti Perdjadjian Lama tidak terbatas pada segolongan ketjil manusia jang hidup pada djaman jang silam. Adapun Israel dipanggil menerima perwahjuan Tuhan untuk membuka djalan keselamatan bagi seluruh umat manusia. Wahju ini merintis djalan bagi kedatangan kristus, dan oleh karena itu mendjadi milik rohani setiap orang kristen. Sabda dan karja-karja Tuhan tetap berkembang sehingga mentjapai puntjaknja, jaitu ketika Jesus, Sabda Tuhan sendiri dan WahjuNja jang difinitif, turun ditengahtengah kita.

Djadi Perdjandjian Lama membimbing kita kearah Kristus, dan memanggil masing- masing diatara kita untuk bersama-sama dengan Israek menempuh djalan Imam sedjati, melalui pertjobaan-pertjobaan serta kelemahan-kelemahan kita, agar supaja achirnja menerima Kristus sendiri beserta rahmat-rahmatNja seutuhnja.

Demikianlah Perdjandjian Lama merupakan panggilan jang ditudjukan kepada masing- masing diantara kita. Panggilan itu harus kita djawab dengan pernjataan iman kita. Iman ini semakin penuh berkembang, sedang Sabda tuhan meresap berakar dalam hati kita. Demikianlah seharusnja sikap kita sementara membatja Kitab Sutji.

KATA PENDAHULUAN KITAB KEDJADIAN

Pentateuch atau kelima Buku dari Musa.

Kitab Genesis atau kedjadian adalah jang pertama diantara kelima kitab Musa atau Pentateuch (kitab jang terdiri dari 5 bagian; lima gulungan kitab).

Baik dalam riwajat Jahudi maupun dalam Tradisi kitab-kitab Genesis (Kedjadian), Exodus (Pengungsian), Levitika (Levitika), Numeri (Tjatjahdjiwa) dan Deuteronomium (Ulangtutur) selalu dipandang sebagai kesatuan, *) dan lima gulungan kitab jang memuatnja disimpan oleh bangsa Jahudi dengan penuh chidmat. 2alasan utama dari penghormatan jang istimewa ini ialah: bahwa mereka dianggap buah-tjipta Musa, tersusun atas nama Tuhan. Seperti telah diterangkan dalam Kata Pendahuluan Umum tadi, ini tidak berarti bahwa Musa sendirilah jang menulisnja. Namun intisarinja dihimpun oleh Musa, dan kemudian dikembangkan dan diperluas dibawah pengaruh musa serta atas dasar kerja jang telah dilaksanakannja demi umat Israel atas titah Tuhan. Pokok adjaran-adjarannja seakan-akan berkembang dari abad keabad, sehingga achirnja termaktub mendjadi lima kitab jang diilhamkan ini.

Tugas utama jang harus ditunaikan oleh Musa ialah: mengumpulkan bangsa Hibrani, keturunan para bapabangsa jang dahulukala hidup denegeri Mesir sebagai keluarga- keluarga jang belum bersatu sebagai bangsa dan serba tertindas kehidupannja. Jahwe memerintahkan kepada Musa membentuk mereka djadi bangsa jang bebas. Ketjuali mendjadi pendekar bangsa, Musa adalah pula penjusun Hukum. Bhawa bangsa ini semata-mata tersusun berkat rahmat-panggilan Tuhan, haruslah terlahir pula dalam Hukum Dasanja jang menerangkan tjara hidup umat Israel sesuai dengan sifat-sifat dan panggilannja. Israel itulah nama bangsa terpilih sedjak Musa sampai djaman pembuanagan. Sesudah pembuangan kita sebut:umat Jahudi.

Bagi umat Israel Hukum pada hakekatnja bersifat religius, dan bertudjuan mentjiptakan alam kehidupan atau suasana lagi menentukan azas-azas dasarnja, agar supaja bangsa terpilih dapat melaksanakan panggilan serta tugasnja jang chusus didunia ini. Panggilan itu ialah: mengormati serta mewartakan Nama Tuhan jang Mahaesa jang telah berkenan mengadakan Perdjandjian Kasih dengan mereka, dan hidup sesuai dengan Perdjandjian iti.

Tuhan telah mewudjudkan Diri kepada Musa dan membrinja rahmat-rahmatNja djustru untuk menjusun Hukum itu. Azas-azas jang pokok tertjantum dalam Dekalog atau Kesepuluh Sabda, kesepuluh perintah Tuhan. Maka dari itu kelima kitab jang berdasarkan atas karja Musa itu disebut Torah, jakni Hukum atau Adjaran. Hukum ini tidak tersusun berkat usaha manusiawi belaka, melainkan didasarkan atas tuntutan-tuntutan jang tertjantum dalam Wahju Tuhan terhadap Israel. Tuntutan- tuntutan ini dibawah bimbingan Tuhan sendiri dari abad ke abad memperoleh perudjudan jang makin njata dan konkrit.

Oleh karena itu kitab-kitab ini tidak mempunjai bentuk kitab hukum modern atau kumpulan perundang-undangan, seperti diketemukan pada bangsa-bangsa lain dari sekitar tahun 2000 sebelum Kristus (misalnja kitab hukum Hammurabi jang termasjur), melainkan Hukum Israel seolah-olah terdjalin dalam uraian sedjarah perwahjuan jang diterimanja. dan dalam uraian ini dilukiskan kembangan bangsa terpilih, kesetiaannja dan pengchianatannja terhadap Hukum Tuhan, bagaimana umat Tuhan diberkati tetapi djuga disiksa oleh Tuhan.

Demikian kelima kitab ini mengisahkan sedjarah manusia dalam hubungannja dengan Tuhan, sedjak tertjiptanja alam semesta sampai Musa wafat.

Kitab Genesis atau Kedjadian

Terutama kitab Kedjadian mempunjai sifat uraian sedjarah. kitab ini dimulai dengan kisah kedjadian bumi dan langit, dan berachir dengan riwajat Jusuf dan kepindahan keluarga-keluarga para bap[abangsa Hibrani kenegeri Mesir.

Pemerintah

Kitab Kedjadian terdiri dari dua bagian: \a. - Fasal 1-11: sedjarah dunia sebelum Israel: alam semesta ditjiptakan, manusia pertama djatuh kedalam dosa, dosa manusia disiksa dengan air bah. Djaman ini dibagikan dalam dua periode: dari Adam ke Noah (10 keturunan) dan dari Noah Ke Ibrahim (10 keturunan). \b. - Fasal 12-50: permulaan sedjarah bangsa Israel sendiri: para bapa bangsa.

Sifat kedua bagian

Kedua bagian ini masing-masing memiliki sifat-tjoraknja sendiri, sehingga dipandang dari sudut sastera maupun sedjarah tidak dapat disamakan begitu sadja.

Untuk mengarang sedjarah, orang harus memiliki sumber-sumbernja, artinja mempunjai dokumen-dokumen tertulis atau tradisi-tradisi lisan jang lajak dipertjaja dari djaman dahulu.

Adapun Israel hanjalah mempunjai sumber-sumber sedjarah sedjak djaman Ibrahim. Sebelum itu sedjarah Israel belum tertjipta, karena Israel sendiri belum ada.

Dasar pertama lahirnja Israel ialah peristiwa panggilan Ibrahim.Sebelum itu keluarga Ibrahim hanja merupakan suatu unsur dalam keseluruhan bangsa semit jang belum menerima Wahju sedjati dari Tuhan jang Mahaesa.

Golongan bangsa Semit hidupnja seperti nomade, mengembara senantiasa berpindah- pindah tempat-kediaman. asalmulanja ialah padang-gurun Arabia; pada musim-musim kemarau mereka mentjari nafkah serta makanan bagi ternak mereka disekitar sungai-sungai besar: Eufrat, Tigris, disepandjang tepi sungai jordan, bahkan kadang-kadang sampai ditepi bengawan Nil ditanah Mesir.

Disekitar sungau-sungai itu berdiamlah bangsa-bangsa jang besar lagi lebih tinggi taraf kebudajaannja, antara lain bangsa Sumeria (rumpun bangsa Indo- Eropa) di Mesopotamia, kemudian tedesak oleh bangsa-bangsa Babilon dan Assiria, jakni bangsa-bangsa Semit jang sedjak dahulukala beralih dari tanah Arab kedjurusan utara. Lebih keutara lagi kita dapatkan bangsa Hittit disepanjang sungai Halys dekat Laut Hitam (sekitar tanah Turki); ditanah Palestina bangsa Kanaanit (golongan bangsa Semit djuga), dan disebelah barat bangsa mesir.

Demikian pula suku Hibrani dari golongan bangsa Semit asal-usul keluarga Ibrahim, telah meninggalkan padang-gurun Arabia, bertolak ke Ur ditepi sungai Eufrat disebelah barat-laut teluk Persia, kemudian ke Charan, bagian utara "daerah-kedua-sungai" (Aram Naharaim) antara sungai Tigris dan Eufrat. Beberapa kenang-kenangan dari djaman itu, sungguhpun sudah agak kabur, mungkin djuga tersimpan dalam tradisi suku-suku dan kemusian masuk kedalam tradisi Israel. Tetapi berkat adanja hubungan dengan kebudajaan Babilon djuga pada waktu kemudian, ada kisah-kisah dan tjerita-tjerita dari daerah-daerah itu jang dalam bentuk agak berlainan, disalurkan pula kedalam tradisi Israel. Kiranja itu terdjadji a.l melalui kebudajaan suku-suku Kanaan.

Akan tetapi peristiwa bersedjarah pertama jang menentukan timbulnja bangsa Israel ialah pertemuan antara Ibrahim dan Tuhan, serta panggilan Ibrahim untuk bertolak meninggalkan suku-bangsanja sendiri, dan mendjadi inti-permulaan suatu bangsa jang baru jang akan dikaruniakan dengan wahju-wahju Tuhan. Segala sesuatu jang terdjadi sebelum Ibrahim dipanggil, dipandang dari sudut historis, terletak diluar batas-batas sedjarah Israel.

Maksud dari Fasal: 1-11

Demikianlah djelas sekarang, bahwa kesebelas fasal pertama dari kitab Kedjadian bukannja tersusun dari bahan wirajat atau tradisi religieus-historis bangsa Israel sendiri, dan bukan pula merupakan kisah sedjarah dalam arti kata jang modern. Meskipun begitu ini tidak berarti, bahwa fasal-fasal tersebut sama sekali tidak mempunjai nilai atau latarbelakang historis.

Perbedaan dengan kissah tentang periode historis ialah, bahwa kissah-kissah itu mentjeritakan peristiwa-peristiwa jang telah dialami oleh Israel sebagai tanda- tanda historis jang menampakkan Wahju dan Karja Tuhan. Sedangkan dalam uraian tentang periode prasedjarah. Rendjana dan Karja Tuhan diberi wudjud jang konkrit dengan menggunakan tjerita-tjerita kuno dan legenda-legenda jang diketahui umum, disesuaikan dengan maksud pengaang jang chusus.

Maka dari itu, meskipun peristiwa-peristiwa dari masa prasedjarah dalam perintjiannja jang konkrit adalah tersembunji bagi pengarang, tetapi hubungan antara Tuhan dan manusia jang akan diuraikannja tidaklah berupa perumusan- perumusan jang abstrak, melainkan diberi bentuk lukisan jang serba konkrit. Demikian tempo sedjak pentjiptaan bumi sampai Ibrahim mendapat suatu perspektif historis. Adapun maksudnja ialah, untuk menekankan, bahwa Rendjana Tuhan dan sikap manusia terhadapnja adalah realita jang kelihatan dalam sedjarah dan sungguh-sungguh telah menentukan situasi umat manusia. Djadi jang diterangkan dalam fasal-fasal ini bukannja suatu chajalan belaka. Melalui gambaran-gambaran konkrit kita hendaknja menangkap perkembangan historis dari Rendjana Keselamatan Tuhan jang terselubung didalamnja. Dalam teks sendiri terdapat bukti-bukti objektif jang menjatakan, bahwa pentjipa tidak bermaksud menjadjikan lukisan- lukisan jang konkrit itu sebagai laporan, seakan-akan peristiwa-peristiwa semuanja pernah terdjadi tepat seperti tergambar olehnja. (Lihat komentar).

Sumber pengertian tentang keadaan manusia sebelum Ibrahim

Tetapi bagaimana para pengarang sutji telah memperoleh pengertian-pengertian mereka tentang apa jang terdjadi antara Tuhan dan manusia dalam masa prasedjarah?

Sudah kami terangkan diatas, bahwa tradisi historis umat Israel tidak meliputi masa tersebut. Walaupun demikian, kita berhadapan dengan Sedjarah Keselamatan, jang berkat adanja Inspirasi atau Ilham tidak boleh diragu-ragukan lagi kebenarannja. Pengertian para pengarang mengenai purbakala itu melampaui kodrat, dan pada hakekatnja bersadarkan pada Wahju Tuhan.

Akan tetapi tidak usah kita menjangka, bahwa Tuhan telah menampakkan kepada mereka dengan suatu mukdjidjat peristiwa-peristiwa konkrit jang terdjadi dalam masa prasedjarah. Tadi sudah didjelaskan, bahwa unsur-unsur uraian jang mereka gunakan untuk sebagian besar berasal dari tjerita-tjerita kuno dilingkungan Babilonia. Tetapi adjaran-adjaran jang mendjadi intisari tjerita-tjerita itu mereka peroleh dari Wahju jang telah dianugerahkan kepada Israel.

Hendaknja djangan kita lupakan, bahwa mereka jang menjusun bahan-bahan kitab Kedjadian adalah orng-orang Israel dari abad-abad kemudian. Mereka mengetahui sedjarah Israel sebagai Umat jang terpilih. Daripadanja mereka mengambil kesimpulan, bahwa Allah jang telah memanggil Ibrahim dan menampakkan Diri kepada Israel adalah sama sadja dengan Tuhan jang mentjiptakan bumi-langit serta manusia sekalian.

Maka pada orang Israel timbullah pertanjaan, mengapa diantara bangsa-bangsa sekian banjaknja hanja Israelkah jang menerima panggilan Tuhan jang istimewa? Apakah jang terdjadi pada umat manusia lain sebelum Ibrahim?

Djawaban mereka peroleh dari pengertian mendalam tentang maksud-maksud dan djalan-djalan Tuhan seperti telah terkandung dalam wahju-wahjuNja kepada Israel. mereka mendjadi faham, bahwa dalam sedjarah religius bangsa Israel nempaklah djuga pola dari Rendjana ilahi terhadap umat manusia pada umumnja. Maka dari awal mula sedjarah umat manusia telah ditudjukan oleh Tuhan kearah Israel dan Keselamatan jang akan dilaksanakan didalamnja.

Demikianlah, berkat tjahaja-penerangan dari Tuhan dan atas namaNja, pengarang kitab Kedjadian dapat mengadjar kita perihal Tuhan Pentjipta alam semesta, tentang tudjuan manusia dan bagaimanakah seharusnja sikapnja menurut kehendak Tuhan, pula mengenai dosa manusia jang memperbuahkan penderitaan serta maut. Ia memperlihatkan kepada kita, bagaimana kebanjakan manusia makin mendjauhkan diri dari Tuhan dan menudju kebinasaan.

Keadaan itulah jang mendjadi sebabnja Tuhan berkenan memanggil Ibrahim dari dunia penuh dosa dan penderitaan ini dan memilih Israel mendjadi UmatNja. Adapun maksudNja untuk melaksanakan RendjanaNja jang semula dan achirnja membawa Keselamatan bagi seluruh bangsa manusia.

Karena adjaran tentang prasedjaah berdasarkan atas Wahju dan pengalaman- pengalaman Israel, maka gambaran mengenai djaman sebelum Ibrahim itu memperlihatkan beberapa tjorak jang sedjadjar dengan sejarah Israel sendiri.

Misalnja: Tuhan mentjiptakan dunia dari ketiadaan seperti djuga Umat Israel ditjiptakanNja dari ketiadaan, ialah dari dunia berdosa. Manusia dilimpahi Kasih Tuhan jang membahagiakan (keadaan firdaus) seperti Israel kemudian dituntun kepada tanah jang makmur-sedjahtera dan suasana tenteram-damai. Begitu djuga halnja dengan pengchianatan dan menipis atau enjahnja iman pada kebanjakan orang: manusia pertama melanggar perintah Tuhan dan diusir dari firdaus, seperti djuga Israel sendiri melakukan pelanggaran dan merosot serta diusir dari tanah jang dianugerahkan kepada mereka . Achirnja sedjumlah ketjil orang diselamatkan dari kebinasaan dosa dan hukuman (Noah sekeluarganja), seperti dalam israel hanja akan tinggal sisa-sisa jang tetap akan setia pada Tuhan dan jang akan menerima Keselamatan jang telah didjandjikan, pada waktu kedatangan al-Masih.

Namun perbedaan jang besar antara masa prasedjarah dan sedjarah Israel ialah: bahwa dengan panggilan Ibrahim mulailah djalan kembali dari kemerosotan umum kearah hubungan dengan Tuhan, djalan kemenangan atas kedosaan, berkat Wahju dan Rahmat baru jang berlimpah-limpah.

Oleh pengarang sutji Sedjarah Keselamatan purbakala, pentjiptaan alam-semesta, berlipatgandanja bangsa manusia, serta meluasnja keseluruh pendjuru dunia, ditjeritakan setjara singkat dan skematis. Mereka menggunakan kissah-kissah kuno jang mengalami penjaduran sesuai adjaran jang dimaksudkan.

Maka dari itu djanganlah hendaknja kita mentjari didalamnja bahan-bahan ilmu- pengetahuan ethnologi, geografi, archaeologi dan sebagainja.

Apa jang diandjurkan ialah: kepastian tentang situasi-keselamatan umat manusia dahulukala, sebelum mewahjukan Diri kepada bangsa Israel.

Fasal 12-50

Dalam bagian kedua jang mendjadi pokok ialah: Sedjarah karja-karja Tuhan seperti hidup dalam kenangan-kenangan dan tertera dalam tulisan-tulisan bangsa Israel. Sudah barang tentu setelah berselang sekian abad kbar-kabar tentang peristiwa- peristiwa jang terkuno kebanjakan adalah agak kabur. Pada djaman itu segala sesuatu terdjadi dalam lingkungan keluarga para bapabangsa jang terbatas, merupakan sedjarah keluarga. Tetapi kedjadian-kedjadian jang sungguh penting dan mengesankan tersimpan terbaik dalam tradisi-tradisi.

Gambaran jang terdapat dalam kitab Kedjadian tentang periode ini sesuai dengan apa jang kita ketahui dari sumber-sumber sedjarah lainnja dan dari penjelidikan- penjelidikan archeologis mengenai djaman itu.

Jang terutama diutarakan ialah saat-saat Tuhan mewahjukan Diri dan mempermaklumkan firmanNja kepada UmatNja jang terpilih.

Makin singkat djarak antara terdjadinja peristiwa-peristiwa dan saat menulisnja, makin menipis pulalah kabut jang menjelubungi masa silam, makin djelas djuga kedjadian-kedjadian itu tampil kemuka.

Akan tetapi, seperti telah kami kemukakan tadi, djuga disini pada hakekatnja apa jang menuntut perhatian kita terutama seharusnja ialah hal-ichwal jang rohani, rahmat tuhan jang dalam peristiwa-peristiwa itu dilimpahkanNja kepada bangsa Israel dan kepada kita djuga. Oleh karena itu kerapkali ditekankan oleh pengarang sutji, bahwa Tuhan sendirilah sebab pertama dari peristiwa kedjadian sedjarah, sedangkan berbagai sebab-sebab lain, jang djuga mempunjai peranannja, ditempatkan dilatar belakang. Tuhanlah jang membimbing sekalian manusia dan segala sesuatu kearah tudjuan jang ditentukanNja.

Hendaknja kita beladjar menjaksikan peranan Tuhan dalam segala-galanja dan memperhatikan, bagaimana Kasih Tuhan, - jang menggerakkan segala sesuatu dan menudjukan panggilanNja kepada manusia jang bersifat bebas, - telah meresap mempengaruhi djalan sedjarah, baik bila Tuhan menampakkan diri setjara langsung dan dalam wahju-wahjuNja dan kedjadian-kedjasian jang mengagumkan, maupun bila Ia berbitdjara dengan menggunakan orang-orang utusanNja, untuk mengadjar serta membimbing BangsaNja terpilih. (Untuk keterangan lebih landjut mengenai interprestasi sedjarah israel lihat tjatatan jang mendahului Buku Josua)

(0.16740210869565) (Kej 14:18) (ende)

Malkisedek berarti: "Sedek adalah radja", atau mungkin djuga: "Radjaku adil". Sjalem = Jerusalem (lihat Maz 76:3).

Menjadjikan roti dan anggur melambangkan persahabatan dan penghormatan; menjambut seorang pemenang perang dengan resmi.

Jang Mahatinggi (El-elyon) adalah sebutan Tuhan jang sedjati. Dengan tampilnja kemuka seorang radja dari Jerusjalem, jang mendjadi imam pula, pengarang membajangkan adanja hubungan antara Bapa bangsa Israel dan kota Jerusalem, jang kelak akan mendjadi ibu kota keradjaan Israel. Dalam pribadi Malkisedek radja Jerusalem telah tampil kemuka pada djaman Abram. Seperti Malkisedek, begitu pula radja itu adalah imam djuga, jakni perantara Tuhan dan UmatNja, untuk menjampaikan Berkat serta Keselamatan dari Tuhan, meskipun radja tidak berasal dari keturunan imamat Aaron.

Abram mempersembahkan sepersepuluh harta-miliknja kepada Malkisedek. Suatu tanda bahwa Abram mengakui deradjat-kewibawaan Malkisedek. Demikianlah Abram telah menjatakan taatnja terhadap Radja-Imam di Jerusalem dikelak-kemudian hari.

Malkisedek djuga mendjadi pralambang Almasih-Radja, jakni keturunan dari dinasti keradjaan Dawud di Jerusalem lagi imam, bukan karena keturunan Aaron, melainkan karena deradjat sendiri, seperti djuga Malkisedek (Maz 110:4; Ibr 7).

Menurut beberapa orang Bapa Geredja, persembahan roti dan anggur melambangkan pula Ekaristi Sutji (Klemens dari Alexandria, Siprianus).

Penafsiran ini masih kita ketemukan djuga dalam tradisi Geredja (lihat Kanon Misa Sutji).

(0.16740210869565) (Kej 21:9) (ende)

Tjerita jang berasal dari tradisi Elohistis ini adalah parallel fasal 16(Kej 16) (tradisi J). Disini Hagar disuruh pergi karena ada perselisihan tentang anak-anak.

Djuga saat Hagar disuruh meninggalkan Ibrahim adalah berlainan dalam dua tradisi tersebut: sebelum (fasal (Kej 16) dan sesudah Ishak lahir.

Dalam tjerita semula, Isjmael masih seorang kanak-kanak jang bermain-main dengan Ishak (ajat 9)(Kej 21:9); jang oleh Hagar ditaruh diatas bahunja (ajat 14) (Kej 21:14) dan menangis (ajat 16)(Kej21:16). (Demikian menurut terdjemahan Junani Septuaginta, jang kita ikuti)

Tetapi kemudian dua tradisi ini dianggap mentjeritakan dua peristiwa jang berlainan. Karena itu orang mentjoba menjelaraskan dua tradisi tadi setjara Chronologis. Menurut apa jang kita ketahui dari Kej 16:16 dibandingkan dengan Kej 21:5, tatkala Ishak lahir, Isjmael sudah berumur 14 tahun. Djadi pada peristiwa jang ditjeritakan disini, kira-kira berumur 16 tahun.

Maka dari teks sedikit diubah: ajat 9(Kej 21:9) "mempermainkan Ishak"; ajat 14(Kej 21:14): "perbekalan ditaruhnja diatas pundaknja"; ajat 16 (Kej 21:16): "ia (Hagar) mendjerit dan menangis". (Demikian dalam teks Hibrani).

(0.16740210869565) (Kel 7:9) (ende)

Perkataan "tanda" disini menterdjemahkan kata hibrani jang berarti sesuatu jang luarbiasa, menjolok mata; selandjutnja berarti djuga: peringatan, tanda jang mendahului suatu peristiwa; arti chusus disini: tanda hadirNja Tuhan serta kekuasaanNja.

Menurut tradisi P Musa dan Harun bersama-sama menghadap Parao, dan Harun membuat tanda-tanda adjaib (Lihat djuga Kel 7:19; 8:1,12 dll.). Menurut ajat-ajat jang berasal dari tradisi J, Musa hanja seorang diri sadja menghadap Parao (Kel 7:14; 8:1 dll.). Harun hanjalah djurubitjara Musa dihadapan umat (lihat Kel 4:16). Dalam tradisi E Musa dan Harun berbitjara kepada Parao, tetapi hanja Musalah jang membuat tanda-tanda (Lihat Kel 4:17; 5:1). Ini semua detail-detail, jang setjara historis tidak mungkin lagi diketahui dengan pasti. Setiap kalangan tradisi mempunjai gambaran-gambarannja sendiri. Sungguhpun begitu, pengarang kitab Exodus ini telah berhasil menjusun fasal 7-11 (Kel 7-11) mendjadi kesatuan jang laras dan dramatis. (Lihat djuga tjatatan sesudah Kel 11:10).

(0.16740210869565) (Kel 12:11) (ende)

Arti kata "Paskah" (hibr. "Pesah") tidak dapat ditentukan dengan pasti. Mungkin berasal dari "pasah" = berdjalan timpang, melontjati, melewati, melampaui. Ini keterangan tradisionil, paling banjak kemungkinannja benar. Tetapi djika kata ini berasallah dari bahasa Mesir, maka artinja ialah: peringatan, atau: pukulan.

Menurut banjak para ahli pesta ini sudah sebelumnja dirajakan sebagai perajaan musim semi diantara para gembala-perantau (nomade). Dipersembahkan korban-korban binatang untuk memohon kesuburan ternak, mungkin pada malam hari sebelum mereka berangkat mentjari padang-padang rumput (maka dari itu para peserta harus siap-siap akan bepergian). Binatang jang dikorbankan dimakan dengan roti para perantau jang tidak diragikan, dan dengan rempah-rempah (aj.8)(Kel 12:8). Mungkin Kel 5:1 dll. menundjukkan, bahwa perajaan ini dikenal oleh umat Israel.

Akan tetap karena sekarang dihubungkan dengan Pengungsian dari Mesir, perajaan ini mendapat arti jang baru sama sekali, Paskah Jahwe. Bahwa tjaranja makan tergesa-gesa, dan adanja darah, memperingatkan mereka akan malam pembebasan (lihat aj. 12-14)(Kel 12-14)



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA