| (0.14355224074074) | (1Raj 3:16) |
(sh: Sebuah solusi (Rabu, 28 Juli 2004)) Sebuah solusiSebuah solusi. Seorang yang berhikmat, dapat memahami tindakannya dalam menyelesaikan suatu permasalahan dan bagaimana dia berespons terhadap permasalahan itu. Pemahaman ini adalah pemberian Allah dan merupakan salah satu aspek dari hikmat. Permasalahan yang Salomo hadapi adalah permasalahan yang pelik, yaitu bagaimana menemukan ibu yang asli dari antara dua ibu yang mengaku ibu kandung dari satu bayi. Dua ibu ini adalah perempuan sundal. Ini berarti mereka mewakili kelompok masyarakat yang paling rendah. Mereka adalah orang yang sering kali diremehkan dan tidak dianggap, keadilan jauh dari hidup mereka. Namun ketika mereka menghadap Salomo, mereka mendapatkan keadilan. Hikmat Allah nyata dalam diri Salomo. Salomo membongkar motivasi dari masing-masing ibu supaya dapat menemukan yang mana ibu yang asli. Salomo memerintahkan supaya bayi itu dibagi dua saja dan masing-masing ibu mendapatkan separuh anak. Respons setiap ibu menunjukkan motivasi masing-masing (ayat 26). Salomo berhasil menemukan siapa ibu kandung bayi itu (ayat 27). Salomo berhasil menyelesaikan masalah pelik itu. Peristiwa ini tidak hanya menjadikan Salomo diakui sebagai raja yang berhikmat, bahkan Allah juga mendapatkan pengakuan sebagai Allah yang memberikan hikmat kepada Salomo untuk melakukan keadilan (ayat 28). Salomo dihormati karena hikmat Allah ada di dalam dirinya, dan Allah dipermuliakan melalui dirinya. Di balik pemecahan suatu masalah, orang akan menilai siapa kita dan akan mengetahui siapa Allah kita. Bila kita berhasil memecahkan masalah dengan benar, nama Tuhan yang dipuji, sebaliknya bila tidak, nama Tuhan dipermalukan. Oleh karena itu, jangan bersandar kepada kepandaian kita sendiri, sebaliknya kita harus memohon hikmat Allah dalam setiap pemecahan masalah. Renungkan: Pecahkanlah setiap permasalahan dalam hidup Anda dengan hikmat dari Tuhan sehingga orang melihat bahwa hikmat dari Allah ada dalam diri Anda dan nama Tuhan dimuliakan. |
| (0.14355224074074) | (1Raj 6:1) |
(sh: Memberi yang terbaik (Sabtu, 31 Juli 2004)) Memberi yang terbaikMemberi yang terbaik. Bila ada kesempatan untuk memberikan sesuatu kepada kepala negara, apa yang akan Anda persiapkan untuk diberikan kepadanya? Pasti Anda akan memberikan sesuatu yang terbaik, yang layak diberikan bagi seorang kepala negara. Mengapa kita ingin memberikan yang terbaik kepada kepala negara? Karena dia adalah kepala negara dan dia layak untuk mendapatkan yang terbaik. Dalam perikop ini, kita menemukan bahwa Salomo ingin mendirikan Bait Suci bagi Allah. Apa tujuan dari membangun Bait Allah? Pertama, Bait Suci adalah simbol otoritas keagamaan umat Israel. Bait Suci adalah cara Allah untuk memusatkan penyembahan di Yerusalem, tujuannya adalah untuk memastikan kepercayaan mereka benar dan generasi mendatang dipelihara dalam kebenaran. Kedua, Bait Suci adalah simbol kehadiran Allah di tengah-tengah umat Israel (ayat 13). Bait Suci menjaga umat Israel untuk fokus kepada 10 hukum Allah yang diletakkan dalam Bait Suci (ruang mahakudus). Ketiga, Bait Suci adalah tempat berdoa sebagai penyembahan kepada Allah. Salomo ingin memberikan yang terbaik bagi Allah sehingga ia membangun Bait Suci dengan memperhatikan kualitas keindahan dan kesempurnaan dari bahan yang berkualitas terbaik. Tujuannya untuk menghormati Allah dan untuk menarik orang lain menyembah-Nya. Suatu hal yang luar biasa telah dikerjakan Salomo dalam memberikan yang terbaik bagi Allah. Di tengah-tengah zaman yang cenderung untuk menuntut berkat (materi) dari Allah, kita belajar dari Salomo tentang memberi yang terbaik bagi Allah. Ini merupakan perbuatan yang melawan arus zaman dan seharusnya menjadi semangat bagi setiap orang Kristen. Sudahkah Anda memberikan yang terbaik bagi Tuhan? Pemberian yang terbaik tidak berarti harta benda saja, melainkan dapat memberi waktu, ide, tenaga, doa serta segala sesuatu yang diperlukan bagi pekerjaan-Nya. Renungkan: Pemberian yang terbaik dimulai dengan taat kepada firman-Nya lalu mulailah berkarya dalam Allah! |
| (0.14355224074074) | (1Raj 9:1) |
(sh: Pertemuan di simpang jalan (Minggu, 13 Februari 2000)) Pertemuan di simpang jalanPertemuan di simpang jalan. Tuhan menampakkan diri-Nya untuk kedua kalinya kepada Salomo, pada tahun ke-24 pemerintahannya, saat ia sedang berada pada puncak kejayaannya, karena ia berhasil membuat segala yang diinginkannya (ayat 1). Mengapa Tuhan perlu memberikan perintah-Nya yang sama, yakni Salomo harus tetap setia dan taat kepada-Nya? Tidak lain dan bukan karena tujuan hidup dan eksistensi bangsa Israel akan terjungkir balik (ayat 6-9), jika Salomo sebagai rajanya tidak setia dan taat kepada Allah. Keadaan Salomo pada saat itu sangat nyaman dan tenang baik secara jasmani dan rohani. Tidak ada yang tidak dapat ia gapai di masa kejayaannya. Kekayaan, kepandaian, kemasyhuran, bahkan istri dan gundik yang banyak pun telah ia peroleh. Bait Allah yang megah sudah ia bangun dan tahbiskan. Namun justru dalam keadaan yang demikian, firman Tuhan yang berisi peringatan datang kepadanya. Masa kejayaan dapat membawa Salomo pada persimpangan jalan, antara tetap setia kepada Allah dan mengakui kedaulatan-Nya, atau menjadi allah atas dirinya sendiri karena segala yang diinginkan bisa ia dapatkan. Dengan kata lain Salomo berada dalam keadaan yang kritis. Salomo harus kembali diingatkan bahwa makna dan tujuan hidupnya tergantung kepada Allah. Selama ia mempunyai hidup yang berporos kepada Allah, taat dan setia kepada-Nya, maka takhta dan kerajaan Israel akan tetap kokoh. Hal ini sangat berhubungan dengan makna dan tujuan hidup seorang raja, yaitu ia hidup untuk membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan. Renungkan: Kebenaran indah yang patut kita renungkan adalah bahwa masa kejayaan seseorang bisa berarti masa kritisnya, karena ia berada di persimpangan jalan. Persimpangan ini bisa kita lewati dengan baik jika hidup kita tetap berpusat pada Tuhan. Hal itu bergantung masalah rohani, yaitu siapa kita di hadapan Allah. |
| (0.14355224074074) | (1Raj 12:1) |
(sh: Hikmat anak muda vs hikmat orang tua (Rabu, 11 Agustus 2004)) Hikmat anak muda vs hikmat orang tuaHikmat anak muda vs hikmat orang tua. Orang tua tidak selalu lebih benar daripada anak muda. Namun, orang tua yang takut akan Tuhan, memiliki pengalaman dan hikmat yang patut didengar dan ditaati oleh anak-anak muda. Orang yang lebih tua dan hidup dalam ketaatan pada firman Tuhan layak kita perhatikan nasihatnya. Rehabeam adalah anak Salomo yang usianya masih muda ketika ia menjadi raja menggantikan Salomo. Para tua-tua (= orang yang dipandang tua, berpengalaman) yang telah melayani ayahnya mendampingi Rehabeam saat itu. Para tua-tua itu telah "Banyak makan asam garam". Mereka telah menyaksikan bagaimana Salomo memerintah, bagaimana reaksi orang yang diperintah dengan "Tangan adil" atau "Tangan keras" serta akibat-akibatnya. Oleh sebab itu, ketika Rehabeam meminta nasihat mereka mengenai bagaimana harus menyikapi tuntutan Yerobeam, nasihat mereka keluar dari pengalaman-pengalaman hidup yang berharga (hikmat orang tua). Mereka menasihati Rehabeam untuk memenuhi permintaan Yerobeam dengan tujuan mengambil hati rakyat (ayat 6-8). Sayang, Rehabeam memilih mendengar nasihat teman-teman sebayanya (hikmat anak muda), yang berpendapat bahwa keberhasilan memimpin harus ditunjukkan dengan kekuatan, kekerasan, dan teror (ayat 8-11). Akibatnya bisa dibayangkan, rakyat memberontak, melepaskan diri dari kekuasaan Rehabeam (ayat 16-20). Hampir saja terjadi perang saudara, jika Tuhan tidak campur tangan (ayat 21-24). Ingatlah pelajaran melalui firman Tuhan hari ini. Kepemimpinan yang berhasil adalah kepemimpinan yang persuasif dan peka terhadap pimpinan Tuhan, yang belajar dari pengalaman hidup dan berkomunikasi dengan sesama manusia. Hikmat orang tua yang takut akan Tuhan melebihi hikmat anak muda, namun hikmat ilahi jauh melampaui semua itu. Hikmat ilahi mengajarkan kepemimpinan adalah pelayanan! Renungkan: Kita dipanggil untuk menjalankan kepemimpinan ala Yesus, yaitu memimpin melalui melayani! |
| (0.14355224074074) | (1Raj 13:11) |
(sh: Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas (Jumat, 13 Agustus 2004)) Allah memakai hamba-Nya sampai tuntasAllah memakai hamba-Nya sampai tuntas. Tidak sedikit pelayan Tuhan yang gagal di tengah jalan. Ada yang jatuh ke dalam dosa. Ada yang meninggalkan pelayanan di tengah-tengah pekerjaan Tuhan. Meski demikian, Tuhan tetap bisa memakai mereka untuk mencapai maksud-Nya. Justru ini menjadi peringatan agar hamba Tuhan melayani dan hidup benar di hadapan Allah. Kisah abdi Allah ini sungguh tragis. Ia sudah selesai menunaikan tugas utama, yaitu menegur Yerobeam atas dosa-dosanya. Ia tahu bahwa Tuhan memerintahkannya untuk tidak makan roti dan minum air dalam perjalanan tugas. Namun, karena tipuan seorang nabi tua, ia melanggar perintah Tuhan itu. Hukuman pun dijatuhkan, abdi Allah itu dibunuh oleh seekor singa. Kita tidak tahu motivasi si nabi tua membohongi abdi Allah itu. Mungkin ia iri hati melihat si abdi Allah yang berasal dari Selatan masuk ke wilayahnya tanpa permisi untuk bernubuat. Mungkin ia seorang yang "mendukung" pemerintahan Yerobeam sehingga tidak senang melihat abdi Allah ini mencela rajanya. Apapun alasannya, akhirnya ia sadar bahwa penipuannya berakibat fatal bagi abdi Allah itu (ayat 20-22). Kematian abdi Allah itu tidak menghalangi firman Tuhan dinyatakan. Peristiwa aneh setelah abdi Allah itu diterkam singa (ay. 24: yaitu singa dan keledai menjagai mayat abdi Allah itu) pastilah menimbulkan kegemparan di kalangan rakyat. Tuhan memakai peristiwa itu untuk menyadarkan si nabi tua, yang mungkin selama ini sudah kehilangan kepekaan akan firman Allah dan kehilangan keberanian iman (ia tidak pernah mencela Yerobeam). Ini membuktikan Allah berdaulat dalam segala keadaan, menggenapi janji-Nya, atau menghukum yang melanggar. Kalau Ia tidak segan menghukum abdi-Nya yang lalai, apalagi terhadap orang yang mengkhianati-Nya (Yerobeam). Pasti nubuat mengenai penghukuman Yerobeam akan tergenapi (ayat 32). Renungkan: Hidup atau mati, Tuhan bisa memakai kita menjadi saluran firman-Nya. Persoalannya apakah hidup kita layak untuk menjadi berkat, menyatakan keadilan, dan kasih-Nya. |
| (0.14355224074074) | (1Raj 15:1) |
(sh: Setia tetapi kurang bijak (Senin, 16 Agustus 2004)) Setia tetapi kurang bijakSetia tetapi kurang bijak. Anak Tuhan dipanggil untuk hidup setia kepada Tuhan. Akan tetapi, tidak cukup hanya setia. Anak Tuhan juga perlu memiliki kebijaksanaan ilahi agar kesetiaannya membuahkan hasil pelayanan yang lebih baik. Asa (raja Yehuda) berbeda dari ayahnya, Abiam. Abiam adalah raja yang jahat. Abiam tidak setia kepada Tuhan dan hidup dalam dosa. Sedangkan Asa melakukan apa yang benar di mata Tuhan. Asa adalah raja yang setia kepada Tuhan. Ia menyingkirkan penyembahan berhala dan ritualnya yang menjijikkan. Ia bahkan menyingkirkan neneknya dari istana, supaya ia tidak mempengaruhi Asa dan umat Israel untuk menyembah dewi Asyera. Namun, Asa tidak menghancurkan bukit-bukit pengorbanan. Padahal bukit-bukit pengorbanan itu berperan dalam ibadah yang mencampuradukkan penyembahan dewa-dewi dengan TUHAN. Mungkin saja Asa mengira bahwa ibadah kepada TUHAN boleh dilakukan dengan gaya atau pola ibadah dewa-dewi lain. Tindakan tidak bijaksana ini menyebabkan Yehuda tidak murni menyembah Tuhan. Ketidakbijaksanaan Asa yang lain tampak dalam menghadapi musuhnya, Baesa (raja Israel). Asa tidak berserah kepada Tuhan, melainkan mencari pertolongan kepada Benhadad, raja Aram. Jadi ketidakbijaksanaan Asa meliputi dua hal yakni ibadah kepada Tuhan yang dicampuradukkan dengan ritual kafir dan strategi perang yang mengharapkan pertolongan manusia daripada pertolongan Tuhan. Akibat dari sikap tidak bijaksana Asa adalah kehidupan rohaninya menjadi merosot dan tidak peka terhadap firman Tuhan (ayat 2Taw. 16). Ternyata setia saja tidak cukup. Bijaksana sesuai dengan kehendak Tuhan akan menolong kesetiaan kita menjadi lengkap. Sebaliknya ketidakbijaksanaan malah membuat kesetiaan menjadi tidak utuh. Doaku: Tuhan, tolong berikan hikmat kepadaku agar aku bukan hanya setia tetapi juga bijaksana menaati kehendak-Mu, sehingga kesetiaanku tidak luntur. |
| (0.14355224074074) | (1Raj 15:25) |
(sh: Hukuman Allah (Selasa, 17 Agustus 2004)) Hukuman AllahHukuman Allah. Sejarah bangsa Israel dalam Alkitab menunjukkan bahwa Allah berdaulat atas sejarah. Allah membangkitkan satu bangsa untuk menghukum bangsa yang lain. Bangsa yang dipakai Allah untuk menghukum pun tidak luput dari penghukuman-Nya. Israel dipakai untuk menghukum bangsa-bangsa Kanaan. Allah juga menghukum Israel melalui bangsa-bangsa lain. Dalam skala yang lebih kecil, Allah memakai orang-orang tertentu untuk menghukum raja Israel yang berdosa kepada-Nya. Hal ini mulai terlihat dari perikop yang kita baca hari ini dan akan diteruskan menjadi salah satu model penghukuman Allah atas kerajaan Israel (Utara). Nadab, anak Yerobeam menjadi raja atas Israel. Komentar mengenainya singkat (ayat 25-26,31), yaitu "Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, serta hidup menurut tingkah laku ayahnya dan menurut dosa ayahnya, yang mengakibatkan orang Israel berdosa pula" (ayat 26). Mungkin saja Nadab besar di mata manusia, namun dalam komentar Allah ia tidak ada artinya. Tuhan membangkitkan Baesa untuk menghukum Nadab. Bukan hanya Nadab, tetapi seluruh keluarga Yerobeam ikut dimusnahkan. Baesa membunuh seluruh keluarga Yerobeam setelah ia naik takhta menjadi raja dengan menggulingkan Nadab (ayat 29). Tujuannya agar tidak ada anggota keluarga Yerobeam yang akan membalas dendam kepadanya. Hal ini sesuai dengan nubuat tentang nasib keturunan Yerobeam (ayat 27-30). Di satu sisi, penghukuman terhadap keluarga Yerobeam adalah sesuai dengan nubuat Tuhan, di sisi lainnya pembunuhan itu jelas bermotifkan politik. Allah berdaulat dalam hidup kita. Ia menghukum kita untuk kebaikan kita. Allah terkadang mengizinkan orang lain menjadi alat untuk menghukum kita. Bahkan kejahatan orang lain dapat menjadi alat Allah untuk memurnikan kita dari dosa-dosa kita! Renungkan: Kalau Anda sedang menderita karena ulah orang lain, langkah pertama adalah periksalah diri kalau-kalau ada dosa yang menimbulkan murka Allah. Bertobatlah! Bereskan hidupmu. |
| (0.14355224074074) | (1Raj 19:1) |
(sh: Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup (Senin, 23 Agustus 2004)) Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidupBegitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup. Ini adalah kutipan pernyataan DR. Morrie Schwartz, dosen senior fakultas sosiologi di Brandies University, kota Waltham, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam buku yang berjudul Tuesdays with Morrie. Hal tersebut disadarinya setelah dokter memastikan di dalam tubuhnya ada penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), yaitu penyakit syaraf yang mematikan. Pada saat kematiannya tinggal beberapa bulan, ia baru sadar dan melihat hidupnya secara sangat berbeda dan sangat berarti. Morrie seperti sleepwalker (= orang yang terbangun dari tidurnya). Elia pernah mengalami hal yang sama ketika ia takut dan putus asa saat menyadari kematiannya ada di depan mata (ayat 3). Penyebabnya karena ia menyadari sebentar lagi kesempatan melayani Tuhan akan berakhir, sedangkan tugasnya masih jauh dari selesai. Ini diungkapkan Elia dengan membandingkan diri tidak lebih baik daripada nenek moyangnya (ayat 4). Meski mengalami takut dan putus asa karena menantang arus di zamannya (ayat 10,14), Elia percaya bahwa Tuhan yang menentukan hidupnya, bukan Izebel. Kepercayaan Elia menyebabkan pemeliharaan Tuhan semakin nyata dalam hidupnya (ayat 6,8). Bahkan Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk lebih mengenal-Nya secara utuh di Gunung Horeb. Di tempat ini, Elia mengenal Allah yang lembut dan kasih, bukan hanya perkasa dan dahsyat seperti yang selama ini dikenalnya (ayat 11-13). Di tempat ini, Tuhan juga memberitahukan pelayanan Elia selanjutnya, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram dan Elisa menjadi penggantinya (ayat 15-21). Pada umumnya kita sadar bahwa hidup ini ada batasnya, tetapi kita tidak mengetahui kapan batas itu. Sehingga dalam perjalanan hidup kita terjebak dalam rutinitas dan lupa akan makna kekekalan yang terkandung di dalamnya. Renungkan: Melalui pengalaman Morrie dan hidup Elia, kita belajar menyadari bahwa saat ini masih ada kesempatan bagi kita untuk hidup dan berjalan bersama Tuhan. Gunakan kesempatan ini untuk mengenal Tuhan dan melakukan tugas pelayanan dengan setia. |
| (0.14355224074074) | (1Raj 20:1) |
(sh: Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang? (Jumat, 10 Maret 2000)) Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang?Ahab sang penyembah berhala dan sang pemenang? Kalimat ini menggambarkan sebuah kesimpulan berdasarkan kenyataan yang kontradiksi. Seharusnya seorang penyembah berhala seperti Ahab yang kebejatan dan kebobrokan moralnya melebihi Yerobeam, dihukum dan dihancurkan Allah. Tapi dalam peristiwa ini, Ahab justru ditolong oleh Allah secara ajaib. Hanya dengan 7232 orang, ia berhasil mengalahkan Benhadad raja Aram yang dibantu oleh 32 kerajaan lainnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa Allah masih mau terlibat dalam masalah luar negeri Israel walaupun Ahab sudah meninggalkan-Nya. Seringkali kita berpikir mengapa Allah tidak menghukum sebuah negara yang pemimpinnya korup, tak bermoral, dan menindas hak azasi manusia dengan membiarkan bahkan 'mengizinkan' pembakaran gereja dilakukan. Mengapa Allah tidak menunggangbalikkan negara yang demikian? Bahkan Allah membuat keajaiban untuk menolong negara tersebut, walaupun pemimpinnya tetap tidak bertobat, tapi negaranya bisa mulai terlepas dari krisis yang berkepanjangan. Mengapa demikian? Dimanakah kebijakan dan keadilan Allah? Keterlibatan Allah mengalahkan Benhadad mempunyai dua alasan yang kuat. Pertama, berdasarkan peristiwa sebelumnya di Gunung Karmel, didapati bahwa rakyat Israel kembali mengakui Allah adalah TUHAN dan memusnahkan nabi-nabi Baal. Kemudian Allah sendiri yang menyatakan kepada Elia bahwa masih ada 7000 orang Israel yang tidak sujud menyembah Baal. Artinya masih banyak umat-Nya yang setia kepada Allah. Kedua, Allah dengan kasih dan kesabaran-Nya masih memberikan kesempatan kepada Ahab untuk bertobat (ayat 13). Renungkan: Allah selalu memperhitungkan dampak yang akan dialami oleh umat-Nya yang hidup di antara masyarakat Israel yang berdosa, dan juga dampak positif yang mungkin akan muncul setelah Ahab bertobat, yaitu pertobatan seluruh Israel. Peran kita sebagai umat-Nya amat besar bagi kelangsungan berkat Allah bagi bangsa kita. Dan Allah tetap dengan kesetiaan-Nya menunggu pertobatan menyeluruh bangsa kita. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 1:1) |
(sh: Selalu ada peringatan yang lebih dari cukup (Minggu, 14 Mei 2000)) Selalu ada peringatan yang lebih dari cukupSelalu ada peringatan yang lebih dari cukup. Karena begitu besar kasih Allah akan umat manusia baik sebagai individu maupun kelompok, maka Ia akan menggunakan berbagai cara dan media untuk menegur, memperingatkan, dan menyadarkan seorang manusia agar ia bertobat. Selain keberagaman cara dan media, Allah juga menggunakan keberagaman intensitas dalam menggunakan cara dan media. Itu semua disesuaikan dengan kondisi dan situasi seseorang, khususnya disesuaikan dengan berapa lama lagi manusia itu masih mempunyai kesempatan untuk hidup. Pemahaman ini tergambar jelas dalam kisah Ahazia. Sebagai pengganti Ahab - ayahnya, ia hanya memerintah selama 2 tahun. Waktu yang singkat itu dipenuhi oleh perbuatan jahat, sehingga menimbulkan sakit hati Allah (1Raj. 22:54). Di dalam waktu yang singkat itu pula, terjadi beraneka ragam bencana, baik yang nampaknya alamiah maupun supranatural yang harus ditanggung oleh Ahazia. Di dalam bidang politik, terjadi pemberontakan oleh Moab setelah Ahaz meninggal. Peristiwa ini pasti mempengaruhi kondisi, sosial, ekonomi, dan keamanan negara Israel. Dalam bidang ekonomi, Allah menggagalkan kerjasama ekonominya dengan Yosafat (2Taw. 20:36-37). Hukuman ini adalah cara Allah memperingatkan Ahazia agar bertobat. Ketika Ahazia 'meniadakan' Allah dengan cara mencari petunjuk dari Baal-Zebub dan dilanjutkan dengan rencananya menangkap Elia, Allah masih mau memberikan peringatan yang lebih jelas dan keras melalui hukuman api yang menimpa 2 orang perwira Ahazia dan 50 bawahannya. Hukuman ini dimaksudkan untuk menyatakan dengan lebih tegas lagi bahwa Ia ada dan jauh lebih berkuasa dari Baal. Renungkan: Begitu besar kasih Allah kepada manusia. Itulah sebabnya Allah tetap selalu memperingatkan dosa-dosa kita lebih dari cukup. Bacaan untuk Minggu Paskah 4: Kisah Para Rasul 2:36-41 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Kis/T_Kis2.htm#2:36 1Petrus 2:19-25 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/1Pe/T_1Pe2.htm#2:19 Yohanes 10:1-10 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Yoh/T_Yoh10.htm#10:1 Mazmur 23 http://www.bit.net.id/SABDA-Web/Maz/T_Maz23.htm Lagu: Kidung Jemaat 157 |
| (0.14355224074074) | (2Raj 3:1) |
(sh: Kehidupan rohani akar kehidupan manusia (Rabu, 17 Mei 2000)) Kehidupan rohani akar kehidupan manusiaKehidupan rohani akar kehidupan manusia. Kehidupan rohani seseorang merupakan akar dan titik awal bagi tercapainya kehidupan manusia yang seutuhnya, yakni kehidupan yang selaras dengan panggilan hidupnya, kehidupan yang bermakna dan berharga bagi masyarakatnya. Dengan kata lain, walaupun seseorang sukses dalam kariernya, namun kehidupan rohaninya kacau, maka dapat dipastikan bahwa kesuksesan dalam karier itu tidak akan bermakna bagi pribadinya, keluarganya, dan masyarakat. Kehidupan Yoram merupakan contoh yang tepat untuk hal ini. Sebagai raja Israel, panggilan hidupnya adalah memimpin dan membimbing rakyatnya untuk berjalan dalam jalan Tuhan. Namun kenyataannya, ia justru memimpin bangsanya kepada kesesatan dan kemurtadan. Ini berawal dari kehidupan rohaninya yang kacau. Ia mematikan satu penyembahan berhala namun justru menghidupkan kembali penyembahan berhala yang pernah disembah oleh Yerobeam kurang lebih 100 tahun yang lampau. Kehidupan rohani yang kacau ini juga hampir mengacaukan pelaksanaan tugasnya sebagai raja. Rencana menyerang Moab sebenarnya merupakan tindakan yang terpuji. Namun ia nampaknya tidak seperti Yosafat yang sangat berhikmat untuk menentukan siasat penyerangannya. Itu disebabkan karena Yosafat mempunyai kehidupan rohani yang benar di hadapan Allah (Maz. 119:98-100). Ketika menghadapi kesulitan air di padang gurun Edom, Yoram bersungut-sungut sama seperti nenek moyangnya ketika berada di padang pasir menuju tanah Kanaan. Dalam situasi yang genting ini ia telah kehilangan arah dan pegangan. Ia pun menyalahkan TUHAN sebagai penyebab mereka bertiga diserahkan kepada Moab. Padahal kapankah Yoram minta petunjuk dari TUHAN tentang penyerangan ini? Seandainya Yoram sendiri yang menyerang tanpa bantuan Yosafat dapat dipastikan bangsa Israel akan dipukul habis oleh orang Moab di padang gurun. Dengan demikian selain menjerumuskan bangsanya kepada kesesatan, ia juga membawa bangsanya kepada kemusnahan. Renungkan: Apakah panggilan hidupnya sebagai raja terpenuhi? Di sisi manakah Anda berada sekarang? Di sisi Yoram atau Yosafat? Kehidupan rohani yang sehat kunci pembenahan kehidupan Kristen. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 3:1) |
(sh: Siapa yang Anda andalkan? (Rabu, 4 Mei 2005)) Siapa yang Anda andalkan?Siapa yang Anda andalkan?
Yoram memang tidak meniru dosa ayah dan ibunya menyembah Baal dan Asyera (ayat 2), tetapi ia juga tidak berpaling kepada Tuhan, Allah Israel. Ia mengikuti dosa Yerobeam bin Nebat, yaitu menyembah lembu emas di Betel dan Dan (lihat 1Raj. 12:25-33). Itu sebabnya ketika Raja Mesa memberontak, Yoram memilih bergantung pada sekutunya daripada meminta petunjuk Allah Israel (ayat 2Raj. 3:4-8). Sikap Yoram untuk mengatasi pemberontakan Moab menunjukkan kepada siapa ia berharap. Seharusnya Yoram lebih dulu meminta petunjuk Tuhan sebelum mencari bantuan raja Yehuda dan raja Edom, bukan mencari Tuhan setelah ia menemui kesulitan di padang gurun Edom dan hilang semangatnya (ayat 10). Sebaliknya, Yosafat mencari Tuhan melalui perantaraan Nabi Elisa, walaupun ia ikut-ikutan melawan Moab. Sikap Nabi Elisa yang mencari petunjuk Tuhan dalam perkara Yoram patut kita teladani. Ia tidak menjadikan pengakuan pegawai raja bahwa dirinya pengganti Nabi Elia sebagai jalan untuk memegahkan diri sendiri (ayat 11-12,15). Ia juga tidak menolak membantu Yoram walaupun ia tidak suka terhadap sikap Yoram (ayat 13-14). Yoram yang telah berjalan menurut rencananya sendiri kini menghadapi fakta bahwa Tuhan, Allah Israel berkuasa memberikan kemenangan baginya (ayat 16-25). Kemenangan Yoram juga membuktikan bahwa Tuhan, Allah Israel lebih berkuasa daripada para allah sesembahan Moab (ayat 26-27). Seperti siapakah Anda? Yoram, yang hidup dalam dosa dan mengandalkan kekuatan sendiri? Yosafat, yang walaupun anak Tuhan, masih bersekutu dengan orang tidak seiman? Atau Elisa, yang setia mengandalkan Tuhan yang ia layani? Renungkan: Bila andalan hidup Anda adalah Tuhan maka bersama-Nya Anda akan menang terhadap segala masalah. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 5:15) |
(sh: Kekuatan anugerah Allah (Senin, 22 Mei 2000)) Kekuatan anugerah AllahKekuatan anugerah Allah. Anugerah Allah kepada Naaman sangat luar biasa. Ia tidak sekadar mengalami mukjizat penyembuhan, namun ia pun mengalami anugerah yang berdampak terus bagi kelanjutan sejarah hidupnya, karena dikatakan 'tubuhnya pulih kembali seperti tubuh seorang anak' (14). Itu merupakan penggambaran dari anugerah Allah yang mengampuni dan mentransformasi hidup seseorang, karena pada zaman itu penyakit kusta diyakini sebagai hukuman Allah atas dosa manusia. Naaman menjadi manusia baru dengan identitas yang baru. Ini dibuktikan dengan pernyataannya bahwa 'di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel'. Ia tidak sekadar mengatakan bahwa Allah lebih berkuasa dari dewa-dewa Siria, namun dia pun mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah Israel dan ia mengadopsi iman Israel menjadi imannya sendiri. Ia mengambil identitas sebagai umat Allah -- identitas baru. Identitas Naaman yang baru ini juga ditandai dengan sikap dan karakter hidup yang baru. Hidupnya diwarnai dengan ucapan syukur kepada Allah yang dinyatakan dengan desakannya kepada Elisa untuk menerima penberiannya. Ia pun berketetapan untuk terus memiliki kehidupan yang kudus. Ini dinyatakan dengan permintaannya untuk membawa pulang tanah Israel untuk menguduskan altar yang ia akan bangun di negaranya. Selain itu Namaan juga menyadari bahwa hidupnya secara penuh bergantung kepada kemurahan Allah, karena masih ada hal-hal yang belum mampu ditinggalkan yaitu ketika ia harus bersujud di depan kuil Rimon karena mengantar tuannya. Gehazi mempunyai kualitas hidup yang sangat berbeda dengan Naaman, karena ia tidak menerima anugerah Allah. Gehazi tidak lebih hanya sebagai pembawa berita anugerah karena ia tidak menerima anugerah Allah, sedangkan Naaman menerima, mengalami, dan hidup dalam anugerah itu. Karena itu tidak hanya sikap dan karakter Naaman yang lama muncul dalam kehidupannya, namun juga pelayanan yang selama ini dilakukan tidak mendapatkan pahala dari Allah, bahkan penyakit kusta Naaman melekat padanya dan keturunannya. Renungkan: Anugerah Allah harus diterima, dialami, dan dihidupi agar kita mengalami kekuatan transformasinya yang akan menjadikan kita manusia baru dengan identitas baru, sikap hidup benar, dan karakter Ilahi. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 5:15) |
(sh: Iman, aman, atau serakah? (Minggu, 8 Mei 2005)) Iman, aman, atau serakah?Iman, aman, atau serakah?
Sepertinya Naaman percaya pada Tuhan karena Dia telah menyembuhkan penyakitnya. Ia merasa perlu membayar sebagai ungkapan terima kasih (ayat 15). Oleh karena hamba-Nya tidak bersedia dibayar dengan harta maka Naaman akan membayar dengan cara menyembah Tuhan orang Israel di negerinya sendiri (ayat 17). Namun, ia akan tetap menyembah dewa bangsanya karena risiko jabatan (ayat 18). Sikap Naaman ini bukan sikap iman, tetapi sikap mencari aman. Di mata Naaman, Tuhan dan Elisa hanyalah sarana untuk memberikan kesembuhan dari penyakitnya. Naaman menetapkan nilai kesembuhannya itu sepuluh talenta perak dan enam ribu syikal emas plus sepuluh potong pakaian atau sekitar Rp 10 Miliar (ayat 6). Sikap Gehazi tidak berbeda dari sikap Naaman. Gehazi melihat uang dan kekayaan sebagai segala-galanya (ayat 20-23). Gehazi bagaikan pengusaha Kristen yang melihat pelayanan tidak lebih dari bisnis jasa yang ujung-ujungnya keuntungan. Oleh sebab itu, Gehazi rela mencoreng ketulusan Elisa demi mendapatkan harta tersebut. Harta ia dapatkan, namun kusta Naaman hinggap padanya (ayat 26-27). Sungguh menyedihkan melihat orang menjual imannya demi rasa aman karena diterima di lingkungannya, atau orang yang menjajakan imannya demi harta yang fana. Gereja yang cepat mengkompromikan nilai-nilai kebenaran agar diterima masyarakat, atau gereja yang memanipulasi pelayanan untuk memperkaya kantong-kantong segelintir orang adalah gereja palsu. Sikap seperti Elisalah yang harus diteladani. Ia melakukan mukjizat bukan untuk keuntungan pribadi melainkan karena dirinya adalah hamba Allah (ayat 16). Camkan: Kalau kesalehan kita tidak lebih daripada kebutuhan rasa aman atau hanya untuk meraup keuntungan duniawi, kita tidak layak menyebut diri anak-anak Tuhan! |
| (0.14355224074074) | (2Raj 6:1) |
(sh: Pemimpin masa depan (Selasa, 23 Mei 2000)) Pemimpin masa depanPemimpin masa depan. Menjelang millenium ada banyak seminar yang diselenggarakan oleh gereja maupun lembaga manajemen yang bertemakan "Kepemimpinan Abad 21". Kebanyakan topik pembahasan mengarah kepada bagaimana menjadi pemimpin yang efektif dalam rangka menghadapi tantangan dan ancaman di millenium baru. Elisa hidup hampir 3000 tahun lalu, namun model kepemimpinannya sebagai nabi masih sangat relevan untuk diteladani Kristen masa kini. Sebagai seorang pemimpin, Elisa mau menyediakan waktu untuk bersama orang yang dipimpinnya dalam rangka menyelesai-kan masalahnya. Ia tidak hanya peduli namun juga mau mengidentifi-kasikan dirinya dengan para murid. Kehadirannya akan memompa semangat murid-muridnya untuk menyelesaikan masalahnya dan menyediakan akses langsung kepada penyelesaian lain jika masalah yang lebih besar datang. Seperti halnya ketika mata kapak salah seorang muridnya jatuh ke dalam air, ia langsung berseru kepada Elisa dan mengutarakan langsung permasalahannya. Pada zaman itu mata kapak adalah barang langka dan mahal, apalagi barang pinjaman, maka berarti timbul masalah yang cukup besar bagi muridnya. Kehadiran Elisa mampu berfungsi sebagai 'prevensi' yang sangat efektif atas masalah yang lebih besar. Model kepemimpinan Elisa yang lain tergambar jelas ketika negeri Aram menyerang Israel. Sebagai pemimpin ia mampu menguasai dan menggunakan data-informasi yang ia dapatkan untuk menyelamatkan bangsa Israel. Dalam menghadapi risiko ia tidak gentar, karena ia mempunyai keyakinan yang lebih besar dari yang lain, karena ia mampu melihat kuasa Allah yang bekerja walaupun tidak kasat mata (16-17). Elisa juga mampu mengimplementasikan strategi yang cerdik dan taktis untuk membebaskan Israel dari ancaman Aram tanpa kekerasan yang akan merugikan kedua belah pihak. Di atas semua itu sebagai pemimpin ia merupakan pemimpin yang berdoa dan dilengkapi dengan kuasa yang dari Allah sendiri. Ini rahasia utamanya sebagai seorang pemimpin. Renungkan: Model kepemimpinan yang diterapkan Elisa terbukti efektif untuk mengatasi kesulitan maupun tantangan yang ada. Walaupun paradigma masa sekarang berbeda dengan zaman Elisa, namun model ini masih sangat relevan. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 6:1) |
(sh: Hikmat dalam melayani Tuhan (Senin, 9 Mei 2005)) Hikmat dalam melayani TuhanHikmat dalam melayani Tuhan
Bagi orang lain, kehilangan mata kapak mungkin perkara kecil yang seharusnya tidak memerlukan mukjizat dari nabi sebesar Elisa. Namun, Nabi Elisa oleh hikmat ilahi melihat rasa tanggung jawab si pengguna kapak tersebut baik terhadap pemilik kapak itu maupun terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya (ayat 5). Itulah sebabnya Elisa menolong orang tersebut (ayat 6-7). Hikmat ilahi kembali dinyatakan ketika Elisa menolong Israel dan Raja Yoram menghadapi musuh mereka, Aram. Pertama, Elisa membocorkan niat jahat dan strategi raja Aram menghadang pasukan Israel kepada raja Yoram (ayat 8-10). Dengan terbongkarnya tipu daya, musuh menjadi tidak berdaya. Kedua, Elisa meminta Tuhan membuka mata iman dari bujangnya yang ketakutan akan kepungan musuh yang dahsyat (ayat 15-17). Dengan iman, anak-anak Tuhan melihat bahwa Tuhan mereka jauh lebih dahsyat daripada musuh terhebat sekalipun. Ketiga, Elisa menaklukkan musuh Israel tanpa menggunakan kekerasan dan berhasil meredam usaha mereka mengganggu Israel (ayat 18-23). Dengan strategi jitu ia menggiring mereka masuk ke dalam pengepungan tentara Israel. Lalu Elisa membuat pasukan Aram ini berhutang nyawa dan budi kepada raja Israel. Fakta menyedihkan pada masa kini adalah kenyataan begitu banyak pelayanan dilakukan orang Kristen tanpa dasar dan tujuan yang benar. Mintalah hikmat ilahi agar pelayanan Anda selalu dilakukan sesuai dengan prinsip firman Tuhan dan tepat sasaran. Renungkan: Pelayanan yang benar dan tepat sasaran akan memenangkan lawan jadi kawan dan memberdayakan kawan menjadi mitra kerja Allah. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 8:16) |
(sh: Pergaulan yang mengundang hukuman Allah (Sabtu, 27 Mei 2000)) Pergaulan yang mengundang hukuman AllahPergaulan yang mengundang hukuman Allah. Paulus pernah menasihatkan jemaat Korintus bahwa pergaulan yang buruk merusakan kebiasaan yang baik (1Kor. 15:33). Rupanya Paulus melihat bahwa pergaulan itu mempunyai kekuatan konstruktif (bersifat membangun) dan sekaligus destruktif (bersifat merusak). Kekuatan konstruktif ada di dalam persekutuan (koinonia) anak-anak Allah sedangkan kekuatan destruktif ada di dalam pergaulan dimana norma-norma Kristiani tidak menjadi norma utama. Maka Paulus menasihatkan agar Kristen menghindari pergaulan yang demikian. Yoram menantu Ahab serta anaknya Ahazia adalah contoh dari umat Allah yang hidup dan kariernya sebagai raja Israel digilas oleh kekuatan destruktif dari pergaulan buruk. Hubungan Yoram dan Ahazia dengan anak-anak Ahab bukan sekadar bersosialisasi dengan sesama manusia namun hubungan yang sudah disahkan oleh hukum dan norma-norma sosial masyarakat masing-masing pihak. Berarti dua dinasti Israel yang memerintah di Utara dan Selatan sudah dihubungkan oleh darah dan ideologi. Dalam kualitas dan tingkat kedekatan hubungan yang demikianlah maka pengadopsian norma dan etika oleh satu pihak atas pihak yang lain pasti terjadi, demi menjaga kelanggengan hubungan itu. Pengadopsian ini biasanya terjadi secara bertahap, dimulai dengan rasa sungkan dan solidaritas yang menghalalkan kompromi. Kemudian berkembang menjadi kebiasaan dan akhirnya tidak sekadar mengambil, namun juga menyetujui norma-norma dan etika pihak lain. Buah yang dihasilkan sangat ironis. Seharusnya penggabungan dua dinasti itu akan menghasilkan kekuatan yang dahsyat dan berlipat ganda. Namun justru Edom dan Libna berani memberontak terhadap Yehuda. Ahazia pun tidak mampu menaklukkan Aram meskipun sudah dibantu oleh Yoram. Sebab kekuatan mereka adalah kekuatan destruktif yang akan menghancurkan diri sendiri. Allah di belakang semua itu sebab Ia menentang penggabungan mereka. Renungkan: Keberadaan dan identitas Kristen dapat terimbas kekuatan destruktif dari sebuah jalinan hubungan yang salah. Kristen memang harus bersosialisasi dengan siapa saja namun juga harus selektif. Ini meliputi tidak hanya perkawinan, namun juga rekanan bisnis, asosiasi-asosiasi, dan klub-klub. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 13:1) |
(sh: Jangan menjadi petobat pengemis (Sabtu, 3 Juni 2000)) Jangan menjadi petobat pengemisJangan menjadi petobat pengemis. Banyak lembaga kristen maupun non kristen yang berusaha mengentaskan para anak jalanan dari keterpurukan sosial ekonominya. Rumah-rumah transit didirikan untuk menampung, mendidik, maupun melatih mereka, sehingga mereka bisa keluar dari kubangan kemiskinan. Namun banyak diantara mereka yang malah melarikan diri dan kembali hidup di jalanan sebagai pengemis. Penyebabnya adalah mereka memiliki mental pengemis yaitu tidak perlu bersusah-payah, yang penting kebutuhan tercukupi. Yoahas pun menampakkan mental pengemis dalam kehidupan rohaninya. Reformasi yang dilakukan oleh Yehu ternyata hanya menyentuh permukaan kehidupan masyarakat Israel. Buktinya anaknya sendiri yang menggantikannya mempunyai kehidupan yang jauh dari jalan Tuhan. Akibatnya Yoahas membawa seluruh bangsa Israel kembali ke dalam dosa. Seluruh bangsa Israel yang berdosa bersama rajanya harus menerima konsekuensi penghukuman dari Allah (3). Bahkan keadaan kerajaan Israel waktu itu benar-benar tidak berpengharapan. Karena mereka tidak lagi mempunyai angkatan perang yang kuat untuk mempertahankan diri apalagi untuk menyerang balik (7). Dalam keadaan yang begitu terperosok, Yoahas ingin tampil sebagai pahlawan. Ia mendatangi Allah, namun tidak dengan pertobatan sejati tetapi dengan mental pengemis. Ia ingin segera diberi uang untuk mengeyangkan kelaparan tanpa butuh pertolongan yang lebih mendasar, sehingga bisa mengubah kehidupannya secara total. Yoahas mengemis kepada Allah namun tidak mau berpaling kepada-Nya, yang sesungguhnya merupakan kunci bagi kehidupan Israel yang penuh damai dan sejahtera dari Allah. Yoahas hanya butuh berkat sementara sebab ia masih senang dengan kehidupannya yang penuh dengan dosa. Maka Allah mengirim seorang penolong yang tidak diketahui identitasnya, sebab ia tidak melakukan suatu pekerjaan yang besar seperti para hakim lainnya yang dipakai Allah. Walaupun sementara, tindakan penyelamatan Allah itu sudah merupakan bukti kasih dan anugerah Allah kepada sebuah bangsa yang sesungguhnya tidak layak menerimanya. Renungkan: Petobat pengemis mungkin akan menyelamatkan kita dari hukuman sementara di dunia, namun pasti akan membawa kita kepada hukuman kekal. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 18:1) |
(sh: Hizkia kudus dalam lingkungan berdosa (Rabu, 6 Juli 2005)) Hizkia kudus dalam lingkungan berdosaHizkia kudus dalam lingkungan berdosa Betapa sulit menjaga hidup kudus di lingkungan yang tidak mengenal Tuhan. Apalagi bila keluarga juga tidak seiman. Namun, itulah risiko hidup di dunia modern. Ternyata keadaan tersebut bukan hanya terjadi di dunia modern. Sejak zaman dulu anak-anak Tuhan sudah mengalami hal yang sama, yaitu tantangan dan godaan untuk kom-promi dengan dosa. Hizkia menjadi raja di tengah-tengah lingkungan yang jahat baik lingkungan di negaranya sendiri maupun di kerajaan Israel. Ahas, ayah Hizkia adalah raja yang tidak takut akan Tuhan. Pada masa pemerintahannya, Yehuda menyembah berhala. Sedangkan di bagian utara, kerajaan Israel dipimpin oleh Raja Hosea yang berlaku jahat sebagai penguasa terakhir. Tentu Hizkia menyaksikan kejatuhan Israel di tangan Asyur. Pada saat itu, ia belajar bahwa dosa harus dihukum. Israel berdosa besar terhadap Allah maka mereka harus menerima hukuman-Nya yang dahsyat. Hizkia menyadari dosa tersebut maka ia tidak mau mengulang dosa yang dilakukan ayahnya dan bangsanya. Hizkia memutuskan untuk hidup kudus dan setia beribadah kepada Allah Israel (ayat 3-6). Penulis 2Raja memberikan komentar yang sangat positif terhadap Hizkia, "di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia" (ayat 5). Kesetiaannya dihargai oleh Allah dengan memberikan kepadanya kemenangan terhadap para musuh Yehuda. Pada masanya tidak ada musuh yang bertahan melawannya. Sikap yang benar di tengah-tengah kedurjanaan adalah tetap percaya kepada Yesus, satu-satunya Allah yang layak disembah, dan setia mempertahankan hidup kudus. Biarpun orang lain menjalani hidup yang najis dan mengolok-olok cara hidup kudus kita sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh menyerah apalagi kompromi. Tuhan akan menyertai kita seperti Ia menyertai Hizkia. Camkan: Kita bisa melawan arus kejahatan dunia jika kita hidup dalam hadirat-Nya. |
| (0.14355224074074) | (2Raj 18:13) |
(sh: Penghujatan terhadap Allah (Kamis, 7 Juli 2005)) Penghujatan terhadap AllahPenghujatan terhadap Allah Orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri seringkali menganggap remeh orang lain bahkan merendahkan kuasa Tuhan. Tanpa disadarinya, ia sedang melawan Tuhan. Sanherib, raja Asyur yang sedang berjaya dengan pasukannya menaklukkan dunia pada waktu itu adalah orang demikian. Melalui wakilnya, juru minuman agung dari Lakhis, raja Asyur menekan Hizkia agar menyerah kepada Asyur. Juru minuman agung itu dengan pongahnya menyatakan bahwa Asyur tak terkalahkan. Ia menghina dan merendahkan Mesir yang menjadi andalan kerajaan-kerajaan kecil, termasuk Yehuda (ayat 21). Ia meremehkan kekuatan pasukan Yehuda (ayat 23-24). Ia bahkan menghujat TUHAN, Allah Israel dengan mengatakan bahwa TUHAN tidak berdaya melawan para dewa orang Asyur (ayat 30-35). Apa tindakan yang tepat menghadapi orang yang sombong seperti itu? Hizkia mula-mula bertindak kurang beriman, yaitu dengan membayar upeti kepada raja Asyur (ayat 14-16). Akan tetapi, kemudian Hizkia sadar bahwa ia harus bersandar kepada Tuhan. Itu sebabnya, ia memerintahkan agar rakyat jangan menjawab sepatah kata pun terhadap ejekan dan hujatan dari juru minuman agung dari Lakhis itu (ayat 36). Tujuannya supaya rakyat jangan terpengaruh atas bujukan dan tipu daya yang akan membuat mereka meragukan Allah mereka, Allah Israel. Menghadapi sikap sombong dan takabur orang-orang jahat, kita perlu mengandalkan hikmat Tuhan. Seperti Hizkia, kita tidak perlu menyerang balik kata-kata jahat dan hujat mereka. Serahkan pada Tuhan dalam doa karena Tuhanlah yang memiliki hak membalas (Rm. 12:19). Lawanlah kata-kata hujat dengan firman Tuhan. Maksudnya, jangan biarkan kata-kata jahat itu mempengaruhi Anda. Sebaliknya, jadikan firman-Nya pedoman yang pasti dan jaminan yang teguh untuk tetap hidup setia melayani Tuhan. Camkan: Satu-satunya cara menangkal tipu daya dan hujat Iblis adalah berdoa sesuai firman! |


