Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 5521 - 5540 dari 8718 ayat untuk di [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17797976086957) (Luk 22:54) (sh: Penyangkalan Petrus (Senin, 5 April 2004))
Penyangkalan Petrus

Penyangkalan Petrus. Yesus ditangkap dan dibawa ke rumah imam besar (ayat 54). Petrus yang sebelumnya mengatakan berani mati bersama Yesus (ayat 22:33), hanya berani mengikuti Yesus dari jauh. Jangankan mati bersama Yesus berada dekat dengan Yesus saja tidak berani. Lukas melaporkan bahwa peristiwa penyangkalan Petrus tidak berlangsung lama, kira-kira satu jam (ayat 59). Peristiwa tersebut terjadi di halaman rumah di tengah suasana api unggun (ayat 55). Ada tiga orang yang mengenali Petrus. Pertama, seorang hamba perempuan menyatakan Petrus adalah seorang yang bersama Yesus (ayat 56). Petrus menyangkal. Kedua, seorang laki-laki mengenali Petrus sebagai salah seorang murid Yesus (ayat 58). Apa yang dikatakan hamba perempuan mendapat perhatian dari orang-orang yang berada di halaman rumah tersebut. Jika hamba perempuan mengenali Petrus sebagai orang yang bersama Yesus, maka orang kedua mengenali Petrus sebagai salah seorang murid-Nya. Orang kedua menekankan bahwa Petrus adalah salah satu murid Yesus. Sekali lagi Petrus menyangkal. Ketiga, seorang lain datang mendekati Petrus dan menegaskan bahwa Petrus adalah murid Yesus. Jika orang pertama dan kedua tidak dapat memberikan bukti, maka orang ketiga ini memberi pernyataan dengan bukti. Dari tutur kata Petrus jelas sekali terlihat bahwa ia berasal dari Galilea (ayat 59). Orang Galilea berbicara dengan aksen yang khas. Ini tidak dapat disangkal.

Meski sudah terbukti bahwa Petrus berasal dari Galilea yang berarti sedaerah dengan Yesus, Petrus tetap menyangkal. Bahkan kali ini ia lebih keras menyangkal. Kerasnya penyangkalan Petrus direkam oleh Matius (ayat 26:74). Ayam berkokok. Segera Petrus mengingat apa yang telah dikatakan Yesus sebelumnya (ayat 61). Petrus menyadari kegagalannya. Petrus menangis dengan sedih (ayat 62). Penyesalan selalu terlambat datangnya.

Renungkan: Mudah sekali menyatakan setia sampai mati kepada Yesus semudah menyangkal-Nya mati-matian.

(0.17797976086957) (Luk 22:63) (sh: Pengadilan yang tidak adil (Selasa, 6 April 2004))
Pengadilan yang tidak adil

Pengadilan yang tidak adil. Sebelum diperiksa di rumah imam besar Yesus terlebih dahulu dibawa ke sidang Sanhedrin (ayat 54,66). Apa yang Yesus alami? Disangkal murid-Nya, diolok-olok orang yang menahan-Nya. Wajah-Nya ditutup dan dipukuli. Yesus sama sekali tidak bereaksi.

Persidangan yang menghadapkan Yesus sebagai terdakwa difokuskan pada persoalan jati Diri-Nya yaitu mengenai siapa Yesus sebenarnya. Yesus diperhadapkan dengan para pemimpin agama Yahudi yang berjumlah 71 orang yang terhimpun dalam suatu lembaga bernama Sanhedrin dan yang dipimpin oleh seorang imam besar. Lukas dengan jelas melukiskan dan memaparkan kepada kita bahwa para pemimpin agama Yahudilah yang seharusnya bertanggung jawab atas kematian Yesus, bukan warga Yahudi. Tidak ada sama sekali sentimen antiYahudi dalam tulisan Lukas.

Sebenarnya mengklaim diri sebagai Mesias bukanlah suatu kejahatan yang dapat diadili. Bagi orang Yahudi Mesias adalah pembebas yang diutus Allah untuk melepaskan mereka dari penjajahan Romawi. Terhadap pertanyaan Mahkamah Sanhedrin, Yesus memberi jawaban yang mengejutkan mereka. Yesus adalah Mesias tetapi bukan seperti yang mereka pahami. Dia adalah Mesias dalam arti perwujudan kehadiran Allah di bumi (ayat 69). Yesus tidak hanya memiliki kuasa Allah, tetapi juga berada di hadirat Allah. Mereka segera bereaksi. Mahkamah Sanhedrin merasa tidak perlu lagi menghadirkan saksi-saksi. Pernyataan Yesus sendiri sudah cukup untuk menghukum-Nya. Yesus dihukum karena Ia menyatakan siapa Dia sebenarnya. Ini ironis. Yesus disalibkan karena Ia adalah Mesias Anak Allah. Tidak ada kesalahan apapun yang terdapat pada-Nya. Tidak ada tuduhan pidana dan perdata yang dapat menghukum-Nya. Yesus dihukum semata-mata karena siapa Dia sebenarnya.

Renungkan: Seperti Yesus yang adalah Anak Allah menderita, kita pun menderita oleh dunia ini.

(0.17797976086957) (Luk 23:1) (sh: Di hadapan Pilatus (Rabu, 7 April 2004))
Di hadapan Pilatus

Di hadapan Pilatus. Mahkamah Sanhedrin memutuskan untuk menghukum mati Yesus. Tetapi mereka tidak memiliki kekuatan hukum untuk melakukannya. Hukuman mati adalah hak pemerintah. Inilah alasannya mengapa mereka membawa Yesus ke pada Pilatus. Tetapi apa tuduhannya? Jika tuduhan teologis tentu Pilatus tidak mau campur tangan. Akhirnya, pemimpin agama Yahudi membawa Yesus ke hadapan Pilatus dengan tiga tuduhan: Pertama, menyesatkan bangsa Yahudi. Dengan tuduhan ini pemimpin agama Yahudi melaporkan kepada Pilatus bahwa telah terjadi kekacauan dan ketidakpastian di tengah masyarakat. Mereka melaporkan adanya kegelisahan masyarakat. Masalah agama sedikit banyak berpengaruh pada stabilitas politik.

Kedua, melarang membayar pajak pada kaisar Tiberius. Tuduhan ini berkaitan dengan relasi Yesus dan negara. Menurut mereka Yesus mengajarkan masyarakat untuk tidak membayar pajak. Tugas utama Pilatus sebagai wakil kaisar adalah memungut pajak dan menyerahkan pada pemerintah Romawi. Relasi Pilatus dan kaisar Tiberius diekspresikan melalui pajak. Semakin banyak pajak disetor, semakin tinggi loyalitas pada kaisar. Tetapi tuduhan ini tidak benar. Dalam 20:25 Yesus tidak menolak pembayaran pajak kepada kaisar.

Ketiga, pengakuan Yesus bahwa Dia adalah Raja (ayat 2). Tuduhan ini berhubungan dengan relasi Yesus dan Pilatus. Tuduhan politis ini dilontarkan agar Pilatus merasa terancam sehingga bersedia menjatuhkan hukuman mati pada Yesus. Sebenarnya tuduhan ketiga ini terlalu mengada-ada karena Pilatus tidak menerima laporan tentang munculnya pemberontakan. Meski demikian Pilatus perlu mengkonfirmasi Yesus apakah benar Ia Raja Yahudi (ayat 3). Pada akhirnya Pilatus menyimpulkan bahwa ketiga tuduhan itu tidak dapat dibuktikan kebenarannya (ayat 4).

Renungkan: Kebencian agama sering diplintir menjadi masalah politik.

(0.17797976086957) (Luk 23:13) (sh: Pengadilan rakyat (Kamis, 8 April 2004))
Pengadilan rakyat

Pengadilan rakyat. Pilatus menyadari bahwa Yesus berasal dari Galilea. Kebetulan pada saat itu Herodes sedang berada di Yerusalem (ayat 7). Pilatus mengirim Yesus kepada Herodes. Ini tindakan untuk lepas tangan. Namun tindakan ini sekaligus juga mendamaikan permusuhan Pilatus dan Herodes (ayat 12). Setelah diperiksa, Herodes mengirimkan Yesus kembali kepada Pilatus karena tidak ada bukti yang dapat menghukum Yesus (ayat 14-15).

Di hadapan massa Pilatus memutuskan untuk mencambuk Yesus dan kemudian melepaskan-Nya (ayat 16). Ia berharap tindakan demikian akan memuaskan hati pemimpin agama Yahudi dan rakyat, dan simpati mereka kepada Pilatus tidak luntur. Namun, massa kembali bereaksi ketika Pilatus menyatakan bahwa sama sekali tidak ada alasan untuk menghukum Yesus. Massa menyadari bahwa Pilatus hendak melepaskan Yesus. Suasana menjadi tidak terkendali (ayat 18). Massa memutuskan untuk menempuh jalur di luar hukum. Tindakan massa ini tidak membuat Pilatus mengubah paradigmanya bahwa Yesus tidak bersalah (ayat 20). Kembali massa berteriak menolak tawaran Pilatus (ayat 21). Untuk ketiga kalinya Pilatus menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mengadili dan menghukum Yesus (ayat 22), tetapi tetap mendapatkan respons yang sama (ayat 23). Kali ini mereka lebih keras berteriak mendesak Pilatus. Akhirnya Pilatus menyerah. Pilatus menyerah kepada teriakan bukan kepada aturan hukum. Apa teriakan mereka? Salibkan Yesus dan bebaskan Barabas! Siapa Barabas? Lukas menjelaskan bahwa Barabas adalah seorang pembunuh. Atas dasar teriakan massa Barabas sang pembunuh dilepaskan sementara Yesus sang Sumber Hidup dibunuh. Hukum dan keadilan tidak berlaku. Teriakan massa menjadi hukum (ayat 25). Inilah pengadilan rakyat. Tidak ada hukum. Yang ada hanya teriakan.

Renungkan: Jalan yang kelihatannya tidak adil dan merupakan kekalahan bagi manusia ternyata merupakan jalan kemenangan bagi Allah.

(0.17797976086957) (Luk 24:13) (sh: Jangan hanya jadi pengamat dan reporter (Senin, 24 April 2000))
Jangan hanya jadi pengamat dan reporter

Jangan hanya jadi pengamat dan reporter. Di Indonesia sekarang ini banyak muncul pengamat-pengamat baik politik, ekonomi, dan reporter mediamasa. Para pengamat bukanlah orang sembarangan, mereka mempunyai kemampuan untuk menguraikan dan menganalisa permasalahan secara tajam. Para reporter pun tidak kalah hebatnya, sebab mampu untuk memburu sumber berita yang otentik untuk disajikan kepada masyarakat secara lengkap dan menarik. Pada umumnya mereka itu kebanyakan adalah penonton yang berada di luar gelanggang. Mereka tidak ikut merasakan yang mereka analisa dan laporkan, dan hidup mereka juga tidak terpengaruh.

Inilah gambaran dari dua orang murid Yesus yang menuju ke Emaus. Mereka membicarakan dan menganalisa seluruh peristiwa yang berhubungan dengan Yesus hingga kebangkitan-Nya. Waktu yang dipergu-nakan untuk diskusi ini cukup panjang mengingat jarak Emaus ke Yerusalem adalah 7 mil dan ditempuh dengan berjalan kaki. Bahkan mereka bisa melaporkan peristiwa kebangkitan Kristus secara lengkap kepada "Yesus" yang tidak mereka kenali. Namun apa yang mereka bicarakan, diskusikan dan laporkan ternyata tidak mempunyai makna apa-apa bagi kehidupan mereka. Mereka masih berduka (ayat 17). Seolah-olah mereka hanya sebagai penonton (ayat 17). Mengapa demikian?

Mereka mempunyai pengharapan yang salah terhadap misi Yesus (ayat 21). Mereka hanya terpusat kepada kebutuhan fisik. Mereka tidak memahami sifat dari 'peperangan' yang sedang dimasuki oleh Kristus. Karena itu apa yang Yesus alami merupakan kehancuran dari pengharapan mereka. Mereka pun tidak mempunyai pemahaman yang menyeluruh atas kebenaran firman Tuhan yang tertulis (ayat 27). Pemahaman mereka hanya sepotong-sepotong. Sesungguhnya jika mereka mempunyai pemahaman firman Tuhan tertulis secara benar dan menyeluruh, maka apa yang mereka analisa dan laporkan sudah cukup membawa mereka pada pemahaman siapakah Yesus. Dengan demikian apa yang Ia alami akan memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka.

Renungkan: Sudah berapa kali Anda memperingati hari Kebangkitan-Nya? Apakah selama ini Anda hanya cakap sebagai pengamat dan reporter ataukah kebangkitan-Nya membawa pengharapan bagi kehidupan Anda?

(0.17797976086957) (Yoh 1:19) (sh: Identitas diri yang teguh. (Minggu, 27 Desember 1998))
Identitas diri yang teguh.

Identitas diri yang teguh.
Serentetan pertanyaan diajukan orang-orang utusan para imam dan para Lewi kepada Yohanes tentang dirinya. Mungkin dia dianggap seorang pengganggu, karena berada di luar sistem agama Yahudi saat itu, apalagi dia tidak memegang jabatan tertentu dalam pelayanan di rumah ibadah orang Yahudi. Kehadirannya dipertanyakan, kiprah pelayanannya disepelekan, dan kuasa yang dimilikinya untuk membaptis diragukan. Semua ini ditimbulkan oleh kelompok orang yang menyebut diri sebagai kelompok "elite rohani". Yohanes sama sekali tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meninggikan dirinya, atau mencatut nama Mesias demi keuntungan dan kepentingan pribadi. Justru kondisi tanya ini dia manfaatkan untuk menjelaskan siapa dirinya dan siapa Mesias yang dinanti-nantikan itu.

Misi Yohanes. Yohanes sadar betul akan tugas panggilan dan misi yang diembannya, yaitu memusatkan pelayanan dan kesaksiannya pada sang Mesias, yaitu Yesus Kristus. Dia hanyalah utusan dari Allah untuk sang Mesias. Dan Yohanes Pembaptis telah membuktikan bahwa seorang utusan yang baik tidak akan pernah berpikir apalagi bertindak berani untuk merebut kemuliaan Tuhan yang dilayaninya.

Misi Anak Domba Allah. Julukan Yohanes kepada Yesus yang baru saat itu ditemuinya sebagai "Anak Domba Allah", "yang menghapus dosa dunia," "yang telah mendahului aku." Kemungkinan besar julukan Yohanes ini mengacu kepada Anak Domba Paskah yang darahnya meluputkan tiap anak sulung Israel di Mesir. Dengan misi yang diemban-Nya jelas bahwa Yesuslah yang mampu mengangkut dosa kita hingga kita luput dari cengkeraman dosa dan akibatnya yang mematikan.

Renungkan: Pelayanan dan kesaksian hidup yang berpusatkan pada Sang Mesias, Yesus Kristus, akan menjaga kita dari kejatuhan, merebut kemuliaan Tuhan.

Doa: Tuhan berilah kepada kami hati yang penuh dengan kasih dan kepekaan terhadap panggilan-Mu agar kami menyaksikan pada dunia tentang keselamatan-Mu yang agung.

(0.17797976086957) (Yoh 2:1) (sh: Bertumbuh dalam kemuliaan (Jumat, 28 Desember 2001))
Bertumbuh dalam kemuliaan

Bertumbuh dalam kemuliaan. Jika kita berbicara tentang iman yang semakin dalam dan kuat, apakah sebenarnya yang kita maksudkan? Apakah hanya sebatas semakin banyaknya informasi yang kita serap dan kuasai? Hari ini kita akan merenungkan apa artinya iman yang semakin bertumbuh.

Jika pada peristiwa sebelumnya kesaksian disampaikan melalui perkataan, maka dalam teks hari ini kita melihat bahwa kesaksian juga disampaikan melalui perbuatan. Dalam sebuah pesta pernikahan di Kana, Yesus menyatakan kemuliaan-Nya (ayat 11). Yesus bersaksi melalui perbuatan, yakni dengan mengubah air menjadi anggur (ayat 9). Ia bersaksi kepada pelayan-pelayan dan juga orang-orang yang hadir dalam pesta perkawinan. Tetapi, tidak dinyatakan bahwa mereka, sebagai akibatnya, menjadi percaya pada Yesus dan kemudian melihat kemuliaan-Nya. Mereka gagal melihat kemuliaan Yesus.

Apakah artinya melihat kemuliaan Yesus? Jika kita mengingat janji Yesus seperti tertera dalam 1:50-51, maka dapat dikatakan bahwa melihat kemuliaan Yesus identik dengan mengalami hadirat Allah. Melihat surga terbuka dan melihat malaikat- malaikat Allah turun-naik kepada Yesus merupakan pernyataan kehadiran Allah. Pada peristiwa sebelumnya, dinyatakan bahwa murid-murid telah percaya pada Yesus (ayat 1:35-51). Mengapa dalam ayat 11 dikatakan murid-murid percaya pada Yesus? Peristiwa di Kana bukanlah awal kelahiran iman murid-murid pada Yesus. Peristiwa ini memperlihatkan pendalaman iman. Iman murid-murid bertumbuh semakin dalam melalui dan oleh peristiwa di Kana. Ini sesuai dengan yang dijanjikan Yesus sebelumnya (ayat 1:50-51). Melihat kemuliaan Yesus menyebabkan iman murid-murid bertumbuh. Mereka yang percaya pada Yesus selanjutnya akan menikmati persekutuan bersama- Nya, mengalami hadirat Allah. Melihat kemuliaan Yesus berarti mengalami hadirat Allah. Inilah artinya iman yang bertumbuh.

Renungkan: Setiap manusia yang percaya pada Yesus akan melihat kemuliaan-Nya (ayat 1:14). Belajarlah peka melihat kemuliaan- Nya dalam hidup Anda. Ucapan syukur Anda bisa jadi merupakan tanda bahwa iman Anda bertumbuh.

(0.17797976086957) (Yoh 4:15) (sh: Yesus memperbarui hidup (Rabu, 2 Januari 2002))
Yesus memperbarui hidup

Yesus memperbarui hidup. Perjumpaan dan pembicaraan dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidup perempuan Samaria itu secara radikal. Hidupnya tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sesuatu telah terjadi dalam hidupnya sebagai akibat perjumpaan dan pembicaraannya dengan Tuhan Yesus. Semuanya karena inisiatif Tuhan Yesus. Tuhan Yesus yang mencarinya. Tuhan Yesus juga yang membimbingnya dalam percakapan, sampai ia mengenal siapa Yesus dan terbuka pada pembaruan dari Yesus atas hidupnya.

Pada awal pembicaraan itu ia tidak mengenal dengan siapa ia sedang berbicara. Ia hanya tahu bahwa ia sedang berbicara dengan seorang Yahudi (ayat 9). Kemudian ia menyapa Tuhan Yesus dengan sebutan tuan (ayat 11). Sementara pembicaraan berlangsung, ia menyadari bahwa Yesus lebih daripada yang disapanya. Namun, untuknya tetap Yesus lebih rendah daripada leluhurnya Yakub (ayat 12). Ketika Yesus mengungkapkan semua perbuatannya, ia menyadari bahwa Yesus adalah seorang nabi (ayat 19). Tetapi, Tuhan Yesus tidak berhenti di situ. Ia membimbing pengenalan perempuan Samaria sampai ke puncaknya, yakni bahwa Ia adalah Mesias (ayat 25-26).

Pengenalan bahwa Yesus adalah Mesias merupakan puncak karena hal ini sesuai dengan tujuan penulisan Injil Yohanes, "... tetapi semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya" (ayat 20:31). Pengenalan perempuan Samaria terhadap Yesus sejalan dengan maksud penulisan Injil. Inilah saat terindah dalam hidupnya, saat ketika ia percaya kepada Yesus, saat ia bertemu dan mengenal Mesias. Ia tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa perjalanannya mengambil air ke sumur merupakan perjalanan yang mengubah hidupnya secara radikal.

Renungkan: Tuhan Yesus mengenal manusia secara utuh dan lengkap. Tidak ada yang tersembunyi baginya. Seluruh hidup kita terbuka bagi-Nya. Di hadapan Tuhan Yesus tidak perlu ada yang disembunyikan. Tuhan Yesus berbicara kepada kita untuk memenuhi kebutuhan dan keperluan kita yang terdalam karena Ia mengenal kita seutuhnya. Terbukakah kita pada inisiatif-Nya memasuki hidup kita dan menyambut Dia sebagai kepuasan sejati?

(0.17797976086957) (Yoh 6:16) (sh: Takut karena tidak percaya (Minggu, 10 Januari 1999))
Takut karena tidak percaya

Takut karena tidak percaya. Baru saja para murid makan bersama orang banyak dalam sukacita Tuhan, sekarang dalam keadaan menunggu Tuhan, mereka melihat sosok yang berjalan di atas air. Reaksi mula-mula adalah takut. Takut karena mereka menduga itu hantu! Mungkinkah mereka belum mengenal kuasa-Nya? Benar, ternyata mereka belum percaya atas keberadaan Tuhan Yesus sebagai Allah yang Mahakuasa, Allah yang mulia, yang diutus oleh Bapa-Nya. Ketidakpercayaan ini membawa mereka pada ketakutan tak terkendali. Meskipun demikian, Tuhan mengambil langkah bijaksana. Ia terus menuntun para murid untuk mengenal-Nya lebih baik hari demi hari.

Berapa lama lagi? Peristiwa Yesus memberi makan kepada lima ribu orang mengundang semangat banyak orang mencari Tuhan Yesus. Sayangnya, motivasi mencari bukan karena percaya atau karena telah mengenal-Nya secara pribadi tetapi untuk sekadar memperoleh keuntungan. Berapa lama lagikah Tuhan Yesus Kristus harus tinggal di bumi pada masa itu sehingga orang banyak dapat mengerti ajaran-Nya?

Luruskan motivasi. Berbagai sikap dan beragam motivasi orang banyak datang kepada Tuhan, masih ditemukan di zaman sekarang. Keragaman itu menimbulkan permasalahan, misalnya sikap dan motivasi bagaimana yang mendasari keinginan setiap orang mencari Yesus? Ada yang beribadah setiap minggu dengan motivasi agar sebutan umat beragama tetap melekat dalam dirinya. Ada yang berharap agar berkelimpahan berkat Tuhan terus-menerus. Lainnya lagi, karena sudah dibaptis, sudah Kristen, dan masih banyak lagi. Motivasi-motivasi tersebut tidak akan menolong Kristen untuk sungguh mengenal siapa Tuhan yang sesungguhnya. Alasan yang benar untuk tetap beribadah karena setiap Kristen harus bertumbuh dalam pengenalan terhadap kuasa, pekerjaan, dan pimpinan-Nya. Setiap hari menjadi lebih baik. Inilah prinsip pertumbuhan rohani Kristen.

Renungkan: Pertumbuhan rohani seorang Kristen tidak ditentukan oleh berapa lama menjadi Kristen, tetapi bagaimana Kristen mengenal Yesus secara pribadi.

(0.17797976086957) (Yoh 17:20) (sh: Mereka yang akan percaya (Minggu, 24 Maret 2002))
Mereka yang akan percaya

Mereka yang akan percaya. Ketika Yesus mendoakan para murid-Nya, Ia menyatakan bahwa misi Bapa bagi-Nya akan dipercayakan-Nya kepada para murid-Nya (ayat 18). Sebagai akibat penerusan misi oleh para murid-Nya itu akan terbentuk Gereja Tuhan dari zaman ke zaman sampai sekarang ini. Dalam bagian ini, doa Yesus tertuju kepada para pengikut-Nya. Dengan demikian, isi doa syafaat Yesus ini mencakup seluruh rencana kekal Allah sampai terwujud dalam karya Yesus di sepanjang sejarah Gereja-Nya. Jadi, seluruh perjalanan misi dan kehidupan orang beriman diletakkan Yesus di dalam kerangka hubungan dan rencana kekal Bapa (rencana keselamatan), Putra (penggenapan rencana keselamatan), dan Roh Kudus (pengudusan Gereja).

Ada dua hal penting dalam doa ini yang perlu kita perhatikan. Pertama, peluasan misi akan terjadi karena pewartaan Firman (ayat 20). Inilah prinsip misi dan pertumbuhan Gereja yang harus setia kita pegang. Misi akan berkembang dan Gereja hanya akan bertumbuh bila kita setia mewartakan kabar keselamatan dalam Kristus. Kedua, Yesus tidak saja menginginkan agar makin banyak orang diselamatkan karena percaya kepada-Nya. Ia juga menginginkan agar mereka menjadi satu (ayat 22). Kesatuan yang diinginkan-Nya dari Gereja-Nya bukan sekadar kesatuan yang lahiriah. Yang diinginkan- Nya adalah kesatuan mesra seperti yang terdapat di dalam hubungan Yesus dan Bapa. Kesatuan adalah kekuatan. Ke dalam, kesatuan merupakan kekuatan yang memelihara orang beriman dari ancaman dunia ini. Ke luar, kesatuan karena kasih adalah kekuatan yang membuat kesaksian Gereja meyakinkan dunia tentang kebenaran Injil.

Renungkan: Kesaksian dan kasih kita tidak hanya menyukakan hati Allah, tetapi juga membuat dunia mengakui kebenaran Injil Kristus.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 7

Bilangan 9:1-3,11-12

I Korintus 5:6-8

Markus 14:12-26

Mazmur 116:12-19

Lagu:

Kidung Jemaat 341

PA 3 Yohanes 16:4b-15

Perginya sosok yang mengasihi dan menjadi panutan bisa membuat orang yang dilindungi menjadi patah semangat. Pasal 13 s/d 17 merupakan pesan-pesan terakhir Yesus sebelum Ia disalib. Dalam catatan Yohanes, Yesus secara khusus menyiapkan para murid agar tidak saja mampu melalui saat-saat sulit ketika Yesus mati disalibkan, tetapi juga agar mereka dapat seterusnya menghayati semua arti kata-kata dan perbuatan Yesus serta kehadiran-Nya. Pesan-pesan ini juga bertujuan menyiapkan para murid untuk menjadi landasan bagi bertumbuhnya generasi murid berikutnya, yaitu gereja Tuhan. Bagian ini khususnya penting sebab Yesus memaparkan faktor X yang menentukan mengapa kepergian Yesus justru membuat para murid mampu bertahan dan bertumbuh.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Hal apa yang tidak dikatakan Yesus sejak semula (bdk. 1-4a)? Apa alasannya (dilihat dari sisi para murid dan dari sisi Yesus) hal tersebut tidak dikatakan Yesus kepada para murid sejak semula (bdk. 4b)?

Sebelum ini beberapa kali para murid bertanya ke mana Yesus akan pergi (lih. 13:36, 14:5). Kini mereka tidak lagi menanyakan hal tersebut secara mendalam. Mengapa sampai sekarang pun orang sulit mengimani bahwa kematian Yesus penting bagi iman Kristen?

Mengapa lebih berguna bagi para murid bahwa Dia pergi (ayat 7)? Mengapa kepergian Yesus (kematian dan kenaikan-Nya) menjadi sebab Roh Kudus dapat datang kepada para murid? Apa hubungan kedatangan Roh dengan kesiapan para murid untuk memahami ajaran dan karya Yesus? Apa yang akan dikerjakan Roh Kudus dalam hati para murid sehingga mereka mampu menerima dan memahami hal-hal yang terjadi dalam diri Yesus dan yang Yesus lakukan?

Ada perbedaan karya Roh dalam hidup para murid (ayat 12-15) dari karya Roh terhadap dunia ini (ayat 8-11)? Apa saja karya Roh dalam diri para murid? Pikirkan kaitannya dengan tujuan kehadiran dan karya Yesus. Rinci dan pikirkan maksud konkret dari masing- masing dampak tersebut dalam kehidupan orang beriman! Rinci dan pikirkan maksud konkret dari dampak Roh terhadap dunia! Bagaimana kaitan hal tersebut dengan kehadiran Roh dalam diri orang beriman?

(0.17797976086957) (Yoh 19:38) (sh: Tanda iman dan kasih (Sabtu, 30 Maret 2002))
Tanda iman dan kasih

Tanda iman dan kasih. Kisah penguburan Yesus oleh Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus ini sungguh menyejukkan hati kita. Bila dalam hari-hari sebelum ini kita diperhadapkan pada hingar-bingar suara-suara penuh kebencian dan angkara, kini dalam keteduhan sesudah kematian Yesus, kita menyaksikan ungkapan iman dan kasih tak terperikan. Apabila kematian-Nya adalah dengan cara teramat keji dan nista, kini penguburan-Nya adalah dengan cara teramat mulia dan terpuji. Ia dikuburkan di dalam kubur yang baru di sebuah taman. Sebelum dikuburkan, mayat Yesus dibalut dengan kain kafan dan diurapi dengan rempah-rempah. Itulah penghormatan yang Yesus terima sesudah Ia mati.

Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus yang melakukan penghormatan tersebut. Keduanya, menurut catatan Yohanes, adalah murid-murid yang diam-diam menyembunyikan identitas mereka (ayat 38). Ketika Yesus masih hidup tidak pernah mereka memiliki keberanian menyatakan kepercayaan mereka. Keduanya mungkin adalah tokoh agama atau tokoh masyarakat yang kedudukannya membuat mereka sulit untuk mengaku secara terbuka sebagai pengikut Yesus. Hal ini diisyaratkan oleh kisah Nikodemus yang diam-diam di malam hari datang menjumpai Yesus (ps. 3). Tetapi, iman dan kasih tak akan pernah seterusnya dapat disembunyikan dan bersifat rahasia. Justru ketika para murid Yesus yang semasa hidup Yesus berterus terang mengikuti Dia kini bersembunyi dalam ketakutan, kini kedua murid rahasia ini dengan berani meminta kepada Pilatus agar diizinkan menguburkan mayat Yesus. Mereka tidak lagi peduli bahwa kedudukan mereka menjadi taruhan. Mereka tidak merasa bahwa dengan menunjukkan kasih mereka, nyawa mereka terancam. Sekian lama mungkin mereka diam-diam menjadi pengamat dan orang percaya yang mengambil jarak. Kini sesudah kematian Yesus terjadi, hidup Yesus yang telah dicurahkan bagi mereka juga yang akhirnya membangunkan iman dan kasih itu dari persembunyiannya.

Renungkan: Menjadi murid secara diam-diam tidak sama dengan berpura-pura bukan murid Yesus. Kekhawatiran dan ketakutan yang menyebabkan orang tidak berani terbuka menyaksikan imannya akhirnya akan dikalahkan oleh kesadaran akan besarnya pengorbanan Kristus untuknya.

(0.17797976086957) (Yoh 21:20) (sh: Ikutlah Aku! (Minggu, 7 April 2002))
Ikutlah Aku!

Ikutlah Aku! Kalau sebelumnya Tuhan menubuatkan penyangkalan dan pemulihan Petrus (ayat 13:37-38), kini Tuhan menubuatkan bahwa Petrus akan menggenapi ucapan untuk sedia mati bagi Tuhan, tetapi dalam rencana dan anugerah Allah. Kini saatnya Petrus belajar taat dan mengasihi Tuhan secara penuh bahkan dengan risiko mati sekali pun. Tak seorang pun manusia mudah menerima kematian begitu saja. Petrus pun perlu anugerah dan waktu untuk dapat menerima hal tersebut. Gembalanya yang baik telah digiring ke pembantaian untuknya. Petrus pun mendapat kehormatan untuk mati karena Tuhannya. Dalam tradisi Gereja, dituturkan bahwa Petrus mati disalibkan dalam posisi terbalik, kepala di bawah kaki di atas karena merasa tidak layak disalib dalam posisi sama seperti Tuhannya.

Murid yang dikasihi Yesus tidak lain adalah Yohanes sendiri. Bila ditilik dari sejarah, maka Yohanes telah mencapai usia lanjut pada waktu itu dan mati lama kemudian sesudah uzur. Agaknya Petrus ingin tahu apa yang akan dialami oleh Yohanes di masa yang akan datang (ayat 21). Tetapi, jawaban untuk Petrus jelas, “tetapi engkau ikutlah Aku” (ayat 22). Yesus ingin mengingatkan Petrus sesudah ia dipulihkan, bahwa untuk mengikut Yesus orang tak boleh terpengaruh kondisi atau keadaan orang lain. Mungkin ada yang mengalami kehidupan mudah, sementara yang lain harus menderita. Mengikut Yesus haruslah dengan sebulat hati, apa pun risikonya. Orang juga harus setia pada tugas apa pun yang Tuhan percayakan. Petrus dipercaya sebagai ‘gembala domba’ sementara Yohanes menjadi saksi akan karya Yesus.

Renungkan: Kemuliaan kita bukan terletak pada kemudahan dalam ukuran manusia. Entah menderita sampai mati atau hidup sambil ambil bagian dalam derita, kita dipanggil untuk menjalaninya dengan suka dan setia.

Bacaan untuk Minggu Paskah 2

Kisah Para Rasul 5:12-16

Wahyu 1:9-13,17-19

Yohanes 21:1-14

Mazmur 149

Lagu:

Kidung Jemaat 408

PA 5 Yohanes 21:15-25

Tugas terberat yang harus dijalani seorang pemimpin ialah memastikan bahwa estafet kepemimpinan untuk menggenapi misi dan menjalankan tugas-tugas terkait berjalan baik. Kesulitan bisa disebabkan beberapa faktor. Faktor beratnya tugas bisa merupakan sebab pertama. Faktor kekurangmampuan orang adalah sebab lainnya. Faktor kelebihan pemimpin dalam kemampuan dan integritas dirinya pun bisa menjadi sebab sulitnya pengalihtugasan terjadi dengan baik karena kesenjangan dengan kader yang disiapkan terlalu lebar. Ketika Tuhan Yesus memandatkan penyebaran Injil keselamatan kepada para murid-Nya, ketiga faktor tersebut hadir dan dapat menyulitkan kelangsungan misi Yesus di dunia. Namun demikian, di bagian akhir catatan Yohanes, kita menyaksikan bagaimana Tuhan bertindak menyingkirkan semua masalah tadi.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

Kesenjangan apa saja yang ada antara Yesus dan kondisi para murid? Hal-hal apa dalam diri Yesus yang bisa membuat para murid-Nya sulit untuk meneruskan pola pelayanan-Nya? Hal-hal apa dalam diri para murid yang masih bisa merintangi mereka menerima misi dari Tuhan?

Bagaimana kondisi para murid waktu itu (ps. 20-21)? Pikirkan juga kondisi masing-masing murid seperti Tomas, Petrus, dan Yohanes. Hal apa yang kita pelajari tentang sifat dan cara Yesus meyakinkan mereka tentang Yesus sebagai sumber tak terbatas baik bagi kekurangan mereka maupun dalam tugas mereka kelak? Begitukah juga kita menempatkan Yesus dalam pelayanan kita?

Apa problem Petrus dan apa tugas yang Tuhan ingin percayakan kepadanya? Bagaimana isi dan cara bertanya Tuhan membimbing Petrus menuju pertobatan dan pemulihan sejati? Mengapa Yesus bertanya sampai tiga kali? Apa maksud Yesus mengubah dari kasih Ilahi dalam dua yang pertama ke kasih kodrati dalam yang terakhir? Apa yang Petrus sadari sampai ia menangis?

Bagaimana urutan prioritas yang harus Petrus jalani: mati bagi Tuhan, mengasihi Tuhan, setia mengikut Tuhan, dan menggembalakan menjalani misi dari Tuhan? Bagaimana Anda melihat para pelayan Tuhan kini melihat hal tersebut?

Pengantar Mazmur 93-111

Menurut tradisi orang Yahudi dalam Midrash Tehillim, “Seperti Musa memberi lima kitab taurat untuk Israel, demikian pun Daud memberi lima kitab mazmur untuk Israel.” Kelima bagian tersebut adalah pasal 1-41, 42-72, 73-89, 90-106, dan 107-150. Dengan demikian, bacaan kita kali ini terambil dari bagian akhir kitab IV dan permulaan kitab V. Bila struktur isi kitab I-III menegaskan kegagalan perjanjian dengan garis kerajaan Daud yang berakhir dalam pembuangan, kitab IV-V adalah respons terhadap kegagalan teresebut. Jadi, kitab IV dan V menekankan pemerintahan Allah. Di dalam tema utama inilah kita jumpai mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dalam pasal 93-99, sedangkan pasal 100-111 terdiri dari berbagai mazmur yang juga menekankan berbagai aspek sifat dan tindakan Allah terhadap umat-Nya atau yang menyerukan berbagai respons setimpal umat terhadap sifat-sifat Allah.

Mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menegaskan bahwa yang sesungguhnya Raja adalah Allah. Pasal 94 yang tidak secara eksplisit menyebut Allah sebagai Raja, menekankan sisi Allah sebagai Hakim dan berfungsi mengikat mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja dengan Mazmur 90-92. Hal ini penting sebab salah satu tekanan dari ke-Raja-an Allah adalah penegakan keadilan dan kebenaran. Tujuan kitab IV adalah menjawab krisis yang dialami Israel di pembuangan dan mazmur-mazmur penobatan Allah sebagai Raja menjadi pola konsep bagi pembangunan kembali umat yang pulang dari pembuangan.

Allah sang Raja sejati itu memerintah kekal, adil, benar, menaklukkan dan menghukum kejahatan, memerintah bukan saja Israel, tetapi seluruh kosmos dengan serasi. Saat Anda merenungkan mazmur-mazmur tersebut, Anda akan menemukan tema-tema tertentu yang diulang tentang sifat Allah dan sifat pemerintahan-Nya, dengan masing- masing pasal menekankan hal tertentu tentang ke-Raja-an Allah. Dengan Allah sebagai Raja, tidak saja ada harapan bagi dunia ini, tetapi juga ada kehidupan umat yang penuh pujian dan pengabdian. Kita segera sadar bahwa mazmur-mazmur ini menghidupkan pengharapan pada penggenapan eskatologis Kerajaan Allah ketika Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya kelak.

Mazmur-mazmur berikutnya adalah respons terhadap pengakuan bahwa Allah adalah Raja. Karena tema Allah sebagai Raja merupakan poros teologis seluruh mazmur, maka tema tersebut dan respons terhadapnya kita jumpai pula dalam pasal 100-111.

Mazmur 100 menggemakan pasal 2, dan mewakili seluruh mazmur berikutnya yang menyerukan penyembahan sepenuh hati kepada Allah saja. Mazmur 101-102 adalah ratapan agar ketaatan kepada Allah menjadi semangat utama para pemimpin umat. Mazmur 103-106 merefleksi balik pada model kepemimpinan Allah dalam zaman Musa. Mazmur pembuka kitab V, yaitu pasal 107, memaparkan kepada umat tentang kasih setia Allah yang kekal, sebagai tema yang juga bergema dalam sisi lainnya di pasal 108 dan 109.

Pemerintahan Allah itu beroleh wujud di dalam raja mesianis di pasal 110 dan yang diresponi dalam ucapan syukur dalam pasal 111. Respons kepada Allah itu tidak saja menekankan kelayakan Allah dalam kemuliaan dan kebaikan-Nya untuk menerima penyembahan dan pengabdian umat, tetapi sekaligus juga memberi kerangka bagi umat untuk beroleh jati diri yang benar untuk hidup tepat dalam dunia ini (bdk. pasal 103). Respons tersebut bahkan mencerminkan keteraturan dunia yang diatur Allah seperti yang secara puitis diungkapkan dalam bentuk akrostik yang sangat indah dalam pasal 111 dan 112 (baris-baris puisi dalam kedua mazmur ini dimulai dengan abjad-abjad Ibrani dalam urutannya).

Ketika Anda mendalami makna mazmur-mazmur ini, ingatlah untuk selalu mengaitkan perspektif Allah Israel dengan Allah di dalam Yesus Kristus dan kita sebagai Gereja. Ingatlah juga untuk menempatkan mazmur-mazmur ini dalam rentang waktu konteks zaman itu sambil mengikutsertakan kondisi kita kini dan pengharapan akan kedatangan Kerajaan Allah kelak.

Di dalam Kristus yang telah mati, bangkit, memerintah di surga, dan kelak akan datang kembali untuk mewujudkan pemerintahan total dan kekal Allah atas segala sesuatu, kita belajar meresponi kenyataan dunia sehari-hari kini dengan takut akan dan kasih kepada Allah, syukur dan percaya kepada-Nya, memiliki pengharapan yang hidup akan kemenangan-Nya yang mengalahkan mutlak semua anasir kejahatan. Dengan demikian, dalam perspektif tema mazmur-mazmur ini, kita sudah mulai menghayati hidup sebagai ibadah yang hidup bagi Sang Raja dalam suasana surgawi.

(0.17797976086957) (Kis 2:1) (sh: Roh Kudus tercurah (Minggu, 23 Mei 1999))
Roh Kudus tercurah

Roh Kudus tercurah Sebelum terangkat ke sorga, Yesus berjanji akan mencurahkan Roh Kudus untuk meneruskan dan mewujudkan misi-Nya di dunia -- yaitu menelanjangi dosa, menobatkan, memeteraikan, menguduskan dan mewujudkan persatuan Kristiani. Langkah awal perwujudan misi ini nampak ketika Roh Kudus memampukan para rasul berbicara dalam berbagai bahasa bahasa yang digunakan dan dibutuhkan saat itu, sehingga setiap orang dari berbagai daerah mengerti kesaksian para rasul tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.

Salah mengartikan. Roh Kudus telah mengawali suatu pembentukan kehidupan umat Kristiani yang bersekutu dan berdoa. Bila gerak awal Roh Kudus itu diimbangi dengan aktivitas umat Kristiani secara baik dan bertanggung jawab, tentu Kristen akan merasakan suatu gerak rohani yang sangat bermanfaat dalam rangka saling menguatkan keimanan. Namun kenyataan yang ada saat ini justru muncul banyak perselihan paham yang mempertentangkan dan membatasi kehadiran Roh Kudus. Kelompok yang satu menuduh kelompok yang lain tidak memiliki Roh, sebaliknya yang satu menuduh yang lain terlalu berlebihan. Bukankah perselisihan paham ini menunjukkan bahwa kita telah menyelewengkan tujuan kehadiran Roh Kudus?

Makna Pentakosta. Dalam Perjanjian Lama, Pentakosta adalah perayaan umat Israel purba yang dirayakan pada hari ke lima puluh sesudah Paskah (Pesah = 'keluarnya bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir'). Pada hari itu umat merayakan dua hal yaitu kebaikan Allah karena panen yang berhasil dan pemberian hukum Taurat kepada Musa.

Dalam Perjanjian Baru, ketika tiba hari Pentakosta Roh Kudus turun tercurah kepada para murid Yesus, yang sedang berkumpul di Yerusalem dan mengaruniakan hidup baru, kekuasaan baru, dan berkat yang disebut Petrus sebagai penggenapan nubuat nabi Yoel.

Doa: Tuhan, terima ksih untuk Roh Kudus yang Kau utus. Curahkanlah Roh Kudus-Mu ke atas kami, agar kami semakin layak menyaksikan perbuatan-perbuatan-Mu yang besar dan ajaib.

(0.17797976086957) (Kis 3:1) (sh: Pemberian terbaik (Kamis, 12 Juni 2003))
Pemberian terbaik

Pemberian terbaik. Apa hal terbaik yang pernah Anda berikan kepada orang-orang yang Anda kasihi? Orang paling malang di dunia adalah orang yang menjawab pertanyaan ini dengan serangkaian daftar benda-benda. Padahal, hal-hal yang berkesan biasa justru adalah yang paling berharga, misal teguran penuh kasih, kasih sayang dalam berbagai ekspresinya, dll.

Si orang lumpuh mendapatkan suatu pemberian yang lebih dari yang ia harapkan. Bukan uang sedekah dari Petrus dan Yohanes, tetapi kesembuhan dari kelumpuhannya dalam kuasa Yesus Kristus, dan yang terpenting kesempatan untuk mendengar berita Injil serta memuliakan Allah. Kisah penyembuhan dirinya menjadi satu batu loncatan bagi rangkaian peristiwa berikutnya: pemberitaan Injil dan pertambahan jumlah orang percaya, penghambatan dan peneguhan yang menguatkan dari Allah (Kis. 3:1-4:31). Menjadi bagian dari rangkaian peristiwa ini jelas lebih berharga daripada mendapatkan nafkah sehari.

Beberapa hal yang dilakukan oleh si orang lumpuh patut kita jadikan teladan. Pertama, hal pertama yang ia lakukan adalah memuji-muji Allah bahkan dalam cara yang sangat ekspresif, karena kesembuhan yang ia alami (ayat 8). Kedua, ucapan syukur dan luapan kegembiraan yang diekspresikannya itu dilakukannya di depan banyak orang. Hal ini adalah sesuatu yang positif karena sangat banyak orang menyaksikan ini dan menjadi takjub karenanya (ayat 9-10). Semua ini layak kita teladani, karena kita telah menerima dari Allah sesuatu yang lebih besar, lebih indah, dan lebih membahayakan dari yang dapat kita bayangkan sebelumnya: keselamatan di dalam Anak-Nya Tuhan Yesus Kristus.

Renungkan: Keselamatan dan panggilan pelayanan kita adalah pemberian Allah paling berharga yang tidak pernah kita harapkan sebelumnya. Nyatakan syukur Anda melalui tindakan selalu bersaksi dan bersaksi.

(0.17797976086957) (Kis 4:32) (sh: Gereja yang dipenuhi Roh Kudus (Minggu, 30 Mei 1999))
Gereja yang dipenuhi Roh Kudus

Gereja yang dipenuhi Roh Kudus Para rasul mengabaikan larangan Sanhedrin, dan mereka tetap bersaksi dengan keberanian dan semangat (31, 33). Kasih karunia Allah yang melimpah-limpah menguatkan mereka untuk tetap menyaksikan kebangkitan Yesus (33). Gereja mula-mula yang dipenuhi Roh Kudus, nyata melalui perkataan dan perbuatan; pelayanan dan kesaksian; kasih kepada sesama anggota dan kesaksian bagi dunia luar. Apa yang digambarkan dalam perikop ini merupakan kejadian kedua setelah kisah dalam pasal 2:42-47. Sumbernya sama yaitu Roh Kudus yang memenuhi, menguasai dan menggerakkan. Hal ini tampak pada keseimbangan kerja Roh Kudus di dalam gereja mula-mula.

Komunisme Kristen? Ada sebagian pihak yang menggunakan perikop ini untuk mendukung paham komunisme Kristen. Apakah memang demikian? Kita bisa melihat tiga pokok penting dari bagian ini. Pertama, adanya sikap yang radikal terhadap harta yang dimiliki oleh mereka. Semua harta mereka dianggap milik bersama (32b). Secara hukum dan fakta mereka masih memiliki barang mereka, namun mereka memutuskan untuk menganggap bahwa harta-harta mereka bisa dipakai oleh saudara-saudara lain yang membutuhkan. Kedua, sikap radikal mereka telah memimpin mereka pada tindakan pengorbanan untuk orang lain (34b-35). Ketiga, sikap radikal dan pengorbanan ini berdasarkan prinsip persamaan sehingga terjaminnya distribusi yang merata (35b). Ketiga pokok pikiran di atas memberikan penekanan tentang dua hal yaitu tidak seorang pun kehilangan hak atas harta yang mereka miliki (paham komunis) dan setiap Kristen lebih mementingkan kebutuhan saudara mereka daripada harta mereka (paham Kristen).

Barnabas sang teladan. Gereja terus bersatu dalam iman, kasih dan kesaksian yang luar biasa, sehingga dunia sekeliling dapat merasakannya. Barnabas adalah contoh seorang tokoh yang patut diteladani. Nilai-nilai yang sudah ditunjukkan oleh si anak penghiburan ini haruslah menjadi prinsip bagi gereja sekarang di dalam sikap mereka terhadap harta dan umat.

(0.17797976086957) (Kis 5:21) (sh: Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut (Jumat, 20 Juni 2003))
Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut

Tidak selalu berani tetapi tidak selalu takut. Corrie ten Boom memahami artinya penjara dan ketidakadilan. Beserta dengan keluarganya ia ditangkap dan dijebloskan ke tahanan Nazi karena menyembunyikan orang Yahudi. Ayah dan kakaknya meninggal di penjara, hanya ia yang lolos. Secara ajaib ia dibebaskan karena namanya tertukar dengan nama orang lain. Keluarga ten Boom berani mengambil risiko yang besar itu sebab mereka tahu bahwa mereka melakukan hal yang benar. Para murid Tuhan juga mengenal penjara dan ketidakadilan, dan mereka pun rela menerimanya karena mereka tahu untuk siapakah mereka menderita.

Saya tidak selalu berani, bahkan saya lebih sering takut. Saya takut mengungkapkan kebenaran, saya takut membela yang tertindas, saya takut menolong, saya takut dimusuhi orang, dan daripada mencari masalah, saya menghindar dari masalah. Saya lebih senang hidup tenteram tanpa ketakutan meski untuk itu saya harus membayarnya dengan mahal: saya menulikan telinga nurani saya. Pada akhirnya keberanian tersisa menjadi puing cita-cita belaka yang lebih sering tak terwujud. Keberanian tidak selalu hadir dalam satu warna; di dalam keberanian tersimpan ketakutan pula. Abraham pernah ketakutan dan dua kali ia terpaksa berbohong (Kej. 12:11- 13; 20:1-2). Elia tidak selalu berani dan pernah begitu ketakutan sampai-sampai ia harus lari dari Izebel (ayat 1Raj. 19:3). Petrus pernah ketakutan dan untuk menyelamatkan nyawanya, tiga kali ia menyangkal mengenal Tuhan (Mat. 26:69-75).

Ada tiga hal yang membantu kita untuk menjadi berani. Pertama, tanyakan pada diri kita, untuk siapakah hal ini saya lakukan? Kedua, tenangkan diri. Di dalam kepanikan, ketakutan dan kekalutan bertambah. Ketiga, berserah kepada Tuhan yang mempunyai kendali penuh atas hidup kita.

Renungkan: Ketakutan membuat kita lumpuh; keberanian membuat kita ampuh.

(0.17797976086957) (Kis 7:44) (sh: Hati yang keras (Kamis, 26 Juni 2003))
Hati yang keras

Hati yang keras. Menjelang akhir pembelaannya, Stefanus menyampaikan teguran kepada para imam bahwa mereka adalah orang yang keras kepala dan senantiasa menentang Roh Kudus. Begitu keras sehingga mereka tidak pernah mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka keliru. Mereka juga menutup telinga sehingga tidak dapat mendengar kabar yang Tuhan ingin sampaikan. Mereka sudah mengeraskan hati sehingga tidak bersedia menerima kehadiran Kristus.

Peristiwa penolakan ini mengingatkan kita pada kisah John Sung, seorang misionaris yang pernah mengeraskan hati menentang suara Roh Kudus. Kisah ini bermula ketika Tuhan memanggilnya untuk menjadi pelayan-Nya namun John Sung bergumul untuk menolak dan mengeraskan hati. Pergumulan batiniah yang hebat itu, mengganggu kestabilan jiwanya. Selama 7 bulan ia mendekam di rumah sakit jiwa untuk memperoleh ketenangan kembali dan disaat itulah ia belajar untuk taat dan menerima panggilan Tuhan. Tuhan berkenan memakai John Sung menyebarkan Injil hampir di seluruh Asia, termasuk di Indonesia.

Adakalanya kita pun menentang suara Roh Kudus dan kita melakukannya dengan pelbagai cara dan dalih. Kadang kita mendiamkannya, atau menganggap itu adalah suara hati sendiri yang tidak perlu kita gubris. Dampak langsung dari semua itu bukanlah terhentinya atau terhambatnya rencana Tuhan. Ia tetap melaksanakan rencana-Nya dengan atau tanpa partisipasi kita. Dampak langsung yang lebih menyedihkan adalah, pertama, kita tidak dipakai Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya. Kedua, kita tidak menerima berkat itu sendiri. Seperti penonton, kita hanya dapat menyaksikan Tuhan bekerja tanpa bisa berbagi sukacita dengan-Nya karena kita tidak berada dalam satu tim dengan-Nya.

Renungkan: Jangan keraskan hati menolak panggilan Tuhan untuk menjadi saluran berkat-Nya bagi sesama.

(0.17797976086957) (Kis 7:54) (sh: Memang seharusnya terjadi (Jumat, 27 Juni 2003))
Memang seharusnya terjadi

Memang seharusnya terjadi. Bagian firman Tuhan yang baru saja kita baca ini merupakan salah satu kisah yang paling mengharukan. Ada beberapa hal yang membuat kisah ini begitu menyayat hati. Pertama, pembunuhan ini dilakukan atas nama Tuhan. Mereka beranggapan bahwa Stefanus menghujat Allah maka, selayaknyalah ia dihukum rajam. Kedua, pada saat meregang nyawa, Stefanus masih sempat berdoa agar Tuhan tidak menanggungkan dosa ini atas para pembunuhnya.

Keduanya mengakui berbuat atas nama Tuhan, tetapi berbeda motivasi. Orang Yahudi mengkambinghitamkan Tuhan untuk melampiaskan kebencian mereka, dan melahirkan pembunuhan. Sedangkan Stefanus mengalami ini karena keyakinannya akan kebenaran sejati yaitu Yesus Kristus, melahirkan pengampunan.

Di mata manusia, kematian Stefanus adalah peristiwa tragis karena tidak seharusnya terjadi. Namun, di mata Tuhan kematian Stefanus tidak tragis dan tidak sia-sia. Kematian Stefanus adalah bagian dari rencana Allah yang tidak sepenuhnya kita pahami namun sekurangnya bisa kita mengerti kendati hanya sebagian. Pada saat Stefanus dirajam, ada seorang pemuda yang menyaksikan kebrutalan para pembunuh itu, namanya Saulus, yang belakangan kita kenal sebagai Paulus. Di kemudian hari Paulus menjadi Stefanus yang baru, sebagai pengikut Kristus yang merisikokan hidupnya demi Yesus Tuhan. Seperti Stefanus, Paulus pun pernah dilempari batu; Paulus memahami makna menderita dan mati bagi Kristus sebab ia pernah melihat kematian Stefanus yang mulia.

Bila Tuhan memakai kematian Stefanus sebagai prelude untuk memanggil Paulus, tidak tertutup kemungkinan Ia memakai peristiwa yang sedang kita hadapi ini sebagai prelude untuk menghantar kita masuk ke dalam kehendak-Nya yang lain.

Renungkan: Apa yang tidak seharusnya terjadi mungkin adalah tangan Allah yang sedang memindahkan kita ke dalam rencana-Nya.

(0.17797976086957) (Kis 8:4) (sh: Masih ada manusia lama (Sabtu, 28 Juni 2003))
Masih ada manusia lama

Masih ada manusia lama. Kitab Kisah Para Rasul dapat pula kita sebut Kisah Karya Roh Kudus sebab pemeran utama kisah dalam kitab ini sebenarnya adalah Roh Kudus, bukan para rasul. Roh Kudus memakai para rasul untuk melaksanakan pekerjaan-Nya dan bukan sebaliknya. Para rasul tidak memakai Roh Kudus untuk mencapai tujuannya. Sangat disayangkan karena Simon, salah seorang petobat baru di Samaria, tidak memahami hal ini. Ia mengira, ia bisa membeli karunia Roh Kudus agar ia pun dapat melakukan mukjizat seperti para rasul. Simon sangat keliru!

Walau Simon telah bertobat dan mengikut Filipus dalam pelayanannya, ia masih membawa manusia lamanya. Alkitab mencatat bahwa sebelum pertobatannya, Simon adalah seseorang yang merasa diri "sangat penting" (Kis. 8:9). Bahkan orang lain pun memandangnya dengan takjub dan memanggilnya, "Kuasa Besar" (Kis. 8:10), berhubung kekuatan sihir yang dimilikinya. Dengan kata lain, sebelum bertobat, Simon terbiasa menjadi pusat perhatian dan kekaguman orang di sekelilingnya. Sudah tentu setelah bertobat, Simon tidak lagi bisa dan tidak boleh bergaul dengan kuasa gelap dan itu berarti tamatlah riwayat sihirnya. Sekarang Simon tidak lagi "berkuasa" dan rupanya di sinilah letak persoalannya. Ia tidak terbiasa menjadi orang biasa dan tetap rindu menjadi orang besar sampai-sampai ia berani membayar para rasul untuk memberinya kuasa Roh Kudus. Syukurlah, ia masih mau mendengar teguran Petrus yang keras itu.

Perjalanan hidup kita, dari titik pertobatan sampai berjumpa kembali dengan Kristus kelak, merupakan sebuah proses pengudusan yang panjang. Tuhan akan terus membentuk kita agar makin serupa dengan-Nya.

Renungkan: Orang yang kudus adalah orang yang menyadari bahwa rohnya penurut namun dagingnya lemah; itu sebabnya ia terus berdoa dan berjaga-jaga.

(0.17797976086957) (Kis 9:1) (sh: Yang memberitakan ke ujung bumi (Senin, 27 Juli 2009))
Yang memberitakan ke ujung bumi

Judul: Yang memberitakan ke ujung bumi
Upaya Saulus untuk menghabisi pengikut-pengikut Yesus tidak dapat dihentikan lagi. Ia sudah mendapatkan surat sakti dari majelis-majelis Yahudi yang memperlicin jalan untuk mencapai maksudnya itu (ayat 1-2). Namun Tuhan Yesus tidak tinggal diam melihat semua itu. Ia langsung menemui Saulus dalam perjalanan dan berbicara dengan dia (ayat 3-6). Suatu pertemuan yang tentu akan membekas dalam ingatan Saulus, karena ia kemudian tidak dapat melihat selama tiga hari. Sampai-sampai tiga hari pula ia tidak makan dan minum (ayat 9). Yesus, yang pengikutnya dia kejar-kejar, ternyata berbicara langsung kepada dia. Jadi Yesus sungguh-sungguh hidup dan bukan mati di dalam kubur! Jadi Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan bukan nabi sesat! Dan Yesus menganggap penganiayaan yang dilakukan Paulus kepada orang-orang Kristen merupakan penganiayaan terhadap diri-Nya (ayat 5)!

Pertemuan Tuhan dengan Saulus tentu punya maksud tersendiri. Kita masih ingat bahwa Tuhan merencanakan agar semua orang, dari seluruh penjuru bumi, mendapat kesempatan mendengar Injil. Oleh sebab itu harus ada orang yang pergi untuk memberitakan Injil kepada mereka. Siapakah orang itu? Saulus. Dialah yang Tuhan tentukan untuk menyampaikan Injil kepada bangsa-bangsa lain (ayat 15-16). Namun pada waktu itu, Saulus belum mengenal Yesus. Ia malah membinasakan para pengikut Yesus. Sebab itu Tuhan menggunakan cara ekstrim untuk mengkonfrontasi Saulus.

Dan waktu membuktikan bahwa pertobatan Saulus memainkan peranan penting dalam pewartaan Injil kepada orang-orang dan tempat-tempat yang jauh. Banyak orang nonYahudi yang kemudian bertobat. Perluasan Injil yang Paulus lakukan berdampak pada penyebaran kekristenan dari Samaria sampai ke tempat-tempat lain juga.

Kita harus bersyukur kepada Tuhan karena kita pun masuk ke dalam bilangan orang-orang yang dilayakkan untuk menerima anugerah keselamatan. Maka jangan tinggal diam. Wartakan kabar sukacita ini kepada sekitar Anda.



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA