Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 5561 - 5580 dari 8718 ayat untuk di [Pencarian Tepat] (0.011 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17797976086957) (Ef 4:7) (sh: Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri (Sabtu, 8 November 2003))
Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri

Kesatuan yang tidak menghilangkan jati diri. Bersatu bukan berarti menghilangkan keunikan kepribadian setiap orang dan juga bukan berarti meleburkan diri dalam sebuah komunitas sehingga kehilangan jati diri.Dalam bagian ini Paulus meneruskan pembahasan dengan menekankan bahwa panggilan Allah agar kita menjadi satu, tidak akan membuat kita kehilangan jati diri dan talenta/kemampuan yang Tuhan berikan kepada kita. Karena itu Paulus menuliskan bahwa Allah tidak menganugerahkan kasih karunia yang sama kepada kita, tetapi masing-masing dianugerahkan kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus (ayat 7). Paulus berbicara tentang anugerah Allah dalam konteks kemampuan jemaat melayani Allah. Di dalam gereja ada jemaat yang berfungsi sebagai rasul-rasul, nabi-nabi, pemberita-pemberita Injil, gembala-gembala dan pengajar-pengajar (ayat 11). Semua fungsi ini menunjukkan bahwa:

[1] setiap orang Kristen, tidak hanya pendeta atau pemimpin jemaat, memikul tanggung jawab untuk membangun tubuh Kristus sesuai dengan karunia Tuhan yang ada di dalam dirinya;

[2] setiap orang Kristen dapat mencapai kedewasaan rohani yang lebih matang dan iman yang stabil, sehingga tidak mudah untuk diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran (ayat 13-14);

[3] setiap orang Kristen dimampukan menjaga prinsip-prinsip kebenaran Allah dalam bertingkah laku dan bertutur kata sehingga semakin bertumbuh ke arah Kristus (ayat 15).

Penjelasan di atas semakin mempertegas keyakinan kita bahwa komunitas Kristen memiliki kesatuan dan persatuan yang sejati; dan fungsi serta kemampuan yang Allah anugerahkan kepada kita, dapat kita pergunakan untuk membangun tubuh Kristus dan melayani Kristus.

Renungkan: Sudahkah Anda terlibat dengan orang Kristen lainnya membangun tubuh Kristus dan melayani Kristus dengan kemampuan yang Allah anugerahkan untuk Anda?

(0.17797976086957) (Ef 4:25) (sh: Berani tampil beda (Senin, 10 November 2003))
Berani tampil beda

Berani tampil beda. Jika sekali waktu Anda mengunjungi mal, cobalah untuk mengamati gerak-gerik dan penampilan ABG (Anak Baru Gede). Perhatikan atribut yang dipakai mulai dari baju, pernak-pernik sampai tingkah lakunya. Kita akan menyimpulkan bahwa atribut itu merupakan upaya mereka untuk mempublikasi identitas dirinya dengan harapan orang memahami siapa dirinya. Mereka mencari identitas dengan ikut “tren”. Paulus menginginkan agar jemaat Efesus berani tampil beda dalam kehidupannya. Tujuannya adalah agar mereka menjadi berbeda dengan orang di luar Kristus. Oleh karena itu Paulus memberikan beberapa penekanan, yaitu: [1] moralitas bagi kehidupan orang Kristen, di antaranya tidak berkata dusta, mampu mengendalikan diri dalam keadaan marah, tidak emosional, dan menjaga tutur kata sehingga tidak berkata kotor (ayat 25-31); [2] landasan kehidupan yang telah diletakkan oleh Kristus, yaitu kasih-Nya yang dalam untuk umat-Nya sehingga Ia rela menyerahkan diri sebagai persembahan kurban yang harum bagi Allah (ayat 5:2). Paulus menegaskan agar jemaat mempraktikkan pola kasih Kristus ini dalam kehidupan mereka, bukan saja sebagai suatu keharusan tetapi juga sebagai tanda atau bentuk keunikan dalam kehidupan Kristen. Di zaman sekarang ini, sulit menemukan orang atau keluarga Kristen yang memiliki pola hidup seperti ini. Artinya, tidak semua orang Kristen dapat mempraktikkan prinsip mengasihi dan mengampuni seperti anjuran Paulus. Akan tetapi jangan kita mengartikan kesulitan itu sama dengan tidak mungkin. Yesus Kristus telah mencontohkan hal tersebut, dan Ia mampu. Karena Kristus telah melakukannya untuk kita, maka hal-hal yang tidak mungkin bagi kebanyakan orang menjadi mungkin bagi kita.

Renungkan: Maukah Anda mendasarkan hidup Anda pada semangat untuk saling mengasihi dan saling mengampuni, sehingga keunikan kita nyata dalam dunia ini?

(0.17797976086957) (Ef 5:3) (sh: Catatan waktu (Selasa, 11 November 2003))
Catatan waktu

Catatan waktu. “Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap. Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus (ayat 3); Hidup dalam berbagai perkataan kotor dengan hidup penuh ucapan syukur (ayat 4); Hidup seperti orang bebal dengan hidup seperti orang arif (ayat 15); Hidup dalam pengaruh anggur yang memabukkan dengan hidup yang penuh dengan Roh (ayat 18). Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah (ayat 5-6). Apakah tujuan dari perbandingan ini? Pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan. Kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Yaitu, dalam pengertian menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.

Waktu terus berjalan. Ingatlah bahwa apa yang telah kita perbuat pasti tercatat dalam waktu dan tidak mungkin dapat dihapus oleh siapapun juga.

Renungkan: Apa yang sedang dan akan Anda perbuat atau kerjakan dalam hidup kini? Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbing-Nya ke arah hidup yang bijaksana sehingga Anda dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan Anda.

(0.17797976086957) (Ef 5:22) (sh: Relasi umat Allah sebagai istri dan suami (Kamis, 17 Oktober 2002))
Relasi umat Allah sebagai istri dan suami

Relasi umat Allah sebagai istri dan suami. Relasi gender lain dari relasi fungsi. Perempuan sering direndahkan dan dilecehkan oleh laki-laki. Relasi perempuan dan laki-laki yang demikian tidak benar. Di hadapan Allah, laki-laki dan perempuan sama kedudukan dan haknya. Perempuan dan laki-laki memiliki relasi yang setara dan sederajat. Namun, relasi istri dan suami bukan relasi gender melainkan relasi fungsi. Di dalam keluarga, perempuan berfungsi sebagai istri, sementara laki-laki berfungsi sebagai suami. Kata kunci yang mengatur relasi fungsi suami-istri adalah kata ‘tunduk’. Istri tunduk kepada suami, sementara suami tunduk pada istri (ayat 21). Istri tunduk denganmenerima prinsip penciptaan bahwa suami adalah kepala istri. Juga seperti Kristus adalah kepala jemaat, demikian juga suami adalah kepala istri (ayat 23). Istilah ‘sama seperti’ penting artinya (ayat 22-25; 28,29,33). Istri tunduk pada suami bukan karena adat-istiadat, melainkan karena relasi Kristus-jemaat.

Bentuk tunduk suami kepada istri diwujudkan dengan kasih. Sama seperti Kristus mengasihi jemaat demikian juga suami mengasihi istri (ayat 25). Tiga kali Paulus menekankan kasih suami kepada istri (ayat 25,28,33). Paulus harus mengulanginya berkali-kali karena mudah sekali suami menyalahgunakan fungsinya sebagai kepala istri. Model kasih suami tidak bersumber dari kasih yang berlaku dalam suatu budaya masyarakat, bukan kasih sentimental yang murahan seperti banyak didendangkan dalam lagu-lagu pop. Kasih suami kepada istri sama seperti kasih Kristus kepada jemaat. Kristus mengasihi jemaat, menyerahkan diri untuk jemaat (ayat 25). Kristus berkorban untuk jemaat karena jemaat begitu berharga di mata Kristus. Dalam kehidupan praktis, bagaimana kasih suami kepada istri terungkap? Suami memelihara dan merawat istri seperti ia mengasihinya. Artinya, jika suami tidak mengasihi, maka istri tidak perlu tundik kepada suami.

Renungkan: Tunduk dan kasih, dalam Kristus serasi adanya. Tunduk adalah karena kasih, kasih yang memimpin terekspresi dalam bentuk tunduk yang berkorban.

(0.17797976086957) (Ef 6:10) (sh: Awal kehidupan Kristen (Jumat, 14 November 2003))
Awal kehidupan Kristen

Awal kehidupan Kristen. Akhir dari perjalanan seorang anak menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD, merupakan awal baginya untuk menempuh jenjang pendidikan SLTP. Di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kesulitan yang dihadapinya pun akan lebih tinggi, begitu seterusnya. Demikian juga bagi seseorang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan atas hidupnya, pertobatan hanyalah awal dari kehidupannya bersama Kristus. Ia masih harus bertahan hingga mencapai garis akhir dalam menghadapi peperangan rohani.Pada bagian akhir surat Efesus ini Paulus secara tidak langsung mengatakan bahwa mereka baru ada pada awal kehidupan Kristen. Oleh karena itu, orang Kristen dianjurkan untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 11,13). Mengapa? Oleh karena kita akan berjuang menghadapi musuh yang utama yaitu pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara (ayat 12). Tujuannya adalah supaya orang Kristen dapat berdiri sampai akhir dalam peperangan rohani ini (ayat 13). Akan tetapi, kita harus ingat bahwa kita tidak berjuang sendiri. Seluruh komunitas Kristen akan berjuang bersama. Oleh karena itu selain mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 14-18), kita harus berdoa dengan konsisten baik untuk diri sendiri maupun untuk mendukung yang lainnya (ayat 18-19). Doa adalah bentuk komunikasi kita dengan Allah. Berdoa menunjukkan kebergantungan kita kepada Allah, dan kebergantungan ini memberikan kekuatan untuk kita memenangkan peperangan ini. Kapan peperangan rohani kita dimulai? Ketika kita percaya kepada Kristus. Kapan peperangan rohani ini berakhir? Ketika Tuhan Allah mengatakan “Hamba yang setiawan, mari masuklah” itulah akhir peperangan rohani kita.

Renungkan: Awal kehidupan Kristen Anda adalah peperangan melawan penguasa-penguasa kegelapan. Bersama dengan Kristus, menangkan peperangan rohani Anda dari hari ke hari.

(0.17797976086957) (Flp 1:9) (sh: Bertumbuh menuju kesempurnaan (Sabtu, 22 Mei 2004))
Bertumbuh menuju kesempurnaan

Bertumbuh menuju kesempurnaan. Banyak orang memulai sesuatu dengan baik, tetapi di tengah jalan mulai tersendat sampai pada akhirnya mandek. Demikian juga banyak orang Kristen memulai imannya dengan semangat berkobar-kobar, tetapi di tengah jalan ketika tantangan dan kesulitan menerpa, iman itu mulai terseok-seok bahkan pada akhirnya terhenti total. Lebih baik tidak memulai sesuatu bila kemudian tidak ada kesungguhan untuk menuntaskannya. Bagaimana kiat menghindari kemandekan iman itu?

Paulus mengenali bahaya berhenti bertumbuh. Oleh karena itu ia terus menerus mendoakan jemaat Filipi agar terus bertumbuh. Kiat untuk luput dari kemandekan bertumbuh adalah terus bertumbuh tanpa henti! Pertama, tenaga yang mendorong pertumbuhan iman adalah kasih kepada Tuhan dan sesama. Paulus mendoakan agar jemaat Filipi bertumbuh dalam hal itu (ayat 9a). Kedua, kasih bukan semata soal emosi tetapi soal kebenaran. Artinya, kasih sejati adalah kasih dalam kebenaran. Itu sebabnya Paulus berdoa agar mereka tumbuh dalam pengetahuan dan pengertian yang benar dan yang baik (ayat 9). Ketiga, pertumbuhan sejati tidak bisa lepas dari kekudusan. Hakikat pertumbuhan iman adalah bertumbuh di dalam Dia dan serupa Dia. Tumbuh dalam kasih dan dalam kebenaran berarti tumbuh dalam pengenalan akan Allah. Semakin akrab hubungan orang dengan Allah, semakin orang itu akan diubahkan oleh pancaran kemuliaan-Nya menjadi makin sekudus semulia Dia.

Dengan kata lain, tiga hal hakiki penangkal kemandekan rohani adalah: kobarkan kasih kepada Allah dan sesama, kenali firman secara mendalam oleh pertolongan Roh, hiduplah serasi dengan sifat kudus Allah dalam keseharian kita. Niscaya, kehidupan rohani kita akan mengalami dinamika yang menggairahkan.

Renungkan: Iman yang bertumbuh tidak hanya merenungkan dengan takjub kasih Allah. Iman yang tumbuh ialah yang aktif mengasihi, menggali firman penuh gairah, mencintai Allah dalam tindakan kudus.

(0.17797976086957) (Flp 2:19) (sh: Delegasi (Kamis, 6 Agustus 2020))
Delegasi

Timotius dan Epafroditus diutus Paulus ke jemaat di Filipi sebagai perwakilannya karena ia sedang berada dalam penjara. Kondisi ini sesungguhnya bisa menimbulkan dukacita bagi jemaat di Filipi. Namun, Paulus tidak ingin mereka bersedih. Oleh karena itulah, ia mengutus Timotius dan Epafroditus untuk memberi penguatan sehingga mereka bisa bersukacita dan terus hidup setia kepada Tuhan.

Dalam mengutus delegasi, Paulus menetapkan kriteria bagi siapa yang dianggapnya mampu mewakili dirinya. Timotius adalah orang yang paling dekat dengannya. Ia setia, tulus, dan giat memberitakan Injil. Ia mengerjakan semuanya dengan hati yang bersih dan tidak mencari keuntungan pribadi. Visi dan misinya, seperti Paulus, adalah untuk memuliakan Kristus Yesus.

Epafroditus pun diutus untuk kembali agar jemaat di Filipi mendengar langsung darinya tentang keadaan Paulus dalam penjara. Epafroditus memang utusan jemaat di Filipi untuk melayani Paulus selama dalam penjara. Epafroditus melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Pendelegasian oleh Paulus dilakukan dengan pertimbangan yang baik.

Paulus melakukan semua itu dengan semangat tunduk kepada Kristus, bukan berdasarkan keinginan sendiri. Walaupun demikian, pendelegasian itu tidak membuat Paulus menjadi tidak peduli kepada jemaat Filipi. Ia tetap berharap bisa datang ke sana, apabila perkaranya sudah selesai.

Pemberitaan Injil ternyata harus melibatkan orang lain dalam kerja sama. Kita bisa saja mendelegasikan tugas kepada orang yang dianggap mampu. Dengan demikian, penyebaran Injil bisa dikerjakan dengan efektif dan efisien. Namun, jika hendak memilih delegasi, kita tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Dalam hal ini pun, kita harus bersikap taat dan tunduk kepada kehendak Tuhan.

Kita harus mendengarkan kehendak-Nya dengan saksama. Maka siapa pun yang diutus, mari kita hidup sebagai delegasi Kristus yang terus memberitakan Injil di dunia ini. Kita menjalani hidup mulia dengan menonjolkan sifat-sifat ilahi. [DSY]

(0.17797976086957) (Kol 4:5) (sh: Relasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesama (Sabtu, 14 Juli 2001))
Relasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesama

Relasi dengan Tuhan teraplikasi dalam relasi dengan sesama. Betapa indahnya kehidupan seorang kristen yang hidupnya transparan baik di hadapan manusia maupun di hadapan Tuhan. Siapa pun yang bertemu dan berinteraksi dengannya akan merasakan sentuhan kasih yang tulus dan penuh kekuatan, karena doa merupakan prioritas dalam hidupnya.

Relasi Kristen dengan Tuhan dalam doa merupakan sarana yang spesifik dan konkrit. Pertama, berdoa dengan tekun (ayat 2). Ini membutuhkan usaha dan kesabaran dalam menanti jawaban Tuhan. Di dalam doa yang tekun terkandung kesiapsiagaan terhadap musuh-musuh yang seringkali menggoyahkan ketekunan dalam berdoa, sehingga kita cepat menggerutu, mempersalahkan Tuhan, mogok berkomunikasi dengan Tuhan, dan kehilangan kerinduan hati untuk berdoa. Oleh karena itu Paulus mengatakan bahwa doa yang tekun adalah doa yang disertai ucapan syukur, karena apa pun dan kapan pun doanya dijawab, ia yakin bahwa semuanya kehendak Tuhan bagi kebaikannya. Kedua, sehebat apa pun seseorang tetap membutuhkan dukungan doa dari saudara seiman. Paulus menyatakan kebutuhan ini dengan satu permintaan yang spesifik (ayat 3-4). Ada tiga hal penting yang ia mohon didoakan: [1] agar Allah membuka pintu bagi pemberitaan Injil, [2] agar ia memiliki kesempatan untuk memproklamasikan Kristus, dan [3] agar presentasi tentang Injil yang disampaikan dapat dimengerti dengan jelas oleh orang-orang yang dilayaninya. Permohonan ini sangat spesifik dan relevan dengan kondisi Paulus saat itu.

Relasi dengan Tuhan akan teraplikasi dalam relasi dengan sesama (ayat 5-6). Kristen memiliki hubungan sosial yang baik dengan sesama, dapat memanfaatkan waktu dengan baik, dan menjadi seorang komunikator yang baik: perkataannya merefleksikan anugerah Allah, membangun dan memberikan semangat orang lain, serta siap mempertanggungjawabkan hidupnya dalam situasi apa pun kepada siapa pun.

Renungkan: Hidup penuh hikmat dan dapat merefleksikan anugerah Allah adalah kehidupan Kristen yang menjaga kualitas hidup rohaninya dalam persekutuan dengan Tuhan melalui doa. Milikilah jam doa dan alami kuasa doa yang mengubahkan hidup Anda, sehingga aplikasi konkrit dalam relasi dengan sesama pun menjadi nyata.

(0.17797976086957) (1Tes 5:1) (sh: Berjaga-jaga (Rabu, 29 Oktober 2003))
Berjaga-jaga

Berjaga-jaga. Permasalahan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya di jemaat Tesalonika ternyata bukan masalah tanggal, atau hari dalam kalender. Sebab kualitas kehidupan setiap orang yang percaya tidak dikendalikan oleh kalender, tetapi ditentukan oleh Kristus yang bangkit. Setiap orang yang mencintai Yesus, hidupnya pasti akan dikendalikan oleh kasih cinta Yesus, dan itu menghidupi sebuah kualitas kehidupan yang benar-benar indah. Itulah sebabnya teks ini menganjurkan agar jemaat Tesalonika selalu berjaga-jaga (ayat 6).

Hal yang paling penting saat ini untuk orang-orang Kristen pahami ialah bukan kapan langit terbuka dan Kristus turun dari langit, tetapi apakah kita telah memiliki iman yang hidup, berani memihak kebenaran dan menolak hal-hal yang tidak benar, memiliki hati yang tenang dan siap melayani (ayat 8)? Kedatangan Tuhan menghadirkan sukacita besar dan bukan saat-saat yang menakutkan. Pertanyaannya ialah apakah kita semua sedang berjaga-jaga, siap seperti prajurit yang lengkap dengan segala persenjataan dan siap untuk bertempur, atau sedang tertidur lelap?

Iman kita, orang-orang percaya saat ini pun tidak boleh dibangun di sekitar hal-hal yang tidak penting seperti tanggal dan hari. Tetapi iman kita harus menyikapi serius hal-hal yang urgen sehingga kita akan bereaksi tepat dan tanggap. Masalahnya ialah sudah terlambat mempersiapkan diri untuk ujian ketika kertas ujian sudah ada di depan kita. Sudah terlambat untuk membangun rumah yang kokoh, kalau badai topan sedang melanda kehidupan. Jangan seperti lima anak dara yang bodoh, yang harus kehabisan minyak sehingga pada waktu kedatangan sang mempelai, saat dimana pelita tersebut memang benar-benar dibutuhkan, pelita mereka padam.

Renungkan: Orang yang punya waktu untuk menghitung-hitung hari dan waktunya, berarti sedang tidak bekerja melayani Tuhan. Andakah orangnya itu?

(0.17797976086957) (1Tim 5:17) (sh: Sikap terhadap para penatua (Selasa, 18 Juni 2002))
Sikap terhadap para penatua

Sikap terhadap para penatua. Kelompok selanjutnya yang disebutkan Paulus dalam nasihatnya kepada Timotius adalah kepada para penatua. Paulus memberikan arahan tentang bagaimana seharusnya Timotius bersikap dalam menangani kondisi-kondisi yang mungkin terjadi di tengah-tengah jemaatnya, saat ia melayani bersama para penatua.

Para penatua patut menerima penghormatan yang pantas. Salah satu bentuk penghormatan itu dinyatakan dengan firman dari Tuhan Yesus, "seorang pekerja patut mendapatkan upahnya" (ayat 18). Masalah penghidupan dari seorang penatua yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar perlu mendapatkan perhatian dari jemaat. Kemudian, para penatua perlu dilindungi dari tuduhan-tuduhan tanpa dukungan keterangan saksi (ayat 19).

Walaupun begitu, tidak berarti ketegasan dan disiplin bagi para penatua diberlakukan secara longgar. Justru sebaliknya, Timotius harus menegur para penatua yang berbuat dosa di depan semua jemaat (ayat 20). Ia harus bertindak dalam segala sesuatu tanpa prasangka dan tanpa memihak (ayat 21). Dosa adalah dosa. Tidak boleh ada kompromi terhadap hal ini. Timotius juga harus bersikap hati-hati di dalam menetapkan dan mengangkat seseorang bagi suatu bentuk pelayanan. Jika tidak, Timotius punya andil dalam dosa yang timbul sebagai akibatnya (ayat 22).

Setelah diselingi tentang nasihat yang bersifat pribadi (ayat 23), Paulus beralih kepada kelompok lain: jemaat dari kalangan budak. Nasihat Paulus yang disampaikan kepada Timotius ini didasarkan pada satu prinsip, bahwa hidup sebagai seorang budak pun dapat dijalani secara Kristen sehingga membawa kemuliaan bagi nama Allah (ayat 6, bdk. 1Kor. 7:20-22). Dalam bagian ini, Paulus menunjuk pada satu godaan yang dapat timbul: tidak lagi segan kepada para pemilik budak yang juga Kristen. Persaudaraan yang saling mengasihi dalam Kristus seharusnya makin bertambah kuat, apa pun latar belakang masing-masing.

Renungkan: Hidup berjemaat berarti hidup saling menghormati dalam kasih dan saling menjaga yang lain agar jangan terpeleset ke dalam dosa.

(0.17797976086957) (2Tim 1:1) (sh: Dari generasi ke generasi (Jumat, 23 Agustus 2002))
Dari generasi ke generasi

Dari generasi ke generasi. Seperti kebiasaannya, Paulus telah menegaskan seperti apa hubungan antara dirinya dengan penerima surat melalui salam pembuka suratnya. Timotius adalah "anakku yang kekasih;" anak rohaninya. Ketika Paulus menegaskan dirinya sebagai "rasul Kristus Yesus oleh kehendak Allah," tersirat pernyataan bahwa Timotius adalah ahli warisnya di dalam pemberitaan "janji tentang hidup dalam Kristus Yesus" tersebut (ayat 1). Timotius akan meneruskan pelayanan Paulus. Hubungan keduanya tidak hanya ikatan emosional, tetapi juga merupakan pembentukan kepada seorang pelayan muda dari seorang senior yang akan menyelesaikan tugasnya (ayat 4:6-8).

Paulus mengingatkan Timotius bahwa, sebagaimana "nenek moyangnya," umat zaman Perjanjian Lama yang setia kepada Allah, dirinya juga melayani Allah dengan hati nurani yang murni (ayat 3). Paulus melihat adanya kesinambungan antara pelayanan yang dilakukan dirinya dengan yang dilakukan oleh generasi sebelumnya yang setia kepada Allah. Karena itu, Paulus juga mengajak Timotius melihat hal yang sama pada dirinya. Timotius tidak hanya memiliki Paulus sebagai bapak rohaninya, ia juga memiliki keluarga yang memiliki warisan rohani. Lois, neneknya, dan Eunike, ibunya, memiliki iman yang tulus ikhlas (ayat 5).

Dalam I Timotius, Paulus telah menulis bahwa hati nurani yang murni dan iman yang tulus ikhlas akan menghasilkan kasih (ayat 1Tim. 1:5) dan menjadi perlengkapan bagi perjuangan seorang pelayan Tuhan (ayat 1Tim. 1:18). Kesimpulan bagi kita adalah, Paulus ingin Timotius menyadari siapa dirinya; Timotius adalah penerus perjuangan iman dari generasi-generasi sebelumnya. Kesadaran akan hal ini akan menimbulkan rasa tanggung jawab yang lebih besar, sekaligus juga dasar yang lebih kokoh bagi pelayanannya, di dalam penyertaan "kasih karunia, rahmat, dan damai sejahtera dari Allah Bapa kita dan Kristus Yesus, Tuhan kita" (ayat 2).

Renungkan: Renungkan dan nilai bagaimana hubungan Anda dengan orang-orang seiman di komunitas Anda yang lebih tua dan lebih muda. Sudahkah menjadi sesuatu yang membangun Anda dan orang lain?

(0.17797976086957) (2Tim 3:1) (sh: Religiositas semu (Jumat, 30 Agustus 2002))
Religiositas semu

Religiositas semu. Kini Paulus menempatkan nasihatnya kepada Timotius dalam perspektif sejarah. Zaman ketika Timotius melayani sudah merupakan zaman akhir. Meskipun dalam perikop sebelumnya ada harapan agar mereka yang tersesat bisa bertobat, Paulus menyatakan bahwa Timotius seyogyanya mengerti situasi yang terjadi: manusia akan menjadi tambah jahat dan pelayanan akan menjadi jauh lebih sulit. Manusia akan menjadi makin cinta diri, sombong, pemberontak, tidak tahu berterima kasih, tidak bisa mengendalikan diri, tidak menyukai yang baik, dst. Mereka tidak mengutamakan mengasihi Allah (Ul. 6:4-5), tetapi lebih mencintai kenikmatan pribadi.

Ciri-ciri tersebut di atas memang sebenarnya berlaku untuk manusia secara umum, tetapi secara khusus sangat mengena terhadap para lawan Timotius di Efesus. Paulus memperingatkan Timotius terhadap orang-orang yang memiliki religiositas atau kebaikan agamawi secara lahiriah belaka. Orang-orang macam ini mungkin dapat mengajar dengan baik, hidup rela menderita, tetapi sombong dan tidak mau hidupnya dikendalikan oleh Injil. Religiositas mereka yang palsu dengan demikian merupakan penyangkalan akan kuasa Allah yang sebetulnya merupakan sumber satu-satunya dari kesalehan. Kesalehan mereka adalah kesalahan karena terjadi bukan karena anugerah Allah! Timotius harus menghindari mereka.

Paulus meneruskan dengan memberikan contoh konkret tentang apa yang mereka lakukan. Mereka mempengaruhi wanita-wanita yang lemah imannya, yang kemungkinan kaya dan berpengaruh. Wanita-wanita ini mungkin memiliki dosa di masa lampau, dan mereka bisa membayar ajaran sesat tersebut untuk memberikan jalan keluar yang semu. Namun, kemudian wanita-wanita ini terjerat kembali dalam nafsu mereka dan akhirnya mereka tidak pernah berubah meskipun belajar banyak. Pikiran orang-orang yang menyesatkan dan disesatkan ini telah korup dan akan nyatalah kebodohan mereka.

Renungkan: Cermatilah hidup batiniah Anda. Kesalehan lahiriah, pelayanan, dan niat belajar tidak menjamin iman Anda!

(0.17797976086957) (Ibr 2:10) (sh: Imam Besar yang menang dan berhasil (Rabu, 20 Juli 2005))
Imam Besar yang menang dan berhasil

Imam Besar yang menang dan berhasil Apakah salah satu hal yang paling ditakuti manusia? Kematian. Manusia takut mati karena dosa-dosanya menghantuinya. Manusia takut mati karena ia menyadari bahwa kematian fisik bukan akhir segala-galanya. Sebagai makhluk rohani, manusia sadar rohnya yang kekal masih menghadapi kemungkinan maut kekal, yaitu hukuman kekal yang diberikan Allah atas semua perbuatan dosanya selama hidupnya di dunia ini.

Oleh kehendak Allah, Tuhan Yesus menderita untuk membebaskan manusia dari hukuman kekal tersebut. Ia menderita bahkan sampai mati, supaya melalui kematian-Nya Ia mengalahkan dan memusnahkan Iblis yang berkuasa atas maut (ayat 14-15). Tuhan Yesus datang sebagai manusia supaya Ia boleh mewakili manusia dalam menghadapi maut. Kemanusiaan Tuhan Yesus adalah riil. Ia benar-benar menghayati kemanusiaan-Nya sehingga Ia bisa menyebut manusia sebagai sesama-Nya, sebagai saudara-Nya (ayat 11-13). Oleh sebab itu, Tuhan Yesus dapat mengerti dan menghayati pergumulan manusia melawan dosa. Bahkan Ia telah menghadapi pencobaan yang membawa-Nya mengalami penderitaan. Hanya satu yang membedakan diri-Nya dari manusia lain. Ia tidak berbuat dosa. Dengan demikian, Tuhan Yesus bisa menjadi Imam Besar yang mewakili umat manusia memohonkan belas kasih dan pengampunan Allah (ayat 16-18). Inilah dua kemenangan Tuhan Yesus: menang terhadap kuasa maut dan menang dalam mendamaikan manusia dengan Allah.

Di dalam Tuhan Yesus, setiap orang percaya tidak lagi menghadapi maut kekal. Orang Kristen tidak perlu lagi takut menghadapi kematian fisik karena ia sudah diperdamaikan dengan Allah. Bahkan kita bisa dengan bebas dan berani menghampiri Allah di dalam Tuhan Yesus untuk segala keluhan dan pergumulan kita karena Dia mengerti dan peduli akan penderitaan kita.

Renungkan: Bersama Tuhan Yesus kita berani menjalani hidup ini dan siap menghadapi kematian.

(0.17797976086957) (Ibr 4:1) (sh: Syarat masuk perhentian kekal (Selasa, 25 Oktober 2005))
Syarat masuk perhentian kekal

Syarat masuk perhentian kekal Sejarah Israel memberitahukan ada banyak orang yang tidak boleh masuk Tanah Perjanjian. Mereka gagal karena tidak percaya kepada Allah yang telah terbukti mencurahkan kasih karunia-Nya. Kekerasan hati mereka yang terus-menerus menolak Tuhan menyebabkan mereka binasa di padang gurun.

Penulis Ibrani mengingatkan para pembacanya yang sedang dicobai imannya untuk meninggalkan Tuhan, agar mereka tetap bertahan supaya jangan akhirnya ditolak oleh Tuhan. Tanah Perjanjian bukanlah perhentian terakhir bagi umat Tuhan (ayat 8). Penulis Ibrani memakainya sebagai lambang bagi perhentian kekal bagi semua umat manusia. Menurut penulis Ibrani, yang paling penting adalah berhasil masuk dalam perhentian kekal yang disediakan Allah bagi umat-Nya setelah menjalani hidup dalam dunia ini (ayat 9-11). Menurutnya, hari ketujuh sesudah rangkaian hari Allah menciptakan dunia menekankan hal tersebut (ayat 4). Dunia yang diciptakan selama enam hari melambangkan kehidupan di dalam dunia yang sementara ini. Oleh karenanya, hidup di dunia milik Allah ini harus dilakukan dengan iman dan ketaatan kepada-Nya. Ketidaktaatan akan rencana Tuhan akan membawa umat-Nya kepada kebinasaan yang lebih mengerikan dibandingkan kegagalan masuk Tanah Perjanjian.

Firman Allah tidak saja berisi undangan yang lembut, tetapi juga bisa menjadi senjata yang mematikan (ayat 12-13). Karena itu, penulis Ibrani mendesak pembacanya untuk berespons benar terhadap undangan Injil dari Roh Allah (ayat 7). Ini berarti setiap orang, termasuk mereka yang mengaku diri Kristen perlu memeriksa adanya kesejatian respons terhadap Injil. Kita perlu menyadari bahwa menunda-nunda keputusan untuk mengikut Yesus, atau mengurangi ketaatan kepada Yesus bisa berarti menutup kesempatan untuk beroleh hidup dari Dia.

Camkan: Orang yang menegarkan hatinya untuk menolak Kristus membuktikan dirinya memang bukan orang pilihan!

(0.17797976086957) (Ibr 12:1) (sh: Resep sukses dalam perlombaan (Minggu, 7 Mei 2000))
Resep sukses dalam perlombaan

Resep sukses dalam perlombaan. Konsentrasi, pikiran-pikiran, dan perspektif yang dimiliki oleh seseorang merupakan resep meraih keberhasilan. Seseorang yang ingin meraih gelar kesarjanaannya, ia harus berkonsentrasi dalam studinya, dan mempunyai perspektif yang benar. Penulis Ibrani pun meyakini resep ini. Karena itulah ia menasihati jemaat penerima suratnya untuk menerapkan resep ini dalam konteks kristen. Ia menggambarkan kehidupan kristen bagai sebuah perlombaan lari jarak jauh. Ia ingin menekankan bahwa kehidupan kristen bukan kehidupan yang sembarangan, tetapi sebuah kehidupan yang mempunyai tujuan mewujudnyatakan panggilan hidupnya di dunia, walau penuh dengan rintangan dan tantangan. Karena tidak mungkin mengontrol secara penuh faktor dari luar, maka Kristen harus mengontrol yang ada di dalam dirinya. Ia harus menanggalkan dosa dan bertekun dalam perlombaan itu.

Dua tindakan yang harus terjadi dalam waktu yang sama, mempunyai tujuan yang sama yaitu agar dapat mencapai garis finis, namun mempunyai pengertian yang jauh berbeda. Dosa merintangi dan melemahkan Kristen, sedangkan ketekunan memampukan Kristen bertahan. Kristen harus berfokus kepada Kristus, karena Dialah tujuan hidup Kristen (Flp. 3:8). Dialah yang telah berjuang di dalam 'perlombaan-Nya' dan telah dimuliakan (2). Lalu Kristen harus selalu mengisi pikirannya dengan penderitaan yang pernah Kristus alami (3), agar menyadar-kan Kristen bahwa penderitaan bukan alasan untuk menyerah. Karena perjuangan Kristen dalam melawan dosa belum apa-apa bila dibandingkan dengan Kristus (4). Kristen pun harus mempunyai perspektif yang benar dalam memandang penderitaan-penderitaan yang dialaminya (5-6).

Renungkan: Kekuatan konsentrasi, pikiran-pikiran, dan perspektif yang benar akan memampukan Kristen untuk memanifestasikan kekuatan dinamika iman kristen.

(0.17797976086957) (Yak 2:1) (sh: Membedakan orang berdasarkan derajat adalah dosa (Selasa, 5 Juni 2001))
Membedakan orang berdasarkan derajat adalah dosa

Membedakan orang berdasarkan derajat adalah dosa. Orang yang terpelajar, terhormat, dan terkenal senantiasa mendapatkan perhatian dan kehormatan lebih, dibandingkan orang-orang yang tidak memiliki kesempatan demikian. Sikap membedakan ini pun tidak jarang dijumpai di lingkungan gereja, yang lebih memberikan kesempatan dan penghormatan bagi yang kaya dan sebaliknya meremehkan, membatasi, bahkan menghalangi yang tidak kaya untuk mengekpresikan dirinya. Bagaimana kita meresponi hal ini?

Melalui bagian ini Yakobus memperingatkan penerima surat dan kita semua untuk tidak menilai orang berdasarkan penampilan fisik dan derajat sosial. Sikap ini jelas bertentangan dengan pernyataan bahwa Allah tidak membedakan siapa pun karena Ia melihat hati dan bukan penampilan lahiriah. Di samping itu sikap ini juga berarti bahwa kita sedang menempatkan diri lebih tinggi dan menduduki posisi hakim yang tidak adil bagi sesama kita (4), serta melanggar hukum kasih (9). Siapakah kita sehingga berhak menentukan kepada siapa hormat dinyatakan atau kepada siapa ketidakhormatan dinyatakan (2-3)? Demikiankah citra Kristen yang sesungguhnya?

Realita berbicara bahwa seringkali orang miskin lebih terbuka bagi Injil daripada orang kaya, karena banyak orang kaya lebih mengandalkan hidupnya pada kekayaan yang dimilikinya daripada kepada Tuhan (5). Namun tidak berarti bahwa orang kaya sulit menerima Injil, karena status sosial tidak menjadi penentu status manusia di hadapan Allah. Bersikap antipati dan mencurigai orang kaya juga tidak dapat dibenarkan. Jadi sesungguhnya surat ini ditulis dengan tujuan agar Kristen kembali kepada hukum kasih, sehingga memiliki sikap yang benar terhadap semua orang. Karena hukum kasih tercermin dalam setiap hukum yang diberikan Tuhan kepada umat- Nya. Tidak ada ukuran apa pun yang dapat menggeser hukum kasih.

Renungkan: Tempatkanlah harta pada porsi yang benar, sehingga tidak mempengaruhi kita dalam bersikap kepada orang lain. Kemudian taatilah hukum kasih dalam seluruh sikap dan perbuatan Anda, sehingga tidak membuat Anda membedakan siapa pun yang Anda temui. Inilah pengamalan iman kristen sejati yang memuliakan Tuhan dan membangun relasi kasih dengan sesama.

(0.17797976086957) (1Ptr 2:4) (sh: Diselamatkan untuk memberkati (Sabtu, 16 Oktober 2004))
Diselamatkan untuk memberkati

Diselamatkan untuk memberkati. Tujuan orang Kristen diselamatkan ada dua. Pertama, agar kita bisa menjadi "alat di tangan" Tuhan untuk membangun gereja-Nya. Kedua, agar Tuhan dapat menggunakan kita untuk menjadi berkat bagi dunia ini. Kedua tugas ini berjalan bersama-sama di dalam diri setiap anak Tuhan.

Petrus menggunakan dua ilustrasi untuk menggambarkan kedua tugas kristiani tersebut. Pertama, ilustrasi batu hidup menunjuk kepada tugas pembangunan tubuh Kristus yaitu Gereja sebagai tugas kristiani pertama (ayat 5). Sebagaimana Kristus sudah menjadi batu penjuru bagi bangunan "rumah rohani" demikian juga, setiap anak Tuhan harus menjadi "batu hidup" untuk pembangunannya. Dengan demikian, Kristus adalah dasar persekutuan anak-anak Tuhan yang menjadi pengikat mereka menjadi satu. Persekutuan anak-anak Tuhan ini disebut juga imamat yang rajani. Istilah imamat yang rajani menunjuk kepada fungsi imam atau "jembatan" antara manusia dan Tuhan. Hal ini berarti setiap anak Tuhan adalah imam bagi sesamanya dan alat bagi orang yang belum percaya untuk mengenal Tuhan Yesus. Kedua, ilustrasi bangsa yang kudus untuk mengungkapkan tugas kristiani kedua (ayat 9). Istilah bangsa yang kudus diambil dari Perjanjian Lama dan menunjuk kepada Israel yang dipilih Tuhan untuk menjadi bangsa yang dikhususkan (Kel. 19:6). Tujuannya adalah supaya Israel menjadi teladan sebuah bangsa yang hidup seturut dengan firman Tuhan, dan sekaligus menjadi saluran berkat bagi bangsa lain untuk mengenal Tuhan yang sejati. Umat Tuhan pada masa kini bagaikan bangsa Israel rohani yang dikhususkan Tuhan untuk memberkati dunia ini.

Kita dipanggil untuk menjadi saksi hidup kudus dalam bentuk persekutuan imamat yang rajani (tugas pertama), dan untuk membawa setiap orang yang belum percaya bertemu dengan Tuhan Yesus dan memperoleh keselamatan (tugas kedua).

Yang kulakukan: Aku akan hidup kudus supaya dapat menjadi teladan di keluarga, pekerjaan, dan lingkunganku. Aku siap membawa mereka dan memperkenalkan Kristus kepada mereka.

(0.17797976086957) (1Ptr 2:18) (sh: Penderitaan Kristiani (Senin, 18 Oktober 2004))
Penderitaan Kristiani

Penderitaan Kristiani. Toni diperlakukan tidak adil oleh majikannya. Ia disuruh bekerja lembur tanpa mendapatkan uang lembur yang sesuai dengan peraturan perusahaan. Ia juga mendapat tekanan dari karyawan lainnya bahkan pernah difitnah mencuri barang-barang milik perusahaan. Semua itu terjadi karena ia orang Kristen. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda berada di posisi Toni?

Dalam nas ini, pada waktu itu agama Kristen telah menyentuh semua lapisan masyarakat termasuk para budak. Sebagai budak hak mereka sering diabaikan dan "diperlakukan tidak manusiawi" oleh majikannya. Apalagi bila budaknya itu Kristen, majikan yang bukan Kristen sering memperlakukan budak Kristen dengan lebih kejam, seakan-akan menjadi Kristen itu adalah sebuah kesalahan. Bagaimana Petrus menasihati budak Kristen yang menderita karena imannya itu? Pertama, tetap tunduk dan taat walaupun majikannya itu seorang yang kejam (ayat 18). Dasarnya adalah menderita oleh karena kehendak Allah merupakan kasih karunia (ayat 19). Kedua, menyadari bahwa di dalam tekanan majikannya itu ia sedang meneladani penderitaan Kristus yang walaupun tidak berdosa namun diperlakukan tidak adil bahkan sampai dihukum mati (ayat 21-23). Kristus rela diperlakukan tidak adil dan tidak membalas, karena Ia mau menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Seharusnya kita juga memiliki motivasi yang serupa, rela diperlakukan tidak adil oleh majikan supaya mereka boleh mengenal keselamatan dari Kristus.

Dalam kisah di atas Toni akhirnya mengundurkan diri dari perusahaan itu. Namun, yang pasti Toni tidak dendam apalagi mengancam akan membalas perbuatan majikan atau teman-temannya. Toni juga mengundurkan diri bukan karena berbuat kesalahan sebagaimana yang difitnahkan kepadanya. Sehingga, beberapa karyawan yang simpati kepada Toni justru akhirnya menjadi Kristen oleh kesaksiannya.

Renungkan: Pribadi seorang Kristen sejati tidak dipengaruhi oleh situasi. Bahkan ketika ia diperlakukan tidak adil, ia bukan hanya tidak membalas melainkan mengampuni dan berbuat kebajikan.

(0.17797976086957) (1Ptr 4:1) (sh: Penderitaan memperdalam kerohanian (Jumat, 22 Oktober 2004))
Penderitaan memperdalam kerohanian

Penderitaan memperdalam kerohanian. Ayat 1 mudah disalahfahami, seolah Petrus mengajarkan bahwa penderitaan melepaskan orang dari dosa, atau bahwa tubuh adalah letak kedudukan dosa. Jika kita pernah berpandangan demikian, sadarilah bahwa ajaran itu tidak alkitabiah. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa tubuh jahat adanya dan bahwa keselamatan harus dengan jalan menyiksa tubuh. Oleh karena itu, orang Kristen tidak perlu memegang anggapan negatif tentang tubuh, materi atau unsur dunia lainnya.

Setelah di bagian sebelumnya ini ia menjadikan penderitaan Kristus sebagai teladan orang beriman, kini ia menjelaskan apa arti penderitaan dalam hidup rohani orang beriman. Jika seseorang telah berani menanggung penderitaan badani karena kebenaran, berarti orang itu sedang membayar harga demi keinginannya untuk hidup kudus. Dengan kata lain, Petrus kini mendorong orang-orang percaya untuk berjuang demi kekudusan sampai ke resiko menanggung penderitaan badani (ayat 2). Ketika seseorang masuk ke dalam anugerah Tuhan, orang itu harus meninggalkan masa lalu hidup berdosanya, apa pun resiko yang harus dipikul (ayat 3,4). Nah, bila kita telah memiliki sikap sedemikian, kekuatan daya tarik dosa sudah teramat lemah atas kita!

Ayat 6 sulit dipahami sebab mirip dengan ayat 3:19,20, tetapi berbeda maksud. Di ayat 5, Petrus sudah menyinggung soal orang hidup dan orang mati, semua akan dihakimi Tuhan. Di ayat 6 ini Petrus menyebut tentang orang-orang yang (karena imannya) dihakimi dan dihukum mati. Seperti halnya Kristus, orang beriman tersebut dapat dimatikan tubuhnya, tetapi tidak rohnya. Maksud Petrus, penilaian terakhir kualitas hidup orang tidak dapat diukur secara badani atau duniawi, tetapi harus dari prinsip kebenaran Tuhan dalam firman-Nya. Selain itu, ia kini menggemakan ajaran Yesus bahwa kita tidak perlu takut orang membunuh tubuh kita, sebab mereka tidak dapat mencelakan roh kita.

Untuk dilakukan: Manusia dapat membunuh tubuh kita, tetapi tak ada kekuatan sebesar apa pun dapat merebut iman kita atau memisahkan kita dari kasih Tuhan.

(0.17797976086957) (1Ptr 5:1) (sh: Tugas penatua gereja (Senin, 25 Oktober 2004))
Tugas penatua gereja

Tugas penatua gereja. Jabatan tertentu di kantor swasta/instansi pemerintah sering menjadi rebutan karena jabatan tersebut biasanya disertai berbagai fasilitas yang menarik dan menjanjikan keuntungan materi. Namun, apakah rebutan ini berlaku bagi jabatan penatua di gereja? Jawabannya bisa ya dan tidak. Jawabannya ya bila sang penatua salah mengartikan makna jabatan penatua itu. Sebaliknya tidak bila ia memahami arti jabatan penatua. Oleh karena itu, mari kita mempelajari tulisan Petrus dalam nas ini.

Jabatan sebagai penatua berarti ia melakukan pengawasan dalam kegiatan gereja, memberikan perintah untuk kepentingan jemaat dan menjadi teladan bagi jemaat dalam hidup kudus. Gereja mula-mula menggangap jabatan penatua adalah posisi yang agung, sehingga mereka memberikan penghargaan kepada penatua yang dianggap bijaksana dan dilanjutkan oleh beberapa gereja pada masa kini. Dengan demikian, seorang penatua memiliki tanggungjawab yang besar terhadap Tuhan dan jemaat, dan diharapkan menjadi contoh yang baik. Petrus memberikan nasihat tentang dua ciri khas penatua yang bijaksana (ayat 1), sbb.: Pertama, mereka menyadari bahwa yang "digembalakan" adalah "domba-domba" milik Tuhan dan bukan milik mereka sendiri sehingga mereka melakukan tugasnya dengan sukarela dan bukan karena terpaksa (ayat 2b). Kedua, mereka harus memfokuskan diri kepada apa yang bisa mereka berikan kepada jemaat dan bukan mencari keuntungan diri sendiri (ayat 3). Itulah sebabnya, penatua harus menjadi teladan bagi para pemimpin Kristen lainnya, menunjukkan wewenang yang didasarkan atas pelayanan kepada Tuhan dan bukan karena keinginan untuk berkuasa. Penghargaan penatua dalam kesetiaan pelayanannya ini dinyatakan kelak oleh Yesus Kristus (ayat 4).

Jika Tuhan dan jemaat memercayakan jabatan kepemimpinan di gereja bagi Anda, itu berarti kesempatan untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan dan orang percaya.

Renungkan: Jadilah pemimpin yang menyenangkan Tuhan dan bukan untuk mencari pujian dari manusia.



TIP #17: Gunakan Pencarian Universal untuk mencari pasal, ayat, referensi, kata atau nomor strong. [SEMUA]
dibuat dalam 0.17 detik
dipersembahkan oleh YLSA