Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 541 - 560 dari 959 ayat untuk memberi [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17464204) (Why 5:1) (sh: Liturgi surgawi (ayat 2) (Rabu, 10 Agustus 2005))
Liturgi surgawi (ayat 2)

Liturgi surgawi (ayat 2) Siapa layak membuka kitab bermeterai itu di hadapan Allah? Kitab apa yang dimeterai dengan tujuh meterai itu sehingga tak seorang pun layak membukanya? Apa isi tulisan yang memenuhi kedua sisi gulungan itu? Bagaimana semua kejadian ini berkaitan dengan liturgi surgawi sehingga memberi kekuatan bagi mereka yang bergumul di bumi?

Andaikan tak ada yang layak membuka kitab itu, nasib orang beriman akan kelam. Itu sebabnya, Yohanes menangis amat sedih. Memang tak seorang pun layak membuka kitab itu sebab isi meterai itu adalah rencana penyelamatan Allah atas banyak orang (ayat 11). Juga sebab tiap kali satu meterai dibuka, keluarlah gelombang dahsyat murka Allah atas para pelaku kejahatan (pasal 6 dst.). Satu-satunya yang layak membuka kitab itu ialah Dia yang telah bertindak sebagai Domba sembelihan. Melalui kematian-Nya, Ia justru telah menang dan terbukti bahwa Dialah Singa Yehuda (ayat 5:5). Ia bahkan dilambangkan mencundangi semua kesombongan para penguasa dunia dengan tanduk-tanduk kekuasaan mereka seperti yang digambarkan dalam Daniel 7:7-8. Tanduk yang ada pada Sang Domba Allah ternyata bukan kekuatan kodrati, tetapi kekuatan adikodrati sebab Roh Allah sendiri dalam kepenuhannya ada pada-Nya (Why. 5:6).

Gempita liturgi surgawi babak dua menyambung liturgi surgawi pertama. Segenap umat tebusan PL dan PB, bahkan seisi jagad raya dan segenap doa orang kudus meninggikan Sang Domba Allah. Ia memang layak menerima gulungan kitab dan menjalankan penghakiman atas seisi dunia sebab Ia telah menggenapi rencana Allah itu melalui ketaatan-Nya dengan konsekuensi penderitaan. Itu sebabnya, Ia adalah Domba Allah bertanduk tujuh sekaligus Singa Yehuda. Nyanyian itulah yang memberi kekuatan pada semua orang Kristen yang sedang menderita sebagai konsekuensi iman. Jalan kemenangan-Nya adalah jalan kemenangan kita!

Responsku: ___________________________________________________________________________________________

(0.14969318) (Yes 7:14) (jerusalem: Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda) Meskipun raja Ahas menolak pertanda yang ditawarkan, namun Allah memberi pertanda juga. Pertanda itu ialah kelahiran seorang anak yang namanya, Imanuel, berarti: Allah beserta kita, Yer 8:8,10. Nama itu merupakan suatu nubuat, bdk Yes 1:26+. Ia menubuatkan bahwa Allah akan melindungi dan memberkati bangsa Yehuda. Dalam nas-nas lain, Yes 9:1-6; 11:1-9, nabi Yesaya lebih jauh menjelaskan ciri-ciri keselamatan yang akan dibawakan oleh anak itu. Nubuat-nubuat itu mengungkapkan pengharapan akan Mesias yang menjadi raja keturunan Daud. Pengharapan itu sudah diungkapkan nabi Natan, 2Sa 7, dan kembali nampak pada nabi Mikha, Mik 4:13, nabi Yehezkiel, Yeh 34:23, dan nabi Hagai, Hag 2:23; bdk Maz 2:1-12; 45:1-17;72:1-20; 110:7. Melalui seorang raja, pengganti Daud, Tuhan mewujudkan keselamatan bagi umatNya. Pengharapan orang yang percaya kepada Tuhan itu bertumpu pada keturunan Daud yang tetap akan ada. Mungkin sekali nabi Yesaya sendiri berpikir kepada anak Ahas, misalnya Hizkia (memang ada kesukaran sedikit sehubungan dengan urutan peristiwa-peristiwa dalam waktu; rupanya Hizkia sudah lahir pada waktu itu) sebagaimana disarankan terjemahan Yunani ini; engkau akan menamakan dia. Namun demikian nada meriahnya nubuat itu serta makna nama yang diberikan kepada anak itu memberi kesan bahwa nabi Yesaya memfirasatkan bahwa makna kelahiran anak raja itu melampaui keadaan sekarang dan melambangkan pertolongan Tuhan yang terakhir yang menegakkan kerajaan Mesias. Begitu nubuat tentang Imanuel itu melampaui perwujudan pertamanya. Karenanya Mat 1:23(=Yes 7:14) dan Mat 4:15-16(Yes 8:22-9:1) dan seluruh tradisi Kristen selanjutnya tidak salah dalam mengartikan nubuat itu sebagai nubuat tentang kelahiran Kristus
(0.14969318) (1Raj 15:25) (sh: Anugerah Allah dan tanggungjawab manusia (Sabtu, 26 Februari 2000))
Anugerah Allah dan tanggungjawab manusia

Anugerah Allah dan tanggungjawab manusia. Kalau Yerobeam, pegawai Salomo, bisa menjadi raja atas 11 suku Israel, semata anugerah Allah. Siapa Yerobeam, tidak ada "darah biru" mengalir dalam dia, namun Tuhan mempercayakan takhta Israel kepada dia. Konsekuensi terhadap anugerah yang ajaib ini antara lain Yerobeam seharusnya hidup dan memerintah Israel dengan penuh tanggung jawab kepada Tuhan. Tetapi Yerobeam berpaling kepada Tuhan. Ia telah mengawali dinasti Kerajaan Israel utara dengan beroposisi terhadap hukum Kerajaan Allah yakni harus mengutamakan dan beribadah kepada Allah saja. Nadab pun seperti kata pepatah "buah jatuh tak jauh dari pohonnya". Anugerah mulia yang tidak dipertanggungjawabkan hanya berlaku atas 2 generasi, selama 24 tahun, Nadab hanya diberi kesempatan yang amat singkat, 2 tahun. Akhirnya seluruh keluarga Yerobeam punah sesuai firman Tuhan.

Mencermati sejarah Israel yang ditokohkan keluarga Yerobeam, kita belajar bahwa Allah tidak membuat manusia sebagai "robot" dalam melaksanakan "skenario"-Nya. Allah memberi keleluasaan kepada manusia untuk memilih dan menentukan sikap hidupnya. Kalau manusia taat, Allah akan memberkati, kalau ia membelakangi Allah, kutuk Allah akan ada atas-Nya. Allah tidak pernah diam sepanjang masa hidup manusia. Ia senantiasa terlibat. Bila saat ini kita tidak melihat tindakan Allah, tidak berarti Ia membiarkan semua berlalu tanpa pengawasan-Nya. Pada waktu-Nya, Ia akan bertindak dan manusia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya di hadapan Allah. Tidak ada satu pun yang tersembunyi dari hadapan Dia dan yang tidak diperhitungkan-Nya. Allah yang telah menyatakan anugerah dan kasih setia-Nya juga adalah Allah yang adil dan murka terhadap dosa.

Renungkan: Generasi yang bagaimanakah yang akan kita bangun? Kalau kita ingin memiliki generasi yang diberkati Tuhan, kita harus mengawalinya dengan hidup sesuai kehendak dan rencana-Nya. Setiap anugerah Alllah yang memberi kita kesempatan untuk berkarya selama kita hidup hendaknya kita pertanggungjawab kan dengan penuh takut akan Dia. Seyogianya kita tidak hanya memberlakukan hal ini untuk diri kita saja, tetapi juga saat kita mempersiapkan anak-anak sebagai penerus generasi yang akan datang. Anugerah Allah telah disediakan bagi kita, hanya bagaimanakah kita mempertanggungjawabnya di hadapan-Nya.

(0.14969318) (Mzm 56:1) (sh: Biarkan aku berdiam diri seperti merpati (Selasa, 2 Oktober 2001))
Biarkan aku berdiam diri seperti merpati

Biarkan aku berdiam diri seperti merpati. Keterangan pembuka syair ini memberi petunjuk tentang latar belakang masa kembara Daud di Gat, ketika ia merasa sangat takut kepada Akhis, raja kota Gat (ayat 1Sam. 21:13; 22:1). Isi curahan hati Daud kepada Allah ini disusun menjadi dua bagian besar, yakni sebait pengulangan (ayat 5, 11, 12) dan sebuah konklusi ringkas (ayat 13, 14).

Ketika pemazmur mengadu kepada Tuhan terlihat bahwa Allah berada di antara orang-orang yang tertindas dan orang-orang yang menghimpit dia dengan segala keangkuhan mereka (ayat 2, 3). Pemazmur mengalami dilema jiwa yang tercetus seolah bertentangan di dalam pernyataan: aku takut...aku tidak takut (ayat 4, 5, 12). Namun pergumulan sukma ini diatasi dengan kesadaran bahwa firman Allah tidak pernah gagal. Di dalam himpitan para musuhnya Daud memohon agar murka Allah yang adil itu meruntuhkan cemooh keangkuhan serta perilaku kesombongan orang Filistin (ayat 6-8). Di dalam penantiannya akan intervensi Allah, Daud bersikap seperti merpati yang jinak. Di tengah penganiayaan Saul, ia berdiam diri dan tetap sabar. Ia percaya bahwa Allah mengenal segala jalan yang menimpa kehidupannya (ayat 9).

Setelah pemazmur dengan leluasa menyatakan isi batinnya, kini benak Daud meluap dengan ucapan syukur karena kebaikan Tuhan. Ia ingat akan nazarnya, bahkan lebih dari itu ia boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan (ayat 13, 14).

Sama seperti merpati jinak (ayat 1) yang mengumpulkan kekuatan di dalam ketenangan jiwa, orang beriman pun dapat menyediakan diri untuk menulis atau melantunkan sebuah ode sakral. Sepanjang perjalanan hidup yang penuh dengan nuansa kejadian, kita membutuhkan belas kasihan Allah. Bila kita menyetujui hal ini, kita harus menaruh harapan kita hanya di atas pundak-Nya yang memberi proteksi penuh kepada kita. Kekuatan dalam kegalauan kita dapatkan dalam ketenangan diri bersama-Nya.

Renungkan: Wahai saudara, pernahkah kita membiarkan diri kita berdiam diri seperti merpati tatkala kita dikejar-kejar oleh musuh yang melontarkan fitnah, perseteruan, ancaman, dan amarah walaupun kita tidak bersalah? Apakah langkah pertama kita mengadu adalah berlari kepada atasan, aparat keamanan, dan lembaga pengadilan? Cobalah berdiam diri sambil menghayati sebuah pujian, mazmur, atau firman- Nya.

(0.14969318) (Mzm 58:1) (sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001))
Allah yang memberi keadilan di bumi

Allah yang memberi keadilan di bumi. Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.

Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam, atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Kel. 22:28. Dalam hal ini para penguasa berarti mereka yang kedudukannya sama tinggi dengan Allah dan melaksanakan hak menghakimi. Dan pemazmur sedang menelanjangi segala perbuatan mereka (ayat 4-6).

Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat 8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat 8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat 9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12).

Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11).

Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil.

(0.14969318) (Yer 34:8) (sh: Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan (Kamis, 3 Mei 2001))
Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan

Faktor-faktor yang memberi kontribusi kepada ketidaktaatan. Orang-orang Yehuda dari golongan menengah ke atas mengingkari perjanjian dengan Allah (15, 18). Mereka berhasil memperbudak kembali budak-budak yang sudah dibebaskan. Mereka lebih berjaya dan mampu dibandingkan dengan Firaun yang gagal membawa kembali Israel ke tanah Mesir. Namun seperti Firaun, mereka pun akan menerima hukuman dari Allah karena mengingkari janjinya (17-22).

Para orang kaya Yehuda dan Firaun mempunyai jenis ketaatan yang sama yaitu ketaatan karena ketakutan terhadap ancaman yang tidak mampu mereka atasi. Tentara Babel hanya menyisakan Lakhis dan Seka sebagai kota benteng Yehuda. Kemampuan dan kekuatan mereka sendiri tidak dapat menghalau Babel. Karena itu mereka akan mencoba usaha-usaha lain walaupun harus menderita kerugian materi. Pertama, mereka mengambil hati para budak dengan cara membebaskan mereka agar mereka mau turut serta mempertahankan Yerusalem dengan sekuat tenaga. Kedua, mereka mengantisipasi masa depan mereka yang akan sama-sama menjadi budak Nebukadnezar. Para budak dapat membalas dendam kepada mereka. Ketiga, mereka mencoba merayu Allah dengan melakukan firman-Nya (Kel. 21:1-4; Ul. 25:12) agar Allah sudi menolong mereka. Karena itu dapat dikatakan bahwa tindakan mereka bukanlah bentuk ketaatan kepada Allah tetapi merupakan bentuk usaha untuk mempertahankan keamanan, kenyamanan, dan kesenangan diri. Ini merupakan ketaatan kepada diri sendiri. Setelah Babel mundur dari Yerusalem karena tentara Mesir datang menolongnya, maka mereka segera menjalankan perbudakan lagi (21 bdk. 37:6-9). Mereka memang mempunyai kemampuan untuk itu yaitu kemampuan ekonomi (11). Dalam situasi perang, para budak yang dibebaskan tidak mampu mencari nafkah dengan mengolah tanah mereka atau berternak, kecuali rela dipaksa menjadi budak kembali untuk mempertahankan hidup.

Renungkan: Apa yang dapat dilihat di sini? Ketidaktaatan tidak selalu dipicu oleh godaan dari luar diri kita tapi dapat juga dipicu oleh kelebihan yang kita miliki, seperti kekayaan materi, kekuasaan yang didapat karena kedudukan, kemampuan kita untuk mengantisipasi situasi yang akan datang, dan kejelian melihat peluang. Karena itu berhati-hatilah dengan segala kemampuan dan kelebihan yang Anda miliki.

(0.14969318) (Mat 10:5) (sh: Prinsip pelayanan yang efektif (Jumat, 26 Januari 2001))
Prinsip pelayanan yang efektif

Prinsip pelayanan yang efektif. Para rasul yang diutus tidak hanya diberi kuasa namun juga dibekali prinsip-prinsip pelayanan yang sangat mendukung pelayanan mereka. Apa sajakah?

Target pelayanan mereka harus jelas dan spesifik (ayat 5-6). Untuk misi pertama targetnya adalah bangsa Israel seperti misi pertama Yesus. Target inilah yang menjadi prioritas utama mereka dan hal- hal lain yang tidak menjadi target harus dikesampingkan. Mereka juga dilarang untuk membawa ekstra perbekalan, baik itu uang, pakaian, ataupun perlengkapan untuk bepergian. Tujuannya supaya mereka menjauhkan diri dari kemewahan dan tidak dibebani dengan perbekalan yang banyak, yang justru akan membuat mereka sibuk untuk menjaga perbekalannya daripada melayani dan hidup bergantung kepada Allah. Mereka juga tidak boleh mempunyai motivasi untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk apa pun dari orang-orang yang dilayani, sebab segala kuasa dan kemampuan yang mereka miliki adalah anugerah Allah (ayat 8).

Untuk tempat bermalam, mereka harus bergantung kepada kebaikan hati orang-orang yang mau memberi tumpangan. Jika mereka mendapatkan kesempatan untuk menumpang, mereka tidak boleh sembarangan menerima kebaikan hati orang lain. Mereka harus tinggal di rumah orang yang layak hingga berangkat lagi (ayat 11). Kelayakan orang yang memberi tumpangan diukur berdasarkan mau tidaknya ia menerima mereka dan mendengarkan pengajarannya (ayat 14). Prinsip tetap tinggal hingga berangkat kembali menegaskan bahwa utusan Yesus harus menghindari kemewahan dalam arti mereka tidak boleh memilih-milih atau berpindah-pindah untuk mendapatkan tempat yang nyaman.

Renungkan: Dari prinsip-prinsip yang diajarkan Yesus, bagi pelayan Kristen masa kini mungkin yang paling mengganggu konsentrasi mereka dalam pelayanannya adalah masalah harta dan kemewahan, karena seringkali harta dan kemewahan menjadi ukuran bagi kesuksesan seorang pelayan. Bila seorang pelayan Tuhan di kota besar belum berhasil memiliki mobil pribadi maka dapat digolongkan sebagai pelayan yang belum berhasil. Benarkah demikian? Seorang pengarang Kristen dari Amerika pernah mengatakan: jika setiap pelayan Kristen menghindari kemewahan dan hanya bergantung pada pemeliharaan Allah, betapa banyak orang yang menghina Injil telah dimenangkan. Setujukah Anda?

(0.14969318) (Yoh 10:19) (sh: Tergolong domba sang Gembala baikkah? (Jumat, 1 Maret 2002))
Tergolong domba sang Gembala baikkah?

Tergolong domba sang Gembala baikkah? Bagian ini sangat penting dalam catatan Yohanes tentang pelayanan Yesus. Bagian ini mencatat bagaimana Yesus mendesak orang banyak agar menentukan sikap apakah mereka memihak atau menentang-Nya. Dengan sabar dan penuh kasih Yesus berusaha meyakinkan mereka bahwa Ia benar datang dari Allah. Tetapi, karena mereka menolak kesaksian-Nya, pasal ini merupakan bagian terakhir Yesus memberikan pengajaran dan menyatakan mukjizat secara publik. Sesudah ini, di pasal 11 perbuatan dan pengajaran Yesus hanya ditujukan bagi mereka yang mau percaya kepada-Nya. Bahkan dalam bagian ini sudah terlihat isyarat bahwa Yesus tidak bersedia lagi mengajar di bait Allah, tetapi hanya di dekat bait Allah (ayat 23).

Bahwa Yesus dan Bapa satu adanya dan bahwa mukjizat-Nya menunjukkan bahwa Ia mampu memberi mereka hidup, ditolak dan dicap berasal dari orang gila (ayat 20). Gila dan kerasukan setan, pada zaman itu, dianggap sama. Yesus banyak mengajar menggunakan perumpamaan sementara mereka ingin pernyataan yang terus terang. Masih menggunakan perumpamaan gembala dan domba, Yesus menegaskan bahwa sebenarnya kata dan perbuatan-Nya sudah jelas menunjukkan identitas-Nya (ayat 25). Maka, masalahnya bukan pada ketidakjelasan Yesus, tetapi pada kedegilan hati mereka (ayat 26). Meski demikian, kini dengan jelas Yesus menandaskan bahwa Ia dan Bapa satu adanya. Kesatuan-Nya dengan Bapa itulah yang menjadi dasar mengapa orang dapat beroleh bagian dalam hidup kekal dan juga ada dalam kesatuan dengan Bapa (ayat 27-30). Dari kesatuan-Nya dengan Bapa jugalah orang percaya boleh menikmati berbagai jaminan dalam hidup di dunia ini karena telah memiliki jaminan kekal Allah. Yesus kemudian memberikan alasan lain. Jika mereka percaya bahwa Musa dan para nabi yang menerima firman adalah “allah”, maka lebih lagi mereka harus menerima Yesus yang memberi firman sebagai pemberian Allah yang setingkat Allah sendiri (ayat 34-36). Sayangnya semakin jelas penyataan kebenaran dari Yesus, semakin sebagian dari mereka yang memang sudah mengeraskan hati menjauh dari kebenaran.

Renungkan: Kesempatan yang Tuhan berikan agar orang percaya bertobat memang tidak akan selalu terbuka bila orang terus menutup diri dan mengeraskan hati.

(0.14969318) (Yoh 11:1) (sh: Mukjizat terakhir (Sabtu, 2 Maret 2002))
Mukjizat terakhir

Mukjizat terakhir. Kisah pembangkitan Lazarus dari kematian ini berkaitan erat dengan maksud Yohanes untuk meyakinkan pembacanya bahwa Yesus sungguh adalah Tuhan dan Juruselamat, dan di dalam Dia orang beroleh hidup. Sayangnya kebanyakan pendengar-Nya bukan menjadi percaya, malah makin menolak Dia. Ironis sekali bahwa justru di puncak penyataan bahwa Yesus adalah sang Kebangkitan dan Hidup, dan bahwa Dia datang untuk memberi hidup, orang-orang berespons dengan niat untuk mematikan Dia. Sesudah peristiwa ini, tidak lagi ada kesaksian dan perbuatan dari pihak Yesus tentang diri- Nya untuk orang banyak. Sebaliknya, sesudah ini, kesaksian tentang ke-Allah-an Yesus datang dari pihak yang beriman dan mengasihi Dia. Dari Maria yang mengurapi kaki Yesus (ayat 12:1- 8), sambutan publik atas Yesus sebagai raja (ayat 12:12-15), kesaksian Yesus beralih ke soal kematian-Nya (ayat 12:20-26) dan kesaksian yang datang dari Bapa untuk Yesus (ayat 12:27-28).

Pertama, kita belajar di sini tentang sikap benar orang percaya dalam menaikkan permohonan. Seperti permintaan Maria ibu Yesus dalam peristiwa mukjizat pertama (ps. 2), di sini pun Maria dan Marta saudara Lazarus tidak memaksa atau mendikte Yesus. Orang beriman sejati tahu menempatkan Allah sebagai yang berwibawa untuk mengatur segala kebutuhan mereka. Kedua, seperti dalam peristiwa pencelikan orang buta, dalam kisah ini pun kematian Lazarus adalah jalan agar kemuliaan Allah dinyatakan. Diperlukan kematian agar kuasa kemenangan kehidupan nyata kekuatannya mengalahkan kematian. Pada puncaknya kelak, bahkan Yesus sendiri perlu mengalami kematian agar kuasa kemuliaan-Nya yang menghidupkan dapat menjadi nyata, tidak saja di dalam kebangkitan-Nya, tetapi juga di dalam kebangkitan rohani dan kebangkitan jasmani orang percaya kelak. Ketiga, Yesus sungguh adalah Gembala baik yang datang untuk memberi hidup bagi para domba-Nya, meski dengan cara yang membahayakan hidup-Nya sendiri. Meski Tomas menyuarakan hal ini dari pertimbangannya yang menunjukkan kesetiaan, tetapi benar bahwa untuk menghidupkan Lazarus, Yesus tidak segan merisikokan hidup-Nya sendiri.

Renungkan: Apabila Yesus bersedia mengorbankan apa saja dalam diri-Nya demi membagi hidup-Nya untuk Anda, adakah masalah Anda yang tidak ingin ditolong-Nya?

(0.14969318) (Kis 18:18) (sh: Kekuatan relasi antar manusia di dalam pelayanan (Rabu, 21 Juni 2000))
Kekuatan relasi antar manusia di dalam pelayanan

Kekuatan relasi antar manusia di dalam pelayanan. Relasi antar manusia seharusnya menempati urutan pertama di dalam pelayanan, agar kesatuan dan keutuhan tubuh Kristus dapat terus dipertahankan. Namun harus diakui bahwa ada harga yang harus dibayar seperti kelelahan fisik, kehilangan kesempatan bagi pengembangan pelayanan, atau bahkan kehilangan posisi dalam pelayanan.

Paulus, Priskila, dan Akwila adalah model pelayan Kristus yang begitu menghargai dan memelihara relasi antar manusia. Setelah tinggal beberapa hari di Korintus, ia memutuskan untuk pergi ke Siria sesudah mencukur rambutnya. Pencukuran rambut ini menandai bahwa Paulus sudah berhasil memenuhi nazarnya (Bil. 6:5) yaitu menunaikan tugas pelayanan. Yang menarik adalah Paulus tidak langsung mengembangkan pelayanannya walaupun kesempatan jelas terbuka di Efesus (19-21). Kemana Paulus akan pergi? Dikatakan bahwa setelah sampai di Kaisarea, ia naik ke darat dan memberi salam kepada jemaat Yerusalem. Jarak Korintus ke Yerusalem sekitar 900 kilometer, ini ditempuh Paulus hanya untuk memberi salam kepada jemaat dan kemudian pergi lagi ke Antiokhia. Tidakkah ini suatu pemborosan waktu, tenaga, dan biaya? Bagi Paulus tidak. Ia melihat adanya nilai lain yang lebih berharga dari apa pun yang akan didapat dengan melakukan kunjungan ke Yerusalem, karena pada mulanya jemaat Yerusalemlah yang mengutusnya (15:22).

Priskila dan Akwila juga memperlihatkan penghargannya atas relasi antar manusia. Mereka bisa saja menjatuhkan Apolos di depan jemaat karena walaupun ia pandai berbicara dan mahir dalam Alkitab, pemahamannya kurang benar. Namun itu tidak mereka lakukan. Sebaliknya mereka mengundang Apolos ke rumah dan menjelaskan pengajaran yang benar. Mereka tidak mau Apolos tersinggung karena direndahkan di depan umum, sehingga relasi antar mereka akan putus. Sebaliknya mereka sangat sensitif di dalam menjaga relasi agar kesatuan tubuh Kristus tetap terpelihara. Dampak yang dihasilkan tidak hanya itu, karena Apolos akhirnya menjadi pekerja yang sangat berguna bagi orang percaya.

Renungkan: Itulah kekuatan relasi antar manusia yang dipelihara. Hal-hal apa lagi yang dapat Anda lakukan untuk menghargai relasi antar manusia di dalam gereja atau pelayanan yang Anda lakukan kini?

(0.14969318) (Kis 21:15) (sh: Kerendahhatian Paulus (Kamis, 29 Juni 2000))
Kerendahhatian Paulus

Kerendahhatian Paulus. Bila Anda menjadi Paulus, pasti akan mengalami kekecewaan yang mendalam. Karena walaupun Anda mungkin sudah mengantisipasi adanya penderitaan, namun pasti tidak akan mengantisipasi penderitaan dalam bentuk lain yang disebabkan oleh saudara-saudara, tidak hanya sebangsa namun juga seiman.

Dari pasal-pasal sebelumnya dikisahkan bagaimana Paulus begitu antusias untuk segera tiba di Yerusalem hingga ia mengorbankan kunjungan ke Efesus (20:13-16). Ia juga tidak mengindahkan nasihat para saudara seiman yang melarangnya untuk pergi ke Yerusalem. Namun demikian apa yang ia dapatkan di Yerusalem? Pada mulanya saudara-saudara seiman menyambut mereka dengan suka hati. Namun pada pertemuan secara resmi dengan pimpinan jemaat Yerusalem - Yakobus - dan para penatua, kekecewaan dialami oleh Paulus.

Paulus memberi salam sebelum ia menceritakan secara terperinci apa yang dilakukan Allah di antara bangsa-bangsa lain. Secara struktur organisasi, Paulus bukan di bawah mereka, karena Yerusalem sudah tidak mengutusnya seperti dalam perjalanan sebelumnya. Oleh sebab itu, sikap dan tindakan memberi laporan keluar dari kerendahan hati dan rasa hormat Paulus kepada pemimpin jemaat Yerusalem. Namun respons dan tanggapan mereka bisa dikatakan sangat tidak simpatik. Mereka merasa tidak perlu menyatakan rasa empati terhadap apa yang dialami oleh Paulus di Efesus (19:21-40). Bahkan tanpa basa-basi, mereka langsung menceritakan tentang tuduhan yang ditujukan oleh saudara-saudara seiman dari bangsa Yahudi kepada Paulus (21-22). Tidak hanya itu, mereka pun tidak memberikan kesempatan kepada Paulus untuk mengklarifikasi atau membela diri. Sebaliknya mereka langsung memberikan perintah kepada Paulus untuk mentahirkan diri di Bait Allah. Yang lebih aneh lagi, Paulus diperintahkan untuk menanggung biaya pentahiran dirinya dan empat saudara yang lain. Dengan kata lain mereka sudah menghakimi Paulus. Siapakah mereka dan siapakah Paulus?

Renungkan: Paulus melakukan segala perintah para pemimpin Yerusalem demi persatuan dan kesatuan jemaat Tuhan. Bagi Paulus sejauh tidak menyinggung masalah teologi dan doktrin, ia mau berkompromi. Ia rela mengorbankan perasaan dan harga dirinya dengan segala kerendahan hati, demi harga diri dan perasaan saudara-saudara sebangsanya.

(0.14969318) (Ibr 13:1) (sh: Hidup yang mulia (Kamis, 11 Mei 2000))
Hidup yang mulia

Hidup yang mulia. Penulis Ibrani mengakhiri suratnya dengan nasihat-nasihat yang berisi dorongan-dorongan agar pembaca surat Ibrani mempunyai kehidupan yang berpadanan dengan doktrin tersebut. Hal pertama dan yang utama yang harus ada dalam kehidupan kristen adalah kasih. Namun di sini, Kristen tidak sekadar dinasihati untuk saling mengasihi, melainkan menekankan pemeliharaan kasih. Penekanan ini sangat penting, karena ketika seseorang semakin mengenal diri orang lain, maka semakin banyak kekurangan orang tersebut akan terlihat. Sehingga ia akan kecewa dan akhirnya kasihnya akan luntur. Namun Kristen harus kebal terhadap kekecewaan seperti itu. Semakin mengenal pribadi orang lain dengan segala kekurangannya, Kristen harus tetap mengasihinya.

Memberi tumpangan merupakan bentuk kebaikan yang wajar bagi setiap orang termasuk Kristen karena pada zaman itu belum ada hotel maupun losmen. Orang yang lelah dan lapar banyak ditemui di kota-kota ataupun di pintu rumah seseorang yang berharap diizinkan tinggal. Kristen tidak hanya harus mendemonstrasikan kebaikan itu, namun kebaikan yang didemonstrasikan itu harus melebihi kebaikan yang dilakukan oleh orang non Kristen, itulah hal yang kedua. Karena itu, kristen harus memberi tumpangan kepada orang, yang berarti tidak hanya orang kristen namun semua orang yang pantas menerima kebaikan itu. Lebih dari itu, Kristen pun harus menunjukkan kasihnya kepada orang-orang hukuman karena mereka tidak mempunyai kebebasan untuk datang meminta belas kasihan. Kristen harus berinisiatif dan mendatangi orang-orang yang membutuhkan.

Yang ketiga, Kristen harus menjaga kekudusan pernikahannya. Manusia tidak pernah berubah sejak era para rasul hingga era globalisasi kini, kekudusan pernikahan dapat dikatakan sebagai barang langka. Kristen harus menunjukkan kehidupan yang mulia melalui pernikahan yang kudus. Kemuliaan kehidupan Kristen juga harus nyata dalam kesederhanaan hidup. Hal ini diungkapkan dengan perkataan 'janganlah menjadi hamba uang dan cukupkan dirimu dengan apa yang ada padamu' (5).

Renungkan: Ingatlah bahwa di dalam Allah kita memiliki segala sesuatu. Allah adalah pencipta langit dan bumi, yang empunya segala sesuatu. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang dapat mengancam kehidupan kristen yang berjalan di dalam tangan-Nya.

(0.14113208) (Kej 1:5) (ende)

Pengarang menjusun perintjian semua machluk menurut skema tjiptaan sendiri, ialah jang menentukan pelaksanaan Karja Tuhan dalam enam hari. Namun ia tidak bermaksud mengatakan, bahwa memang sesungguhnja dunia seisinja, tertjiptakan dalam djangka waktu ini pun menurut tuntutan ini. Pemerintjian ini hanjalah digunakan untuk mendjelaskan: a) bahwa segala-sesuatu - tanpa ada ketjualinja - adalah tertjipta oleh Tuhan; b) bahwa Tuhan dengan amat bidjaksanaNja telah menjusun dan mengatur unsur-unsur jang mula-mula masih serba chaotis, kalang-kabut. Skema terdiri atas dua bagian besar:

1) Tuhan mentjiptakan ruang-alam jang besar-besar, dengan memisahkannja dari keadaan chaotis semula, dan memberinja tempat-tempat tersendiri: terang dan gelap; air diatas dan air dibawah bumi; air dan daratan (hari pertama s/d ketiga).

2) Tuhan mengisi ruang-ruang ini dengan machluk-machluk: bintang-bintang, ikan-ikan dan burung-burung, binatang-binatang daratan, achirnja manusia (hari keempat s/d keenam). Dari susunan ini ternjata maksud pengarang memberi gambaran pentjiptaan jang bukannja historis-palaeontologis melainkan logis-skematis.

(0.14113208) (Kel 29:7) (ende)

Pengurapan adalah kebiasaan kuno, jang kemudian mendjadi upatjara keagamaan, djuga diantara bangsa-bangsa ketimuran lainnja. Istilahnja hibrani "masjach", daripada terbentuk kata "masjiach" = AlMasih. Junani: "Christos" = Jang terurapi. Minjak urapan memberi kekuatan dan kemudahan bergerak kepada badan. Demikianlah pengurapan mendjadi lambang kekuatan rohani dan ketjakapan memenuhi suatu tugas, djadi sematjam pentahbisan. Dikenakan djuga pada benda-benda (Kej 28:18; 35:14).

Diantara bangsa Israel semula hanja radjalah jang diurapi, dan dengan demikian menerima ketjakapan memerintah, sekaligus djuga suatu tugas religieus. Pengurapan didjalankan oleh nabi, jang bertindak atas nama Tuhan (1Sa 10:1; 2Sa 5:3; 1Ra 1:39 dll.). Maka dari itu putera Daud jang didjandjikan, dan akan menjelamatkan bangsaNja, disebut "AlMasih".

Sesudah runtuhnja keradjaan, dan sesudah masa pembuangan, pimpinan Israel beralih ketangan para imam, dan dengan demikian para imamlah jang kemudian diurapi (Bandingkan: pakaian-pakaian imam, jang mempunjai tjiri-tjiri keradjaan). Begitulah harapan ini semakin djelas berarti pentjutjian. Atas dasar pengurapan ini Imamat sendiri mendapat kedudukannja jang tertentu dalam penantian AlMasih. (Zak 3:8-10; 6:9-14). Dalam Kristus sendiri bersatulah setjara sempurna pangkat radja dan imam (lihat: Ibr 4:14; 7:11-28; 9:11-14). Para nabi tidak diurapi, meskipun kadang-kadang setjara simbolis disebut-sebut djuga adanja pengurapan (Yes 61:1-2; Luk 4:18-21).

(0.14113208) (Ul 4:24) (ende)

Api jang makan habis: gambaran itu telah kita ketemukan dalam tradisi tentang Abraham (Kej 15:17) dan Musa (Kel 3:2; 13:21). Akan tetapi disini ungkapan itu terutama sekali menjatakan apa jang dialami oleh bangsa Israel dalam hubungannja dengan Jahwe: jakni kebesaranNja serta kedudukanNja jang menjeluruh dan tunggal. Jahwe samasekali berada diatas manusia dan duniaNja. Dalam kehadiran Allah manusia menaruh segan sekali terhadapNja (Kel 20:18-20; Ula 5:24-26). Ia mengalami bahwa Allah menuntutnja seluruhnja untuk diriNja sendiri serta membakar dan memusnahkan segala jang tidak kudus. Itu berarti bahwa Allah tidak dapat membiarkan manusia jang telah diberi wahju mengenai DiriNja: masih memberi penghormatan kepada dewa-dewa lain. Dari sebab itu Ia djuga disebut sebagai Allah jang "iri-hati". Sikap itu menundjukkan kepada totalitas dari kekuasaan Allah dan tjurahan tjinta kasihNja kepada umatNja. Hubungan serupa itu tak dapat membiarkan sikap mendua hati dan kompromi: melainkan mentjakup manusia sebagai keseluruhan. Djustru dalam hal ini pula Jahwe itu berlainan dengan para dewa bangsa-bangsa lainnja. itu merupakan unsur pokok pengertian bangsa Israel mengenai Allah. Pengertian itu tetap hidup dalam segenap djaman dari sedjarah bangsa Israel.

Adapun keistimewaan wahju bangsa Israel itu ialah bahwa Allah jang transenden dan jang maha-besar itu hendak menghampiri manusia sedekat-dekatnja. (bdk. Ula 4:7).

(0.14113208) (Yes 7:14) (ende)

Kurang djelas apakah "alamat" itu. Biasanja dimengerti kelahiran anak dari seorang dara, jakni anak Ahaz sendiri, Hizkia. Tapi rupanja seluruh nubuat ini harus suatu antjaman, sedangkan kelahiran anak itu merupakan djandji keselamatan (nama Imanuel-Allah beserta dengan kita aj. 15-16)(Yes 7:15-16). Maka itu beberapa ahli memisahkan 14b-16(Yes 7:14-16) dari ikatan teks ini dan membuatnja mendjadi nubuat tersendiri. ajat 14a(Yes 7:14a) lalu diteruskan Yes 7:17-25. Ahli lain berpendapat, bahwa anak jang didjandjikan itu adalah anak Jesaja sendiri. Dara adalah wanita muda, entah isteri radja Ahaz, entah isteri Jesaja. Terdjemahan Junani menterdjemahkan kata ini dengan "prawan". (demikianpun terdjemahan Latin Vlg.) Si nabi mendjadikan keselamatan dengan perantaraan seorang anak (keturunan radja) dan anak itu merupakan hasil karya Jahwe. Keselamatan jang sesungguhnja disampaikan Allah dengan perantaraan anak dari seorang prawan, Maria. Demikian apa jang disini didjandjikan si nabi sama sekali kesampaian oleh kelahiran anak adjaib jang sesungguhnja "Imanuel", Allah beserta dengan kita. Itulah sebabnja maka Perdjandjian Baru menterapkan nubuat ini pada Jesus. Baru ketika itu djandji itu dipenuhi seluruhnja, lebih2 daripada apa jang dikirakan nabi Jesaja sendiri.

(0.14113208) (1Kor 12:10) (ende: Kurnia bernubuat)

Terdjemahan sebenarnja kurang tepat. Maksudnja berbitjara sebagai nabi, tetapi jang dinamakan "nabi" didalam geredja purba, ialah mereka jang atas dorongan Roh Kudus mengadjar dalam perkumpulan-perkumpulan umat, dan dengan ilham Roh Kudus memberi peringatan-peringatan dan nasehat-nasehat, kadang-kadang djuga menjatakan hal-hal jang tersembunji. Menilik ajat 28 (1Ko 12:28), "nabi" merupakan suatu pangkat jang tetap djuga, sedjadjar dengan "rasul" dan "pengadjar".

(0.14113208) (Kej 2:16) (full: TUHAN ALLAH MEMBERI PERINTAH INI KEPADA MANUSIA. )

Nas : Kej 2:16

Sejak awal sejarah umat manusia terikat dengan Allah melalui iman dan ketaatan kepada Firman-Nya sebagai kebenaran mutlak.

  1. 1) Hidup melalui iman dan ketaatan diberikan sebagai prinsip pengatur di dalam hubungan Adam dengan Allah di taman Eden. Adam diingatkan bahwa dia akan mati jikalau melanggar kehendak Allah dan memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat (ayat Kej 2:17). Ancaman kematian ini harus diterima dengan iman berdasarkan firman Allah karena Adam belum melihat kematian manusia.
  2. 2) Perintah Allah (ayat Kej 2:16-17) diberikan kepada Adam sebagai ujian moral. Perintah itu menempatkan di hadapannya suatu pilihan yang tegas dan sengaja untuk percaya dan taat, atau tidak percaya dan tidak menaati kehendak Penciptanya.
  3. 3) Selama Adam mempercayai firman Allah dan taat, dia akan terus memiliki hidup kekal dan hubungan yang bahagia dengan Allah

    (lihat art. IMAN DAN KASIH KARUNIA).

    Jikalau dia berdosa karena tidak taat, dia akan menuai bencana moral dan kematian (ayat Kej 2:17).
(0.14113208) (Kej 3:4) (full: SEKALI-KALI KAMU TIDAK AKAN MATI. )

Nas : Kej 3:4

Umat manusia terikat kepada Allah oleh iman pada firman-Nya sebagai kebenaran mutlak

(lihat cat. --> Kej 2:16).

[atau ref. Kej 2:16]

  1. 1) Karena mengetahui hal ini, Iblis berusaha untuk menghancurkan iman wanita kepada apa yang dikatakan Allah dengan menimbulkan keragu-raguan mengenai Firman itu. Iblis memberi kesan bahwa Allah tidak bersungguh-sungguh dengan perkataan-Nya (bd. Kej 2:16-17). Dengan kata lain, kebohongan pertama Iblis merupakan suatu bentuk antinomisme, menyangkal hukuman mati untuk dosa dan kemurtadan.
  2. 2) Salah satu dosa pokok manusia ialah tidak percaya pada firman Allah. Yakni percaya bahwa Allah tidak bersungguh-sungguh ketika berbicara tentang keselamatan, kebenaran, dosa, hukuman dan kematian. Kebohongan Iblis yang paling bertahan ialah bahwa dosa dan pemberontakan kepada Allah yang tidak disesali dan disengaja tidak akan mengakibatkan perpisahan dengan Allah dan kutukan kekal

    (lihat cat. --> 1Kor 6:9;

    lihat cat. --> Gal 5:21;

    lihat cat. --> 1Yoh 2:4).

    [atau ref. 1Kor 6:9; Gal 5:21; 1Yoh 2:4]

(0.14113208) (Kel 19:5) (full: JIKA KAMU SUNGGUH-SUNGGUH MENDENGARKAN FIRMAN-KU )

Nas : Kel 19:5

(versi Inggris NIV -- sungguh-sungguh menaati Aku). Kesinambungan pemilihan Israel sebagai umat Allah tergantung pada ketaatan mereka kepada-Nya sebagai Tuhan; hal ini ditunjukkan oleh susunan "jika ... maka" dalam ayat ini. Allah mengharapkan agar ketaatan ini, yang begitu penting dalam mewujudkan maksud-maksud-Nya kelak bagi mereka (ayat Kel 19:5-6), akan terbit dari hati yang bersyukur yang menanggapi kasih dan perhatian-Nya yang secara khusus ditunjukkan dalam kelepasan mereka dari Mesir

(lihat cat. --> Kel 19:4 sebelumnya;

[atau ref. Kel 19:4]

lih. Ul 6:5). Demikian pula, prinsip ketaatan adalah unsur penting

dalam hubungan kita dengan Kristus di bawah perjanjian baru (lih. Yoh 8:31; 14:21; Rom 4:12; Ibr 3:7-19).



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA