Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 561 - 580 dari 640 ayat untuk Musa (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.109586921875) (Mat 16:14) (jerusalem: salah seorang dari para nabi) Yesus sendiri hanya secara tak langsung dan samar-samar menyebut diriNya seorang nabi, Mat 13:57 dsj; Luk 13:33. Tetapi oleh rakyat dengan terus terang Yesus disebut seorang nabi, Mat 16:14 dsj; Mat 21:11,46; Mar 6:15 dsj; Luk 7:16,39; Luk 24:19; Yoh 4:19; Yoh 9:17. dan sebutan itu memang bersangkutan dengan Mesias. Roh kenabian itu sudah padam sejak nabi Maleakhi, tetapi menurut harapan Yahudi roh itu akan tampil lagi sebagai tanda zaman Mesias. Roh kenabian itu akan tampil lagi dalam diri nabi Elia, Mat 17:10-11 dsj; atau berupa pencurahan umum roh itu, Kis 2:17-18,33. Pada kenyataannya di zaman Yesus sudah tampak banyak nabi palsu, Mat 24:11,24 dsj, dll. Yohanes Pembaptis adalah seorang nabi sejati, Mat 11:9 dsj; Mat 14:5; Mat 21:26 dsj; Luk 1:76, tetapi hanya sebagai seorang perintis yang dijiwai semangat Elia, Mat 11:10 dsj, Mat 11:14; Mat 17:12 dsj. Yohanes telah menyangkal bahwa dia itu "sang Nabi", yang dinubuatkan Musa (Ula 18:15), Yoh 1:21+. Kepercayaan Kristen hanya mengakui sang Nabi itu dalam diri Yesus, Kis 3:22-26+; Yoh 6:14; Yoh 7:40. Namun demikian karunia kenabian tersebar luas dalam jemaat Kristen purba sejak Pentakosta, Kis 11:27+. Gelar Yesus sebagai nabi tidak lama kemudian hilang dari jemaat dan diganti beberapa sebutan lain yang lebih tegas mengungkapkan siapa diri Yesus Kristus.
(0.109586921875) (Yoh 1:14) (jerusalem: manusia) Harafiah: daging. Dengan menggunakan istilah itu, lih. Rom 7:5+. Yohanes menekankan bahwa Firman itu benar-benar termasuk umat manusia. Hal ini kerap kali ditonjolkan Yohanes. Kemudian orang berkata tentang "penjelmaan" (inkarnasi). Bdk 1Yo 4:2; 2Yo 7; demikianpun Paulus, Rom 1:3; Gal 4:4; Fili 2:7; Kol 1:19
(0.109586921875) (Kel 8:16) (sh: Kekerasan hati menghancurkan (Jumat, 8 April 2005))
Kekerasan hati menghancurkan

Kekerasan hati menghancurkan
Firaun tetap berkeras hati untuk tidak melepaskan Israel pergi maka Allah pun mendatangkan tulah ketiga berupa nyamuk. Jumlahnya tak terhitung bagaikan debu tanah dan menjadi ancaman bagi semua makhluk hidup baik manusia maupun binatang (ayat 16-17).

Kali ini para ahli Mesir tidak mampu melakukan hal serupa. Bahkan mereka pun sadar bahwa tulah nyamuk berasal dari tangan Allah yang Mahakuasa yaitu Allah Israel. Hanya Dia, Allah yang memiliki kekuasaan atas alam semesta. Akan tetapi, setelah mereka memberitahukan hal itu kepada Firaun raja Mesir itu, ia tetap berkeras hati untuk tidak memenuhi permintaan Harun dan Musa (ayat 18-19). Hal yang sama terjadi saat Allah mendatangkan tulah keempat yaitu lalat pikat yang sangat menyengsarakan bangsa Mesir, tapi tidak dialami bangsa Israel (ayat 21,24).

Allah membuat perbedaan antara bangsa Mesir dan umat-Nya. Ia mengecualikan Tanah Gosyen. Mengapa? Pertama, Ia menghukum bangsa yang menindas umat-Nya dan menyelamatkan umat-Nya dari tulah yang dirancangkan-Nya untuk bangsa Mesir. Allah melakukan ini bukan karena Ia tidak mengasihi bangsa Mesir, melainkan Ia ingin menyatakan kuasa-Nya di tengah-tengah bangsa Mesir. Kedua, Allah menghukum Mesir karena kejahatannya yang menindas bangsa Israel dan mengekang kemerdekaan umat-Nya. Meski demikian, Allah tetap berkenan mengabulkan permintaan Firaun untuk melenyapkan lalat pikat. Kesediaan Allah ini tidak berarti Ia merubah tujuan-Nya semula. Allah tetap memegang kendali walaupun Firaun mengeraskan hati.

Sungguh mendatangkan sukacita besar ketika kita mengetahui bahwa Allahlah pembela umat-Nya. Jika Allah di pihak kita, siapakah lawan kita? (Rm. 8:31). Mari kita jadikan firman Allah ini sebagai kekuatan kita saat menghadapi musuh kita yaitu Iblis dan pihak-pihak yang menjadi sekutunya.

Renungkan: Allah peduli akan kehidupan kita. Ia tidak membiarkan kita sendiri menghadapi masalah hidup ini.

(0.109586921875) (Kel 9:13) (sh: Dihukum supaya bertobat (Minggu, 10 April 2005))
Dihukum supaya bertobat

Dihukum supaya bertobat
Firaun tetap menolak untuk membiarkan bangsa Israel pergi. Ia "menutup mata" terhadap kebesaran-Nya yang menunjukkan bahwa Allah Israel adalah Sang Penguasa alam semesta dan bukan ilah-ilah Mesir yang disembahnya. Firaun terlalu angkuh untuk mengakui hal tersebut. Dia lebih mementingkan menjaga kepercayaan bangsa Mesir kepada dewa-dewinya daripada beralih menyembah Allah yang Hidup. Meski demikian, Allah membiarkan Firaun tetap hidup setelah keenam tulah dahsyat itu. Alasan Allah ialah agar nama-Nya masyhur di bumi (ayat 14-16).

Tulah hujan es ini tidak terjadi di Tanah Gosyen sebab Allah setia memelihara umat-Nya (ayat 26). Tulah ketujuh yang menimpa seluruh Tanah Mesir ini adalah sangat dahsyat dalam sejarah bangsa Mesir sebab tulah ini menghancurkan tanaman yang menjadi sumber pangan mereka (ayat 18-19,22-26). Penderitaan karena keenam tulah sebelumnya telah berdampak pada bangsa Mesir, yakni munculnya beberapa orang Mesir yang takut akan firman Tuhan dan mengindahkan peringatan-Nya untuk menyelamatkan ternak dan hambanya (ayat 19-21). Meski demikian, Firaun dan para pegawainya tetap bersikeras untuk tidak mengakui-Nya. Dia hanya ingin Allah mencabut penghukuman-Nya tanpa mau bertobat (ayat 27-30,33-35). Allah belum lagi mematikan Firaun. Gambaran yang dipakai Musa adalah walau rami dan jelai sudah musnah, sekoi dan gandum masih terlindungi karena saat itu belum musimnya (ayat 31-32).

Melalui tulah ketujuh ini, kita belajar bahwa penghu-kuman Allah dimaksudkan supaya manusia memiliki kesempatan untuk berbalik kepada Allah dan bertobat. Maka sebagai orang percaya kita harus selalu bersedia belajar dari setiap peristiwa hidup yang Allah izinkan terjadi menimpa kita supaya menghasilkan pertobatan. Maksud semua perbuatan Allah ialah agar kita semakin mengenal-Nya yaitu bahwa Dia setia memelihara hidup umat-Nya.

Renungkan: Pertobatan adalah pintu pengenalan akan Dia.

(0.109586921875) (Kel 11:1) (sh: Jangan keraskan hati (Rabu, 13 April 2005))
Jangan keraskan hati

Jangan keraskan hati
Tujuan tulah dijatuhkan kepada orang Mesir adalah untuk membuat mereka sadar bahwa Allah Israel lebih berkuasa daripada dewa-dewi Mesir, supaya mereka mau melepaskan umat Israel untuk beribadah kepada Tuhannya. Karena tidak kunjung bertobat, maka tulah demi tulah dijatuhkan. Semua tulah yang sudah dijatuhkan, memiliki satu kesamaan di dalam nuansa alami. Akan tetapi, tulah yang kesepuluh itu berbeda sama sekali. Tulah itu akan segera tiba dan diberitahukan pertama-tama kepada Musa dan orang Israel. Tulah ini memiliki sifat yang mematikan bagi orang-orang Mesir. Tulah ini akan merupakan pukulan telak yang membuat Firaun akhirnya menyerah (ayat 1).

Sebetulnya dari semua tulah yang sudah terjadi, orang Mesir belajar dan melihat bahwa Allah orang Israel sangat berkuasa. Hati mereka sudah "dilunakkan" oleh Tuhan sehingga rela memberikan emas dan perak kepada orang Israel (ayat 2-3). Ketika tulah ini diumumkan kepada orang Mesir dan seluruh istana Firaun, semua orang digambarkan akan menyerah kecuali Firaun yang bersikukuh mengeraskan hati (ayat 8-10). Oleh karena itu, tulah itu dipastikan akan terjadi.

Tulah ini akan memakan korban semua anak sulung dari Firaun sampai kepada anak sulung budak perempuan, bahkan juga anak sulung hewan-hewan di Mesir akan mati (ayat 4-6). Mereka akan berseru dengan seruan hebat yang tidak pernah terdengar di Mesir sebelumnya (ayat 6). Seruan serupa (kata yang sama digunakan) terdengar dari mulut orang-orang Israel dulu atas penderitaan perbudakan yang mereka alami di Mesir (Kel. 3:7-9). Sebaliknya tulah ini tidak akan mengganggu sedikit ujung rambut pun orang-orang Israel (ayat 7).

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita untuk tidak mengeraskan hati melawan Allah. Jangan sampai pada akhirnya hati kita membatu. Saat itu kita tidak lagi dapat bertobat!

Renungkan: Yesus yang datang dengan lemah lembut menyapa hati Anda (Mat. 11:29), adalah juga Tuhan yang tegas terhadap orang yang terus menolak-Nya.

(0.109586921875) (Kel 15:1) (sh: Pujian bagi Sang Pahlawan Perang (Selasa, 6 September 2005))
Pujian bagi Sang Pahlawan Perang

Pujian bagi Sang Pahlawan Perang Banyak pencipta dan penyanyi lagu rohani menyebutkan sumber inspirasi utama mereka adalah Tuhan Yesus. Hal ini biasanya mereka ungkapkan pada kata pengantar album mereka. Ungkapan rasa syukur tersebut dituliskan sebagai bentuk terima kasih mereka atas pertolongan-Nya.

Musa dan umat Israel menuliskan pujian syukur mereka dalam bentuk nyanyian. Pujian syukur itu mereka tuliskan setelah Tuhan melepaskan mereka dari kejaran Firaun dan tentaranya (ayat 14:15-31). Tuhan adalah Sang Pahlawan Perang yang perkasa (ayat 15:2-3). Perbuatan Allah nyata, Ia menghancurkan kekuatan Firaun dan pasukannya dengan menenggelamkan mereka di Laut Teberau (ayat 4-10). Di tangan Allah, laut yang menurut kepercayaan kuno dipandang sebagai kekuatan pengacau yang dahsyat ternyata dimanfaatkan Allah untuk mengalahkan para musuh-Nya. Kuasa Allah jauh lebih dahsyat daripada kuasa allah-allah sesembahan bangsa-bangsa lain (ayat 11).

Pujian ini tidak berhenti pada perayaan kemenangan Allah pada saat itu, tetapi memandang kepada perbuatan Allah di masa depan, ketika Ia akan mengantar umat Israel menuju Tanah Perjanjian (ayat 13-17). Arak-arakan Israel yang dipimpin oleh Sang Pahlawan Perang itu akan membuat gentar para musuh yang wilayahnya dilalui. Semua pendu-duk Kanaan akan gemetar ketakutan. Allah sendiri yang akan membawa umat-Nya ke gunung-Nya yang kudus, supaya mereka menetap di sana dan mengabdi kepada Dia, Sang Raja Kekal (ayat 18).

Kristus adalah Sang Pahlawan Perang yang sudah mengalahkan kuasa maut melalui kebangkitan-Nya dari kema-tian. Dia kini sedang mengantar umat-Nya mengarungi padang gurun kehidupan ini menuju Surga yang mulia. Dengan Kristus beserta kita, seharusnya kita tidak takut lagi terhadap musuh-musuh kita dan segala kesulitan hidup.

Responsku: Masalah, kesulitan, dan penderitaan tidak akan menyurutkanku untuk memuji Dia!

(0.109586921875) (Kel 17:1) (sh: Andalkan kasih setia Tuhan! (Sabtu, 10 September 2005))
Andalkan kasih setia Tuhan!

Andalkan kasih setia Tuhan! Tantangan dan persoalan dalam kehidupan manusia adalah wajar bagaikan kerikil-kerikil yang mengganggu langkah-langkah perjalanan hidup. Ketidakpercayaan kepada Allah dapat membuat kita memandang perintang-perintang kecil itu seolah-olah batu-batu besar.

Israel yang berada di padang gurun Masa dan Meriba, sedang mengalami kekurangan air minum dan mereka juga harus menghadapi bangsa Amalek. Ketiadaan air minum merupakan masalah "kecil" di hadapan Allah. Namun, menurut Israel, hal ini bagaikan batu besar karena mereka kurang percaya. Israel tidak mengingat perbuatan besar yang Allah telah perbuat bagi mereka, yakni membebaskan mereka dari perbudakan Mesir dan menyertai perjalanan mereka bahkan mencukupi kebutuhan jasmani mereka selama berada di padang gurun (ayat 5-6).

Kendati demikian, Allah terus menunjukkan kasih setia-Nya. Ia tetap menyertai Israel ketika mereka berperang melawan bangsa Amalek (ayat 8-12). Allah berperang melawan musuh umat-Nya, bahkan Ia membuat bangsa Amalek terhapus dari muka bumi (ayat 13-14). Kemenangan ini bukan disebabkan oleh kekuatan atau persenjataan Israel melainkan semata-mata karena kuasa Allah. Indahnya kemenangan yang Allah berikan terlihat dari ketaatan Israel pada firman-Nya dan kerja sama mereka yang saling menopang. Yosua yang memimpin Israel berperang melawan Amalek, sementara Musa dibantu dan ditopang oleh Harun dan Hur berdoa dengan tekun dan bersehati.

Kita orang beriman pun bagaikan musafir-musafir yang sedang menuju pengenapan janji-janji Tuhan. Berbagai kesulitan fisik serta tantangan mental-spiritual Ia izinkan menghadang. Maksud Tuhan adalah agar kita beroleh kesempatan membuktikan bahwa Ia adalah Allah yang patut sepenuhnya kita andalkan dan percayai.

Responsku: Aku akan memahsyurkan Allah karena kesetiaan dan karya-Nya dalam hidupku.

(0.109586921875) (Kel 20:1) (sh: Akulah Tuhan Allahmu! (Minggu, 3 Agustus 1997))
Akulah Tuhan Allahmu!

Akulah Tuhan Allahmu!
Siapakah yang berhak mengatur hidup Anda? Diri Anda sendiri? Apakah yang Anda gunakan sebagai standar hidup? Hati nurani, hukum pemerintah, atau hukum gereja? Jika Anda mengaku beriman, sudahkah kebenaran Allah saja yang mengatur hidup Anda? Hukum-hukum itu mengatur hubungan umat-Nya dengan diri-Nya dan antar sesama umat-Nya. Hukum-hukum ilahi itulah yang diucapkan Allah langsung kepada Musa untuk disampaikan kepada Israel, umat pilihan Allah.

Sah milik Allah. "Akulah Tuhan Allahmu...." adalah pengesahan bahwa Allah adalah Allah bagi umat Israel dan Israel adalah umat kesayangan-Nya. Umat kesayangan Allah ini telah melihat karya besar Allah dalam awal kehidupan mereka berumat. Allah menunjukkan keterlibatan besar dalam hidup mereka. Perbuatan ajaib Allah itu alasan yang membuat mereka hanya perlu taat pada Allah yang Ajaib dan Besar. Tidak ada ilah lain yang patut disembah di samping Tuhan Allah.

Wujud nyata menyembah Allah. Bagaimanakah seharusnya umat Allah memulai hubungan pribadi sebagai umat milik Allah? Sembah Dia saja. Hanya Dia yang telah menyatakan Diri kepada mereka, Allah sejati, bukan yang lain. Allah nyata dalam karya-Nya yang besar dan di dalam firman-Nya. Kedua, Allah melarang Israel membuat apapun yang dapat menggantikan kehadiran-Nya. Allah tidak ingin dinomorduakan. Ketiga, nama-Nya harus ditinggikan, dan dimuliakan. Menyebut nama-Nya dengan sembarangan sama dengan tidak meninggikan Dia. Keempat, bersekutu dengan-Nya pada hari Sabat. Persekutuan dengan-Nya membuat manusia makin mengenal dan terus berharap pada-Nya. Keempat hal tersebut perlu dipelihara dan dijalankan oleh umat Allah.

Syukur pada Kristus yang telah memperkenalkan Allah lebih jelas karena Kristus adalah gambar wujud Allah (Ibrani 1:2-3). Di dalam dan melalui Kristus kita dapat mengalami hubungan pribadi lebih dekat lagi dan pasti.

(0.109586921875) (Kel 20:8) (sh: Sabat untuk semua (Sabtu, 17 September 2005))
Sabat untuk semua

Sabat untuk semua Perintah keempat ini berbeda dengan perintah lainnya karena berbentuk instruksi positif. Perintah ini berada pada perbatasan antara perintah bagaimana bersikap terhadap Allah dan perintah tentang sikap terhadap sesama.

Mengingat dan menguduskan hari Sabat dilakukan dengan cara menghentikan semua pekerjaan pada hari itu. Semua yang ada dalam rumah tangga Israel, termasuk orang asing dan segala ternak, harus menaati perintah ini. Dasar perintah ini adalah menghormati Tuhan yang berhenti dari karya penciptaan-Nya pada hari ketujuh (ayat 11). Tujuannya supaya umat Tuhan bisa mensyukuri karya Tuhan dalam dunia milik-Nya. Dengan mengizinkan para pelayan dan semua ternak yang telah bekerja keras mengolah lahan pertanian selama enam hari, umat Israel menghormati Allah pencipta mereka dan menunjukkan belas kasih kepada sesama mereka. Dalam kitab Ulangan, Musa menyebutkan alasan lain mengapa hari Sabat perlu dirayakan. Hari Sabat adalah hari peringatan karya kasih Allah dalam sejarah Israel, yakni Ia telah membebaskan Israel dari kerja paksa selama di Mesir. Sebagai ucapan syukur mereka beribadah kepada-Nya setiap hari Sabat dan mengizinkan para pelayan beristirahat supaya mereka juga dapat menyembah Allah (Ul. 5:15).

Ketaatan kepada perintah hari Sabat menunjukkan keutamaan Allah bagi umat. Dengan beristirahat dari segala pekerjaan, kita juga menghargai tubuh pemberian Allah. Dengan mengizinkan karyawan kita beristirahat, kita menghormatinya sebagai sesama kita. Tuhan Yesus menekankan bahwa Ia menciptakan hari Sabat untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Mrk. 2:7-8). Perintah memelihara hari Sabat berintikan penghormatan kepada Allah dan penghargaan terhadap hidup yang telah Ia karuniakan. Perintah ini bukan bertujuan membelenggu, tetapi membebaskan!

Renungkan: Sabat bukan membuat kita pasif tetapi proaktif, sebab dengan mengutamakan Tuhan saja kita dapat menghargai sesama dan hidup ini.

(0.109586921875) (Kel 20:18) (sh: Gentar akan Tuhan (Sabtu, 24 September 2005))
Gentar akan Tuhan

Gentar akan Tuhan Pernah merasa takut dan gentar? Terhadap apa dan mengapa timbul perasaan demikian? Biasanya manusia takut terhadap sesuatu yang membahayakan dirinya atau terhadap seseorang yang jauh lebih berkuasa daripadanya. Jika Allah melalui tindakan-Nya membebaskan Israel dari perbudakan Mesir terbukti baik adanya, mengapa kini Israel takut dan gentar?

Allah yang baik itu juga adalah Allah yang dahsyat meng-gentarkan. Penyataan kedahsyatan Allah itu datang melalui gejala-gejala alam yang mematikan (ayat 18). Penyataan ini terjadi sesudah Allah memberi sepuluh hukum-Nya kepada umat perjanjian-Nya. Ini untuk menegaskan bahwa Allah menuntut umat tidak bermain-main dengan kasih, perjanjian, dan hukum-hukum-Nya. Memang Israel sudah menguduskan diri mereka sesuai perintah Tuhan sebelum Tuhan menyatakan diri-Nya di hadapan mereka (ayat 19:10-15). Namun, pengudusan itu harus terus-menerus dilakukan dan bukan hanya secara ritual atau lahiriah semata melainkan dalam seluruh aspek hidup mereka.

Dalam peristiwa ini Israel tidak tahan dan meminta Musa saja mewakili mereka (ayat 20:19). Memang tidak ada orang yang mampu menghampiri hadirat Tuhan karena dosa-dosanya. Namun, di dalam Tuhan Yesus orang beriman dimungkinkan untuk mendekat ke hadirat Allah sebab dosa-dosanya telah ditutupi oleh korban keselamatan-Nya secara sempurna (Ibr. 12:18, 19, 24). Dalam hidup sehari-hari kini kita menghayati setiap perjalanan di hadapan hadirat-Nya. Kita sekaligus menghayati rasa akrab dari kasih-Nya dan rasa gentar ka-rena kedahsyatan-Nya. Kepekaan akan sifat-sifat Allah itu membangkitkan sikap hidup yang bersuasana tunduk dan menyembah Dia senantiasa.

Ingat: Orang yang belum mengalami pembaruan hidup gentar dan menghindar dari Allah. Orang yang sedang mengalami pembaruan dari-Nya gentar dan hormat dalam dekapan kasih-Nya.

(0.109586921875) (Kel 39:32) (sh: Ibadah dan ketaatan (Minggu, 28 September 1997))
Ibadah dan ketaatan

Ibadah dan ketaatan
Akhirnya selesailah kemah suci itu. Umat Tuhan sudah melakukan dengan tepat semua yang Tuhan Allah perintahkan kepada Musa (ayat 42). Membangun Kemah Suci sesuai yang diperintahkan Tuhan, ternyata bukan pekerjaan yang mudah. Banyak sekali hal-hal kecil yang tidak bisa dianggap sepele, bahkan yang menuntut keahlian khusus yang tinggi dan langka. Ternyata Kemah Suci itu begitu rumit. Tetapi di situlah kita menemukan gambaran tentang keindahan ibadah, yaitu perjumpaan umat di hadapan Tuhan Allah mereka. Ternyata ibadah tidak bisa dibangun tanpa ketaatan dan ketelitian. Selain gedung gereja perlu dibangun dengan memperhatikan selera seni yang tinggi, lebih lagi hidup jemaat harus dibangun dengan ketaatan dan ketelitian yang tinggi.

Kemapanan. Kemah Suci sudah berdiri dengan segala keindahan dan keagungannya. Tetapi apakah kemah itu lalu menjadi lambang kemapanan yang statis? Selain sifat kemah yang sementara dan selalu siap untuk diusung, dipindahkan, demikian juga banyak perabotannya yang diberi pegangan dan kayu pengusung (ayat 35,39). Itu adalah lambang dari sifat Allah yang dinamis yang mengakibatkan umat-Nya pun akan selalu hidup dalam suasana ziarah mengiring Dia. Kemah ibadah bukanlah lambang kemapanan, tetapi harus selalu bergerak, selalu berjalan maju. Gereja sebagai sarana pewujudan Kerajaan-Nya di bumi ini, tidak boleh mapan dan statis. Gereja bukan tujuan tetapi sarana dan alat. Lebih lagi gedung gereja!

Renungkan: Ketika tiang awan dan tiang api kehadiran Allah bergerak memimpin, dengan mudah kemah suci itu dicabut, digulung, bergerak mengikuti pimpinan-Nya. Gesit, ringan, cekatan jugakah, program, anggaran, terutama sikap Gereja kita mengiringi Dia?

Doa: Jauhkan kami dari menjadi vested dan statis, ya Bapa. Mampukan kami memelihara sifat misioner dan visioner dalam mengembangkan ciri kegerejaan kami masa kini.

(0.109586921875) (Im 9:1) (sh: Pelayan dan imamat yang kudus (Rabu, 11 September 2002))
Pelayan dan imamat yang kudus

Pelayan dan imamat yang kudus. Sebelum Harun dan putra-putranya dapat dan layak menjalani keimaman mereka, perlu terjadi dulu dua hal. Pertama, sabda Allah datang melalui Musa memberi petunjuk dan perintah. Ini menyatakan prinsip bahwa setiap pelyanan yang benar harus bersumber pada firman Allah dan berjalan sesuai perintah Allah. Kedua, sebelum layak memberikan berbagai kurban untuk pendamaian dan syukur mewakili umat, Harun sendiri harus memberikan dulu kurban-kurban yang sama bagi dirinya sendiri. Kurban untuk penghapus dosa bagi dirinya adalah lembu (ayat 20), mengingatkan kita akan lembu emas yang Harun buat demi memenuhi tuntutan dosa Israel. Kurban bakaran yang menandakan penyerahan diri penuh adalah seekor domba jantan, mengingatkan kita akan domb jantan yang dikorbankan sebagai ganti Ishak. Kedua korban ini menegaskan bahwa sebalum kita bisa melayani orang lain, kita harus lebih dulu dikurduskan dari dosa kita dan menyerahkan diri total kepada Allah.

Urutan kurban untuk umat Israelpun sama, hanya kini ada tambahan lain yaitu kurban keslamatan yaitu kurban yang menandakan terjadinya persekutuan dengan Allah yang menumbuhkan kedamaian di dalam hati dan kehidupan umat. Tujuan semua kurn ini adalah karena Tuhan akan menampakan diri kepada mereka (ayat 4,6). Jadi kurban-kurban bukan dimaksudkan supaya Tuhan berkenan atau datang kepada mereka tetapi karena Tuhan akan menampakan diri dan supaya mereka dapat melihat menikmati kemulianNya, mereka harus menyiapkan diri agar layak menyambut anugrah itu.

Anugrah Allah di dalam Yesus Kristus telah menyatakan kemuliaan dan penyelamatan dari Allah secara sempurna dan tuntas. Karena itu kita tidak lagi perlu upacara-upacara kurban seperti zaman PL itu. Namun prinsipnya terus berlaku hingga kini. Kurban keslamatan dari Tuhan Yesus adalah awal bagi kehidupan yang tumbuh dalam ketaatan dan kekudusan ke arah Dia.

Renungkan: Baik pelayan Tuhan penuh waktu maupun umat, sama perlu memelihara keslamatan dalam kekudusan agar dapat menghayati kehadiranNya secara penuh.

(0.109586921875) (Im 10:1) (sh: Api Allah (Kamis, 12 September 2002))
Api Allah

Api Allah. Semakin seseorang dekat dengan Allah, semakin ia harus menghormati kekudusan Allah dalam kehidupan dan pelayanannya. Deikianlah kira-kira pengalimatan bebas dari kata-kata Musa di ayat 3 tentang api Allah yang mematikan Nadab dan Abihu. Pasal ini merupkan tragedi pembalikan pasal sebelumnya. Dalam kedua pasal ini kita sama berjumpa dengan api Allah, sama menyambar dan memakan habis. Bedanya,yang pertama adalah api Allah menyambar menghabiskan kurban-kurban yang disampaikan oleh para imam, menandakan perkenan Allah. Peristiwa itu membuat umat bersorak-sorai. Dalam peristiwa ini api Allah menyambar habis juga Nadab dan Abihu, tanda hukuman Allah. Akibatnya, semua orang terutama Harun terdiam (ayat 3b). Bahwa Allah sangat tegas dalam hukumanNya ini tampak lebih jauh dari Ia melarang Harun dan anak-anaknya yang lain untuk meratapi Nadab dan Abihu.Allah menuntut agar mereka mengambil posisi Allah dan bukan posisi Nadab dan Abihu yang Allah hukum.

Mengapa Allah sedemikian murka? Api apakah yang telah Nadab dan Abihu persembahkan? Apakah api itu tidak mereka ambil dari mezbah? Atau mereka tidak boleh melakukan itu? Hanya sedikit penjelasan di berikan, yaitu bahwa api yang mereka taruh ke persembahan itu adalah api yang asing yang tidak diperintahkan Allah kepada mereka (ayat 1b). Dengan kata lain, meski mereka adalah imam dan tugas itu adalah tugas mereka, namun karena mereka tidak menjalankan tugas mereka sesuai peraturan Tuhan, mereka telah menodai kekudusan Allah. Justru karena mereka adalah hamba Allah, mereka harus lebih menunjukkan sikap hormat terhadap Allah dan kekudusanNya. Dalam peristiwa berikutnya Harun dan anak-anaknya kembali membuat kesalahan yaitu mereka tidak memakan kurban seperti yang telah Allah perintahkan. Tetapi mereka tidak memakan karena takut akan kekudusan Allah yang sudah terjadi sebelumnya. Kali ini Allah tidak menghukum.

Renungkan: Allah yang kasih, tegas menghukum orang yang teledor tidak menaati firmanNya. Namun Allah tahu membedakan mana yang salah karena teledor, mana yang karena takut.

(0.109586921875) (Bil 6:22) (sh: Materikah wujud berkat Allah? (Minggu, 15 Agustus 1999))
Materikah wujud berkat Allah?

Materikah wujud berkat Allah? Setiap Kristen rindu diberkati oleh Tuhan. Namun, banyak Kristen keliru memahami berkat Tuhan tersebut. Untuk menghindari pemahaman yang salah, apa yang dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk mengetahui seseorang diberkati atau tidak diberkati oleh Tuhan? Seringkali yang dipakai sebagai tolok ukur berkat adalah kesehatan, kesuksesan, dan kekayaan. Namun, firman Tuhan justru tidak menyebutkan atau membenarkan salah satu dari ketiga hal tersebut.

Berkat Tuhan adalah penyertaan dan perkenanan-Nya. Apakah artinya memiliki kesehatan prima, kesuksesan berbisnis dan kekayaan melimpah bila Tuhan tidak berada di pihak kita dan beserta dengan kita? Bagi Musa yang diberkati Tuhan, penyertaan dan perkenanan Tuhan atas dirinya ketika dia ditunjuk untuk memimpin bangsa Israel menuju ke tanah perjanjian sudah cukup baginya. Kehadiran Tuhan sebagai gembalanya selalu cukup bagi Daud, baik pada saat tenang maupun pada saat ia melewati lembah kekelaman. Bagi Paulus, sukacitanya tidak dibatasi oleh materi, tembok-tembok penjara, dan kesehatan.

Berkat Tuhan dalam kehidupan Kristen masa kini. Pengalaman para tokoh Alkitab yang diberkati Tuhan secara luar biasa, tidak membuat mereka mengubah pemahaman tentang berkat Tuhan dalam hidup mereka. Akibatnya, dalam penyertaan Allah semua kebutuhan mereka terpenuhi: kesehatan, kesuksesan memimpin umat, dan kebutuhan ekonomi. Berbeda dengan keadaan banyak Kristen masa kini yang menganggap dan mengkotak-kotakkan berkat Tuhan sebatas pemenuhan kebutuhan "perut dan gengsi". Pengaruh paham materialisme telah membungkam kepercayaan iman kita. Akibatnya kita dibelenggu oleh paham bahwa kita kini hidup di zaman yang serba bergantung pada materi. Tuhan hanya dianggap ada bila kebutuhan materi terpenuhi. Pernahkah kita bertanya: "mengapa hingga saat ini aku masih bernafas? Darimanakah nafas itu aku peroleh?"

Doa: Tuhan tolonglah aku untuk melihat segala sesuatu yang ditawarkan dunia ini adalah sampah dibandingkan dengan penyertaan dan perkenanan-Mu.

(0.109586921875) (Ul 5:1) (sh: Hidupi hukum-hukum Allah (Kamis, 1 Mei 2003))
Hidupi hukum-hukum Allah

Hidupi hukum-hukum Allah. Umat Allah adalah milik Tuhan. Tentunya kemilikan Allah atas umat harus berbentuk, dan terujud di dalam hubungan intim antara kedua pihak. Untuk itu Tuhan memberikan hukum-hukum-Nya. Dengan menaati hukum-hukum itu umat mengalami kemilikan Allah atasnya di tengah konteks hidup bermasyarakat.

Sepuluh hukum yang kita renungkan kini adalah pengulangan. Pertama kali hukum-hukum ini diberikan di awal perjalanan mereka ke luar dari Mesir (Kel. 20). Empat puluh tahun mereka harus mengembara sia-sia sebab tidak menaati hukum-hukum tersebut. Kini sesudah generasi pembangkang itu punah dan generasi baru siap memasuki penggenapan janji Allah, Musa mengulang kembali hukum-hukum tersebut.

Sejarah kegagalan generasi pertama Israel tidak saja menjadi pelajaran bagi generasi berikutnya, tetapi juga bagi kita gereja Tuhan masa kini. Kita adalah milik Tuhan, kita memiliki keunikan dan tidak dapat hidup sama dengan orang yang tidak kenal Tuhan. Tidak memiliki keunikan, tidak menaati hukum-hukum Tuhan, membuat rencana Allah gagal terujud di dalam kita.

Hukum-hukum Tuhan adalah ungkapan sifat Allah sendiri dan bertujuan agar umat Tuhan mengenal Tuhan dan dengan menaati, mengalami maksud-maksud Allah untuk umat-Nya. Dalam PL umat Tuhan mendengarkan firman ini dibacakan berulang-ulang sampai kini, dan maksudnya terpatri di dalam hati mereka. Manusia perlu prinsip dan kaidah yang mempengaruhi pemahaman tentang realitas, dorongan keinginan dalam hati dan pola penilaiannya. Karena manusia jatuh dalam dosa, kebudayaan dengan semua yang baik di dalamnya tidak dapat dijadikan norma untuk hal-hal penting ini.

Renungkan: Sepuluh hukum dari Tuhan ini harus kita jadikan norma utama dan terakhir bagi hal-hal tadi.

(0.109586921875) (Ul 8:1) (sh: Menerobos kemapanan (Rabu, 7 Mei 2003))
Menerobos kemapanan

Menerobos kemapanan. Banyak orang sering mengaitkan kesalehan dengan kemakmuran. Cara pikir mereka sederhana: orang yang saleh akan makmur, sedangkan orang yang berdosa akan menderita. Ini ada benarnya, tetapi tidak selalu demikian. Namun, pada umumnya semua orang ingin mendapatkan kemakmuran dan dengan demikian mereka menjaga kesalehan. Sayang sekali, sering kali kemakmuran yang mereka dapatkan justru menggiring mereka masuk ke dalam sistem yang akhirnya membuat mereka tidak dapat lagi menjaga kesalehan. Kemakmuran itu menjadi sebuah kutukan.

Bangsa Israel diingatkan terus-menerus untuk menjadi setia, bergantung kepada Allah, bukan hanya agar mereka hidup, tetapi juga agar mereka bisa beranak cucu sehingga tanah perjanjian itu dapat dikuasai sepenuhnya. Melalui perjalanan yang amat panjang di padang gurun, Allah telah mengajar bangsa Israel agar memahami bahwa mereka tidak bisa bergantung pada kekuatan alam dan bangsa-bangsa lain untuk hidup, tetapi pada janji pemeliharaan Allah sendiri. Kesesakan dan disiplin yang dialami bangsa Israel menjadi berkat besar bagi mereka.

Bangsa Israel akan mendapatkan kemakmuran, dan hati mereka seharusnya "memberkati" Allah, bersyukur kepada-Nya karena tanah yang begitu berlimpah dan juga karena mereka boleh mendapatkannya. Namun, sekali lagi Musa memperingatkan bangsa Israel agar tidak lupa diri ketika mereka sudah masuk ke tanah itu, sudah mapan dengan ternak yang berkembang biak, sistem hidup sudah terbentuk rapi, dan kebahagiaan senantiasa tergapai. Israel harus terus mengingat suasana padang gurun ketika mereka tidak dapat hidup tanpa Tuhan. Jika mereka melupakan itu semua, hukuman dan ketidakberkatan menanti mereka!

Renungkan: Ketika kemapanan mengancam Anda terjebak dalam sistem yang berdosa, Allah akan mendobraknya.

(0.109586921875) (Ul 9:1) (sh: Menerobos kesombongan (Kamis, 8 Mei 2003))
Menerobos kesombongan

Menerobos kesombongan. Kecenderungan orang selalu berpikir bahwa jika ia melakukan sesuatu untuk Tuhan, maka Tuhan akan memberikan imbalannya. Di sini jelaslah satu hal: manusia terlalu memiliki harga diri yang tinggi sehingga tidak siap menerima sesuatu tanpa melakukan apa- apa. Dengan kata lain, manusia tidak pernah siap untuk menjadi seperti pengemis di hadapan Allah yang mahakaya. Manusia masih merasa bisa membayar Tuhan -- dan dengan demikian bisa menyombongkan dirinya.

Seruan berikutnya kepada bangsa Israel adalah kembali dengan formulasi syema yang terkenal -- dengarlah Israel. Artinya, dengarlah untuk taat! Mereka perlu mendengarkan dan mengamini bahwa Tuhan akan mengerjakan dengan pasti suatu perkara besar. Bahkan Allah juga memberikan jaminan sebagai satu-satunya Allah yang berkuasa. Ialah yang akan berperang bagi bangsa Israel. Itu semua akan dilakukan Allah karena Allah telah berjanji kepada bapa-bapa leluhur Israel, dan Ia tidak pernah berdusta.

Bahaya lain yang akan dihadapi bangsa Israel, adalah kesombongan. Mereka bisa berpikir bahwa karena kesetiaan dan karena kebaikan merekalah maka mereka mendapatkan semua kebahagiaan itu. Musa menyatakan bahwa bukan demikian kebenarannya. Allah memberikan tanah itu karena janji-Nya yang berdaulat kepada para bapa leluhur, bukan karena kesetiaan mereka -- karena mereka sebenarnya tegar tengkuk. Ini kelihatannya bertentangan dengan apa yang sudah kita baca sebelumnya bahwa ketaatan adalah syarat agar mereka dapat menaklukkan Kanaan (lih. mis., 4:1; 6:18-19). Syarat itu berlaku mulai saat ini (lih. 10:16, BIS). Ketaatan adalah sesuatu yang harus, namun itu bukan alasan mengapa Allah memberikan Kanaan kepada mereka.

Renungkan: Semua yang baik yang kita terima dalam hidup ini adalah karena anugerah Tuhan semata. Berkat Tuhan tidak bisa kita beli dengan kebaikan kita!

(0.109586921875) (Ul 12:20) (sh: Tentang ibadah (Rabu, 14 Mei 2003))
Tentang ibadah

Tentang ibadah. Allah menciptakan kita agar kita beribadah kepada-Nya. Dengan demikian, sikap dan tindakan ibadah merupakan bagian tak terpisahkan dari kemanusiaan kita. Ibadah juga tidak terpisahkan dari hubungan antara kita dengan Allah. Kita dapat mengatakan bahwa ibadah adalah sebuah barometer dari kehidupan rohani seseorang. Bagaimana ia beribadah kepada Allah menunjukkan kualitas dari kehidupan spiritualnya.

Bangsa Israel telah diminta untuk memperhatikan bahwa mereka hanya boleh memberikan kurban persembahan di satu tempat -- ibadah telah disentralisasikan. Ini menjadi amat penting khususnya nanti ketika zaman raja-raja bangsa Israel terus-menerus jatuh ke dalam kesalahan yang sama, menyembah Allah bukan di tempat yang seharusnya. Dalam konteks zaman raja-raja, kita bisa mengatakan bahwa Allah menetapkan Silo dan kemudian Yerusalem sebagai tempat pusat ibadah.

Kini Musa berbicara lagi secara mendetail mengenai penyembelihan yang sifatnya bukan korban. Jikalau bangsa Israel sudah memiliki wilayah yang lebih luas, maka akan sulit bagi mereka untuk datang menyembelih hewan makanan ke satu tempat sentral. Maka, mereka boleh menyembelih hewan untuk dimakan di daerah mereka masing-masing, namun peraturan mengenai darah tetap diberlakukan. Peraturan tentang darah ini menunjukkan bahwa manusia harus menghargai kehidupan dan mengakui bahwa mereka tidak layak mengambil kehidupan dari diri seseorang.

Di bagian akhir pasal ini, kita melihat bahwa sekali lagi bangsa Israel diingatkan agar tidak terjerat ke dalam perangkap penyembahan berhala. Umat Israel harus beribadah dengan cara dan motivasi yang ditetapkan Allah. Ibadah kepada Allah harus tepat 100%.

Renungkan: Seberapa seriuskah ibadah bagi Anda? Jika hidup ini adalah ibadah, seberapa akuratkah Anda mempersembahkan diri di hadapan Allah?

(0.109586921875) (1Raj 8:1) (sh: Menghadap Allah (Selasa, 3 Agustus 2004))
Menghadap Allah

Menghadap Allah. Ada baiknya Anda membaca seluruh pasal 8 agar mendapatkan gambaran lengkap. Ayat 1-13 yang melukiskan seluruh umat Israel, Salomo (sang raja), para pemimpin rohani, rakyat, bersatu datang ke hadirat Allah. Lalu Salomo mensarikan sikap Allah terhadap rencana Daud membangun Bait Allah (ayat 14-21). Ayat 22-53 adalah doa Salomo memohon berkat Allah untuk Israel. Di akhir pasal ini, Salomo sebagai pemimpin Israel menyampaikan pesan sesuai firman Allah untuk umat Israel. Baik kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan rohani, tidak mungkin bertumbuh dengan baik apabila tidak ada dua faktor penting ini: kesatuan antara semua unsur dan tekad untuk tumbuh bersama sesuai kehendak dan rencana Allah. Itulah yang kini sedang dilakukan seluruh umat Israel di bawah kepemimpinan Salomo di hadapan Allah. Ada gerak timbal balik antara prakarsa Salomo menghimpun para tua-tua dan seluruh umat Israel dengan sambutan mereka terhadap prakarsa tersebut (ayat 1-4). Namun itu saja belum cukup.

Ketika itu juga pengalaman yang pernah terjadi di zaman Musa, terulang kembali. Awan gelap hadirat Allah menyelimuti mereka, menyadarkan Salomo dan seluruh umat bahwa Bait Allah tidak membuat Ia hadir dengan berkat-Nya sebab Ia bebas adanya. Bukan Allah yang harus menyesuaikan diri dengan kehendak manusia, tetapi manusia yang harus takluk kepada kehendak-Nya. Salomo menghubungkan awan gelap itu dengan ucapan Allah kepada Daud. Hanya dengan kesadaran ini, umat Israel termotivasi untuk hidup sepadan dengan kemuliaan Allah.

Budaya Indonesia cenderung menganggap Allah dapat diatur, entah dengan sesajen, persembahan atau trik-trik politik. Firman ini menyadarkan kita bahwa penghayatan budaya demikian menyesatkan dan mengundang kehancuran. Dalam kehidupan bermasyarakat maupun dalam kerohanian, milikilah kesadaran bahwa kita harus tunduk kepada kebenaran Allah, bukan berusaha mengatur Allah.

Camkanlah: Ketika Allah berkenan, itu bukan berarti ijin untuk hidup sembarangan.

(0.109586921875) (1Raj 20:1) (sh: Mengandalkan Tuhan (Selasa, 24 Agustus 2004))
Mengandalkan Tuhan

Mengandalkan Tuhan. Banyak orang sulit untuk memperoleh kepastian dengan mengandalkan satu hal saja. Sebab itu, mereka cenderung mengandalkan beberapa hal sebagai pedoman dalam hidup agar merasa lebih pasti dan lebih terjamin.

Ahab adalah raja Israel yang tidak memiliki prinsip dan mengandalkan banyak hal, tergantung pada situasi dan kondisi. Kadang dia mau bekerja sama dengan bangsa yang menghina Tuhan, atau bersedia tunduk menjadi jajahan negara lain (ayat 4), tetapi terkadang ia mengandalkan Tuhan juga (ayat 13-16).

Perikop ini menceritakan bahwa Ahab sebenarnya tersinggung dengan permintaan Benhadad, raja Aram, namun ia tidak mampu menolak sebelum ia didukung oleh semua tua-tua negeri (ayat 7,9). Ahab sulit untuk mengandalkan Tuhan saja, meski Tuhan telah menunjukkan kuasa-Nya dalam pertempuran melawan Benhadad (ayat 14-21), bahkan setelah Tuhan menjamin kehidupan masa depan Ahab yang masih gelap (ayat 22).

Lebih mudah tampaknya bagi kita percaya bahwa Tuhan bertindak dalam hal-hal yang telah terjadi di masa lampau, seperti: bagaimana Tuhan berbicara kepada Abraham, Musa, dan Petrus. Kita juga lebih mudah percaya tentang hal-hal yang belum terjadi di masa depan, seperti: janji Tuhan untuk menjemput anak-anak-Nya pulang ke surga. Kedua hal ini mudah dipercayai sebagai teori yang tidak melibatkan kita secara langsung. Tetapi untuk saat ini, ketika kita terlibat langsung, kita kurang mampu mengandalkan Tuhan sepenuhnya dengan tulus, menyerahkan keinginan dan kekhawatiran dalam hidup ini untuk diatur dan ditentukan oleh Tuhan.

Memang sulit menjadi orang yang hanya mengandalkan Tuhan saja, terutama jika kita kurang mempercayai bahwa perencanaan Tuhan atas kehidupan kita mencakup masa kini.

Renungkan: Pada saat kita bersedia menyerahkan semua keinginan dan kekhawatiran kepada Tuhan, sang penguasa dan penentu segala sesuatu, kita akan menikmati arti sebenarnya dari kepastian dan jaminan.



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA