Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 60 dari 93 ayat untuk (49-16) Tetapi AND book:4 [Pencarian Tepat] (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.72707888888889) (Bil 21:1) (jerusalem) Ceritera ini berasal dari tradisi tua, tetapi disajikan tanpa konteks apapun. Kota Horma, bdk Bil 14:45+, sudah direbut oleh suku Simeon yang langsung menyerbu dari sebelah selatan, Hak 1:16-17. Kekalahan yang diderita Israel di Horma, Bil 14:39+, terjadi di kemudian hari.
(0.72707888888889) (Bil 23:22) (jerusalem: Allah) Naskah Ibrani memakai kata El dan bukan Elohim. Kata El memang berarti Allah, tetapi juga merupakan nama diri dewa utama yang dipuji di negeri Kanaan. El itu sudah disamakan dengan Allah bapa leluhur Israel dan disamakan juga dengan TUHAN (YHWH). Begitu juga halnya dalam Bil 24:4,8 dan Bil 16
(0.72707888888889) (Bil 26:4) (jerusalem: Hitunglah) Cacah jiwa yang diadakan di dataran Moab ini merupakan imbalan cacah jiwa yang dibuat waktu Israel berangkat dari gunung Sinai, Bil 1. hanya cacah jiwa yang kedua ini lebih terperinci. Ia dipakai untuk menyusun daftar keturunan Yakub yang termaktub dalam Kej 46 (daftar inipun berasal dari tradisi Para Imam). Urutan suku-suku dalam Bil 26 sama dengan urutannya dalam Kej 46. Tetapi dalam terjemahan Yunani Bil 26 ada urutan yang berbeda dengan urutan dalam naskah Ibrani.
(0.72656561728395) (Bil 33:1) (jerusalem) Bab ini berasal dari kalangan Para Imam, tetapi baru kemudian ditambahkan pada tradisi Para Imam yang lebih tua usianya. Dalam menyusun bab ini penggubah memanfaatkan berbagai keterangan yang ditemukan dalam Keluaran, Bilangan dan Ulangan. Tetapi separuh lebih dari nama-nama yang disajikan di sini adalah nama baru dan berasal dari sumber-sumber lain dari kitab-kitab tsb. Perjalanan dari gunung Sinai sampai ke Ezion-Geber, seperti digariskan dalam Bil 33:16-35, menggunakan sebuah daftar tempat-tempat persinggahan yang semua terletak di bagian barat laut negeri Arabia. Karena itu ada orang yang berpendapat bahwa gunung Sinai terletak di daerah itu, bdk Kel 19:2+. Bil 33:41-49 memakai sebuah daftar tempat-tempat persinggahan lain. Menurut daftar ini perjalanan Israel langsung dari Kadesy ke utara, ke anak sungai Arnon. Tetapi perjalanan semacam itu tidak mungkin disesuaikan dengan keterangan-keterangan yang ditemukan dalam sumber-sumber lain (perjalanan melalui Ezion-Eber, di luar wilayah bangsa Moab dan Edom), bdk Bil 14:25; 20:14,22; Ula 2:1-25.
(0.72037518518519) (Bil 31:1) (sh: Memimpin Perang Kudus (Minggu, 21 November 1999))
Memimpin Perang Kudus

Memimpin Perang Kudus Allah memberitahukan kepada Musa bahwa sebelum masa hidupnya berakhir dan dikumpulkan bersama para leluhurnya, ia harus memimpin bangsa Israel melawan orang Midian. Dalam usia yang renta, tentunya sulit bagi Musa melaksanakan tugas itu. Tetapi Musa tetap menunjukkan sikap seorang pemimpin yang taat dan bergantung penuh kepada Allah.

Menjaga kekudusan. Pembalasan Allah kepada bangsa Midian didasarkan atas dua hal, pertama, Midian yang menjalankan rencana jahat Bileam untuk menggoda Israel dengan perempuan dan menyeret Israel ke dalam dosa penyembahan berhala. Akibatnya, Israel terjebak melakukan perzinahan jasmani dan rohani. Kedua, Midian sendiri juga bangsa kafir, yang berzinah secara rohani. Pembalasan Allah ini lebih menunjukkan pada kekudusan Allah di tengah-tengah Israel dan bangsa lain. Perikop ini menekankan bahwa Allah ingin menyatakan kekudusan-Nya di tengah-tengah Israel.

Kekudusan-Nya tidak pernah berubah dan harus dijaga. Demikianlah sifat Allah. Kekudusan Allah itu nyata dalam firman-Nya. Musa dan imam Eleazar bersukacita karena kemenangan dari Allah yang seperti itu. Tetapi mengenai barang jarahan, Musa tetap berpegang teguh pada firman Allah bahwa semua barang jarahan tetap harus dikuduskan; perempuan yang berdosa harus dibinasakan, bahkan para prajurit Israel yang telah membunuh dalam peperangan tersebut harus menyucikan diri supaya menjadi tahir. Keteguhan hati Musa ini mengekspresikan diri yang sungguh-sungguh taat pada firman Allah. Musa mengenal bahwa Allah kudus sepanjang masa. Allah yang berfirman kepadanya adalah Allah yang menuntut Israel untuk menaati firman-Nya. Allah yang kudus tetap menuntut Kristen juga kudus. Standar Allah tidak pernah berubah, tetapi manusia yang seringkali menurunkan standar. Penghayatan akan kekudusan Allah menolong dan menjaga kita untuk hidup kudus sesuai standar Allah.

Renungkan: Kesungguhan menaati firman dan pengalaman-pengalaman hidup bersama Allah akan menambahkan pemahaman dan pengenalan kita tentang sifat-sifat Allah.

(0.71993074074074) (Bil 1:1) (ende)

KITAB TJATJAH DJIWA

PENDAHULUAN

Kitab jang berikut ini diberi berdjudul "Tjatjah Djiwa". Adapun sebabnja ialah tjatjah djiwa umat Israil jang menurut kitab ini dibuat pada waktu Israil tinggal didaerah gunung Sinai (1-4) dan pada achir perdjalanannja dipadang gurun (26). Terdjemahan-terdjemahan kuno menjebutnja "Arithmoi" (Junani) atau "Numeri" (Latin). Istilah itu berarti "bilangan" atau "pembilangan" (bdk. Terdjemahan Keristen dalam bahasa Indonesia). Dan sesungguhnja kitab ini penuh angka dan bilangan. Tidak hanya berkenaan dengan tjatjah djiwa tsb. tetapi djuga berhubungan dengan pelbagai hal lain. Misalnja djumlah persembahan dan sumbangan dari pihak para pemimpin (ps.7), besarnya kurban santapan dan korban tuangan (ps. 15), djumlahnja hewan jang harus dipersembahkan pada hari-hari raya (ps. 28-29) dll. Djadi nama "Bilangan" tjukup tepat djuga dan sesuai dengan tjiri chas kitab ini. Namun demukian kami memilih "Tjajah Djiwa" oleh karena dalam (kedua) tjatjah djiwa tsb. disadjikan bukan hanja besarnja tapi djuga susunan umat Jahwe digurun dan sebelum masuk ketanah jang didjandjikan. Karenanja tjatjah djiwa tsb. merupakan unsur jang maha penting dalam kitab ini, dan hal itu ditandaskan oleh pandjangnja tjerita jang amat terperintji itu.

Dan Kitab Tjatjah Djiwa benar-benar seluruhnja berbitjara tentang umat Jahwe jang baru ditjiptakanNja di gunung Sinai dan lagi tentang hal-ihwalnja dalam generasi eprtama. Kesemuanja itu menurut pandangan Kitab ini mendjadi pralambang sedjarah berikutnja. Ditetapkan tata-sususnan umat Allah, tidak hanja berkenaan dengan ibadah (sebagaimana terdjadi dalam Kitab pengungsian dan Levitika), tetapi djuga dibidang lain. Diadakanlah pemisahan antara kuasa politik (Josjua': 27, 12-23) dan kuasa keigamaan (Ele'azar: 20,22-29). Keimaman dan kaum Levita diberi kedudukan chasnja dalam umat (3,1-3; 5-13, 18,1-7). tAnah sutji sudah dibagikan kepada semua suku menurut besarnja tapi djuga menurut pentingnja masing-masing suku (33,50-34,15).

Adapun susunan Kitab Tjatjah Djiwa merangkum masa Israil berkelana di gurun, mulai dari gunung Sinai sampai ia tiba diperbatasan Kena'an serta menjiapkan diri untuk menjerbu dan merebut tanah sutji, setelah daerah diseberang sana sungai Jarden diduduki. Djadi kitab ini meneruskan kisah Kitab Pengungsian jang berhenti digunung Sinai, dan melandjutkan sampai masa jang akan dikisahkan kitab Josjua'. Seluruh Kitab Levitika (dan bagian terachir Kitab Pengungsian) memutuskan djalan tjerita dengan berpandjang kalam tentang ibadah. Namun demikian Kitab Tjatjah Djiwa hanja mendjadikan sedikit peristiwa dari masa empatpuluh tahun (kurang dua) Israil berkeliaran digurun. Ada beberapa kedjadian dalam perdjalanan dari gunung Sinai langsung ke Kadesj dan beberapa lagi dari achir perdjalanan, jakni dari Kadesj sampai kedataran Moab. Tetapi sangat sedikit bahannja dari masa diantara kedua udjung itu, masa jang toh agak lama djuga.

Sudah barang tentu dalam Kitab Tjatjah Djiwa terpeliharalah bahan dari tradisi jang sangat kuno, bahkan dari djaman Musa sendiri dan dari masa suku-suku Israil terserak-serak dipadang gurun. Mungkin sekali- mengingat berita jang ada tentang bangsa-bangsa disekitarnja pada djaman itu - Musa pernah mengadakan suatu tjatjah tjiwa berhubung dengan salah satu atau beberapa suku jang sedikit banjak patuh kepadanja. Pastilah djuga suku-suku Israil beberapa lainnja mempunjai pusat keigamaannja serta tempat berdjiarah di Kadesj (Barne'a), dan kiranja satu dua suku djuga menetap disana. Tempat sutji itu tentu sadja dipelihara dan dilajani oleh sekelompok imam. Harus diterima djuga, bahwa tokoh Musa sungguh seseorang jang bagaimanapun djuga berkuasa atas beberapa suku jang dipersatukannja disekitar satu agama dan jang diberinja peraturan serta hukum tertentu. Bahwasanja kedudukan Musa sebagai pemimpin, terutama sebagai pemimpin agama, pernah terantjam dan mendapat perlawanan serta persaingan, tentu amat mungkin sekali. Suku-suku jang berkelana digurun pasti kadang-kadang mengalami kesulitan sandang-pangan, jang biasanja menjadi dalih untuk menggerutu dan memberontak. Sama sekali tjotjok dengan keadaan suku-suku itu djika terkadang berkelahi dan berperang dengan suku-suku lain. Ilmu purbakalapun menjatakan kemungkinan besar, bahwa daerah diseberang sana sungai Jarden diduduki suku-suku Israil di masa Musa. Dengan demikian Kitab Tjatjah Djiwa mempunjai latar belakang historis jang tjukup kuat.

Tetapi tidak kurang pasti djugalah bahwa tidak sedikit dari bahan kitab ini berasal dari djaman kemudian dari masa Musa. Kaum Levita dan imam turunan Harun mempunjai kedudukan dan tugas sebagaimana ditetapkan oleh nabi Jeheskiel; pelbagai undang tjotjok dengan keadaan kaum tani jang menetap, tetapi kurang sesuai dengn suku-suku jang mengembara dipadang gurun (bdk. 9,10-14;10,9- 10;18,30-31;19,16;27,4;28,26). Pembagian negeri Kena'an dan kota-kota suaka terlalu tjotjok dengan keadaan dikemudian hari, sehingga pengarang kiranja tahu akan keadaan itu, apalagi oleh karena Kitab Hakim-hakim memberikan suatu gambaran suku-suku Israil dinegeri Kena'an jang tjukup berbeda dengan pembagian tsb. Ibadah achirnja sebagaimana digambarkan oleh Kitab Tjatjah Djiwa sukar dibajangkan digurun dan sering mengandaikan bangsa jang sudah lama menetap, agak madju dalam kebudajaan dan tahu akan ibadah meriah dalam rumah Allah jang besar.

Maka dari itu dengan sendirinja muntjullah masalah kedjadian Kitab Tjatjah Djiwa. Soal itu memang bersangkutan dengan masalah umum tentang sedjarah Taurat Musa seluruhnja. Djadi apa jang telah dikatakan pada umumnja, dan apa jang telah dibahas berkenaan dengan Kitab Pengungsian dan Kitab Levitika dan diulang disini. Dahulu sudah dipaparkan, bahwa bahan jang terkumpul dalam Kitab Levitika berasal dari tradisi para imam (P) dan tradisi itupun tahu akan sedjarahnja sendiri dan sampai dimasa pembuangan ditambah serta disadur, bahkan sesudah itu masidh diadakan perubahan. Nah, bahan jang terdapat dalam Kitab Tjatjah Djiwa sebagaimana berasal dari tradisi para imam tsb. Tradisi itupun merupakan dasar dan rangka seluruh kitab. Tetapi sumber-sumber lain, jakni tradisi J dan E pun memberikan sumbangannja. Djadi penjusun lain kitab ini (Taurat Musa) menggunakan ketiga tradisi tsb. jang sebagian sudah tertulis djuga. Tetapi terutama dalam bahan dari tradis P. disisipkan agak banjak dari djaman belakangan, meskipun dalamnja ada djuga tradisi kuno jang terpelihara oleh kalangan para imam di Jerusalem. Bahkan djustru dalam Kitab Tjatjah Djiwa inilah diselipkan pelbagai undang dan peraturan dari djaman kemudian (malahan sudah pembuangan), oleh karena kitab inilah jang memberinja kesempatan jang paling baik. Maka dari itu kitab ini merupakan suatu wadah jang dapat menampung segala matjam bahan jang tidak mendapat tempat dalam kitab-kitab lain dari Taurat Musa.

Kedjadian Kitab Tjatjah Djiwa jang rumit tsb. menerangkan djuga tjiri kumpulan itu. Bahkan hampir-hampir sadja tidak boleh disebut "kitab" lagi, oleh karena tidak ada susunan sedikitpun. Semua katjau-balau dan bahannja bertjampur baur sedemikian rupa, sehingga tidak dapat dilihat suatu urutan didalamnja jang dapat sediki memuaskan djalan pikiran jang logis. Bertjampur-baurlah adanja tjerita- tjerita jang pandjang dengan perundang-perundangan; daftar-daftar orang dan barang dengan tjatatan serba singkat tentang salah satu perintiwa. Adakalanja kisah hanja merupakan pangkal untuk hukum dan adakalanja pula dua tjerita jang aselinja terpisah (dalam tradisi J,E,P) mendjadi satu (misalnja pemberontakan Korah, Datan, dan Abiram; tjerita tentang Bi'leam; perebutan tanah diseberang sana Jarden. bdk. 16,1-17;26,22-25;21,10-35). Dengan bertumpu pada berita dari Kitab Tjatjah Djiwa orang tak dapat merekonstruksi perdjalanan Israil di gurun. Dalam 14,15 kota Horma rupanja sudah direbut, tapi dalam 21,3 baru diduduki; menurut 13,26 Israil sudah ada di Kadesj, tapi ia sampai disitu dalam 20,1 dll.

Paling-paling boleh dikatakan: pasal Tetapi+AND+book%3A4&tab=notes" ver="ende">11-14;20,1-25,8 memuat chususnja tjerita- tjerita pada hal 5,11-6,27 terdiri atas pelbagai undag; daftar perajaan-perajaan sutji dalam fasal Tetapi+AND+book%3A4&tab=notes" ver="ende">28-29 mungkinsekali aselinja suatu dokumen tersendiri. Bagian pertama (ps.1-5) dan bagian terachir (33,5-35,34) agak dibuat-buat sadja oleh penjusun, meskipun mungkin bertumpu pada bahan tradisi. Daftar tempat-tempat persinggahan dalam fasa 33 tentau sadja sudah tersedia bagi penjusun, sekalipun disini bertjampur tradisi-tradisi dari beberapa suku.

Oleh karena demikian keadaan pada kitab ini tak mungkin dibuat satu pembagian jang sedikit banjak memuaskan. Setiap usaha hanja merupakan usaha pertjobaan sadja, jang boleh diganti dengan usaha dan pertjobaan lain jang sama buruknja atau baiknja. Dalam terdjemahan kami hanja membuat suatu pembagian praktis (menurut Bible de Jerusalem; bdk. isi Alkitab) jang menundjukkan isi tiap-tiap potongan atau merangkum sebagian dari kitab jang lebih kurang satu. Dibawah ini kami sadjikan suatu "daftar ini" jang sedapat-dapatnja memperlihatkan bagian- bagian mana l.k. "idiil (huruf-huruf ketjil terletak renggang), bagian mana merupakan hukum (huruf ketjil biasa) dan bagian-bagian mana berupa tjerita (huruf besar).

BAGIAN PERTAMA : Sebelum pemberangkatan (1.1-10,36) I Umat Allah disusun (1,1-6,27) A) Djumlah orang ditetapkan (1,1-47) B) Kedudukan kaum Levita (1,48-54) C) Tata tertib diperdjalanan (2,1-34) D) Para Imam (3,1-4) E) Djumlah dan tugas kaum Levita (3,15-4,49) 1) Orang nadjis harus dikeluarkan (5,1-4) 2) Ganti rugi (5,5-10) 3) Hukum tjemburuan (5,11-30) 4) Hukum kenaziran (6,22-27) II Umat memberi sumbangan (7,1-8,26) A) Pedati-pedati para pemimpin (7,1-11) B) Kurban pentahbisan jang disumbangkan para pemimpin (7,12-88) 1) Kedudukan Musa pengantara (7,89) 2) Pelita emas (8,1-4) C) Kaum Levita masuk djabatannja (8, 5-22) 1) Lamanja dinas kaum Levita (8,23-26) III Pemberangkatan disiapkan (9,1-5) A) Perajaan Paskah (9,1-5) 1) Perajaan Paskah jang ditunda (9,6-14) B) Jahwe memimpin umatNja (9,15-23) 2) Isjarat-isjarat jang mengatur tata tertib (10, 1-10) S) Urutan diperdjalanan (10,11-28) A MUSA MENTJARI SEORANG PETUNDJUK DJALAN (10,29-32) B PEMBERANGKATAN (10, 33-36)

BAGIAN KEDUA: Dari Sinai ke Kadesj (11, 1-11-14,45) A BALA DI TABER'ERA (11,1-3) B KELUHAN UMAT KARENA "MANA" DI KIRBOT-HA-TAANAH (11,4-9) C MUSA MENGANTARA (11,10-15) D JAHWE MENDJAWAB (11,16-23) E PARA PEMBANTU MUSA (11,24-30) F MUKDJIDJAT BURUNG PUJUH (11,31-35) G PEMBERONTAKAN MIRJAM DAN HARUN (12,1-4) H MIRJAM DIHUKUM JAHWE (12,4-9) I MUSA DAN HARUN MENGANTAR (12,10-15) J NEGERI KENA'AN DISULUHI (13,1-24) K LAPORAN PARA PENJULUH (12,25-33) L UMAT MERONTAK (14,1-9) M UMAT DIHUKUM: EMPATPULUH TAHUN DIGURUN (14,10-38) N PERTJUMA UMAT MENDJOBA MEMASUKI NEGERI KENA'AN (14,39-45)

BAGIAN KETIGA: empat puluh tahun digurun (15,1-9,28) 1) Kurban santapan jang menjertai kurban-kurban lain (15, 1-16) 2) Roti Bungaran (15,17-21) 3) Korban penebus doa (15,22-31) 4) Pelanggaran hari Sabat (15, 52-36) 5) Djumbai pada pakaian (15,37-40) A PEMBERONTAKAN KORAH, DATAN DAN ABIRAM (16,1-15) B HUKUMANNJA (16,16-35) 1) Salut mesbah sebagai peringatan (17,1-5) C hARUN MENGANTARA (17,6-10) D TONGKAT HARUN JANG BERBUNGA (17,11-26) 1) Tugas mengantar para imam (17,27-18,7) 2) Bagian dari para imam (18,8-19) 3) Bagian kaum Levita (18,20-24) 4) Bagian sepersepuluh dari bagian kaum Levita (18,25-32) 5) Air pentahiran (19,1-10) 6) Nadjis karena menjentuh majat (19,11-16) 7) Upatjara air pentahiran (19, 17-28)

BAGIAN KEEMPAT: Dari Kadesj ke Moab (20,1-25,16) A UMAT MERONTAK KARENA KURANG AIR (20,1-25,16) B MUSA DAN HARUN DIHUKUM (20,12-13) C EDOM TIDAK MENGIDJINKAN ISRAIL MELALUI WILAJAHNJA (20,14-21) D HARUN WAFAT: PENGGANTINJA ELEA'ZAR (20,22-29) E HORMA DIREBUT (21, 1-3) F UMAT MENGELUH: ULAR PERUNGGU (21,4-9) G PERDJALANAN MENUDJU KESEBERANG SANA JARDEN (21,10-20) H DAERAH ITU DIDUDUKI (21,21-22) I RADJA MOAB MEMANGGIL BILE'AM (22,22-35) K BILE'AM DAN BALAK (22,36-23,3) L NUBUAT BILE'AM (23, 4-25) M ISRAIL DI PE'OR (25,1-17) Penutup kitab hukum (36,13).

BAGIAN KELIMA: Achir perdjalanan (25,19-36,12) A) Tjatjah djiwa (25,19-26,56) B) Kaum Levita dibilang (26,57-65) 1) Wairsan puteri (27,1-10) C) Josjua' diangkat mendjadi pemimpin (27, 12-23) 1) Tentang Kurban: Pendahuluan (28,4-8) a) Kurban harian (28,4-8) b) Kurban hari Sabat (28,9-10) c) Kurban bulan muda (28,11-15) d) Kurban perajaan roti tak beragi (28,16-25) e) kurban hari pertama bulan ketudjuh (29,1-6) f) Kurban perajaan pondok-pondok daun-daunan (29,12-39) 2) Hukum nazar (30,1-17)

A PERANG SUTJI LAWAN MIDIAN (31,1-12) 1) Hukum perang (31,13-54) a) Wanita dibunuh; djarahan ditahirkan (31,13-24) b) Pembagian djarahan (31,25-47) c) Sumbangan bakti para perwira (31,48-54) B DAERAH DISEBERANG SANA JARDEN DIDUDUKI (31,1-49) C RINGKASAN PERDJALANAN DIGURUN (33,1-49) 1) Pembagian Kena'an atas perintah Jahwe (33,50-56) 2) Batasan negeri Israil (34,1-15) D DAFTAR PEMIMPIN PEMBAGIAN (34, 16-29) 1) Bagian kaum Levita (35,1-8) 2) Kota-kota suaka (35,9-34) 3) Warisan wanita jang bersuami (36,1-12)

Teranglah kiranja kesepuluh pasal pertama Kitab Tjatjah Djiwa (1,1-10,36) menjadjikan suatu gambaran idiil dari umat Allah digurun. umat idiil itu harus mendjadi tjontoh untuk sedjarah selandjutnja, chususnja untuk umat jang pulang dari pembuangan di Babel (suatu pengungsian jang baru). Tekanan letaknja pada kaum rohaniwan, para imam turunan Harun dan kaum Levita. Sudah dikatakan (bdk. pendahuluan Kitab Levitika) bahwa perbedaan antar kedua golongan itu merupakan achir suatu perkembangan jang lama dan ditetapkan oleh nabi Jeheskiel. Tugas para Levita djuga ditetapkan seperti jang ditentukan pada masa kemudian. Seorang pemimpin sipil disamping memimpin rohani tadak sampai disebut dalam bagian ini. Tidak dipungkiri bahwa dibalik gambaran idiil ada suatu kedjadian jang njata (suatu tjatjah djiwa jang diadakan Musa), tetapi kedjadian itu sama sekali tersembunji dibalik gambaran jang dibuat dengan berdasarkan perkembangan dalam sedjarah selandjutnja. Seluruh bagian ini berasal dari kalangan para imam (P), ketjuali 10,29-36). Para penjusun melihat djuga suatu kesempatan baik untuk menjisipkan kedalam kitab ini beberapa peraturan ibadah jang menjangkut tugas para imam (ps. 5-6). Hukum ini sebagiannja amat kuno, seperti hukum tentang suami jang tjemburu. Tjara bertindak sematjam itu mengandaikan suatu masjarakat jang tjukup primitip. Dalam Kitap Sutji tidak ditemukan tjontoh penerapan hukum itu. Upatjara aseli kiranja disadur oelh para imam, supaja lebih sesuai dengan iman jang kemudian/ Hukum kenaziranpun kiranja berdasarkan tradisi kuno. Sebab pada djaman para hakim (Sjimson) hukum ini sudah dipraktikkan, meskipun tjaranja sedikit berbeda djuga.

Pasal-pasal berikutnja (11,1-14,45) memberikan suatu gambaran jang lebih sesuai dengan sedjarah sebenarnja. Disini terpelihara tradisi-tradisi jang amat kuno (datangnja dari J,E dan P). Umat nampaknja kurang sempurna. Umat jang telah ditjiptakan dan dipilih oleh Jahwe njata tjukup degil dan keras kepala. Djika berita-berita ini dibandingkan dengan berita jang disadjikan Kitab Pengungsian tentang Israil diperdjalanan dari Mesir ke gunung Sinai, maka kesamaannja kentara sekali. Perdjandjian di Sinai sesungguhnja tidak merobah watak dan sifat bangsa Israil. Dengan demikian mendjadi djelas sekali perdjadjian itu suatu anugerah belaka, jang tidak berdasarkan djasa-djasa Israil. Dalam bagian inipun kedudukan Musa dan Harun (para imam) ditekankan; mereka berulang kali menjelamatkan umat (11,10-15;12,11-15), meskipun HArun ikut merontak (12,1-3). Tapi tokoh jang terpenting ialah Musa. Dengan demikian diberikan kepada umat jang kembali dari pembuangan di Babel suatu pegangan. Sebab Musa adalah Tauratnja. Dia itulah instansi jang tertinggi. Bahkan para imam dengan segenap kewibawaan dan gengsinja tidak boleh berusaha merongrong kedudukannja. Mojangnja Harun sudah kena Murka Jahwe karena usaha jang serupa itu. Djadi Musa (Taurat) jang harus dipegang. Tentang kalahnja Israil sewaktu berusaha memasuki negeri Kena'an, kiranja berdasarkan suatu tradisi jang benar: beberapa suku pernah berusaha memasuki negeri itu tapi tidak berhasil (14,39-45).

Dari masa tigapuluh delapan tahun di gurun (15,1-19,29) tidak ada banjak tradisi terpelihara dalam ingatan suku-suku Israil. Daftar jang disadjikan 33, 1-49 kiranja menggandingkan beberapa tradisi jang kabur dan tak terperintji, jang masih hidup dalam ingatan Israil kemudian. Kitab Tjatjah Djiwa menempatkan dimasa itu berita tentang dua pemberontakan, jaitu pemberontakan Korah jang mengontjangkan kedudukan para imam (Harun), dan pemberontakan Datan dan Abiram jang lebih-lebih mengantjam wenang Musa sebagai pemimpin tertinggi. Dalam kisahnja (16,1-35) kedua pemberontakan itu bertjampur. Aselinja kiranja terpelihara tersendiri dalam tradisi beberapa suku. Dalam pertaliannja jang sekarang tjerita itu bermaksud mengukuhkan kedudukan imamat di Israil, oleh karena dibela dan diteguhkan oleh Jahwe sendiri (17,11-26). Atas dasar itulah maka ditetapkan tugas chusus dan hak para imam serta kaum Levita (17,27-18,32). Selain dari pada itu masih ada pelbagai aturan dan ibadah lainnja jang ditempatkan dibagian ini (15,1-40; 19,1-28).

Dari achir masa tinggalnja Israil digurun ada beberapa berita, setidak-tidaknja ditempatkan disitu oleh Kitab Tjatjah Djiwa (20,1-25,18). Diterangkan mengapa pemimpin-pemimpin besar, Musa dan Harun tidak sampai memasuki tanah jang didjandjikan (20,12-13). Latar belakang historisnja tentu ada. Kedua tokoh besar (sekurang-kurangnja Musa) sungguh tidak masuk Kena'an. Andaikata mereka memasukinja, tidak dapat dimengerti lagi mengapa ada tradisi jang berkata tidak demikian djadinja. Untuk kalangan para imam hal itu tidak masuk akal, selain sebagai hukumam atas salah satu kesalahan Musa. Kesalahannja itu sekarang digandingkan sengan mukdjidjat air, tapi tidak terang dalam hal manakah Musa bersalah. Beberapa ahli berpendapat, bahwa hukuman Musa aselinja bertalian dengan sesuatu lain (misalnja ia enggan mengantar suku-suku memasuki negeri itu: 14,39-45). Tetapi perkaranja djauh dari kentara. Tjerita imam tentang wafatnja Harun lewat Ele'azar. Kisah pandjang tentang tukang tenung Bile'am (22,2-25,17) berasal dari djaman azali dan terpelihara oleh beberapa arus tradisi Israil (J dan E). Dalam redaksi jang terachir semua ditjampurkan. Pandjangnja tjerita itu sudah menjatakan betapa pentingnja peristiwa tadi dalam pandangan penjusun jang terachir. Didalamnja diperlihatkan segi politik dari umat Allah dengan puntjaknja dalam warga Dawud. Hal-ihwal dan nasib politik suku-suku Israil digandingkan dengan nubuat-nubuat kuno dan suatu ramalan dari dahulu kala kiranja disadur seperlunja sesuai dengan sedjarah jang njata. Bahwasanja kesemuanja itu dipertalikan dengan tukang tenung kafir membuktikan betapa kuat tradisi itu berakar dalam ingatan Israil, sehingga penyusun jang enggan menjebut Bile'am "nabi" tidak berani melepaskannja dari akar itu.

Bagian penutup Kitab Tjatjah Djiwa (25,19-39,13) mendjandjikan beberapa berita dari tradisi jang amat kuno (bdk. 21,15-16.17-18.27-30) tentang direbutnja daerah diseberang sana sungai Jarden oleh beberapa suku Israil (31,1-12;32,1-41). Tentu sadja tjerita (dari P) itu sedikit banjak mengidialisir tradisi jang harus meneguhkan keadaan jang kemudian njata ada. Tetapi bagaimanapun bentuk sadurannja, pasti ada dibelakang sedjarah. Demikian pula halnja dengan perang melawan Midian (31,1-12). Sekarang tjerita itu mendjadi landasan bagi hukum perang (31,13-24.25-47.48-53). Bagian lain, seperti tjatjah djiwa dan tentang kaum Levita (25,19-26,56;26,57-65), pembagian negeri serta batasannja dan kota-kota suaka (33,50-35,43) lebih bertjorak idiil daripada riil, seperti tjirinja pembukaan seluruh kitab. Keadaan jang kemudian berlangsung mau digandingkan dengan Musa dan dengan demikian dilegalisir. Boleh djadi penetapan-penetapan tentang kota suaka (ps.36) berasal dari djaman sesudah pembuangan. Pasal-pasal terachir inipun mendjadi wadah penampung pelbagai peraturan dan hukum jang beraneka ragam. Atas dasar salah satu tradisi pimpinan sipil dilepaskan dari imamat, tapi pemimpin sipil dilepaskan dari imamat, tapi pemimpin sipil tetap dibawah para imam jang merupakan instansi tertinggi (dibawah Taurat) dari theokrasi Israil (27, 12-22). Tatasusunan jang demikian merupakan tjita-tjita dari nabi Jeheskiel dalam pembuangan (bdk. Jehesk. 45;46,8-10) dan sesuai dengan keadaan Israil setelah kembali dari pembuangan di Babel (bdk. nabi-nabi Hagai dan Maleachi).

Sesungguhnja umat Allah dalam Kitab Tjatjah Djiwa diperlihatkan sebagai suatu theokrasi jang dipimpin oleh rohaniwan. Tentu sadja ada suatu persekutuan beribadah, tetapi segi itu tidak ditekankan dalam kitab ini seperti ditekankan dalam Kitab Levitika. Allah sendiri memimpin umatnja dengan perantaraan Musa (Taurat) dan para imam. Seluruh perdjalanan digurun dibimbing oleh tiang awan atau api jang melambangkan Allah atau mungkin: adalah Allah, Jahwe jang berupa tiang awan dan api (bdk. 9,15-23;10,34-36). Atas perintah Jahwe umat dibilang dan disusun (ps. 1-4). Semua hukum dan peraturan diberikan oleh Jahwe dengan perantaraan Musa jang boleh menghadapinja dikemah sutji, tempat Jahwe tetap tinggal ditengah umatNja (7,89). Umat Jahwe itu mempunjai struktur hierarkis. Segi itu amat ditekankan oelh Kitab Tjatjah Djiwa: Musa, Harun, para Imam dan kaum Levita dan achirnja kaum awam. Susunan hierarkis itu sudah nampak dalam uruatan suku-suku diperdjalanan. Ditengah-tengah ada kemah sutji (2,17); Musa, Harun dan para imam didepan kemah itu (3,38) dikelilingnja kaum Levita (2,17) dan achirnja suku-suku lainnja (2,1-34). Dengan demikian Jahwe memelihara umatNja jang terpilih, oleh karena Ia setia pada djandjiNja. Djandji itu sungguhpun tidak banjak disebut-sebut dalam Kitab Tjatjah Djiwa, tetapi selalu terbajang dilatarbelakang. Sebab kitab ini dimulai dari gunung Sinai, tempat Allah mengikat perdjandjian dengan bangsa Israil.

Tetapi umat itu djauh dari sutji dan sempurna. Maka dari itu dihukum djuga oleh Jahwe. Umat terus berontak, sehingga beritanja kebanjakan djustru mengenai kedurhakaan Israil. Tetapi Allah jang adil haruslah menghukum, baik orang biasa (11,2-3.33;21,6;25.5-9), maupun pemimpin (24,36;25,4). kaum Levita (16,8-11.16-19-19.35), keluarga Musa (12,10), bahkan Musa dan Harunpun tidak terluput (20,12.24;27,13-15). Jahwe dalam keadilanNja tidak pandang bulu. Tetapi Iapun menggandjari orang baik, seperti Kaleb dan Josjua' (14,24.30) dan Pinehas (25,11-13). Tentu sadja Jahwe dapat membinasakan umat jang degil itu (14,11-12), namun Ia tidak berbuat demikian (14,20). Beberapa mukdjidjat diperbuatNya untuk menolong umat jang terdesak (11,31-31;20,11;21,9). Mukdjidjat-mukdjidjat itu merupakan bukti djelas, bahwa Allah tidak meninggalkan umat jang durhaka. Mungkin sekali tjerita-tjerita tentang mukdjidjat itu dalam tradisi sedikit dan malah banjak berkembang dan makin lama makin hebat. Tetapi keadjaiban-keadjaiban itu dipandang oleh Kitab Tjatjah Djiwa sebagi tanda jang njata tentang belaskasihan dan kebaikan Jahwe jang menolong Israil meskipun mereka berkepala batu. Israil tidak tahu berterimakasih dan berdjukur, namun Jahwe tidak menolaknja setjara mutlak.

Suatu gagasan jang penting dalam Kitab Tjatjah Djiwa ini ialah doa jang mengantara untuk meredakan murka Allah jang menghukum. Tjontohnja jang pertama ialah imamagung Harun dengan ibadahnja (17,11-15). Dengan pendupaannja Harun mengelakkan hukuman jang sudah diantjamkan Jahwe. Tetapi terutama doa Musa adalah kuasa untuk menurunkan pertolongan Allah (11,10-15.18.31-32). Atas doanja Mirjam disembuhkan (12,13-14); atas permohonannja jang mengharukan Jahwe mengampuni kedurhakaan umat (14, 11-20) Tokoh Musa dalam doanja itu nampaknja amat luhur sekali. Ia sekali-kali tidak mentjari keuntungan dan kebesarannja sendiri, meskipun ditawarkan oleh Jahwe, melainkan hanja keselamatan bangsa Israil malulu.

Suatu lembaga jang diperbintjangkan oleh Kitab Tjatjah Djiwa ialah "kota-kota suaka" (35,9-34). Lembaga jang sama dibitjarakan oleh Ul. 4,41-43;19,1-13 dan pelaksanaan hukum itu ditjeritakan oleh Jos. 20,1-9. Sebenarnja hukum Israil itu mengambil alih suatu adat kuno, jang terdapt pada bangsa-bangsa lain djuga. Maksud adat dan hukum itu ialah melindungi orang jang tidak dengan sengadja membunuh sesama manusia terhadap balas dendam jang harus ditimpakan oleh "penebus darah". Lembaga ini , jakni "penebus darah" adalah suatu alat dalam masjarakat primitip untuk mempertahankan keadilan. Menurut hukum itu seorang pembunuh pada gilirannja harus dibunuh oleh kerabat jang dibunuh. Adat dan hukum itu diambil alih oleh Perdjandjian Lama djuga (bdk. Ul.19,12). Tetapi adat itu sendiri mudah mendjadi ketidak-adilan dan orang jang sesungguhnja tidak berdosa dapat mendjadi kurbannja. Karena ditjiptakanlah suatu lembaga untuk melindungi pembunuh jang tidak bersalah, jaitu hak suaka. Biasanja tempat-tempat sutji mempunjai hak jang sedemikian itu. Tjontohnja jang sekarang masih ada ialah kota Mekkah serta daerah sekitarnja, jakni "haram". Di sana orang tidak boleh memburu, menebang pohon, menjabit rumput dsb. Djika seorang pembunuh dikedjar oleh "penebus darah" dan berhasil masuk dedalam tempat suaka, atau tempat sutji, maka ia selamat, setidak-tidaknja untuk sementara waktu. Sebab pabila mendjadi terang ia membunuh dengan sengadja, ia lalu diserahkan kepada "penebus darah", sekurang-kurangnja di Israil demikian halnja. Menurut Penga 21,13-14 seorang pembunuh boleh melarikan diri ketempat jang ditundjuk Allah. "Tempat" itu tentu sadja tempat sutji djuga. Adonia melarikan diri ke "mesbah" terhadap Sulaiman (I Rdj. 1.50-53). Kemudian ditundjuklah kota-kota tertentu jang mempunjai hak suaka, sebagaimana dibuktikan ajat-ajat jang dikutup diatas ini. Kota-kota itu kiranja dahulu, sebelum Israil memasuki Kena'an sudah mendjadi tempat sutji jang mempunjai hak suaka, sehingga hukum Taurat hanja melegalisir keadaan jang njata ada. Menurut Ul.4,41-43 ada tiga kota suaka diseberang sini sungai Jarden, dan tiga diseberang sana menurut Ul. 19,1-13 (bdk. Jos. 20,1-9). Tj.Dj. 35,11.13 menjebut djuga enam kota suaka. Selandjutnja diberikan peraturan untuk menetapkan siapa jang bersalah atau jang tidak bersalah. Orang jang sengadja membunuh harus (menurut peraturan itu) diserahkan kepada "penebus darah" untuk dibunuh olehnja. Tetapi orang jang tidak dengan sengadja membunuh boleh tetap tinggal dikota suaka dan dengan demikian terlindung hingga imam agung jang mendjabat meninggal. Lalu ia boleh pulang ketempat asalnja dengan selamat.

Kota suaka tsb. sekaligus kota tempat tingal kaum Levita (jang tidak bertugas di Jerusjalem). Tentang kota-kota kaum Levita itu bertjeritalah Tj.Dj. 35-1-8 (tanpa menjebut djumlahnja), Jos.21,1-42; I Twr. 6,30-66) dan Lv. 25,32-34. Kota-kota itu teruntukkan bagi kaum Levita sebagai tempat kediamannja itu. Lembaga itu sendiri kiranja sudah lama ada, meskipun mungkin sekali tidak langsung berasal dari Musa sendiri. Lembaga itu mengandaikan adanja satu tempat sutji sadja. Istilah "kota Levita" itu sendiri sudah menjatakan perbedaan-perbedaan antara kaum Levita dan para imam dan perbedaan itu baru muntjul dimasa pembuangan. Kaum Levita adalah kaum imam jang berasal dari tempat-tempat sutji diluar Jerusjalem dan dahulu mendjabat imam disitu (bdk. kata pendahuluan Kitab Levitika). Mudah diterima bahwa imam-imam itu menetap ditempat dan kota tertentu sadja. Nah kota-kota itulah kemudian disebut "kota-kota Levita". Djadi halnja sendiri sudah kuno, tetapi istilah jang dipakai adalah dari masa belakangan. Sudah barang tentu djumlah kota serta tanah milik kaum Levita sedikit banjak diidialisir oleh Kitab Sutji dan kiranja tidak sesuai dengan kedaan jang pernah mendjadi njata. Empatpuluh delapan kota, jang kadang-kadang besar dan penting serta wilajah luas disekitarnja sebagai milik chas para Levita sukar diterima sebagai realita. Namun demikian kiranja dalam kebanjakan kota itu dahulu menetap iman-iman (levita) jang tidak bertugas lagi disalah satu tempat sutji, setelah tempat keramat itu dihapus (oleh radja Josjijahu?). Dan boleh diterima, bahwa imam-imam itu didjamin penghidupannja jang wadjar. Itulah kiranja asal-usul njata dari kota-kota Levita jang didaftarkan dalam Kitab Sutji.

(0.71993074074074) (Bil 4:20) (full: NANTI MEREKA MATI. )

Nas : Bil 4:20

Kekudusan Allah dapat membinasakan (ayat Bil 4:15,20;

lihat cat. --> Im 10:2)

[atau ref. Im 10:2]

atau menyucikan (Yes 6:1-7;

lihat cat. --> Im 19:2).

[atau ref. Im 19:2]

Allah sedang mengajarkan bahwa kehadiran-Nya mendatangkan berkat apabila Ia dihormati dan ditaati, tetapi hukuman apabila Ia diperlakukan dengan tidak hormat (bd. 1Kor 11:27-29).

(0.71993074074074) (Bil 10:29) (full: IKUTLAH BERSAMA-SAMA DENGAN KAMI. )

Nas : Bil 10:29

Musa mengundang saudara iparnya, seorang bukan Israel, untuk ikut bersama mereka dan menikmati hal-hal baik yang dijanjikan Allah kepada mereka. Pintu senantiasa terbuka bagi orang bukan Israel untuk bergabung dengan mereka, menjadikan Allah Israel Allah mereka, dan ikut menikmati janji-janji dan berkat-berkat Allah. Hobab tampaknya menolak ajakan tersebut (tetapi lih. Hak 1:16; 4:11); kemudian Rahab, Rut, dan banyak orang bukan Israel lainnya diterima dan diberkati oleh Tuhan dan umat-Nya.

(0.71993074074074) (Bil 30:2) (full: BERNAZAR ATAU BERSUMPAH. )

Nas : Bil 30:2

Pasal ini menjelaskan bahwa Allah menuntut agar umat-Nya memenuhi janji mereka kepada-Nya dan kepada orang lain. Melalui hukum-hukum ini Allah menekankan kepada mereka betapa seriusnya suatu sumpah atau nazar, dan Dia menekankan bahwa ketidaksungguhan, berbohong, dan kemunafikan tidak ada tempat di kalangan umat Allah. Akan tetapi, disediakan peraturan-peraturan khusus mengenai sumpah gegabah dari kaum muda (ayat Bil 30:3-5) dan sumpah yang mempengaruhi hubungan suami dengan istri atau ayah dengan putrinya.

(0.71993074074074) (Bil 5:11) (jerusalem) Dengan jalan yang ditetapkan di sini keputusan dalam pengadilan diserahkan kepada Tuhan, manakala bukti tidak ada. hal semacam itu dahulu kala cukup lazim dan masih dipakai di abad-abad pertengahan di Eropa. Suatu jalan untuk mendapat keputusan yang dianggap keputusan Allah ialah: melemparkan orang tertuduh ke dalam air sungai. Tetapi jalan yang ditunjuk Bil 5:11-31 tidak dikenal di luar Israel. namun ini pasti sebuah adat kuno yang dilengkapi dengan upacara-upacara yang berasal dari agama Israel, yaitu peranan imam di dalamnya persembahan, sumpah dsb.
(0.71993074074074) (Bil 9:1) (jerusalem) Bagian inipun berasal dari tradisi Para Imam. Tetapi bagian ini tidak menuruti urutan peristiwa dalam waktu yang dituruti bab 1 (kisahnya mulai pada bulan kedua, dan di sini mulai pada bulan pertama). Bagian ini menambah pada peraturan mengenai perayaan Paskah yang tercantum dalam Kel 12, sebuah peraturan pelengkap yang penting dan perlu bagi orang Yahudi di perantauan yang harus datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, Ula 16:2. Akibat perjalanannya (melalui tanah kafir) mereka kena kenajisan. karena pentahirannya memakan agak banyak waktu, maka mereka mungkin tidak dapat merayakan Paskah tepat pada waktunya.
(0.71993074074074) (Bil 12:7) (jerusalem: Bukan demikian ....) Dalam ayat ini ditanggapilah celaan yang dilontarkan Harun dan Miryam dalam Bil 12:2: Dengan hubungan biasa antara seorang nabi dan Allah, Bil 12:6 (Miryam sendiri seorang nabiah, Kel 15:20), Tuhan memperlawankan pergaulan mesraNya dengan Musa, bdk Kel 33:11 dan Bil 33:20. Orang-orang lain hanya kadang-kadang menerima Roh Allah, Bil 11:25. Memang setelah Musa wafat Allah akan membangkitkan serangkaian nabi, Ula 18:15,18+, tetapi Musa tetap nabi utama, Ula 34:10, sampai datangnya Yohanes Pembaptis, perintis Perjanjian Baru, Mat 11:9-11.
(0.71993074074074) (Bil 15:38) (jerusalem: jumbai-jumbai) Jumbai dengan benang ungu kebiru-biruan (benang itu penting sekali bagi pakaian ibadat) bermaksud mengingatkan bahwa jemaat Israel adalah jemaat yang kudus. Pada gambar orang Farisi dari zaman dahulu dan menurut Ula 22:12 jumbai-jumbai semacam itu dipasang pada kelim baju sekeliling. Di zaman Yahudi jumbai-jumbai itu hanya dipasang pada ujung-ujung saja. Yesus menyesuaikan diri dengan adat itu, Mat 9:20 tetapi Ia mengecam mereka yang berperaga dengan jumbai-jumbai itu. Mat 23:5. Bil 15:37-41 menjadi bagian pertama dalam doa Yahudi yang disebut Syema, Ula 6:4+.
(0.71747790123457) (Bil 22:5) (full: BILEAM. )

Nas : Bil 22:5

Bileam bukan orang Israel tetapi seorang tokoh peramal-imam yang terkenal di antara bangsa-bangsa. Balak mengira bahwa orang ini sanggup mengutuk orang lain (ayat Bil 22:6) dengan mempengaruhi kehendak para dewa dan roh-roh melalui ilmu sihir, mantera-mantera, dan aneka manipulasi rahasianya (ayat Bil 22:2-7; bd. Bil 24:1).

  1. 1) Bileam mungkin pernah menjadi pengikut Allah yang benar (bd. ayat Bil 22:18), tetapi kemudian meninggalkan imannya dan menjadi penenung (ayat Bil 22:7; bd. Bil 31:16; Ul 23:4-5; 2Pet 2:15; Yud 1:11).
  2. 2) Seperti semua nabi palsu, ia tidak sungguh-sungguh memperhatikan kehormatan Allah atau kekudusan umat Allah. Karena tidak dapat mengutuk umat Allah, Bileam mengajak mereka berbuat dosa dan kebejatan (Bil 25:1-6; 31:16; Wahy 2:14). Karena itu ia dibunuh (Bil 31:8;

    lihat cat. --> Bil 25:2).

    [atau ref. Bil 25:2]

(0.71747790123457) (Bil 25:1) (jerusalem) Ceritera kuno, Bil 25:1-5, mengandaikan keadaan historis yang sama seperti yang melatarbelakangi ceritera-ceritera mengenai Bileam, bdk Bil 22:36+. Tempat kudus bagi Baal-Peor, bdk Bil 23:28, terletak di perbatasan Israel dengan Moab. Kedua bangsa itu berziarah ke tempat kudus itu. Perempuan-perempuan Moab membujuk orang Israel, sehingga turut beribadat kepada dewa (dewata) mereka, bdk Bil 31:16. Bil 25:6-18 yang melalui Bil 25:18 dihubungkan dengan tempat kudus yang sama, berasal dari tradisi Para Imam. Tetapi tradisi Para Imam itu memanfaatkan sebuah tradisi lebih tua. Dalam ceritera tua itu tampil berperan seorang perempuan Midian. Suku Midian itu memang mengembara di seluruh kawasan itu, bdk Bil 22:4,7, jauh di luar wilayah mereka sendiri, bdk Kel 2:11+. Mereka juga berziarah ke tempat kudus yang sama. Ceritera ini menjadi alasan mengapa diceriterakan juga perang melawan Midian, Bil 31:1+. Tradisi mengenai Musa memandang baik suku Midian, bdk Kel 2:18+, tetapi dalam tradisi lain ini suku itu menjadi musuh Israel. Bdk Hak 7-9.
(0.71747790123457) (Bil 34:1) (jerusalem) Nas ini bersama dengan Yeh 47:13-21 secara paling terperinci menentukan batas-batas negeri Kanaan. Batas-batas ini sama dengan batas-batas Kanaan waktu menjadi propinsi negeri Mesir pada akhir abad ketiga belas seb. Mas. Tata negara Mesir itulah yang mempengaruhi orang Israel dalam menyebut daerah itu dengan nama Kanaan dan dalam menentukan batas-batasnya. Negeri Kanaan itu tidak meluas ke sebelah timur sungai Yordan, Bil 34:13-15. Daerah yang batasnya ditentukan di sini dianggap Tanah yang dijanjikan, Bil 34:1. Tetapi ada nas-nas lain yang secara lain menentukan batas-batas Tanah yang dijanjikan, Kel 23:31+; Ula 1:7; Hak 20:1+. Setelah orang Aram mendirikan kerajaan-kerajaan mereka, negeri Kanaan tidak lagi melingkupi wilayah di sebelah timur Fenisia (Sidon), tetapi masih mencakup daerah di sebelah selatan sampai Gaza, Kej 10:19 - Kemudian nama Kanaan hanya mencakup wilayah Fenisia: kota-kota Tirus dan Sidon disebut "benteng-benteng Kanaan", Yes 23:1-14, khususnya Bil 11 "orang Sidon" menjadi searti dengan "orang Kanaan", Ula 3:9; Hak 18:7 dst; bdk Mat 15:22 dengan Mar 7:26.
(0.71747790123457) (Bil 1:20) (sh: Allah mempersiapkan umat (Kamis, 5 Agustus 1999))
Allah mempersiapkan umat

Allah mempersiapkan umat. Dua belas suku Israel dihitung dalam perikop ini. Semua anggota suku mereka, khususnya semua orang muda, pria yang berusia di atas dua puluh tahun, di luar anak-anak, wanita, dan pria lanjut usia, berjumlah lebih dari 600.000 jiwa. Apakah artinya? Apabila kita melihat ke masa lalu, yaitu ketika janji Allah di berikan kepada Abraham, maka hal ini menunjukkan Kemahakuasaan Allah yang sanggup mewujudkan janji-Nya bahwa keturunan Abraham sudah menjadi sebuah bangsa.

Allah yang tertib dan berencana. Di balik seluruh perjalanan umat Israel; ada Allah yang merencanakan dan mengkoordinasikan kehendak-Nya dengan tertib melalui para nabi dan hamba-hamba-Nya. Keadaan ini mau tidak mau menuntut umat untuk mengakui kepemimpinan (baca: kedaulatan) Allah atas mereka. Dengan demikian pelaksanaan sensus itu menyingkapkan kesetiaan dan kuasa Tuhan yang sanggup memelihara umat-Nya secara ajaib. Sekalipun sesungguhnya Allah mampu dan berkuasa melakukan atau membuat apa saja dalam waktu seketika; tetapi Ia tetap mempunyai rancangan yang terencana dan rapi. Hal ini menyatakan bahwa Allah tidak pernah merencanakan sepotong-sepotong dalam hidup seseorang/bangsa, tetapi rencana Allah terencana rapi dan bersifat kekal.

(0.71747790123457) (Bil 5:1) (sh: Allah memperhatikan luar dan dalam (Kamis, 12 Agustus 1999))
Allah memperhatikan luar dan dalam

Allah memperhatikan luar dan dalam. Pertama (Tetapi+AND+book%3A4&tab=notes" ver="">5:1-4), Allah berbicara tentang kebersihan dan kemurnian secara lahiriah. Kedua (Tetapi+AND+book%3A4&tab=notes" ver="">5:5-10), Allah berbicara tentang kebersihan secara rohaniah. Ada orang Kristen yang mengutip perkataan Tuhan Yesus tentang pohon dan buahnya di Mat.7:15-20, dan mengambil kesimpulan keliru, yaitu: "tidak masalah di luar tampak jorok dan tidak teratur, yang penting hatinya bersih!" Allah justru berkenan pada kehidupan kita yang bersih dan sehat, lahiriah dan batiniah.

Kotor di dalam akan terpancar keluar. Hidup yang benar di hadapan Allah tidak hanya berdampak pada kehidupan yang benar, bersih dan tertib terhadap sesama, tetapi juga pada kehidupan di dalam hati. Bil. 5:6 menyatakan bahwa kotor secara lahiriah menunjuk pada ketidak-setiaan manusia kepada Tuhan yang dikaitkan juga dengan perbuatan dosa terhadap sesama. Banyak orang menganggap bahwa kotor secara lahiriah dapat dibersihkan secara lahiriah juga, tetapi bagaimana dengan kotor secara rohaniah? Dapatkah dibersihkan secara rohaniah juga? Kristus telah berkorban untuk menanggung perbuatan kotor manusia secara lahiriah dan rohaniah. Ternyata tindakan Allah yang menyediakan sendiri korban pendamaian diri-Nya dengan manusia menunjukkan bahwa Ia menghendaki kita bersih luar dan dalam.

(0.71747790123457) (Bil 10:1) (sh: Tuhan siap bertindak (Senin, 18 Oktober 1999))
Tuhan siap bertindak

Tuhan siap bertindak. Tiada allah lain yang ajaib seperti Allah Israel. Ia senantiasa siap bertindak menyelamatkan umat-Nya dan memberi kemenangan atas musuh-musuhnya. Dengan memberi ketetapan dan peraturan melalui Musa, sesungguhnya Allah ingin menunjukkan bahwa Ia sendiri yang memimpin perjalanan umat-Nya. Mereka tidak berjalan menurut keinginan dan kekuatan sendiri, tetapi menurut kehendak-Nya dan di dalam kuasa-Nya. Umat harus memperhatikan dan menaati ketetapan-Nya, maka Tuhan akan bertindak menyelamatkan umat-Nya. Nafiri adalah tanda semboyan yang harus ditiup, supaya mereka diingat di hadapan Tuhan, artinya Tuhan akan bertindak bagi keselamatan mereka (ayat 9).

Nasihat manusia. Musa tetap mengakui bahwa Tuhan sebagai Pemimpin Israel, tetapi ia juga meminta Hobab sebagai penunjuk jalan. Peran Tuhan dan manusia berjalan seiring tanpa mengubah otoritas-Nya. Tabut perjanjian Tuhan sebagai lambang kehadiran dan penyertaan-Nya tetap berjalan di depan umat-Nya. Dalam kehidupan Kristen, pimpinan Tuhan tetap memiliki otoritas utama. Bila ada nasihat orang tua, saudara, teman, atau orang yang lebih berpengalaman, perlu ditinjau apakah bertentangan dengan kehendak Tuhan. Jika baik dan selaras dengan firman Tuhan, dapat disimak dan diikuti.

(0.71747790123457) (Bil 13:1) (sh: Segala sesuatu dapat terjadi (Sabtu, 23 Oktober 1999))
Segala sesuatu dapat terjadi

Segala sesuatu dapat terjadi. Bangsa Israel yang sudah di ambang tanah perjanjian tiba-tiba diperhadapkan pada suatu problema besar. Bangsa yang mendiami Kanaan terlalu kuat untuk dikalahkan. Ibaratnya Israel bagai belalang di hadapan raksasa. Akhirnya disimpulkan bahwa Kanaan hanyalah mimpi. Mengapa umat takut? Karena mereka berfokus pada kesulitan, sehingga tidak mau maju meraih berkat-Nya di tanah perjanjian. Bila kita memandang kesulitan jauh lebih besar dari pengharapan akan masa depan yang cerah, maka tak setitik kecerahan masa depan menjadi bagian dalam hidup kita. Segala sesuatu dapat terjadi dalam hidup ini, kesulitan dan pergumulan tak pernah jauh dari kehidupan kita, tetapi fokuskan pada apa yang ada di depan yang disediakan Allah dan terus melangkah bersama-Nya.

Apa pun dapat digunakan Allah. Meskipun mereka melihat realita yang sama, namun kesimpulan Yosua dan Kaleb berbeda. Mengapa? Sepuluh pengintai melihat realita dengan "kaca-matanya" sendiri, sedangkan Yosua dan Kaleb melihat dengan "kaca-mata" Allah. Sepuluh orang melihat raksasa sedangkan yang dua melihat masa depan di tanah perjanjian yang disediakan Allah. Sepuluh orang goyah iman, tetapi yang dua memperteguh imannya kepada Allah. Termasuk kelompok manakah Anda?



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA