Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 60 dari 115 ayat untuk bahagia (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.29) (Dan 9:26) (ende)

Ajat2 ini mengenai djaman Antiochos IV dan tidak membentangkan masa bahagia pada masa depan.

(0.29) (Rm 8:22) (ende: Sakit-bersalin)

jaitu menderita kesakitan hebat, tetapi untuk sementara dan achirnja mendjelma mendjadi kegembiraan dan bahagia. Bdl. pemakaian bandingan itu oleh Jesus dalam Yoh 16:20-21.

(0.29) (Luk 6:20) (full: BERBAHAGIALAH. )

Nas : Luk 6:20

Lihat cat. --> Mat 5:3.

[atau ref. Mat 5:3]

(0.29) (Mat 5:1) (sh: Siapakah saya? (Rabu, 31 Desember 1997))
Siapakah saya?

Pada akhir tahun ini, baiklah kita mencoba mawas diri. Bila sampai saat ini kita masih diberi hidup dan kesehatan, nyatalah besar anugerah dan sayang-Nya atas kita. Dalam pelayanan Yesus, tidak semua orang yang telah menerima pertolongan-Nya akan menjadi murid atau pengikut-Nya. Pengikut Tuhan memiliki ciri yang jelas karena Ia membuat berbagai tuntutan yang tinggi dan harus terjelma dalam hidup orang yang meresponi-Nya.

Pola hidup baru. Tuhan ingin para pengikut-Nya bahagia. Itu pasti! Namun kebahagiaan itu dikaitkan dengan mutu manusianya, bukan apa yang dimilikinya. Kebahagiaan diawali pertobatan, yaitu perpalingan hidup dari perbuatan, kebiasaan, budaya salah dlsb. Kesadaran akan betapa miskinnya kita di hadapan Allah, menjadi titik tolak dari proses pemuridan selanjutnya, yang kelanjutannya masih perlu kita tapaki. Semakin dekat Dia semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya. Lemah lembut bukannya keras, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak, berhati murni, juru damai. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan.

Renungkan: Anda akan bahagia esok bila meresponi pembentukan Allah atas Anda dengan meninggalkan yang lama.

(0.25) (Mat 5:1) (sh: Bahagia sejati (Minggu, 2 Januari 2005))
Bahagia sejati

Kebahagiaan biasanya diidentikkan dengan segala sesuatu yang membuat hati kita senang. Misalnya segala sesuatu yang kita miliki. Namun, berbeda sekali dengan arti dan ukuran kebahagiaan yang Yesus utarakan ini. Yesus mengaitkan kebahagiaan dengan mutu manusianya.

Menurut Yesus, kebahagiaan sejati adalah pemberian Allah kepada mereka yang memiliki sikap hidup yang benar, yaitu mereka yang tidak mengikatkan diri pada harta duniawi (ayat 3), karena mereka justru akan memiliki harta surgawi. Orang yang berduka cita oleh sebab di dunia ini tidak memiliki apa-apa justru akan berbahagia oleh penghiburan surgawi (ayat 4). Orang yang lemah lembut, tidak pernah membela hak sendiri, merekalah yang mewarisi bumi (ayat 5). Orang yang lapar dan haus akan kebenaran serta mencari harta surgawi, pasti dipuaskan (ayat 6). Orang yang murah hati, membagi-bagikan bukan mengumpulkan justru akan menikmati kelimpahan (ayat 7). Orang yang suci hatinya, yang menujukan fokus hidupnya pada Allah dan bukan pada dunia adalah orang-orang yang akan melihat dan menikmati Allah (ayat 8). Sedangkan mereka yang membawa damai dan menebarkan kasih Allah, akan disebut anak-anak Allah (ayat 9). Akhirnya, mereka yang menderita oleh karena nama Allah, Allah sendiri yang akan melimpahi sukacita kekal (ayat 10-12).

Inginkah Anda berbahagia? Kebahagiaan diawali dengan pertobatan yang dilanjutkan dengan hidup yang memiliki orientasi untuk menyenangkan hati Allah. Semakin dekat Dia, semakin kita mirip Dia dan sifat-sifat-Nya yakni lemah lembut bukan keras hati, lapar dan haus akan kebenaran bukannya kecemaran, murah hati bukannya kikir atau tamak. Itulah jalan bahagia, jalan penuh tuntutan harga yang harus dibayar namun juga jalan hidup sepenuhnya dalam pembentukan Tuhan. Karena itu mari kita belajar hidup bukan untuk diri sendiri saja melainkan untuk Allah.

Renungkan: Kebahagiaan sejati hanya dapat dinikmati orang-orang yang memfokuskan hidupnya kepada Allah.

(0.25) (Kej 3:1) (ende)

Ular adalah pengatjau keadaan bahagia manusia jang baru ditjiptakan, dan melambangkan kekuasaan kedjahatan.

Lambang ular dipilih, karena ular itu binatang jang berbahaja bagi manusia. Selain itu djuga karena ibadat kafir terhadap ular merupakan godaan besar bagi umat Israel untuk mengchianati Tuhan. Bagi suku-suku Kanaan dan lain-lain ular melambangkan kehidupan, kesuburan, dan pengetahuan magis.

Perhatikan penggunaan kata carum dengan arti jang berlainan: Kej 2:25: telandjang; disini: litjin, litjik; Kej 3:7,10,11: telandjang = kehilangan kesutjian dan kehormatan.

(0.25) (Kej 37:35) (ende: Alam maut)

hibr. "sjeol". Sebuah ruangan jang dalam sekali, terletak dibawah bumi,. Menurut anggapan bangsa-bangsa semit, mereka jang telah meninggal berdiam disitu bagaikan badan-badan jang sangat halus.

Dalam babak Perwahjuan ini umat Hibrani belum menerima kepastian tentang adanja kehidupan bahagia sesudah mati dihadirat Tuhan. Mereka pertjaja bahwa djiwa-djiwa langsung hidup, tetapi keadaan mereka itu tidak begitu menari. Oleh karena itu orang mentjari hiburan dalam berlangsungnja nama (jakni pribadi) mereka, dalam keturunan mereka.

Lambat-laun timbullah hasrat akan kehidupan sesudah meninggal dunia dihadirat Tuhan. Hakekat kebangkitan badan dan kebahagiaan abadi jang sepenuhnja baru akan diwahjukan setjara terang-terangan dengan kedatangan Penebus, Jesus Kristus.

(0.25) (Mat 6:22) (ende: Tubuhmu)

Ajat ini sangat kabur dalam bahasa kiasannja. Keadaan "tubuh" disini sudah harus dianggap sebagai ibarat keadaan batin. Kalau "mata-batin" jaitu minat hati mengarah Allah dan harta surgawi, maka mata itu, dan seluruh batin, diterangi dengan tjahaja Ilahi. Tetapi kalau mata batin keruh atau buta oleh tjita-tjita djasmani dan duniawi, maka manusia jang demikian tidak dapat melihat atau mengerti nilai-nilai rohani dan atas kodrati. Mereka seolah-olah meraba-raba dalam gelap, tak bertudjuan pasti dan sebab itu tidak mungkin mentjapai bahagia sedjati.

(0.25) (Kej 35:18) (full: DIBERIKANNYALAH NAMA BEN-ONI ... AYAHNYA MENAMAINYA BENYAMIN. )

Nas : Kej 35:18

Lea dan Rahel memberi nama kepada semua anak Yakub. Akan tetapi, nama Ben-Oni ("anak kesulitanku") akan membebani rasa bersalah pada anak itu, karena dia akan merasa bertanggung jawab atas kematian ibunya. Yakub mengubah namanya menjadi nama terhormat, Benyamin, "anak tangan kananku," yang menunjukkan bahwa Yakub bahagia memiliki Benyamin sebagai putranya sekalipun Rahel wafat. Anak-anak harus dilindungi dari rasa bersalah mengenai kesusahan yang terjadi yang bukan kesalahan mereka.

(0.25) (Tit 2:13) (full: PENGHARAPAN KITA YANG PENUH BAHAGIA. )

Nas : Tit 2:13

Pengharapan yang harus diingini oleh setiap orang Kristen adalah "penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan Juruselamat kita Yesus Kristus" dan persatuan kita dengan Dia untuk kekal

(lihat cat. --> Yoh 14:3;

[atau ref. Yoh 14:3]

lihat art. KEANGKATAN GEREJA).

Pengharapan ini bisa digenapi setiap saat (bd. Mat 24:42; Luk 12:36-40; Yak 5:7-9). Demikian, orang Kristen jangan sekali-kali hilang harapan bahwa mungkin hari ini sangkakala akan berbunyi dan Tuhan pun datang.

(0.25) (Kej 29:32) (jerusalem: kesengsaraanku) Persaingan antara Lea dan Rahel dipakai untuk secara kerakyatan yang kadang-kadang sukar dimengerti menjelaskan nama kedua belas suku Israel. Ruben dihubungkan dengan ra'a be'onyi = melihat kesengsaraanku; Simeon dihubungkan dengan syama = Ia mendengarkan; Lewi dihubungkan dengan yillawe = lebih erat kepadaku; Yehuda dihubungkan dengan 'ode = bersyukur/memuji; Dan dihubungkan dengan dananni = ia memberi aku keadilan; Naftali dihubungkan dengan niftali = aku bergulat; Gad dihubungkan dengan gad = mujur; Asyer dihubungkan dengan asyeri = kebahagiaanku dan dengan isysyeruni = mereka memuji aku bahagia; Isakhar dihubungkan dengan sakar = upah; Zebulon dihubungkan dengan yizbeleni - Ia memberikan hadiah; Yusuf dihubungkan dengan asal = dihapus, dan dengan yosef = Ia menambah.
(0.25) (Yer 6:14) (jerusalem: Mereka mengobati....) Dikutiplah janji-janji yang disampaikan nabi-nabi gadungan bdk Yer 4:10. Nabi Yeremia berbentrokan dengan nabi-nabi palsu itu oleh karena ia menubuatkan kemalangan. Nabi-nabi palsu itu menubuatkan "damai sejahtera". Kata Ibrani "syalom" tidak hanya berarti: tidak ada bahaya dan perang lahiriah (di masa Yeremia arti ini memang paling terasa), tetapi kata itu mengungkapkan keadaan baik, bahagia dan sejahtera sebagaimana diidam-idamkan, baik bagi umat secara menyeluruh maupun bagi masing-masing orang. Kebahagiaan itu bertumpu pada hubungan-hubungan baik dengan Allah dan dengan sesama manusia. Cita-cita itu akan terwujud di zaman Mesias, bdk Yes 11:6+.
(0.25) (Mat 6:9) (jerusalem) Bapa kami yang disajikan oleh Matius memuat tujuh permohonan. Matius memang menyukai angka tujuh: dua kali tujuh keturunan dalam silsilah Yesus, Mat 1:17; tujuh ucapan bahagia, Mat 5:3+; tujuh perumpamaan, Mat 13:3+; mengampuni tidak hanya tujuh kali, melainkan tujuh puluh kali tujuh, Mat 18:22; tujuh kutuk yang dilontarkan kepada orang Farisi, Mat 23:13+; tujuh bagian dalam kitab Injil Matius (bdk pengantar). Barangkali dengan maksud mencapai tujuh permohonan, Matius menambah pada teks dasar (Luk 11:2-4) permohonan ketiga, bdk Mat 7:21; Mat 21:31; Mat 26:42, dan yang ketujuh, bdk "yang jahat", Mat 13:19,38.
(0.24) (1Sam 1:1) (sh: Keluarga yang bahagia? (Kamis, 20 November 1997))
Keluarga yang bahagia?

Berulangkali dalam Perjanjian Lama kita jumpai konsekuensi tidak enak keluarga yang poligami. Ketika beribadah di rumah Allah, seharusnya orang memuliakan Allah dan dipenuhi dengan kesukaan. Memang itulah yang dirasakan oleh keluarga Elkana. Setahun sekali seluruh keluarga mempersembahkan korban kepada Allah di Silo. Seusai ibadah, seluruh keluarga mengadakan perjamuan syukur. Namun dalam suasana suka itu, Hana malah sedih dan tertekan. Ia mandul dan madunya, Penina, merendahkan dan menghinanya (ayat 6). Bukankah lebih baik mandul namun setia dalam monogami daripada beroleh anak namun melukai pasangan sendiri?

Allah sumber harapan. Hana pergi berdoa ke rumah Allah (ayat 9). Ia menyapa Allah sebagai Yahwe Zebaoth (Allah semesta alam). Dalam nama itu tertampung pemahaman tentang kekuasaan Allah yang tak terbatas yang mampu mencurahkan berkat tak terbatas pula. Allah mendengarkan doa Hana. Memang saat berdoa belum terjadi perubahan apa pun. Namun tindakan Allah tidak tergantung pada apa yang manusia rasakan atau pikirkan.

Renungkan: Dalam diri orang berdoa terjadi perubahan sebab ia telah berjumpa dengan Allah penguasa seisi langit dan bumi.

Doa: Tolong kami saat berdoa melihat kepada-Mu, bukannya masalah.

(0.24) (Mzm 128:1) (sh: Berkat atas rumah tangga, (Rabu, 8 September 1999))
Berkat atas rumah tangga,

dimulai dari kehidupan pribadi yang benar di hadapan Tuhan: hidup takut akan Tuhan dan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya. Sikap hidup seperti ini harus dimulai dari masing-masing pribadi anggota keluarga, sehingga keluarganya bahagia. Seorang suami sebagai kepala keluarga mengambil peran pemimpin rohani bagi keluarganya. Secara pribadi, seharusnya ia memiliki kehidupan yang berkenan kepada Tuhan, sehingga dapat mengarahkan keluarganya kepada jalan-Nya.

Keluarga bahagia. Di sini digambarkan seorang suami yang hidup benar di hadapan Tuhan dan memenuhi tanggungjawabnya sebagai kepala keluarga. Ia memiliki istri dan keturunan yang membahagiakan keluarganya. Istrinya akan menjadi seorang wanita yang menyenangkan hati suami dan anak-anaknya, sehingga suasana rumah damai dan nyaman. Demikian pula dengan anak-anaknya, kelak akan menjadi pewaris keluarga yang berguna.

Berkat yang benar dari Zion. Tuhan akan mencurahkan berkat-Nya atas rumah tangga yang menjaga kebenaran hidupnya di hadapan Tuhan, sehingga kebahagiaan sejati menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Renungkan: Sudahkah keluarga Anda hidup takut akan Tuhan sehingga diberkati Tuhan?

(0.24) (Pkh 3:16) (sh: Bergumul tentang keadilan. (Kamis, 28 Mei 1998))
Bergumul tentang keadilan.

Kenyataan dunia peradilan membuat kita cenderung menyimpulkan bahwa keadilan adalah sesuatu yang sangat relatif. Memang ada ukuran dalam bentuk hukum atau undang-undang. Tetapi dalam prakteknya seringkali keadilan dan ketidakadilan menjadi rancu. Mengapa? Karena justru di pengadilan keadilan bisa diputuskan tidak adil dan ketidakadilan bisa diputuskan adil.

Pengkhotbah tidak tawar hati. Ada pengadilan yang pasti adil tidak mungkin tidak adil, sebab Hakimnya ialah Allah sendiri. Keadilan itu bukan saja kelak akan diberlakukannya, bahkan sekarang pun Ia jalankan. Fakta kematian pantas menjadi peringatan akan pengadilan Allah itu.

Menggumuli soal penindasan. Dunia ini tidak mungkin maju bila orang-orangnya tidak bekerja. Sayangnya kerja yang merupakan panggilan terhormat dari Allah itu dinodai oleh berbagai hal. Oleh kerja yang dilandasi iri hati dan oleh penindasan. Kerja baru berarti dan mampu memberikan kebahagiaan bagi hidup bila dijalani dalam kehendak Tuhan. Karena fakta ketimpangan-ketimpangan itulah, pengkhotbah seolah pesimis mengatakan bahwa yang paling baik ialah orang mati atau orang yang tidak pernah dilahirkan.

Renungkan: Bahagia kita dalam Tuhan baru lengkap bila kita juga rindu agar orang lain pun bahagia menemukan hidup bermakna dalam Yesus Kristus.

(0.24) (Pkh 5:7) (sh: Sikap yang mendatangkan hukuman Allah (Minggu, 3 Oktober 2004))
Sikap yang mendatangkan hukuman Allah

Orang mudah mengucapkan sumpah dalam percakapan, pengadilan, janji setia, bahkan ada orang Kristen yang berani bersumpah demi nama Tuhan untuk menutupi kebohongannya atau memperoleh keinginannya.

Sebenarnya, sumpah yang mudah diucapkan berasal dari perkataan berlebihan seperti: ujaran "kotor", sombong, sembrono, fitnah, dll. Kata serupa ini tidak layak diucapkan oleh anak Tuhan sebab mendatangkan hukuman Tuhan (Mat. 12:36-37). Sumpah yang diucapkan dengan menyalahgunakan nama Tuhan demi kepentingan diri menyatakan sikap tidak menghormati Tuhan (Pkh. 5:1-3). Sikap ini dimulai dari hati yang tidak tertuju kepada-Nya (ayat 4:17). Pernahkah Anda membaca tanda peringatan "Awas! Ada anjing galak!" Tanda ini diberikan agar tamu yang berkunjung hati-hati saat masuk rumah itu sebab penghuni rumah memelihara seekor anjing. Cara aman untuk memasuki rumah itu adalah dengan berjalan di samping tuan rumah. Kita pun memerlukan peringatan serupa agar tidak menimbulkan dosa (ayat 5:5). Apabila kita sadar bahwa kita berjalan bersama dengan Tuhan maka kita akan menjadi lebih berhati-hati dengan sumpah, perkataan berlebihan dan semua tindakan (ayat 5:6).

Cara untuk menjaga perkataan dan tindakan kita memperkenan Tuhan adalah berjalan bersama Tuhan. Hiduplah dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan melihat dan mengawasi perkataan dan perbuatan kita meskipun Ia tidak hadir secara fisik.

Ingat: Alasi tiap perkataan dan tindakan atas pertimbangan yang cermat.

(0.24) (Luk 10:21) (sh: Ucapan syukur dan bahagia (Minggu, 15 Februari 2004))
Ucapan syukur dan bahagia

Sekembalinya para murid dari tugas mewartakan Injil (Kabar Baik), Yesus mengekspresikan sukacita dan rasa syukur-Nya kepada Allah (ayat 21). Para murid yang diutus-Nya mengerti rencana Allah dan turut berperan serta dalam misi-Nya dengan penuh tanggung jawab. Bahkan dalam perjalanan misi tersebut para murid menyaksikan melalui peristiwa-peristiwa penyembuhan yang mereka lakukan bahwa kuasa Yesus melebihi kekuasaan setan-setan (lih. 10:18-19).

Yesus bersyukur dan bersukacita semata-mata bukan untuk apa yang telah para murid lakukan tetapi untuk apa yang telah Allah lakukan. Allah menyembunyikan berita Kerajaan Allah dari orang-orang bijaksana, tetapi menyatakannya pada orang-orang yang kecil alias rendah hati (ayat 21). Yesus menyetujui tindakan Allah tersebut. Sikap Yesus ini sebenarnya mengindikasikan kepada kita bahwa antara Bapa dan Anak terjalin suatu hubungan persekutuan yang dalam, saling mengenal secara utuh.

“Tidak seorang pun yang tahu siapa Bapa selain dari Anak dan orang yang kepadanya Anak berkenan menyatakannya” (ayat 22). Dengan perkataan lain, Yesus yang secara istimewa dan khusus hidup dalam persekutuan dengan Allah, mau menyatakan kepada kita siapakah sebenarnya Allah, dan mau membuka mata dan hati kita supaya kita ini pun tahu bagaimana memperoleh hidup dalam persekutuan dengan Allah.

Renungkan: Tidak ada rasa sukacita dan istimewa yang besar selain yang dirasakan oleh setiap orang yang mengambil komitmen menjadi murid-Nya.

(0.23) (Mat 5:3) (jerusalem: Berbahagialah) Ucapan selamat bahagia seperti yang dipakai Matius ini oleh Perjanjian Lama kadang-kadang dipakai sehubungan dengan orang yang saleh, yang berhikmat dan yang sejahtera, Maz 1:1-2; Maz 33:12; Maz 127:5; Ams 3:3; Sir 31:8; dll. Sama seperti para nabi Yesus mengatakan bahwa juga orang miskin yang mengambil bagian dalam kebahagiaan itu. Ketiga ucapan bahagia yang pertama, Mat 5:3-5; Luk 6:20-21+, mengatakan bahwa orang yang dianggap malang dan terkutuk sebenarnya berbahagia karena layak menerima berkat Kerajaan. Ucapan-ucapan bahagia yang menyusul lebih-lebih mengenai akhlak manusia. Ucapan-ucapan bahagia Yesus yang lain, Mat 11:6; Mat 13:16; Mat 16:17; Mat 24:46; Luk 11:27-28, dll. Lihat juga Luk 1:45; Wah 1;3; Wah 14:13, dll
(0.22) (Mat 5:8) (sh: Sebuah `tekad+' dalam millenium baru (ayat 2) (Selasa, 2 Januari 2001))
Sebuah `tekad+' dalam millenium baru (ayat 2)

Ucapan Bahagia yang sarat dengan kebenaran memang dibagi 2 untuk renungan awal millenium ini, sebab Ucapan Bahagia ini harus kita renungkan secara mendalam agar menjadi landasan, penentu arah, dan warna kehidupan kita. Ucapan Bahagia ini bukanlah alternatif etika namun keharusan, karena yang keluar dari mulut Yesus adalah wahyu khusus Allah. Apa tekad+ Kristen selanjutnya?

Kristen harus bertekad mempunyai hati yang suci, artinya mempunyai kemurnian moral secara lahir maupun batin dengan ukuran kebenaran Allah (ayat 8). Kemurnian ini bukan sesuatu yang kita miliki dari lahir namun harus dimulai dari kehendak kita untuk murni, sehingga kita berusaha dan berjuang untuk hidup murni. Dimana pun Kristen berada, ia harus menjadi juru damai seperti Yesus (ayat 9), dalam segala bidang kehidupan baik itu dalam rumah tangga, gereja, masyarakat, kantor, bahkan jika ada kesempatan menjadi juru damai dalam perselisihan antar partai politik atau elite politik yang saling berebut kursi kekuasaan.

Bukan suatu kebetulan jika setelah berbicara tentang juru damai, Yesus melanjutkan dengan penganiayaan, sebab dunia mencintai kebencian dan prasangka buruk, sehingga pembawa damai adalah musuhnya (ayat 10). Oposisi, tantangan, dan penganiayaan adalah konsekuensi wajar bagi pengikut Kristus. Yesus menekankan hal ini dengan mengganti kata 'orang' dengan 'kamu' (ayat 11-12) dan juga mengganti kata 'karena kebenaran' (ayat 10) dengan 'karena Aku' (ayat 11). Namun Kristen harus bergembira dan bersukacita bukan hanya karena upahnya besar di surga, namun karena telah dilayakkan menjadi serupa dengan Dia dalam penderitaan-Nya dan penganiayaan oleh dunia yang membuktikan bahwa kita berada di pihak Allah (ayat 12).

Masyarakat Indonesia membutuhkan contoh kehidupan manusia yang bermoral tinggi dan tetap bertahan, walaupun harus mengalami penganiayaan. Di sinilah peran Kristen dibutuhkan. Selain itu masyarakat yang lapar dan 'telanjang', mudah sekali diprovokasi, maka membutuhkan siraman air sejuk yang dapat menenangkan emosi mereka. Di tempat inilah peran Kristen sebagai juru damai sangat dibutuhkan dan dinantikan.

Renungkan: Mulai dari lingkup terkecil kita dapat berperan maksimal: dalam keluarga, sekolah, kantor, gereja, dan masyarakat.



TIP #28: Arahkan mouse pada tautan catatan yang terdapat pada teks alkitab untuk melihat catatan ayat tersebut dalam popup. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA