Texts Notes Verse List
 
Results 41 - 51 of 51 verses for greek:1111 (0.001 seconds)
Jump to page: Prev 1 2 3
Order by: Relevance | Book
  Discovery Box
(0.1250722920354) (Dan 11:10) (jerusalem: anak-anaknya) Yaitu Seleukus III Keraunus (th 227-223 seb Mas) dan Antiokhus III Agung (th 223-187 seb Mas). Ayat-ayat berikut berkata tentang keberhasilan Antiokhus Agung yang disebut "raja negeri Utara". Sejak th 220 seb Mas raja Antiokhus Agung mulai merebut negeri Palestina: Ptolomeus IV Filopator (th 221-203 seb Mas) segera mengerahkan tentaranya juga, baik pasukan sewaan maupun pasukan orang Mesir.Ia maju sampai ke perbatasan dan memukul mundur Antiokhus Agung yang menderita rugi besar (pertempuran di Rafia), Dan 11:11, tetapi kemenangan itu tidak dimanfaatkan, Dan 11:12. Delapan tahun lamanya Antiokhus Agung berperang guna merebut kembali kerajaannya di Asia.Ketika raja Ptolomeus V Epifanes naik takhta di Mesir (th 205-118 seb Mas) Antiokhus Agung kembali menyerang Mesir, Dan 11:13; kali ini ia didukung oleh suatu persekutuan dengan raja Makedonia, Filipus V, dan sangat tertolong oleh pemberontakan-pemberontakan yang sementara itu pecah di negeri Mesir sendiri. Dan 11:15 menyinggung pengepungan kota Gaza yang makan banyak waktu. Serangan balasan yang dilontarkan Ptolomeus V di negeri Yehuda tidak mencegah Antiokhus dari memasuki kota Yerusalem, Dan 11:15-16.
(0.1250722920354) (Ezr 1:1) (sh: Tuhan penggerak sejarah (Selasa, 30 November 1999))
Tuhan penggerak sejarah

Tuhan penggerak sejarah. Kitab Ezra menceritakan suatu permulaan baru bagi umat Israel. Setelah 70 tahun lamanya tertawan di negeri asing, mereka dibebaskan dan diperbolehkan kembali ke Yerusalem. Bahkan raja Koresy - raja Persia saat itu - mencukupi dan merestui persiapan, persediaan, dan perjalanan mereka. Darimanakah kebaikan raja itu? Dari dan karena kedaulatan Allah! Sekalipun raja Koresy tidak mengenal Allah dan tidak mengetahui rencana-rencana-Nya; namun demikian Allah memakai Koresy untuk membebaskan umat-Nya. Allah berdaulat penuh memerintah dunia dengan jalan memberikan pengaruh-Nya kepada manusia dan meletakkan "pemikiran" itu dalam diri manusia.

Tuhan penggerak hati umat-Nya. Allah sanggup mengubah sejarah dunia sendirian. Namun demikian, Ia campur tangan di dunia justru untuk kepentingan umat-Nya, agar bangsa Israel dikembalikan bukan saja ke tanah milik mereka, tetapi kepada Tuhan sendiri. Untuk itu, hati mereka pun digerakkan Allah, semata-mata supaya mereka dapat mengambil bagian dalam kemuliaan-Nya (6, Hag. 1:8).

Renungkan: Tuhan rindu supaya Kristen dapat memahami, menghayati, dan hidup di dalam kehendak dan rencana Allah yang indah bagi kita.

(0.1250722920354) (Hag 1:1) (sh: Iman salah, prioritas salah (Kamis, 16 Desember 1999))
Iman salah, prioritas salah

Iman salah, prioritas salah. Orang Yehuda yang pertama kali tiba di Yerusalem segera berupaya membangun kembali rumah Allah. Mereka berhasil meletakkan fondasi, namun halangan, masalah, dan kesulitan tak kunjung habis. Oleh karena itu mereka berpendapat bahwa saatnya tidak tepat untuk membangun rumah Allah. Mereka tidak lagi beriman bahwa mereka harus menyelesaikan pembangunan, sehingga mereka tidak lagi memprioritaskan pembangunan rumah Allah.

Bukan perhitungan matematika. Apakah dengan memprioritaskan Allah secara otomatis hidup Kristen berkelimpahan? Inilah prinsip Yehuda. Memang, keadaan mereka disebabkan karena mereka mengesampingkan Allah. Namun kehidupan Kristen bukanlah prinsip matematika yang selalu dapat diketahui hasilnya dengan pasti. Allah kita adalah Allah yang berdaulat. Dia berhak memberi dan menahan berkat. Jika kita mengesampingkan Dia dan gagal memberikan prioritas yang menjadi milik-Nya, berarti kita telah meninggalkan suatu sumber yang sangat vital bagi kehidupan dan keberhasilan kita.

Renungkan: Dibutuhkan ketetapan hati untuk memilih dan menempatkan prioritas dalam kehidupan Kristen. Prioritas itu sudah ada, yaitu Allah, Sang Sumber berkat. Tetapkanlah hati untuk setia memprioritaskan Allah dalam segala keberadaan kita.

(0.10943825663717) (Ezr 1:1) (full: )

Penulis : Ezra

Tema : Pemulihan Kaum Sisa

Tanggal Penulisan: 450-420 SM

Latar Belakang

Kitab Ezra adalah bagian dari sejarah yang berkesinambungan dari orang Yahudi yang ditulis setelah masa pembuangan, terdiri atas 1 dan 2 Tawarikh, Ezra, dan Nehemia. Dalam PL Ibrani, Ezra dan Nehemia semulanya satu kitab sebagaimana halnya 1 dan 2 Tawarikh. Para ahli Alkitab pada umumnya beranggapan bahwa sejarah yang disajikan dalam kitab-kitab ini pertama-tama merupakan karya yang terilham dari seorang pengarang pada masa pascapembuangan. Sekalipun penulisnya tidak pernah disebutkan dalam Alkitab, tetapi hampir semua sumber Yahudi dan Kristen, serta juga banyak ahli modern, percaya bahwa pengarangnya adalah Ezra, imam dan ahli Taurat itu. Untuk keterangan lebih terinci mengenai peran Ezra sebagai pengarang, Lihat "PENDAHULUAN 1TAWARIKH" 08053.

Menurut tradisi, Ezralah yang mengumpulkan semua kitab PL menjadi satu unit, memulai bentuk ibadah yang dipakai di sinagoge dan mendirikan Sinagoge Besar di Yerusalem di mana kanon PL akhirnya ditetapkan. Ezra adalah seorang pemimpin saleh dengan kesetiaan yang kokoh dan kasih yang mendalam kepada Firman Allah. Sejarahnya yang tertulis dalam 1 dan 2 Tawarikh serta Ezra dan Nehemia menekankan tema pengharapan, kebangunan, pembaharuan, dan pemulihan umat Allah. Seluruh sejarah ini ditulis pada parohan kedua abad ke-5 SM.

Kitab Ezra mencatat bagaimana Allah menggenapi janji nubuat-Nya melalui Yeremia (Ezr 29:10-14) untuk memulihkan orang Yahudi setelah 70 tahun pembuangan dengan membawa mereka kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1). Keruntuhan Yehuda dan pembuangan mereka ke Babel terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (605 SM), kalangan bangsawan muda Yehuda, termasuk Daniel, dibuang ke Babel; pada tahap kedua (597 SM) ada sekitar 11.000 orang buangan lagi, termasuk Yehezkiel; dan pada tahap ketiga (586 SM) penduduk Yehuda yang tersisa, kecuali Yeremia dan rakyat yang paling miskin, diangkut. Demikian pula, pemulihan kaum sisa buangan, sebagai penggenapan nubuat Yeremia, terjadi dalam tiga tahap. Pada tahap pertama (538 SM) 50.000 orang kembali di bawah pimpinan Zerubabel dan Yesua (bd. Ezr 2:1-70); pada tahap kedua (457 SM) lebih dari 1.700 orang laki-laki (tambah wanita dan anak-anak, berjumlah 5.000-10.000 orang Yahudi) berangkat pulang di bawah pimpinan Ezra (bd. Ezr 8:1-14,18-21); dan pada tahap ketiga (444 SM) Nehemia memimpin kelompok lain lagi (bd. Neh 2:1-10). Perhatikan bahwa rombongan pertama pada tahun 538 kembali ke Yerusalem sekitar 70 tahun setelah pengangkutan pertama ke dalam pembuangan.

Sekitar dua tahun setelah kerajaan Babel dikalahkan dan diganti kerajaan Persia (539 SM), dimulailah pengembalian orang Yahudi ke tanah air mereka. Kitab Ezra mencatat tahap pertama dan kedua dari pemulihan itu, yang melibatkan tiga raja Persia (Koresy, Darius, dan Artahsasta) dan lima pemimpin rohani yang terkemuka:

  1. (1) Zerubabel, yang memimpin rombongan pertama untuk mendirikan kembali Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci;
  2. (2) Yesua, seorang imam besar saleh yang membantu Zerubabel;
  3. (3) Hagai dan
  4. (4) Zakharia, dua nabi Allah yang menasihatkan umat itu untuk menyelesaikan pembangunan Bait Suci; dan
  5. (5) Ezra, yang memimpin rombongan kedua ke Yerusalem dan yang dipakai Allah untuk memulihkan kerohanian dan moralitas umat itu.

Jikalau Ezra adalah penulis kitab ini, sesuatu yang sangat mungkin, ia menyusun catatan sejarah ini di bawah ilham Roh Kudus dengan merujuk kepada aneka dokumen dan surat yang resmi (mis. Ezr 1:2-4; Ezr 4:11-22; Ezr 5:7-17; Ezr 6:1-12), daftar keturunan (mis. Ezr 2:1-70), dan catatan pribadi (mis Ezr 7:27--9:15). Kitab ini ditulis dalam bahasa Ibrani, kecuali Ezr 4:8--6:18 dan Ezr 7:12-26 yang ditulis dalam bahasa Aram, bahasa resmi kaum buangan.

Tujuan

Kitab ini ditulis untuk menunjukkan pemeliharaan dan kesetiaan Allah dalam memulihkan kaum sisa Yahudi dari pembuangan mereka di Babel

  1. (1) dengan menggerakkan hati tiga raja Persia yang berbeda-beda agar membantu umat Allah untuk kembali ke negeri mereka, menetap kembali di Yerusalem dan membangun kembali Bait Suci; dan
  2. (2) dengan menyediakan para pemimpin yang saleh dan andal untuk memimpin kaum sisa yang kembali dalam suatu kebangunan ibadah, komitmen kepada firman Allah, dan pertobatan dari ketidaksetiaan kepada Allah.

Survai

Ke-10 pasal kitab ini dengan sendirinya terbagi menjadi dua bagian:

  1. (1) Bagian pertama (pasal 1-6; Ezr 1:1--6:22) mencatat kembalinya rombongan pertama orang buangan Yahudi ke Yerusalem dan pembangunan kembali Bait Suci;
  2. (2) Bagian kedua (pasal 7-10; Ezr 7:1--10:443) menguraikan kembalinya rombongan kedua di bawah Ezra dan pembaharuan rohani yang mengikutinya.
  3. (1) Bagian pertama mulai di mana 2 Tawarikh berakhir -- dengan penahanan orang Yahudi dan pengumuman Raja Koresy dari Persia (538 SM) yang mengizinkan orang Yahudi kembali ke tanah air mereka (Ezr 1:1-11); pasal 2; Ezr 2:1-70 mencatat nama orang-orang yang ikut rombongan pertama. Pentinglah bahwa hanya sekitar 50.000 orang Yahudi di antara sejuta atau lebih yang terbuang berada dalam rombongan pertama yang kembali (Ezr 1:5; Ezr 2:64-65). Dalam pasal 3 (Ezr 3:1-13), Zerubabel (seorang keturunan Daud) dan Yesua (sang imam besar) mengerahkan umat itu untuk memulai pembangunan kembali Bait Suci yang rusak. Musuh-musuh yang lihai dari Yehuda mempergunakan sarana-sarana politik untuk menghentikan proyek ini selama beberapa waktu (pasal 4; Ezr 4:1-24), tetapi akhirnya pekerjaan dimulaikan kembali dan Bait Suci diselesaikan pada tahun 516 SM (pasal 5-6; Ezr 5:1--6:22).
  4. (2) Kesenjangan selama 60 tahun memisahkan pasal 6 (Ezr 6:1-22) dengan pasal 7 (Ezr 7:1-36). Selama itu Ester berkuasa sebagai ratu di Persia dengan Ahasyweros I. Ester menjadi ratu sekitar 478 SM (Lihat "PENDAHULUAN ESTER" 08069). Pasal 7-8 (Ezr 7:1--8:36) mencatat berbagai peristiwa sekitar 20 tahun kemudian ketika rombongan yang lebih kecil kembali dari Persia ke Yerusalem di bawah pimpinan Ezra. Sedangkan rombongan pertama berhasil membangun kembali rumah Allah, Ezra berusaha memulihkan Hukum Allah di dalam hati umat itu (bd. Neh 8:1-8). Ezra menjumpai kemerosotan rohani dan moral yang luas antara kaum pria Yehuda, yang tampak dari nikah campur dengan wanita kafir. Dengan kesedihan yang mendalam, Ezra mengakui dosa-dosa mereka kepada Allah dan mengadakan syafaat demi mereka (pasal 9; Ezr 9:1-15). Kitab ini berakhir dengan peristiwa Ezra memimpin para pria dalam pertobatan di depan umum dan pembatalan ikatan pernikahan dengan wanita kafir (pasal 10; Ezr 10:1-44).

Ciri-ciri Khas

Empat ciri utama menandai kitab ini.

  1. (1) Ezra-Nehemia adalah satu-satunya catatan sejarah dalam Alkitab mengenai pengembalian orang Yahudia pada masa pascapembuangan di Palestina.
  2. (2) Ciri yang menonjol dari kitab ini ialah bahwa di antara dua bagian utamanya (pasal 1-6, 7-10; Ezr 1:1--6:22; Ezr 7:1--10:44) terdapat kesenjangan sejarah sekitar 60 tahun. Seluruh kitab ini meliput sekitar 80 tahun.
  3. (3) Ezra menunjukkan dengan jelas bagaimana Allah menjaga firman-Nya sehingga pasti digenapi (bd. Yer 1:12; Yer 29:10); Allah mengarahkan hati para raja Persia bagaikan mengatur aliran sungai supaya mengembalikan umat-Nya ke negeri mereka (Ezr 1:1; Ezr 7:11-28; bd. Ams 21:1);
  4. (4) Tindakan Ezra terhadap para wanita kafir yang tidak percaya yang telah dinikahi laki-laki Yahudi (termasuk imam-imam) dengan melanggar perintah-perintah Allah melukiskan dengan nyata bagaimana Allah
    1. (a) menuntut agar umat-Nya hidup terpisah dari dunia kafir, dan
    2. (b) kadang-kadang memakai pembedahan radikal supaya menangani kompromi yang berbahaya dan rawan di antara umat-Nya. Tindakan Ezra dengan tegas mengingatkan umat perjanjian akan panggilan utama mereka untuk menjadi "kerajaan imam dan bangsa yang kudus" (Kel 19:6), bukan sekedar suatu kesatuan nasional campuran lainnya.

Penggenapan Dalam Perjanjian Baru

Kembalinya kaum sisa Yahudi ke negeri mereka dan pembangunan kembali bait suci menyatakan bahwa Allah senantiasa ingin memulihkan umat-Nya yang menyeleweng. Jalan-jalan-Nya mencakup bukan saja hukuman karena kemurtadan, tetapi juga pemulihan dan harapan bagi kaum sisa yang percaya, yang melaluinya Allah mengarahkan aliran penebusan pada jalan akhirnya. Prinsip ini dilihat dalam PB, di mana suatu kaum sisa Yahudi yang percaya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Mesias mereka, sedangkan arus utama penebusan disalurkan kembali dari orang Yahudi yang tidak percaya kepada orang bukan Yahudi di gereja mula-mula.

(0.10943825663717) (Am 5:18) (jerusalem: mereka yang menginginkan hari TUHAN) Bangsa Israel berbangga bahwa adalah umat terpilih. Karenanya mereka menantikan turun tangan Tuhan yang hanya dapat menguntungkan. dengan "hari Tuhan' yang dinantikan mereka itu nabi Amos melawan "hari Tuhan" menurut pandangan para nabi: Hari Tuhan itu ialah hari kegemasan dan murka, Zef 1:15; Yeh 22:24; Rat 2:22, melawan umat Israel yang tegar hati. Hari itu adalah hari kegelapan air mata, pembunuhan, pendeknya hari yang dahsyat, Ams 5:18-20; 2:16; 8:9-10,13; Yes 2:6-21; Yer 30:5-7; Zef 1:14-18; bdk Yoe 1:15-20; 2:1-4. Semua nas ini menyinggung serangan musuh yang memusnahkan segala sesuatu (orang Asyur orang Kasdim). Di masa pembuangan "Hari Tuhan" mendapat ciri lain dan menjadi pokok pengharapan. Murka Tuhan akan melawan segala penindasan umat Israel, Oba 15, yaitu Babel, Yes 13:6,9; Yer 50:27; 51:2; Rat 1:21; Mesir, Yes 19:16; Yer 46:10,21; Yeh 30:2; orang Filistin, Yer 47:4; bangsa Edom, Yes 34:8; 63:4. Begitu "Hari Tuhan" menjadi hari pemulihan umat Israel, Ams 9:11; Yes 11:11; 21:1; 30:26; bdk Yoe 2:32; 3:1. Di masa sesudah pembuangan "Hari Tuhan" semakin menjadi hari penghakiman yang menjamin kejayaan orang benar dan hukuman orang fasik, Mal 4:1-6; Ayu 21:30; Ams 11:4. Penghakiman itu merangkum semua orang, Yes 26:20-27:1; 33:10-16. Lihat juga Mat 24:1+. Mengenai gejala-gejala di jagat raya yang menyertai Hari Tuhan itu bdk Ams 8:9+. Mengenai lambang "genap", "terang", bdk Yoh 8:12+; Maz 17:15+.
(0.10943825663717) (1Kor 1:9) (jerusalem: persekutuan) Kata "persekutuan" (Yunaninya: koinonia) dipergunakan dengan macam-macam arti. Tetapi arti dasarnya selalu sama: persekutuan yang berurat berakar dalam apa yang oleh beberapa orang dimiliki bersama, entahlah milik bersama itu milik materiil atau spirituil. Pada orang-orang Kristen milik materiil selalu disertai milik spirituil, Rom 15:26-27; 2Ko 8:4; 9:13; Gal 6:6; Fili 4:15-17. Ada kalanya orang "bersekutu" dalam perbuatan atau perasaan hati, 2Ko 1:7; 6:14; 1Ti 5:22; 2Yo 11; Wah 1:9. Adapun persekutuan yang menjadi dasar dan sumber segala macam persekutuan lain ialah persekutuan dalam hal-hal ilahi, 1Ko 9:23; Fili 1:5; File 6. Persekutuan itu mempersatukan kita dengan Bapa dan Anak, Yesus Kristus, 1Ko 1:9; 1Yo 1:3+, 1Yo 1:7+, dengan Kristus sendiri, 1Ko 10:16; Fili 3:10; 1Pe 4:13, dengan Roh Kudus, 2Ko 13:13+; Fili 2:1. Iapun mengikut-sertakan kita dalam kemuliaan yang akan datang, 1Pe 5:1. Oleh karena Kristus mengambil bagian dalam kodrat kita, Ibr 2:14, kitapun mengambil bagian dalam kodrat ilahi, 2Pe 1:4+. Kata "persekutuan" mengungkapkan ciri khas jemaat Kristen, Kis 2:42+
(0.10943825663717) (Ams 11:1) (sh: Kristen dan pembangunan masyarakat (Selasa, 25 Juli 2000))
Kristen dan pembangunan masyarakat

Kristen dan pembangunan masyarakat. Bila kita amati kota-kota besar di Indonesia, akan terpampang di depan mata kita pemandangan yang sangat ironis. Kristen beserta keluarganya berangkat beribadah dengan mengendarai mobil mewah dan mengenakan pakaian dan segala aksesorisnya yang tak terbeli dengan gaji buruh selama 1 tahun. Dalam perjalanan, mereka akan bertemu atau melintasi anak-anak jalanan, pedagang asongan, para gelandangan, dan pengemis yang berkeliaran mengharapkan sedekah, yang seringkali tidak cukup untuk membayar 1 kali parkir mobil.

Melihat pemandangan yang ironis ini, bagaimana respons Anda terhadap firman Tuhan yang terdapat dalam Amsal 11:11? Berkat orang benar tidak untuk dinikmati sendiri tapi bersama masyarakat sekitar, sehingga masyarakat ini bertumbuh dan berkembang secara sosial, ekonomi, dan budaya. Proses terjadinya perkembangan kota yang demikian nampaknya suatu proses yang harus atau secara otomatis terjadi begitu saja. Dengan kata lain penulis Amsal menegaskan dimana ada orang kristen di situ harus terjadi perkembangan masyarakat.

Luar biasa sekali peranan Kristen bagi bangsa dan negaranya. Dalam lingkungan yang kecil, Kristen dapat memberikan nasihat dan bimbingan bagi teman-teman dan tetangganya di waktu-waktu yang sulit baik diminta atau tidak sehingga mereka bisa selamat melewati kesulitan-kesulitan yang menghadang (9, 14). Ia berhati-hati dalam berbicara sehingga tidak memicu kerusuhan di tengah-tengah masyarakat (12-13). Kristen harus menjadi contoh sebagai manusia yang melaksanakan segala aktivitas dengan kejujuran dan keadilan (1). Ia memandang dan menghargai semua orang baik orang miskin maupun kaya sehingga tidak terjadi diskriminasi yang akan menimbulkan reaksi bermusuhan (2).

Renungkan: Beberapa ujian yang paling tepat untuk mengetahui apakah Kristen sudah melaksanakan panggilannya adalah jika Anda seorang pengusaha, apakah kesejahteraan seluruh karyawan Anda mengalami perbaikan yang terus-menerus, jika Anda dipercayai memimpin sebuah lembaga, institusi atau perusahaan, apakah Anda berani memperjuangkan agar gaji yang diterima bawahan dapat meningkatkan taraf hidupnya, apakah pajak Anda sudah dihitung sebagaimana mestinya sehingga pemerintah mendapatkan penghasilan bagi anggaran belanjanya?

(0.10943825663717) (Hos 1:1) (sh: Dihukum dan diampuni (Rabu, 3 November 2004))
Dihukum dan diampuni

Dihukum dan diampuni. Apa yang akan seorang suami lakukan terhadap istri yang berselingkuh? Menurut Hukum Taurat, suami boleh menuntut mati istrinya. Di zaman modern ini, biasanya tuntutan cerai.

Tindakan Allah menyuruh Hosea menikahi perempuan sun-dal, menunjukkan sikap Allah terhadap Israel yang melacurkan diri. Allah ingin mengampuni, namun terlebih dahulu dosa harus dihukum. Itu dinyatakan-Nya melalui pemberian nama-nama anak Hosea dari hasil pernikahannya itu. Yizreel berarti Israel akan kalah dan berakhirnya kekuasaan Raja Yehu (ayat 4-5)(Yehu merebut kekuasaan melalui kudeta berdarah). Lo Ruhama berarti Allah tidak akan menyayangi umat Israel (ayat 6). Akan tetapi, Allah masih berbelas kasihan terhadap umat Yehuda, yang pada masa Hosea menunjukkan kesetiaan kepada Allah (ayat 7). Sedangkan, Lo Ami berarti Tuhan telah menolak umat Israel sebagai umat-Nya (ayat 8-9). Nama Lo Ami adalah puncak kemarahan Allah kepada Israel, karena Israel telah berselingkuh dengan ilah lain. Murka Allah menandakan bahwa Israel bukan lagi umat-Nya dan Ia bukan lagi Allah Israel.

Dengan demikian, perjanjian dengan Allah telah hancur. Hubungan simbolis Allah sebagai suami dengan umat sebagai istri telah terputus. Sebenarnya, Allah menghukum agar Israel menyadari dosanya dan bertobat. Setelah itu, Allah akan memulihkan mereka, berupa sisa umat Israel yang sedikit akan dibuat menjadi banyak kembali (ayat 10); Israel kembali menjadi umat Allah, dan Ia akan menjadi Allahnya (ayat 11). Perubahan nama anak Hosea merupakan simbol Allah bagi pemulihan Israel yaitu: dari Lo Ruhama menjadi Ruhama (Allah mengampuni), Lo Ami menjadi Ami (umat Allah).

Bukankah kita juga sama seperti Israel, sering meninggalkan Tuhan untuk mengejar uang, harta, kekuasaan, dan berbagai kesenangan duniawi? Namun, oleh kasih-Nya Allah telah mengampuni kita dan menjadikan kita umat-Nya di dalam Kristus Yesus. Oleh karena itu, kita harus menjadi umat Tuhan yang setia, sepadan dengan kasih karunia-Nya yang penuh pengorbanan.

Bersyukurlah: Allah telah mengampuni kita melalui Tuhan Yesus, sehingga kita layak disebut umat-Nya.

(0.10943825663717) (Kis 1:1) (sh: Wawasan baru kemuridan (Jumat, 6 Juni 2003))
Wawasan baru kemuridan

Wawasan baru kemuridan. Zaman kita kini adalah zaman yang ironis. Berbagai informasi tentang dan dari belahan dunia lain yang jauh dapat dengan mudah diterima, didengar, dibaca, atau ditonton. Namun pada saat yang sama orang-orang yang berpikir sempit kedaerahan dan sektarian justru tidak berkurang dan malah makin radikal, termasuk bahkan beberapa saudara yang seiman.

Wawasan misioner justru mengajak murid untuk tidak berpikir picik, dan mulai berpikir secara luas; sang murid akan menerima kuasa dari Roh Kudus, dan menjadi saksi bagi Kristus sampai ke ujung bumi (ayat 8). Wawasan misioner yang berdasarkan kuasa Roh Kudus itu mengajak mereka meninggalkan wawasan kedaerahan yang sempit. Pertanyaan mereka di ayat 6 mencerminkan keprihatinan kedaerahan khas orang Yahudi, yang menantikan kedatangan zaman baru mesianis ketika mereka akan ditinggikan di atas bangsa-bangsa kafir lainnya. Kini pusat perhatian mereka bukan lagi aspirasi sempit bagi golongan sendiri, tetapi pemberitaan Kerajaan Allah ke seluruh penjuru dunia. Kata Yunani martureo ("bersaksi") dalam ay. 8 merupakan akar kata dari kata 'martir'. Bersaksi berarti siap juga berkorban, bahkan mati demi apa yang dipercayai.

Kalimat yang hampir usang "berpikirlah secara global, bertindaklah secara lokal" mengandung kebenaran yang harus kita camkan sebagai murid-murid Kristus. Agenda terpenting perjuangan Kristen tidak boleh egoistis: berjuang demi "agama", etnis/suku yang kebetulan "seiman", klan/keluarga, pribadi dst. Perjuangan Kristen adalah perjuangan yang mengorbankan diri dan bukan demi keuntungan diri/golongan sendiri.

Renungkan: Kesaksian selalu membawa kemungkinan pengorbanan diri dari pihak yang bersaksi. "Kesaksian" yang mementingkan diri/golongan bukanlah kesaksian sejati yang menaati tuntunan Roh Kudus.

(0.10943825663717) (Yak 1:1) (sh: Arti "bersukacita" yang sesungguhnya (Sabtu, 2 Juni 2001))
Arti "bersukacita" yang sesungguhnya

Arti “bersukacita” yang sesungguhnya. Benarkah himbauan: “Tetaplah bersukacita ketika Anda terpaksa kehilangan pekerjaan tetap akibat penolakan Anda melakukan KKN dalam perusahaan”, merupakan aplikasi yang tepat dari pernyataan Yakobus (2)? Tidak sepenuhnya benar, bila hanya sebatas pengertian bahwa Kristen harus meminimalkan dukacita yang dialaminya dan bersikap seolah-olah tidak pernah merasakan sedih, pedih, merintih, dan menangis. Benarkah bahwa Kristen tidak boleh berdukacita akibat pencobaan yang dialaminya? Apakah harus bersikap naif terhadap dukacita yang dialaminya?

Tidak benar demikian! Dalam menghadapi pencobaan dan pergumulan yang berat, Kristen harus hidup dalam dunia realita. Namun tidak terhanyut dalam perasaan yang menekan, gagal, dan suasana perkabungan. Mengapa demikian? Karena ada satu keyakinan bahwa pencobaan yang dialaminya diizinkan Tuhan untuk menguji imannya dan mendewasakan kehidupan rohaninya (3-4). Kristen mengalami proses pergumulan dari dukacita menjadi sukacita yang bukan bergantung pada situasi yang telah berubah menjadi menyenangkan, tetapi semata bergantung kepada pengenalan akan Allah yang memiliki tujuan mulia dan mampu memberi kekuatan untuk menghadapi segala pencobaan. Itulah sebabnya kata ‘berbahagia’ yang dipakai Yakobus bukan berdasarkan dukungan secara material tetapi kekayaan rohani, sehingga mampu menempatkan pencobaan sebagai batu uji iman (2-3). Progresif pengenalan seseorang akan Allah menolong dia menyikapi pencobaan dengan hikmat.

Bagaimana dengan seseorang yang tidak memiliki hikmat? Yakobus pun membahas dalam suratnya (5-8). Orang yang kekurangan hikmat hendaknya datang kepada sumber hikmat, Allah sendiri, yang tidak pernah kekurangan hikmat, atau terlalu pelit memberikannya kepada yang memintanya dengan iman.

Pencobaan tidak kenal status sosial, baik orang kaya ataupun orang miskin. Penggambaran status yang sama rendah dan fana seperti bunga rumput yang segera layu (9-11)

Renungkan: Pencobaan dan pergumulan apakah yang sedang Anda alami saat ini? Bagaimana Anda memandang dan menyikapinya, sangat bergantung pada persepsi Anda tentang pencobaan tersebut. Renungkan kata-kata Yakobus dalam suratnya ini!

(0.093804221238938) (1Tim 1:1) (sh: Dasar menentukan ajaran dan tindakan (Kamis, 6 Juni 2002))
Dasar menentukan ajaran dan tindakan

Dasar menentukan ajaran dan tindakan. Bagian pembuka surat Paulus ini memperlihatkan satu penekanan penting. Paulus mengingatkan kembali Timotius bahwa dirinya menjadi rasul, bukan karena kehendaknya pribadi, tetapi karena perintah Allah (ayat 1:1). Ia memberitakan Injil karena Injil itu telah dipercayakan Allah kepadanya (ayat 11). Penegasan ini bukanlah suatu bentuk kesombongan rohani, tetapi bertujuan untuk menunjukkan perbedaan antara dasar panggilan dari mereka yang sungguh-sungguh melayani Tuhan, dan mereka yang tidak. Karena itu, Timotius, sebagai anak Paulus yang sah dalam iman (ayat 2), harus memperhatikan hal ini.

Penegasan tadi menjadi penting ketika Paulus menulis tentang para pengajar ajaran sesat. Mereka disebut Paulus sebagai "orang-orang tertentu … (yang) mengajarkan ajaran lain" (ayat 3), yang "sesat dalam omongan yang sia-sia" (ayat 6). Mereka "sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya" (ayat 4). Orang-orang ini mengajarkan bahwa orang Kristen bukan Yahudi tetap harus mengikuti peraturan keagamaan Yahudi. Kelihatannya, sebagian dari mereka adalah mantan rekan-rekan sepelayanan Paulus. Paulus juga menunjukkan bahwa mereka "hendak menjadi pengajar hukum Taurat tanpa mengerti perkataan … dan pokok-pokok yang secara mutlak mereka kemukakan" (ayat 7).

Kontras ini juga tampak dalam tujuan dan akibat pelayanan. Pengajaran dan pemaksaan yang dilakukan para pengajar ini menghasilkan persoalan, dan bukan "tertib hidup keselamatan yang diberikan Allah dalam iman" (ayat 4). Sementara Paulus menunjukkan, bahwa tujuan pemberian nasihat oleh seorang pelayan Tuhan sejati adalah untuk menimbulkan kasih dari "hati yang suci, hati nurani yang murni dan iman yang tulus ikhlas" (ayat 5). Pengajaran seorang pengajar yang benar juga tidak bertentangan dengan ajaran sehat yang didasarkan pada Injil Allah (ayat 11).

Renungkan: Menjadi pemimpin dan pengajar di dalam komunitas orang percaya harus berawal pada panggilan Ilahi, memiliki kesungguhan untuk berpegang pada ajaran yang sehat, dan memenuhi syarat-syarat kehidupan terpuji, jika tidak ingin jatuh ke dalam kesesatan dan menjadi batu sandungan bagi gereja.



created in 0.04 seconds
powered by YLSA