Dan justru itulah maksud suratku<x id="z" /> ini, yaitu supaya jika aku datang, jangan aku berdukacita<x id="a" /> oleh mereka, yang harus membuat aku menjadi gembira. Sebab aku yakin<x id="b" /> tentang kamu semua, bahwa sukacitaku adalah juga sukacitamu.

Pelayanan yang memimpin kepada kematian<x id="m" /> terukir dengan huruf pada loh-loh batu. Namun demikian kemuliaan Allah menyertainya waktu ia diberikan. Sebab sekalipun pudar juga, cahaya muka Musa begitu cemerlang,<x id="n" /> sehingga mata orang-orang Israel tidak tahan menatapnya. Jika pelayanan itu datang dengan kemuliaan yang demikian

Bukan hanya oleh kedatangannya saja, tetapi juga oleh penghiburan yang dinikmatinya di tengah-tengah kamu. Karena ia telah memberitahukan kepada kami tentang kerinduanmu, keluhanmu, kesungguhanmu untuk membela aku, sehingga makin bertambahlah sukacitaku.

Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan,<x id="x" /> penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu.

Aku memegahkan kamu<x id="b" /> kepadanya, dan kamu tidak mengecewakan aku. Kami senantiasa mengatakan apa yang benar kepada kamu, demikian juga kemegahan kami di hadapan Titus<x id="c" /> sudah ternyata benar.

Dan oleh sebab kamu telah tahan uji dalam pelayanan itu,<x id="t" /> mereka memuliakan Allah<x id="u" /> karena ketaatan kamu dalam pengakuan<x id="v" /> akan Injil Kristus<x id="w" /> dan karena kemurahan hatimu<x id="x" /> dalam membagikan segala sesuatu dengan mereka dan dengan semua orang,

Aku, Paulus,<x id="a" /> seorang yang tidak berani bila berhadapan muka dengan kamu, tetapi berani terhadap kamu bila berjauhan, aku memperingatkan kamu<n id="1" /> demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.<x id="b" />

Memang kami tidak berani menggolongkan diri kepada atau membandingkan diri dengan orang-orang tertentu yang memujikan diri sendiri.<x id="s" /> Mereka mengukur dirinya dengan ukuran mereka sendiri<n id="1" /> dan membandingkan dirinya dengan diri mereka sendiri. Alangkah bodohnya mereka!

Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan<n id="1" /> dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.<x id="i" />

Sebab dalam hal manakah kamu dikebelakangkan dibandingkan dengan jemaat-jemaat lain, selain dari pada dalam hal ini, yaitu bahwa aku sendiri tidak menjadi suatu beban kepada kamu?<x id="s" /> Maafkanlah ketidakadilanku ini!<x id="t" />