(0.14910994025974) | (Est 3:1) |
(sh: Tuhan di balik dampak-dampak negatif kesalahan manusia (Sabtu, 23 Juni 2001)) Tuhan di balik dampak-dampak negatif kesalahan manusiaTuhan di balik dampak-dampak negatif kesalahan manusia. Sebagai manusia, kita menginginkan adanya rasa aman dan tentram untuk hidup dan masa depan kita, tetapi kita perlu menyadari bahwa tidak ada satu pun yang dapat memberi jaminan kepada kita bahwa kita tidak akan pernah menghadapi kesulitan, krisis, ataupun bahaya. Tidak terkecuali bagi kita, umat Tuhan!
Marilah kita bermain imajinasi.
Seandainya hari ini terdengar kabar: "Orang-orang
Kristen dalam bahaya pembantaian masal yang diresmikan
dan diatur dengan undang-undang negara yang bunyinya:
'Hendaklah semua orang Kristen dipunahkan, dibunuh, dan
dibinasakan, mulai dari yang muda sampai kepada yang
tua, bahkan anak-anak dan perempuan! Juga harta benda
mereka haruslah dirampas!' Undang-undang ini berlaku
untuk seluruh negri, tidak dapat dibatalkan ataupun
diganggu gugat oleh siapa pun!" Bagaimana perasaan
Anda? Hal seperti inilah yang dialami orang-orang
Yahudi (12-14). Realita kehidupan memang seringkali
tidak adil! Mordekhai yang berjasa menyelamatkan raja
dilupakan begitu saja sedangkan Haman, orang Agag
(Amalek) musuh bebuyutan orang Yahudi (10, bdk. Renungkan: Tuhan tidak berjanji bahwa kita tidak akan pernah mengalami kesulitan, tetapi Ia berjanji tidak akan "lepas tangan" terhadap penderitaan kita. Walaupun tak terlihat oleh mata, Dia sedang menjalankan keadilan- Nya. Lihatlah ke depan dan temukan pengharapan-Nya. |
(0.14910994025974) | (Mzm 58:1) |
(sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001)) Allah yang memberi keadilan di bumiAllah yang memberi keadilan di bumi. Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.
Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan
kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak
ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima
gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan
penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam,
atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu
mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat 8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat 8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat 9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12). Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11). Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil. |
(0.14910994025974) | (Mzm 113:1) |
(sh: Kewajiban memuji (Kamis, 2 Mei 2002)) Kewajiban memujiKewajiban memuji. Mazmur ini dibuka dengan suatu seruan kepada semua hamba Tuhan untuk memuji Tuhan pada segala waktu dan tempat. Mengapa? Karena Tuhan mengatasi segala sesuatu: Ia mengatasi waktu: “sekarang dan selamanya” (ayat 2). Ia mengatasi kehidupan: “Dari terbitnya hingga terbenamnya matahari” (ayat 3), yaitu di segala tempat di muka bumi. Ia juga mengatasi ketinggian, yang menyangkut Pemerintahan-Nya: “Ia ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi” (ayat 4). Kemuliaan Allah (ayat 4b) yang bersinar itu menunjuk pada kekuatan Khalik dan Penentu sejarah. Keberadaan-Nya itu menunjukkan betapa Tuhan, Allah Israel itu, Mahatinggi, tak ada yang sebanding dengan Dia (Yes. 40:12-26) dan tak ada Allah selain Dia (Yes. 44:6). Namun, Allah yang bertakhta dalam ketinggian surgawi bukanlah Allah yang tidak peduli pada keberadaan umat-Nya di bumi. Umat-Nya yang dilecehkan dan diperlakukan tidak semena-mena diangkat dan didudukkan di tempat yang layak. Wujud kepedulian Allah pertama-tama ditujukan kepada orang-orang hina dan miskin, yaitu mereka yang lemah kedudukannya, mereka yang tidak mempunyai keterampilan atau keahlian yang diperlukan masyarakat, mereka yang menganggur dan berkekurangan. Mereka diangkat dan didudukkan di antara para bangsawan. Di tempat itu, masa depan mereka direncanakan, kedudukan mereka diperbarui, dan segala kerinduan mereka dipuaskan (ayat 7-8). Kedua, Allah peduli terhadap keberadaan wanita mandul yang saat itu dipandang hina dan terkutuk, disakiti hatinya, dianggap tidak berguna. Wanita mandul inilah yang diangkat Tuhan tidak hanya untuk menjadi seorang yang penuh sukacita karena menjadi ibu, tetapi juga masa depannya. Tuhan telah menghapuskan aibnya di depan manusia (bdk. Kej. 30:23; Luk. 1:25). Perbuatan Allah di masa itu, digenapi penuh dalam sikap Yesus terhadap orang berdosa. Tuhan Yesus Kristus memberikan nyawa-Nya agar orang-orang berdosa dan hina terangkat menjadi anak-anak Allah. Renungkan: Hidup yang memuji Allah mengandung dua aspek yang tak terpisahkan satu dengan lainnya yaitu ibadah kepada Allah dan kepada sesama. |
(0.14910994025974) | (Yak 3:1) |
(sh: Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu! (Kamis, 7 Juni 2001)) Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu!Hati-hati dengan kata-kata yang keluar dari mulutmu! Jemaat mula-mula menempatkan seorang pengajar dalam posisi penting dan terhormat. Dari para pengajar ini jemaat mendapatkan banyak pengajaran-pengajaran tentang kehidupan - norma-norma etika yang berlaku, tentang hukum, dlsb. Sesuai dengan kedudukannya, para pengajar itu mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat. Karena ia tidak hanya bertanggungjawab terhadap isi ajaran yang diajarkannya, tetapi juga harus mampu mencerminkannya dalam sikap hidupnya. Di masa sekarang ini, kita mengenal banyak sekali orang yang menekuni profesi pengajar. Misalnya, guru, dosen, pendeta, dlsb. Seperti halnya jemaat mula-mula, kita juga tahu bahwa profesi ini tidak hanya memikul tanggung jawab dalam isi pengajaran, tetapi juga bertanggungjawab untuk memperlihatkan sikap yang sesuai dengan pengajarannya, harus menjadi teladan, harus memperlihatkan sikap hidup yang sesuai dengan norma- norma hukum yang berlaku dalam masyarakat. Namun, sebenarnya tanggung jawab terhadap pengajaran itu juga menjadi tanggung jawab semua orang. Dalam hal ini semua orang dapat berfungsi sebagai pengajar karena hal yang paling penting adalah benar atau tidaknya pengajaran itu. Karena itu peringatan Yakobus tentang penguasaan lidah tidak hanya berlaku bagi jemaat penerima surat, tetapi berlaku juga bagi kita saat ini. "Memang lidah tak bertulang, tak terbatas kata-kata" . Kalimat ini mengingatkan kita tentang fungsi lidah, ibarat api kecil yang dapat membakar hutan besar. Lidah juga dapat menodai seluruh tubuh, dan membakar roda kehidupan kita. Lidah dapat mengubah kawan menjadi lawan. Bahkan lidah bisa mengakibatkan tercetusnya perang saudara, perang antarnegara, berjuta-juta manusia terbunuh, berjuta-juta manusia kehilangan tempat tinggal, berjuta- juta manusia mengarahkan hidupnya pada kesesatan, dlsb. Lihatlah akibat yang ditimbulkan oleh orang-orang yang tidak dapat mengendalikan lidahnya, kebinasaan menjadi bagiannya! Sebenarnya, lidah adalah alat saja. Renungkan: Waspadai dan kendalikan lidah Anda dan lakukan perkara- perkara besar melalui bagian kecil dalam tubuh Anda tersebut. Dari kemurnian hati pancarkanlah mutiara- mutiara kata yang memuliakan Tuhan, membangun diri, dan menjadi berkat bagi orang lain! |