Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 53 dari 53 ayat untuk sindiran (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.30) (Am 8:14) (jerusalem: Asima, dewi Samaria) Naskah Ibrani sebenarnya kurang jelas. Mungkin dimaksudkan dewi yang bernama Asyema, bdk 2Ra 17:30, yang oleh nabi dengan sengaja dirubah menjadi Asima, artinya: dosa. Tetapi mungkin pula bahwa Asima sindiran menghina untuk menyebut sebuah tempat kudus di Samaria. Bdk Ula 9:21; anak lembu emas oleh Harun disebut "dosa kamu" (terj: perbuatanmu yang berdosa)
(0.25) (2Kor 1:3) (ende: Terpudjilah Allah)

Utjapan sjukur kepada Allah, lain dari biasanja dalam surat-surat Paulus, kali ini tidak mengandung pudjian kepada umat. Surat ini agak murung suasananja. Paulus merasa perlu tjemas dan ketjewa terhadap umatnja jang tertjinta, jang tidak begitu setia lagi. Sebagian besar surat ini pula berisi pembelaan diri terhadap siasat dan fitnah para penentangnja, jang sebagian terdiri dari pengadjar-pengadjar Jahudi dari luar, jang menjanggah adjaran-adjaran Paulus dan karena dengki mengecilkan kewibawaannja, sehingga mengatjaukan dan menjesatkan umat. Pembelaan ini sering sangat keras dan bertjorak sindiran tadjam penuh kedjengkelan. Tetapi sepandjang seluruh surat njata sekali, bahwa segalanja itu berpokok pada dan bernafaskan tjinta besar dan murni kepada umat, Kristus dan Allah.

(0.20) (1Kor 1:17) (ende: Bukannja untuk mempermandikan orang)

Sebutan itu djangan dianggap seolah-olah Paulus kurang menghargakan permandian. Kebalikannja djelas sekali dalam utjapan-utjapan lain. Hanja Paulus jakin bahwa ia berwadjib menggunakan seluruh waktu dan tenaganja untuk meluaskan Geredja dan meletakkan dasar umat-umat bagian seteguh-teguhnja, dengan pengadjarannja jang memang berkewibawaan dan berdjiwa. Pekerdjaan-pekerdjaan lain, termasuk mempermandikan orang, diserahkannja kepada para pembantu.

(0.20) (Dan 3:17) (full: ALLAH KAMI YANG KAMI PUJA SANGGUP MELEPASKAN KAMI. )

Nas : Dan 3:17-18

Sindiran iri hati para peramal dan ancaman-ancaman penuh kemarahan dari raja Nebukadnezar tidak menakuti ketiga pemuda ini untuk memperlunak pendirian pribadi mereka. Mereka malah memberikan kesaksian yang berani dan sangat terus-terang tentang kesetiaan mereka kepada satu-satunya Allah yang benar. Mereka mempunyai pengharapan dan iman yang terpaut pada Dia yang adalah perlindungan dan kekuatan mereka (Mazm 46:2; 56:5). Mereka juga tahu bahwa murka Allah terhadap dosa dan ketidaktaatan jauh lebih hebat daripada kemarahan manusia (bd. pasal Im 26:1-46; Ul 28:1-68). Jadi, sebagai ungkapan iman yang kokoh, kepercayaan mutlak dan kesetiaan penuh kepada Allah, mereka mengatakan, "seandainya Ia tidak menolong." Mereka memiliki iman yang mengandalkan dan menaati Allah tanpa menghiraukan akibat-akibatnya. Ketaatan dan kepercayaan yang tabah kepada Allah, dan bukan terutama pengalaman kebebasan, memberikan bukti sejati iman alkitabiah. Sebagaimana banyak orang kudus dalam Alkitab, iman ketiga sahabat ini diuji amat sangat.

(0.20) (Yes 37:1) (sh: Pengharapan dalam kesulitan. (Jumat, 4 Desember 1998))
Pengharapan dalam kesulitan.

Raja Hizkia dalam kesulitan karena seluruh kota Yerusalem dikepung oleh tentara Asyur. Bahkan Sanherib, raja Asyur dengan amat kasar menghina nama Allah. Dalam kesulitannya, raja Hizkia menyadari dan mengakui segala kesalahannya di hadapan Allah. Seluruh stafnya pun diperintahkan melakukan hal yang sama. Mereka bersehati, berdoa, memohon pertolongan Allah. Allah berkenan mendengarkan permohonan yang dilandasi penyesalan, kesungguhan dan kerendahan hati.

Permohonan orang percaya. "Jangan takut karena apa yang kamu dengar, tetapi percayalah terhadap yang kamu dengar dari Allah." Hizkia meresponi dengan benar semua penghinaan dan sindiran yang dilontarkan raja Asyur. Dia datang ke hadapan Allah, menyesali segala perlakuannya yang menyakitkan hati Allah. Dan, Allah berkenan terhadap respons positif Hizkia. Banyak orang Kristen yang menjadi limbung ketika ada orang mengejek bahkan menertawakan imannya kepada Kristus Yesus. Pada intinya ejekan itu sebenarnya ditujukan kepada Allah. Adukanlah itu pada-Nya seperti yang telah Hizkia lakukan! Niscaya, Allah Sang Pengendali sejarah mampu mengatasinya.

Renungkan: Allah adalah tempat kita mencurahkan segala kesesakan hati, karena Ia mendengar dan berkuasa menolong.

(0.20) (Mat 21:28) (sh: Lamban meresponi karunia Allah. (Jumat, 27 Maret 1998))
Lamban meresponi karunia Allah.

Berulang kali Tuhan menegur orang Yahudi dan para pemimpinnya yang lamban mengakui Yesus sebagai kebenaran. Kini dua perumpamaan yang Tuhan ucapkan, sekaligus menyindir dan menegur keras kelambanan dan kedegilan hati mereka. Dalam perumpamaan dua orang anak, Tuhan menegur sikap keagamaan mereka yang hanya sebatas bibir. Justru orang kafir yang tidak terikat perjanjian Allah ternyata lebih responsif terhadap Yesus. Rupanya mereka itulah yang dalam bagian sebelumnya disebut Yesus sebagai yang terkemudian yang akan menjadi yang terdahulu.

Lamban akhirnya keras hati. Dalam perumpamaan kedua Tuhan bicara lebih tegas. Kini bukan lagi sindiran tetapi peringatan keras. Akan jadi buruk sekali keadaan mereka yang terus saja lamban menerima kebenaran Yesus. Karena dasar dari sikap lamban tersebut adalah penolakan, maka penolakan itu kelak akan memuncak dalam permusuhan. Tentu saja hanya kerugian besar dan kehancuran dahsyat akan menjadi bagian mereka yang menolak dan memusuhi Yesus (ayat 43, 44).

Renungkan: Orang yang telah mendengar tetapi menolak untuk taat kepada panggilan Allah, akan menjadi bebal.

Doa: Tolong kami untuk tanggap dan taat pada tiap kebenaran-Mu, Tuhan Yesus.

(0.17) (1Kor 8:1) (ende: Daging pudjaan)

ialah jang dimakan dalam upatjara penjembahan dewa-dewa atau sisa dari padanja jang didjual dipasar dan dimakan dalam rumah tangga. Turut makan sebagai mengambil bagian dalam penjembahan tentu sadja terlarang. Tetapi orang-orang serani terpaksa makan apa sadja, jang disadjikan dalam rumah tangga atau pada perdjamuan-perdjamuan biasa, dan sering sekali daging jang disadjikan adalah daging bekas pudjaan, ataupun berasal dari binatang jang disembelih dengan upatjara kafir. Hal itu menimbulkan banjak kesulitan dalam umat dan mereka bertanja kepada Paulus, bagaimana seharusnja sikap mereka terhadap itu. Ada jang terlalu bebas, dan ada jang ragu-ragu hati-nuraninja. Jang terlalu bebas, ialah agaknja golongan-golongan jang dimaksudkan dalam 1Ko 4:8; 4:18-21; dan 1Ko 6:9-12. Dengan sombongnja mereka itu berdalih-dalih: "kami berpengetahuan, tidak pertjaja akan dewa-dewa dan makan sadja daging itu sebagai makanan biasa".

(0.17) (Ul 26:1) (sh: Yang terbaik, untuk siapa? (Rabu, 7 Juli 2004))
Yang terbaik, untuk siapa?

Ini bukan sindiran, tetapi fakta yang sering terjadi. Berapa dari kita khusus menyiapkan "uang kecil" untuk persembahan daripada menyiapkan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan dengan penuh kesukaan? Apa yang menjadi motivasi dan dasar pertimbangan kita ketika menentukan mengapa dan bagaimana kita bersumbangsih dalam kebutuhan orang yang kekurangan?

Umat Israel diperintahkan untuk mempersembahkan buah sulung dari hasil panen pertama mereka setelah menduduki tanah perjanjian. Persembahan buah sulung diatur sedemikian rupa secara ritual, maksudnya mengingatkan mereka bahwa mereka berasal dari nenek moyang yang menderita penindasan dan penganiayaan sebelum Allah dalam kebaikan-Nya bertindak dan mengubah mereka dari kaum budak menjadi umat Allah yang bebas dan diberkati. Allah memberi mereka tanah perjanjian berlimpah susu dan madu. Dengan demikian persembahan hasil pertama itu keluar dari hati yang meluap dengan syukur atas kebaikan Tuhan dan pengakuan tentang hak Tuhan (ayat 1-11).

Ucapan syukur itu dirayakan bersama kaum Lewi, orang asing, para yatim dan janda. Merekalah yang menjadi prioritas untuk menikmati ucapan syukur umat Israel. Kaum Lewi adalah pekerja Kemah Suci yang tidak berpenghasilan sendiri. Orang asing tidak memiliki masa depan yang pasti kecuali dari belas kasih penduduk setempat. Janda dan yatim tidak memiliki kemampuan dan kesempatan untuk menafkahi diri sendiri (ayat 12-15).

Seorang teman bersaksi bahwa ia memberi seluruh gaji pertamanya untuk Tuhan. Seorang lagi bercerita bahwa ia membiasakan diri menimbang apakah tepat membeli sesuatu dilihat dari sisi waktu Allah dan dari sisi kenyataan banyak orang lain tidak memiliki. Bagaimana kesaksian hidup kita tentang pengaturan harta milik?

Renungkan: Wujud ucapan syukur yang berkenan kepada Allah adalah mengunjungi para yatim dan janda, membagikan berkat-berkat Allah kepada mereka yang kekurangan. Itulah wujud ibadah dari orang yang bebas dalam Allah.

(0.17) (2Sam 11:1) (sh: Lepas kendali (Rabu, 13 Agustus 2003))
Lepas kendali

Bacaan kita hari ini mengagetkan karena membawa kita menjumpai sebuah titik tanpa jalan kembali dalam kehidupan Daud. Dosa masuk dan hidup pun berubah. Kita akan mencoba melihat tidak hanya bagaimana Daud jatuh dalam perzinahan, namun lebih dari itu, kita akan melihat bagaimana situasi Daud bisa menjadi satu refleksi yang dalam buat kehidupan kita masing-masing.

Peristiwanya terjadi ketika bangsa Israel masih terus berada dalam ketegangan militer dengan bani Amon. Daud, yang adalah seorang raja, yang seharusnya diharapkan maju berperang untuk melindungi bangsanya, malah berada di singgasananya yang nyaman di Yerusalem. Dalam situasi santai seperti itu, Daud melihat seorang wanita yang sangat cantik. Ia menanyakan siapa namanya dan milik siapa wanita itu. Ternyata ia adalah isteri Uria, orang Het, komandan pasukannya sendiri.

Daud tidak berhenti di sana. Ia merasa memiliki kendali. Bukankah ia adalah seorang raja yang kekuasaannya memampukannya melakukan apa saja? Maka, ia meniduri Batsyeba. Tidak ada masalah, sampai ketahuan bahwa wanita itu mengandung. Kini keadaan mulai berada di luar kontrol Daud. Daud panik. Ia memanggil Uria berharap agar Uria pulang dan melakukan hubungan seksual dengan istrinya. Dengan demikian peristiwa itu akan menutupi dosa Daud. Namun, Uria tetap tidak mau bersenang-senang.

Tindakan Uria ini merupakan suatu sindiran kepada Daud yang tidak punya jiwa semulia Uria. Uria adalah komandan pasukan yang senantiasa kuatir terhadap keberadaan anak buahnya dalam pertempuran. Daud makin kehilangan akal. Dosa membuatnya menjadi raja yang lepas kendali.

Renungkan: Kemenangan atau kekalahan tidak terjadi sekejap mata. Itu adalah proses dari bagaimana kita mengandalkan diri dan semua aspeknya, juga menghargai wilayah-wilayah yang harus kita hormati.

(0.17) (2Taw 21:2) (sh: Pernikahan tak kudus berakibat fatal (Selasa, 25 Juni 2002))
Pernikahan tak kudus berakibat fatal

Raja Yoram termasuk anggota ISTI (singkatan sindiran untuk Ikatan Suami Takut Isteri). Bisa dipastikan bahwa tindakan-tindakannya yang jahat dipengaruhi oleh isterinya, Atalya dan pasti juga oleh iparnya Raja Yoram di Israel dan mertua perempuannya, Isebel. Ia mengikuti mereka menyembah berhala.

Sewaktu pemerintahannya yang saleh dan berhasil, Yosafat mengangkat putra-putranya dan para bangsawan Yehuda untuk menguatkan kota-kota di Kerajaan Yehuda dan dengan demikian membangun sistem sosial-politis kerajaan tersebut (ayat 2,3; bdk. 11: 23). Yosafat telah berlaku bijak dan adil dengan langkah tersebut. Namun, karena Yoram adalah putranya tertua, maka Yoram menjadi pewaris takhta menggantikan dia menjadi raja. Kebiasaan kafir yang diwarisinya dari keluarga istrinya bukan saja menyembah berhala-berhala kebencian Tuhan, tetapi juga kebengisan dalam memerintah. Saudara-saudaranya sendiri dibunuhi untuk meluputkan takhtanya dari kemungkinan perebutan kuasa.

Betapa kontras hidup Yoram dibandingkan dengan Yosafat, ayahnya. Bila ayahnya saleh dan hidup dekat Tuhan, iman Yoram terkesan tawar bahkan cenderung acuh tak acuh. Ini terlihat ketika dia mengabaikan pesan nabi Elia yang isinya memperingatkan dia supaya kembali kepada sikap beriman para pendahulunya: Daud, Asa, dan Yosafat. Peringatan itu dia anggap sepi (ayat 12-15) padahal disertai sanksi yang mengerikan. Yoram tidak mempedulikan nabi Elia dan dengan demikian tidak mempedulikan Tuhan sendiri. Perilakunya yang tercela membuat ia tidak dicintai oleh bangsanya sendiri (ayat 20). Pada masa pemerintahannya tidak terjadi kesejahteraan melainkan malapetaka dan penderitaan lahir dan batin. Orang Edom (ayat 6), Filistin, dan Arab (ayat 16) memberontak dan melepaskan diri dari kekuasaannya. Ia sendiri diserang penyakit usus yang membuatnya wafat dalam usia baru empat puluh tahun secara tragis. Ia tidak diakui sebagai penerus prinsip Daud sehingga ia tidak dikubur dalam pekuburan raja-raja (ayat 20).

Renungkan: Allah akan terus menggenapi rencana-Nya, namun orang yang tak taat kepada-Nya tak akan luput dari hukuman-Nya.

(0.17) (Mzm 82:1) (sh: Lupa diri (Kamis, 1 November 2001))
Lupa diri

"Power is knowledge", demikian ujar Foucault. Artinya, yang berkuasalah yang menentukan benar atau tidaknya sesuatu. Sayang sekali karena tidak semua penguasa mampu menjalankan tugas mereka dengan semestinya. Kepentingan pribadi atau golongan seringkali membuat mereka lupa diri, sehingga yang benar jadi salah dan yang salah jadi benar.

Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa diri. Ketika mazmur ini ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang). Mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ul. 25:1). Namun, pada kenyataannya, ada hakim yang justru memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak berjalan dalam kesucian (ayat 5)?

Itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para "allah" untuk menghakimi mereka. Istilah "allah" dengan huruf kecil bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang seakan-akan menjadi wakil Allah, namun merupakan sindiran yang keras. Mereka adalah orang-orang yang mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Kepada orang-orang yang congkak dan lupa diri inilah, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Di dalam "kebesaran", mereka akan dihempaskan, karena wewenang telah disalahgunakan.

Mazmur ini ditutup dengan suatu permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya, membela kaum papa, dan menghajar para pemimpin yang sewenang-wenang. Ini adalah suatu pernyataan iman bahwa Allah tidak pernah menutup mata terhadap segala kejahatan dan penyimpangan. Ia adalah Hakim yang adil.

Renungkan: Jika Anda adalah seorang pemimpin, baik dalam keluarga, pekerjaan, pemerintahan, maupun di mana saja, pastikan bahwa Anda senantiasa bersikap benar di hadapan Allah dan sesama. Doakan pula agar para pemimpin bangsa kita memakai kekuasaan di dalam takut akan Allah, Sang Hakim yang adil.

(0.15) (Ayb 15:1) (sh: Nasihat atau tuduhan? (Jumat, 10 Desember 2004))
Nasihat atau tuduhan?

Acapkali orang memaksakan pandangannya tentang kebenaran pada orang lain tanpa mempertimbangkan perasaan orang tersebut. Padahal, belum tentu pandangan si penasihat itu yang paling benar. Tidak jarang nasihat kebenaran menjadi sindiran yang kasar serta membabi buta yang jelas-jelas berlawanan dengan kebenaran sesungguhnya.

Seperti itulah nasihat Elifas. Ia mengajukan pertanyaan retoris (ayat 2-3, 7-9, 11-14) dan kata-kata kasar serta tajam (ayat 4-6, 16). Rupanya Elifas tersinggung dengan pernyataan Ayub (ayat 12:3; 13:2). Itu sebabnya Elifas membalas Ayub dengan menggunakan kata-kata Ayub sendiri (ayat 9). Pertanyaan-pertanyaan retoris Elifas sebenarnya bermaksud menyindir Ayub yang mengaku diri berhikmat (ayat 2), memiliki pengetahuan ilahi (ayat 7-8) dan merasa diri benar (ayat 14-16) padahal bodoh dan berdosa. Sedangkan kata-kata kasar serta tajam Ayub, hanya menyamakannya dengan orang fasik. Perhatikan, misalnya "kesalahanmulah yang menghajar mulutmu, dan bahasa yang licik yang kaupilih" (ayat 5), juga "lebih-lebih lagi orang yang keji dan bejat, yang menghirup kecurangan seperti air" (ayat 16).

Mulai ayat 20-35 Elifas kemudian menguraikan panjang lebar tentang nasib orang fasik. Orang fasik sepanjang hidupnya akan menderita, ketakutan (ayat 20-24, 28-30), dan akhirnya binasa (ayat 31-35) oleh karena hidup mereka yang menentang Allah (ayat 25-27). Ucapan Elifas ini menciptakan `tembok pemisah' antara Ayub dengan ketiga temannya (ayat 10). Perkataan Elifas ini mempertajam suasana yang tidak enak menjadi konflik terbuka. Yang ada bukan nasihat lemah lembut, tetapi tuduhan yang penuh kemarahan. Sikap menghukum menggantikan kasih.

Memang kita harus berhati-hati dalam menasihati orang lain. Jangan gegabah memutlakkan pandangan kebenaran kita. Jangan pula menuduh tanpa bukti-bukti yang jelas, apalagi dengan kata-kata keras dan kasar. Bila nasihat disampaikan dengan kesombongan, hasilnya adalah pertengkaran, kemarahan, dan sakit hati. Kebenaran harus disampaikan dalam kasih.

Camkan: Nasihat yang baik membawa kebangunan dan transformasi. Tuduhan hanya menjatuhkan dan menghancurkan.

(0.15) (Mi 6:1) (sh: Apa yang Allah tuntut? (Selasa, 19 Desember 2000))
Apa yang Allah tuntut?

Mikha menggambarkan gunung-gunung Israel, saksi-saksi abadi sejarah penebusan umat Allah, sebagai hakim-hakim yang akan mendengarkan pengaduan Allah melawan Israel. Pertanyaan Allah kepada umat-Nya (3) dapat diungkapkan ulang sebagai berikut: `apa yang telah Kulakukan kepadamu sehingga membuat engkau lelah dan bosan untuk taat kepada-Ku?' Apakah berhubungan dengan Allah membuahkan beban berat bagi umat-Nya? Bukankah berhubungan dengan Allah akan mengangkat seluruh beban umat-Nya sebab Ia yang membebaskan, membimbing, melindungi, dan mengajar umat-Nya? Itulah yang dilakukan Allah terhadap Israel. Allah telah menebus Israel dari tanah perbudakan. Ia telah memberikan kepada mereka pemimpin besar seperti Musa, Harun, dan Miryam. Ia juga telah melindungi mereka dari serangan musuh-musuhnya dan menuntun mereka melewati padang belantara menuju tanah perjanjian (4-5).

Apa yang Allah tuntut dari umat-Nya? Mikha, berperan sebagai Israel, menggunakan sebuah sindiran untuk menyimpulkan apa yang Israel rela lakukan bagi-Nya yaitu korban bakaran, ribuan domba jantan, bahkan seperti pengikut agama-agama kafir mereka rela mempersembahkan anak-anak sulung mereka (6-7). Israel meresponi kasih Allah dengan melakukan agama lahiriah dan ritual agama yang kosong. Allah sudah memberitahukan kepada umat-Nya apa yang baik yang Ia kehendaki, yaitu berlaku adil, mencintai kemurahan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allah (8). Tiga kebajikan Illahi ini bukan suatu spekulasi atau filosofis belaka namun merupakan nilai-nilai moral yang praktis.

Tuntutan Allah bagi Kristen masih sama. Dia menginginkan kita meresponi kesetiaan-Nya dengan melakukan 3 kebajikan Illahi tadi. Berlaku adil meliputi keadilan dalam berhubungan dengan sesama. Mencintai kemurahan adalah kebajikan yang memotivasi seseorang untuk memperhatikan kebutuhan orang lain dan menolongnya. Kerendahan hati di hadapan-Nya berarti senantiasa responsif terhadap Allah, menyerahkan kehendaknya dengan sukacita di bawah kehendak Allah. Kebajikan Illahi ini menetapkan batas-batas kehidupan Kristen.

Renungkan: Kita tidak dapat bersimpati terhadap orang lain hingga mengorbankan keadilan ataupun kehendak-Nya. Kita tidak dapat menuntut keadilan hingga tidak ada ruang bagi kemurahan dan perhatian.



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA