Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 41 - 55 dari 55 ayat untuk sorak [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.12575830392157) (Yl 2:18) (sh: Anugerah karena pertobatan (Sabtu, 20 November 2004))
Anugerah karena pertobatan

Anugerah karena pertobatan. Kedaulatan, kasih, dan keadilan Allah tidak pernah bertentangan dalam diri-Nya, ketiganya berjalan seiring dan indah pada waktunya.

Hal ini terbukti dari berkat yang diberikan Allah kepada Israel atas pertobatan sungguh-sungguh yang mereka lakukan, seperti dalam bacaan hari ini. Tuhan berdaulat menghukum dan Ia berdaulat pula memberi anugerah. Karena perjanjian kasih setia-Nya yang kekal, maka umat yang bertobat tidak mendapat penghukuman. Allah mau mendengar doa dan permohonan yang dinaikkan umat-Nya (ayat 18), bahkan Ia pun menambahkan pemulihan bagi keadaan umat-Nya (ayat 19). Apabila pemulihan Allah terjadi maka musuh umat-Nya pun menjadi musuh Allah juga, sehingga lawan umat Allah akan disingkirkan (ayat 20).

Selain pemulihan diri umat-Nya, kehidupan alam sekitar juga diberkati sehingga hujan diturunkan pada waktunya dan tanaman bertumbuh subur. Itulah Allah kita. Pemulihan-Nya adalah anugerah menyeluruh yang meliputi pemulihan manusia, hewan, dan tumbuhan. Sukacita dan kegembiraan timbul karena Allah semata-mata (ayat 21-23). Bahkan semua kerugian yang pernah dialami umat-Nya selama masa bencana diperbarui. Akibatnya umat Allah kembali mengalami kemakmuran dan kembali terdengar sorak-sorai memuliakan Tuhan (ayat 24-26). Sungguh, tidak ada nama lain sedahsyat Allah Israel (ayat 27).

Pemahaman umat Kristen masa kini banyak dipengaruhi oleh pandangan berkat dan kutuk, yaitu berkat pasti tercurah bila setia ikut Allah dan kutuk menimpa apabila berpaling dari-Nya. Sesungguhnya, pemahaman seperti ini `membatasi' kedaulatan Allah dalam membuktikan cinta kasih-Nya. Padahal, kedaulatan Allah sewaktu menjalankan rencana-Nya bagi umat-Nya tidak pernah dihalangi oleh kesalahan sikap manusia maupun dibatasi oleh tindakan manusia yang tidak setia.

Bagaimana dengan kita? Apakah ingin mengalami anugerah pemulihan Allah? Inilah saatnya kita mengambil keputusan!

Renungkan: Penghukuman -- pengampunan -- pemulihan, itulah kasih Allah.

(0.12575830392157) (Hab 3:1) (sh: Diri yang memuji (Jumat, 20 Desember 2002))
Diri yang memuji

Diri yang memuji.
Dalam keheningan dan kesadaran akan tidak utuhnya kehidupan, Habakuk mulai bernyanyi (ayat 1,19b). Nyanyian memerlukan ruang untuk beresonansi. Ruang getar itu adalah sikap batin yang lapang, menerima dan menunggu wawasan baru. Dalam ruang itu, nyanyian menemukan daya kreatifnya, mencipta ulang diri kita yang putus asa melihat realitas tak kunjung bahagia.Habakuk bernyanyi dari masa lalu. Pikirannya menerawang ke belakang, dan dari bibirnya terlontarlah ingatan tentang karya-karya Allah. Habakuk merindukan pengulangan, suatu kebangkitan kembali kuasa Allah. Allah memang murka, namun bukankah esensi diri-Nya tidak hanya murka, melainkan juga kasih? Ingatan ke belakang ini menjadi suatu ajakan kepada Allah juga untuk melakukan perjalanan menapaki sejarah-Nya. Memori dari yang insani dan Ilahi akan beriring menuju realisasi harapan.

Habakuk mengingat pekerjaan-pekerjaan Allah pada waktu zaman Keluaran (ayat 3-15). Ia dikatakan datang dari Teman dan Paran, lokasi-lokasi yang mengingatkan kita akan pertolongan Allah bagi Israel (bdk. Ul. 33:2). Kemuliaan-Nya digambarkan sebagai bercahaya, simbol kekuatan dan keagungan. Yahweh yang digambarkan sebagai "orang" penting diiringi oleh dua ajudan- Nya: penyakit sampar dan demam. Keduanya adalah disembah oleh orang-orang Kanaan sebagai dewa-dewa. Di sini Yahwehlah yang berkuasa mengendalikan musibah-musibah itu. Penampakan-Nya melalui kekuatan-kekuatan alam membuat mereka yang melakukan ketidakadilan gemetar (ayat 7).

Allah juga adalah Allah yang berperang. Ia melawan sungai dan samudera, lebih berkuasa dari dewa-dewa samudera bangsa Kanaan. Ia adalah ksatria Ilahi. Dengan "berkendara kuda" Ia maju dengan gagah berani dan menjadi pahlawan bagi umat-Nya.

Habakuk menyudahi nyanyiannya dengan kegentaran. Ia akan menunggu dalam kesesakan. Ia tidak akan lari. Ratapan tergantikan dengan sorak-sorai.

Renungkan:
Kalau Anda lari dari kehilangan, Anda akan makin terpuruk dalam kehampaan. Bernyanyilah dalam ruang kosong!

(0.12575830392157) (Mat 13:1) (sh: Keluar dari hati. (Minggu, 01 Maret 1998))
Keluar dari hati.

Keluar dari hati.
Hati adalah tempat kita mempertimbangkan pilihan, mengambil keputusan, mereka-reka kebaikan atau kejahatan. Hati adalah cerminan keberadaan diri kita secara sederhana. Dalam satu kesempatan hati adalah tempat untuk iman, tetapi dalam kesempatan lainnya hati juga dapat meniadakan Tuhan. Sedemikian pentingnya hati, sampai-sampai firman Tuhan memerintahkan kita untuk memeliharanya lebih dari harta karun.

Tak ada lagi kebaikan. Kesimpulan Daud yaitu bahwa tak ada yang berbuat baik, sungguh mengejutkan. Mustahil kalau di dunia ini sudah tidak ada lagi yang dapat berbuat baik. Bagaimana dengan orang yang bermental terpuji? Memang benar, Pemazmur tidak menyangkal adanya orang-orang yang berbudi luhur, namun ternyata perhatian Pemazmur lebih mendasar. Dua hal yang Pemazmur soroti tajam. Pertama, kebanggaan dan keinginan membangkitkan kemurtadan; Kedua, dalam hal mencari Allah, tak seorang pun memiliki dorongan tulus murni. Betapa parah dan bobroknya kondisi iman manusia dalam dosa.

Fatal akibatnya. Kemurtadan mendatangkan akibat fatal. Daud menggambarkan bahwa kejatuhan yang mengenaskan dialami oleh orang yang melakukan kejahatan. Orang yang membiarkan dirinya hidup tanpa Allah, akan mengalami kemerosotan drastis dan tragis secara mental dan spiritual. Karena itu bukan lagi hal yang luar biasa bila kini masih menyaksikan banyak orang terserang goncangan jiwa yang menghancurkan kehidupannya. Hal demikian tidak akan dialami oleh orang beriman. Kehidupan mereka dipenuhi oleh sorak-sorai dan damai sejahtera.

Renungkan: Ibadah pada hakikatnya ialah memperkokoh sikap iman kepada Allah, meneguhkan hati dan merayakan kemuliaan Allah bersama umat-Nya. Periksa kembali semangat ibadah kita, sungguhkan kita beribadah dalam sikap hati berkenan pada-Nya?

(0.12575830392157) (Mat 21:1) (sh: Arti penyambutan Yesus (Selasa, 22 Februari 2005))
Arti penyambutan Yesus

Arti penyambutan Yesus. Suatu peristiwa yang luar biasa terjadi di nas ini yaitu sambutan dan sorak-sorai orang banyak ketika Yesus memasuki Yerusalem (ayat 1-11). Apa yang mendorong mereka menyambut Yesus? Kalau biasanya rakyat menyambut seorang panglima perang yang pulang setelah mengalahkan beribu musuh yang tidak mereka lihat sendiri, dalam bacaan ini mereka menyanjung riang Yesus sebagai seorang yang kebaikan-Nya telah mereka alami.

Bagi mereka kedatangan Yesus yang mengendarai keledai muda mengisyaratkan kerendahhatian dan kelemahlembutan (ayat 5). Hal ini berbeda dari kedatangan pahlawan perang dalam `kendaraan agung' berupa kuda dengan persenjataan lengkap yang mengisyaratkan keperkasaan. Penerimaan orang banyak terhadap Yesus saat itu bukan suatu upacara formalitas, melainkan peristiwa spontan yang timbul dari hati. Pujian yang mengelu-elukan Yesus langsung merujuk kepada pemuliaan nama-Nya sebagai Mesias (ayat 9).

Spontanitas seperti orang banyak yang menyambut Yesus, apakah masih ada dalam pujian kita saat ini? Banyak anak Tuhan yang menaikkan pujian dengan sembarangan, tidak lagi menghormati kehadiran Tuhan. Memuji Tuhan tidak lagi lahir dari hati yang sungguh bersyukur atas anugerah-Nya. Melainkan pujian dilakukan karena tugas pelayanan, ingin dilihat orang lain sebagai anak Tuhan yang saleh, motivasi ingin menunjukkan kemampuan bernyanyi, ingin terhibur, dlsb. Mereka tidak menyadari bahwa Tuhan memperhatikan. Seharusnya kita mengetahui bahwa Tuhan bertakhta atas pujian umat-Nya. Tuhan ingin kita menyambut-Nya dengan hati yang memuji. Apakah kita sudah memuji Tuhan dengan cara dan motivasi yang benar? Jika belum, bertobatlah dan pujilah Dia dengan sikap dan motivasi benar!

Tekadku: Aku akan menyambut Tuhan sebagai Raja dalam hidupku. Mulai dari sekarang aku akan memuji-Nya dengan cara dan motivasi yang benar dimulai dari tidak bersikap sembarangan di gereja.

(0.12575830392157) (Luk 19:28) (sh: Impian dan kehancuran (Minggu, 9 April 2000))
Impian dan kehancuran

Impian dan kehancuran. Setiap manusia pasti mempunyai impian dalam hidupnya. Ia akan terpukul apabila impian yang mulai dibangunnya hancur berantakan. Orang-orang yang menyambut Yesus dengan sangat antusias adalah orang-orang yang memimpikan dibangunnya kembali Israel seperti pada zaman kejayaannya dahulu. Ketika Yesus menaiki keledai dengan perlahan-lahan, teriakan orang-orang yang menyambutnya itu menyatakan impian- impian mereka (ayat 38). Semakin dekat kota, orang-orang itu pasti mempunyai suatu "penglihatan" bahwa tembok Yerusalem akan semakin tinggi dan kokoh, dan akan menjadi pusat kerajaan teokratis yang akan menggantikan kerajaan Romawi.

Namun ketika Yesus melihat kota Yerusalem, Ia menangis. Ia bukannya melihat tembok Yerusalem yang menjulang tinggi, namun puing-puing kehancuran. Apa yang Yesus dengar bukanlah sorak- sorai sukacita dari orang banyak yang mempunyai impian, namun suara tangisan dan teriakan minta tolong dari mereka yang mengalami penderitaan. Di bait Allah Ia mendapati orang-orang yang berjual-beli. Mereka mengubah bait Allah yang seharusnya sebuah rumah doa, menjadi sarang penyamun yang merampok para peziarah yang datang ke Yerusalem untuk menyembah Allah. Impian orang banyak yang berseru-seru itu menjadi kosong belaka, karena realitanya berbeda.

Banyak Kristen mempunyai impian melambung dan begitu bersemangat membangun kerajaan-kerajaan bagi kemuliaan Allah. Namun kemudian satu demi satu impian mereka itu hancur. Mempunyai semangat dan antusiasisme yang tinggi seperti itu bagus, namun pertanyaannya adalah apakah impian kita itu berasal dari Allah?

Renungkan: Kerinduan kita bersama adalah menghadirkan perwujudan Kerajaan Allah dalam dunia, di mana Kristus memerintah sebagai Raja dalam hati insan yang bertobat.

Bacaan untuk Minggu Sengsara 6: Yesaya 50:4-7 Filipi 2:5-11 Matius 21:1-11 Mazmur 22:1-11

Lagu: Kidung Jemaat 278

(0.10779283333333) (Mzm 33:1) (sh: Hasrat untuk memuji (Rabu, 1 Agustus 2001))
Hasrat untuk memuji

Hasrat untuk memuji. Sukacita, keriangan, hasrat, dan antusiasme untuk memuji Tuhan yang disertai dengan pemahaman yang benar, mungkin secara perlahan mulai tergeser dari kehidupan ibadah kita. Perayaan dan sukacita dalam ibadah adakalanya menjadi sesuatu yang dipandang tabu ataupun sebaliknya diubah menjadi sarana hiburan semata. Tidaklah demikian dengan Mazmur 33 yang digunakan dalam ritual puji-pujian kepada Allah Israel ini. Mazmur ini merupakan suatu ajakan bagi kita untuk memuji Tuhan dengan pemahaman yang benar dan penuh semangat.

Secara khusus Mazmur ini bertujuan memproklamasikan, mengajarkan serta menguatkan keyakinan orang-orang benar untuk mempercayai Tuhan. Melalui Mazmur ini kita dibimbing untuk mengungkapkan kesetiaan, keadilan, hukum, dan kasih setia Tuhan (ayat 4, 5) dalam pujian yang penuh sorak-sorai dengan iringan musik yang dipetik baik-baik (ayat 1-3). Alasan dari ajakannya terdapat dalam lirik-liriknya yang berbicara tentang kekuasaan Tuhan atas seluruh alam semesta (ayat 6), bangsa-bangsa (ayat 10-12), dan umat manusia (ayat 13-17). Ia memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya; Ia memandang dari sorga, melihat semua anak manusia, menilik seluruh penduduk bumi dari tempat kediaman-Nya, dan mengarahkan pandangan mata-Nya secara khusus "kepada mereka yang takut akan Dia, kepada mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan" (ayat 13, 14, 18). Tiada kekuasaan, kekuatan, dan ketangkasan lain yang jadi tumpuan (ayat 16-17). Karena hanya Dialah, yang layak menerima pujian "sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya", Ia layak menjadi tumpuan doa kita: "Kasih setia-Mu, ya Tuhan, kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu" (ayat 21- 22).

Renungkan: Pemazmur menaikkan pujian bukan hanya sebagai pelengkap dan bagian dari ritual ibadah yang dilakukannya. Pujian yang dinyanyikannya dengan penuh semangat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pemahaman-Nya tentang Tuhan. Sudahkah kita memuji Tuhan dengan hasrat, pemahaman, dan penjiwaan akan karakter serta karya Allah yang dikerjakan bagi kita? Marilah kita menaikkan pujian kepada Tuhan dengan penuh antusias dan semangat dengan pemahaman yang benar tentang karakter-Nya.

(0.10779283333333) (Mzm 35:1) (sh: Kekuatan doa menerobos berbagai tekanan (Jumat, 3 Agustus 2001))
Kekuatan doa menerobos berbagai tekanan

Kekuatan doa menerobos berbagai tekanan. Mazmur ini menyingkapkan kepada kita kemenangan Daud atas pergumulan yang penuh dengan kecemasan di tengah pertempuran (ayat 2-10), tuduhan palsu dalam persidangan (ayat 11-18), dan permusuhan tanpa alasan dari orang-orang yang ada di sekitarnya (ayat 19-28). Kengerian perang, fitnahan, kebencian, dan penghinaan meliputi dirinya. Ia dikejar dan dijebak oleh orang- orang yang ingin mencabut nyawanya (ayat 3, 4, 7), difitnah oleh orang-orang yang dekat dengannya sebagai balasan atas kebaikannya (ayat 11-16), ditipu dan diolok-olok oleh orang-orang yang ada di sekelilingnya (ayat 19, 20). Ia terkucil, ada di bawah tekanan, kecemasan, bahaya, dan kekecewaan yang sedemikian berat dan mendalam.

Namun imannya terus melaju menerobos tumpukan kegelisahan yang membebaninya. Ia tidak tenggelam dalam keputusasaan. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan serta menemukan kekuatan dalam doa, yang memampukannya bertahan dan bertumbuh semakin mengenal Tuhan. Ia menutup setiap bagian ratapannya dengan pujian, sorak-sorai, kegirangan, dan nyanyian syukur (ayat 9-10, 18, 28). Ia melantunkan pujian di tengah jemaah yang besar (ayat 18) dan memenuhi hari-harinya dengan pujian kepada Tuhan dan keadilan-Nya (ayat 28). Tulang-tulangnya tidak menjadi kering karena kecemasan, sebaliknya bertutur memberitakan kebesaran Allah: "Ya, TUHAN, siapakah yang seperti Engkau, yang melepaskan orang sengsara dari tangan orang yang lebih kuat dari padanya, orang sengsara dan miskin dari tangan orang yang merampasi dia?" (ayat 10).

Apakah yang membuat Daud memiliki kekuatan seperti ini? Ia menemukan kekuatan di dalam doa yang dipanjatkan dengan keyakinan dan pemahaman yang tepat tentang Tuhan. Ia mencurahkan seluruh isi hatinya dengan keyakinan kepada Tuhan Sang Pahlawan Perang dan Hakim yang adil, yang berperang, memberikan kemenangan dan pembebasan baginya (ayat 1-3, 22-24).

Renungkan: Pengenalan yang benar akan Tuhan merupakan pembimbing bagi kita untuk menghayati peran serta-Nya di tengah berbagai pergumulan yang kita hadapi. Pencurahan isi hati yang berlandaskan pengenalan ini akan menolong dan memberikan kekuatan kepada kita untuk melewati berbagai tekanan kecemasan.

(0.10779283333333) (Mzm 71:1) (sh: Tempat perlindungan yang teduh (Jumat, 19 Oktober 2001))
Tempat perlindungan yang teduh

Tempat perlindungan yang teduh. Kesusahan dan malapetaka tidaklah akan menghancurkan kehidupan umat Tuhan, karena di balik semuanya itu, Tuhan sedang berkarya dan membalikkan keadaan umat-Nya. Demikianlah kesaksian dari mazmur ini.

Mazmur ini secara umum merupakan doa permohonan yang menegaskan bahwa mereka yang berlindung kepada Tuhan tidak akan mendapat malu, karena mereka akan senantiasa mengalami penyertaan Tuhan di sepanjang umur hidupnya (ayat 1, 13, 24). Allah ada dekat mereka sejak dalam kandungan ibunya hingga keluar dari perut ibunya (ayat 6), sejak masa kanak-kanak hingga bertumbuh menjadi seorang pemuda (ayat 5, 17). Dan kasih setia-Nya akan terus berlangsung hingga masa tuanya, ketika kekuatan mereka telah memudar dan rambutnya memutih (ayat 9, 18).

Tuhan tidak akan membiarkan mereka yang berlindung pada-Nya terus tenggelam ke dalam berbagai kesulitan yang mereka hadapi. Tuhan akan menjadi pengharapan dan kepercayaan mereka (ayat 5) di tengah berbagai ancaman, cengkeraman, dan rancangan jahat orang-orang fasik yang mengikhtiarkan kecelakaan mereka, mengincar nyawa, serta memusuhi jiwa mereka (ayat 4, 10, 13). Tuhan adalah gunung batu yang menjadi tempat perlindungan dan pertahanan yang teduh dan kuat bagi mereka (ayat 3, 4, 7). Hal seperti ini tidaklah dialami oleh orang fasik. Tuhan akan membuat mereka malu, tersipu- sipu, berselubung cela dan noda, hingga akhirnya habis lenyap (ayat 13, 24). Sebab Tuhanlah sumber keadilan (ayat 2, 19).

Respons mereka atas perlindungan dan keadilan Tuhan adalah: [1] memuji-Nya dengan sorak-sorai dan nyanyian syukur (ayat 6, 8, 22- 23); [2] menceritakan dan memberitakan keadilan, keselamatan, kuasa, keperkasaan, dan perbuatan Tuhan yang ajaib sepanjang kehidupan mereka (ayat 15-18, 24).

Renungkan: Tuhan tidak akan membiarkan kita terus tenggelam dalam problematika kehidupan. Ia akan mengangkat kita dari sana. Ia akan menghiburkan, memberikan keadilan, dan membuat kita menjadi semakin besar dan kuat melalui semuanya itu. Ia adalah tempat perlindungan yang teduh. Dasar rasa aman kita yang sejati tidaklah dibangun di atas harta, pendidikan, prestasi, relasi atau segala upaya kita, melainkan pada Tuhan yang melindungi dan memberikan keadilan.

(0.10779283333333) (Mzm 95:1) (sh: Waktu untuk Tuhan? (Minggu, 8 November 1998))
Waktu untuk Tuhan?

Waktu untuk Tuhan?
Pemazmur memaparkan kepada umat Tuhan bahwa undangan beribadah Allah mungkin sekali ditujukan kepada umat yang telah undur dari pertemuan-pertemuan ibadah. Mengapa? Disadari bahwa kadang-kadang kehidupan rutin telah menyita banyak waktu kita, sehingga bila Ahad tiba, kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya untuk menyegarkan pikiran yang jenuh, jiwa yang lusuh dan tubuh yang lesu. Berlibur bersama keluarga, mancing, tidur-tiduran di rumah, dlsb. Atau mungkin juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan kepentingan bisnis yang tertunda. Begitu banyaknya kegiatan hingga tak ada jeda waktu mendengarkan suara Tuhan. Hubungan dengan Tuhan tidak lagi menjadi prioritas, bukan lagi yang utama. Jelas sekali hari ini umat dibawa kembali kepada keadaan semula bahwa semua itu ada karena Allah. Tak ada alasan untuk umat tidak datang beribadah kepada Tuhan dan bersyukur kepada-Nya! Umat diingatkan oleh Pemazmur untuk melihat dan menghayati karya-karya besar Allah: penciptaan dan pemeliharaan-Nya sebagai pendorong untuk bersyukur kepada-Nya.

Undangan beribadah. Suara Tuhan mengundang umat untuk bertobat, kembali ke dalam pelukan kasih pengampunan-Nya, ke jalan yang lebih utama yaitu jalan kebenaran-Nya, ke kuasa pengudusan-Nya. Marilah... masuklah...! Allah mengajak umat beribadah di hari perhentian-Nya. Beribadah dalam suasana sukacita yang dipenuhi ucapan syukur, menyembah dalam gegap gemerincing suara alat musik dan sorak sorai nyanyian umat. Undangan ini berlaku untuk semua orang yang menerima undangan dan mau datang menyembah Allah sang Pencipta yang menciptakan seluruh jagad raya ini (ayat 1-5).

Pentingnya mendengar. Peringatan keras bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Ketaatan dan respons kita dalam mendengarkan dan melakukan firman Tuhan menjadi faktor penentu masa depan apakah kita akan menikmati berkat Tuhan atau tidak. Ketidaktaatan, kepongahan dan kekerasan hati bangsa Israel menjadi contoh bagi kita. Mazmur ini juga memberikan satu pola beribadah: nyanyian, ucapan syukur, puji-pujian, doa, menyembah dengan bersuara maupun dalam keheningan, dan tidak kurang pentingnya adalah firman Tuhan, yaitu saat bagi kita merendahkan diri dan terbuka terhadap firman-Nya, serta mempersilahkan Allah berbicara menyatakan kehendak kepada kita.

Renungkan: Selama ini bagaimanakah cara saya beribadah dan terbuka pada suara Allah?

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk mampu menyediakan waktu bagi Engkau.

(0.10779283333333) (Mzm 95:1) (sh: Umat Allah perlu mendengar (Rabu, 10 April 2002))
Umat Allah perlu mendengar

Umat Allah perlu mendengar. Banyak ahli PL menyebut mazmur sebagai seruan kenabian atau merupakan liturgi tentang hukuman Allah. Mazmur ini mengundang umat untuk memuji Allah (ayat 1-2,6), disertai alasannya (ayat 3- 5,7), lalu mengundang umat untuk taat kepada-Nya (ayat 7b-11). Mazmur ini bergerak maju dari ajakan pujian ke pengajaran. Berita bahwa Allah adalah Raja yang berdaulat atas segala sesuatu perlu diperdengarkan kepada dan diresponi oleh bukan saja orang-orang yang tidak kenal Allah, tetapi juga oleh umat Tuhan sendiri.

Bukan saja kekuatan jahat yang berontak melawan Allah (ps. 34), tetapi juga umat Allah mengeraskan hati berontak melawan Allah. Allah tak memaksa umat-Nya untuk taat kepada-Nya, tetapi menginginkan agar umat-Nya dengan sadar dan sukacita menaati Dia. Tindakan penyelamatan Allah atas umat-Nya (ayat 1b) dan fakta bahwa Allah adalah Raja atas segala allah (ayat 3) seharusnya mereka sambut dengan sikap memuji Allah dan taat kepada Allah. Puji-pujian bukan saja sikap yang tepat kepada Allah, tetapi juga memberi suasana menentukan bagi ketaatan umat. Puji-pujian yang layak ditujukan kepada Allah adalah pujian dengan sorak-sorai besar (ayat 1), menunjukkan luapan kesukaan dan kebebasan yang mengungkapkan kesukaan tersebut. Dengan demikian, ketaatan yang mengiringi pujian sedemikian adalah ketaatan dalam sikap sukacita, bukan terpaksa. Ketaatan juga adalah ungkapan penyembahan yang sepadan dengan sikap tubuh ketika kita bertelut di hadapan Allah (ayat 6-7b), yang sepatutnya diterima Allah yang adalah Raja atas segala kekuatan kosmis yang oleh bangsa-bangsa sekitar Israel sering disembah sebagai dewa-dewa (ayat 3-5).

Apa tanda yang paling pas untuk mengenali siapa domba yang adalah milik Allah? Dalam Mazmur ini, tanda tersebut adalah sikap dengar-dengaran kepada Allah sang Raja Gembala (bdk. Yoh. 10:3- 5). Hal itu kontras tajam dari kesimpulan pemazmur tentang sikap Israel sepanjang perjalanan mereka memasuki tanah perjanjian. Bukannya mereka mensyukuri kebesaran Allah dalam kisah Keluaran itu, tetapi mereka menodai perjalanan tersebut dengan sungut- sungutan mereka. “Jangan lagi mengulangi kesalahan yang sama!” kira-kira demikianlah pesan mazmur ini.

Renungkan: Sikap memuji dan dengar-dengaran terhadap Allah adalah tanda terjelas kemilikan Allah atas kita.

(0.10779283333333) (Yer 31:1) (sh: Apa yang membatasi Allah? (Selasa, 24 April 2001))
Apa yang membatasi Allah?

Apa yang membatasi Allah? Pertanyaan itu seakan-akan mengecilkan keberadaan Allah. Bukankah Ia maha segala-galanya? Apakah ada yang dapat membatasi tindakan-Nya? Tidak kecuali kasih- Nya yang kekal yang membatasi Allah. Dalam hal apa?

Aspek kehidupan masyarakat yang dipulihkan oleh Allah untuk pertama kali adalah kehidupan rohani. Pemulihan rohani ini dimulai dari struktur masyarakat yang terkecil (1). Ini berarti pemulihan itu tidak dibatasi oleh usia maupun gender, tingkatan sosial maupun pendidikan, miskin maupun kaya. Pemulihan rohani akan memberikan pengaruh kepada seluruh bidang kehidupan manusia seperti pekerjaan, rumah tangga, pergaulan, karier, maupun politik. Betapa indahnya masyarakat yang sudah dipulihkan kerohaniannya. Setelah pemulihan rohani dikerjakan, maka pemulihan di sektor lainnya juga dikerjakan oleh Allah. Karya Allah ini memulihkan 7 aspek penghukuman yang diderita oleh Yehuda. Sebagai orang buangan yang tidak mempunyai tempat tinggal, Allah akan membangunkan buat mereka (4). Ladang dan kebun yang merupakan sumber pangan mereka akan dikembalikan (5). Penjaga menara yang dulunya meneriakkan kedatangan musuh penghancur kini meneriakkan seruan untuk beribadah (6). Bangsa yang sudah tercerai-berai akan disatukan kembali (8). Seluruh bangsa akan menerima bimbingan dan tuntutan dari Allah. Ratapan dan tangisan digantikan dengan perayaan yang penuh sukacita dan sorak sorai (7). Bait Allah yang sudah dihancurkan akan dibangun kembali (6). Allah ingin memulai kembali membina hubungan-Nya dengan Yehuda (9). Mengapa? Kasih Allah yang kekal itulah jawabannya. Kasih yang kekal itulah yang membuat Allah terus melanjutkan kasih setia-Nya kepada Yehuda. Kasih- Nya yang kekal itulah yang membatasi penghukuman-Nya atas mereka. Kasih-Nya yang membuat Allah sudi menampakkan diri kepada bangsa yang sudah menjauh dari- Nya.

Renungkan: Puncak kasih Allah kepada manusia dinyatakan oleh-Nya melalui kematian Kristus yang juga merupakan penyataan Allah bahwa Ia ingin memulai kembali membina hubungan dengan seluruh umat manusia dan Allah sudi memberikan berkat-Nya untuk memulihkan kehidupan manusia. Yeremia memberitakan kepada Yehuda. Kita harus memberitakannya kepada bangsa Indonesia. Bagaimana caranya?

(0.10779283333333) (Yl 1:1) (sh: Momentum sejarah dukacita sebuah bangsa (Kamis, 14 Juni 2001))
Momentum sejarah dukacita sebuah bangsa

Momentum sejarah dukacita sebuah bangsa. Lingkungan alam beserta pohon dan hewan ciptaan-Nya telah ditata asri demi kehidupan manusia. Namun dalam bacaan hari ini, ternyata alam asri telah berubah menjadi gersang dan meratap, merupakan bencana bagi umat-Nya dan hewan-hewan peliharaan. Semua makhluk hanya bisa berteriak kepada Sang Pencipta karena sejarah dukacita telah mengukir kehidupan umat-Nya. Mengapa demikian?

Penggambaran momentum sejarah Yehuda yang diteruskan dari generasi kepada generasi (3) berawal dari pengalaman perorangan – seluruh penduduk – zaman mereka – zaman nenek moyang (2). Estafet beritanya membawa dukacita seluruh bangsa. Yehuda akan dihancurkan oleh hama belalang (4) dan Yoel meyakininya sebagai penghukuman Tuhan atas dosa Yehuda, dimana Yehuda akan dikepung bangsa-bangsa yang kuat (6). Para petani malu karena kegagalan panen (7, 10-12) dan hewan-hewan pun mengalami kekeringan (17-18). Bukan saja dekadensi moral dan sosial yang mereka alami, namun dekadensi spiritual yang membalur kain kabung bangsa (9, 13-16). Bencana dan penderitaan dialami semua makhluk: alam, pohon, binatang, dan manusia: penduduk, petani, dan imam. Sukaria dan sorak-sorai telah lenyap (16). Seruan kenabian Yoel sangat tepat (13-15) untuk mereformasi spiritual sebuah bangsa yang telah meninggalkan Allah, sehingga mengalami penderitaan yang sangat menyedihkan (19-20).

Mengamati berbagai tragedi bencana alam dan penderitaan seiring dengan bergulirnya gejolak politik negara kita, memang tidak sepenuhnya dianggap benar jikalau senantiasa dikaitkan dengan penghukuman Tuhan. Namun tidak tepat pula jika kita mengatakan bahwa bencana alam hanyalah akibat keteledoran dan tidak bertanggungjawabnya manusia terhadap alam ciptaan-Nya. Keduanya menjadi perenungan kita agar memiliki hikmat mengamati kejadian-kejadian akhir-akhir ini dan menjadikan kita bijak dalam meresponinya.

Renungkan: Tepatkah bila kita hanya disibukkan dengan pertanyaan apakah penghukuman-Nya sedang berlangsung atas bangsa kita, sampai tanah berkabung dan Kristen meratap? Seruan firman-Nya (13-14, 19) merupakan pengajaran agar Kristen memiliki respons yang tepat, menyatakan doa permohonan pengampunan bagi bangsa kita.

(0.10779283333333) (Yl 2:18) (sh: Alam kembali bersemi (Minggu, 17 Juni 2001))
Alam kembali bersemi

Alam kembali bersemi. Kebergantungan antar makhluk ciptaan membuktikan kebergantungan ciptaan kepada Sang Pencipta. Dialah yang berdaulat atas segala ciptaan-Nya. Tanah yang gersang atau alam yang bersemi, silih berganti sedemikian rupa di dalam kedaulatan-Nya.

Hal ini pun nampak dalam sejarah Yehuda. Janji pemulihan Tuhan kepada umat-Nya yang mau berbalik kepada-Nya ada dua: materi (2:18-27) dan rohani (2:28-32). Berkat materi sangat konkrit yakni melalui perubahan alam yang kembali bersemi dan memberikan keceriaan bagi tumbuh- tumbuhan, hewan, dan manusia. Suatu keadaan yang sangat kontras akan terjadi: masa kekeringan dan kelaparan (1:10-12, 16-18, 20) akan diganti dengan masa kesuburan dan kelimpahan (2: 19, 21-24, 26); tanaman dirusak oleh hama belalang (1:4) akan dipulihkan (2:25); ancaman dari bangsa yang kuat dan sangat besar jumlahnya (1:6) akan dijauhkan (2:19-20, 25); dipermalukan dan menjadi celaan bangsa-bangsa lain (2:17) tidak akan dialami lagi (2:26-27). Apa yang dapat kita pelajari dari cara pemulihan Allah terhadap umat-Nya ini? Pertama, tidak sedikit pun meragukan bagaimana Allah sendiri yang akan melakukannya: menyuburkan tanah yang mati, menghalau musuh yang besar dan kuat, mengganti dukacita menjadi sukacita dan sorak- sorai. Kedua, kedaulatan-Nya, kasih-Nya, dan keadilan- Nya tidak pernah konflik di dalam diri-Nya yang Esa. Ketiga, Ia yang berinisiatif – bertindak – demi keberadaan-Nya sebagai Allah bagi umat-Nya.

Renungkan: Ia menantikan umat-Nya di zaman kini pun kembali mengakui keberadaan-Nya sebagai Allah yang berdaulat, penuh kasih, dan adil. Allah tidak pernah menghitung berapa besarnya berkat materi yang dicurahkan bagi umat- Nya yang bertobat. Terlebih berharga pertobatan umat- Nya daripada berkat yang dicurahkan.

Bacaan untuk Minggu ke-2 sesudah Pentakosta

Ulangan 5:12-15

II Korintus 4:6-11

Markus 2:23-3:6

Mazmur 81:1-10

Lagu: Kidung Jemaat 335

(0.10779283333333) (Mi 2:1) (sh: Allah tak pernah gagal (Kamis, 14 Desember 2000))
Allah tak pernah gagal

Allah tak pernah gagal. Mikha memaparkan secara rinci dosa umat Allah. Penyerobotan tanah dan perampasan hak dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai kekayaan dan kekuasaan terhadap rakyat miskin (1-3). Pada masa itu tanah pertanian adalah sumber utama penghidupan. Perampasan tanah berarti penyebab kemiskinan dalam masyarakat. Penindasan, penjarahan, pelecehan kaum wanita, dan penghancuran keluarga dilakukan secara sistematis oleh mereka (8-9). Tidak hanya itu, kekayaan mereka ternyata juga dapat membeli khotbah dan nubuat (6- 7, 11). Kehidupan agama mereka penuh dengan kepalsuan. Para nabi palsu berkhotbah hanya demi materi sehingga masyarakat hanya dijejali dengan pengajaran yang kosong. Seluruh tatanan sosial, moral, dan spiritual umat Allah sudah hancur.

Allah tidak tinggal diam. Ia telah merancang penghukuman bagi mereka ketika mereka merancang kejahatan (3). Penghukuman itu pasti dan serius sehingga Mikha memulai penyampaian penghukuman Allah dengan ungkapan `celakalah' - sebuah ratapan khusus dalam upacara penguburan. Ini menandakan bahwa masa depan mereka gelap. Ladang- ladang hasil jarahan dan warisan mereka akan musnah (4). Identitas mereka sebagai umat Allah juga sirna (5). Begitu dahsyatnya penghukuman hingga yang menyaksikan ikut meratap (4). Apakah ini berarti keberadaan umat Allah di dunia akan sirna? Tidak! Pengharapan untuk pembaharuan umat Allah telah Ia siapkan. Sorak kemenangan akan mengganti ratapan. Gembala yang agung akan mengumpulkan sisa orang Israel dan memimpin mereka masuk ke kerajaan-Nya (12-13). Peristiwa ini tidak menunjuk kepada pulangnya bangsa Israel dari pembuangan melainkan lahirnya Mesias, sehingga umat manusia yang percaya kepada-Nya akan menembus realita dunia dan memanifestasikan dirinya sebagai umat Allah yang hidup.

Renungkan: Dengan hancur dan tercerai-berainya Israel, dosa tampaknya beroleh kemenangan mutlak. Perealisasian tujuan Allah bagi dunia dan umat manusia melalui bangsa Israel tampaknya akan gagal. Namun Allah adalah Allah yang berdaulat. Ia tidak pernah gagal. Dosa dan Iblis tidak mungkin mengalahkan-Nya. Komunitas Allah yang berpusat pada Yesus Kristus sudah lahir di dunia. Tujuan Allah bagi dunia dan seluruh umat manusia semakin terealisasi secara sempurna.

(0.10779283333333) (Why 18:21) (sh: Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar! (Jumat, 15 November 2002))
Lalu setelah itu ...? Suatu kontras besar!

Lalu setelah itu …? Suatu kontras besar!
Kata-kata sang malaikat dalam ayat 21b-24 memperlihatkan dengan grafis perbandingan antara keadaan kota Babel/Roma dan keadaan di sorga. Kontras yang ditonjolkan adalah dalam aspek suara. Tiadanya suara di dalam kota besar itu setelah penghukumannya, berbalikan dengan nyaringnya suara-suara di surga. Tiadanya suara para pemain kecapi, penyanyi dan lainnya (ayat 22a) menunjuk kepada fakta tiadanya lagi perayaan, sukacita dan kegembiraan yang tadinya memenuhi kota besar tersebut. Tiadanya suara kilangan (ayat 22b) di rumah-rumah menunjuk kepada sesuatu yang lebih vital lagi; tiadanya kehidupan, yang biasanya ditandai dengan suara kilangan untuk mempersiapkan gandum untuk dimakan keluarga pemiliknya (bdk. Ul. 24:6). Tiadanya lagi lampu, lampu (ayat 23a) dan suara mempelai laki-laki dan pengantin perempuan (ayat 23b) juga mengarahkan kita pada pengertian yang sama: tiadanya kegembiraan dan kelangsungan kehidupan. Tindakan simbolis pelemparan batu kilangan ke dalam laut (ayat 21) melengkapi pesan dari sang malaikat: keadaan kota itu tidak akan pulih lagi, sama seperti batu kilangan itu tidak akan muncul lagi dari kedalaman laut. Sementara itu surga penuh dengan sorak-sorai puji-pujian yang memuliakan dan menyembah Allah. "Haleluya!" (ayat 1b,3,4). Peralihan dari kata Ibrani yang berarti "pujilah Yahweh!" ini ditemukan di dalam Wahyu hanya pada nas ini, dan diucapkan oleh tiga pihak: himpunan besar orang banyak di surga (ayat 1,3), keduapuluh empat tua-tua dan keempat makhluk (ayat 4), serta suara dari tahta (ayat 5). Kata ini membuat kita teringat pada mazmur- mazmur pujian yang biasa dilakukan di Bait Allah zaman Israel (mis. Mzm. 146, 149 dll.), yang juga menyinggung mengenai Allah yang dengan adil membalaskan perlakuan musuh-musuh-Nya atas hamba-hamba-Nya.

Renungkan:
Ingatlah firman dari Tuhan ini: "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga"(Mat. 5:10). Respons syukur kita atas anugerah keselamatan dari Allah, yang ditunjukkan melalui kesetiaan dalam pergumulan dan penderitaan saat bersaksi di dunia, tidak akan sia-sia!



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA