Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 6161 - 6180 dari 6323 ayat untuk mereka (0.010 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10453707407407) (Kis 26:1) (sh: Ancaman = kesempatan (Rabu, 16 Agustus 2000))
Ancaman = kesempatan

Ancaman = kesempatan. Adalah saat yang dramatis ketika rasul Yesus Kristus yang kudus dan sederhana berdiri di hadapan seorang wakil dari keluarga Herodes yang penuh dengan amoralitas dan ambisi duniawi, yang dari generasi ke generasi selalu menentang kebenaran dan kebaikan. Pendiri dinasti Herodes, Herodes Agung mencoba membunuh bayi Yesus. Anaknya, Antipas memenggal kepala Yohanes Pembaptis dan dijuluki oleh Yesus sebagai srigala. Cucunya, Agripa I membunuh Yakobus anak Zebedeus dengan pedang. Sekarang Paulus dibawa ke hadapan anak Agripa I.

Apakah ini membuat Paulus gentar? Tidak! Sebaliknya Paulus justru berbahagia karena ia melihat kesempatan untuk membela diri sebagai saat yang tepat untuk mewartakan Injil Yesus Kristus di hadapan Herodes Agripa I yang ahli dalam adat-istiadat dan persoalan orang Yahudi. Tentunya Paulus berharap bahwa Herodes Agripa I dapat menerima kebenaran Allah di dalam Yesus Kristus. Karena itulah materi pembelaannya sangat diwarnai dengan paham-paham Yudaisme. Ia memaparkan bahwa sejak masa mudanya secara fanatik mengikuti ajaran Yudaisme (4-5) hingga ia melakukan penindasan dan penganiayaan secara hebat terhadap pengikut Yesus karena mereka dianggap sebagai penghujat Allah. Namun Paulus mengakui tindakannya itu sebagai kesalahan besar (9-11). Sebab ia melihat kebenaran bahwa di dalam Yesus pengharapan Israel sudah digenapi karena Ia sudah bangkit dari kematian.

Melalui pembelaannya, Paulus menekankan bahwa iman kristen bukan suatu kepercayaan yang baru namun justru merupakan kesinambungan kepercayaan dan pengharapan Yahudi dan seluruh umat manusia. Yesuslah kunci dari kesinambungan ini. Dengan demikian Paulus telah berhasil membalikkan suatu tuduhan menjadi berita anugerah. Ini membutuhkan keberanian besar. Namun Paulus bukannya tidak mengenal takut, karena hanya orang yang gegabah yang tidak pernah takut. Sebaliknya Paulus justru memahami dengan sungguh apa yang ditakuti (2-3) dan meletakkan ketakutannya di bawah pengharapannya di dalam Yesus, hingga ancaman itu berubah menjadi kesempatan.

Renungkan: Ancaman apakah yang harus ditakuti oleh Kristen sekarang ini? Pikirkan dan persiapkan cara dan tindakan yang tepat untuk mengubah ancaman itu menjadi kesempatan bagi penyebaran berita Injil.

(0.10453707407407) (Kis 26:12) (sh: Kemerdekaan Indonesia dan kebangkitan Kristus (Kamis, 17 Agustus 2000))
Kemerdekaan Indonesia dan kebangkitan Kristus

Kemerdekaan Indonesia dan kebangkitan Kristus. Kemerdekaan Indonesia adalah peristiwa yang sangat menentukan kehidupan bangsa Indonesia. Kemerdekaan memberikan pengharapan. Karena kemerdekaan, bangsa Indonesia memperoleh kesempatan untuk membangun kehidupan berbangsa dan bernegara hingga mempunyai derajat yang sama dengan bangsa-bangsa lain. Bagi Paulus, kebangkitan Kristus sangat menentukan hidupnya. Karena bertemu dengan Kristus yang bangkit (14-15), jalan kehidupan Paulus berubah secara radikal: dari pembunuh menjadi pewarta kehidupan kekal; dari 'duta' orang-orang yang buta kebenaran menjadi duta Allah untuk memelekkan mata orang-orang yang buta sehingga mereka menemukan kebenaran Illahi (16-18). Pertemuan dengan Kristus yang bangkit ini tidak hanya membuahkan perubahan radikal yang sementara namun Paulus senantiasa setia mengisi hidupnya dengan bakti, daya, dan karya yang sejalan dengan misi yang ia terima dari Kristus yang telah bangkit (19-20). Berita kebenaran yang selalu ia wartakan adalah Kristus yang mati dan bangkit sesuai dengan nubuatan para nabi terdahulu dan kemudian membawa terang kepada semua bangsa.

Seluruh aspek kehidupan Paulus yang beralaskan kebangkitan Kristus, mulai dari masa lalu, masa kini, dan masa depan telah berada dalam terang kebangkitan-Nya, sehingga dapat diberdayakan menjadi alat bagi pemberitaan Injil. Hidup, bakti, dan karyanya menjadi bermakna tidak hanya bagi dirinya namun bagi masyarakat juga. Kebangkitan Kristus dan kemerdekaan Indonesia merupakan 2 peristiwa penting bagi kehidupan Kristen sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Sebagai Kristen, kita harus menjadikan terang kebangkitan Kristus sebagai landasan untuk berpartisipasi dalam pembangunan ini. Terang kebangkitan Kristus yang menjadi pendorong utama terjadinya perubahan yang radikal: dimana ada kebencian, dendam, dan kekerasan, Kristen harus menghadirkan kasih dan kuasa Yesus yang memberi hidup; dimana ada diskriminasi dan perbedaan, Kristen harus menghadirkan Kristus Sang Pemersatu; dimana kebutaan moralitas dan norma-norma sosial merajalela, Kristen harus menghadirkan Kristus yang mampu memimpin kepada terang.

Renungkan: Demikianlah hidup Kristen menjadi bermakna bagi landasan pembangunan bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat.

(0.10453707407407) (Rm 12:6) (sh: Karunia adalah karunia, bukan milik. (Minggu, 26 Juli 1998))
Karunia adalah karunia, bukan milik.

Karunia adalah karunia, bukan milik.
Mengapa orang bisa sombong akan kelebihan dirinya? Mengapa orang sulit membagi ilmu atau keahliannya kepada orang lain? Mengapa warga gereja pasif sehingga kehidupan gereja tidak dinamis? Sebab tidak sungguh menghayati bahwa karunia adalah pemberian Allah bukan miliknya sendiri. Jika tiap Kristen menyadari kebenaran ini, pastilah kualitas pelayanan gereja akan berbeda dari yang kini kita miliki. Memang di sana sini kita temui gereja yang maju karena cukup banyak warganya yang menggunakan berbagai karunia yang mereka miliki dalam berbagai pelayanan. Namun mengingat tiap orang pasti memiliki karunia yang berbeda, kita harus lebih mengajarkan dan mempraktekkan karunia-karunia yang Tuhan berikan demi kemajuan Gereja-Nya.

Karunia yang berlainan. Talenta, bakat atau kemampuan, adalah karunia yang berasal dari Tuhan untuk kepentingan bersama yaitu Gereja-Nya. Tuhan yang maha bijak pasti memberi karunia-karunia yang berbeda-beda itu dengan maksud tertentu. Sebab itu jangan kita abaikan apalagi salahgunakan. Yang diberi karunia bernubuat harus melakukan dengan iman. Nubuat tidak sama dengan ramalan. Ramalan bersifat spekulatif, tidak didasari iman yang benar, Bernubuat atau menyuarakan suara kenabian adalah tindakan iman taat kepada Tuhan yang memberikan pesan yang bersifat teguran, penghiburan, peringatan, petunjuk, selalu dengan tujuan membangun dan menguatkan baik jemaat secara keseluruhan maupun seseorang secara pribadi. Juga karunia melayani, mengajar, menasihati, dll. harus dilakukan dengan sikap benar dan dengan tujuan membangun Gereja Tuhan.

Renungkan: Tuhan memberikan aneka karunia sebab kebu-tuhan yang harus dilayani oleh Gereja di dalam kehidupan intern-nya maupun dalam masyarakat luas pun banyak jenisnya.

Doa: Sangat mengagumkan karunia-karunia-Mu, ajarlah aku menggunakannya demi GerejaMu.

(0.10453707407407) (1Kor 1:10) (sh: Bukan jasaku (Sabtu, 30 Agustus 2003))
Bukan jasaku

Bukan jasaku. Perasaan diri sebagai yang paling besar dan benar sering membuat perpecahan dalam suatu kelompok yang semula rukun. Kita mengetahui bahwa perpecahan mendatangkan ketidaknyamanan bagi seluruh anggota. Inilah yang terjadi pada tahap-tahap awal terbentuknya jemaat Korintus.

Beberapa orang dari keluarga Kloe merasakan hal itu dan menyampaikannya kepada Paulus. Paulus menjawab sekaligus mengajarkan suatu pokok yang penting. Paulus menyebut bahwa masalah tersebut sebagai 'perselisihan di antara kamu' (ayat 11). Masalah itu ditanggapinya dengan jelas. Namun, Paulus sendiri menolak untuk dijadikan pemimpin salah satu kelompok.

Sebaliknya, ia menegaskan bahwa Kristus sebagai pusat pemberitaan Kabar Baik, pusat yang mempersatukan; dan demi Nama yang diberitakan itu, jemaat tidak boleh terkotak-kotak (ayat 10). Bahkan Paulus menegaskan bahwa pusat pemberitaan pemberita Injil adalah Kristus yang disalib dan bangkit. Tugas ini akan sulit dijalankan jika tidak mengandalkan campur tangan Tuhan (ayat 17- 25). Mereka yang mendengar tentang pemberitaan keselamatan oleh Kristus mungkin menolak untuk percaya dengan alasan seperti yang disampaikan oleh orang Yahudi, "mukjizat dulu, baru percaya", atau menertawakannya seperti orang Yunani (ayat 18-23). Paulus menekankan bahwa pusat semua kegiatan pekabaran Injil kepada manusia berdosa adalah karya penyelamatan Allah (ayat 24,25).

Paulus memberikan teladan kepada kita, bagaimana potensi-potensi perpecahan dalam kumpulan orang percaya perlu dikenali, diungkapkan, dan kemudian diarahkan kepada pusat perhatian gereja yaitu Tuhan Yesus Kristus. Suatu hal yang hanya dapat diterima karena panggilan dan kekuatan dari Allah.

Renungkan: Para pemimpin umat jangan menghimpun pengikut untuk diri sendiri, melainkan dengan rendah hati minta hikmat dan kekuatan Allah untuk mengabarkan Kristus secara benar.

(0.10453707407407) (1Kor 3:10) (sh: Jangan pakai akar bila rotan tak ada (Rabu, 3 September 2003))
Jangan pakai akar bila rotan tak ada

Jangan pakai akar bila rotan tak ada. Mengapa? Menurut beberapa orang, karena dalam peribahasa "tak ada rotan akar pun jadi" tersirat bahwa kualitas adalah nomor dua. Seharusnya, bila tak ada rotan langkah yang diambil adalah entah cari rotan ke sumber lain atau rekayasakan bahan alternatif yang sebaik rotan, atau bahkan lebih baik, supaya mutu produk hasil tidak berkurang.

Kini Paulus menggunakan metafora pendirian suatu bangunan (mulai dari 9, "bangunan Allah"). Dalam konteks jemaat Korintus, Paulus menjelaskan bahwa dengan karunia Allah, dirinya telah meletakkan dasar jemaat (ayat 10) yang adalah Kristus (ayat 11). Karena itu, Paulus memperingatkan mereka yang sedang membangun jemaat Korintus (tidak termasuk Apolos, bdk. 16:12) di atas dasar itu untuk berhati-hati: jangan membangun jemaat dengan hal-hal yang tidak tahan uji oleh api (ayat 12). Atau, dengan mengikuti nas sebelumnya, jangan dengan pengajaran dan tindakan jerami hikmat manusia (ayat 2:4-5,13), tetapi dengan pemberitaan hikmat Allah. Ketahanujian inilah yang akan menentukan upah seorang pelayan (ayat 14,15; tetapi bukan keselamatannya!). Sebagai penegasan, Paulus juga menyatakan bahwa jemaat setempat di Korintus adalah bait Allah dan Allah akan membinasakan orang yang membinasakan bait-Nya (ayat 16,17).

Keprihatinan Paulus adalah jemaat lokal harus dibangun konsisten dengan dasarnya yang adalah Kristus. Kehidupan jemaat harus rohani, yaitu berbeda radikal dengan dunia. Perselisihan dan arogansi adalah tanda dari hikmat duniawi; tanda bahwa kontribusi Kristen kepada bangunan kehidupan jemaat tidak tahan uji. Bahkan, kekeraskepalaan untuk terus hidup duniawi dapat bermuara pada penghakiman karena meniadakan fungsi jemaat sebagai bait Allah: menghadirkan kesaksian Roh akan kasih karunia Allah bagi sekitar.

Renungkan: Doakan dan gumulkan terus jemaat tempat Anda bergereja, agar terus bertumbuh dan hidup tahan uji sebagai representasi Allah di sekitar jemaat Anda.

(0.10453707407407) (1Kor 9:19) (sh: Kerelaan demi Injil (Minggu, 31 Agustus 1997))
Kerelaan demi Injil

Kerelaan demi Injil
Prinsip Paulus dalam pelayanan ini bukan suatu hal yang mudah untuk dilaksanakan. Memang lebih mudah dan aman untuk bersikap kaku sambil bersembunyi di balik alasan bahwa kita berbuat demikian demi mempertahankan prinsip. Atau kebalikannya, mudah sekali menjadikan pelayanan yang komunikatif sebagai alasan untuk menutupi keinginan kompromi. Yang Paulus maksudkan jelas bukan yang terakhir ini. Paulus juga tidak menerima sikap yang pertama. Paulus bukan sedang belajar menjadi bunglon, tetapi menjadi hamba Kristus. Ia menaklukkan semua kepentingan dirinya, kebebasan dan haknya dalam upaya mempersempit jurang pemisah antara dirinya dan orang-orang yang dilayaninya demi memenangkan mereka bagi Kristus.

Berjuang dan menguasai diri. Sikap dan prinsip pelayanan Paulus ini membutuhkan perjuangan yang berat dan penguasaan diri yang kokoh. Untuk itu ia mendisiplin dirinya. Ia menggambarkan dirinya seperti seorang pelari. Dalam perlombaan semua berlomba, bertanding, tetapi hanya seorang yang akan keluar sebagai pemenang. Itu sebabnya bukan saja perlombaan itu saja harus ditempuhnya sebaik mungkin, tetapi persiapan sebelumnya pun harus sangat matang. Paulus menguasai dirinya supaya tidak diperbudak oleh keinginan-keinginan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Paulus tidak ingin hidupnya menjadi sia-sia, karunia dan panggilan pelayanan yang Allah percayakan kepadanya tidak sampai sasaran. Tujuan Paulus ialah memperoleh mahkota abadi yang akan Tuhan karuniakan hanya bagi yang setia dan menang.

Renungkan: Tugas menyaksikan Injil bukan saja tugas para hamba Tuhan, tetapi tugas atau panggilan untuk setiap orang beriman. Sudahkah Anda menujukan seluruh potensi Anda untuk mencapai sasaran ilahi itu dalam hidup ini?

(0.10453707407407) (1Kor 10:14) (sh: Jangan mendua hati (Selasa, 7 Mei 2013))
Jangan mendua hati

Judul: Jangan mendua hati
Bagaimana perasaan kita ketika orang yang sangat kita cintai tiba-tiba berselingkuh? Pasti perasaan sakit hati, cemburu, marah, kecewa, dsb., bercampur aduk dalam hidup kita. Lalu, bagaimana perasaan Tuhan ketika kita menduakan diri-Nya? Dalam teks ini, Paulus menegaskan bahwa Tuhan marah dan cemburu (22). Karena sejak awal Dia tidak ingin ada allah lain dalam hidup kita (bdk. Kel. 20:3).

Di satu sisi, jemaat Korintus percaya kepada Kristus. Di sisi lain lingkungan yang penuh penyembahan berhala menyebabkan situasi yang sulit. Dengan tegas Paulus menasihati jemaat Korintus untuk menjauhi penyembahan berhala (14). Jemaat Korintus sudah disatukan kepada Kristus melalui perjamuan kudus sebagai lambang penebusan Kristus (16-17). Mereka tidak perlu lagi mengikuti perjamuan para penyembah berhala. Mereka dapat belajar dari nenek moyang Israel yang mendua hati dengan menyembah Allah sekaligus berhala, yang mengakibatkan Allah murka dan menghukum mereka (18-22).

Jika demikian, apakah orang yang percaya kepada Kristus boleh menikmati makanan yang sudah dipersembahkan kepada berhala? Jawaban Paulus bersifat dialektis. Jikalau makanan tersebut benar-benar sebagai alat untuk penyembahan berhala, maka Paulus melarang keras untuk menikmatinya karena sama saja dengan mengakui keberadaan roh jahat di balik berhala (19-20; 28-29a)). Akan tetapi, jikalau makanan tersebut tidak berkaitan dengan penyembahan berhala maka dapat dimakan untuk kebutuhan jasmani (25-27). Prinsip ini yang Paulus gunakan dalam menghadapi 'dilema' seperti itu: pertama, selalu menguji hati nurani agar tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain (29, 32); kedua, mengucap syukur kepada Tuhan (30); ketiga, semuanya dipergunakan hanya untuk kemuliaan Tuhan (31). Paulus kemudian mengajak mereka melihat dirinya sebagai teladan sebagaimana ia sendiri meneladani Kristus (10:33-11:1). Prinsip Paulus tetap sama dengan pasal 8, yaitu ujung dari semua perbuatan kita haruslah demi kemuliaan Tuhan dan demi kebaikan orang lain.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2013/05/07/

(0.10453707407407) (1Kor 13:4) (sh: Seperti apakah kasih? (Kamis, 25 September 2003))
Seperti apakah kasih?

Seperti apakah kasih? Pada bagian sebelumnya Paulus berbicara tentang kesia-siaan segala karunia yang Tuhan berikan kepada manusia jika perwujudannya tidak didasari oleh kasih Kristus. Saat ini Paulus berbicara tentang sifat-sifat moral yang merupakan aplikasi dari kasih, yaitu beberapa sifat yang mencerminkan sifat Kristus sendiri, yang tidak tercermin dalam perilaku jemaat Korintus.

Sifat-sifat seperti apa yang dikategorikan Paulus sebagai cerminan dari sifat Kristus sendiri? Kasih itu sabar dan murah hati. Sifat sabar secara pasif lebih memilih untuk berlapang dada terhadap orang lain, dan murah hati adalah sifat aktif yang memberi dan suka menolong. Kasih itu tidak cemburu. Artinya, kasih tidak membuat seseorang mencemburui kemajuan atau kemampuan orang lain. Justru kasih mendorong kemajuan orang lain. Kasih tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Kasih tidak melakukan yang tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri. Kasih tidak membuat seseorang menjadi pemarah, mudah tersinggung, dan pendendam. Kasih tidak akan membuat seseorang bersukacita karena penderitaan akibat ketidakadilan, termasuk tidak dapat bersukacita atas keberhasilan seseorang yang diperoleh dengan kecurangan atau pelanggaran.

Secara positif kasih mengarahkan kita, orang-orang yang percaya kepada Kristus untuk: pertama, selalu berpikiran positif terhadap orang lain. Kedua, selalu memiliki pengharapan. Ketiga, selalu sabar menanggung segala sesuatu. Hanya orang-orang yang dihidupkan oleh Kristus dan hidup bagi Kristus sajalah yang akan memiliki kasih; dan hanya orang-orang seperti inilah yang diberikan kemampuan dan anugerah dari Allah untuk menjadi cerminan kasih Allah kepada banyak orang, terutama kepada mereka yang belum mengenal dan percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.

Renungkan: Kita adalah orang-orang yang diperkenan Allah merasakan kasih- Nya. Hendaklah kasih itu menjadi jiwa dan identitas kita.

(0.10453707407407) (1Kor 15:1) (sh: Inti pemberitaan Injil (Selasa, 30 September 2003))
Inti pemberitaan Injil

Inti pemberitaan Injil. Paulus menganggap penting untuk mengingatkan kembali jemaat Korintus akan Injil yang telah diberitakannya. Jemaat Korintus telah menerima Injil dan hidup di dalamnya. Karena itu tak dapat disangkal bahwa jemaat Korintus telah menerima keselamatan (ayat 1). Namun ada catatan penting yang bukan hanya harus selalu diingat dan dipegang tetapi juga ditambahkan kepada pengetahuan mereka tentang injil (ayat 2).

Pertama, Injil harus dipahami sebagai suatu kesatuan berita tentang kelahiran, kematian, dan kebangkitan Yesus Kristus. Paulus menekankan bahwa kematian dan kebangkitan-Nya adalah rangkaian peristiwa yang menjadi inti Injil. Ia mati karena dosa-dosa manusia, dikuburkan dan dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai Kitab Suci (ayat 3,4; bdk. Yes. 53:4-6,8,11-12; Hos. 6:2; Yun. 1:17). Fakta kebangkitan-Nya, sebagaimana kesaksian saksi mata, antara lain: Kefas, kedua belas murid, lebih dari lima ratus saudara, Yakobus, semua rasul dan yang paling akhir Paulus sendiri (ayat 5-8), menggagalkan keraguan beberapa orang terhadap kebangkitan orang mati.

Kedua, Injil harus menjadi motivasi pembawa berita. Paulus telah dipilih sebagai saksi kebangkitan Yesus dan dipanggil menjadi rasul -- meskipun ia menganggap dirinya rasul yang paling hina karena ia menganiaya jemaat Allah (ayat 9). Namun, ia menganggap kasih karunia Allah yang telah dianugerahkan kepadanya, yaitu Injil keselamatan menjadi motivasi kuat untuk bekerja lebih keras dari rasul yang lain (ayat 10-11).

Hendaknya gereja tidak melupakan fondasi yang mengokohkannya yaitu Injil Yesus Kristus karena gereja ada karena pemberitaan Injil disambut dalam iman. Bila hal yang sangat penting ini dilupakan, gereja dan kehidupan Kristen kita terancam bahaya. Renungkan: Oleh Injil kita diselamatkan. Oleh Injil kita mengetahui bahwa kematian dan kebangkitan-Nya telah melepaskan kita dari kuasa dosa dan dari murka Allah.

(0.10453707407407) (Gal 1:1) (sh: Injil yang sejati (Sabtu, 4 Juni 2005))
Injil yang sejati

Injil yang sejati
Zaman sekarang banyak barang berkualitas yang dipalsukan. Barang-barang imitasi ini tampaknya sama dengan yang asli, tetapi jelas kualitasnya sangat berbeda dan murahan. Kalau kantong pas-pasan, namun hendak tampil gaya boleh-boleh saja memakai yang tiruan karena semua itu benda-benda lahiriah. Namun, kalau kebenaran yang dipalsukan, akibatnya bisa fatal.

Dalam pembukaan surat ini, Paulus menegaskan sendi-sendi Injil yang sejati. Pertama, kematian dan kebangkitan Yesus (ayat 1). Kedua, sebab dan tujuan kematian Yesus (ayat 3-4). Sebab: "karena dosa-dosa kita." Tujuan: "untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini." Ketiga, kematian Yesus dan tujuannya berakar dalam kehendak Allah. Demi Injil yang sejati itulah Paulus ditetapkan sebagai rasul oleh Allah dan Putra-Nya, baik untuk memberitakannya kepada bangsa-bangsa nonyahudi, maupun untuk mempertahankan kemurniannya. Itu sebabnya ia bereaksi keras terhadap pemalsuan Injil, yang disebutnya "injil lain, yang sebenarnya bukan Injil" (ayat 6-7). Rupanya ada orang yang bermaksud mengacaukan jemaat di Galatia. Untuk menjadi Kristen, kata mereka, tidak cukup hanya menerima Injil dan percaya kepada Tuhan Yesus, tetapi harus juga melaksanakan tuntutan-tuntutan Taurat seperti halnya orang Yahudi. Bagi Paulus, memalsukan Injil seperti itu adalah penyesatan yang akan membinasakan iman sejati. Maka dengan keras Paulus menyatakan penyesat-penyesat itu sebagai "terkutuk" (ayat 8,9).

Seperti orang memakai perhiasan imitasi untuk bergaya, demikian orang tertarik untuk menerima injil palsu supaya bisa bergaya saleh, suci, dan lebih rohani daripada orang lain. Tujuannya jelas supaya diterima oleh manusia dan bukan oleh Allah (ayat 10). Orang yang mengandalkan injil palsu akan binasa olehnya. Jadi, jangan biarkan diri disesatkan olehnya.

Camkan: Injil sejati membawa pembebasan sempurna. Injil palsu membelenggu orang semakin kuat dalam kedagingan sampai ia binasa!

(0.10453707407407) (Gal 2:1) (sh: Gereja sejati mendukung PI (Senin, 6 Juni 2005))
Gereja sejati mendukung PI

Gereja sejati mendukung PI
Misi pengabaran Injil adalah tugas gereja. Itu sebabnya, setiap badan misi harus bekerja sama dengan gereja. Sebaliknya, gereja harus mendukung upaya pribadi-pribadi Kristen dalam menyaksikan Kristus kepada orang lain.

Sejak pertobatannya, Paulus sudah giat mengabarkan Injil, terutama kepada bangsa-bangsa nonyahudi. Ia telah menghasilkan banyak petobat baru dan banyak gereja selama belasan tahun. Namun, Paulus sadar bahwa pengabaran Injil bukan tugas pribadi semata-mata melainkan tugas gereja. Itu sebabnya, ia berkunjung ke Yerusalem untuk mendapatkan dukungan dari gereja dan tokoh-tokoh Kristen di sana, "supaya jangan dengan percuma aku berusaha atau telah berusaha" (ayat 2). Maksudnya agar gereja yang terdiri dari orang-orang nonyahudi (Antiokhia) disambut ke dalam persekutuan dengan gereja Yerusalem. Paulus konsisten dengan tugas pengabaran Injil dan dengan tegas menolak upaya memasukkan unsur-unsur budaya Yahudi yang pada hakikatnya membelenggu kebebasan yang dihasilkan Injil sejati (ayat 4-5). Injil harus kontekstual dengan masyarakat di mana Injil itu diberitakan. Itu sebabnya ia membawa Titus yang tidak bersunat sebagai bukti hasil pelayanannya itu (ayat 3). Reaksi gereja di Yerusalem menggembirakan. Para pemimpin gereja terbuka melihat panggilan pelayanan Paulus kepada bangsa-bangsa nonyahudi sama seperti panggilan pelayanan Petrus untuk bangsa Yahudi (ayat 6-8). Gereja mendukung penuh pengabaran Injil kontekstual Paulus (ayat 9).

Tugas gereja bukan menghalang-halangi, sebaliknya mendukung, memperlengkapi, dan mengutus umat Tuhan untuk memberitakan Injil kepada semua bangsa di dunia ini. Injil sejati harus diberitakan tanpa embel-embel atau muatan budaya lain yang hanya akan menghambat iman sejati

Doakan: Agar Tuhan menggerakkan gereja-gereja yang belum menjadikan misi sebagai prioritas utama program kerja mereka menjadi agen-agen penyalur kuasa dan kasih Allah kepada dunia ini.

(0.10453707407407) (Gal 3:6) (sh: Perjanjian Lama mengajarkan iman (Kamis, 9 Juni 2005))
Perjanjian Lama mengajarkan iman

Perjanjian Lama mengajarkan iman
Kita mungkin sering mendengar pernyataan bahwa Perjanjian Lama mengajarkan seseorang diselamatkan karena melakukan hukum Taurat; sebaliknya Perjanjian Baru mengajarkan keselamatan adalah anugerah yang harus diterima dengan iman.

Paulus mematahkan pandangan yang keliru ini dengan menyajikan kebenaran langsung dari Perjanjian Lama. Pertama, Perjanjian Lama mengajarkan bahwa Abraham dibenarkan oleh karena imannya (ayat 6; Kej. 15:6). Jadi, setiap orang yang percaya dengan iman seperti halnya Abraham adalah anak-anak Abraham yang juga dibenarkan (ayat 7-9). Kedua, hukum Taurat tidak diberikan untuk menyelamatkan orang berdosa. Sebaliknya hukum Taurat diberikan untuk menyatakan keberdosaan manusia karena tidak seorang pun mampu melakukan semua perintah hukum Taurat (ayat 10-12). Oleh karena itu, Kristus telah mati untuk menebus dosa manusia supaya manusia dilepaskan dari kutuk hukum Taurat. Kematian Kristus menjadi jalan bagi bangsa-bangsa nonyahudi untuk dapat menerima keselamatan dengan cara beriman kepada-Nya (ayat 13-14). Jadi, Perjanjian Lama tidak bertentangan dengan Perjanjian Baru. Keduanya mengajarkan hal yang sama, yaitu seseorang diselamatkan karena percaya kepada karya penyelamatan Kristus dan bukan karena melakukan perintah Taurat.

Salah satu alasan mengapa ajaran-ajaran seperti itu masih bisa memperdaya orang-orang Kristen masa kini adalah karena kita jarang membaca apalagi membaca-gali Perjanjian Lama. Perjanjian Lama adalah firman Tuhan yang benar dan sama berotoritas dengan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama memperlihatkan sisi kebutuhan manusia berdosa akan juruselamat yang bisa membebaskan mereka dari kutuk hukum Taurat. Perjanjian Baru menunjuk langsung kepada Yesus Kristus sebagai satu-satunya juruselamat itu.

Tekadku: Belajar Alkitab dengan benar dan bersandar penuh kepada kebenaran supaya tidak digoyahkan oleh ajaran sesat.

(0.10453707407407) (Gal 3:15) (sh: Kebahagiaan orang Kristen (Jumat, 10 Juni 2005))
Kebahagiaan orang Kristen

Kebahagiaan orang Kristen
Di jemaat Galatia terdapat orang-orang yang mengajarkan bahwa iman di dalam Kristus merupakan langkah awal dan iman itu harus disempurnakan dengan melakukan Taurat. Jadi, mereka mengajarkan iman plus melakukan Taurat sebagai syarat keselamatan

Namun dalam nas ini Paulus memisahkan iman sejati dari keharusan melaksanakan hukum Taurat. Untuk itu ia menjelaskan sejarah keselamatan. Janji kepada Abraham bagaikan sebuah surat wasiat yang memiliki keabsahan yang tak dapat dibatalkan, Paulus menjelaskan bahwa janji Allah kepada Abraham tidak dapat dibatalkan oleh hukum Taurat (ayat 15). Pertama, janji Allah kepada Abraham itu sah secara hukum maka tidak dapat dibatalkan (ayat 17a). Kedua, hukum Taurat baru diberikan empat ratus tiga puluh tahun kemudian sehingga tidak mungkin bisa membatalkan yang telah ada terlebih dahulu (ayat 17b).

Dengan dua alasan inilah Paulus menghancurkan kesimpulan bahwa janji Allah kepada Abraham harus ditambah dengan hukum Taurat supaya orang-orang Yahudi Kristen di Galatia mengalami janji berkat dari Allah. Konsep Mesias dari Paulus juga sangat jelas, yaitu bahwa keturunan yang Allah janjikan kepada Abraham itu menunjuk kepada Kristus (ayat 16). Jadi, janji berkat Allah melalui Abraham kepada orang percaya bukan didapatkan dengan menjalankan Taurat, tetapi ada di dalam Kristus sebagai penggenapan dari Taurat. Dengan beriman kepada Kristus saja orang percaya mendapatkan dan menikmati penggenapan janji keselamatan itu.

Kalau kebahagiaan orang Kristen didasarkan pada ketaatan melakukan hukum Taurat atau ajaran-ajaran kebajikan lainnya, maka dapat dipastikan kita akan frustasi. Sebaliknya dengan bersandar kepada janji Allah di dalam Kristus, kita dimungkinkan untuk hidup berkemenangan melawan kedagingan dan hawa nafsu duniawi.

Renungkan: Janji-Nya pasti ditepati. Jangan biarkan ajaran-ajaran lain mengacaukan iman kita kepada-Nya.

(0.10453707407407) (Gal 3:19) (sh: Taurat menuntun kepada Kristus (Sabtu, 11 Juni 2005))
Taurat menuntun kepada Kristus

Taurat menuntun kepada Kristus
Melakukan hukum Taurat tidak dapat menyelamatkan orang dari dosa. Keselamatan adalah anugerah Allah kepada orang yang percaya sesuai dengan janji Allah kepada Abraham. Kalau begitu, apa gunanya Allah memberikan hukum Taurat?

Paulus menjelaskan fungsi hukum Taurat. Pertama, hukum Taurat berfungsi untuk menunjukkan keberadaan dosa yang memperbudak umat manusia (ayat 19). Dengan hukum Taurat orang tidak dapat berdalih bahwa dirinya tidak berdosa atau tidak tahu bahwa yang diperbuatnya adalah dosa (Lihat Rm. 7:7-11). Dengan demikian hukum Taurat mengurung orang dalam kesadaran akan belenggu dosa yang mengikat mereka (ayat 22). Bahkan dengan hukum Taurat manusia menjadi frustasi karena menyadari diri tidak berdaya. Kedua, hukum Taurat diberikan untuk memimpin orang-orang yang hidup sebelum janji keselamatan dalam Kristus digenapi. Hukum Taurat berfungsi sebagai penjaga kehidupan supaya moral dan perilaku tetap tertahankan sampai janji yang diberikan digenapi. Hukum Taurat tidak dapat membawa manusia kepada keselamatan yang menjadi kebutuhan utama manusia, namun ia dapat menuntun orang untuk mencari atau merindukan kelepasan itu dari sang Juruselamat (ayat 23-24). Maka ketika Kristus sudah datang sebagai pembebas dari segala belenggu dosa, hukum Taurat tidak lagi diperlukan sebagai penjaga kehidupan yang benar (ayat 25). Di dalam Kristus tidak ada lagi perhambaan dosa.

Hukum Taurat menuntun kita kepada Kristus. Jadi Kristuslah yang utama. Dialah yang menjadi dasar anugerah kita beroleh hidup. Dia pulalah yang menjadi alasan kita memelihara hidup suci selaras dengan ajaran Taurat. Di dalam Tuhan Yesus kita membaca dan menerapkan ajaran Taurat dari perspektif hukum kasih, yaitu kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama (Mat. 22:37-39).

Renungkan: Orang yang terobsesi melakukan hukum Taurat justru kehilangan fokus pada yang utama, yaitu Kristus.

(0.10453707407407) (Ef 2:4) (sh: Tetapi Allah! (Selasa, 8 Oktober 2002))
Tetapi Allah!

Tetapi Allah! Kata ‘tetapi’ dalam ayat 4 sangat penting. Kata ‘tetapi’ mengontraskan keadaan manusia yang mati, diperbudak dan dimurkai, dengan anugerah Allah yang besar dan berlimpah. Frasa ‘tetapi Allah’ adalah kabar baik yang menyingkapkan dahsyatnya anugerah Allah. Inisiatif keselamatan datang dari Allah. Keselamatan sama sekali bukan hasil usaha manusia. Allah bertindak menyelamatkan manusia. Mengapa Allah bertindak? Allah menyelamatkan manusia untuk menyingkapkan rahmat-Nya yang kaya (ayat 4), untuk menyatakan kasih-Nya yang besar (ayat 4), untuk menyatakan anugerah-Nya yang berlimpah-limpah (ayat 7,8) dan untuk mengungkapkan kebaikan-Nya (ayat 7).

Apa yang dilakukan Allah? Allah menghidupakan kita (ayat 5). Allah membangkitkan kita (ayat 6). Allah memberi kita tempat di surga (ayat 6). Ketiga hal ini terjadi melalui dan di dalam Yesus Kristus. Tanpa relasi dengan Kristus tidak mungkin kita mengalami betapa dahsyatnya anugerah Allah. Untuk menegaskan hal ini, Paulus mengatakan bahwa keselamatan hanya terjadi oleh karena iman. Tanpa iman tidak mungkin seseorang mendapat keselamatan.

Agar lebih jelas, Paulus menyatakan bahwa keselamatan bukan hasil usaha manusia (ayat 8), bukan hasil pekerjaan manusia (ayat 9). Semuanya adalah anugerah Allah yang diterima melalui iman pada Yesus. Bahkan Paulus mengatakan iman pada Yesus juga adalah pemberian Allah (ayat 8). Sehingga sama sekali tidak ada bagi manusi aalasan untuk memegahkan diri. Untuk menerima keselamatan, manusia tidak perlu menyiksa diri, tidak perlu membangun kesalehan, tidak perlu mengumpulkan kebaikan. Hanya iman pada Yesus yang menyelamatkan. Demikian sederhana? Ya. Keselamatan begitu sederhana sehingga banyak yang tidak mau menerimanya. Mereka berpikir bahwa keselamatan yang begitu sederhana harus dilengkapi dan disempurnakan dengan berbagai jasa dan perbuatan manusia. Tetapi, Paulus menegaskan bahwa keselamatan diperoleh hanya oleh iman pada Yesus.

Renungkan: Injil yang menyelamatkan adalah Injil tentang murka Allah dan kasih Allah. Pemahaman keduanya inilah yang membuat kita hidup penuh syukur. Juga menggerakkan kita untuk terus bersaksi.

(0.10453707407407) (Ef 3:14) (sh: Doa syafaat umat (Kamis, 6 November 2003))
Doa syafaat umat

Doa syafaat umat. Bagi Paulus, keberadaannya sebagai narapidana bukanlah halangan untuk berkomunikasi dengan Allah, Sang Bapa yang berkuasa baik di bumi maupun di surga (ayat 14-15). Sikap optimis Paulus ini menunjukkan kepada kita bahwa kebergantungan dirinya kepada Allah bukanlah formalitas tetapi sudah merupakan bagian dari hidupnya. Di dalam doa ini Paulus memohon hal-hal hakiki agar setiap orang percaya dapat menghayati segala yang Allah sediakan, dan menjadikan itu sebagai bagian yang penting dari kehidupan. Ada tiga pokok penting yang Paulus sampaikan kepada Allah Bapa di surga. Pertama, doa agar jemaat Tuhan memperoleh kekuatan dan peneguhan Roh Allah (ayat 16-17). Kehadiran Roh Kudus dalam hidup seseorang tidak hanya bukti keselamatan, tetapi juga memberikan kesanggupan dan kekuatan untuk menjalankan kehidupan Kristen. Hal inilah yang Paulus inginkan agar diketahui jemaat saat itu dan kita di zaman ini. Kedua, doa supaya jemaat memperoleh pemahaman dan pengenalan terhadap kasih Kristus (ayat 18). Walaupun pada kenyataannya kasih Kristus melampaui segala pengetahuan, Paulus tetap menginginkan agar jemaat memahami lebar, panjang, dalam dan tinggi kasih itu. Tentu parameter yang dipakai bukan secara fisik. Ia ingin agar kita, secara pribadi, mengenal kasih Kristus yang melampaui segala sesuatu itu. Ketiga, doa untuk kepenuhan Allah (ayat 19). Allah menginginkan agar kita mengalami kepenuhan Allah, dan ukuran kepenuhan kita adalah Allah sendiri. Paulus tidak menginginkan jemaat memiliki standar ukuran yang salah dalam menguji kehidupan mereka sendiri. Standar yang benar dalam hal ini adalah Yesus Kritus sendiri.

Renungkan: Telusuri butir-butir permohonan doa Paulus ini! Masih relevankah bila itu kita doakan bagi kita, Kristen di Indonesia masa kini? Apa doa Anda bagi Kristen di Indonesia?

(0.10453707407407) (Ef 5:3) (sh: Catatan waktu (Selasa, 11 November 2003))
Catatan waktu

Catatan waktu. “Waktu” adalah kata yang sulit untuk di definisikan. Akan tetapi, waktu adalah pencatat tercepat yang ada di dunia ini. Waktu mencatat detik demi detik setiap peristiwa sekecil apa pun yang dikerjakan oleh anak-anak terang atau anak-anak gelap. Dengan kesadaran waktu yang sangat tinggi, Paulus memberikan perbandingan kontras antara anak-anak terang dan anak-anak gelap berkaitan dengan moral dan etika mereka yaitu hidup dalam percabulan dan pencemaran dengan hidup sebagai orang kudus (ayat 3); Hidup dalam berbagai perkataan kotor dengan hidup penuh ucapan syukur (ayat 4); Hidup seperti orang bebal dengan hidup seperti orang arif (ayat 15); Hidup dalam pengaruh anggur yang memabukkan dengan hidup yang penuh dengan Roh (ayat 18). Melalui perbandingan ini Paulus memberitahukan bahwa orang-orang durhaka atau anak-anak yang hidup dalam kegelapan mendapatkan murka Allah, dan anak-anak terang mendapatkan bagian dalam kerajaan Kristus dan Allah (ayat 5-6). Apakah tujuan dari perbandingan ini? Pertama, Paulus tidak ingin jemaat di Efesus tercatat oleh waktu sebagai anak-anak terang yang hidup dalam kegelapan. Kedua, Paulus ingin agar jemaat Efesus menebus waktu yang ada karena hari-hari ini adalah jahat. Yaitu, dalam pengertian menggunakan waktu dengan efisien dan efektif untuk pekerjaan dan pelayanan Tuhan, bukan untuk hidup dalam berbagai kecemaran dosa yang menyesatkan dan membawa kepada kebinasaan.

Waktu terus berjalan. Ingatlah bahwa apa yang telah kita perbuat pasti tercatat dalam waktu dan tidak mungkin dapat dihapus oleh siapapun juga.

Renungkan: Apa yang sedang dan akan Anda perbuat atau kerjakan dalam hidup kini? Mintalah kepada Tuhan agar Anda dibimbing-Nya ke arah hidup yang bijaksana sehingga Anda dapat mengerti kehendak Tuhan dalam kehidupan Anda.

(0.10453707407407) (Ef 5:21) (sh: Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat (Rabu, 12 November 2003))
Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat

Relasi suami-isteri = relasi Kristus dengan umat. Zaman di mana jemaat Efesus hidup adalah zaman yang sangat meninggikan kedudukan laki-laki. Akibatnya, para suami bebas bertindak sewenang-wenang terhadap isteri karena tidak ada hukum yang akan menjeratnya. Akan tetapi, keluarga Kristen tidak menganut sistem ini, karena sangat bertentangan dengan prinsip-prinsip kebenaran yang diyakini. Untuk mengantisipasi keadaan ini, Paulus memberikan dasar hubungan bagi suami—isteri, yaitu: pertama, suami isteri harus saling merendahkan diri (ayat 21). Kedua, isteri harus tunduk dan taat terhadap suami, karena suami adalah kepala (ayat 22-23). Hubungan suami isteri ini Paulus jadikan analogi untuk menjelaskan tentang hubungan Kristus dengan jemaat. Sebagai Kepala, Kristus tidak bertindak sewenang-wenang terhadap tubuh-Nya, tetapi justru memelihara dan memberikan pertumbuhan hingga menjadi dewasa. Ketiga, Suami, sebagai kepala haruslah mengasihi isteri (ayat 25). Oleh karena kasih-Nya kepada mempelai-Nya, Kristus rela mengurbankan diri-Nya.

Dari penjelasan ini, kita menemukan hal menarik, yaitu bahwa Paulus tidak berbicara masalah otoritas atau kekuasaan tetapi berbicara tentang cinta kasih suami terhadap isteri. Paulus tetap mengarahkan para suami untuk menjadikan salib Kristus sebagai patokan untuk bertindak; dan bagi para isteri Paulus mengingatkan untuk tunduk dan hormat pada suami yang mengasihinya. Jika setiap pasangan suami isteri Kristen memberlakukan prinsip ini dalam rumah tangganya, dapat dipastikan bahwa tidak ada suami yang menindas isteri dan tidak ada isteri yang tidak tunduk dan tidak hormat kepada suami, karena mereka saling memperlakukan dengan penuh kasih sayang dan hormat.

Renungkan: Pernikahan Anda menggambarkan relasi Anda dengan Kristus. Jadikanlah nasihat Paulus ini sebagai pedoman dalam rumah tangga Anda.

(0.10453707407407) (Ef 6:10) (sh: Perlengkapan rohani untuk hidup suci (Sabtu, 19 Oktober 2002))
Perlengkapan rohani untuk hidup suci

Perlengkapan rohani untuk hidup suci. Paulus mengingatkan bahwa ada kuasa-kuasa yang tidak kelihatan yang berusaha merusak kesatuan umat dan menyelewengkan kesucian umat. Pemerintah, penguasa dan roh jahat di u dara (ayat 12); Roh-roh jahat ini sangat berkuasa dan licik penuh tipi muslihat. Manusia tidak mampu melawan mereka.

Jadi apa yang harus diperbuat? Ada dua sikap ekstrim yang harus dihindari. [1]. Terlalu memberi perhatian berlebihan terhadap roh-roh jahat sehingga mengabaikan kuasa Kristus. [2]. Mengabaikan kehadiran roh-roh jahat dalam dunia. Manusia lemah dan tidak mungkin menghadapi roh-roh. Karenanya orang percaya harus bergantung sepenuhnya pada kuasa Allah (ayat 10). Kuasa Allah telah diungkapkan melalui salib Kristus. Maut dan kuasa Iblis telah dikalahkan. Karenanya orang Kristen harus mengenakan seluruh perlengkapan senjata Allah (ayat 13).

Ada 6 jenis perlengkapan: kebenaran, pembenaran, berita Injil damai sejahtera, iman, keselamatan, dan firman Allah. Kebenaran adalah kebenaran isi Alkitab atau hidup kristiani yang benar (ayat 14). Baju zirah pembenaran adalah pulihnya relasi dengan Allah melalui Yesus yang melindungi orang percaya dari semua tuduhan iblis (ayat 14). Kerelaan memberitakan Injil damai sejahtera sangat dibenci iblis karena Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan manusia dari cengkeraman roh-roh jahat (ayat 15). Iman pada Allah berarti percaya pada janji Allah, akan melindungi kita dari serangan iblis berbentuk keraguan dan kebimbangan. Orang Kristen telah menerima keselamatan dari Allah dan sedang menanti sepenuhnya pada saat Yesus datang kedua kali; masa kini Allah menyelamatkannya dari semua serangan si jahat. Perlengkapan terakhir adalah firman Allah yang merupakan pedang Roh (ayat 17). Yesus melawan serangan iblis dengan firman Allah (Mat. 4:1-10). Kita tidak tahu kapan dan bagimana iblis menyerang. Itulah sebabnya kita harus siap sedia, dengan setiap hari menjadikan firman Allah santapan kita dan setiap hari kita wujudkan dalam hidup.

Renungkan: Kita adalah milik Tuhan; Tuhan sudah menjadikan semua hal yang perlu agar kita suci seperti Kristus.

(0.10453707407407) (Ef 6:10) (sh: Awal kehidupan Kristen (Jumat, 14 November 2003))
Awal kehidupan Kristen

Awal kehidupan Kristen. Akhir dari perjalanan seorang anak menyelesaikan pendidikannya di tingkat SD, merupakan awal baginya untuk menempuh jenjang pendidikan SLTP. Di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, kesulitan yang dihadapinya pun akan lebih tinggi, begitu seterusnya. Demikian juga bagi seseorang yang telah menerima Kristus sebagai Tuhan atas hidupnya, pertobatan hanyalah awal dari kehidupannya bersama Kristus. Ia masih harus bertahan hingga mencapai garis akhir dalam menghadapi peperangan rohani.Pada bagian akhir surat Efesus ini Paulus secara tidak langsung mengatakan bahwa mereka baru ada pada awal kehidupan Kristen. Oleh karena itu, orang Kristen dianjurkan untuk mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 11,13). Mengapa? Oleh karena kita akan berjuang menghadapi musuh yang utama yaitu pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini dan roh-roh jahat di udara (ayat 12). Tujuannya adalah supaya orang Kristen dapat berdiri sampai akhir dalam peperangan rohani ini (ayat 13). Akan tetapi, kita harus ingat bahwa kita tidak berjuang sendiri. Seluruh komunitas Kristen akan berjuang bersama. Oleh karena itu selain mengenakan perlengkapan senjata Allah (ayat 14-18), kita harus berdoa dengan konsisten baik untuk diri sendiri maupun untuk mendukung yang lainnya (ayat 18-19). Doa adalah bentuk komunikasi kita dengan Allah. Berdoa menunjukkan kebergantungan kita kepada Allah, dan kebergantungan ini memberikan kekuatan untuk kita memenangkan peperangan ini. Kapan peperangan rohani kita dimulai? Ketika kita percaya kepada Kristus. Kapan peperangan rohani ini berakhir? Ketika Tuhan Allah mengatakan “Hamba yang setiawan, mari masuklah” itulah akhir peperangan rohani kita.

Renungkan: Awal kehidupan Kristen Anda adalah peperangan melawan penguasa-penguasa kegelapan. Bersama dengan Kristus, menangkan peperangan rohani Anda dari hari ke hari.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA