| (0.13441588666667) | (2Raj 6:1) |
(sh: Hikmat dalam melayani Tuhan (Senin, 9 Mei 2005)) Hikmat dalam melayani TuhanHikmat dalam melayani Tuhan
Bagi orang lain, kehilangan mata kapak mungkin perkara kecil yang seharusnya tidak memerlukan mukjizat dari nabi sebesar Elisa. Namun, Nabi Elisa oleh hikmat ilahi melihat rasa tanggung jawab si pengguna kapak tersebut baik terhadap pemilik kapak itu maupun terhadap pekerjaan yang sedang dilakukannya (ayat 5). Itulah sebabnya Elisa menolong orang tersebut (ayat 6-7). Hikmat ilahi kembali dinyatakan ketika Elisa menolong Israel dan Raja Yoram menghadapi musuh mereka, Aram. Pertama, Elisa membocorkan niat jahat dan strategi raja Aram menghadang pasukan Israel kepada raja Yoram (ayat 8-10). Dengan terbongkarnya tipu daya, musuh menjadi tidak berdaya. Kedua, Elisa meminta Tuhan membuka mata iman dari bujangnya yang ketakutan akan kepungan musuh yang dahsyat (ayat 15-17). Dengan iman, anak-anak Tuhan melihat bahwa Tuhan mereka jauh lebih dahsyat daripada musuh terhebat sekalipun. Ketiga, Elisa menaklukkan musuh Israel tanpa menggunakan kekerasan dan berhasil meredam usaha mereka mengganggu Israel (ayat 18-23). Dengan strategi jitu ia menggiring mereka masuk ke dalam pengepungan tentara Israel. Lalu Elisa membuat pasukan Aram ini berhutang nyawa dan budi kepada raja Israel. Fakta menyedihkan pada masa kini adalah kenyataan begitu banyak pelayanan dilakukan orang Kristen tanpa dasar dan tujuan yang benar. Mintalah hikmat ilahi agar pelayanan Anda selalu dilakukan sesuai dengan prinsip firman Tuhan dan tepat sasaran. Renungkan: Pelayanan yang benar dan tepat sasaran akan memenangkan lawan jadi kawan dan memberdayakan kawan menjadi mitra kerja Allah. |
| (0.13441588666667) | (2Raj 19:1) |
(sh: Sehati berdoa, sehati beriman (Jumat, 8 Juli 2005)) Sehati berdoa, sehati berimanSehati berdoa, sehati beriman Saat tantangan datang mendera kehidupan anak-anak Tuhan, langkah paling tepat adalah berpaling kepada Tuhan memohon pertolongan-Nya. Dengan bersehati anak-anak Tuhan berfokus kepada Tuhan, bukan kepada tantangan, dan percaya penuh pada kedaulatan dan kasih-Nya. Hizkia sebagai pemimpin umat Yehuda tidak mencoba lagi menyelesaikan masalah luar negerinya dengan kekuatan sendiri (lih. 18:14-16), tetapi ia menyerahkannya kepada Allah dalam doa. Ia mengajak serta para pemimpin lainnya (ayat 19:2) dan meminta Nabi Yesaya untuk mencari pertolongan dari Allah (ayat 3-4). Yesaya menyampaikan firman Allah kepada Hizkia yang isinya Allah berdaulat atas raja Asyur. Allah akan melepaskan Yehuda dari ancaman Asyur dengan cara-Nya yang ajaib (ayat 6-7). Hizkia merespons janji Allah itu dengan tepat. Doanya menyatakan keyakinan imannya. Ia percaya Allah Israel ialah Penguasa alam semesta. Sanherib dan Asyur memang kelihatan perkasa di antara bangsa-bangsa lain, di hadapan Allah mereka tidak ada apa-apanya (ayat 15-19). Sebaliknya, raja Asyur tidak sadar bahwa kejadian-kejadian yang menyebabkan pengepungan terhadap Yerusalem terhenti adalah pernyataan kuasa Allah Israel (ayat 8-9). Ia masih sesumbar akan balik lagi untuk mengalahkan Yehuda (ayat 8-13). Sikap sombong dan takabur seperti itu menyebabkan ia tidak peka melihat Allah Israel sudah dan sedang bertindak menghakiminya. Gereja tidak perlu takut menghadapi ancaman musuh. Orang-orang yang antikristen dan pembenci anak-anak Tuhan itu tidak menyadari bahwa Allah berdaulat menolong umat-Nya. Gereja harus bersatu memercayakan diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan kesadaran bahwa Allah sepenuhnya berdaulat, gereja harus terus berkarya menyatakan kebesaran dan kasih-Nya kepada dunia ini. Renungkan: Kunci kemenangan gereja dan orang Kristen menghadapi serangan musuh adalah sehati bertekun dalam doa dan firman. |
| (0.13441588666667) | (1Taw 20:1) |
(sh: Mengenakan mahkota kemenangan (Sabtu, 16 Februari 2002)) Mengenakan mahkota kemenanganMengenakan mahkota kemenangan. Bila kita bandingkan bagian ini dengan paralelnya dalam II Samuel 11-12, tampak suatu kejanggalan. Dikatakan bahwa kini kemenangan diraih bukan karena prakarsa Daud sebagai raja, tetapi karena prakarsa Yoab (ayat 1-2). Tetapi, dikatakan bahwa "pada waktu raja-raja biasanya maju berperang," justru Daud tinggal sendiri di Yerusalem dan Yoab yang maju berperang. Dari II Samuel 11-12 kita mengerti bahwa saat itulah terjadi peristiwa tragis kejatuhan Daud dalam dosa zinah dengan Batsyeba. Meskipun tidak dinyatakan secara langsung, bagian ini hendak menyampaikan suatu kebenaran rohani yang penting bagi kita. Sesudah melalui pedihnya proses keinsyafan dan pertobatan, seseorang yang telah jatuh masih dipulihkan dan dianugerahi Tuhan kesempatan untuk melanjutkan perannya. Anugerah Allah sangat besar sehingga kegagalan tidak membuat orang itu tersingkir dari rencana Allah. Daud belajar bukan saja tentang jahatnya dosa dan yang diakibatkannya, tetapi juga tentang keajaiban anugerah Allah dan tentang kenyataan bahwa ia memerlukan orang lain, rekan yang dengannya ia dapat membangun kemenangan. Anugerah Allah justru dinyatakan dalam kondisi sesudah jatuh dalam dosa. Puncak kejayaan Daud dinyatakan secara simbolis, yaitu dengan mengenakan mahkota raja Amon. Itu bukan hasil kemenangannya sendiri, tetapi akibat anugerah Allah yang telah memberikan Yoab sebagai panglima yang piawai dan rekan seperjuangan yang andal. Sesudah itu menyusul pula sebuah kemenangan fantastis, yakni kesuksesan mereka menggulingkan jagoan bangsa Filistin. Para sepupu Goliat yang berpostur besar dan kuat bukan lawan tanding Israel yang maju dalam nama Tuhan. Lawan boleh memiliki kekuatan hebat, namun ketika berhadapan dengan iman, robohlah kekuatan raksasa-raksasa Filistin. Iman memungkinkan setiap sendi otot pahlawan Allah mengalami kejadian-kejadian yang hanya dapat dijelaskan dari sudut pandang supranatural. Dengan iman pula, kita disanggupkan untuk menghidupi kekristenan kita. Renungkan: Ada mahkota kemuliaan dari Allah tersedia bagi orang yang akhirnya menang dalam perjuangan rohaninya dan bukan hanya untuk mereka yang tak pernah kalah (ayat 2 Tim. 4:8). |
| (0.13441588666667) | (1Taw 27:1) |
(sh: Para pemimpin Israel (Sabtu, 23 Februari 2002)) Para pemimpin IsraelPara pemimpin Israel. Daud tidak hanya membagi tugas untuk pelaksanaan ibadah di bait Allah, untuk pemerintahan daerah, tetapi juga untuk lingkungan istananya sendiri. Sistem pembagian tugas dalam pemerintahan Daud rapi dan teratur. Ada 4 bagian besar. Pertama, pembagian pasukan yang bertugas menjaga dan melayani raja per bulan (ayat 1-15). Setiap bulan ada satu pasukan berjumlah dua puluh empat ribu orang dengan satu pemimpinnya bertugas. Bulan berikutnya pasukan lain yang menggantikan tugas. Demikianlah selama setahun satu pasukan hanya bertugas satu bulan. Ini mungkin bukan sistem yang lazim dalam dunia modern. Tetapi, harus diingat bahwa ini bukan pasukan tentara seperti zaman modern, namun tenaga bakti yang melayani untuk kepentingan negara. Pembagian kedua adalah untuk kepala-kepala suku di Israel (ayat 16-24). Ada tiga belas kelompok, termasuk Lewi, lalu keturunan Harun disebutkan secara khusus, suku Manasye disebutkan dua kali, separuh-separuh, dan suku Efraim. Tetapi, tidak disebut sama sekali suku Gad dan Asyer, anak-anak Yakub dari budaknya Lea. Pengangkatan kepala-kepala suku menjadi pejabat ini kemungkinan menunjukkan terjadinya kemajuan dalam sistem pemerintahan dari pola kesukuan ke pola awal ketatanegaraan. Pembagian ketiga adalah untuk pengawasan bagi berbagai bidang yang berhubungan dengan kesejahteraan raja dan isi istananya, seperti mandor di gudang makanan dan kebun-kebun anggur (ayat 25-31). Mereka disebut juga pengawas harta milik raja. Pada bagian akhir pasal ini disebutkan juga tentang penasihat raja (ayat 32-33), yaitu orang yang memberikan masukan dan pertimbangan kepada raja di dalam mengambil keputusan. Peranan penting penasihat raja bisa dilihat pada peristiwa pemberontakan Absalom (ayat 2Sam. 16-17). Pembagian tugas seperti ini menunjukkan keteraturan dalam bidang manajemen pemerintahan raja Daud. Renungkan: Dalam sebuah pemerintahan, yang terpenting bagi kita bukanlah tipe manajerialnya, melainkan fungsi yang dijalankannya. Ia harus menghasilkan pelayanan yang maksimal bagi kemuliaan Allah dan menjadi berkat bagi banyak orang. |
| (0.13441588666667) | (1Taw 29:20) |
(sh: Pemerintahan bagi Allah (Rabu, 27 Februari 2002)) Pemerintahan bagi AllahPemerintahan bagi Allah. Daud tidak hanya memuji Allah sendirian, namun mengajak semua jemaat (ayat 20). Di sini ditunjukkan pentingnya ibadah kepada Allah dalam komunitas pascapembuangan, sekaligus hubungan yang erat antara raja dengan ibadah Bait Suci. Pada hari berikutnya, semua orang berkumpul untuk mengangkat Salomo menjadi raja (ayat 21-25). Pertama, ditunjukkan proses persiapan penahbisan Salomo (ayat 21-22a). Rakyat mempersembahkan berbagai macam kurban (ayat 21). Untuk menekankan kesatuan, dinyatakan bahwa tindakan ini dilakukan demi seluruh Israel (ayat 21). Sebagaimana Daud didukung oleh seluruh rakyat, penahbisan Salomo pun demikian. Selain persembahan kurban, dilakukan pula pesta dengan sukacita karena seorang raja akan diangkat dan persiapan pembangunan Bait Suci sudah lengkap. Kedua, Salomo diangkat sebagai raja (ayat 22b-25). Zadok, yang mengurapi Salomo, dinyatakan sebagai imam untuk kerajaan Daud. Status Zadok amat penting karena nantinya Yosua, seorang keturunan Zadok, bersama-sama Zerubabel, seorang keturunan Daud, akan membangun kembali Bait Suci pada periode awal pascapembuangan. Salomo akhirnya naik takhta. Ia makmur (ayat 23) dan ditinggikan (ayat 25), menunjukkan bahwa Allah begitu memberkatinya dan menyetujui pengangkatannya. Ia juga adalah raja Israel yang paling memiliki keagungan kerajaan (lih. 2Taw. 1:12). Di atas semuanya ini, kualitas pemerintahan Salomo dinyatakan. Setiap orang Israel tunduk pada pemerintahannya (ayat 23) dan meninggikan dia (ayat 25). Demikian pula, semua anak buah Daud mendukung pemerintahan yang baru ini, menunjukkan adanya kesinambungan antara pemerintahan Daud dan Salomo. Kerajaan Salomo sama idealnya dengan kerajaan Daud, dan akan menjadi model pula bagi komunitas pascapembuangan. Sebagai penutup, penulis Tawarikh merangkumkan pemerintahan Daud (ayat 26-28a), mencatat pengganti Daud (ayat 28b), dan menunjukkan catatan-catatan pendukung lainnya (ayat 29-30). Di sini ditunjukkan lagi kemuliaan Daud yang berumur panjang dan memiliki kemuliaan yang besar (ayat 28). Komunitas pascapembuangan meneladani model kerajaan Daud dalam pemulihannya. Renungkan: Ketika Anda memerintah kehidupan Anda sendiri atau memerintah orang lain, biarlah Allah yang menjadi pemerintah Anda! |
| (0.13441588666667) | (2Taw 3:15) |
(sh: Penyelesaian yang istimewa (Sabtu, 11 Mei 2002)) Penyelesaian yang istimewaPenyelesaian yang istimewa. Penulis Tawarikh melanjutkan dengan menggambarkan balai depan rumah (ayat 3:15-17). Dua tiang yang didekorasi dengan buah delima dan untaian rantai menjadi fokus. Tiang di sebelah kanan dinamai Yakhin yang berarti “Allah meneguhkan”. Tiang di sebelah kiri dinamai Boas yang berarti “Kekuatan ada di dalam Dia (Allah)”. Tiang-tiang ini adalah semacam tampilan luar untuk apa yang ada di dalam rumah itu, tampilan kemuliaan. Bangsa Israel, komunitas pascapembuangan, harus mengingat bahwa kehadiran Allah saja yang dapat menjadi kekuatan, keamanan, pengharapan, dan kemenangan mereka. Penulis melanjutkan penjabarannya dengan menunjukkan bagaimana rumah itu diselesaikan. Pertama, di dalam ruang imam di dalam bait suci (ayat 4:1-6). Di sana ditaruh mezbah tembaga dengan ukuran yang sangat besar (ayat 9x9x4,5 m). Penjelasan tentang “laut” menunjukkan besarnya wadah tersebut, dengan diameter 2,3 meter, 13,3 meter bundar keliling, dan kapasitas penampungan sampai 66 ribu liter air. Dua belas lembu yang menopangnya mungkin menyimbolkan 12 suku Israel. Disebutkan juga adanya 10 bejana pembasuhan. “Laut” adalah untuk pembasuhan imam, sedangkan bejana adalah untuk pembasuhan alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan pembakaran kurban. Kedua, di dalam ruang utama (ayat 4:7-8). Di sana terdapat 10 kandil emas, bukan hanya 1 seperti dalam kemah suci Musa (Kel. 40:4). Sebagai tambahan, dibuat pula 100 bokor penyiraman emas. Ketiga, kembali dalam ruang imam (ayat 4:9-10). Di sini dibedakan antara pelataran dan ruang imam itu sendiri. Pelataran dimaksudkan untuk para oran g awam yang beribadah, sedangkan ruang imam hanya untuk imam-imam dan orang-orang Lewi. Akhirnya rumah itu selesai (ayat 5:1). Salomo memasukkan perbendaharaan bait Allah milik Daud. Komunitas pascapembuangan perlu meneladani mereka. Renungkan: Jika Anda mengerjakan pelayanan bagi Allah, janganlah mengerjakannya setengah hati. Anda mendapatkan kepercayaan yang luar biasa. Karena kerjakanlah pelayanan itu dengan tulus, setia dan konsisten sampai akhir. |
| (0.13441588666667) | (2Taw 5:2) |
(sh: Kehadiran yang istimewa (Minggu, 12 Mei 2002)) Kehadiran yang istimewaKehadiran yang istimewa. Salomo memulai tahap dedikasi bait Allah (ayat 5:2-7:10). Ia mengumpulkan para pemimpin Israel yang akan membawa tabut perjanjian Allah ke Yerusalem. Mereka mewakili seluruh Israel (ayat 5:3). Tabut ini sangat penting untuk mengingatkan hak dan tanggung jawab sebagai umat Allah, serta tanda kehadiran Allah di tengah umat-Nya. Ada 3 bagian dalam pasal 5:4-6:2. Pertama, jemaah menuju ruang mahakudus (ayat 5:4-6). Prosesi mencakup para tua-tua, orang-orang Lewi, para imam, Salomo, dan seluruh Israel. Fokusnya adalah para imam (ayat 5:5). Mereka membawa tabut, kemah pertemuan, dan semua barang kudus yang tertinggal di Gibeon. Tak ada lagi pemisahan antara penyembahan di Yerusalem dan Gibeon. Kedua, penempatan tabut perjanjian di ruang mahakudus oleh para imam (ayat 5:7-10). Lukisan tentang kerub-kerub muncul lagi, dengan sayap yang panjang sehingga dapat terlihat dari ruang kudus. Komentar bahwa kayu-kayu itu masih di tempatnya sampai hari ini (ayat 5:9) perlu dicermati. Ketika kitab ini ditulis, bait Allah Salomo sudah hancur dan tabut perjanjian sudah lama hilang. Mungkin penulis hanya menyalin teks yang berasal dari zaman ketika bait Allah masih berdiri. Tabut itu adalah tabut yang sama waktu zaman Musa (ayat 5:10). Jadi, tabut itu menghubungkan kemah pertemuan Musa dan bait Allah Salomo. Ketiga, ibadah perayaan di luar ruang mahakudus (ayat 5:11-6:2). Peserta perayaan termasuk para imam dan orang Lewi bernyanyi serentak, memuji kebaikan Tuhan. Renungkan: Ucapan syukur adalah respons yang sepantasnya dinaikkan untuk kehadiran dan kasih Allah. |
| (0.13441588666667) | (2Taw 20:1) |
(sh: Sikap orang saleh menghadapi ancaman (Minggu, 23 Juni 2002)) Sikap orang saleh menghadapi ancamanSikap orang saleh menghadapi ancaman. Kesalehan berperanan besar dalam ketepatan bersikap dan bertindak mengatasi ancaman. Mendengar tentang komplotan yang akan menyerang Yehuda, Yosafat tidak panik meskipun takut (ayat 3). Ia tidak mulai dengan langkah-langkah taktis militer. Langkah pertamanya adalah keyakinan -- bukan tindakan -- keyakinan dasar penting tentang realitas, bahwa segala sesuatu ada dalam kendali tangan Allah. Dari keyakinan itu lahirlah langkah-langkah Yosafat mencari pimpinan Tuhan, mengerahkan rakyat berpuasa dan ia sendiri memimpin doa massal (ayat 4, 5). Doanya dimulai dengan mengakui fakta yang sering orang lupakan, yaitu bahwa kendatipun tidak terlihat, Allah aktif mengatur seisi realitas dari surga sampai ke bumi. Allah berkuasa penuh dan semua kuasa di bumi ini takluk dan tunduk pada kehendak Tuhan (ayat 6). Ia juga mengingat ulang bahwa sesuai perjanjian-Nya, Allah sendiri telah menetapkan keumatan mereka (ayat 7-8), dan atas dasar hubungan perjanjian itulah perlindungan Allah atas umat terjadi (ayat 9). Doa adalah kesempatan untuk mengakui realitas sebagaimana adanya; bahwa ancaman itu sedemikian serius (ayat 10-11) dan bahwa umat Tuhan itu sendiri sangat lemah (ayat 12). Allah mendengar dan berespons terhadap doa. Yahaziel, yang artinya adalah visi dari Allah, bernubuat membentangkan visi prinsipiil bahwa perang itu adalah perang Allah. Karena itu, kemenangan sudah terlihat meski saat itu bahaya masih ganas mengancam (ayat 13-17). Renungkan: Puasa dan doa bukan sekadar cara. Keduanya Yosafat lakukan dengan memperhatikan kebenaran teologis yang dikenalnya dalam firman Allah. Tanpa pemahaman kebenaran dan hubungan yang nyata dengan Tuhan, keduanya sia-sia. |
| (0.13441588666667) | (2Taw 25:1) |
(sh: Taat, namun tidak total (Sabtu, 29 Juni 2002)) Taat, namun tidak totalTaat, namun tidak total. Seperti halnya orang Yehuda zaman itu, kita merasakan bangkitnya harapan dan kesukaan menyaksikan tindakan Amazia di bagian awal pemerintahannya. Tampak oleh kita keinginannya untuk menaati taurat Tuhan. Misalnya, ketika ia tidak pukul rata membalas dendam dengan menghabisi semua keluarga orang-orang yang membunuh ayahnya karena menaati firman yang mengatakan bahwa tanggung gugat atas dosa tidak diberlakukan kepada pihak-pihak yang masih berhubungan keluarga (ayat 4). Juga ketika ia mendengar nasihat seorang hamba Allah agar tidak membangun kekuatan dengan mengandalkan uang kepada pasukan sewaan dari Israel (ayat 7-8). Nasihat selanjutnya dari hamba Allah itu pun terus didengarkan dan dilaksanakan oleh Amazia (ayat 9-10). Ia bersedia kehilangan uang yang telah dibayarkannya kepada pasukan sewaan itu meski tidak lagi memakai mereka karena keyakinan bahwa Allah sumber kuasa dan harta. Tetapi, kebijakan-kebijakannya selanjutnya sungguh membuat kita menjadi cemas bahkan kecewa. Kebijaksanaan yang pernah ditunjukkannya tadi tidak berlanjut. Ketaatannya pada firman Allah di bagian awal masa pemerintahannya segera sirna dengan makin jayanya Amazia dalam berbagai medan peperangan. Seusai mengalahkan Edom dengan tindakan bodoh yang tidak masuk akal sehat, Amazia menjadikan dewa-dewa Edom, bangsa yang telah dikalahkannya itu, menjadi objek penyembahannya (ayat 14). Kemerosotan dan kemunduran akibat dosa kini berproses dengan cepatnya. Tindakan Allah menghukum Amazia berlangsung seiring dengan keputusan-keputusan Amazia sendiri yang kini lebih dipengaruhi oleh sifat cepat panas, berpikir pendek, sombong, dan keras kepala (ayat 15-17). Permulaan yang baik terpaksa harus berakhir dengan cara menyedihkan. Amazia akhirnya kalah dan mati di tangan Yoas, raja Israel yang juga merampasi kekayaan Yehuda dan bait Allah (ayat 20-24). Sayang bahwa kebaikan dan kesetiaan Al lah b egitu besar tidak dihayati dengan serius. Renungkan: Hanya dengan berkesinambungan menaati Allah dan firman-Nya dari momen ke momen, kita dapat luput dari pengaruh dosa yang merusak seluruh aspek kehidupan pribadi dan sosial. |
| (0.13441588666667) | (2Taw 32:1) |
(sh: Bersandar kepada kekuatan manusia (Senin, 8 Juli 2002)) Bersandar kepada kekuatan manusiaBersandar kepada kekuatan manusia. Nas yang kita baca ini memberikan dua contoh bagaimana manusia memperlakukan kekuatannya: yang masih mengingat dan berserah kepada kekuatan Allah, sementara yang lain hanya mengagungkan kekuatannya sendiri. Hizkia menjadi contoh yang pertama. Ketika ia mendengar tentang invasi pasukan Sanherib, Hizkia segera melakukan berbagai tindakan strategis, seperti meniadakan sumber-sumber yang dapat digunakan musuh (ayat 3-4), memperkuat tembok-tembok dan menara pertahanannya (ayat 5a), memperkuat kota berkubunya, memperbanyak persenjataan bagi tentaranya (ayat 5b), dan memobilisasi rakyatnya (ayat 6). Tetapi, semua ini bukan hal utama yang ingin ditampilkan penulis Tawarikh mengenai Hizkia. Dalam ayat 7-8, Hizkia berpidato untuk menguatkan rakyat, dan sekaligus menegaskan sikap iman yang diambil Hizkia, "Yang menyertai dia adalah tangan manusia, tetapi yang menyertai kita adalah TUHAN, Allah kita, yang membantu kita dan melakukan peperangan kita" (ayat 8a). Hizkia tidak berpangku tangan, ia juga bertindak. Tetapi ia tahu, bahwa hanya tindakan Allah sajalah yang menjadi penentu akhir segala sesuatu. Sikapnya ini pun menjadi teladan bagi rakyatnya, karena mereka kembali terinspirasi (ayat 8b). Keangkuhan kata-kata Sanherib menjadi contoh pengandalan kekuatan diri sendiri yang paling vulgar. Allah Israel dipersamakan dengan allah-allah bangsa lain yang telah dikalahkan oleh kekuatan Sanherib. Penulis Tawarikh dengan cukup jelas menyatakan keangkuhan luar biasa dari raja Sanherib, bahwa apa yang dilakukannya itu penuh "hujat dan cela terhadap TUHAN, Allah Israel" (ayat 17). Mungkin ini dapat membuat takut beberapa orang penduduk Yerusalem pada zaman Hizkia (ayat 18). Tetapi tidak bagi saudara-saudari penulis Tawarikh, orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan. Mereka telah melihat langsung tangan Allah yang kuat itu merendahkan para raja dunia yang berkuasa. Renungkan: Kristen sedang bersandar pada kekuatannya sendiri dan melupakan Tuhan bila berusaha melakukan apa yang sebenarnya baik tanpa berserah kepada Tuhan dan mencari kehendak-Nya. |
| (0.13441588666667) | (2Taw 36:11) |
(sh: Akhir dari kerajaan Yehuda (Selasa, 16 Juli 2002)) Akhir dari kerajaan YehudaAkhir dari kerajaan Yehuda. Ada dua hal yang dapat dijadikan bahan kemenungan bagi para pembaca kisah ini. Pertama, dosa telah merasuki kehidupan Israel secara menyeluruh pada zaman raja Zedekia (yang juga mencerminkan zaman-zaman dari para raja sebelumnya). Dalam hal kepemimpinan, raja Zedekia telah berdosa karena melakukan yang jahat, tidak merendahkan diri di hadapan Allah (ayat 12), mengeraskan hati, dan tidak berbalik kepada Tuhan (ayat 13). Dalam hal keagamaan, para pemimpin, termasuk para imam, bersama-sama dengan rakyat juga berdosa menyembah berhala dan menajiskan bait Allah (ayat 14). Para pemimpin bersama rakyat juga meremehkan peringatan, himbauan, dan firman Tuhan melalui para nabinya (ayat 12b,15-16). Bahkan juga dalam hal lingkungan hidup, karena rupanya seluruh bangsa Yehuda tidak menaati perintah untuk membiarkan tanah tidak ditanami satu tahun setiap tahun ketujuh (tahun sabat), demi menjaga kesuburan tanah tersebut (ayat 21). Akibat dosa-dosa ini adalah penghukuman dari Allah. Inilah hal kedua yang perlu kita perhatikan, yaitu bagaimana Tuhan bertindak. Penulis Tawarikh jelas menunjukkan bahwa Tuhan telah "berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karena Ia sayang kepada umat-Nya" (ayat 15). Allah juga yang menggerakkan raja Kasdim/Babel untuk menjadi instrumen penghukuman Allah (ayat 16-17). Namun, karya Allah tidak hanya sampai pada memperingatkan lalu menghukum saja. Allah juga memulihkan umat-Nya setelah masa hukuman itu selesai. Catatan penulis Tawarikh mengenai tahun sabat bagi tanah menyiratkan satu hal, bahwa tanah Israel beristirahat selama pembuangan, demi persiapan bagi kedatangan para penghuni baru, orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan (ayat 21). Tuhan jugalah yang menggerakkan raja Persia, Koresy, untuk mengeluarkan dekritnya yang terkenal, yang memungkinkan pemulangan orang Yehuda ke tanah mereka (ayat 22-23). Renungkan: Mengakui bahwa Allah adalah Allah yang mahakasih dan mahaadil, berarti menerima bahwa Allah menghukum dan mendisiplinkan mereka yang dikasihinya. |
| (0.13441588666667) | (Ezr 5:1) |
(sh: Firman Tuhan dan perlindungan-Nya (Minggu, 5 Desember 1999)) Firman Tuhan dan perlindungan-NyaFirman Tuhan dan perlindungan-Nya Di tengah perlawanan banyak pihak terhadap rencana umat untuk membangun rumah Tuhan, Tuhan berfirman melalui nabi Hagai dan Zakharia, bahwa apa pun perlawanan yang dihadapi, pembangunan itu harus diteruskan (lih. Hag. 1:8; Za. 4:6-10). Ketika para pejabat pemerintah setempat tetap melakukan usaha perlawanan (3, 4), Allah memperhatikan mereka, sehingga rencana umat untuk meneruskan pembangunan rumah Tuhan tetap terlaksana karena perlindungan Allah. Konsekuensi ketaatan umat kepada Allah dan firman-Nya adalah perlindungan Allah. Orang beriman meyakini hal ini dengan melihat bahwa janji penyertaan Tuhan tidak pernah berkesudahan dalam berita Alkitab - "Aku akan menyertai engkau". Karena itu tidak ada alasan bagi orang beriman yang telah menyaksikan, menikmati, dan terlibat dalam karya besar Allah untuk meragukan Dia serta kekuasaan-Nya atas kita. Yang dilindungi menjadi saksi. Keyakinan bahwa Tuhan yang Mahakuasa menyertai dan melindungi kita seharusnya menjadikan kita berani dan tidak gentar untuk bersaksi demi nama-Nya. Pada surat yang dikirim Tatnai kepada raja Darius, kita melihat bahwa perkataan orang Yahudi bukan hanya merupakan pembelaan diri atas tindakan mereka, tetapi juga merupakan kesaksian tentang karya Tuhan di tengah-tengah umat Israel. Mereka meninggikan nama Tuhan sebagai Allah semesta langit dan bumi, dan menyebut diri mereka sendiri sebagai hamba-hamba-Nya (11). Mereka tidak malu mengakui dosa nenek moyang mereka yang membangkitkan murka Allah dan mengakibatkan pembuangan mereka (12). Mereka menyebut Bait Suci sebagai rumah Allah. Pengakuan-pengakuan ini disertai dengan kebenaran perkara mereka merupakan kesaksian yang benar dan indah. Renungkan: Penyertaan Tuhan telah dinyatakan melalui kedatangan Yesus Kristus. Dialah "Imanuel", yang berarti 'Allah menyertai kita' (Mat. 1:24). Apakah kita sungguh menghayati firman Tuhan ini? Bagaimana dengan kesaksian hidup kita? |
| (0.13441588666667) | (Ayb 1:6) |
(sh: Iblis tidak tahu yang Allah tahu (Senin, 18 Agustus 2003)) Iblis tidak tahu yang Allah tahuIblis tidak tahu yang Allah tahu. Orang Kristen masa kini terlalu cepat menyerah dan kalah. Juga terlalu cepat menyalahkan pihak lain (orang lain, Iblis bahkan Allah) atas kegagalan mereka. Sebenarnya setiap orang bertanggung jawab atas dirinya sendiri, termasuk kegagalannya. Iblis memang dasarnya adalah provokator. Apa yang dipuji baik oleh Allah pun digugat oleh Iblis. Bagi Iblis, sesuai dengan pikirannya, semua kesalehan itu ada pamrihnya. Dalam setiap perbuatan baik pasti ada motivasi tertentu di belakangnya. Takut kepada Tuhan juga pasti untuk maksud-maksud tertentu. Agar supaya motivasi tidak murni itu terungkap, Iblis bermaksud untuk mengambil seluruh kekayaan Ayub. Boleh saja Iblis berpikiran demikian terhadap Ayub. Tetapi Allah tahu siapa Ayub luar dan dalamnya. Maka, Allah memberi Iblis kebebasan untuk membuktikan kesalehan Ayub. Namun, dalam kebebasan yang Allah berikan, Allah memberikan batasan-batasan kepada Iblis dalam menjalankan rencananya. Tindakan Allah mempersilakan Iblis mencobai Ayub menunjukkan kepada kita bahwa sebenarnya Iblis tunduk pada kekuasaan Allah. Mengenai kebebasan untuk Iblis, kita belajar dua hal: pertama, jangan berpikir bahwa Allah terlibat persekongkolan atau bekerja sama dengan Iblis. Ketika Iblis mencobai Ayub untuk membuktikan kesalehannya, ketika itu Allah pun menguji Ayub tentang hal yang sama. Kedua, Iblis berharap bahwa usahanya untuk menghancurkan Ayub pasti berhasil, dan ini akan membuktikan kebenaran persepsinya tentang Ayub kepada Allah. Tetapi Iblis tidak tahu yang Allah tahu, yaitu bahwa Ayub memiliki iman yang tangguh. Bahkan dengan ujian ini, iman Ayub akan semakin murni. Renungkan: Seperti Allah tahu siapa Ayub, Allah pun tahu siapa kita di hadapan-Nya. Tetapi tetaplah waspada karena kita pun tidak akan terlepas dari pencobaan Iblis. |
| (0.13441588666667) | (Ayb 3:1) |
(sh: Penderitaan sementara (Jumat, 22 Agustus 2003)) Penderitaan sementaraPenderitaan sementara. Penderitaan adalah fakta kehidupan. Tidak seorang pun dapat terhindar darinya. Karena itulah maka setiap orang harus bisa menerima kenyataan tersebut dan mencari jalan untuk menghadapi dan melaluinya. Persoalannya, apa yang membuat manusia dapat bertahan menghadapi penderitaan? Ayub mengalami penderitaan yang mungkin paling dahsyat, yang pernah dirasakan oleh manusia. Penderitaan itu ia pikul dengan penuh kerelaan, tanpa sedikitpun mempersalahkan pihak lain, baik situasi, teman-temannya ataupun Tuhan. Namun ia membutuhkan kelepasan dari perasaan derita yang dialaminya. Ayub 3 adalah seruan terdalam hati Ayub dalam meresponi penderitaan yang maha dahsyat. Apa yang diungkapkan Ayub bukanlah pemberontakan terhadap kehendak Allah, melainkan perasaan sakit yang tak tertahankan akan penderitaan yang melanda hidupnya. Ayub memunculkan pertanyaan "mengapa" sebanyak empat kali. Ayub mempertanyakan hal ini kepada Allah. Ayub mulai menunjukkan kekecewaannya kepada Allah. Namun, Allah belum meresponsnya. Bagi Ayub hanya ada dua kemungkinan menghadapi penderitaan yang sedemikian pahitnya. Pertama, berharap untuk tidak pernah lahir di dunia ini sehingga tidak merasakan penderitaan (ayat 3-10). Kedua, meninggalkan dunia ini sehingga melepaskan diri dari tubuh yang menderita (ayat 11-26). Penderitaan dalam dunia ini sering membawa manusia kepada keputusasaan sehingga berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Sikap Ayub sebenarnya merupakan representasi dari sikap kita, orang-orang Kristen masa kini: [1] merespons penderitaan dengan kemarahan; [2] menggugat dan menuduh Allah karena tidak mengasihi kita; [3] mulai memperhitungkan kebaikan- kebaikan yang pernah kita lakukan bagi-Nya. Renungkan: Penderitaan tidak otomatis membuahkan kemantapan dan keteguhan iman. Proses pergumulan wajar harus kita lalui menuju kemenangan tersebut. |
| (0.13441588666667) | (Ayb 9:1) |
(sh: Tidak ada yang kebetulan (Sabtu, 10 November 2012)) Tidak ada yang kebetulanJudul: Tidak ada yang kebetulan Ada empat alasan yang Ayub kemukakan. Jika manusia berperkara dengan Allah, ia tidak dapat membantah Allah karena Allah itu Maha Besar (9:3-14). Jika Ayub berseru dan kemudian direspons oleh Allah, ia tidak akan mengira hal itu dapat terjadi karena Allah telah mendakwa dia (9:15-19). Dan meskipun ia benar, Allah akan menyatakan bahwa ia bersalah, karena Allah membinasakan orang yang bersalah dan orang yang tidak bersalah (9:20-24). Begitu juga jika ia mengakui dosanya, Allah akan tetap memandang dirinya bersalah (9:25-32). Maka dalam pandangan Ayub, tidak ada gunanya membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah karena Allah sendiri kelihatannya ingin membinasakan dia. Akan tetapi, Ayub heran karena Allah telah membentuk dia sejak dalam kandungan dan memeliharanya hingga saat itu hanya untuk membinasakan dirinya (10:8-17). Maka lagi-lagi Ayub menyatakan keinginannya untuk mati (10:18-22). Bagi Ayub, kematian adalah negeri yang gelap gulita, kelam pekat, dan kacau balau (10:21-22). Namun itu tetap lebih baik daripada kehidupan yang dialaminya saat itu. Sampai saat itu, Ayub masih bergumul dengan kegalauan karena ketidakmengertian akan apa yang dia alami. Dan memang dalam keterbatasan kita sebagai manusia, tidak semua hal yang terjadi dalam kehidupan kita dapat kita mengerti alasan atau penyebabnya. Kita mencoba menganalisa, bahkan pikiran Tuhan pun kita coba terka.Namun kita harus memahami bahwa pikiran kita berbeda jauh dengan pemikiran Tuhan (bdk. Yes. 55:8). Lagi pula, tidak ada yang kebetulan di dalam Tuhan. Oleh karena itu, bagaimanapun kegalauan Anda akan hidup Anda, betapa pun Anda tidak memahami Allah dalam situasi itu, tetaplah pasrahkan diri ke dalam tangan Tuhan yang kuat. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
| (0.13441588666667) | (Ayb 13:1) |
(sh: Hidup benar (Jumat, 26 Juli 2002)) Hidup benarHidup benar. Berapa banyak di antara kita yang berani berkata seperti Ayub, "Berapa besar (atau dalam terjemahan lain, berapa banyak) kesalahan dan dosaku?" (ayat 13:23). Kita hanya berani mengatakan hal seperti ini kepada sesama kita manusia. Namun, kepada Tuhan? Tidak ada di antara kita yang berani menantang Tuhan untuk menunjukkan berapa banyak dosa yang telah kita perbuat. Kita tidak berani sebab kita menyadari bahwa kita memang telah melakukan banyak dosa. Ayub berani mengatakan hal seperti itu kepada Tuhan karena memang Ayub telah hidup benar dan saleh di hadapan-Nya. Ia tidak sedang membanggakan diri atau membual sebab itulah yang Alkitab katakan tentang kehidupan Ayub (ayat 1:1). Tidak heran Ayub akhirnya menjadi marah kepada ketiga temannya yang terus memojokkannya dan menuduhnya telah melakukan dosa yang tersembunyi. Ayub berani mempertanggungjawabkan hidupnya secara terbuka di hadapan Allah. Bagaimana dengan kita? Kehidupan yang bersih diawali dengan hati yang bersih. Kita mesti menjaga hati kita agar tetap bersih dari dosa. Kita bisa memperlihatkan perilaku yang bersih, namun itu sendiri bukan jaminan bahwa kita memiliki hati yang bersih (bdk. Ams. 16:2). Kadang, demi kepentingan pribadi, kita membersih-bersihkan atau membenarkan tindakan kita. Sebaliknya, jika orang lain yang melakukannya, kita menuduhnya berdosa. Betapa mudahnya kita terjebak dalam standar ganda dan mengabaikan standar Tuhan. Ada dua pertanyaan yang dapat kita ajukan untuk menjaga agar hidup kita tetap bersih. Pertama, apakah saya berani mengakui perbuatan saya di hadapan orang lain? Dengan kata lain, apa pun yang kita lakukan, beranikah kita mengakuinya kepada orang lain? Kedua, beranikah kita mengundang kehadiran Tuhan pada saat kita melakukan perbuatan itu? Kita harus percaya bahwa kedua pertanyaan ini dapat mengingatkan dan menolong kita untuk hidup terbuka di hadapan Allah. Renungkan: Terang membawa dua dampak pada ruangan kehidupan kita: memalukan dan membanggakan. Memalukan, jika ruangan itu kotor; membanggakan, bila ruangan itu bersih. |
| (0.13441588666667) | (Ayb 19:1) |
(sh: Iman yang tidak goyah (Selasa, 14 Desember 2004)) Iman yang tidak goyahIman yang tidak goyah. Ketika semua orang memusuhi kita, bahkan Tuhan pun tidak mendukung kita, bagaimana kita harus bersikap? Jika salah bersikap, jangan-jangan kita menjadi ateis atau menyerah kepada nasib. Ayub mengalami tekanan yang dirasakannya sangat berat (ayat 3) (band. keluhan Ayub pada ps. 3). Namun, sekarang bertambah dahsyat karena para sahabatnya tidak menunjukkan perhatian dan tidak menerima dirinya (ayat 19:2-6, 7). Mereka seakan-akan bertindak menjadi Allah bagi Ayub (ayat 21-22). Meski demikian, Ayub sekali lagi, menyatakan bahwa penderitaan yang ia alami tidak berkaitan dengan dosanya. Melainkan disebabkan perbuatan Allah dalam kedaulatan-Nya atas dirinya (ayat 6, 8-12). Sebagai akibat keyakinannya, semua orang menjauhkan diri dari Ayub, termasuk teman, keluarga yang paling dekat, bahkan anak-anak (ayat 13-19). Ayub tidak mempersalahkan mereka yang telah menghindari dirinya. Ayub sendiri merasakan keadaan fisiknya begitu menjijikkan, sehingga wajar kalau manusia normal tidak akan mau berdekatan dengan dirinya (ayat 20). Satu hal yang luar biasa dari Ayub adalah imannya yang tidak kehilangan fokus, tetapi tetap tertuju kepada Allah. Meskipun, pada ay. 7 Ayub telah menuduh Allah bertindak tidak adil kepadanya dengan sengaja menyengsarakan dia. Akan tetapi, pada akhir pasal 19 ini, Ayub meyakini bahwa Allah yang sama akan tampil membela dia (ayat 25-29). Seakan-akan Ayub berkata "Oleh karena Engkau yang mengizinkan aku menderita, maka Engkau pasti yang akan memulihkan aku"! Apakah yang Anda harapkan dari Allah saat menderita? Beragam jawaban pasti timbul. Banyak orang Kristen mengharapkan Allah akan datang dan membukakan jalan secara instan dan menakjubkan, seperti mukjizat. Akan tetapi, jika harapan Anda tidak terwujud, apakah iman Anda akan goyah dan kehilangan gairah menjalani hidup? Renungkan: Iman Ayub adalah iman kristiani. Ayub percaya penuh bahwa Allahlah perisainya. Penderitaan boleh menggerogoti sekujur tubuhnya, bahkan menekan jiwanya. Rohnya tetap berharap pada-Nya. |
| (0.13441588666667) | (Ayb 29:1) |
(sh: Mengingat: Antara Syukur dan Kesesakan (Kamis, 8 Agustus 2002)) Mengingat: Antara Syukur dan KesesakanMengingat: Antara Syukur dan Kesesakan. Debat telah berakhir. Ayub kini berbicara sendirian (ps. 29-31), seakan-akan tak berharap didengar lagi oleh siapa pun (kecuali dalam 30:20-23, Ayub ingin didengar Allah). Dalam ps. 29, Ayub meratapi kehilangan statusnya yang mula-mula ketika ia hidup seperti "seorang raja di antara rakyatnya" (ayat 25). Pertama-tama, Ayub berusaha menarik simpati Allah dengan melontarkan ucapan-ucapan tentang bagaimana Allah telah menjadi sahabatnya yang memelihara dan memberinya berkat Ilahi yang berkelimpahan (disimbolkan dengan "terang" dalam ayat 3). Kebahagiaannya sempurna dengan keluarga dan kekayaan yang melimpah. Lebih dari itu, Ayub adalah orang yang bergaul akrab dengan Allah. Selain kemakmuran, Ayub juga memiliki kehormatan (ayat 7-11). Ayub kaya baik secara materiil maupun secara sosial. Ia memiliki status tinggi bangsawan. Ayub dihormati bukan hanya karena rakyat takut, tetapi karena kebijakan-kebijakannya yang dikagumi (ayat 11-17). Ayub menampilkan ciri penguasa yang benar, yang membela kaum tertindas dan tak berdaya. Ini adalah gambaran pemimpin yang ideal dalam konteks Timur Dekat purba. Kembali Ayub berbicara tentang kemakmuran (ayat 18-20). Ia berharap dengan modal kehidupannya yang begitu bersih, ia akan kembali mendapatkan kemuliaannya. "Bersama dengan sarangku … binasa" mungkin menunjukkan "kematian yang baik", kematian yang dikelilingi oleh keluarga tercinta. Ia juga berharap menjadi seperti burung feniks, yang zaman itu dianggap mampu memperbaharui hidupnya setelah mengalami kematian. Menutup pasal ini, Ayub kembali berbicara tentang kehormatan (ayat 21-25). Ayub memiliki hikmat dan katakatanya bagaikan kesegaran yang menyirami tanah kering-kerontang. Ayub juga menunjukkan kualitasnya sebagai pemimpin kala ia tersenyum kepada orang-orang yang tidak mau mempercayai katakatanya. Mereka hanya mau menerima berkat dari Ayub. Renungkan: Mengingat masa lalu bisa membahagiakan, bisa menyesakkan. Lihatlah kehilangan Anda dalam kacamata Ilahi. |
| (0.13441588666667) | (Mzm 32:1) |
(sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001)) Kebahagiaan hanya masalah pilihanKebahagiaan hanya masalah pilihan. Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan? Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10). Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11). Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda. |
| (0.13441588666667) | (Mzm 41:1) |
(sh: Jawaban dalam belas kasihan Tuhan (Sabtu, 11 Agustus 2001)) Jawaban dalam belas kasihan TuhanJawaban dalam belas kasihan Tuhan. Mazmur ini merupakan bagian dari ritual permohonan kesembuhan di Bait Allah, yang diadopsi dari pergumulan Daud ketika menghadapi pengkhianatan di waktu sakit. Penghiburan tak kunjung melegakannya, sebaliknya dusta dan kejahatan datang menimpanya. Hal ini bukan hanya dilakukan oleh para musuh dan pembencinya ataupun mereka yang datang menjenguknya, tetapi juga oleh para sahabat karib yang dipercayainya yang juga "mengangkat tumit" terhadapnya (ayat 6-10).
Di tengah pergumulan seperti ini, ia terkucil dalam
ketidakberdayaannya, namun memiliki keyakinan bahwa Tuhan tidaklah
sama dengan para sahabat yang mengkhianatinya, Ia akan memberikan
belas kasihan, berkenan kepadanya, dan menopang dirinya (ayat Renungkan: Keyakinan akan belas kasihan Tuhan adalah dasar bagi Kristen yang hidup berkemenangan dan penuh ucapan syukur. Inilah daya yang memampukan kita menerobos segala kebimbangan dan ketidakmengertian kita dalam menghadapi berbagai pergumulan sebagai orang benar. |


