| (0.10150676666667) | (Ams 31:1) |
(sh: Nasihat ibu bagi seorang raja (Kamis, 9 November 2000)) Nasihat ibu bagi seorang rajaNasihat ibu bagi seorang raja. Seorang pemimpin yang bijaksana, adil, arif, dan benar menjadi dambaan setiap orang yang dipimpinnya. Kehidupan seorang pemimpin yang demikian tak lepas dari berbagai pengaruh, pembentukan, nasihat dari orang-orang di sekitarnya. Demikian pula dengan Lemuel, raja Masa yang menjadi tumpuan harapan ibunya dan rakyat yang dipimpinnya. Oleh karena itu ibunya berpesan beberapa hal penting bagi Lemuel, dan selayaknya juga menjadi perhatian bagi setiap pemimpin segala zaman. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seorang pemimpin yang ingin berhasil adalah: Pertama, jangan dikuasai perempuan. Beberapa pemimpin yang dahulunya berhasil, kemudian rusak namanya karena seorang `perempuan' yang hadir dalam hidupnya, sehingga beritanya tersiar kemana-mana dan mempermalukan dirinya, keluarganya, dan orang-orang yang dipimpinnya. Menghadirkan seorang `perempuan' biasanya juga menjadi strategi seorang musuh yang paling jitu untuk menjatuhkan kedudukan lawannya. Waspadalah! Kedua, jangan dikuasai anggur, minuman keras, dan narkoba. Kecanduan membuat hilang pikiran sehat, mudah dipengaruhi, dan berumur pendek. Betapa ironisnya bila seorang pemimpin meninggal bukan karena memperjuangkan nama bangsa dan negaranya, namun karena berjuang mengatasi kecanduan dirinya sendiri terhadap obat-obatan dan minuman keras. Bagaimana ia dapat memimpin orang lain dengan baik bila gagal memimpin dirinya sendiri. Ketiga, adil terhadap yang tertindas. Hal ini biasanya diabaikan seorang pemimpin yang telah mendapatkan banyak dukungan. Ia melupakan hak orang lemah, orang miskin, dan orang tertindas. Mereka yang diabaikan haknya tidak akan tinggal diam, mereka mungkin mengadakan pemberontakan untuk menuntut keadilan. Di negara kita banyak terjadi pemberontakan arus bawah yang diabaikan haknya, sehingga mereka mengadakan aksi menuntut keadilan. Hal ini pun dapat menggoyahkan pemerintahan seorang pemimpin. Namun seorang pemimpin yang berhasil adalah yang mampu mengendalikan dirinya terhadap segala godaan yang mengancam kedudukannya. Renungkan: Mewaspadai diri dari segala godaan yang menghancurkan, adalah sikap pemimpin sejati. |
| (0.10150676666667) | (Pkh 3:1) |
(sh: Segala Sesuatu Indah pada Waktunya (Senin, 28 November 2016)) Segala Sesuatu Indah pada WaktunyaKetidakmampuan manusia mengontrol apa yang akan terjadi sering kali membuat dirinya menyesal. Contohnya, saat rumah terbakar habis, maka kita sering kali berpikir mengapa harus membangun rumah dengan bersusah payah. Nas hari ini menekankan betapa manusia tidak mampu mengendalikan masa depan. Karena, "Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya" (1). Di sini, ada 7 ayat dengan 14 pasang merism (gaya bahasa yang memakai kata-kata yang berlawanan untuk menunjukkan segala sesuatu yang tercakup di dalamnya) yang menekankan ada waktu untuk mengalami hal-hal yang baik dan menyenangkan, tetapi juga yang buruk dan menyedihkan (2-8). Hal di atas menunjukkan bahwa kita tidak dapat mengatur apa yang bakal terjadi. Tidak heran apabila Pengkhotbah merespons dengan kalimat, "apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah" (9; bdk. 1:3)? Tentu saja ia menyadari bahwa manusia harus berjerih payah karena itu diberikan oleh Allah (10). Meski demikian, ada hal positif yang dapat dipetik dan dipelajari. Dalam ketidakmampuan manusia mengontrol apa yang terjadi, Tuhan mengendalikan segala sesuatu dan "Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya" (11). Ketika kita mengamati 14 pasang merism, pasangan pertama dimulai dengan kalimat "ada waktu untuk lahir" (2) dan pasangan terakhir dengan kalimat "ada waktu untuk damai" (8). Kata "damai" di sini diterjemahkan dari Shalom. Artinya, Allah merancang kehidupan orang percaya yang dimulai dengan kelahiran, mengalami banyak hal yang baik dan buruk, kemudian berakhir dengan Shalom. Banyak kesulitan hidup membuat kita letih dan frustasi. Meski kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan, Pengkhotbah telah memberitahukan bahwa Tuhan akan membuat segalanya indah pada waktunya. Karena itu, kita harus beriman bahwa Allah merancang kehidupan orang percaya untuk berakhir denganShalom dalam hadirat-Nya. Marilah kita menjalani hidup dengan optimis dan tabah. [IT] |
| (0.10150676666667) | (Pkh 4:1) |
(sh: Harus melakukan firman-Nya (Sabtu, 2 Oktober 2004)) Harus melakukan firman-NyaHarus melakukan firman-Nya. Di dalam hidup ini ada tiga hal yang harus kita perhatikan dan bedakan dengan tepat: (a) apa yang ingin kita lakukan, (b) apa yang dapat kita lakukan, dan (c) apa yang harus kita lakukan. Kadang kita gagal membedakan ketiganya dan justru menggabungkannya. Kita lalai melakukan apa yang harus kita lakukan dan hanya memimpikan apa yang ingin kita lakukan (namun tidak dapat kita lakukan). Iri hati dan ketidakpuasan bersumber dari selisih antara apa yang ingin kita lakukan dan apa yang dapat serta harus kita lakukan. Kita menggerutu karena tidak bisa menerima kenyataan bahwa inilah yang dapat dan harus kita lakukan; kita tidak puas sebab kita membandingkannya dengan apa yang ingin kita lakukan. Firman Tuhan menyebut sikap seperti itu, "mengejar angin" yaitu suatu kesia-siaan (ayat 4). Pengkhotbah mencatat suatu tindakan kesia-siaan yang lainnya di bawah kolong langit (ayat 7). Yaitu, seseorang yang "mengejar harta benda" (ingin kaya). Namun, ketika tua ia sadar bahwa ia tidak dapat menikmati kekayaannya itu. Sayang sekali, karena yang harus ia kerjakan di masa mudanya mungkin justru tidak dilakukannya. Sebenarnya semua ini bisa diubah. Kita mulai dari apa yang harus kita kerjakan. Yaitu, melakukan kehendak Tuhan. Saat kita bersedia mengerjakan kehendak Tuhan maka Tuhan akan memampukan kita melaksanakannya. Sehingga kita dapat mengerjakan kehendak Tuhan itu oleh karena, kita terus-menerus mencari kehendak-Nya. Sewaktu muda seorang pendeta terkenal dari Amerika, Billy Graham menerima banyak tawaran untuk bekerja di bidang umum dan adakalanya beliau tergoda untuk mengalihkan hatinya dari panggilan Tuhan dalam hidupnya. Namun puji Tuhan, beliau setia pada panggilan-Nya dan akhirnya beliau menyadari bahwa tugas yang Tuhan embankan padanya adalah menjadi pemberita Injil. Itulah yang harus, dapat, dan, ingin dilakukannya! Bagaimana dengan kita? Renungkan: Mulailah dari yang harus dilakukan, yaitu melaksanakan firman-Nya. Anda pasti dapat dan ingin melakukan yang terbaik. |
| (0.10150676666667) | (Pkh 8:2) |
(sh: Keadilan Pasti Ditegakan (Senin, 5 Desember 2016)) Keadilan Pasti DitegakanSalah satu penyebab mengapa banyak orang berbuat jahat adalah kesabaran Allah yang tidak langsung menghukum semua kejahatan dalam dunia. Hal ini membuat sebagian besar orang berasumsi bahwa melakukan kejahatan tidak ada ruginya, bahkan menguntungkan karena hasilnya menyenangkan. Pengkhotbah mengatakan, "oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat" (11). Di sini, Pengkhotbah mengerti walaupun orang fasik dapat menghindarkan diri dari hukuman, bahkan mereka "seratus kali hidup lama, " yaitu dapat menikmat hidup yang lama dalam kemakmuran. Pada akhirnya "orang yang takut akan Allah beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya" (12). Sebaliknya, orang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan tidak panjang umur karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah (13). Mengapa dikatakan orang fasik "seratus kali hidup lama" (12), tetapi juga "ia tidak akan panjang umur" (13)? Secara harfiah dikatakan orang berdosa "melakukan kejahatan seratus kali dan memperpanjang baginya" (12), tetapi "ia tidak akan memperpanjang hari-harinya" (13). Di sini, ada kesengajaan dalam permainan kata "memperpanjang." Maksudnya, sepertinya orang fasik memperpanjang kejahatannya, namun tidak demikian. Sebab, Allah tidak akan memperpanjang hari-harinya. Mungkin ini menunjukkan pada akhirnya orang fasik tidak dapat memperpanjang kejahatannya karena harus menerima penghakiman Allah. Ketika melihat fakta bahwa orang fasik hidup makmur dalam kejahatannya, sering kali kita dibuat iri hati (Mzm. 73). Namun, kita patut menyadari bahwa untuk sementara waktu seolah-olah Allah membiarkan mereka. Suatu saat, mereka akan diadili dan dihakimi Allah. Karena itu, jangan ikut serta melakukan kejahatan hanya karena kefasikan seseorang tidak secara langsung mendapat hukuman dari Allah. Percayalah bahwa Allah itu adil. Pada akhirnya, Ia akan menegakkan keadilan-Nya. [IT] |
| (0.10150676666667) | (Pkh 9:1) |
(sh: Hal-hal berharga dalam hidup (Sabtu, 9 Oktober 2004)) Hal-hal berharga dalam hidupHal-hal berharga dalam hidup. Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti. Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat 9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan. Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini? Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar. |
| (0.10150676666667) | (Yes 6:1) |
(sh: Sampai berapa lama, ya Tuhan? (Minggu, 12 Oktober 2003)) Sampai berapa lama, ya Tuhan?Sampai berapa lama, ya Tuhan? Kita bertanya-tanya mengapa pengutusan Yesaya baru dimunculkan di pasal 6? Kita tidak mengetahui jawabannya dengan pasti. Yang kita bisa simpulkan adalah bahwa berita kenabian yang disampaikan Yesaya adalah berita dengan otoritas Ilahi. Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dalam pasal ini. Pertama, melihat kepada visi surgawi (ayat 1-4). Jika kita hanya terjebak kepada fenomena yang kelihatan di dunia ini, kita akan jatuh kepada sikap menyerah dan bingung. Visi surgawi yang dilihat Yesaya menunjukkan bahwa Yahweh adalah Raja yang agung dan kudus, mulia dan indah, bahkan para serafim senantiasa memuji-muji Allah yang suci. Hidup kita haruslah seimbang: bukan hanya melihat kebobrokan dunia, namun juga melihat pengharapan Ilahi. Kedua, kita tidak dapat juga melarikan diri dari dunia dan hidup hanya melihat "ke atas" (ayat 5-8). Yesaya dipanggil untuk masuk ke dalam dunia yang bobrok dan menyampaikan pesan Ilahi. Ia memahami keadaan dunia dan bergumul di sana. Namun, pergumulannya adalah berdasarkan penugasan dari Allah sendiri. Ketiga, ketika bangsa Yehuda tidak dapat lagi mendengarkan suara Allah, Allah memberikan penghakiman dengan membuat mata, telinga dan hati mereka kehilangan fungsinya (ayat 9-13). Sampai berapa lama? Sampai para pembuat kejahatan itu mendapatkan ganjaran yang setimpal. Ini adalah sebuah penghiburan sejati. Renungkan: Tuhan adalah Raja yang sejati. Hiduplah beribadah kepada Dia, bukan hanya di gereja, tetapi dalam seluruh hidup Anda. Selamat hari Minggu!
Bilangan 11:24-30; Yakobus 5:1-6; Markus 9:38-48; Lagu KJ 224 |
| (0.10150676666667) | (Yes 10:1) |
(sh: Memahami horizon (Sabtu, 18 Oktober 2003)) Memahami horizonMemahami horizon. Dalam hidup kita, ada horizon yang menjadi batas bagi kita untuk bertindak, merasa, dan berpikir. Ketidakmampuan orang untuk memahami batas-batas dirinya menjadikan dia "keterlaluan", "tidak tahu diri". Kalau kita memperhatikan apa yang terjadi di dalam dunia ini, sebenarnya masalah hidup manusia adalah kegagalannya memahami dan menghidupi horizon yang telah ditentukan baginya. Bacaan hari ini berbicara tentang kegagalan memahami horizon. Pihak pertama, sebagai umat Allah, para pemimpin Israel seharusnya bertindak sebagai umat: taat dan beribadah kepada Allah mereka (ayat 1-4). Namun, meskipun mereka sudah dihukum, setelah "semuanya itu", mereka tetap berkeras hati. Karena itu, murka Allah pun tidak surut. Pihak kedua yang gagal memahami horizonnya, yaitu kerajaan Asyur. Allah memakai kerajaan Asyur untuk menghantam Siria dan Israel. Namun demikian, Asyur yang sebenarnya hanyalah alat yang meninggikan diri di atas Allah. Sang alat mengepalkan tinjunya menantang tuannya. Asyur tidak memahami bahwa dia tidak boleh sembarangan menggunakan kekuasaannya. Ketika Asyur mencoba untuk menghantam Yehuda dan menyamakan Yehuda dengan bangsa-bangsa lain, Asyur sedang menghina Allah. Yehuda memiliki Yahweh, dan Yahweh harus dihormati. Kegagalan Asyur memahami horizon jelas ditunjukkan dalam perkataan ini: "... aku telah meniadakan batas-batas antara bangsa" (ayat 13). Meniadakan batas dan membesarkan diri adalah skandal yang tidak bisa ditoleransi. Karena itu Allah harus turun tangan di sini. Allah adalah Allah semesta alam yang telah menetapkan batas-batas dan memiliki rencana-Nya sendiri. Ia bukan hanya akan membakar keangkuhan Asyur dengan api. Ia sendiri adalah api yang menghanguskan. Renungkan: Ketika Anda melakukan sesuatu yang melewati batas-batas seharusnya, ingatlah api yang membakar Asyur! |
| (0.10150676666667) | (Yes 14:1) |
(sh: Pembalasan Tuhan atas orang jahat (Senin, 30 Agustus 2004)) Pembalasan Tuhan atas orang jahatPembalasan Tuhan atas orang jahat. Anak Tuhan yang meminta Tuhan membela perkaranya atas orang jahat terkadang kecewa karena sepertinya pembalasan Tuhan kepada orang jahat itu lama terjadi. Karenanya, tidak jarang mengakibatkan anak Tuhan itu mundur dari persekutuannya dengan Tuhan. Perikop ini menggambarkan nubuat Yesaya tentang pembalasan Tuhan kepada raja Babel yang selama ini menjajah bangsa Israel. Hal ini dilakukan karena Tuhan menyayangi Yakub dan keturunannya (ay. 1) dan membuat bangsa lain menjadi hamba laki-laki dan perempuan (ayat 2-4) dari Israel. Tuhan membalas perbuatan raja Babel dengan menyebabkannya jatuh sampai ke dunia orang mati. Ia membalikkan kemegahan Babel dengan kehinaan menjadikan ulat dan cacing sebagai alas tidur dan selimut (ayat 5-11). Tuhan memperlakukan raja Babel yang sombong seperti taruk (= tunas tumbuhan) yang menjijikkan dan bangkai yang terinjak-injak. Bahkan di dalam kuburpun tempatnya tidak bersama-sama arwah bekas raja (ayat 12-20a). Mengapa Tuhan membalas perbuatan raja Babel sedemikian dashyat? Pertama, karena raja Babel telah merusak negeri dan membunuh rakyat (ayat 20b). Ini menyatakan raja Babel adalah seorang raja yang diktator, bertindak kejam dan tidak takut kepada Tuhan. Kedua, agar ia dan keturunannya jangan kembali memerintah bumi (ayat 21-23). Maksudnya kesempatan yang diberikan Tuhan kepada raja Babel dan keturunannya ada akhirnya. Jika kita berada dalam penindasan dalam keluarga, pekerjaan, dan lingkungan tetaplah berharap kepada-Nya sebab orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya tak pernah kecewa. Tuhan akan membalas perbuatan setiap orang setimpal dengan perbuatannya. Renungan: Jangan menganggap Tuhan tidak melihat dan tidak menghukum perbuatan orang jahat. Ia pasti menghukum orang jahat. Penghukuman-Nya tidak terlambat atau terlalu awal melainkan tepat pada waktu-Nya. |
| (0.10150676666667) | (Yes 38:1) |
(sh: Kedaulatan Allah (Senin, 27 September 2004)) Kedaulatan AllahKedaulatan Allah. Sakit yang dialami oleh Hizkia karena barah (bisul)(ayat 21) menyebabkan ia semakin mengenal Allah. Sebelumnya Hizkia diizinkan melihat kedaulatan Allah melalui peristiwa serangan raja Asyur atas Yerusalem (ayat 36:1-22) dan melalui penyertaan-Nya sehingga Israel terluput dari kehancuran (ayat 37:1-38). Kini Hizkia mengalami lagi kebaikan Allah atas tubuhnya sendiri. Peristiwa-peristiwa ini jelas menunjukkan betapa sayang Allah kepada orang yang dikasihi-Nya. Dalam nas ini, Hizkia mempelajari kedaulatan Allah atas hidup manusia (ayat 1-2). Kerendahan hatinya adalah dasar dari kehidupan doa Hizkia yang berinti permintaan belas kasih Allah. Bahwa ia menyebut keberaniannya menghapuskan penyembahan berhala dari tanah Israel (ayat 2Taw. 29-32) bukan suatu kesombongan atau menuntut upah, tetapi ungkapan kesungguhan imannya. Peristiwa ini juga menyatakan Allah sebagai penjawab doa. Allah berkenan menyembuhkan Hizkia dan menambahkan usianya (ayat 4-5) bahkan juga memberikan kebebasan Israel dari raja Asyur (ayat 6). Untuk janji pelepasan Israel, Allah memberi tanda yaitu bayang-bayang matahari pada penunjuk matahari buatan Raja Ahas akan mundur sepuluh tapak. Untuk janji kesembuhan dirinya, Hizkia meminta tanda lain (ayat 22). Dari pergumulan mati-hidup yang dahsyat ini lahirlah sebuah pujian yang indah dan sarat kebenaran (ayat 9-20). Di dalamnya Hizkia mengungkapkan pengalamannya menghadapi maut dan fakta bahwa dirinya fana adanya (ayat 10-12). Dalam mazmur doa ini, Hizkia menunjukkan sikap tunduk kepada kehendak dan keputusan Allah (ayat 13-16). Sementara menggumuli masalahnya dengan Allah itu, Hizkia mengalami peneguhan dalam imannya (ayat 17-20). Kesembuhan Hizkia menjadi bukti total kedaulatan Allah. Ia bukan hanya berdaulat atas bangsa-bangsa di dunia, tetapi Ia juga berkuasa atas penyakit dan hidup umat-Nya. Apa yang menjadi masalah Anda? Ambillah sikap seperti Hizkia yang memercayai Allah sepenuhnya. Ingat: Allah berdaulat atas segala sesuatu. Kedaulatan Allah memampukan kita bersikap tenang menghadapi hidup ini. |
| (0.10150676666667) | (Yes 43:14) |
(sh: Allah menghapus air mata umat-Nya (Sabtu, 30 Juli 2005)) Allah menghapus air mata umat-NyaAllah menghapus air mata umat-Nya Hukuman pembuangan bagi Israel telah berakhir oleh inisiatif Allah (ayat 14). Ia membebaskan Israel sebab Israel milik kepunyaan-Nya. Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah Yang Mahakudus, Raja Israel ketika Ia melepaskan umat-Nya itu (ayat 15). Penyataan identitas itu dilakukan-Nya sebagai sebuah proklamasi. Hal ini ditujukan-Nya kepada ilah-ilah lain dan semua bangsa di bumi karena mereka beranggapan Allah Israel tidak berkuasa menolong umat-Nya (ayat 14, 16-17). Allah memulihkan keadaan Israel sehingga hubungan antara Israel dan Allah menjadi baru kembali (ayat 19). Pembaruan hubungan itu digambarkan sebagai hal yang aiaib seperti jalan di padang belantara, sungai-sungai di belantara, dan air yang memancar di padang gurun. Hasilnya umat Allah akan memuliakan nama-Nya bahkan binatang hutan, serigala, dan unta melakukan hal yang sama (ayat 20). Mengapa Allah mau memulihkan Israel padahal mereka telah melupakan-Nya? Karena Dia tahu keterbatasan umat-Nya dalam menaati perintah-perintah-Nya (ayat 22-24). Maka Ia tidak menimpakan murka-Nya setimpal dengan kesalahan umat-Nya melainkan Ia menghapusnya karena Diri-Nya (ayat 25). Allah telah mengenal kebebalan umat-Nya semenjak kaum leluhurnya sampai kepada para pemimpin rohani yang telah terbukti mengecewakan-Nya (ayat 26-27). Meskipun demikian, kebebalan umat-Nya harus diubahkan dengan belajar menderita untuk sesaat (ayat 28). Sungguh ajaib Allah kita. Hajaran-Nya terhadap setiap anak-Nya yang melanggar firman-Nya adalah hajaran kasih. Bila hajaran itu terasa menyakitkan sehingga menimbulkan tetesan air mata pertobatan, ingatlah Dia pun menitikkan air mata kasih. Oleh karena itu, jangan sia-siakan belas kasih-Nya. Bertobatlah dan nikmati kembali anugerah dan kemurahan-Nya. Renungkan: Jangan undur jika Anda ditegur-Nya karena Dia ingin Anda bertobat. |
| (0.10150676666667) | (Yes 44:9) |
(sh: Kebodohan penyembah berhala (Senin, 1 Agustus 2005)) Kebodohan penyembah berhalaKebodohan penyembah berhala Saat ini peradaban manusia semakin maju dan teknologi pun makin canggih, namun kepercayaan kepada dunia mistis masih dipegang oleh cukup banyak orang. Buktinya masih banyak orang yang mendatangi tempat-tempat keramat untuk meminta berkat. Pada nas ini, kita membaca penilaian Allah tentang beberapa tindakan para penyembah dan pembuat ilah. Baik pembuat patung berhala maupun penyembahnya adalah orang-orang bodoh yang melakukan hal yang sia-sia (ayat 9). Pertama, siapakah para pembuat patung sesembahan itu? Bukankah mereka manusia ciptaan Allah. Sungguh tidak masuk di akal manusia menciptakan `allah' (ayat 10-11)! Kedua, bagaimana mungkin orang menyembah kepada patung buatan tangannya sendiri. Baik dari bahan besi maupun dari kayu, berhala-berhala itu adalah benda mati yang dibuat dan diperlakukan sekehendak si pembuat (ayat 12-16). Sungguh ironis, kayu yang sama yang dipakai untuk membuat patung sesembahan dipakai juga menjadi kayu api untuk berdiang atau untuk membakar roti! Dan kayu itu kemudian disembahnya (ayat 17)! Allah menyebutkan mereka adalah orang yang tidak mengetahui dan tidak mengerti apa-apa hanya berpegang pada kayu kering dan dusta (ayat 18-20). Penyembah berhala ialah mereka yang mengagungkan sesuatu yang fana lebih tinggi daripada Tuhan. Pembuat berhala adalah mereka yang mengadakan penyesatan bagi dirinya sendiri dan orang lain. Dua kebodohan itu akan menuai murka Allah sebab telah melanggar perintah Allah ke-1 dan ke-2 (lih. Kel. 20:1-6) dan menolak bergantung pada Allah (lih. Yos. 24:20). Seperti Yosua yang menantang bangsa Israel untuk memilih Allah Israel atau dewa dewi bangsa Kanaan maka pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah, "Layakkah menempatkan Allah dalam hati dan pikiran kita di tempat no. kesekian padahal Ia sumber hidup kita?" Camkan: Dungu! Itulah komentar Allah terhadap Anda bila Anda berpaut pada berhala-berhala! |
| (0.10150676666667) | (Yes 48:1) |
(sh: Dibongkar untuk dibangun ulang (Minggu, 7 Agustus 2005)) Dibongkar untuk dibangun ulangDibongkar untuk dibangun ulang Koresy adalah alat Allah menghukum dan menyelamatkan umat-Nya. Allah menugaskan Koresy menjatuhkan hukuman terhadap Babel (pasal 45-47). Lalu, Allah menugaskan Koresy menyelamatkan dan memulangkan Israel. Itu adalah anugerah Allah. Israel harus sadar bahwa penyelamatan itu hanya demi kebaikan dan kehormatan Allah. Sebab itu, segala kejahatan Israel perlu dibongkar agar mereka dapat merespons keselamatan itu dan menghargainya. Diagnosa Allah terhadap Israel tidak tedeng aling-aling. Israel adalah umat yang penuh kebohongan dan kepalsuan. Pengakuan tentang jati diri mereka memang kental: Israel. Mereka juga sangat religius: bersumpah demi nama Tuhan dan mengaitkan diri dengan kota Allah (ayat 1, 2). Mereka bisa menipu dan membuat kagum manusia oleh kerohanian semu itu, tetapi mereka tidak bisa membohongi Allah. Ia tegas membongkar dosa-dosa Israel. Bagi Allah, Israel hanyalah bangsa yang tegar tengkuk, keras kepala, dan kepala batu (ayat 4). Bahkan mereka berani kurang ajar mempertanyakan rencana penyelamatan Allah melalui Koresy (ayat 45:9-13). Akan tetapi, Allah masih menyelamatkan mereka karena rencana kekal-Nya (ayat 3, 5a) dan kemuliaan-Nya (ayat 9-11). Keselamatan seumpama pembongkaran dan pembangunan ulang. Paulus mengumpamakan keselamatan seperti penciptaan baru (2Kor. 5:17) serasi dengan ucapan Yesus tentang lahir baru (Yoh. 3:5). Tidak ada hal baik apa pun dari diri manusia yang dapat dijadikan modal atau andil untuk mendapatkan uluran tangan Allah atau untuk mengusahakan perbaikan diri sendiri. Oleh karena itu, menerima keselamatan berarti menerima hidup kita dibongkar oleh Tuhan dan mempersilakan Dia membangun kembali hidup kita. Pengalaman Israel harus diterima sebagai prinsip oleh semua orang yang ingin mengalami pembaruan hidup dari Tuhan. Doaku: _____________________________________________________________________________________________ |
| (0.10150676666667) | (Yes 50:4) |
(sh: Pelayanan Hamba sejati (Minggu, 21 Februari 1999)) Pelayanan Hamba sejatiPelayanan Hamba sejati Menjadi hamba Allah berarti bersedia memberi diri secara total untuk diperbarui senantiasa oleh Allah, dan bersedia menghadapi tantangan. Kese-diaan memberi diri total dan sedia menghadapi tantangan adalah kunci keabsahan pelayanan seorang hamba sebagai "mulut" Allah. Hamba Allah tidak berhak menyuarakan suara lain, selain suara Allah sendiri. Bila tidak, ia bukan lagi hamba Allah sejati, tetapi hamba palsu. Hamba Sejati. Syair yang diungkapkan Yesaya ini mengingatkan kita kepada Yesus Kristus sebagai Hamba Sejati. Apakah rahasianya sehingga Dia dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu? Pertama, Dia memelihara hubungan dengan Bapa di sorga. Dia telah didisiplin untuk mengutamakan Allah dan mendengarkan firman Allah tiap pagi. Maka kata-kata yang diucapkan-Nya pada orang banyak bukanlah kata-kata-Nya sendiri, tetapi kata-kata dari lidah seorang murid. Kedua, Dia telah menerima semua proses pembentukan yang Allah ijinkan. Proses pembentukan itu berat, tetapi melaluinya Dia terbentuk tegar (6,7-9). Derita Hamba sejati. Hamba Allah yang sejati taat kepada firman dan yang tabah menanggung derita itu memiliki wewenang illahi. Dia kini memanggil orang yang merindukan kebebasan dan mendambakan kehidupan yang berbahagia. Hamba Allah itu kini memperhadapkan kita dengan tawaran: hidup atau mati, terang atau gelap, berkat atau kutuk? Sudahkan Anda masuk dan menikmati karya penebusan Yesus Kristus? Bukan sekadar percaya. Sekadar menjadi orang percaya adalah perkara mudah. Dibutuhkan kesediaan untuk dicemooh, dipukul, dilukai sebagai konsekuensi ketaatan kepada firman Tuhan. Dalam saat demikianlah hamba Tuhan belajar berteguh hati di dalam Tuhan. Rela menyerahkan diri dididik Tuhan, ditempa keteguhan imannya. Dan yakin bahwa Tuhan tak akan mempermalukan hamba-Nya. Doa: Tuhan mampukan kami menghadapi penderitaan demi nama-Mu, karena Engkau telah terlebih dahulu menderita untuk kami. |
| (0.10150676666667) | (Yes 66:17) |
(sh: Mari beritakan Injil (Senin, 5 September 2005)) Mari beritakan InjilMari beritakan Injil Perintah memberitakan Injil bukan terdapat di Injil Matius saja melainkan di Kitab Yesaya juga. Mengabarkan Injil berarti menceritakan kasih Allah bagi manusia yang Ia wujudkan dalam pengurbanan Tuhan Yesus untuk menebus dosa manusia. Perintah untuk mengabarkan Injil itu ditujukan Allah kepada umat-Nya, yaitu orang-orang yang setia kepada Tuhan dan yang teguh menaati firman-Nya. Umat-Nya terdiri dari orang banyak dari berbagai bangsa, suku, dan bahasa. Meskipun orang-orang itu berasal dari budaya dan bahasa yang berbeda, namun mereka memiliki persamaan, yaitu mereka telah ditandai Tuhan sebagai milik-Nya (ayat 18-19). Tanda itu tampak di dalam sikap mereka menguduskan diri dengan tidak mengikuti perbuatan dosa yang dilakukan orang-orang di sekitar mereka. Mereka menolak mengikuti perintah para dewa sesembahan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah (ayat 17).
Sasaran pengabaran Injil itu ialah orang-orang yang be-lum pernah
mendengar tentang Tuhan dan orang-orang yang tidak mengenal-Nya.
Allah menghendaki Injil diberitakan kepada bangsa-bangsa yang
disebut sebagai bangsa Tarsis (keturunan Benyamin; 1Taw. 7:10),
Pul (Bangsa Asyur; 2Raj. 15:19) dan Lud (keturunan Sem; Indonesia dengan begitu banyak pulau, suku, budaya, dan bahasa di dalamnya adalah juga target dari Injil kasih karunia Allah tersebut. Berdoalah bagi pekabaran Injil di Indonesia dan bersiagalah bila Allah menginginkan Anda bersaksi tentang-Nya. Renungkan: Siapa lagi yang mengabarkan Injil kalau bukan kita? |
| (0.10150676666667) | (Yer 5:1) |
(sh: Allah masih menyelidiki (Minggu, 3 September 2000)) Allah masih menyelidikiAllah masih menyelidiki. Allah memerintahkan Yeremia memeriksa seluruh rakyat Yehuda apakah ada orang-orang yang melakukan keadilan dan kebenaran (1). Yeremia tidak dapat menemukan seorang pun (2-3). Bagaimana dengan kalangan pembesar yang tentunya mengenal jalan dan hukum Tuhan (4-5)? Jawabannya tetap sama yaitu tidak ada seorang pembesar pun yang melakukan apa yang benar. Integritas mereka telah rusak (1). Semua telah terjerumus ke dalam dosa seksual yang dalam dan menghancurkan kehidupan rumah tangga serta masyarakat (7-8). Karena itu bangsa Yehuda tidak mungkin luput atau lari dari hukuman Allah. Mereka harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan mereka di hadapan Allah (9-17). Inilah isu utama yang diketengahkan Yeremia dalam perikop ini. Dalam zaman modern sekarang ini, apakah perintah Allah kepada Yeremia ini masih bermakna? Apakah Allah masih memeriksa masyarakat zaman sekarang seperti yang pernah Ia lakukan terhadap bangsa Yehuda? Apakah hubungan bangsa Yehuda dengan Allah sebagai umat pilihan-Nya dapat disamakan dengan hubungan Allah dan bangsa Indonesia misalnya? Jawaban untuk ketiga pertanyaan di atas adalah ya. Sebab yang menjadi tekanan utama dalam masalah pertanggungjawaban di sini bukanlah masalah penyembahan berhala ataupun tata ibadah yang salah, melainkan masalah moralitas pribadi dan masyarakat. Bukankah setiap manusia mempunyai hati nurani yang akan menuntunnya melakukan yang baik atau menuduhnya bila melakukan tindakan yang menyimpang dari hati nuraninya (Rm. 2 :15-16)? Karena itu setiap manusia tidak dapat lari atau menghindar dari pertanggungjawaban moralitas di hadapan Allah. Renungkan: Siapa pun kita, atau apa pun kedudukan kita, Allah menuntut pertanggungjawaban moral dari setiap kita, tanpa kecuali. Bacaan untuk Minggu ke-12 sesudah Pentakosta 1Raja-raja 19:9-16 Roma 9:1-5 Matius 14:22-33 Mazmur 85:8-13 Lagu: Kidung Jemaat 25 |
| (0.10150676666667) | (Yer 5:18) |
(sh: Punya tapi tak berguna (Senin, 4 September 2000)) Punya tapi tak bergunaPunya tapi tak berguna. Itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keadaan bangsa Yehuda. Sebagai ciptaan Allah yang tertinggi, manusia dilengkapi dengan mata, telinga, dan pikiran yang kemampuan dan kualitasnya jauh melebihi makhluk hidup lainnya. Sayangnya, bangsa Yehuda tidak pernah menggunakannya untuk tujuan yang benar dan mulia. Semua hanya dipergunakan untuk memuaskan hawa nafsunya. Mereka sama seperti manusia tanpa otak, tanpa mata, dan tanpa telinga. Bangsa Yehuda tidak menggunakan kemampuan berpikirnya untuk memahami secara penuh bahwa hidupnya bergantung kepada pemeliharaan Allah untuk kemudian mengendalikan dan membawanya di bawah kekuasaan Allah (23-24). Sebaliknya kepandaian mereka justru dipergunakan untuk mencari cara melawan dan memberontak kepada-Nya. Padahal laut yang tidak mampu berpikir, tahu dan tidak pernah melanggar batas-batas yang telah ditetapkan Allah (22). Mata yang dikaruniakan Allah kepada mereka seharusnya menjadi terang bagi hati dan pikiran mereka bahwa banyak sesamanya yang membutuhkan rangkulan, pembelaan, dan pertolongan. Namun mata mereka justru dipergunakan untuk mencari peluang-peluang dan siasat-siasat baru agar dapat semakin mengeksploitasi sesamanya untuk memperkaya diri sendiri (26-28). Yang lebih parah dari semua itu adalah telinga yang merupakan pintu gerbang bagi masuknya informasi, justru dibuka lebar-lebar bagi pengajaran yang penuh kebohongan dan kepalsuan. Dengan demikian telinga ditutup rapat-rapat bagi pengajaran yang benar, yang akan menusuk dan menyakitkan hati (31) karena membongkar dosa. Betapa bebalnya hati manusia yang telah memutuskan hanya mau melihat dan mendengarkan apa yang menyenangkan hati. Renungkan: Apakah ini juga yang dikerjakan oleh Kristen masa kini? Matanya dibuka lebar-lebar ketika merancang gedung gereja yang mewah dan megah tapi segera ditutup ketika melihat masyarakat yang lapar dan kedinginan datang meminta pertolongan. Telinganya dibuka lebar-lebar untuk mendengarkan khotbah-khotbah yang berisikan cerita-cerita yang menyenangkan hati namun segera ditutup ketika kebenaran firman Tuhan dipaparkan. Jika demikian, apa bedanya Kristen dengan yang lain? |
| (0.10150676666667) | (Yer 12:1) |
(sh: Mengeluh namun tidak menyalahkan (Minggu, 17 September 2000)) Mengeluh namun tidak menyalahkanMengeluh namun tidak menyalahkan. Yeremia mengakui siapa dirinya di hadapan Allah, maka dengan penuh kerendahan hati ia datang kepada Allah yang benar. Ia tahu kepada siapa mengadukan keluhannya tentang keadilan Tuhan, dan ia pun menyadari siapa dirinya yang tidak layak sedikit pun untuk mempertanyakan keadilan Tuhan (1). Namun keluhan Yeremia ini tidak bermaksud menyalahkan Tuhan tetapi karena ia membutuhkan jawaban dan penjelasan dari Tuhan, sumber keadilan. Yeremia membandingkan hidupnya dengan orang fasik yang hidupnya jauh lebih baik dari dirinya. Mereka berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah (2), lalu apa bedanya dengan orang benar? Pertanyaan Yeremia ini mungkin juga mewakili pertanyaan Kristen lainnya, yang menyaksikan betapa makmurnya hidup orang fasik di tengah penderitaan orang benar. Kemudian Yeremia meminta Tuhan memberlakukan keadilan-Nya dengan menarik mereka ke luar dari bilangan orang benar, sebagai domba sembelihan yang akan dikorbankan (3), karena Yeremia tak tahan melihat negeri yang hampa dan segala ciptaan Tuhan musnah karena kejahatan mereka (4). Bagaimana Tuhan menanggapinya? Tuhan mengatakan bahwa Yeremia seperti seorang pelari yang sedang bertanding dengan seorang pejalan kaki (5a). Dengan demikian ia seharusnya menjadi pemenang. Bila dengan seorang pejalan kaki saja ia sudah menyerah kalah, bagaimana dengan pertandingan selanjutnya yakni melawan kuda (5b)? Tuhan tidak bermaksud meremehkan Yeremia, tetapi Ia menyadarkannya bahwa apa yang dialaminya belum seberapa, karena kekuatan Tuhan tersedia baginya, bahkan dalam pergumulan yang lebih berat sekalipun. Renungkan: Tuhan tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang datang kepada-Nya dengan kemurnian hati, tetapi pertimbangkanlah sebelum mengeluh: 'Apakah ada maksud menyalahkan Tuhan?' Bila ya, tidak selayaknya kita melakukannya. |
| (0.10150676666667) | (Yer 27:1) |
(sh: Yang terbaik dari yang buruk (Rabu, 18 April 2001)) Yang terbaik dari yang burukYang terbaik dari yang buruk. Perintah Tuhan kepada Yehuda dan negara-negara tetangganya supaya mereka menyerah kepada Babel merupakan perintah Tuhan yang tentunya membingungkan dan mengecewakan mereka. Mengapa Tuhan memerintahkan mereka untuk menyerah tanpa berjuang? Mengapa mereka dilarang untuk mempertahankan tanah airnya? Bahkan mengapa Yehuda harus berdiam diri ketika bangsa asing menajiskan Bait Allah dengan cara merampok seluruh perabotnya? Padahal bukankah Bait Allah merupakan simbol identitas Yehuda sebagai umat pilihan Allah? Namun bila kita renungkan dengan sungguh-sungguh, perintah itu merupakan perwujudan dari kasih setia Allah yang terus memelihara dan menjaga Yehuda dan bangsa-bangsa lain. Jika mereka tidak takluk kepada Babel mereka akan mengalami kehancuran total (8, 13). Allah telah membangkitkan dan menunjuk Nebukadnezar sebagai alat-Nya untuk menghukum bangsa-bangsa lain khususnya Yehuda yang sudah memberontak kepada-Nya, maka kebangkitan Nebukadnezar tidak mungkin dibendung oleh siapa pun. Membendungnya berarti menghadang Allah. Mereka harus menerima hukuman Allah namun bukan mengalami kehancuran (22). Karena itu perintah Allah melalui Yeremia ini merupakan jalan terbaik dalam situasi yang buruk agar mereka tidak hancur. Perintah Allah itu merupakan bukti bahwa pemeliharaan Allah tetap dapat menghasilkan yang terbaik dari keadaan yang tak berpengharapan. Selain itu dengan membangkitkan Nebukadnezar dan mengaruniakan kepadanya segenap kerajaan, Allah ingin mengajar kepada Yehuda dan bangsa-bangsa lain bahwa kedudukan, kekuasaan, dan kekayaan bukan yang terbaik di dunia, sebab Allah seringkali justru 'memberikan' itu kepada orang-orang fasik atau pemberontak Allah. Yang penting bagi mereka adalah ketaatan kepada rencana dan kehendak Allah yang begitu mengasihi umat manusia bukan hanya Yehuda. Renungkan: Dalam perjalanan hidup bersama Allah, kita mungkin pernah kecewa atau marah atas apa yang Allah perintahkan untuk kita lakukan. Namun respons yang paling bijak adalah tetap mendengarkan dan tunduk kepada kehendak-Nya sebab perintah Allah walaupun menyakitkan adalah perwujudan kasih setia-Nya yang mendatangkan kebaikan bagi kita. |
| (0.10150676666667) | (Yer 33:14) |
(sh: Siapakah 'Satria Piningit' bagi Indonesia? (Selasa, 1 Mei 2001)) Siapakah 'Satria Piningit' bagi Indonesia?Siapakah ‘Satria Piningit’ bagi Indonesia? Itulah pertanyaan yang dipergunjingkan oleh masyarakat Indonesia sejak lengsernya pemimpin orde baru. Namun pertanyaan yang lebih tepat sebetulnya adalah apakah satria piningit jawaban bagi pergumulan bangsa kita? Bangsa Yehuda sedang berada dalam kondisi kritis. Tentara Babel sudah mengepung Yerusalem. Di tengah ketegangan itu, pastilah dalam hati mereka terbersit pertanyaan besar: siapakah yang dapat memulihkan mereka? Babel terlalu kuat bagi mereka sebab kerajaan Asyur yang begitu besar dan kuat pun tidak mampu melawannya. Memang Allah sudah memberikan janji pemulihan kepada mereka (32-33:13), namun apalah artinya jika tidak ada tokoh yang akan memimpin mereka. Allah mengetahui segala pergumulan masa depan mereka. Allah juga tahu bahwa sebuah bangsa dapat hidup dengan tentram dan damai jika mereka senantiasa mempunyai raja yang melaksanakan keadilan dan kebenaran serta mempunyai kehidupan beragama yang tidak hanya sebagai aktivitas atau alat politik dari sang penguasa, namun kehidupan beragama yang membawa mereka bertemu dengan Allah. Karena itulah Allah memberikan janji-Nya lebih lanjut (15-17). Dua janji itu merupakan dua pilar utama bagi kelangsungan hidup mereka sebagai sebuah bangsa sekaligus umat Allah (17, 18, 22). Janji Tuhan sepasti datangnya siang dan malam pada waktunya (20-21, 25). Apakah kedua pilar itu menunjuk kepada Ezra dan Nehemia, kedua tokoh yang membangun kembali Yehuda? Bukankah Ezra keturunan Lewi? Bukankah Nehemia seorang pemimpin pemerintahan? Tidak! Sebab Bait Allah kembali dihancurkan oleh Epiphanes IV. Lagi pula apakah mereka mampu membawa bangsa Yehuda menghadap hadirat Allah? Kedua pilar itu menunjuk kepada Yesus. Dialah tonggak bagi semua kerajaan dan pemerintahan. Dialah yang mempertemukan manusia dengan Allah. Kerajaan-Nya sampai sekarang masih kokoh. Renungkan: Bangsa Indonesia tidak hanya membutuhkan seorang kepala pemerintahan yang cakap tapi juga keimaman Yesus dan pemerintahan-Nya dalam hati mereka. Misi kristen bukanlah mengkristenkan Indonesia namun memperkenalkan Yesus yang jauh melebihi satria piningit kepada seluruh rakyat Indonesia agar Yesus menjadi raja dan imam dalam hidup mereka. |
| (0.10150676666667) | (Yer 34:1) |
(sh: Belaskasihan dan keadilan Allah (Rabu, 2 Mei 2001)) Belaskasihan dan keadilan AllahBelaskasihan dan keadilan Allah. Tidak ada lagi pengharapan bagi Yerusalem untuk bertahan melawan gempuran Babel (6-7). Hal ini bukan disebabkan karena kecanggihan strategi militer Nebukadnezar yang melibatkan tidak hanya segala tentaranya namun juga segala kerajaan dan bangsa di bawah pemerintahannya untuk mengeroyok Yerusalem (1), namun karena Allah telah memberikan kuasa kepada Babel menjadi penguasa atas bangsa-bangsa lain dalam beberapa waktu termasuk Yehuda (27:6-7). Apakah ini berarti bahwa Allah bertindak semena-mena atas Yehuda dan menjadikannya seorang pecundang? Bukankah pemenang membutuhkan pelengkap penderita untuk dikalahkan? Allah memang berkuasa mutlak atas seluruh kerajaan di dunia namun Ia tidak pernah bertindak semena-mena. Setiap tindakan-Nya selalu berdasarkan keadilan dan belaskasihan. Pembumihangusan Yerusalem oleh Babel merupakan hukuman yang tepat bagi dosa mereka, sebab istilah ‘hangus dengan api’ juga menggambarkan kejijikan tindakan yang pernah dilakukan oleh Yoyakim kepada firman Allah (36:32) dan tindakan Yehuda yang menyakitkan hati Allah (7:31; 19:5). Itulah keadilan- Nya. Belaskasihan Allah nyata ketika Ia memberikan kesempatan kepada Zedekia untuk mendengarkan firman-Nya tentang penghukuman itu sehingga ia dapat mempersiapkan diri menghadapi semua itu. Ia juga mendapat janji penguburan bagi dirinya secara layak. Yosephus, ahli sejarah Yahudi yang hidup di abad pertama menuliskan bahwa Nebukadnezar menguburkan Zedekia dengan upacara kebesaran seorang raja (bdk. 39:5-7). Belaskasihan Allah memungkinkan Zedekia menjalani penghukuman dalam pemeliharaan dan kontrol Allah. Nebukadnezar tidak akan bertindak di luar batas yang Allah tetapkan. Renungkan: Pengalaman Zedekia merupakan peringatan sekaligus penghiburan bagi Kristen. Seperti Daud, perzinahannya memberikan dampak negatif bagi kehidupan keluarga dan kemampuannya menjalankan pemerintahan. Kristen pun tidak dilepaskan dari konsekuensi atas dosa yang diperbuatnya. Namun belaskasihan Allah senantiasa memelihara serta menopang Kristen untuk menjalani konsekuensi itu. Sementara itu kedaulatan-Nya mengontrol konsekuensi dosa itu sehingga tidak menjadi berlarut-larut yang akhirnya menghancurkan Kristen, sebab kesempatan untuk bertobat senantiasa tersedia. |


