| (0.17795703846154) | (Ul 4:41) |
(sh: Menyiapkan hati (Rabu, 30 April 2003)) Menyiapkan hatiMenyiapkan hati.
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan dalam teks Alkitab yang
kita baca hari ini. Pertama, kita perlu menyelidiki mengenai
kota-kota perlindungan (ayat 41-43). Musa dikatakan harus
menetapkan tiga kota perlindungan bagi para pembunuh. Hukum yang
didirikan di sini muncul dalam 19:1-13 (ayat 42 adalah sebuah
ringkasan untuk 19:3-5) dan Bil. 35:9-34. Menurut Bil. 35:14,
enam kota harus dipilih, dan tiga di antaranya adalah di sebelah
timur Sungai Yordan. Kita bertanya-tanya apakah tindakan Musa
merupakan sesuatu yang signifikan di sini, mengingat bahwa Mengapa Musa menetapkan ketiga kota tersebut? Kemungkinan sekali Musa bereaksi terhadap penolakan Tuhan meluluskan permohonannya untuk masuk ke tanah perjanjian (ayat 3:26-29). Sebenarnya mungkin sekali Musa sudah berencana untuk menetapkan keenam kota itu, setelah menyeberangi Sungai Yordan. Namun, setelah kemungkinan itu lenyap, ia berusaha untuk melakukan apa yang masih dapat ia lakukan. Kita melihat betapa gejolak emosi manusia begitu dalam dan kuat -- betapa sulitnya menerima kehendak Allah, melepaskan yang harus dilepaskan dan menerima keadaan. Kedua, ayat 44-49. Sebenarnya bagian ini adalah bagian pendahuluan untuk masuk ke dalam pasal-pasal berikutnya yang berbicara mengenai hukum-hukum Tuhan. Setelah "tertunda" selama 4 pasal yang berbicara tentang sejarah masa lalu Israel, maka dalam ayat 44, kita bisa mendengarkan Musa berkata, "Akhirnya, inilah pengajarannya ...." Empat pasal pertama merupakan persiapan hati supaya Israel siap menerima hukum-hukum Allah. Pengalaman bersama Allah adalah faktor yang penting untuk menyiapkan hati kita. Renungkan: Ketika Anda membaca firman Tuhan dan berusaha menaati kehendak- Nya, lihatlah itu dalam perspektif pengalaman Anda bersama Dia! |
| (0.17795703846154) | (Ul 5:22) |
(sh: Seruan serius dari Allah (Jumat, 2 Mei 2003)) Seruan serius dari AllahSeruan serius dari Allah. Kitab Ulangan ini ditulis pada akhir masa pelayanan Musa, ketika ia berada di daerah Moab sebelum menyeberangi sungai Yordan dan akan segera menyerahkan kepemimpinannya kepada Yosua (ayat 1:5). Musa sebagai perantara yang telah dipilih untuk menyampaikan Firman Tuhan (ayat 23-27; 30-31) bertekad untuk mempersiapkan Israel memasuki Kanaan dengan mengingatkan mereka akan peristiwa khusus ketika perjanjian Tuhan diberikan. Musa mengingatkan, bahwa pada saat itu mereka mendengar firman itu disampaikan dengan dahsyat: [1] yang secara langsung bersumber dari Tuhan; [2] berotoritas atas seluruh Israel; [3] dinyatakan dengan kemegahannya; [4] diberikan secara menyeluruh dan tuntas; serta [5] dituliskan dalam bentuknya yang stabil dan permanen (ayat 5:22). Pada peristiwa itu Israel takut dan menghormati Tuhan (ayat 23-26,28), serta berjanji untuk mendengar dan melakukan firman Tuhan (ayat 27). Namun, pada perjalanan selanjutnya mereka gagal. Sikap takut dan hormat hanyalah sesaat. Hal inilah yang mendorong Musa dengan setia menyuarakan jeritan hati Tuhan bagi kegagalan umat-Nya: "Kiranya hati mereka selalu begitu, yakni takut akan Daku dan berpegang pada segala perintah-Ku, …" (ayat 29). Inilah gambaran natur manusia berdosa yang dipanggil dalam komunitas milik Allah. Komitmen yang dibuat dengan sungguh-sungguh dan bersumber dari perasaan takut kepada Tuhan, dapat dengan cepat berubah dan terlupakan. Untuk memelihara kesetiaan tersebut diperlukan adanya abdi Allah yang dengan setia menyerukan jeritan hati Tuhan agar umat kembali berpegang dan berjalan sesuai dengan firman. Renungkan: Semua kita masih harus berjuang melawan pencobaan dari luar dan kecenderungan dosa di dalam diri kita. Jangan ikuti dorongan hati atau ajakan apa pun bila tidak jelas apakah itu sesuai dengan firman-Nya. |
| (0.17795703846154) | (2Sam 11:14) |
(sh: Hati-hati dengan kuasa (Kamis, 14 Agustus 2003)) Hati-hati dengan kuasaHati-hati dengan kuasa. Masih hangat dalam ingatan kita peristiwa Mei 1998, ketika bangsa Indonesia menuntut reformasi dan menurunkan penguasa yang berkuasa saat itu. Alasannya adalah bahwa rakyat tertindas, terpasung hak-haknya mengemukakan pendapat, praktik rasialis, dlsb. Pengalaman ini mungkin tidak hanya dialami oleh bangsa Indonesia. Di seluruh dunia pun akan mengalami hal yang sama ketika negaranya diperintah oleh penguasa yang lalim. Akibatnya kekuasaan selalu identik dengan kekerasan, dan tindakan sewenang- wenang. Sebagai raja yang berkuasa, Daud merasa dapat melakukan apa saja. Daud mulai menempatkan kekuasaan pada proporsi yang keliru. Ia memerintahkan Yoab untuk menempatkan Uria di tempat yang berbahaya di medan perang. Tujuannya, agar Uria terbunuh. Ini dilakukan Daud karena siasat liciknya tidak berjalan sesuai rencananya. Tetapi karena Daud sudah berbuat salah menggauli Batsyeba, maka apa pun caranya Uria harus mati. Daud menggunakan kuasanya sebagai raja bukan untuk melindungi rakyat, tetapi untuk melindungi kejahatannya dengan membunuh rakyat. Uria sudah mati terbunuh, karena persekongkolan Daud dengan panglimanya, Yoab. Tetapi Daud berusaha agar persekongkolan ini tidak boleh terbongkar lagi-lagi karena kekuasaan. Maka dibuatlah rekayasa, yaitu dengan membuat cerita seolah-olah Uria mati dengan wajar karena musuh begitu hebatnya. Kematian yang direncanakan manusia ingin dibuat seolah-olah kehendak Tuhan atau insiden semata. Hakikat rekayasa adalah manusia ingin menjadi sama dengan Tuhan, yang menentukan hidup mati seseorang. Daud kini terjerembab ke dalam dosa lebih besar: bertindak seolah Allah, merekayasa dengan jalan menipu. Renungkan: Kita dianugerahi potensi yang dapat digunakan untuk merekayasa banyak hal. Tetapi ingatlah bahwa Tuhan akan menghakimi penggunaannya. |
| (0.17795703846154) | (2Raj 4:8) |
(sh: Allah, Sandaran Hidupku (Rabu, 19 Agustus 2015)) Allah, Sandaran HidupkuJudul: Allah, Sandaran Hidupku Dalam hidup Elisa, wanita Sunem menempati posisi penting dalam pelayanannya. Segala kebutuhan makan, minum, dan tempat tinggal disediakan oleh wanita tersebut (8). Terlihat jelas bahwa wanita Sunem mengetahui identitas kenabian (9) dan kebiasaan membaca dari Elisa. Itu sebabnya wanita itu menyediakan peralatan baca dan tulis di kamar Elisa (10). Sebenarnya bukan karena perbuatan wanita itu yang membuat Elisa peduli. Lebih dari itu adalah ketulusannya memberikan tumpangan tanpa pamrih dan halus budi pekertinya menghormati Elisa sebagai nabi Allah. Walaupun wanita itu tidak meminta balas jasa, tetapi Elisa ingin memberikan sesuatu yang bernilai atas kebaikan hatinya, yaitu seorang anak (11-17). Awalnya, hadiah seorang anak dari nabi Elisa membuat kebahagiaan keluarga ini menjadi sempurna. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebab anak itu meninggal karena penyakit misterius (18-20). Fakta ini menghancurkan seluruh kebahagiaan dan harapan keluarga ini. Dalam kondisi yang pahit serta getir, wanita Sunem tidak kehilangan iman kepada Allah. Dengan segera ia ke gunung Karmel mencari Elisa, sebab ia percaya bahwa Allah Elisa mampu menghidupkan kembali anaknya (25-27a). Keyakinan yang besar terhadap Allah Elisa membuat wanita ini tidak mau bangkit berdiri apabila Elisa tidak mau ke rumahnya (30). Sebab wanita itu tahu bukan tongkat Elisa yang berkuasa, melainkan roh Allah yang ada pada Elisa (29, 31-34). Ternyata benar apa yang diyakini wanita tersebut. Kehadiran Allah melalui diri Elisa membuat harapan yang lenyap menjadi bersinar kembali (35-36). |
| (0.17795703846154) | (1Taw 22:2) |
(sh: Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu (Senin, 18 Februari 2002)) Arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, AllahmuArahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Di dalam bukunya tentang kepemimpinan, Leroy Eims menuliskan 12 ciri kepemimpinan yang efektif sebagai berikut : 1. Bertanggung Jawab 2. Bertumbuh 3. Memberikan Teladan 4. Membangkitkan Semangat 5. Bekerja Efisien 6. Pemerhati 7. Berkomunikasi 8. Berorientasi pada Sasaran 9. Tegas 10. Cakap 11. Mempersatukan 12. Bekerja. Daud memiliki ke-12 ciri tersebut. Keseluruhan ciri tersebut kelihatan dari kebesaran hatinya menerima akibat dosa yang dilakukannya. Hukuman Allah tidak membuat ia meninggalkan Tuhan atau tawar hati untuk mempersiapkan pembangunan Bait Allah. Walaupun bukan dirinya yang direstui Tuhan sebagai pembangun Bait Allah, Daud memiliki jasa besar di dalamnya karena dialah yang menyiapkan segala kebutuhan dasarnya. Hingga pada akhirnya tercetuslah satu kerelaan penyerahan estafet kepemimpinan kepada anaknya dengan kalimat, "Maka sekarang, arahkanlah hati dan jiwamu untuk mencari Tuhan, Allahmu. Mulailah mendirikan tempat kudus Tuhan, Allah, supaya tabut perjanjian Tuhan dan perkakas kudus Allah dapat dibawa masuk ke dalam rumah yang didirikan bagi nama Tuhan" (ayat 19). Mulai dengan bagian ini seterusnya, catatan kitab ini tentang Daud terfokus pada Bait Allah. Dalam bagian ini sendiri ungkapan "mendirikan Rumah Allah" muncul sembilan kali dan ungkapan "mengadakan persediaan" paling tidak lima kali. Persediaan atau persiapan yang dimaksud terdiri dari tiga hal. Pertama, firman yang telah Daud terima menjadi prinsip bagi seluruh tindakan Daud menyiapkan pembangunan Bait Allah. Kedua, penyiapan diri Salomo agar taat kepada Allah menempati prioritas mendahului persiapan material. Itu sebabnya Daud berbicara mewakili Allah memberikan pesan-pesannya kepada putranya ini. Sesudah kedua hal tersebut, barulah hal ketiga dimunculkan, yaitu penyediaan material. Renungkan: Bukan rahasia lagi bahwa pemimpin yang tingkatnya semakin tinggi justru cenderung berkelakuan bebas tanpa batas dan menganggap diri kebal terhadap nilai dan norma-norma legalitas. Wahai Kristen pemimpin, arahkanlah hatimu kepada Tuhan dan layanilah Dia dan sesamamu. |
| (0.17795703846154) | (2Taw 18:1) |
(sh: Sikap hati mendua (Jumat, 21 Juni 2002)) Sikap hati menduaSikap hati mendua. Kecenderungan hati manusia yang mendua antara salah dan benar tergambar jelas dalam diri raja Yosafat. Ia harus memilih antara ajakan raja Ahab yang didukung oleh dukungan empat ratus orang nabi-nabinya sendiri yang adalah para nabi palsu, dan nubuat serta peringatan dari Mikha yang memaparkan secara gamblang akibat-akibat fatal bila mereka maju memerangi Ramot-Gilead. Mengawinkan putranya dengan putri Raja Ahab adalah tindakan salah pertama yang Yosafat buat. Sebenarnya tidak perlu ia mengatur perkawinan politis tersebut sebab Allah telah cukup memberkatinya. Kesalahan kedua adalah mendengarkan ajakan Ahab untuk menyerbu Ramot-Gilead yang dikuasai oleh orang-orang Aram. Meskipun Yosafat mendesak untuk menanyakan kehendak Tuhan, namun reaksi pertamanya yang kelak memang akan dilakukannya juga adalah segera menyambut ajakan itu dengan antusias (ayat 3b). Berpikir menurut hikmat duniawi tampaknya telah sedemikian mempengaruhi Yosafat, apalagi ajakan Ahab itu kemudian didukung oleh dukungan suara terpadu empat ratus nabi palsu Ahab. Kesalahan ketiga adalah puncaknya ketika ia pergi maju berperang bersama Ahab meskipun Mikha, nabi Allah sejati itu telah menyindir (ayat 14) dan memberi peringatan gamblang tentang akibat fatal yang akan terjadi (ayat 15-22). Akibat mendengarkan nubuat palsu mengerikan sekali. Ahab mati terbunuh meski sudah men yamar sebelumnya, hanya Yosafat selamat sebab Allah mengintervensi karena rencana-Nya untuk Yehuda. Kata kerja "mengajak" (ayat 2) dan "membujuk" (ayat 30) dalam bahasa Ibraninya adalah sama. Ajakan salah menyeret orang pada kesesatan dan kehancuran, sedangkan ajakan benar berasal dari Tuhan sumber keselamatan. Sayang bahwa Yosafat tidak tegas dan konsisten mencari kebenaran. Syukurlah bahwa rencana Tuhan meluputkan dia dari jalan salah yang telah dipilihnya. Renungkan: Untuk tetap dalam jalan Tuhan tidak cukup hanya menguji setiap tawaran dan pilihan dengan saksama. Tindakan itu harus diiringi dengan kebulatan hati menolak semua yang salah dan menaati suara Tuhan meski tidak populer sekalipun. |
| (0.17795703846154) | (Mzm 16:1) |
(sh: Menghadapi ancaman murtad dan maut (Sabtu, 11 Januari 2003)) Menghadapi ancaman murtad dan mautMenghadapi ancaman murtad dan maut. Sulit untuk melihat bahwa pemazmur sedang menghadapi ancaman kompromi menuju murtad dalam ayat 1-5. Ada baiknya kita mulai dengan melihat isi permohonan pemazmur di ayat 4b-6, yakni tekad dan kerinduan agar Tuhan sepenuhnya menjadi harta kehidupannya, satu-satunya tambatan hati. Doa itu dipanjatkan karena ia tidak ingin mengalami nasib orang seperti yang digambarkannya di ayat 4a. Ayat 1 adalah doa agar Allah melindungi dia dari nasib tersebut. Nasib buruk itu adalah akibat dari perbuatan orang yang dituturkannya di ayat 2, yaitu ucapan orang yang sebaliknya dari menjadikan Tuhan Allah saja sebagai yang terbaik, mulia, sumber kesukaan, kini menjadikan "Tuhan" dan "orang-orang kudus" sebagai ganti Tuhan yang sejati. Jadi, ayat 2 seharusnya dilihat sebagai dosa penyembahan berhala, bahwa orang memuja dan mengandalkan hal-hal apa saja yang dianggapnya mulia, tetapi yang bukan Allah sejati. Dosa ini hanya dapat diatasi dengan tekad dan komitmen untuk tidak mendua hati menjadikan Allah sebagai harta abadi jiwa kita (ayat 5-6). Untuk orang yang telah belajar menyingkirkan segala macam bentuk allah palsu dari kehidupannya, maut tidak lagi menjadi ancaman yang menakutkan. Allah sedemikian akrab sehingga di kegelapan malam pun Allah selalu memberikan pengajaran yang memurnikan hati nurani (ayat 7) dan Allah terpampang jelas dalam penglihatan mata hati pemazmur (ayat 8). Mazmur ini telah diartikan sebagai mazmur mesianis (Kis. 2:25-28; 13:35) menunjuk kepada kebangkitan Kristus. Memang benar bahwa kebangkitan Kristus tidak saja menyatakan kemenangan Kristus dari maut, tetapi juga dasar bagi kehidupan kekal kita yang tak dapat binasa. Renungkan: Mengkonsumsi barang palsu mungkin tidak fatal, tetapi memperallah yang bukan Allah pasti menghasilkan akibat ngeri. |
| (0.17795703846154) | (Mzm 64:1) |
(sh: Jangan remehkan intimidasi kata-kata (Jumat, 18 Juni 2004)) Jangan remehkan intimidasi kata-kataJangan remehkan intimidasi kata-kata. Pergumulan iman terberat seringkali kita kaitkan dengan masalah-masalah seperti kelemahan fisik, kesulitan dalam pekerjaan, pencobaan moral atau ancaman fisik. Dalam kenyataan sehari-hari, kita menemui bahwa kata-kata seperti ejekan, fitnahan, serangan terhadap isi iman Kristen, dlsb. dapat mengolok iman kita. Tentang pergumulan iman menghadapi serangan kata-kata inilah, pemazmur bicara. Pemazmur mengalami pergumulan yang berat itu. Ia tahu bahwa musuh yang berat itu bermaksud membinasakannya (ayat 3). Ia tahu bahkan cara-cara licik digunakan untuk menyerangnya pada saat-saat kelemahannya, yaitu berupa gosip, fitnah, dan cercaan (ayat 4-6). Lebih daripada itu, ia tahu mereka bersungguh hati untuk menghancurkan dia. (ayat 7, ayat ini bisa dibaca 'mereka merancang kecurangan-kecurangan: "Kami sudah siap, rancangan sudah rampung, rancangan yang keluar dari batin dan hati terdalam"'). Seorang penafsir mengatakan, betapa dalamnya isi hati seseorang, siapa yang tahu? Apalagi, bila hati yang jahat merencanakan kejahatan, siapa bisa menduga kekejaman dan kekejiannya? Namun, pemazmur tidak termakan oleh dampak dahsyat kata-kata buruk dari orang jahat. Ia percaya kepada Allah yang berdaulat dan berkuasa atas mereka. Ia tahu kesudahan orang-orang jahat adalah kebinasaan mereka, dan mereka akan binasa oleh senjata mereka sendiri: lidah dusta mereka (ayat 8-9). Ia tahu juga orang benar, orang yang berlindung kepada-Nya akan diselamatkan, dan akan bersukacita (ayat 10-11). Pemazmur belajar bahwa lidah jahat akan termakan jeratnya sendiri. Karena itu, orang yang jujur dalam kata dan tindakan adalah orang yang bertindak sesuai sikap Allah sendiri dalam firman-Nya yang "ya dan amin." Renungkan: Jangan anggap remeh pengaruh kata-kata baik dari orang yang kita jumpai sehari-hari maupun dari sumber-sumber media. Bangunlah "filter" iman untuk menilai dan menetapkan kata-kata mana yang harus dibuang dan kata mana yang patut disimpan. |
| (0.17795703846154) | (Mzm 95:1) |
(sh: Beri penghormatan bagi-Nya (Minggu, 9 Oktober 2005)) Beri penghormatan bagi-NyaBeri penghormatan bagi-Nya Hidup selalu diperhadapkan dengan pilihan-pilihan. Salah satunya adalah memilih untuk menyembah dan mengabdi kepada Tuhan, atau memilih untuk hidup bagi diri sendiri dan menolak Dia berdaulat atas hidup ini. Seolah pendidik yang piawai, pemazmur membimbing umat Tuhan untuk memuji membesarkan Allah (ayat 1-2) lewat dua pendekatan. Pertama, melalui pendekatan positif. Mazmur ini menegaskan bahwa Allah adalah Raja atas alam semesta dan segala isinya (ayat 3-5). Maka semua makhluk harus tunduk kepada-Nya. Pemazmur kemudian menegaskan bahwa Raja penguasa seluruh isi dunia ini telah bertindak secara khusus menggembalakan umat Israel (ayat 7). Umat telah merasakan dan mengalami tuntunan dan pemeliharaan-Nya. Seharusnya pengabdian umat dilakukan sebagai ucapan syukur atas kebaikan-Nya. Oleh karena Tuhan adalah Raja dan Gembala, maka memberikan penyembahan yang semarak dan tulus kepada-Nya adalah respons wajar umat Tuhan (ayat 7). Kedua, melalui pendekatan negatif. Mazmur ini memberi peringatan keras terhadap bahaya pengerasan hati seperti yang dilakukan oleh nenek moyang Israel di Meriba dan Masa (ayat 8-11; band. Ibr. 3:7-12). Akibat sikap hati yang tidak mau mengakui Allah sebagai Tuhan yang berdaulat dalam hidup mereka, Allah harus menghukum keras mereka dengan tidak mengizinkan mereka masuk ke Tanah Perjanjian. Meninggikan Tuhan dalam disiplin rohani kita setiap waktu adalah prinsip yang paling tepat untuk menghindarkan diri dari bahaya pengerasan hati. Disiplin rohani menyembah, memuji, mengucap syukur, berdoa, dan membaca firman Tuhan adalah sikap dan tindakan yang serasi dengan kedaulatan dan kebaikan Allah. Apabila kita mengizinkan Roh-Nya menumbuhkan sikap dan tindakan tersebut dalam hidup kita, kita akan mengalami suasana perhentian dalam hati kita. Responsku: ---------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------- |
| (0.17795703846154) | (Mzm 101:1) |
(sh: Tekad seorang pemimpin (Sabtu, 15 Oktober 2005)) Tekad seorang pemimpinTekad seorang pemimpin Dalam pemerintahan kita mengenal istilah sumpah jabatan, yaitu janji yang diikrarkan seseorang sebelum menduduki posisi jabatan tertentu. Tentu saja sumpah jabatan bisa hanya sekadar pemanis bibir dan suara merdu di telinga, tanpa kesungguhan di dalam hati. Mazmur raja ini memuat ikrar seorang raja keturunan Daud untuk menjadi pemimpin yang baik bagi umatnya. Pemazmur mulai dari tekad raja untuk menjadi pribadi yang berintegritas (ayat 1-4). Integritas seseorang berakar dari hubungan pribadinya dengan Tuhan. Oleh karena itu, ukuran kesalehan adalah hidup tidak bercela di hadapan-Nya serta memelihara ketulusan hati. Ini yang disebut integritas hati (ayat 2). Selanjutnya raja bertekad untuk mewujudkan integritas hati ke dalam sikap dan perbuatan yang benar (ayat 3-4). Hal itu dimulai dari rumah tangga kerajaan itu sendiri. Kata rumah di ayat kedua bisa menunjuk kepada keluarga raja atau lebih luas lagi seluruh isi istana. Bahkan bisa juga menunjuk kepada seluruh wilayah kerajaannya (ayat 7). Sikap raja yang peduli terhadap sikap dan perbuatan orang-orang yang tinggal di dekat dan di sekitarnya merupakan sikap yang sangat penting mengingat seringkali korupsi dan berbagai kejahatan muncul dari orang-orang yang dekat dengan kekuasaan. Tekad raja kemudian adalah menegakkan keadilan bagi seluruh rakyatnya (ayat 5-8). Raja akan membasmi kejahatan dari negerinya. Sebaliknya, orang yang hidup benar dan tidak bercacat cela akan dibelanya. Dengan demikian rakyat dituntut loyalitasnya kepada raja mereka melalui sikap dan perbuatan yang benar dan tepat. Setiap Kristen dalam batas tertentu adalah seorang pemimpin. Kita masing-masing dipanggil untuk menjadi pemimpin yang berintegritas tinggi, setia kepada kebenaran dalam sikap dan perbuatan sehingga kita menjadi teladan bagi orang yang kita pimpin. Renungkan: Kepemimpinan yang baik selalu mulai dari memberi diri dipimpin oleh Tuhan. |
| (0.17795703846154) | (Ams 20:17) |
(sh: Harta + hati yang kotor = bom waktu (Jumat, 11 Agustus 2000)) Harta + hati yang kotor = bom waktuHarta + hati yang kotor = bom waktu. Siapa yang tidak ingin kaya? Siapa tidak setuju bahwa menjadi orang kaya itu enak? Seorang pernah berkata bahwa dengan menjadi kaya paling tidak menyelesaikan satu masalah hidup. Yang menjadi masalah adalah jika orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekayaan dalam waktu singkat (23). Kekayaan itu memang akan memberikan kebahagiaan namun bukan untuk waktu yang lama (17). Ironisnya, cepat atau lambat tapi pasti dalam kurun waktu ketika ia masih hidup, kekayaan itu kemudian akan berubah menjadi sesuatu yang mengganggu, menyakitkan, membahayakan, bahkan menghancurkan sang pemilik sehingga orang yang memilikinya nampaknya harus membuangnya jika `giginya' tidak mau hancur berantakan (17). Anda tentunya dapat melihat contohnya di negara kita bukan? Seseorang yang dalam waktu yang tidak lama dapat mengumpulkan kekayaan dalam jumlah yang sangat fantastis, pastilah menggunakan cara-cara yang tidak halal entah secara halus atau terang-terangan. Namun harta itu justru menjadi pintu bagi masuknya kecaman, caci-maki, hujatan, dan kutukan dari orang-orang yang mengenalnya baik tua ataupun muda, miskin ataupun kaya, terhormat atau rakyat jelata (21). Betapa sengsaranya mempunyai kekayaan yang didapat dengan cara menista Allah (23). Kesimpulan dari uraian di atas adalah bahwa harta itu di dalam dirinya sendiri tidak menyediakan kenikmatan yang didambakan manusia. Kenikmatan hanya dapat diperoleh jika manusia yang mempunyai harta itu mempunyai catatan hati yang bersih, hati yang penuh kasih, dan setia (28). Dan Allah menjamin bahwa anak-anak-Nya dapat menjadi orang kaya yang dapat merasakan kenikmatan dan kebahagiaan dari kekayaannya, karena pelita Tuhan ada dalam diri manusia. Pelita inilah yang akan menerangi hatinya, dan menunjukkan jalan yang benar untuk memperoleh harta yang sejati (27). Renungkan: Judul uraian hari ini memang sengaja menggunakan rumusan matematika. Sebab apa yang dipaparkan oleh Amsal kita hari ini bersifat pasti seperti sifat dari ilmu matematika. Banyak contoh di dalam masyarakat kita. Akankah Anda berniat menambahkan jumlah yang sudah banyak itu? |
| (0.17795703846154) | (Pkh 5:7) |
(sh: Persembahan yang merupakan Kejahatan (Kamis, 1 Desember 2016)) Persembahan yang merupakan KejahatanSering kali kita berpikir tentang Allah berdasarkan pengamatan kita tentang gereja atau umat Allah. Umumnya, hampir semua gereja senang jika orang memberikan persembahan. Mungkin sebagian besar kita berpikir bahwa Allah pasti senang dengan semua persembahan, apalagi persembahan yang nilainya fantastis tanpa peduli apakah orang tersebut memberi dengan sikap hati yang benar atau tidak. Pengkhotbah mengatakan: "Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik daripada mempersembahkan kurban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat" (17). Mengapa ketika umat mempersembahkan kurban ia dikatakan berbuat jahat? Bukankah persembahan kurban merupakan sesuatu yang diwajibkan Taurat? Mazmur 51:18-19 memberikan jawaban tegas. Jika umat Allah mempersembahkan kurban, walaupun secara ritual sesuai dengan ketentuan hukum, tetapi tidak dengan hati yang bertobat, maka persembahannya tidak diperkenan Tuhan. Selain itu, Pengkhotbah juga mengajarkan bahwa umat-Nya harus menjaga sikap hati saat menghadap dan menyembah Tuhan. Jangan pernah berpikir bahwa kita dapat menyenangkan hati Tuhan dengan uang, waktu, dan tenaga tanpa disertai hati yang benar, yaitu mengerti bahwa persembahan kita tidak layak untuk Tuhan dan apabila Tuhan mau menerimanya, itu pun adalah anugerah Allah semata. Persembahan yang tidak tulus dianggap Tuhan sebagai tindakan kejahatan terhadap kekudusan-Nya. Berapa banyak persembahan yang kita berikan dianggap Tuhan sebagai kejahatan? Allah bukan manusia yang dapat disuap dengan persembahan mahal. Allah tidak berkenan menerima apa pun yang diberikan seseorang dengan hati yang tidak benar. Mari kita mengerti bahwa jika kita masih diberi kesempatan untuk mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, lakukanlah dengan hati hormat dan takut akan Dia. [IT] |
| (0.17795703846154) | (Mat 14:1) |
(sh: Dihantui rasa bersalah (Sabtu, 5 Februari 2005)) Dihantui rasa bersalahDihantui rasa bersalah. Yesus semakin terkenal, pelayanan-Nya semakin meluas. Berita tentang Yesus sampai ke telinga Herodes Antipas, raja wilayah propinsi Galilea dan Perea. Mendengar laporan tentang Yesus, Herodes segera teringat perbuatan jahatnya yang sudah lampau. Berita tersebut menimbulkan perasaan dan reaksi aneh dalam diri Herodes. Yesus dianggapnya Yohanes pembaptis yang bangkit kembali (ayat 2). Perbuatan-perbuatan dosanya menceraikan istrinya, menikahi ipar sendiri (ayat 3), sampai mem-bunuh Yohanes pembaptis yang menegur dosa-dosanya tersebut, satu per satu bermunculan kembali. Pada awalnya Herodes seolah memiliki hati nurani yang masih bekerja baik. Buktinya ia tidak langsung melenyapkan Yohanes pembaptis ketika dosanya ditegur, yang dilakukannya hanya memenjarakan dia. Akan tetapi, hati nurani yang baik itu tidak sungguh didengarnya. Malah karena plot Herodias melalui Salome, Herodes terpojok di hadapan para bangsawan untuk akhirnya memerintahkan pemenggalan kepala Yohanes pembaptis (ayat 9-10). Kini berita tentang Yesus membuat kesalahan itu terhakimi kembali dalam hati Herodes. Dosa tidak selesai begitu saja dengan berlalunya waktu. Cepat atau lambat kehadiran Yesus akan membongkar dan menghakimi semua dosa tanpa pengecualian. Termasuk semua dosa yang disembunyikan dan dilupakan. Peristiwa ini sekaligus menunjuk kepada fungsi Yesus kelak sebagai Hakim, juga menunjuk kepada fungsi Yesus sebagai Gembala bagi para murid Yohanes yang hidup melayani kebenaran. Selama orang belum mengakui dosa-dosanya di hadapan Yesus dan menerima pembaruan hidup dari-Nya, orang akan tetap hidup dalam bayang-bayang hukuman Allah. Hati nurani yang belum mengalami pengudusan akan terus berfungsi sebagai alat penghakiman Allah yang menunjuk kepada Hari penghakiman akhir kelak. Kulakukan: Akui dosa kepada Yesus. Ia akan menghapuskan kesalahan Anda dan rasa bersalah yang masih menghantui. |
| (0.17795703846154) | (Mat 15:1) |
(sh: Setia kepada firman (Selasa, 8 Februari 2005)) Setia kepada firmanSetia kepada firman. Apakah tidak mencuci tangan sebelum makan merupakan tindakan yang melanggar Hukum Taurat? Ada dua pandangan mengenai hal tersebut. Bagi orang Farisi dan ahli Taurat perbuatan itu sudah melanggar Hukum Taurat (ayat 2), tetapi Tuhan Yesus mengatakan, "Tidak." Ada dua alasan mengapa Tuhan Yesus menyatakan demikian. Pertama, Yesus menegur kemunafikan mereka karena menggantikan Hukum Taurat dengan ajaran tradisi mereka (ayat 3, 6). Mungkin pada mulanya tradisi-tradisi seperti itu dimaksudkan untuk mendorong dan memastikan orang Israel taat sepenuhnya terhadap Hukum Taurat. Misalnya tradisi menjanjikan persembahan uang atau harta yang diberikan ke Bait Allah, mungkin dimaksudkan supaya umat setia beribadah kepada Allah. Praktiknya tradisi ini bahkan mengizinkan seseorang untuk mengabaikan perintah Tuhan yang lebih prinsip yaitu menghormati orang tua. Kedua, sebenarnya makan dengan tangan yang belum dicuci tidak melanggar Hukum Taurat. Inti Hukum Taurat bukan terletak pada peraturan-peraturan jasmani melainkan terletak di hati (ayat 18). Hati yang kudus akan menghasilkan perbuatan kudus, bukan sebaliknya. Oleh karena itu, Yesus mengecam tradisi yang hanya mementingkan tindakan lahiriah, tetapi mengabaikan yang Tuhan inginkan. Betapa mudahnya seseorang jatuh ke dalam dosa kemunafikan. Sepertinya ia saleh dan setia kepada Tuhan dengan menjalankan tata peraturan agamawi, tetapi telah melanggar perintah Tuhan lainnya yang lebih penting untuk dilakukan. Bisa jadi, kita dapat bahkan sering melakukan hal yang serupa ini yaitu memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan untuk kepentingan diri sendiri. Kita juga berperilaku seolah-olah saleh padahal hanya ingin dipuja-puji orang lain. Mungkin orang lain bisa terkecoh oleh sikap itu. Akan tetapi, Tuhan tidak dapat dikelabui sebab Ia melihat hati setiap orang. Camkan: Menumbuhkan firman-Nya dalam hati adalah kunci untuk mencegah dosa kemunafikan. |
| (0.17795703846154) | (Mat 19:13) |
(sh: Motivasi mengikut Yesus (Jumat, 18 Februari 2005)) Motivasi mengikut YesusMotivasi mengikut Yesus. Pada umumnya, orang datang ke gereja dengan kerinduan ingin bertemu Tuhan. Namun, ada juga mereka yang mengikut Tuhan karena kepentingan tertentu. Terdapat tiga motivasi mengikut Yesus yang tampil di nas ini. Pertama, menganggap diri paling layak mengikut Tuhan, yang diwakili oleh sikap para murid Yesus. Mereka menganggap diri sebagai pengikut-Nya yang paling baik, paling tinggi rohaninya, paling berkuasa, sampai-sampai merasa berhak menentukan siapa yang boleh mendekati Yesus (ayat 13-15). Kedua, menganggap diri paling baik. Ini diwakili oleh seorang muda yang kaya. Pemuda ini merasa dirinya telah menjalankan semua perintah Allah dan mengikuti tata peraturan agama (ayat 16, 18, 20). Oleh karena itu, ia ini yakin bahwa dia pasti masuk surga. Pertanyaannya kepada Yesus bukan lahir dari ketulusan melainkan pameran kebaikan di hadapan orang lain. Ketiga, merasa paling banyak berkorban, diwakili Petrus. Bukankah harga sudah dibayar, tentu hasil melimpah harus diraup dan dinikmati (ayat 27). Terhadap motivasi keliru ini Yesus menjawab tegas bahwa Dia melihat hati! Dia mengetahui siapa yang tulus hati seperti anak kecil sehingga beroleh anugerah Kerajaan Surga (ayat 14). Orang yang rendah hati, tidak terikat pada kekayaan adalah orang yang dikaruniai Kerajaan Surga (ayat 21). Sedangkan orang yang telah meninggalkan segala sesuatu untuk mengikut Yesus, akan mendapatkan dirinya diperkaya dengan keluarga besar Allah (ayat 28-29). Sebaliknya mereka yang bertahan dalam motivasi keliru, kehilangan semuanya (ayat 30). Gereja banyak berisikan orang-orang yang bermotivasi keliru dalam mengikut Yesus. Yang dicari bukan kemuliaan Tuhan, tetapi nama, kehormatan, dan keuntungan pribadi. Tuhan mengenal hati setiap anak-Nya. Hanya mereka yang tulus di hadapan-Nya akan menerima kasih karunia menikmati Kerajaan Surga. Yang kulakukan: Menjaga motivasi diri tetap murni mengikut Tuhan. |
| (0.17795703846154) | (Mrk 7:24) |
(sh: Menjadi seperti anak anjing (Jumat, 14 Maret 2003)) Menjadi seperti anak anjingMenjadi seperti anak anjing. Yesus menarik diri dari kerumunan. Ia pergi ke Tirus untuk menyendiri, masuk ke dalam sebuah rumah, dan tak mau diganggu. Sebenarnya dalam waktu-waktu melayani Tuhan, sama seperti Yesus, kita pun perlu mengambil waktu beristirahat. Mengasihi diri sendiri tidak selalu sama dengan egoisme. Jika kita gagal mengasihi diri sendiri, kita pun akan gagal mengasihi orang lain (Mat. 22:39). Orang-orang Yahudi telah berkeras hati menolak Yesus. Maka, para pembaca Markus yang nonyahudi akan tertarik membaca bagian ini. Jelaslah bahwa wanita yang datang kepada Yesus berada di luar sistem Yahudi. Kesohoran Yesus membawanya datang -- kasih seorang ibu kepada anak yang kuat, melawan segala halangan sekalipun. Yesus kelihatannya dengan kasar menolak untuk menerima permintaan sang ibu. Kemungkinan ini disebabkan karena pada waktu itu juga banyak pembuat mukjizat dan banyak orang mencari Yesus bukan untuk mendengarkan pengajaran-Nya dan tunduk kepada otoritas- Nya, melainkan hanya karena ingin disembuhkan. Yesus dengan demikian ingin menguji mengapa sang ibu datang kepada-Nya. Yesus memakai istilah "anjing", suatu penghinaan yang besar di dunia Mediterania pada waktu itu. Wanita Samaria itu bersedia diumpamakan seperti anak anjing yang menerima remah-remah yang jatuh dari meja tuannya -- demi anaknya, dan tentu karena kepercayaannya yang sungguh bahwa Yesus bisa menyembuhkan. Kerendahhatiannya dan kepercayaannya tidak sia-sia. Ia mendapatkan apa yang dipohonkannya dengan amat sangat -- suatu kontras dengan orang-orang Farisi yang bebal dan sombong. Renungkan: Ada tiga hal yang harus orang Kristen pelajari dalam kehidupan ini: [1] kerendahan hati, [2] kerendahan hati, [3] kerendahan hati. |
| (0.17795703846154) | (Luk 8:4) |
(sh: Misteri keselamatan (Minggu, 16 Januari 2000)) Misteri keselamatanMisteri keselamatan. Akhir September 1999, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan peristiwa bentrokan berdarah antara aparat dan mahasiswa. Peristiwa ini terjadi sebagai akibat aksi penolakan mahasiswa dan para simpatisan terhadap undang-undang Pengendalian Keadaan Bahaya (UU-PKB). Aksi penolakan mahasiswa tersebut akhirnya membuat pemerintah menunda pemberlakuan Undang-Undang tersebut. Ada aksi biasanya muncul reaksi. Itu adalah hal yang wajar terjadi di tengah masyarakat. Bisa reaksi positif atau negatif. Dalam perjalanan misi Yesus memberitakan rencana keselamatan manusia ternyata juga menimbulkan dua respons yang berbeda, ada yang menerima dan ada yang menolak. Bagi mereka yang menerima pengajaran-Nya dan terbuka terhadap kebenaran-nya, akan dipimpin-Nya kepada pengertian dan respons yang benar. Dan bagi mereka yang menolak pengajaran-Nya, Yesus tidak menunjukkan sikap arogan (angkuh) menanggapi penolakan itu. Sebaliknya, Yesus menyampaikan pengajaran kepada mereka dalam bentuk terselubung, jika mereka tidak berusaha memahaminya, mereka tidak akan belajar dan tidak akan mengerti arti dari setiap kata dalam pengajaran-Nya. Kali ini, Yesus menggambarkan tentang respons manusia tersebut melalui perumpamaan benih. Perumpamaan ini memaparkan sikap dan kondisi hati manusia terhadap firman Tuhan yang ditaburkan. Dalam hati beberapa orang benih itu mungkin tidak pernah mendapat kesempatan untuk bertumbuh atau pertumbuhannya terhalang, karena jatuh di tanah yang tidak baik. Bagi hati orang yang menyambut dan menaati firman Tuhan dengan benar, benih itu yang jatuh di tanah yang baik, selanjutnya menghasilkan pertobatan yaitu perubahan sikap dalam bertingkah laku; mampu bertindak adil dan benar dalam hubungan sosial, dan merindukan perluasan pemberitaan Injil. Renungkan: Seringkali kita sulit mengerti mengapa ada orang yang begitu mengeraskan hati, walaupun telah berkali-kali mendengarkan berita Injil. Tampaknya tak sedikit pun pintu hatinya terbuka. Sebaliknya ada yang mendengarkan hanya sekali, segera bertobat. Semuanya ini di luar kemampuan kita untuk mengerti. Inilah misteri keselamatan. Namun satu hal yang harus kita lakukan, tetaplah beritakan Injil. |
| (0.17795703846154) | (Kis 17:16) |
(sh: Hati-hati dengan dialog antar agama (Senin, 19 Juni 2000)) Hati-hati dengan dialog antar agamaHati-hati dengan dialog antar agama. Dialog antar umat beragama semakin marak di Indonesia, karena karakter masyarakat Indonesia yang sedemikian pluralis, suasana keterbukaan yang begitu semarak, dan HAM yang mulai dihargai oleh masyarakat kita. Dialog ini memang efektif untuk mencegah terjadinya gesekan-gesekan antar umat beragama. Sehingga diharapkan terciptanya suasana aman, tenteram, dan kondusif (mendukung). Namun Kristen harus tetap memandang bahwa dialog hanyalah salah satu metode pendekatan untuk menciptakan suasana yang kondusif bagi penyampaian berita keselamatan. Paulus, ketika berada di tengah-tengah masyarakat yang begitu pluralis (kota Atena), juga mengadakan dialog dengan penduduk setempat yang menganut berbagai agama (17-20). Paulus berhasil menciptakan suasana yang kondusif sehingga orang-orang Atena yang haus akan pengajaran dan senang berdialog (21), menjadi terbuka terhadap apa yang Paulus beritakan (19-20). Paulus berhasil membuktikan metode dialog yang efektif (34). Apa kuncinya untuk sukses berdialog? Selain kekuatan Roh yang menyertai dia, ada kekuatan-kekuatan lain yang dimiliki oleh Paulus. Pertama, Paulus memiliki pemahaman Injil yang utuh, mengungkapkan siapakah Allah dengan segala kepenuhan-Nya. Ia menjabarkan bahwa seluruh alam semesta dan sejarah manusia berpusat kepada Allah (26-28). Ia juga menyatakan bahwa seluruh umat manusia sudah mengenal semua itu melalui alam dan wahyu umum (28). Kemudian Paulus menyatakan siapakah Yesus (31). Injil yang disampaikan bukan kacangan karena di dalamnya terkandung berbagai perspektif yang terintergrasi: Yesus yang dintergrasikan dengan doktrin Allah, salib diintegrasikan dengan ciptaan, dan keselamatan dengan penghakiman. Kedua, Paulus memiliki kekuatan dan kedalaman motivasi. Ini bermula dari perhatian dan kepedulian terhadap masyarakat sekitar (16) yang memukul perasaan dan emosinya (16). Paulus mempunyai kecemburuan Ilahi dan rindu nama-Nya selalu dikuduskan. Baru kemudian ia berdialog (17). Renungkan: Apakah aku mempunyai pemahaman Injil seperti Paulus? Apakah aku terprovokasi ketika melihat rumah-rumah ibadah agama-agama lain? Bila jawabannya 'ya', Anda siap untuk berdialog. Bila jawabannya 'tidak', Anda siap untuk masuk pelatihan Allah. |
| (0.17795703846154) | (Kis 18:24) |
(sh: Terus belajar (Jumat, 3 Juni 2005)) Terus belajarTerus belajar
Jarang kita jumpai pemimpin seperti Apolos. Ia seorang terpelajar akan agama Yahudi dari Aleksandria. Waktu itu, kota Aleksandria merupakan pusat agama Yahudi di Mesir. Apolos menguasai Perjanjian Lama dengan baik dan ia pandai mengajar (ayat 24). Setelah menjadi Kristen, ia dengan bersemangat mengabarkan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat 25). Ia seorang pemimpin yang cemerlang. Namun, Apolos juga rendah hati. Ia bersedia diajar oleh Priskila dan Akwila, pemimpin umat di Efesus, supaya semakin mengenal kebenaran. Bukan hanya bersedia diajar, ia juga bersedia diutus untuk praktik pelayanan di Akhaya (Korintus) bagaikan mahasiswa teologi yang sedang PKL (ayat 26-27). Kesediaannya untuk diajar menghasilkan sukacita umat Tuhan. Hal ini terbukti dengan kehadirannya yang menjadi berkat bagi jemaat Korintus. Dengan bekal pengajaran yang benar dan dengan penuh semangat Apolos mengajar dan memberitakan Injil kepada orang-orang Yahudi (ayat 28). Sikap rendah hati dan mau belajar adalah kunci pertumbuhan rohani anak Tuhan agar dapat dipakai-Nya memberitakan kebenaran. Gereja harus menyediakan wadah atau memberi kesempatan bagi para hamba Tuhan untuk belajar memperlengkapi dan meningkatkan diri agar pelayanan mereka efektif. Setiap hamba Tuhan juga harus selalu memelihara kerinduan bersedia dibina dan diajar agar pelayanannya mampu menjawab kebutuhan umat di dunia modern ini. Renungkan: Pengajar kebenaran yang efektif adalah murid Kristus yang tidak berhenti belajar pada-Nya. |
| (0.17795703846154) | (1Yoh 3:19) |
(sh: Keberanian berdoa di hadapan Allah (Sabtu, 6 Desember 2003)) Keberanian berdoa di hadapan AllahKeberanian berdoa di hadapan Allah. Yohanes telah menegaskan bahwa orang percaya tidak berbuat dosa. Tanda yang tampak dari anak-anak Allah adalah kasih yang mereka lakukan. Namun, pada kenyataannya anak-anak Allah masih sering berbuat dosa. Misalnya, tidak mengasihi saudara seiman dan manusia lainnya seperti Kristus mengasihi manusia. Jika demikian apakah masih layak disebut anak-anak Allah? Yohanes menasihatkan untuk tidak mendengar suara hati. Allah lebih mengenal kita dari pada kita mengenal diri sendiri (ayat 20). Oleh karena itu sepatutnyalah kita menyerahkan segalanya bukan kepada penilaian hati melainkan pada belas kasihan Allah. Allah yang menilai bukan suara hati. Betapapun kuat dan hebatnya suara hati menuduh, kita dapat menghampiri Allah yang penuh belas kasihan dan pengampunan. Inilah dasar keberanian kita untuk menghampiri Allah dan memohon pada-Nya (ayat 21). Di samping itu, kita harus menuruti segala perintah-Nya dan melakukan yang berkenan pada-Nya (ayat 22). Ini merupakan bukti bahwa kita memiliki relasi dengan Allah yaitu relasi yang dilandasi dan diwarnai dengan dan oleh kasih (ayat 23). Tetapi perlu kita sadari bahwa kasih hanya muncul jika atau karena percaya pada Yesus. Jadi, hanya yang percaya pada Yesus Kristus dan yang mengasihi sesama sajalah yang disebut orang Kristen. Kasih adalah bukti kelihatan bahwa seseorang percaya pada Yesus. Ada satu hal lagi yang dikatakan Yohanes yaitu bahwa Allah telah mengaruniakan Roh Kudus kepada kita (ayat 24). Roh yang diberikan pada kita merupakan jaminan kuat bahwa kita adalah anak-anak Allah. Jadi Yohanes mendorong orang percaya untuk memperdalam relasi dengan Allah sehingga memiliki keberanian yang semakin kuat untuk menghampiri dan meminta apa saja pada Allah dalam doa. Renungkan: Relasi mendalam dan intim dengan Allah membuahkan doa yang berani meminta apa saja kepada-Nya. |


