Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 6421 - 6440 dari 6683 ayat untuk akan (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.10150676666667) (Luk 14:15) (sh: Paradoks keselamatan dan paradoks manusia (Kamis, 30 Maret 2000))
Paradoks keselamatan dan paradoks manusia

Paradoks keselamatan dan paradoks manusia. Di dalam pengajaran Kristen, keselamatan juga diistilahkan sebagai "Perjamuan Dalam Kerajaan Allah" (ayat 15-24). Orang yang diundang dalam Perjamuan itu memang patut disebut berbahagia karena mereka diundang bukan berdasarkan perbuatan baik, atau penyangkalan diri, atau pun ketaatan mereka dalam menjalankan ajaran agama. Dengan kata lain Perjamuan itu gratis.

Walaupun gratis, ini tidak berarti bahwa keselamatan itu murah. Justru sebaliknya karena keselamatan itu sedemikian berharga, sehingga setiap orang yang menerimanya harus rela melepaskan/mengalami kehilangan segala sesuatu. Menerima keselamatan di dalam Yesus mungkin akan membawa konsekuensi negatif terhadap kariernya, kehidupan sosialnya, atau kehidupan keluarga, bahkan nyawanya. Setiap Kristen harus siap untuk memberikan tempat kedua setelah Kristus bagi segala sesuatu atau bahkan kehilangan yang paling berharga (ayat 25-26). Di samping itu ia pun harus siap menderita seperti Kristus dan disita segala hak dan miliknya kecuali "Anugerah di dalam Kristus" (ayat 27). Setiap orang yang mau mengikut Kristus harus menghitung-hitung dan mempersiapkan diri (ayat 25-35). Karena itulah walaupun keselamatan itu gratis namun ada kondisi yang tidak terelakkan yang harus dijalani bagi setiap pengikut-Nya. Inilah paradoks keselamatan.

Yesus mengungkapkan perumpamaan yang menggambarkan bagaimana orang yang diundang ke dalam Perjamuan itu menolak untuk datang dengan berbagai alasan (ayat 15-24). Ternyata kesempatan untuk menghadiri Perjamuan itu bisa dipandang sebagai suatu kebahagiaan dan hak istimewa atau sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Bagaimanakah kita menggambarkan mereka yang menolak undangan? Mereka adalah yang menikmati anugerah Allah berupa ladang, lembu, dan perkawinan, namun memandang Pemberi Anugerah sebagai sesuatu yang membosankan. Mereka mengakui bahwa hidup di dunia bukan segala-galanya namun mereka mencari kepuasan di dalamnya. Mereka secara sengaja menolak keselamatan itu. Itulah paradoks manusia.

Renungkan: Supaya mendapatkan anugerah-Nya berupa kehidupan kekal, manusia harus segera ke luar dari paradoksnya dan masuk ke dalam paradoks keselamatan. Tidak ada pilihan lain.

(0.10150676666667) (Luk 15:1) (sh: Judul: Baca Gali Alkitab 1 (Rabu, 4 Maret 2015))
Judul: Baca Gali Alkitab 1
Apa saja yang Anda baca?

1. Siapakah para pendengar Yesus? Bagaimana tanggapan orang Farisi dan ahli Taurat melihat hal itu? (1-2)

2. Apa alasan pemilik domba serta perempuan pemilik dirham saat mengundang sahabat dan tetangganya? (4-6, 8-9)

3. Menurut Yesus, perumpamaan tersebut merupakan gambaran atas peristiwa apa (7, 10)?

4. Di tempat jauh, si anak bungsu mengalami titik balik sehingga ingin kembali kepada ayahnya. Apa yang ia sadari? Dengan sikap bagaimana ia mendekati ayahnya? (15-19, 21)

5. Bagaimana sikap si ayah ketika menerima kepulangan anak bungsunya? (20, 22-24)

6. Bagaimana sikap si sulung ketika tahu bahwa ayahnya berpesta bagi si bungsu? Bagaimana tanggapan si ayah? (26-32)

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Apa yang diajarkan perumpamaan anak bungsu mengenai dosa, pertobatan, dan kasih Allah?

2. Bagaimana ketiga perumpamaan ini menjawab keberatan orang Farisi di ayat 2? Apa yang ingin Yesus ajarkan kepada orang Farisi di ayat 25-31?

Apa respons Anda?

1. Jika membandingkan perjalanan iman Anda dengan si anak bungsu, dimanakah Anda sekarang? Di rumah, di negeri jauh, baru sadar, dalam perjalanan kembali, atau sedang berpesta?

2. Pernahkah Anda seperti si sulung, merasa kecewa atas kasih Allah kepada orang yang Anda rasa tidak layak? Mengapa?

3. Apakah Anda pernah mengalami kasih Allah seperti kasih bapak kepada si anak bungsu dalam kisah ini?

Pokok Doa:

Agar orang-orang yang belum percaya kepada Yesus menerima kasih karunia Allah dan diselamatkan.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2015/03/04/

(0.10150676666667) (Luk 18:18) (sh: Sombong vs rendah hati (Selasa, 16 Maret 2004))
Sombong vs rendah hati

Sombong vs rendah hati. Orang yang sombong biasanya mengukur kesuksesan diri sendiri dengan ukuran yang dipakai oleh dunia ini. Misalnya, dia merasa bahwa dirinya sukses di dunia ini karena memiliki kekayaan, atau kuasa, atau kepintaran yang melebihi rekan sekerjanya, atau orang lain. Tidak jarang orang sombong berusaha menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan pengakuan akan kesuksesannya.

Jelas pemimpin yang datang kepada Yesus merasa bahwa dirinya sudah memenuhi syarat untuk dikatakan sebagai orang yang taat kepada hukum Taurat sehingga ia berani mengajukan pertanyaan: "apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal" (ayat 18). Ia siap untuk merespons jawaban Yesus dengan mengatakan: "Saya sudah melakukan semuanya" (ayat 21). Cara mengajukan pertanyaan pun sudah memperlihatkan sikap menjilatnya. Ia menyebut Yesus sebagai guru yang baik.

Yesus segera menjawab dengan menegur sikap menjilatnya itu. Yesus terus menekan orang tersebut dengan membongkar dasar kesombongannya, yaitu kekayaannya. Ia harus meninggalkan semuanya itu supaya benar-benar dapat mengikut Tuhan, dan dengan demikian dapat masuk ke Kerajaan Allah (ayat 22). Ternyata orang itu tidak siap untuk menanggalkan kekayaannya.

Para murid bersikap sebaliknya. Mereka sudah meninggalkan semua ikatan dunia ini supaya dapat mengikut Yesus. Mereka telah merendahkan hati untuk menyadari bahwa semua prestise dunia tidak dapat membawa mereka kepada Allah. Oleh karena mereka tidak menyandarkan diri kepada sukses ala dunia ini, maka mereka justru dianugerahkan segala sesuatu yang mereka telah tinggalkan (ayat 30). Merekalah yang dapat disebut orang-orang sukses.

Renungkan: Allah siap menganugerahkan segala hal kepada orang yang rendah hati. Kesombongan membawa kepada kejatuhan, kerendahan hati kepada kesuksesan.

(0.10150676666667) (Luk 19:1) (sh: Pertobatan yang sejati (Kamis, 18 Maret 2004))
Pertobatan yang sejati

Pertobatan yang sejati. Jika dalam kasus orang Yerikho yang buta lalu oleh dorongan Roh Kudus orang tersebut berinisiatif menyapa Yesus lebih dahulu, dalam perikop kali ini Yesuslah yang berinisiatif memanggil orang berdosa untuk menyadari keberdosaannya dan bertobat. Inilah yang terjadi pada diri Zakheus.

Namun, melihat respons Zakheus, dapat dipastikan bahwa Roh Kudus sudah bekerja lebih dahulu pada diri Zakheus. Itu sebabnya, ketika Yesus memanggil Zakheus dan menyatakan keharusan dan keinginan-Nya menumpang di rumahnya, Zakheus segera menerima dengan sukacita (ayat 6). Bahkan, Zakheus segera menyatakan tekadnya untuk memperbaiki apa yang salah yang telah diperbuatnya, khususnya dalam kaitan dengan pekerjaan cukainya (ayat 8). Inikah yang disebut pertobatan sejati?

Melalui responsnya terhadap tawaran Yesus, dapat dikatakan bahwa Zakheus sedang mengalami pertobatan sejati. Ia menyadari bahwa perbuatannya baik dengan mencurangi orang-orang yang berhutang pajak pada kerajaan Romawi dengan cara memeras mereka untuk membayar pajak lebih banyak daripada jumlah yang seharusnya, maupun dengan tidak mempedulikan orang-orang miskin adalah dosa. Ia sadar akan status dan kondisi hidupnya sebagai orang berdosa. Namun, ia segera mengambil keputusan yang bukan hanya slogan iman belaka melainkan perbuatan nyata sebagai bayar harga atas semua kerugian yang telah diderita orang lain oleh perbuatan dosanya.

Yesus pun tidak segan-segan memuji Zakheus sebagai 'anak Abraham' (ayat 9). Bagi Yesus, respons Zakheus membuktikan bahwa ia beriman, sehingga layak digolongkan sebagai anak Abraham (Bapa kaum beriman).

Renungkan: Pertobatan sejati adalah respons positif iman terhadap anugerah keselamatan Allah di dalam Yesus! Dapatkah Anda menunjukkan bukti pertobatan sejati Anda?

(0.10150676666667) (Luk 20:9) (sh: Memberontak melawan Sang Pemilik (Selasa, 23 Maret 2004))
Memberontak melawan Sang Pemilik

Memberontak melawan Sang Pemilik. Bagi telinga para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, perumpamaan Yesus ini mudah ditebak ke mana arah tujuannya. Perumpamaan kebun anggur ini menegaskan bahwa yang empunya hak, kuasa dan sebagai Pemilik adalah Tuhan Allah. Namun, para penggarap itu bertindak seolah-olah merekalah si pemilik kebun anggur itu. Itu sebabnya mereka menganiaya para hamba yaitu para nabi yang diutus Pemilik yang sah (ayat 11-12). Hingga pada akhirnya Sang Pemilik berinisiatif untuk mengutus Anak-Nya sendiri dengan harapan para penggarap itu menghormati Dia sebagai Pewaris. Tetapi para penggarap tetap merencanakan pembunuhan terhadap Sang Anak, ahli waris yang berhak atas pemilikan itu (ayat 13-16). Sesungguhnya melalui perumpamaan kebun anggur ini, Yesus sedang menubuat-kan kepada mereka peristiwa penyaliban-Nya sendiri (ayat 14-15).

Lukas menegaskan sikap penolakan dan ketidakpercayaan para imam, ahli Taurat dan para tua-tua Yahudi, melalui kutipan Yesus dari Mazmur 118:22, yang menunjukkan pemberontakan dan penolakan para penggarap yang jahat ini. Para pemimpin agama menolak Yesus, tetapi kelak Yesus yang menetapkan nasib mereka. Yesus dinubuatkan sebagai "Batu Penjuru" (ayat 17-18). Hal itu berarti bahwa kelak para penggarap yang bertindak sebagai "pemilik dan penguasa" akan dihakimi dan dihukum. Para pemimpin agama Yahudi merencanakan pembunuhan terhadap Yesus, tapi itu bukan rencana Allah Sang Pemilik. Rencana jahat itu sesungguhnya adalah sikap memberontak melawan Sang Pemilik (ayat 19).

Tujuan dari perumpamaan ini adalah supaya para pemimpin agama menyadari bahwa mereka hanya dipercayakan untuk mengelola umat Tuhan (kebun anggur), dan bukan pemiliknya.

Renungkan: Setiap pemimpin gereja harus sadar bahwa dirinya hanyalah pengelola umat Tuhan termasuk mengelola aktivitas gerejani umat bukan pemiliknya.

(0.10150676666667) (Luk 22:24) (sh: Melayani (Rabu, 13 April 2011))
Melayani

Judul: Melayani
Kami siap melayani Anda" begitulah janji sebuah perusahan penyedia jasa layanan perjalanan melalui iklannya. Iklan tersebut merupakan sedikit dari banyak iklan yang berbicara mengenai pelayanan yang dijanjikan. Bukan hanya di dunia bisnis, model kepemimpinan yang melayani juga menjadi salah satu tren dalam dunia kepemimpinan modern.

Padahal jauh sebelum itu, model kepemimpinan yang melayani sudah diajarkan oleh Yesus kepada para murid-Nya (26). Hal ini terlihat dengan jelas ketika Yesus menanggapi perdebatan di antara para murid mengenai siapakah yang paling hebat di antara mereka (24). Sungguh memprihatinkan! Di tengah situasi menjelang perpisahan dengan Tuhan Yesus karena peristiwa salib yang akan terjadi, para murid justru memperdebatkan hal yang tidak pantas. Bukan hak mereka mempersoalkan siapa yang terbesar dan layak menjadi pemimpin di antara mereka.Kristus telah memberikan teladan kepada mereka dengan memposisikan diri sebagai pelayan (27). Dialah yang memiliki otoritas dan hak untuk itu (29).

Dalam kehidupan pelayanan, terkadang kita tergoda untuk membandingkan diri dengan orang lain dalam masalah keberhasilan melayani. Atau kita lebih suka memilih pelayanan dengan hierarki yang tinggi agar dapat menyuruh dan bukan disuruh. Atau kita lebih mengerjakan hal-hal besar, yang bakal dikagumi orang dibandingkan mengerjakan hal-hal yang dianggap remeh. Padahal justru di situlah letak kegagalan kita, seperti yang diingatkan Yesus kepada Petrus (31). Tuhan Yesus mengingatkan para murid bahwa saat krisis menimpa mereka, adalah penting memperlengkapi diri dengan senjata rohani (36-37). Sayang sekali para murid memahaminya sebagai senjata jasmani (38). Semua itu terjadi karena mereka terjebak pada model kepemimpinan duniawi.

Sebagai pengikut Kristus, mari kita mengevaluasi diri. Adakah kita menerapkan prinsip pelayanan yang meneladani Tuhan Yesus, atau terjebak pandangan modern yang mengutamakan hak dan kuasa? Kiranya kita meneladani Kristus, memimpin melalui melayani.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/04/13/

(0.10150676666667) (Luk 23:13) (sh: Pengadilan rakyat (Kamis, 8 April 2004))
Pengadilan rakyat

Pengadilan rakyat. Pilatus menyadari bahwa Yesus berasal dari Galilea. Kebetulan pada saat itu Herodes sedang berada di Yerusalem (ayat 7). Pilatus mengirim Yesus kepada Herodes. Ini tindakan untuk lepas tangan. Namun tindakan ini sekaligus juga mendamaikan permusuhan Pilatus dan Herodes (ayat 12). Setelah diperiksa, Herodes mengirimkan Yesus kembali kepada Pilatus karena tidak ada bukti yang dapat menghukum Yesus (ayat 14-15).

Di hadapan massa Pilatus memutuskan untuk mencambuk Yesus dan kemudian melepaskan-Nya (ayat 16). Ia berharap tindakan demikian akan memuaskan hati pemimpin agama Yahudi dan rakyat, dan simpati mereka kepada Pilatus tidak luntur. Namun, massa kembali bereaksi ketika Pilatus menyatakan bahwa sama sekali tidak ada alasan untuk menghukum Yesus. Massa menyadari bahwa Pilatus hendak melepaskan Yesus. Suasana menjadi tidak terkendali (ayat 18). Massa memutuskan untuk menempuh jalur di luar hukum. Tindakan massa ini tidak membuat Pilatus mengubah paradigmanya bahwa Yesus tidak bersalah (ayat 20). Kembali massa berteriak menolak tawaran Pilatus (ayat 21). Untuk ketiga kalinya Pilatus menyatakan bahwa tidak ada dasar hukum untuk mengadili dan menghukum Yesus (ayat 22), tetapi tetap mendapatkan respons yang sama (ayat 23). Kali ini mereka lebih keras berteriak mendesak Pilatus. Akhirnya Pilatus menyerah. Pilatus menyerah kepada teriakan bukan kepada aturan hukum. Apa teriakan mereka? Salibkan Yesus dan bebaskan Barabas! Siapa Barabas? Lukas menjelaskan bahwa Barabas adalah seorang pembunuh. Atas dasar teriakan massa Barabas sang pembunuh dilepaskan sementara Yesus sang Sumber Hidup dibunuh. Hukum dan keadilan tidak berlaku. Teriakan massa menjadi hukum (ayat 25). Inilah pengadilan rakyat. Tidak ada hukum. Yang ada hanya teriakan.

Renungkan: Jalan yang kelihatannya tidak adil dan merupakan kekalahan bagi manusia ternyata merupakan jalan kemenangan bagi Allah.

(0.10150676666667) (Luk 23:33) (sh: Kematian Kristus dan kebutuhan manusia (Jumat, 21 April 2000))
Kematian Kristus dan kebutuhan manusia

Kematian Kristus dan kebutuhan manusia. Kematian Yesus bukanlah kematian yang sia-sia, yang dicari-cari atau pun konyol. Sebaliknya kematian-Nya memberikan makna dan tujuan baru bagi kehidupan manusia. Kematian-Nya pun mengungkapkan betapa berharganya jiwa manusia di mata-Nya.

Ketika tergantung di kayu salib, para pemimpin Yahudi dan prajurit mengolok-olok ketidakmampuan-Nya menyelamatkan diri-Nya sendiri (ayat 35-37). Tindakan mereka itu hanya terpusat kepada keselamatan fisik. Yesus memang telah membuktikan bahwa Ia mampu membebaskan rakyat Yahudi dari berbagai masalah sosial seperti penyakit dan pangan. Namun mengapa sekarang Ia tidak berdaya dan tergantung di kayu salib? Jika demikian Ia bukanlah Mesias yang dinanti-nantikan.

Yesus menegaskan bahwa tujuan-Nya datang ke dunia dan mati di kayu salib bukan untuk keselamatan manusia secara fisik. Kematian-Nya merupakan penggenapan Paskah yang selalu diperingati dan dirayakan bangsa Israel. Paskah pertama memang merupakan pembebasan bangsa Israel dari kekuatan Firaun. Namun sebetulnya peristiwa Paskah itu terdiri dari 2 tahapan. Sebelum mereka keluar dari negeri perhambaan, mereka telah dibebaskan atau diselamatkan terlebih dahulu dari murka Allah dengan darah anak domba. Kematian Kristus telah membebaskan umat manusia yang berdosa dari murka Allah (ayat 43). Kematian Kristus juga mendamaikan manusia dengan Allah yang ditandai dengan terbelahnya tabir Bait Allah (ayat 45). Semua itu tidak akan tercapai jika Kristus tidak datang ke dalam dunia dan mati.

Renungkan: Kematian Yesus adalah karya-Nya yang terbaik buat manusia yang terburuk, agar mereka menerima anugerah yang terbesar yaitu keselamatan kekal. Kristen harus melakukan karya terbaik dan termulia bagi Allah, sebagai ungkapan terima kasih yang terbesar.

Bacaan untuk Jumat Agung: Yesaya 52:13-53 Ibrani 4:14-16; 5:7-9 Yohanes 19:17-30 Mazmur 22:1-18

Lagu: Kidung Jemaat 430

(0.10150676666667) (Luk 24:13) (sh: Jangan hanya jadi pengamat dan reporter (Senin, 24 April 2000))
Jangan hanya jadi pengamat dan reporter

Jangan hanya jadi pengamat dan reporter. Di Indonesia sekarang ini banyak muncul pengamat-pengamat baik politik, ekonomi, dan reporter mediamasa. Para pengamat bukanlah orang sembarangan, mereka mempunyai kemampuan untuk menguraikan dan menganalisa permasalahan secara tajam. Para reporter pun tidak kalah hebatnya, sebab mampu untuk memburu sumber berita yang otentik untuk disajikan kepada masyarakat secara lengkap dan menarik. Pada umumnya mereka itu kebanyakan adalah penonton yang berada di luar gelanggang. Mereka tidak ikut merasakan yang mereka analisa dan laporkan, dan hidup mereka juga tidak terpengaruh.

Inilah gambaran dari dua orang murid Yesus yang menuju ke Emaus. Mereka membicarakan dan menganalisa seluruh peristiwa yang berhubungan dengan Yesus hingga kebangkitan-Nya. Waktu yang dipergu-nakan untuk diskusi ini cukup panjang mengingat jarak Emaus ke Yerusalem adalah 7 mil dan ditempuh dengan berjalan kaki. Bahkan mereka bisa melaporkan peristiwa kebangkitan Kristus secara lengkap kepada "Yesus" yang tidak mereka kenali. Namun apa yang mereka bicarakan, diskusikan dan laporkan ternyata tidak mempunyai makna apa-apa bagi kehidupan mereka. Mereka masih berduka (ayat 17). Seolah-olah mereka hanya sebagai penonton (ayat 17). Mengapa demikian?

Mereka mempunyai pengharapan yang salah terhadap misi Yesus (ayat 21). Mereka hanya terpusat kepada kebutuhan fisik. Mereka tidak memahami sifat dari 'peperangan' yang sedang dimasuki oleh Kristus. Karena itu apa yang Yesus alami merupakan kehancuran dari pengharapan mereka. Mereka pun tidak mempunyai pemahaman yang menyeluruh atas kebenaran firman Tuhan yang tertulis (ayat 27). Pemahaman mereka hanya sepotong-sepotong. Sesungguhnya jika mereka mempunyai pemahaman firman Tuhan tertulis secara benar dan menyeluruh, maka apa yang mereka analisa dan laporkan sudah cukup membawa mereka pada pemahaman siapakah Yesus. Dengan demikian apa yang Ia alami akan memberikan dampak positif bagi kehidupan mereka.

Renungkan: Sudah berapa kali Anda memperingati hari Kebangkitan-Nya? Apakah selama ini Anda hanya cakap sebagai pengamat dan reporter ataukah kebangkitan-Nya membawa pengharapan bagi kehidupan Anda?

(0.10150676666667) (Luk 24:36) (sh: Tugas pengikut Yesus (Selasa, 13 April 2004))
Tugas pengikut Yesus

Tugas pengikut Yesus. Ketika murid-murid sedang mendiskusikan berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka (ayat 36). Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Yesus yang telah bangkit berada di depan mereka. Yesus pun menegaskan bahwa diri-Nya bukan hantu (ayat 39). Untuk membuktikannya Yesus meminta makanan dan memakannya (ayat 43). Yesus kemudian membimbing mereka ke dalam Kitab Suci dan mendorong mereka untuk membaca Kitab Suci dari sudut pandang Yesus karena Yesus adalah kunci untuk membuka kesaksian kitab suci.

Namun ada satu kesaksian Kitab Suci yang belum lagi digenapi secara penuh yakni bahwa berita pengampunan dosa telah berlaku bagi segala suku bangsa (ayat 47). Untuk menjadikan berita ini digenapi, para murid diberi tugas untuk melakukannya (ayat 48). Berita kebangkitan Yesus bukan berita yang harus dirahasiakan atau disembunyikan melainkan haruslah disaksikan ke seluruh suku bangsa. Kebangkitan Yesus tidak hanya mensahkan fakta bahwa pengampunan dosa berlaku bagi semua suku bangsa, tetapi juga mengarahkan umat percaya pada pertobatan.

Dosa tidak lagi menjadi penghalang persekutuan manusia dan Allah. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa utang dosa telah dibayar lunas oleh Yesus. Inilah tugas semua murid Yesus. Namun Yesus tidak hanya sekadar memberi tugas. Kepada saksi-saksi itu diberi-Nya kuasa Roh Kudus. Murid-murid harus menunggu di Yerusalem untuk menantikan datangnya Roh Kudus. Yesus akan mengutus Roh Kudus kepada murid-murid (ayat 49). Pencurahan Roh Kudus digenapi dalam Kisah Para Rasul 2. Dengan taat murid-murid menanti di Yerusalem datangnya Roh Kudus, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus (ayat 52).

Renungkan: Kebangkitan Yesus membawa pengharapan dan sukacita di hati orang percaya untuk pergi dengan kuasa Roh memberitakan kabar baik itu kepada orang lain.

(0.10150676666667) (Yoh 1:35) (sh: Maju tak gentar, menyaksikan yang benar (Kamis, 27 Desember 2001))
Maju tak gentar, menyaksikan yang benar

Maju tak gentar, menyaksikan yang benar. Pada kesaksian sebelumnya, tidak ada yang menerima pemberitaan Yohanes. Apakah ia mundur dari tugas kesaksian? Tidak! Pada hari berikutnya, Yohanes kembali bersaksi (ayat 35-36). Ia mengulangi kesaksian yang sama, yakni Yesus adalah Anak Domba Allah. Yohanes terus bersaksi meski pada kesaksian-kesaksian sebelumnya tidak dijelaskan apakah ada yang percaya. Ternyata hasil bukanlah tujuannya. Meski tanpa hasil, Yohanes terus bersaksi. Ia tidak patah semangat atau putus asa. Tujuan hidupnya jelas. Ia adalah saksi bagi Kristus. Kesadaran inilah yang membuatnya tidak lekas patah semangat atau putus asa. Meskipun tidak ada yang percaya, Yohanes tetap merasa tidak perlu mengganti isi kesaksian yang berpusat pada Kristus.

Apakah di kemudian waktu ada yang menerima kesaksiannya? Setelah mengulang kesaksian, barulah kelihatan ada murid-murid Yohanes yang mulai tertarik. Dua orang muridnya segera meninggalkannya dan mengikuti Yesus. Yohanes tidak berkecil hati atau protes saat ia kehilangan murid-murid. Pertemuan murid-murid Yohanes dengan Yesus mengakibatkan mereka menjadi percaya bahwa Yesus adalah Mesias. Mereka yang percaya ini segera bersaksi dan Andreas membawa Petrus ke Yesus (ayat 41). Yesus menyatakan pada Petrus bahwa Ia mengenal masa lalu dan masa depan Petrus (ayat 42). Rantai kesaksian tidak terputus. Filipus yang bertemu Yesus segera bersaksi kepada Natanael (ayat 45) dan juga mengajaknya bertemu Yesus (ayat 47). Kepada Natanael, Yesus mengungkapkan kemahatahuan-Nya (ayat 47-48). Natanael yang bertemu Yesus segera menyembah- Nya (ayat 49). Kepada mereka yang percaya, Yesus menjanjikan bahwa pengenalan mereka akan bertumbuh semakin dalam (ayat 50-51).

Renungkan: Percaya pada Yesus dan menjadi saksi-Nya merupakan mata rantai yang tidak terpisahkan. Percaya pada Yesus seharusnya secara alamiah menghasilkan kesaksian tentang Yesus. Tidak mungkin orang mengatakan percaya pada Yesus, tetapi tidak mau bersaksi tentang Yesus. Berdoalah agar Anda diberikan ketaatan untuk menjadi saksi Kristus!

(0.10150676666667) (Yoh 6:16) (sh: Takut karena tidak percaya (Minggu, 10 Januari 1999))
Takut karena tidak percaya

Takut karena tidak percaya. Baru saja para murid makan bersama orang banyak dalam sukacita Tuhan, sekarang dalam keadaan menunggu Tuhan, mereka melihat sosok yang berjalan di atas air. Reaksi mula-mula adalah takut. Takut karena mereka menduga itu hantu! Mungkinkah mereka belum mengenal kuasa-Nya? Benar, ternyata mereka belum percaya atas keberadaan Tuhan Yesus sebagai Allah yang Mahakuasa, Allah yang mulia, yang diutus oleh Bapa-Nya. Ketidakpercayaan ini membawa mereka pada ketakutan tak terkendali. Meskipun demikian, Tuhan mengambil langkah bijaksana. Ia terus menuntun para murid untuk mengenal-Nya lebih baik hari demi hari.

Berapa lama lagi? Peristiwa Yesus memberi makan kepada lima ribu orang mengundang semangat banyak orang mencari Tuhan Yesus. Sayangnya, motivasi mencari bukan karena percaya atau karena telah mengenal-Nya secara pribadi tetapi untuk sekadar memperoleh keuntungan. Berapa lama lagikah Tuhan Yesus Kristus harus tinggal di bumi pada masa itu sehingga orang banyak dapat mengerti ajaran-Nya?

Luruskan motivasi. Berbagai sikap dan beragam motivasi orang banyak datang kepada Tuhan, masih ditemukan di zaman sekarang. Keragaman itu menimbulkan permasalahan, misalnya sikap dan motivasi bagaimana yang mendasari keinginan setiap orang mencari Yesus? Ada yang beribadah setiap minggu dengan motivasi agar sebutan umat beragama tetap melekat dalam dirinya. Ada yang berharap agar berkelimpahan berkat Tuhan terus-menerus. Lainnya lagi, karena sudah dibaptis, sudah Kristen, dan masih banyak lagi. Motivasi-motivasi tersebut tidak akan menolong Kristen untuk sungguh mengenal siapa Tuhan yang sesungguhnya. Alasan yang benar untuk tetap beribadah karena setiap Kristen harus bertumbuh dalam pengenalan terhadap kuasa, pekerjaan, dan pimpinan-Nya. Setiap hari menjadi lebih baik. Inilah prinsip pertumbuhan rohani Kristen.

Renungkan: Pertumbuhan rohani seorang Kristen tidak ditentukan oleh berapa lama menjadi Kristen, tetapi bagaimana Kristen mengenal Yesus secara pribadi.

(0.10150676666667) (Yoh 7:37) (sh: Respons panggilan (Minggu, 17 Januari 1999))
Respons panggilan

Respons panggilan. Banyak orang mengikut Tuhan Yesus, menikmati mukjizat-Nya dan mendengar ajaran-Nya, namun mereka masih terus bertanya: "Siapakah Dia sebenarnya?" Mereka tidak mau mendengar dan menerima jawaban Tuhan Yesus, karena telah merumuskan jawaban berdasarkan pengertian mereka sendiri. Undangan penuh kasih sayang dari Tuhan Yesus (37) mendapatkan respons dari berbagai kalangan. Respons pertama pertama (40): ada yang mulai meyakini Dia adalah Mesias. Kedua (41a): ada yang berani mengungkapkan keyakinan bahwa Dia adalah Mesias. Ketiga (41b, 42): ada yang masih ragu karena salah menduga tempat kelahirannya di Galilea. Keempat (43): mereka yang berdiskusi dan berdebat tentang Dia. Kelima (44): ada yang berhasrat kuat untuk menangkap Dia, meski tidak berani. Keenam (46): sikap para penjaga Bait Allah yang mengagumi dan menghormati Tuhan Yesus, sehingga berani untuk tidak mematuhi perintah menangkap Dia. Ketujuh (47-49): kelompok Farisi yang berkeras hati dan sombong, tetap menolak Dia. Kedelapan (50): Nikodemus, yang berani menyatakan keyakinan pribadi melawan mayoritas, menunjukkan kerinduan mengenal Tuhan Yesus.

Hati yang mengalirkan air hidup. Masih ada satu kelompok lagi, yakni kelompok kesembilan, mereka yang menerima panggilan-Nya dan datang kepada-Nya. Mereka yang haus akan kasih Allah dan merindukan kebenaran-Nya. Betapa indah menerima panggilan Tuhan Yesus, yang mengundang kita secara pribadi. Dia memanggil kita supaya kita menerima kasih dan penghiburan-Nya. Dalam keterikatan kuasa dosa, hidup tanpa arti, kekeringan rohani, Sang Juruselamat menganugerahkan hidup yang mengalirkan sukacita dan damai. Betapa pun kita telah jatuh dan tenggelam dalam dosa, bila kita mau datang kepada-Nya dengan penyesalan tulus, undangan kasih dan pengampunan-Nya tersedia bagi kita.

Renungkan: Seandainya saya berada di "sana" pada waktu itu, apakah respons saya terhadap panggilan Tuhan Yesus?

(0.10150676666667) (Yoh 8:1) (sh: Upaya menjebak Yesus gagal (Rabu, 16 Januari 2002))
Upaya menjebak Yesus gagal

Upaya menjebak Yesus gagal. Pemimpin-pemimpin agama tetap menolak untuk percaya kepada Yesus. Tetapi, mereka tidak punya alasan yang kuat untuk menyingkirkan Yesus. Ketika mereka menangkap basah pasangan yang berzinah, mereka segera membawa perempuannya. Tidak dapat dipastikan apakah perempuan ini sudah bersuami atau belum. Kita juga tidak diberi tahu mengapa mereka tidak membawa laki-lakinya. Tetapi, dari ayat 6, jelas sekali bahwa tujuan pemimpin-pemimpin agama bukanlah untuk menghukum pasangan yang berzinah ini, melainkan untuk menjebak Tuhan Yesus.

Mengapa? Jika Yesus menolak untuk melempari perempuan ini dengan batu, maka pemimpin agama dapat menuduh Yesus menentang hukum Musa. Dengan demikian, mereka dapat membawa Yesus ke pengadilan agama Yahudi. Sebaliknya jika Yesus setuju agar perempuan ini dilempari dengan batu hingga mati, maka mereka akan membawanya ke hadapan pemerintah Romawi. Bangsa Yahudi sebagai jajahan Romawi tidak berhak menghukum mati manusia. Hak ini hanya ada pada pemerintah Romawi. Jebakan seperti ini mirip dengan yang dicatat dalam Markus 12:13-17. Bagaimana Tuhan Yesus harus menjawab mereka? Ia mengatakan perempuan ini boleh dilempari batu oleh orang-orang yang tidak berdosa (ayat 7). Tuhan Yesus tidak bermaksud bahwa hakim-hakim yang mengadili di pengadilan harus tanpa dosa. Bila prinsip ini diterapkan maka tidak ada yang dapat menjadi hakim. Tuhan Yesus mengatakan pernyataan yang keras ini karena Ia menuntut agar mereka yang hendak melempari perempuan ini dengan batu jangan pernah terlibat dalam dosa seksual. Mendengar tuntutan ini, mereka yang menuduh perempuan itu pulang meninggalkan perempuan tersebut sebagai tertuduh.

Dalam narasi ini kita mendapatkan dua pelajaran penting. Pertama, semua manusia berdosa, tidak terkecuali bangsa Yahudi yang menganggap diri sebagai umat pilihan Allah. Kedua, Yesus sama sekali tidak berdosa. Ia tidak meremehkan dosa perempuan itu, melainkan Ia memberikan kesempatan kedua kepada perempuan itu. Yesus yang tanpa dosa menampakkan diri sebagai orang yang penuh rahmat dan anugerah.

Renungkan: Jangan sia-siakan jika Tuhan Yesus memberikan kesempatan kedua bagi kita. Segeralah bertobat.

(0.10150676666667) (Yoh 9:8) (sh: Si lemah menjadi kuat (Minggu, 24 Januari 1999))
Si lemah menjadi kuat

Si lemah menjadi kuat. Kedudukan seorang buta di tengah masyarakat saat itu, dinilai sangat rendah, hina, tak berdaya, tak berharga. Namun penilaian ini tidak berlaku dalam diri Tuhan Yesus. Justru Ia mengubah keberadaan orang buta itu secara drastis. Harga diri dibangkitkan. Ia menjadi berani menjawab bertubi-tubi pertanyaan yang diarahkan kepadanya. Mula-mula dari para tetangganya, kemudian berhadapan dengan orang-orang Farisi. Orang-orang Farisi itu akhirnya menegaskan bahwa Yesus bertindak salah dan tidak tahu adat karena melakukan mukjizat pada hari Sabat. Menurut mereka perbuatan itu bertentangan dengan Hukum Taurat. Keputusan orang-orang Farisi itu mendadak menimbulkan keberanian pada diri si pengemis yang dengan tegas dan lugu mengatakan bahwa: "Ia adalah seorang nabi!" Jawaban ini sangat mengejutkan para tetangga maupun orang-orang terhormat di sekitarnya. Si lemah telah menjadi kuat, berani berkata benar, dan menyatakan keyakinannya.

Berani karena benar. Kata-kata ini sangat populer di masa-masa perjuangan dahulu. Tetapi karena ambisi tidak sehat, makna kalimat menjadi kabur dan luntur. Banyak orang tidak lagi berani berkata hal yang benar. Masyarakat lebih cenderung memanipulasi kebenaran daripada harus menderita karena berkata benar, bertindak benar. Saat ini umat Kristiani dihadapkan pada pelbagai tantangan dan kesulitan. Kondisi ini bisa saja memaksa Kristen bertindak tidak setia pada kebenaran. Karena itu kesetiaan pada keyakinan terhadap Kristus harus tetap terjaga, berani berkata benar dan mempertahankan kebenaran sekalipun harus tetap menanggung resikonya.

Renungkan: Demi kepentingan dan keinginan tertentu, kesetiaan pada kebenaran yaitu Yesus Kristus mungkin akan mengalami penurunan. Karena itu tetaplah berpegang teguh pada-Nya dan jangan goyah.

Doa: Ya Bapa, bimbinglah kami agar tetap memiliki keberanian untuk berkata benar di tengah kebohongan yang dianggap biasa. Mampukan kami untuk tetap setia kepada-Mu walau berat tantangan yang harus kami hadapi.

(0.10150676666667) (Yoh 12:1) (sh: Persiapan menjelang ajal (Minggu, 26 Februari 2006))
Persiapan menjelang ajal

Judul: Persiapan menjelang ajal

Mungkin kita pernah menerima firasat buruk atau melihat perilaku janggal dari orang terdekat kita yang akan meninggal. Biasanya hal ini kita kenang kembali setelah orang terdekat kita itu meninggal dunia. Tidak jarang muncul perasaan menyesal belum bisa menyenangkan hati orang terdekat kita itu sebelum ia meninggal.

Tuhan Yesus sengaja mendatangi Betania, kota tempat tinggal Lazarus, yang menerima mukjizat-Nya (lih. ps. 11). Ia datang untuk mengikuti perjamuan makan yang diadakan oleh keluarga Lazaraus (Yoh. 12:1). Jamuan makan itu menegangkan sebab Yesus dan Lazarus hadir (ayat 2). Pada saat itu, Dialah sosok yang paling kontroversial dan menyedot perhatian orang banyak (ayat 9). Dia dimusuhi oleh imam-imam kepala yang merupakan salah satu kelompok penting pemimpin agama Yahudi. Mereka ingin mencari-cari kesalahan Yesus yang dapat membawa-Nya pada hukuman. Mereka bahkan berencana membunuh Lazarus karena ia adalah bukti kuasa Yesus atas kematian (ayat 10-11).

Di tengah suasana itu, Maria, saudara Lazarus, muncul dan menuangkan minyak narwastu (ayat 3). Perbuatan Maria ini langsung menimbulkan komentar Yudas Iskariot. Catatan penulis kitab Yohanes pada ayat 6, tentang korupsi yang Yudas lakukan seolah-olah ingin memberikan keterangan jawaban Yesus pada ayat 7-8. Padahal bukan itu maksud Yesus ketika Ia mengatakan: "Karena orang-orang miskin selalu ada pada kamu." Tak seorang pun yang mengerti makna perkataan Yesus itu bahwa Dia sedang membicarakan kematian-Nya sendiri. Yesus menangkap makna di balik tindakan Maria itu sebagai persiapan-Nya menghadapi kematian-Nya di kayu salib (ayat 3,7).

Bagi kebanyakan orang, kematian sangat menakutkan. Namun, bagi orang percaya, kematian berarti rest in peace, waktu istirahat yang panjang dalam damai Kristus.

Renungkan: Setiap kita akan mati. Yang penting adalah bagaimana kita mempersiapkan diri menghadapi kematian.

(0.10150676666667) (Yoh 12:9) (sh: Sang raja masuk kota Yerusalem (Rabu, 6 Maret 2002))
Sang raja masuk kota Yerusalem

Sang raja masuk kota Yerusalem. Situasi makin panas karena pemimpin Yahudi merencanakan pembunuhan bukan terhadap Yesus saja, tetapi juga terhadap Lazarus (ayat 10). Orang yang beriman dan mengasihi Tuhan tidak saja menerima berkat dalam bentuk yang disukainya, tetapi juga dalam bentuk berbagai risiko yang tidak enak. Tuhan Yesus tahu rencana pembunuhan tersebut, tetapi kini Ia menampakkan diri tidak lagi di kalangan terbatas, namun di kalangan publik di Yerusalem. Itu dilakukannya pada hari raya Paskah, salah satu hari raya penting ketika orang Yahudi melimpah ruah berdatangan ke Yerusalem. Suasana makin ramai karena banyak orang dari berbagai kota datang ke Yerusalem untuk merayakan Paskah.

Orang banyak segera menyambut Yesus dengan meriah. Seruan mereka mengandung makna pengharapan. “Hosana” secara harfiah berarti selamatkanlah atau “tolong”. Mereka melambai-lambaikan daun palem, menandakan bahwa mereka sedang menyambut raja yang datang dalam kemenangan. Mungkin seruan Hosana dan lambaian daun palem tidak begitu jelas, namun seruan mereka selanjutnya jelas menunjukkan bahwa mereka menyambut Yesus sebagai raja Israel (ayat 13). Seruan orang banyak itu mengacu pada firman Tuhan dalam PL, Mazmur 118:26, yang menunjuk pada kehadiran Mesias yang dijanjikan oleh Allah, yaitu Juruselamat yang diurapi, Raja bagi bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain. Namun demikian, konsep mereka politis sifatnya dan itu berbeda dari maksud Tuhan sesungguhnya.

Ini terlihat dari sikap Yesus memasuki kota Yerusalem dengan menaiki seekor keledai muda. Apabila Yesus datang ke Yerusalem dengan maksud menunjukkan bahwa Ia menginginkan kuasa politis, tentu Ia akan mengendarai kuda. Tidak sulit bagi-Nya mendapatkan seekor kuda untuk maksud itu. Tetapi, kini Yesus sengaja mencari seekor keledai muda. Saat menulis Injil ini, Yohanes menjadi paham bahwa kejadian itu menggenapi Zakharia 9:9. Sungguh Yesus adalah Raja dan datang sebagai penggenap nubuat mesianis. Namun, Ia datang dan menggenapi dengan cara lain, dalam cara yang di mata manusia rendah dan lemah.

Renungkan: Yesus yang bagaimanakah yang kita sambut dan akui sebagai Tuhan kita?

(0.10150676666667) (Yoh 18:28) (sh: Penjahat (Rabu, 27 Maret 2002))
Penjahat

Penjahat. Tuhan dianggap penjahat? Begitulah yang terjadi! Bukan karena Dia jahat, tetapi justru karena Dia baik. Orang baik banyak yang masuk ke dalam penjara karena kebaikan mereka. Orang jahat tak senang kepada orang baik karena kehadiran orang baik mengungkap kejahatan mereka. Itulah yang kini terjadi pada Tuhan. Orang banyak itu bahkan adalah orang-orang beragama. Mereka menaati hukum yang mencegah mereka berbuat najis (ayat 28), namun sekaligus malah merencanakan kejahatan terhadap Yesus. Hanya iblis yang bisa menuduh Tuhan jahat. Dengan tuduhan sejahat itu, jelaslah betapa jahatnya iblis dan para pengikutnya.

Raja. “Engkau mengatakan bahwa Aku adalah raja,” kata Yesus kepada Pilatus, sang wakil kaisar Roma untuk jajahannya di Yudea (ayat 37). Penjahat menghakimi dengan ukuran kejahatannya, namun seorang raja yang benar menghakimi dengan keadilan. Yesus datang untuk memberi kesaksian tentang kebenaran. Ia adalah raja yang baik dan sempurna atas kerajaan yang surgawi. Tak heran bila dalam dialog tentang raja dan kerajaan itu, kebodohan dan kegelapan hati dan pikiran Pilatus ditelanjangi. Ia tidak tahu apa itu kebenaran, walaupun ia memegang kuasa untuk menjadi hakim. Yesus yang disengsarakan itu yang akan menghakimi semua orang yang berbuat jahat, termasuk Pilatus. Saat itu pun Yesus telah menghakimi Pilatus. Pilatus seharusnya bijak membuat keputusan. Namun, hatinya yang bercabang membuatnya tak berdaya. Keputusan salah boleh diambil hakim dunia ini, namun di tangan Allah semua keputusan harus tunduk pada rencana dan keputusan Ilahi.

Renungkan: Ketika kejahatan semakin meluas, bahkan juga dilakukan oleh para pemimpin, pengikut Kristus harus berani berkorban demi terungkapnya kejahatan dan terpancarnya kebenaran.

(0.10150676666667) (Yoh 18:38) (sh: Tak ada kesalahan (Kamis, 28 Maret 2002))
Tak ada kesalahan

Tak ada kesalahan. Pilatus tak menemukan kesalahan pada Yesus karena Dia memang tak bersalah (ayat 38). Tetapi, orang Yahudi tetap meminta supaya Dia dihukum mati (ayat 40). Karena untuk Pilatus pertimbangan keamanan dan stabilitas politik jauh lebih utama maka ia rela mengambil keputusan yang bertentangan dengan kebenaran, bahkan menumpas hati nuraninya sendiri. Itulah jahatnya kuasa bila tidak dikontrol oleh kebenaran.

Maka, mulailah penyesahan itu. Yesus dicambuki, dicaci, dipermalukan. Pernahkah Anda dipermalukan dengan cara ini? Pernahkah muka Anda diludahi? Tuhan pernah! Itu semua demi untuk menyelamatkan kita. Itulah pengorbanan-Nya demi kasih-Nya kepada kita. Kita mendapatkan selamat, Tuhan yang menderita. Padahal sebenarnya tak satu pun dari kita layak beroleh kebaikan Tuhan itu. Dia rela berkorban menebus hidup orang-orang jahat seperti kita dengan sengsara-Nya. Dari kerelaan berkorban pada Yesus inilah mengalir keajaiban sikap Kristen yang bersedia berkorban untuk kepentingan dan kebaikan orang lain.

Memilih yang salah. Barabas yang salah dibebaskan, tetapi Yesus yang tidak salah harus disalibkan. Sulit dipahami, mengapa orang lebih suka memilih yang salah daripada yang benar. Tetapi, itulah kenyataan dunia. Yang salah, namun memuaskan diri, lebih disenangi daripada yang benar, tetapi tidak memuaskan nafsu angkara murka. Pilihan yang salah memang mungkin membuat kita senang, cuma kesenangannya hanya sesaat. Setelah itu kehancuran hebat akan segera menyusul. Pilihan untuk memuaskan kebanggaan diri dan pembalasan dendam selalu membawa pada pilihan yang salah.

Tetapi, di sinilah indahnya dan ajaibnya rencana dan karya Allah. Keputusan salah manusia menjadi pelaksanaan dari rencana dan keputusan Ilahi. Bila demikian halnya, apakah pengkhianatan Yudas dan keputusan jahat para pemimpin Israel dan Pilatus menjadi benar karena melalui mereka rencana Allah telah digenapi? Tidak! Rencana Allah berjalan melalui mereka, tetapi mereka sadar ketika melakukan kejahatan itu dan bertanggung jawab atasnya sebab manusia bukan boneka.

Renungkan: Kita harus menyambut rencana Allah secara aktif supaya kita menjalani rencana-Nya di pihak-Nya.

(0.10150676666667) (Kis 1:12) (sh: Dua belas (Sabtu, 7 Juni 2003))
Dua belas

Dua belas. Sebagian orang menganggap bahwa Alkitab menarik karena penuh dengan angka-angka. Bagi mereka angka-angka tersebut dapat diolah sehingga menghasilkan angka baru, misalnya tanggal kedatangan Yesus dll. Padahal, angka-angka Alkitab, selain memberikan informasi jumlah, sering bersifat simbolis, bukan untuk diutak-atik seenaknya. Mengapa para rasul merasa perlu menambahkan satu orang untuk menggantikan Yudas? Apa lagi mengingat bahwa tidak ada penggantian rasuli ketika Yakobus anak Zebedeus dibunuh dua belas pasal kemudian (Kis. 12:1). Nas ini menyediakan jawaban yang patut digali.

Pertama, bilangan kedua belas murid bukanlah penanda status, seakan- akan merekalah petinggi yang tertinggi dari gereja mula-mula setelah Yesus sendiri. Yesus memanggil mereka untuk menjadi saksi, dan bilangan kedua belas murid punya hubungan erat dengan pemahaman kedua belas suku Israel sebagai bagian dari Kerajaan Allah (bdk. janji Yesus dalam Luk. 22:30). Kedua, pemilihan pengganti Yudas mereka lakukan dalam ketaatan dan penantian. Bukan karena alasan "tidak enak rasanya kalau hanya sebelas." Matias dipilih karena kehendak Allah. Tidak ada ketergesaan dari para rasul untuk memilih pengganti Yudas, malah selama penantian Pentakosta mereka bertekun dalam doa (ayat 14). Para calon hanya mereka yang benar-benar menjadi saksi langsung pelayanan Tuhan Yesus, dari baptisan hingga kebangkitan-Nya (ayat 21-22). Proses pemilihannya pun dimulai dengan doa penyerahan kepada Allah dan melalui undi ala urim dan tumim (ayat 24-26). Karena itu, angka dua belas di dalam nas ini bukanlah angka keramat. Angka dua belas dalam nas ini adalah angka dari teladan ketaatan dan penyerahan rasuli kepada kehendak Allah.

Renungkan: Bahkan dalam hal yang kelihatannya logis dan jelas diperlukan, penting bagi kita untuk lebih dahulu mencari kehendak Allah.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA