Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 6701 - 6720 dari 10069 ayat untuk Itu [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15035968) (Ayb 34:1) (sh: Orang pandai yang bodoh (Selasa, 13 Agustus 2002))
Orang pandai yang bodoh

Orang pandai yang bodoh. Walau Elihu menjamin ingin membela Ayub (ayat 33:32), dalam pasal ini jelas bahwa ia memihak teman-teman Ayub. Masalahnya jelas: dengan mengaku dirinya bersih, Ayub menuduh Allah tidak adil. Karena itu, Ayub harus memohon belas kasihan Allah. Elihu berbicara di muka orang-orang berhikmat yang akan menentukan kebenaran (ayat 1-4).

Ia mulai mengajukan kasusnya dengan mengutip tuduhan Ayub kepada Allah (ayat 5-6). Namun, dia menyerang Ayub dengan menyatakan bahwa Ayub hidup tak bermoral (ayat 7-8), sebuah tuduhan yang tidak adil karena tanpa bukti. Ayat 9 menunjukkan keraguan Ayub bahwa hidup dikenan Allah tidak menjamin keadaan akan seperti demikian terus. Maka, Elihu melihat bahwa Ayub bukan hanya menuduh Allah tidak adil, tetapi sedang menghujat Dia. Karena itu, ia mengimbau agar orang-orang (maksudnya Ayub) menjadi berhikmat (ayat 10). Dengan berbagai argumen Elihu menegaskan bahwa Allah tidak mungkin salah dan bahwa manusia mutlak tergantung pada-Nya (ayat 11-15).

Setelah itu, Elihu berkata-kata kepada Ayub (ayat 16-37). Bukankah Allah tidak mungkin memerintah bumi kalau Ia jahat (ayat 17)? Allah memakai kekuasaan-Nya untuk kebaikan, menunjukkan Allah yang tidak pilih kasih (ayat 18-20). Ayub, yang sedang kesusahan dan terpuruk dalam debu, sulit mengerti argumen ini. Ucapan Elihu seterusnya tentang penghakiman Allah secara tidak langsung menyindir Ayub. Orang jahat tidak bisa lari dari Allah karena Allah mahatahu dan kesalahan pasti dihukum, dan sebenarnya Elihu menuduh bahwa Ayub menindas orang miskin (ayat 21-30).

Bagian ini ditutup dengan keputusan tentang Ayub (ayat 31-37). Ayub telah melakukan dosa kebodohan dan ia harus mengaku dosa dan meminta hikmat kepada Allah. Elihu mengharapkan agar Ayub menerima usulannya agar tidak dihukum. Elihu juga meminta para pendengar lain mendukung pikirannya: Ayub bodoh dan kekerasan hatinya menambah kesalahannya.

Renungkan: Orang yang pandai selalu menyadari keterbatasannya. Orang bodoh selalu merasa pandai dan menganggap orang lain bodoh.

(0.15035968) (Mzm 6:1) (sh: Beriman dalam pergumulan (Sabtu, 15 Februari 2003))
Beriman dalam pergumulan

Beriman dalam pergumulan. Frasa bahasa Inggris berikut meringkaskan pandangan umum tentang bagaimana beriman di tengah pergumulan yang berat: "to keep a stiff upper lip". Arti bebasnya, menjaga bagian atas bibir tetap kaku pada saat apa pun, karena bibir bagian atas kita selalu bergerak dan berubah bentuk, bila sang empunya bibir atas sedang ada dalam keadaan emosional, senang atau sedih. Pendeknya, jika dalam pergumulan, tetaplah tegar, kendalikan diri, dan jangan salahkan Allah.

Pemazmur gagal total untuk melakukan itu. Jangankan menjaga bibir atasnya tetap kaku, ranjangnya pun digenangi oleh air matanya (ayat 7b). Tulang-tulangnya gemetar (ayat 4) dan matanya sembab (ayat 8). Ia mengeluh merana (ayat 3a,7a) dan bertanya, "berapa lama lagi?" (ayat 4b). Setelah itu semua, baru kemudian pemazmur menyambungnya dengan pernyataan keyakinan bahwa Allah akan menolong dan membelanya (ayat 9-11).

Mazmur ini memberikan wawasan yang sehat tentang bagaimana beriman dalam pergumulan. Darinya kita menyimpulkan suatu sikap iman terhadap pergumulan yang seimbang. Pengalaman iman kita mengizinkan kita untuk berduka, meratap, dan bahkan mengeluh. Bahkan, seperti teladan pemazmur, semua ratap dan keluhan itu ditujukan langsung kepada Allah. Ini bukan kekurang-ajaran, bukan pula ketidakpercayaan, tetapi hak dari seorang anak untuk mengeluh kepada Bapanya. Ini juga berarti memberikan kesempatan bagi Allah untuk menjawab keluhan kita dan menolong kita. Kita belajar bahwa dasar yang teguh bagi Kristen untuk menghadapi pergumulan bukanlah iman terhadap konsep, tetapi kepada Allah yang hidup, yang mendengarkan dan menjawab doa-doa kita.

Renungkan: Doa bukanlah topeng religius untuk menutupi kelemahan kita dengan tindakan rohani, tetapi ekspresi atas hubungan yang akrab dengan Allah dalam kejujuran dan penyerahan diri.

(0.15035968) (Mzm 8:1) (sh: Mengapa gereja terus bertengkar? (Sabtu, 6 Januari 2001))
Mengapa gereja terus bertengkar?

Mengapa gereja terus bertengkar? Apa penyebab utama perselisihan dan perpecahan gereja sampai saat ini? Tidak lain dan tidak bukan adalah kesombongan yang masih menguasai hati Kristen. Pada hakikatnya kesombongan adalah salah satu bentuk manifestasi mempertuhankan diri sendiri. Karena itu kesombongan harus dihancurkan. Bagaimana caranya? Kita dapat meneladani pemazmur.

Melalui ayat pertama dan ayat terakhir dari Mazmur ini, pemazmur melantunkan nyanyian kekagumannya yang indah kepada Tuhan dimana di dalamnya nama Allah yang mulia ditinggikan. Kekaguman kepada Allah ini sulit diekspresikan sehingga pemazmur hanya dapat mengungkapkan dengan kata-kata 'Ya TUHAN, Tuhan kami`. Kita tidak perlu kaget karena memang tidak ada akal yang dapat mengukur dan tidak ada lidah yang dapat menyatakan, walaupun hanya setengah dari kebesaran Tuhan.

Mengapa pemazmur begitu terkagum-kagum akan kebesaran Allah? Sebab kebesaran Allah tidak hanya dapat dilihat dari apa yang di langit di atas namun juga yang di bumi di bawah, khususnya dari makhluk yang dianggap paling lemah yaitu bayi-bayi dan anak- anak yang menyusu. Pemeliharaan Allah yang luar biasa kepada mereka terlihat ketika Allah mengubah darah seorang ibu menjadi air susu dan memberikan kemampuan bayi-bayi untuk menyusu. Melalui itu semua Allah memelihara dan menumbuhkan.

Pengenalan yang benar akan kebesaran Allah, menuntun manusia kepada kesadaran akan ketidakberdayaan dan ketidaklayakan dirinya (ayat 4-5). Pengenalan akan kebesaran Allah akan menuntun manusia untuk menemukan jati diri yang sebenarnya di hadapan Allah dan di antara makhluk ciptaan lainnya. Jika sekarang manusia mempunyai kemampuan, otoritas, dan kedudukan yang tinggi di dunia, semua itu semata-mata anugerah Allah (ayat 6-9).

Renungkan: Berdasarkan pemahaman di atas, adakah alasan yang membenarkan manusia untuk menjadi sombong, sehingga merendahkan dan melecehkan orang lain? Jika pemazmur membuka dan menutup mazmur ini dengan pujian kekaguman sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan dirinya, hal-hal lain apakah yang dapat Anda lakukan sebagai manifestasi dari pengakuan kebesaran Allah dan kehinaan kita dihadapan-Nya?

(0.15035968) (Mzm 20:1) (sh: Pemimpin dan pendukungnya (Selasa, 13 Maret 2001))
Pemimpin dan pendukungnya

Pemimpin dan pendukungnya. Perebutan kekuasaan masih terjadi di bumi Indonesia. Menghangatnya suhu politik ini tidak hanya dirasakan oleh mereka yang berada ditingkat elit namun juga dirasakan oleh para 'akar rumput'. Hal ini disebabkan karena para elit politik berlomba-lomba mencari pendukung dari 'akar rumput' sebanyak-banyaknya dengan berbagai cara. Para akar rumput yang sudah terbujuk untuk mendukung tokoh tertentu akan sudi melakukan tindakan apa pun mulai dari demonstrasi, kerusuhan, hingga pemasangan bom demi kelanggengan kedudukan tokoh yang didukungnya.

Bagaimana mendukung pemimpin secara kristen? Apakah kita sebagai 'akar rumput' Kristen pun menghalalkan cara apa pun untuk mendukung pemimpin kita? Benarkah kita mendukungnya dengan cara yang efektif dan efisien? Kita akan belajar itu semua dari salah seorang pemimpin terbesar dalam sejarah manusia yaitu Daud.

Daud sebagai seorang pemimpin besar menggubah sebuah nyanyian yang berisi doa bagi seorang pemimpin. Hal ini mengungkapkan kerinduan Daud sebagai pemimpin untuk mendapatkan dukungan berupa doa dari para pendukungnya. Daud membutuhkan doa dari pendukungnya untuk 3 bidang yang berhubungan erat dengan tanggung jawabnya. Pertama, ia membutuhkan pertolongan, kekuatan, dan bimbingan dari Tuhan untuk menghadapi kesulitan, tekanan, bahkan serangan dari berbagai pihak (2-3). Ia tidak memohon dihindarkan dari semua itu sebab ia menyadari bahwa salah satu tugas pemimpin adalah menyelesaikan permasalahan yang ada di masyarakat walaupun pasti akan menimbulkan serangan dan tekanan terhadap dirinya. Kedua, ia membutuhkan dukungan doa untuk kehidupan kerohaniannya (4). Seorang pemimpin yang kehidupan kerohaniannya tidak sehat akan gagal mengemban tugas dan tanggung jawabnya (7-9). Ketiga, ia membutuhkan pertolongan Tuhan untuk menyelesaikan segala program dan rencananya demi memajukan masyarakat. Program yang baik tanpa penyertaan Tuhan tidak akan berarti bagi masyarakat.

Renungkan: Para pemimpin kita saat ini pun membutuhkan doa untuk 3 bidang yang diungkapkan Daud. Karena itu marilah Kristen berdoa syafaat untuk para pemimpin bangsa supaya mereka dapat menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan benar.

(0.15035968) (Mzm 26:1) (sh: Bila orang benar difitnah (Rabu, 26 Februari 2003))
Bila orang benar difitnah

Bila orang benar difitnah. Mazmur ini dilatarbelakangi oleh peristiwa pengadilan suci, sebagaimana berlaku pada zaman raja-raja. Jika seseorang dituduh bahwa ia telah melakukan kesalahan yang besar dan tak dapat ia buktikan bahwa tuduhan itu tidak beralasan, maka orang itu naik banding kepada Tuhan sebagai Hakim tertinggi. Si tertuduh wajib mengangkat sumpah dengan mengutuk dirinya sendiri jika ternyata tuduhan tersebut benar. Selanjutnya ia harus pergi ke Bait Suci dan mengulang sumpahnya di situ dan Tuhan sendiri bertindak mengadili hamba-Nya dan menyatakan dia bersalah atau tidak, sesuai dengan kenyataan yang diketahui Tuhan sendiri.Pemazmur yang menjadi terdakwa, berpaling kepada Tuhan untuk meminta pembelaan bagi dirinya (ayat 1). Baginya Tuhan adalah sumber keadilan yang akan dapat menyatakan benar tidaknya dirinya (ayat 2). Pemazmur meyakini diri tidak bercela karena selalu berpedomankan Tuhan (ayat 3), menjauhi pergaulan dengan orang- orang tidak benar (ayat 4-5), ataupun melakukan perbuatan- perbuatan yang jahat (ayat 9-10), dan hidup dalam ketulusan (ayat 11). Pemazmur memelihara kehidupan ibadah yang baik (ayat 6), menyatakan perbuatan-perbuatan Allah yang ajaib (ayat 7), dan selalu mencari perkenanan dalam hadirat-Nya (ayat 8). Hati nurani si pemazmur menyatakan dirinya bersih sehingga ia berani menyatakan kedekatannya dengan Tuhan di tengah jemaat (ayat 12).

Adakah pembelaan yang lebih meyakinkan selain pembelaan Tuhan kepada anak-anak-Nya? Adakah bukti yang lebih meyakinkan daripada kesaksian hidup yang tidak bercela? Itu semua yang diyakini si pemazmur. Tuhan adalah pembelanya, dan kesaksian hidupnya adalah bukti dirinya benar.

Renungkan: Apakah Anda sudah menyatakan diri sebagai orang yang sudah dibenarkan? Bila belum, bagaimana berharap Tuhan akan menyatakan Anda benar?

(0.15035968) (Mzm 28:1) (sh: Pertolongan pada saat kesesakan (Jumat, 28 Februari 2003))
Pertolongan pada saat kesesakan

Pertolongan pada saat kesesakan. Bila rasanya pertolongan Tuhan tak kunjung tiba, serasa tangan- tangan jahat sedang merenggut jiwa kita menuju kebinasaan. Saat- saat seperti itu membuat kita merasa kehilangan akal, dan mungkin tergoda untuk mencari pertolongan dari pihak lain, sangat mungkin untuk kompromi dengan para musuh kita.

Pemazmur ada dalam situasi yang sangat mirip. Ia tertekan karena sepertinya Tuhan berdiam diri dan membisu (ayat 1). Ia merasa dengan membisunya Tuhan, dirinya seperti sudah ditinggalkan untuk mati ("aku menjadi seperti orang yang turun ke dalam liang kubur"). Pemazmur merasa hampir terseret kepada perbuatan orang fasik (ayat 3). Namun, pemazmur tetap bertahan dan tetap mengharapkan Tuhan mendengar permohonan dan teriakan minta tolong (ayat 2), supaya ia tetap bertahan untuk tidak tergoda berkompromi dengan kejahatan pemazmur mohon, supaya Tuhan mengganjar orang-orang jahat karena kejahatan mereka (ayat 4-5). Lebih jauh lagi pemazmur memanjatkan ucapan syukur seakan Tuhan sudah mendengar permohonannya dan sudah menolongnya (ayat 6-7). Adalah keyakinan pemazmur bahwa Tuhan penolong dan penopang umat-Nya (ayat 8). Oleh sebab itu, seruan kepada Tuhan ini juga ditujukan demi umat milik Tuhan sendiri (ayat 9).

Pemazmur menyatakan iman (=percaya)nya di tengah situasi yang sepertinya tidak berpengharapan. Godaan kuat untuk menyerah begitu besar, namun imannya tidak goyah karena ia tahu dan yakin akan pertolongan Tuhan. Ia yakin Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya binasa.

Renungkan: Ketika saat-saat kesesakan begitu tidak tertahankan, godaan untuk menyerah begitu kuat, ingatlah akan doa Tuhan Yesus, "Kehendak-Mu yang jadi ya Bapa, bukan kehendakku." Jangan melihat ke situasi yang mencekam, lihatlah kepada Kristus yang sudah menang mengatasi godaan itu.

(0.15035968) (Mzm 30:1) (sh: Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001))
Sukacita juga menderita

Sukacita juga menderita. Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya.

Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13).

Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya.

(0.15035968) (Mzm 32:1) (sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001))
Kebahagiaan hanya masalah pilihan

Kebahagiaan hanya masalah pilihan. Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan?

Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10).

Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11).

Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda.

(0.15035968) (Mzm 39:1) (sh: Allah adalah pihak yang paling tepat (Rabu, 4 Juni 2003))
Allah adalah pihak yang paling tepat

Allah adalah pihak yang paling tepat. Benarkah sikap Daud ini ketika ia menghadapi orang-orang jahat? Jika kita di tempat Daud, apa yang biasanya kita lakukan? Duduk dan berdiam diri atau meluapkan kemarahan? Marah terhadap sesuatu yang salah adalah wajar, tetapi jika permasalahan dihadapi dengan sikap diam, bukankah itu hanya akan menambah penderitaan? Akibat dari diam atau mendiamkan bisa membuat kita hidup dalam tekanan -- depressi dan stress.

Dalam pikirannya semula, Daud menyatakan keinginannya untuk tutup mulut, sebagai jalan "paling aman" menurut Daud. Keputusan Daud ini didasarkan pada dua hal: [1] ia tidak mau kedapatan menuduh Allah berlaku tidak adil atau berbuat kesalahan; [2] ia tidak mau memberikan kesempatan kepada orang fasik untuk menyerang dia atau menghina Allah karena ucapannya. Tetapi keputusan tersebut ternyata justru memperberat penderitaannya. Akhirnya Daud menyadari bahwa menutup mulut itu bukan saja tidak tepat, tetapi juga tidak sehat.

Dari keputusan Daud ini kita belajar bahwa menahan amarah hanya akan menyebabkan kita stress, tetapi melampiaskan amarah dalam kata- kata keras menyakitkan pun tidak menyelesaikan masalah. Daud menolong kita menemukan pilihan yang tepat dan sehat: membicarakannya dengan Tuhan. Menarik bukan? Kapan terakhir kali kita membicarakan permasalahan kita dengan Tuhan?

Pergumulan seperti yang Daud alami pun dialami oleh orang beriman. Tetapi, kita tidak dapat menanggungnya sendiri jika hanya berdiam diri, atau dengan membalas berbuat jahat. Segala pergumulan itu perlu untuk diarahkan secara benar kepada Tuhan sebagai pihak yang paling tepat, yang mampu mendukung kita.

Renungkan: Siapa lagi yang dapat memberi kita jiwa yang sehat kalau bukan Dia yang dalam Roh-Nya kini mendampingi kita sebagai Penasihat dan Penghibur?

(0.15035968) (Mzm 48:1) (sh: Ciri khas kota-kota dunia (Minggu, 21 Desember 1997))
Ciri khas kota-kota dunia

Ciri khas kota-kota dunia
Tiap kota memiliki ciri khas dan sifat utama kegiatan yang menonjol di dalamnya. Ada kota yang dianggap sebagai pusat kebudayaan. Katakanlah Yogyakarta, San Francisco, Paris sebagai kota-kota yang merupakan kota kebudayaan. Ada kota yang dianggap sebagai pusat pendidikan. Kita bisa kembali menyebutkan Yogyakarta, selain Salatiga, Bogor, Oxford, Cambridge, dlsb. Ada pula kota yang dikenal sebagai kota perdagangan, seperti Jakarta, Medan, New York, Hong Kong, dlsb. Apabila kita pergi ke kota-kota tersebut, segera kita akan merasakan suasana yang menjadi ciri kota tersebut. Bersamaan dengan itu, boleh dikatakan semua kota besar dunia ini tidak ada yang luput dari kekerasan, kejahatan, pengangguran, sekularisasi, dlsb.

Ciri Kota Allah. Di dalamnya Tuhan dibesarkan dan dipuji (ayat 1). Kekudusan akan merupakan hal tertanam kokoh teguh bagaikan gunung menjulang tinggi (ayat 3). Kota itu akan dipenuhi oleh suasana kehadiran, pemeliharaan dan perlindungan Allah sendiri (ayat 4). Karena Allah hadir, memerintah, ditinggikan, mewujudkan kekudusan-Nya itulah, kota itu akan berdaya tarik, berpengaruh baik dalam bidang politis maupun aspek-aspek kebudayaan lainnya. Apa yang mazmur ini isyaratkan dengan kota sebenarnya menunjuk pada kondisi umat Allah. Yerusalem, kota Allah Perjanjian Lama gagal mencitrakan keinginan Allah tersebut. Kini tidak ada satu pun kota di dunia ini yang dapat kita sebut kota Kristen. Adalah tugas umat Allah, gereja untuk menggarami kota-kota yang di dalamnya kita hidup agar kehadiran dan kemuliaan Allah dikenal dan ditinggikan.

Renungkan: Strategi tepat untuk mencapai kota-kota dunia dengan terang Injil bukanlah menjadikannya kota gereja (kota yang di tiap sudutnya banyak gedung gereja berdiri) tetapi gereja (umat) yang menggarami kota.

Doa: Banyak hal yang tak berkenan di hatiMu terjadi dalam kota kami. Bangunkan kami untuk bersikap sebagai garam dunia

(0.15035968) (Mzm 58:1) (sh: Masih adakah keadilan? (Sabtu, 12 Juni 2004))
Masih adakah keadilan?

Masih adakah keadilan? Bukan hanya di zaman ini, tetapi bahkan sejak zaman di mana pemazmur hidup, ketidakadilan telah merajalela. Para penguasa dan para hakim bertindak semena-mena. Melihat keadaan ini, pemazmur tidak tinggal diam. Mazmur 58 ini merupakan suatu seruan yang menuntut agar keadilan ditegakkan.

Sambil membandingkan situasi itu dengan situasi zaman Daud pemazmur mempertanyakan integritas para penguasa tersebut (ayat 1) dan menyingkapkan kejahatan mereka (ayat 2-6). Mereka adalah orang-orang yang menggunakan otoritas dan kekuasaannya untuk menindas dan melakukan kejahatan (ayat 3). Perhatikan prinsip penting pemazmur menghubungkan kejahatan mereka ini dengan hakikat mereka sejak dilahirkan dan bahkan sejak di dalam kandungan (ayat 4).

Kejahatan mereka semakin menegaskan keberadaan mereka yang fasik dan sesat di hadapan Tuhan. Mereka bahkan tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang ditujukan kepada mereka (ayat 5). Karena itu, pemazmur memohon agar Allah menghukum mereka dengan menghancurkan kekuatan mereka (ayat 7) dan menghilangkan pengaruh mereka untuk seterusnya (ayat 8-10).

Akhirnya, hanya ketika Allah menyatakan keadilan-Nya terhadap para penguasa/hakim yang lalim inilah orang benar dapat bersukacita (ayat 10-11). Memang terkadang Allah sepertinya berdiam diri ketika ketidakadilan terjadi. Tetapi hal itu tidak menjadikan pemazmur kehilangan pengharapannya. Ia percaya bahwa suatu saat Allah akan memberi pahala bagi orang benar yang setia berharap kepada Dia, dan Ia pasti menghakimi mereka yang tidak adil (ayat 10), karena Dialah satu-satunya Hakim yang ADIL, Sumber segala keadilan.

Renungkan: Ketika kita diperlakukan secara tidak adil, adakah kita berusaha menghakimi dengan cara kita sendiri ataukah kita rela mempercayakan diri kita kepada Tuhan, Hakim yang Adil, dan menantikan Dia dengan setia?

(0.15035968) (Mzm 62:1) (sh: Menaruh harapan pada Allah (Rabu, 16 Juni 2004))
Menaruh harapan pada Allah

Menaruh harapan pada Allah. Tahu kisah klasik Yunani Kuda Troya? Kisah mengenai penaklukan kota Troya yang berbenteng teguh dan pasukan pertahanan yang kuat melalui tipu muslihat. Musuh membuat sebuah patung kuda yang sangat besar dan dihadiahkan kepada kota Troya. Ternyata di dalamnya bersembunyi pasukan musuh, yang menyerang Troya ketika patung kuda itu dibawa masuk ke dalam kota. Sekokoh apapun benteng buatan manusia, dan setangguh apapun penjaganya, tipu muslihat manusia masih bisa menghancurkannya.

Mazmur 62 menyatakan keyakinan yang berbeda sama sekali. Pemazmur sadar upaya dan tipu daya para musuh yang berkedok sahabat itu memang begitu dahsyat berupaya untuk menghancurkan dia (ayat 4-5). Namun, ia lebih percaya kepada keperkasaan Allah untuk membentengi hidupnya dari ancaman musuh tersebut. Hal itu diungkapkan sampai dua kali (ayat 2-3 diulangtegaskan lagi di ayat 6-9) .

Pemazmur menggunakan kata "hanya" sebanyak 6 kali (ayat 2, 3, 5,6,7,10). "Hanya" bisa dimengerti sebagai penegasan "sesungguhnya" bisa juga "hanya satu/satu-satunya." Dikaitkan pada Allah merupakan suatu konfirmasi bahwa Allahlah satu-satunya penyelamat dan perlindungan si pemazmur (ayat 2, 3, 6, 7). Dikenakan pada musuh, menunjukkan keseriusan mereka hendak menghancurkan si pemazmur (ayat 5), namun mereka "hanya/sesungguhnya" angin semata, bahkan lebih ringan dari angin (ayat 10).

Sedahsyat apapun ancaman mengintai hidup orang beriman dalam kesehariannya, lebih dahsyat lagi topangan dan perlindungan Allah memungkinkan orang beriman hidup kokoh kuat bagaikan bangunan berdasarkan batu karang teguh.

Renungkan: Musuh sekuat dan sehebat apapun, serta seserius apapun mencoba menghancurkan anak-anak Tuhan, bila Tuhan menjadi pelindung mereka, siapa takut!

(0.15035968) (Mzm 63:1) (sh: Kehausan yang dipuaskan (Kamis, 17 Juni 2004))
Kehausan yang dipuaskan

Kehausan yang dipuaskan. Bayangkan Anda di padang gurun tersesat. Kehausan membuat Anda mencari-cari dengan insting untuk hidup. Sayangnya, banyak orang di padang gurun terjebak dengan fatamorgana, sepertinya menemukan sumber air, ternyata hanya bayang-bayang yang membawa kepada kematian.

Pemazmur mengalami kehausan dan kerinduan akan Allahnya seperti orang yang terjebak dalam kegersangan hidup (ayat 2). Namun ia tidak terjebak ke dalam fatamorgana, karena Allah hidup dan nyata selalu dapat dihampiri oleh karena kasih-Nya. Maka dengan "insting" iman, ia bisa melihat Allah yang penuh kasih setia dan hidup seperti di bait suci ketika ia beribadah kepada-Nya (ayat 3). Oleh karena itu tekadnya adalah ia akan menaikkan syukur dan menyatakan komitmen untuk hidup bagi Dia (ayat 3-5).

Pada bagian kedua mazmur ini (ayat 6-9), seruan kerinduan itu dibalaskan dengan pengalaman menikmati keselamatan dari Allah. Kerinduan dan kehausan sejati (ayat 2) akan dipuaskan oleh kenikmatan meja perjamuan ilahi (ayat 6). Bila pada bagian pertama ia bertekad (akan) memegahkan Tuhan (ayat 4), maka sekarang ia bertindak (sedang) bersorak-sorak dan memuji-muji-Nya (ayat 6, 8). Bagaikan gayung bersambut, iman kepada Tuhan tidak sia-sia!

Itu sebabnya di bagian ketiga (ayat 10-12) dengan berani si pemazmur melihat kepada orang-orang yang mengikhtiarkan celakanya. Ia tahu sebagaimana kasih setia Tuhan dinyatakan dalam hidupnya, mereka yang melawan Tuhan akan menerima hukumannya (ayat 10-11).

Setiap orang percaya pasti pernah mengalami kegersangan hidup. Pada saat sedemikian, ingatlah bahwa Allah tetap nyata dan kasih setia-Nya tidak pernah berubah. Tanamkanlah kesadaran mendalam bahwa Allah bukan hanya pelepas dahaga jiwa kita, Ia juga mendengar seruan kita.

Tekadku: Aku hendak memuji Tuhan lagi, karena dahagaku, Engkaulah yang sudah memuaskannya.

(0.15035968) (Mzm 74:1) (sh: Mengadu kepada Tuhan. (Minggu, 09 Agustus 1998))
Mengadu kepada Tuhan.

Mengadu kepada Tuhan.
Kehancuran yang dialami umat Tuhan menjelang atau sesudah masa pembuangan teramat berat. Perbuatan musuh-musuh Israel sangat kejam, sampai merusak tanah, membunuh para nabi Tuhan dan menista Nama Tuhan. Seolah-olah Tuhan berdiam diri, tidak melakukan apa-apa dan membiarkan umat-Nya terlantar. Dalam keterjepitan itu mereka berteriak berapa lama lagi Tuhan (ayat 10-11).

Dalam pergumulan hidup yang berat, tanpa sadar kita bersikap sama dengan Asaf. Mengeluh dan mengadu. Bila itu saja tentu dapat diterima. Tetapi bila menuduh Tuhan berdiam diri membiarkan kita sendiri dalam pergumulan itu, benarkah? Tatkala gereja dibakar dan kristen dianiaya, tidak sedikit dari orang Kristen yang berteriak dalam doa. Namun janganlah isi doa kita seolah mau menuduh Tuhan atau menjadi pahlawan bagi Tuhan dengan bertindak sebagai pembela nama dan kehormatan Tuhan. Benarkah sikap demikian? Siapakah kita sehingga kita mau menjadi penasehat Tuhan? Dalam pergumulan hidup bawalah dengan tulus seluruh pergumulan Anda tanpa mendikte Tuhan. Biarlah Allah akan bertindak sendiri sebagai pahlawan kita.

Belajar dari kisah Tuhan dalam sejarah. Doa Asaf tidak berhenti di situ. Asaf merenungkan ulang mengingat sejarah perbuatan Tuhan atas umat-Nya, dari Kejadian bahkan Keluaran seterusnya (ayat 12-17). Bukankah dalam sejarah Indonesia Kristen melihat jelas kisah perbuatan dahsyat Allah? Tepat seperti Musa dan Harun, dengan mengangkat hati kita pasrah kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan sendiri bertindak demi kehendak dan nama-Nya. Tuhan tahu apa yang harus Ia lakukan untuk Indonesia. Angkatlah hati kepada Tuhan agar perkara yang kita pasrahkan kepada-Nya, diurus dan diselesaikan-Nya. Jangan sekali-kali bertindak menurut batas budi dan daya kita sendiri!

Doa: Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Kuyakin bahwa hal-hal di bumiku ini sedang Kau urus agar merupakan wujud KerajaanMu.

(0.15035968) (Mzm 75:1) (sh: Keadilan Allah sumber harapan kita (Jumat, 22 April 2005))
Keadilan Allah sumber harapan kita

Keadilan Allah sumber harapan kita
Mengeluh, mencurahkan gejolak hati saat mengalami kesulitan hidup (pasal 74), adalah wajar. Memuji Tuhan, bersaksi tentang kebesaran-Nya dalam situasi hidup sulit yang sama, wajarkah? Bila Anda menjawab tidak, bersiaplah untuk berubah sesudah merenungkan Mazmur ini!

Situasi dan kondisi boleh sama sukar dan muskil, namun orang beriman bisa maju lebih daripada sekadar bersikap jujur mencurahkan isi hati di hadapan Tuhan. Doa adalah perjumpaan riil dengan Allah. Selain mengakui keberadaan diri secara jujur, doa juga menjumpai dan mengakui keberadaan Allah secara jujur. Bila itu terjadi, firman yang Allah ucapkan akan terdengar ulang secara baru (ayat 3). Prinsip kebenaran dan penghakiman Allah atas orang berdosa dan kenyataan bahwa Allah tak akan membiarkan dunia yang dikasihi-Nya diluluhlantakkan oleh para pelaku kejahatan, bukan lagi teori. Dalam perjumpaan nyata dengan Allah, kebenaran itu akan menjadi kenyataan seturut waktu Allah (ayat 3a). Dari perjumpaan itu, mengalirlah syukur dan kesaksian akan kedahsyatan Allah dan keajaiban karya-karya-Nya (ayat 2).

Sumber harapan kita bukan beberapa aspek diri dan sifat Allah, tetapi keseluruhan-Nya. Kita cenderung hanya menekankan sifat pemurah dan kasih Allah. Padahal Allah menyatakan banyak lagi sifat diri-Nya yang harus kita kenali dan imani penuh. Apabila kita hanya mengimani kebaikan-Nya dan tidak percaya pada keadilan dan penghakiman-Nya, bagaimana kita beroleh penghiburan dan pengharapan menghadapi berbagai kejahatan dalam hidup ini? PeMazmur mampu bersyukur dan bersaksi kendati kesulitan masih menekannya, sebab ia menatap kepada kedaulatan dan keadilan Allah. Kekuatan sejahat sedahsyat apa pun, tunduk ke bawah perintah Allah (ayat 7-8). Kejahatan merajalela segila apa pun, pasti harus menenggak cawan murka Allah (ayat 9).

Renungkan: Perhitungkan Allah sepenuh yang Ia nyatakan dalam firman-Nya, baru Anda dapat memperlakukan kondisi hidup macam apa pun sebagai seorang pemenang.

(0.15035968) (Mzm 79:1) (sh: Doa yang jujur (Rabu, 27 April 2005))
Doa yang jujur

Doa yang jujur
Biasanya doa yang dinaikkan kepada Tuhan tertata dalam kata-kata indah, penuh syukur dan puji kepada-Nya. Jeritan, keluh kesah, protes kita anggap tidak layak. Nuansa doa adalah kesejukan, ketentraman, dan kedamaian. Dalam teks ini kita bertemu doa yang sangat manusiawi, jujur, dan tidak munafik. PeMazmur berbicara apa adanya, semua yang mengganjal dituangkan tuntas.

Bait Allah telah dinajiskan, Yerusalem telah menjadi reruntuhan. Jenazah orang-orang percaya dijadikan santapan binatang liar, darah umat Tuhan tumpah di mana-mana (ayat 1-3). Oleh sebab itu, keinginan supaya para musuh mereka menuai bencana adalah keinginan yang wajar dan sangat manusiawi (ayat 6-7,12). Inilah doa yang sangat jujur dan tidak munafik. Lebih dalam daripada manusiawi peMazmur mengemukakan alasan bahwa kehancuran dan kekalahan umat Tuhan sama dengan kehancuran dan kekalahan Tuhan sendiri. Kemenangan bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan adalah sama dengan kemenangan dewa mereka (ayat 10). Oleh sebab itu Tuhan perlu menolong mereka demi nama-Nya sendiri (ayat 9).

Doa peMazmur adalah doa yang terbuka, komunikasi yang transparan. PeMazmur menyadari bahwa salah satu alasan penderitaan mereka adalah dosa-dosa masa lampau mereka (ayat 8). Namun, peMazmur juga meyakini belas kasih Tuhan yang melampaui kebersalahan mereka. Itu sebabnya ia berani menaikkan permohonan disertai tekad untuk memasyhurkan nama Tuhan selama-lamanya.

Saat Gereja Tuhan dianiaya, sikap doa yang jujur, terbuka kepada Tuhan harus dipanjatkan. Gereja boleh berseru mohon pertolongan. Gereja bahkan boleh menuntut agar kebenaran ditegakkan dan musuh dihukum. Akan tetapi, Gereja tidak boleh lupa memeriksa diri dengan jujur, mengaku segala dosa, dan bertobat. Gereja juga harus bertekad untuk hidup lebih sungguh bagi Tuhan, menyaksikan Dia dengan setia.

Renungkan: Doa yang tulus didengar Tuhan. Doa sedemikian membukakan diri untuk dibentuk Tuhan.

(0.15035968) (Mzm 81:1) (sh: Musik sebagai sarana ekpresi iman (Jumat, 29 April 2005))
Musik sebagai sarana ekpresi iman

Musik sebagai sarana ekpresi iman
Mazmur pujian ini mengajak umat Tuhan untuk terlibat dalam satu ensambel kolosal. Musik dan nada meneruskan kata-kata untuk mengekspresikan sukacita dan syukur kepada Tuhan. Ada bahayanya perayaan kolosal seperti ini. Seperti Natal sering dirayakan keluar dari inti berita Natal karena nilai-nilai asing yang menyelinap di dalamnya (misalnya, Sinterklas), demikian juga perayaan pujian Israel di sini bisa kehilangan makna atau disusupi makna lain. Itu sebabnya dasar dan alasan memuji Tuhan tidak boleh dilupakan. Ia diatur dalam hukum Allah (ayat 5).

Pesan Mazmur ini jelas, pesan pembebasan. Israel pernah dilepaskan dari perbudakan Mesir oleh Tuhan (ayat 6-8). Oleh sebab itu Tuhan menuntut mereka untuk hanya menyembah Dia (ayat 9-11). Kenyataan bahwa Israel lebih memilih untuk hidup bagi diri sendiri (ayat 12), menunjukkan mereka gagal menghayati pesan ini. Akibatnya, mereka tidak bisa menikmati pembebasan mereka sepenuhnya. Ada belenggu hati yang belum dibebaskan (ayat 13). Hanya pertobatan yang sungguh akan membawa kembali mereka dalam tangan kasih setia Tuhan. Bila Israel taat dan setia, mereka akan menikmati Tuhan dan mengalami lagi pembebasan (ayat 14-17).

Tuhan terlalu besar dan terlalu agung sehingga berbagai sarana dipergunakan umat-Nya untuk membahasakan kebesaran dan keagungan Tuhan itu. Semua upaya manusia hanya bisa mengangkat ke atas permukaan sebagian kecil kebesaran dan keagungan Tuhan. Kidung pujian dan musik adalah salah satu sarana. Nyanyian yang diangkat ke atas ke arah Allah harus dibarengi dengan hati dan kehidupan yang tengadah ke atas agar pujian terharmoni, sepadan, dan senada dengan kehidupan. Apabila kehidupan tidak sesuai dengan jalan dan kehendak Tuhan, maka nada dan musik tidak lebih dari sebuah sarana yang sumbang dan lumpuh.

Renungkan: Pujian yang berarti dan dinikmati Tuhan bukan musik atau melodi yang indah, melainkan hati yang bersyukur dan sikap hidup yang memuliakan Dia.

(0.15035968) (Mzm 85:1) (sh: Kemarin, kini, kelak (Rabu, 28 September 2005))
Kemarin, kini, kelak

Kemarin, kini, kelak Doa dalam mazmur ini mungkin dipanjatkan dalam era pasca pembuangan. Era itu masa kesulitan. Mereka harus membangun di atas puing-puing kehancuran, akibat dari ketidaksetiaan mereka terhadap Tuhan. Memang mereka sudah kembali dari pembuangan, namun Bait Allah seolah hampa hadirat-Nya. Tanah masih belum memberi hasil, juga kedamaian seolah masih jauh dari pengalaman nyata mereka. Realitas mereka waktu itu menyatakan bahwa sesudah pemulihan awal itu mereka masih memerlukan pemulihan lanjutan dari Allah.

Pada situasi demikian umat mengingat kembali bahwa Allah adalah pemulih, pengampun yang di masa lalu telah reda dari murka-Nya (ayat 2-4). Pemazmur juga mengacu kepada sabda pelihat yang menatap ke depan (ayat 9), yang menyatakan bahwa syalom akan terwujud dalam pengalaman nyata mereka (ayat 10-14). Dalam kepedihan pertobatan, timbul ingatan akan kasih setia Tuhan, juga kecermatan menatap penuh hasrat ke saat ketika syalom diwujudkan Allah di bumi ini. Dalam kaitan dengan dua keyakinan itulah pemazmur menaikkan permohonannya agar Allah memulihkan mereka dan meniadakan murka-Nya atas mereka (ayat 5-8).

Kegagalan dengan segala akibat pahitnya, juga kebutuh-an akan pemulihan Allah yang berkesinambungan bukan saja pengalaman umat Perjanjian Lama, tetapi juga kita kini. Tokoh-tokoh Kristen seperti Thomas a Kempis, Oliver Cromwell menarik pelajaran penting dari mazmur ini. Se-perti mereka, kita patut secara serius menghayati pertobatan dan kerinduan akan terwujudnya kesetiaan dan pemerintahan Allah yang dulu pernah Ia nyatakan dan yang kelak akan Ia genapkan, menjadi pengalaman nyata kita kini.

Renungkan: Kemarin, kini, dan kelak Allah tidak berubah dalam kesetiaan-Nya dan pasti merampungkan rencana-rencana kekal-Nya. Sepanjang masa kehidupan kita bisa menjadi bermakna dan bertujuan bila kita menghayati kebenaran ini.

(0.15035968) (Mzm 86:1) (sh: "Engkau sendiri saja Allah" (Kamis, 29 September 2005))
"Engkau sendiri saja Allah"

"Engkau sendiri saja Allah" Sama atau bedakah sikap orang beriman dari orang tak beriman ketika memikul beban berat kehidupan? Jujur, sering kali sikap keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Demikian juga yang kita lihat selintas dalam mazmur ini. Namun, bila kita lebih teliti melihatnya, kita akan menjumpai perbedaan mendasar. Di pusat semua pergumulan manusiawinya, pemazmur menempatkan Allah. Sambil mempererat komitmennya kepada Allah dan berfokus pada sifat hakiki Allah (ayat 8-13), pemazmur mencurahkan reaksi-reaksi manusia-winya dalam kesusahan. Keunikan inilah yang harus membedakan sikap orang beriman dari orang tidak beriman dalam menanggung kesusahan hidup.

Terbuka dalam mengungkapkan masalah berat yang ditanggung, jujur tentang perasaan yang timbul, dan gam-blang mengungkapkan permohonan menjadi ciri doa-doa pemazmur (ayat 1-7,14-17). Kalau hanya itu, hampir tidak dapat dibedakan reaksi orang beriman dari reaksi orang tidak beriman dalam kesusahan, bukan? Justru doa dan keluhan demikian harus dipandang salah sebab berpusat pada perasaan, kebutuhan, dan permohonan diri sendiri saja. Namun, doa pemazmur tidak egoistis. Di pusat pergumulannya itu, tebersit sikapnya yang mengutamakan Tuhan dan meninggikan kemuliaan-Nya. Allah saja satu-satunya tempat ia mengadu dan memohon. Ia memohon agar nama Tuhan dihormati semua orang dan ia sendiri pun takut akan nama itu (ayat 9b,11b).

Menjadi beriman bukan berarti menjadi orang aneh dan tidak manusiawi. Banyak hal yang membuat orang tak beriman menjadi gelisah, menangis, dan berkeluh-kesah. Merupakan hal yang wajar jika kita, sebagai orang beriman mengalaminya. Namun, karena pusat hidup kita bukan lagi diri kita sendiri, tetapi Tuhan Allah yang sudah menebus kita melalui Yesus Kristus, maka prinsip kita menghadapi masalah hidup pun harus berbeda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.15035968) (Mzm 91:1) (sh: Menjadi seorang pangeran (Jumat, 21 Desember 2001))
Menjadi seorang pangeran

Menjadi seorang pangeran. John Bunyan pernah menulis sebuah buku cerita yang indah sekali. Ketika Ia sedang dipenjarikan karena kesaksiannya tentang Injil. Buku itu berjudul Perjalanan Seorang Musafir. Dalam buku itu, ia menggambarkan bagaimana liku-liku kehidupan orang percaya bak sebuah perjalanan panjang menuju negeri kekal.

Mazmur hari ini pun berbicara mengenai kehidupan sebagai suatu perjalanan. Bagaimanakah kita sebagai orang-orang percaya harus menjalani hidup ini? Pemazmur berbicara mengenai percaya kepada Allah, tempat perlindungan yang sejati (ayat 1-2). Perjalanan hidup ternyata bukan sesuatu yang mulus tanpa rintangan (ayat 3-8). Melihat kenyataan ini, pemazmur mengulangi lagi keyakinannya bahwa Allah adalah benteng keselamatan (ayat 9). Orang yang percaya pada-Nya tak perlu gentar karena secara kongkret Allah melindungi orang-orang yang mengasihi Dia.

Di sini kita melihat gambaran yang amat indah. Allah begitu mengasihi kita, sehingga di dalam perjalanan hidup kita selalu ada bodyguard-bodyguard, yaitu para malaikat, yang diutus untuk menjaga kita. Kita adalah pangeran-pangeran kesayangan Allah (ayat 9-13). Meskipun kehadiran malaikat- malaikat di sekitar kita sering tidak kita sadari, namun mereka benar-benar nyata hadir dalam hidup kita.

Setelah pemazmur menyatakan imannya pada Allah karena Dia adalah tempat yang aman dan karena Dia memberikan perjalanan yang aman, kita sampai pada bagian yang mengejutkan. Ayat 14-16 merupakan respons Allah langsung sebagai jaminan keamanan karena kepercayaan yang ditunjukkan dalam ayat-ayat sebelumnya, karena hati yang sepenuhnya mencintai Allah begitu erat (ayat 14). Allah memberikan kasih setia-Nya kepada mereka yang berseru pada-Nya. Munculnya tujuh kali frasa "Aku akan . . . " menunjukkan suatu kepastian yang amat teguh, bahwa Allah pasti menjawab doa.

Renungkan: Sadarkah bahwa diri Anda adalah seorang pangeran kesayangan Allah? Maukah Anda bersyukur atas hal itu? Mari kita belajar mempercayakan keselamatan hidup kita pada-Nya. Wujud-kanlah konsep kebenaran ini dalam realitas hidup Anda tiap-tiap hari.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA