(0.14767081081081) | (Im 8:1) |
(sh: Melayani Allah yang kudus (Selasa, 10 September 2002)) Melayani Allah yang kudusMelayani Allah yang kudus. Pasal ini dimulai dengan memberikan garis besar dari bagian bagian selanjutnya (ayat 1-5). Pendahuluan ini berfungsi untuk menegaskan bahwa perintah ini memang berasal dari Allah. Kita memperhatikan adanya pengulangan frasa, “seperti yang diperintahkan Tuhan kepada Musa” berkali-kali (ayat 9,13,17,dst.). Hal ini ingin menunjukan bahwa Musa, Harun dan keturunannya taat kepada Allah, dan ingin menyatakan kepada Israel bahwa asal mula ibadah mereka buan dari tradisi manusia, namun dari Allah. Kemudian kita melihat 2 upacara yang berbeda, namun terkait. Pertama, pengudusan mezbah dan kemah pertemuan, serta pengudusan Harun sebagai imam besar (ayat 6-12). Umat mula-mula dikumpulkan “didepan pintu kemah pertemuan”. Lalu Harun dan anak-anaknya dibasuh dengan air, sebagai pembasuhan secara fisikal, juga sebagai pemurnian. Musa mengenakan pakaian imam untuk anak-anak Harun, dan pakaian imam besar untuk Harun yang mencakup hal-hal seperti tercatat dalam Kel. 28 dan 39. Kedua,penahbisan Harun dan anak-anaknya sebagai imam-imam, yang dilakukan dengan rangkaian persembahan kurban dan upacara pemurnian, dilakukan selama 7 hari (ayat 13-36). Penahbisan merupakan pengalihan atau transfer status/jabatan. Darah kurban menyucikan Harun dan anak-anaknya, serta mengikat mereka dalam perjajian untuk melayani Allah dalam kemahNya. Selanjutnya persembahan unjukan diserahkan di telapak tangan Harun untuk dipersembahkan kekpada Tuhan karena persembahan itu adalah untuk kepentingannya dan anak-anaknya (ayat 27). Terakhir Musa menyelesaikan penahbisan itu dengan minyak urapan (ayat 30). Melalui perikop ini kita belajar bahwa seseorang yang telah dipilih Allah menjadi pelayanNya, tidak otomatis dapat menjalankan tugas tersebut sebab orang tersebut harus terlebih dahulu dikuduskan, dan menjadi kudus. Renungkan: Ingat bahwa sebeum anda melayani, memimpin, bersaksi, berbagi, anda perlu menguduskan diri anda, dan seterusnya hidup kudus karena Allah yang anda layani adalh kudus. |
(0.14767081081081) | (Im 24:1) |
(sh: Ibadah orang biasa? (Kamis, 26 September 2002)) Ibadah orang biasa?Ibadah orang biasa? Jika dibaca sekilas, bagian ini seolah-olah murni berbicara mengenai apa yang Harun – sebagai Imam Besar yang Allah sendiri pilih, urapi dan kuduskan – harus lakukan di dalam kemah Pertemuan di hadapan Allah. Padahal, yang kita baca ini baru separuh dari apa yang disampaikan oleh nas ini. Perintah-perintah ini juga menggarisbawahi peranan umat Israel (baca= orang biasa aja) dalam ibadah di hadapan Tuhan, dan juga menunjukkan arti penting peran umat (sekali lagi baca= orang biasa) dalam kekudusan seluruh bangsa. Peraturan pertama dalam nas ini berkenaan dengan minyak untuk lampu, yang dipasang di depan tabir yang menutupi tabut perjanjian di dalam Kemah Pertemuan (ayat 3). Dalam peraturan itu dikatakan bahwa lampu itu harus tetap menyala, tiap hari dari petang sampai pagi (ayat 2-3), dengan bahan baker minyak zaitun tumbuk yang – berdasarkan perintah langsung dari Allah – harus dibawa oleh umat (ayat 1).Artinya, umat punya peran langsung untuk menjaga lampu agar lampu itu tetap menyala. Bahkan, seorang penafsir menyatakan bahwa Israel adalah umat yang terangnya memancar kepada bangsa-bangsa. Keduanya menonjolkan peran seluruh Israel (termasuk orang biasa) di hadapan Allah, tidak hanya Harun. Peraturan kedua, yang berkenaan dengan roti sajian, juga mengarah pada hal yang sama. Dua belas roti itu menunjuk kepada bilangan suku-suku Israel (ayat 5). Sementara tepung gandum yang menjadi adonan bagi roti tersebut menunjuk kepada hasil dan pekerjaan utama bangsa itu. Karena itu, persembahan, yang adalah kewajiban perjanjian Israel untuk ‘selama-lamanya’ (ayat 8), merupakan symbol dari kewajiban perjanjian umat (baca= orang biasa) untuk memuliakan Allah melalui hasil keringat mereka sehari-hari secara rutin. Renungkan: Tindakan-tindakan ibadah yang dilakukan orang-orang Kristen, seharusnya terus menjadi cermin dari tindakan kehidupan dirinya sehari-hari. Jika tidak, maka sama seperti kata Yakobus: “Iman tanpa perbuatan-perbuatan adalah mati” (Yak. 3:36). |
(0.14767081081081) | (Ul 6:13) |
(sh: Untuk diingat dan dilakukan dalam keluarga (Minggu, 4 Mei 2003)) Untuk diingat dan dilakukan dalam keluargaUntuk diingat dan dilakukan dalam keluarga. Orang tua Israel memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan agama bagi anak-anak mereka (ayat 20-21). Mereka harus mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel dan apakah yang diperintahkan- Nya bagi mereka. Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa melalui sejarah bangsa mereka, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel; [1] mereka memiliki pengalaman bersama Tuhan di saat Ia membebaskan Israel (ayat 21); [2] mereka menyaksikan penghakiman Tuhan di saat Ia mencelakakan Mesir (ayat 22); dan [3] mereka menerima janji serta rencana Tuhan dengan memiliki negeri (ayat 23). Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan juga menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya. Ia memberikan ketetapan-ketetapan yang kepadanya Israel harus berpegang (ayat 24). Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan menetapkan mereka untuk: [1] bersungguh-sungguh menjaga dan berpegang pada perintah-Nya karena melaluinya Tuhan akan memelihara mereka (ayat 17,23-24); [2] melakukan apa yang benar dan baik di mata Tuhan (ayat 18-19); serta [3] terus menceritakan kepada anak cucu mereka bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari Mesir (ayat 20-22). Dengan demikian maka iman kepada Tuhan akan terus terpelihara dalam komunitas orang percaya. Renungkan: Mengingat perbuatan Tuhan di masa lampau serta menjalani firman- Nya merupakan hal-hal mendasar bagi kita kini juga. Bacaan Untuk Minggu Paskah 3 Kisah Para Rasul 3:12-19; 2Yohanes 3:1-7; Lukas 24:36b-48; Mazmur 4 Lagu: Kidung Jemaat 397 |
(0.14767081081081) | (Ul 23:1) |
(sh: Identitas sejati umat TUHAN (Kamis, 1 Juli 2004)) Identitas sejati umat TUHANIdentitas sejati umat TUHAN. "Yesus cinta semua bangsa. Semua bangsa di dunia. Putih, kuning dan hitam semua dicinta Yesus. Yesus cinta semua bangsa di dunia". Anda ingat lagu ini? Lagu ini menyatakan sikap tidak diskriminatif Yesus terhadap semua bangsa. Semua bangsa dicintai Yesus. Umat Tuhan terdiri dari orang-orang dari berbagai suku, bangsa, dan bahasa. Seperangkat peraturan di perikop ini terlihat asing bahkan diskriminatif bagi kita masa kini, namun dalam konteks saat itu merupakan masalah identitas diri (ayat 1-8). Ayat 1 melarang orang yang dikebiri untuk menjadi bagian dari umat Tuhan, sangat mungkin berhubungan dengan penyembahan berhala (orang mengebirikan diri sebagai bagian dari ibadah kepada dewa-dewa tertentu). Tuhan juga melarang anak haram menjadi bagian umat Tuhan, mungkin karena merupakan hasil perzinahan dengan pelacur bakti (pelacur di kuil) (ayat 2). Lalu, Tuhan melarang keturunan Amon dan Moab untuk menjadi bagian dari umat Tuhan karena kedua bangsa itu adalah bangsa yang secara sengaja memusuhi Israel, dengan demikian secara sengaja pula memusuhi Allah (ayat 3-6)! Sebaliknya, Edom adalah saudara Israel yang harus dirangkul, dan Mesir pun harus dikasihi oleh karena Israel dulu pernah tinggal di sana (ayat 7-8). Sedangkan peraturan-peraturan berikutnya (ayat 9-14) lebih berkaitan dengan kebersihan diri dalam bersekutu dengan umat Tuhan. Masalah identitas yang dulu mengikat Israel, sekarang dalam terang Perjanjian Baru diperjelas makna rohaninya. Identitas umat Tuhan bukan terletak pada pernah menjadi penyembah berhala, anak haram hasil perzinahan di kuil, anggota dari suatu bangsa yang jahat, atau tidak. Melainkan setiap orang yang mengaku Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya adalah bagian dari umat Tuhan. Yang diutamakan adalah pengenalan jati diri umat Tuhan. Umat Tuhan adalah umat yang dikuduskan, umat yang menjaga diri dari hal-hal yang najis. Renungkan: Bukan siapa aku dulu, tetapi siapa aku sekarang yang menentukan apakah aku termasuk umat Tuhan atau tidak. |
(0.14767081081081) | (Ul 32:34) |
(sh: Kasih yang tidak berkesudahan (Senin, 19 Juli 2004)) Kasih yang tidak berkesudahanKasih yang tidak berkesudahan. Allah yang menghukum karena cemburu-Nya, Allah juga yang membela umat kepunyaan-Nya. Namun, Ia menantikan saat-saat umat-Nya sadar akan kesalahan mereka, lalu berpaling dan bertobat. Saat itulah Ia bertindak menyatakan penyelamatan-Nya sekali lagi. Bagian terakhir nyanyian Musa ini sekali lagi menunjukkan belas kasih dan kasih setia Allah yang tidak pernah memudar dari umat-Nya. Kalau sepertinya Allah membiarkan mereka menderita di dalam dosa, itu bukan karena Ia membenci mereka. Bukan pula karena Ia sudah habis akal dan habis sabar. Semua penderitaan dimaksudkan agar Israel sadar bahwa mereka sudah berdosa kepada-Nya. Allah sengaja membiarkan mereka 'tenggelam' dalam pergumulan kesesakan dosa-dosa mereka, supaya mereka mencari kelepasan. Tatkala mereka menyadari bahwa kelepasan tidak akan mereka temukan pada ilah-ilah yang mereka sembah, barulah mereka berpaling kepada Dia (ayat 36-37). Saat itulah Ia akan bangkit kembali menebus umat-Nya dari tangan para musuh yang mencengkeram mereka. Dengan keperkasaan Allah menghancurkan lawan-lawan-Nya, supaya umat-Nya dibebaskan, Nama-Nya kembali dipuji bukan hanya oleh Israel, tetapi juga oleh bangsa-bangsa lain yang melihat kebesaran-Nya (ayat 39-43). Dengan berakhirnya nyanyian itu, tuntas sudah segala nasihat yang harus disampaikan Musa kepada umat Israel. Musa akan segera meninggalkan mereka, karena Tuhan tidak mengizinkan Musa masuk ke tanah perjanjian (ayat 48-52). Buat umat Tuhan masa kini, nyanyian peringatan Musa ini seharusnya menolong kita untuk mawas diri. Allah setia dan mengasihi kita, tetapi kita tidak boleh mempermainkan kasih setia-Nya. Mempermainkan kasih setia-Nya akan mendatangkan penghukuman Allah bagi kita. Maukah kita dipukul dahulu oleh tangan penghukuman-Nya agar kita bertobat sungguh-sungguh? Doaku: Tuhan, aku tidak mau bermain-main dengan dosa. Karena aku tahu Engkau membenci dosa. Tolong aku untuk hidup setia kepada-Mu, karena Engkau senantiasa setia dan mengasihiku. |
(0.14767081081081) | (1Sam 14:24) |
(sh: Jangan gegabah memutuskan. (Minggu, 7 Desember 1997)) Jangan gegabah memutuskan.Jangan gegabah memutuskan. Tak perlu mati konyol. Bila benar bahwa kutukan yang Saul perintahkan adalah perintah Tuhan, pasti Yonatan mati. Ternyata tidak. Sebabnya, perintah itu keluar dari diri Saul sendiri dan bukan perintah Tuhan. Tatkala Saul berikhtiar membunuh Yonatan, rakyat pun melindungi Yonatan. Betapa sedih menyaksikan kepemimpinan yang tidak di dalam Tuhan ini. Karena Samuel tidak lagi menyertai Saul, Saul kini membangun mezbahnya sendiri (ayat 35-36). Tindakan bodoh yang satu diikuti oleh tindakan lebih bodoh lagi berikutnya. Tidakkah Saul belajar dari kesalahannya pertama? Begitulah rupanya. Saul makin jauh dari Tuhan, makin tenggelam dalam dosanya. Nampak kepada kita bahwa Saul makin ditinggalkan Allah. Bukannya bertobat, Saul kini berusah menggantikan Allah dengan ilah buatannya sendiri. Kutukan yang diucapkannya untuk rakyat dan Yonatan anaknya, kini ternyata berbalik mengejar dirinya sendiri. Pemimpin yang baik sebenarnya bertugas memimpin rakyat ke dalam berkat, bukan kutuk. Renungkan: Orang yang dekat dengan Tuhan tidak mungkin ditandai oleh ucapan yang mengutuki orang lain. Doa: Penuhi kami dengan sejahteraMu agar kami boleh memelihara hidup yang telah Kau percayakan ini. |
(0.14767081081081) | (2Sam 16:15) |
(sh: Terjebak kelicikan sendiri (Minggu, 05 Juli 1998)) Terjebak kelicikan sendiriTerjebak kelicikan sendiri Nasihat yang menjerumuskan. Adalah kebiasaan yang lazim bahwa para pemimpin membutuhkan para penasihat. Ahitofel yang telah menjadi penasihat Daud, kini dipercaya menjadi penasihat Absalom. Bila Daud begitu mempercayai nasihat Ahitofel, demikian jugalah Absalom (ayat 23). Tetapi nasihat Ahitofel kali ini ternyata menyesatkan. Mana mungkin Allah menyuruh seseorang untuk mencabuli wanita, bukan hanya seorang; dan celakanya, gundik-gundik ayahnya! Waspadalah terhadap nasihat atau pun petunjuk yang bertentangan dengan Firman Allah sekalipun dikemas secara rohani. Sikap waspada. Zaman sekarang ini tidak sedikit kita jumpai nasihat-nasihat yang mengatasnamakan Allah demi untuk memenuhi kepuasan diri dan ambisi pribadi. Orang-orang yang melakukan itu tidak saja menyesatkan banyak orang, tetapi lebih dari itu mereka mempermalukan Allah dan mengundang murka-Nya! Tidak pernah Allah memerintahkan umat-Nya melakukan hal yang tidak dikehendaki-Nya. Sekarang ini banyak nasihat-nasihat keprihatinan, kepedulian yang terselubung dalam tempat konsultasi dan dikemas dengan nilai-nilai rohani. Segala cara dihalalkan. Tidak peduli nasihat itu menjurumuskan, yang penting mendatangkan keuntungan pribadi dan kepuasan diri. Renungkan: Persiapkanlah akal budi kita, waspadalah, dan jadilah anak-anak Allah yang takut akan Tuhan! Doa: Tuhan, Engkaulah Penasihat ajaib dalam hidupku, arahkanlah aku, ya Tuhan. |
(0.14767081081081) | (2Raj 4:8) |
(sh: Allah, Sandaran Hidupku (Rabu, 19 Agustus 2015)) Allah, Sandaran HidupkuJudul: Allah, Sandaran Hidupku Dalam hidup Elisa, wanita Sunem menempati posisi penting dalam pelayanannya. Segala kebutuhan makan, minum, dan tempat tinggal disediakan oleh wanita tersebut (8). Terlihat jelas bahwa wanita Sunem mengetahui identitas kenabian (9) dan kebiasaan membaca dari Elisa. Itu sebabnya wanita itu menyediakan peralatan baca dan tulis di kamar Elisa (10). Sebenarnya bukan karena perbuatan wanita itu yang membuat Elisa peduli. Lebih dari itu adalah ketulusannya memberikan tumpangan tanpa pamrih dan halus budi pekertinya menghormati Elisa sebagai nabi Allah. Walaupun wanita itu tidak meminta balas jasa, tetapi Elisa ingin memberikan sesuatu yang bernilai atas kebaikan hatinya, yaitu seorang anak (11-17). Awalnya, hadiah seorang anak dari nabi Elisa membuat kebahagiaan keluarga ini menjadi sempurna. Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebab anak itu meninggal karena penyakit misterius (18-20). Fakta ini menghancurkan seluruh kebahagiaan dan harapan keluarga ini. Dalam kondisi yang pahit serta getir, wanita Sunem tidak kehilangan iman kepada Allah. Dengan segera ia ke gunung Karmel mencari Elisa, sebab ia percaya bahwa Allah Elisa mampu menghidupkan kembali anaknya (25-27a). Keyakinan yang besar terhadap Allah Elisa membuat wanita ini tidak mau bangkit berdiri apabila Elisa tidak mau ke rumahnya (30). Sebab wanita itu tahu bukan tongkat Elisa yang berkuasa, melainkan roh Allah yang ada pada Elisa (29, 31-34). Ternyata benar apa yang diyakini wanita tersebut. Kehadiran Allah melalui diri Elisa membuat harapan yang lenyap menjadi bersinar kembali (35-36). |
(0.14767081081081) | (2Raj 10:18) |
(sh: Jangan pernah berpikir Allah bisa diperalat (Rabu, 31 Mei 2000)) Jangan pernah berpikir Allah bisa diperalatJangan pernah berpikir Allah bisa diperalat. Penyembahan Baal sudah sejak lama diberlakukan dan dipromosikan oleh dinasti Ahab, maka sangatlah lumrah dan logis bila Yehu menghancurkan penyembahan agar kenang-kenangan terhadap regim lama hilang dari rakyat Israel. Tetapi mengapa panggilan Yehu kepada seluruh nabi Baal untuk menghadiri upacara penyembahan Baal secara besar-besaran dapat dikatakan efektif? Mengapa penyembah Baal yang setia tidak curiga akan motivasi Yehu? Nampaknya sebagai ajudan Ahab, Yehu juga menjadi penyembah Baal bersama-sama keluarga kerajaan. Sebagai seorang manusia yang dapat secara sigap memperalat agama untuk mencapai tujuannya, dulu mungkin memperlihatkan sebagai seorang penyembah Baal yang setia. Namun pelenyapan para nabi dan penyembah Baal serta penghancuran penyembahan dan kuil Baal sebetulnya bukan merupakan bukti bahwa Yehu mempunyai komitmen pribadi kepada Allah. Ini terbukti ketika tujuan pribadinya sudah tercapai, semangat yang menggebu-gebu untuk Allah pudar. Reformasi agama yang sudah ia mulai dengan penghancuran kuil Baal tidak terus berlanjut. Malah ia sendiri kini mempromosikan penyembahan dewa asing yang pernah dimulai Yerobeam sebagai agama negara dan hanya berkonsentrasi kepada pemerintahannya saja. Yehu sudah memperalat Allah untuk mendapatkan dan memperkokoh takhtanya. Padahal ia menjadi raja karena Allah memilih dia. Dan sekarang setelah semuanya didapat, dia mengesampingkan dan 'memperistirahatkan' Allah. Seharusnya ia menyadari bahwa tidak pernah dapat memperkokoh takhtanya tanpa keterlibatan Allah. Allah membuktikan bahwa Dia tidak dapat diperalat Yehu dengan memberikan batas waktu keturunan Yehu memerintah di Israel. Dia juga sudah mulai mengurangi wilayah kekuasaan Israel dan mengizinkan bangsa Aram mengalahkan mereka. Renungkan: Hubungan pribadi orang percaya dengan Allah yang berdasarkan komitmen dan penyerahan diri secara penuh merupakan faktor penentu di dalam kehidupannya. Sebab tidak pernah seorang percaya tidak mengalami sesuatu di dalam hidupnya, ketika persekutuan dan hubungan pribadinya dengan Allah berubah. |
(0.14767081081081) | (2Raj 10:18) |
(sh: Ketaatan total (Kamis, 23 Juni 2005)) Ketaatan totalKetaatan total
Tinggal satu langkah terakhir yang harus dilakukan Yehu, yakni menghabisi semua orang Israel yang pernah menyembah Baal mulai dari para pelayannya sampai dengan para simpatisannya. Cara Yehu memusnahkan para penyembah Baal itu sungguh taktis. Yehu berpura-pura ingin menyembah Baal yang juga diagungkan Ahab. Akibatnya sungguh dahsyat, tidak seorang pun penyembah Baal yang tidak hadir (ayat 18-22). Setelah mereka datang, Yehu menjebak mereka di rumah Baal saat mereka sedang menyembah Baal, dan memusnahkan mereka semua (ayat 23,25-28). Tepat sebagaimana nubuat Elisa terhadapnya, demikianlah Yehu melenyapkan semua hal tentang Ahab (ayat 24). Ketaatan Yehu mendatangkan berkat Tuhan baginya dan bagi keturunannya (ayat 30). Sayangnya, hati Yehu tidak sepenuhnya berpaut pada Allah, ia masih melakukan dosa-dosa seperti yang dilakukan Yerobeam bin Nebat (ayat 29,31; Lihat 1Raj. 12:28-30). Oleh karena itu, pemerintahan Yehu akan berakhir pada keturunannya yang keempat. Dan daerah kekuasaannya pun berkurang (ayat 30,32-33). Allah menghendaki ketaatan total dari umat-Nya ketika kita memutuskan untuk mengikut Dia. Salah satu bentuknya adalah tidak boleh ada hal apa pun yang lebih penting dari pada Tuhan. Sikap Tuhan Yesus yang taat kepada Bapa sampai akhirlah yang menjadi teladan nyata bagi kita. Mari kita memeriksa kehidupan kita, supaya jangan ada berhala-berhala yang menjauhkan kita dari ibadah sejati kepada-Nya dan yang akhirnya membuat kita menuai murka-Nya. Doaku: Tuhan ajarku setia pada-Mu dan jadikan aku umat-Mu yang taat sepanjang hidupku. |
(0.14767081081081) | (2Raj 18:1) |
(sh: Hizkia kudus dalam lingkungan berdosa (Rabu, 6 Juli 2005)) Hizkia kudus dalam lingkungan berdosaHizkia kudus dalam lingkungan berdosa Betapa sulit menjaga hidup kudus di lingkungan yang tidak mengenal Tuhan. Apalagi bila keluarga juga tidak seiman. Namun, itulah risiko hidup di dunia modern. Ternyata keadaan tersebut bukan hanya terjadi di dunia modern. Sejak zaman dulu anak-anak Tuhan sudah mengalami hal yang sama, yaitu tantangan dan godaan untuk kom-promi dengan dosa. Hizkia menjadi raja di tengah-tengah lingkungan yang jahat baik lingkungan di negaranya sendiri maupun di kerajaan Israel. Ahas, ayah Hizkia adalah raja yang tidak takut akan Tuhan. Pada masa pemerintahannya, Yehuda menyembah berhala. Sedangkan di bagian utara, kerajaan Israel dipimpin oleh Raja Hosea yang berlaku jahat sebagai penguasa terakhir. Tentu Hizkia menyaksikan kejatuhan Israel di tangan Asyur. Pada saat itu, ia belajar bahwa dosa harus dihukum. Israel berdosa besar terhadap Allah maka mereka harus menerima hukuman-Nya yang dahsyat. Hizkia menyadari dosa tersebut maka ia tidak mau mengulang dosa yang dilakukan ayahnya dan bangsanya. Hizkia memutuskan untuk hidup kudus dan setia beribadah kepada Allah Israel (ayat 3-6). Penulis 2Raja memberikan komentar yang sangat positif terhadap Hizkia, "di antara semua raja-raja Yehuda, baik yang sesudah dia maupun yang sebelumnya, tidak ada lagi yang sama seperti dia" (ayat 5). Kesetiaannya dihargai oleh Allah dengan memberikan kepadanya kemenangan terhadap para musuh Yehuda. Pada masanya tidak ada musuh yang bertahan melawannya. Sikap yang benar di tengah-tengah kedurjanaan adalah tetap percaya kepada Yesus, satu-satunya Allah yang layak disembah, dan setia mempertahankan hidup kudus. Biarpun orang lain menjalani hidup yang najis dan mengolok-olok cara hidup kudus kita sebagai anak-anak Tuhan, kita tidak boleh menyerah apalagi kompromi. Tuhan akan menyertai kita seperti Ia menyertai Hizkia. Camkan: Kita bisa melawan arus kejahatan dunia jika kita hidup dalam hadirat-Nya. |
(0.14767081081081) | (2Raj 18:13) |
(sh: Penghujatan terhadap Allah (Kamis, 7 Juli 2005)) Penghujatan terhadap AllahPenghujatan terhadap Allah Orang yang mengandalkan kekuatannya sendiri seringkali menganggap remeh orang lain bahkan merendahkan kuasa Tuhan. Tanpa disadarinya, ia sedang melawan Tuhan. Sanherib, raja Asyur yang sedang berjaya dengan pasukannya menaklukkan dunia pada waktu itu adalah orang demikian. Melalui wakilnya, juru minuman agung dari Lakhis, raja Asyur menekan Hizkia agar menyerah kepada Asyur. Juru minuman agung itu dengan pongahnya menyatakan bahwa Asyur tak terkalahkan. Ia menghina dan merendahkan Mesir yang menjadi andalan kerajaan-kerajaan kecil, termasuk Yehuda (ayat 21). Ia meremehkan kekuatan pasukan Yehuda (ayat 23-24). Ia bahkan menghujat TUHAN, Allah Israel dengan mengatakan bahwa TUHAN tidak berdaya melawan para dewa orang Asyur (ayat 30-35). Apa tindakan yang tepat menghadapi orang yang sombong seperti itu? Hizkia mula-mula bertindak kurang beriman, yaitu dengan membayar upeti kepada raja Asyur (ayat 14-16). Akan tetapi, kemudian Hizkia sadar bahwa ia harus bersandar kepada Tuhan. Itu sebabnya, ia memerintahkan agar rakyat jangan menjawab sepatah kata pun terhadap ejekan dan hujatan dari juru minuman agung dari Lakhis itu (ayat 36). Tujuannya supaya rakyat jangan terpengaruh atas bujukan dan tipu daya yang akan membuat mereka meragukan Allah mereka, Allah Israel. Menghadapi sikap sombong dan takabur orang-orang jahat, kita perlu mengandalkan hikmat Tuhan. Seperti Hizkia, kita tidak perlu menyerang balik kata-kata jahat dan hujat mereka. Serahkan pada Tuhan dalam doa karena Tuhanlah yang memiliki hak membalas (Rm. 12:19). Lawanlah kata-kata hujat dengan firman Tuhan. Maksudnya, jangan biarkan kata-kata jahat itu mempengaruhi Anda. Sebaliknya, jadikan firman-Nya pedoman yang pasti dan jaminan yang teguh untuk tetap hidup setia melayani Tuhan. Camkan: Satu-satunya cara menangkal tipu daya dan hujat Iblis adalah berdoa sesuai firman! |
(0.14767081081081) | (2Raj 22:1) |
(sh: Apa yang dibutuhkan bangsa ini (Minggu, 16 Juli 2000)) Apa yang dibutuhkan bangsa iniApa yang dibutuhkan bangsa ini. Komitmen awal Yosia untuk pembaharuan rohani bangsa Yehuda diperlihatkan melalui usaha kerasnya memperbaiki bait Allah (3-7). Tindakan itu dapat dikatakan kurang tepat dan hasilnya kurang efektif, sebab 2 raja sebelum Yosia sudah terlanjur merusak moral, akhlak, dan kerohanian bangsa Yehuda. Untuk memperbaiki keadaan ini dibutuhkan usaha yang lebih dari sekadar memperbaiki bait Allah. Sesungguhnya Yosia tidak mempunyai penuntun, karena pada zaman raja Manasye, hampir seluruh salinan kitab Taurat Musa sudah dimusnahkannya. Namun Allah tidak membiarkan kerinduannya yang tulus menjadi padam. Ia memberkati usaha Yosia. Perbaikan bait Allah memang tidak membawa kepada pembaharuan rohani namun memimpin kepada ditemukannya kitab Taurat -- yang akan memberi arah dan petunjuk bagi Yosia. Setelah kitab itu dibacakan, hati Yosia tergoncang karena ia menyadari betapa bangsa Yehuda sudah menjadi umat Allah yang sangat murtad. Begitu murtadnya sehingga hukuman Allah yang sudah direncanakan-Nya tidak dapat dibatalkan lagi (14-17). Yosia menanggapi berita yang menggoncangkan itu dengan sikap terbuka dan rendah hati (11-13). Karena itulah Allah menjanjikan berkat kepada Yosia dan menunda penghukuman bangsa Yehuda hingga kematiannya (20). Kitab Taurat yang ditemukan dan yang menghasilkan penundaan hukuman merupakan anugerah Allah yang besar. Karena berarti bangsa Yehuda masih mempunyai waktu untuk bertobat berdasarkan firman Allah. Pertobatan mereka akan mendatangkan berkat dari Allah, walaupun penghukuman atas bangsa dan negara Yehuda secara keseluruhan tetap akan terjadi. Renungkan: Jadilah seperti Yosia yang dengan tulus mereformasi bangsa ini dan yang tergoncang hatinya karena melihat betapa bangsa ini sudah meninggalkan kekudusan dan keadilan yang berdasarkan firman-Nya. Bacaan untuk Minggu ke-5 sesudah Pentakosta Yeremia 20:10-13 Roma 5:12-15 Matius 10:26-33 Mazmur 69:1-18, 34-36 Lagu: Kidung Jemaat 425 Pemahaman Alkitab 3 -- 2Raja-raja 21:1-18 "Like father, like son". Pepatah ini ternyata tidak berlaku bagi Hizkia dan anaknya, Manasye. Bila Hizkia berperilaku taat, setia kepada Tuhan dan ketetapan-ketetapan-Nya, Manasye melakukan kebalikannya. Perhatikan hal-hal yang dilakukan Manasye, semuanya sangat bertentangan dengan yang dilakukan Hizkia, antara lain dengan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan dengan mendirikan kembali bukit-bukit pengorbanan yang telah Hizkia musnahkan. Dan Yehuda mengalami kebobrokan seorang pemimpin dalam kebijakan-kebijakannya selama 55 tahun. Selama 32 tahun bangsa Indonesia pun mengalami hal yang sama. Penindasan terhadap orang-orang miskin, praktek KKN, ataupun praktek-praktek ketidakadilan sosial merebak di mana-mana. Beginilah bila suatu bangsa dipimpin oleh seorang yang kehidupan moral dan spiritualnya bobrok, rakyat pun akan terperosok dalam kebobrokan yang sama. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Seandainya Hizkia tidak meminta Tuhan memberinya umur panjang, dan Tuhan tidak mengabulkan permintaan tersebut, Manasye tidak akan lahir. Mungkinkah pengandaian ini akan menghindarkan Yehuda dari kehancuran? Jelaskan pendapat Anda! 2. Untuk menegaskan perbedaan sikap antara Hizkia dan Manasye, buatlah perbandingan sejajar terhadap hal-hal yang mereka lakukan! (18:3-6 dan 21:3-7). Dari perbandingan itu di manakah letak perbedaan hakiki antar keduanya? Mengapa dalam diri Hizkia mengalir kesetiaan kepada Allah, dan sebaliknya Manasye tidak? Jelaskan! 3. Hal apakah yang Allah pertimbangkan ketika menunda penghukuman-Nya atas Yehuda? (8). Didasarkan pada pertimbangan apakah bila akhirnya Allah menjatuhkan hukuman? (12-14). Dalam penghukuman tersebut dimanakah letak konsistensi Allah pada janji-Nya? (8) Jelaskan! 4. Saat ini bangsa Indonesia telah mempercayai arah bangsa ini kepada pemimpin yang baru. Dari kacamata Kristen, kriteria apakah yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin bangsa? Bila ternyata syarat-syarat yang ditetapkan tak terpenuhi, mampukah Kristen tampil dan menyuarakan kebenaran? |
(0.14767081081081) | (2Raj 24:8) |
(sh: Masa anugerah telah berakhir (Sabtu, 16 Juli 2005)) Masa anugerah telah berakhirMasa anugerah telah berakhir Dalam banyak pemerintahan seorang raja yang jahat dapat dikudeta oleh rakyatnya. Namun, karena pemerintahan Yehuda bersifat teokratis, raja-raja yang jahat langsung bertanggung jawab kepada Allah. Allah berdaulat untuk menghukum mereka. Dua raja terakhir Yehuda adalah adalah raja-raja yang jahat (ayat 24:9, 19). Yoyakhin hanya memerintah selama tiga bulan karena raja Babel mengepung Yerusalem dan menangkapnya serta merampas kekayaan istana dan Bait Allah dan menawan sebagian penduduk Yerusalem ke Babel (ayat 11-16). Zedekia, paman Yoyakhin, diangkat oleh Nebukadnezar menjadi "raja boneka" Babel. Zedekia menjadi raja di saat Kerajaan Yehuda begitu miskin dan lemah. Dalam kondisi demikian ia juga melakukan apa yang jahat di mata Allah, tepat seperti yang dilakukan Yoyakim. Walaupun Allah terus menerus mengingatkannya melalui para nabi, ia tidak kunjung bertobat (lih. 2Taw. 36:15-16). Bahkan setelah merasa kuat ia memberontak terhadap Babel. Perbuatan bodoh Zedekia mengakibatkan Yerusalem dikepung oleh tentara Babel selama dua tahun sehingga sisa penduduk kota itu mengalami kelaparan dahsyat (ayat 25:1-3). Upaya Zedekia melarikan diri menambah sengsara dirinya juga bangsanya (ayat 24:4-7). Puncaknya, seluruh kota itu dimusnahkan dan Bait Allah diratakan dengan tanah (ayat 8-21). Sepanjang sejarah Bangsa Israel, Allah berkali-kali mengampuni pelanggaran dan dosa-dosa umat-Nya. Akan tetapi, kali ini Allah tidak lagi mengampuni mereka. Masa anugerah bagi bangsa Israel telah berakhir, namun masa anugerah bagi umat Tuhan masa kini masih tersedia. Akan tiba waktunya masa itu diambil. Oleh karena itu, periksa hidup Anda apakah sudah di dalam Kristus. Kalau belum, sekaranglah kesempatan Anda untuk bertobat. Jangan sia-siakan kasih dan kesabaran-Nya. Camkan: Menunda pertobatan berarti meremehkan kasih-Nya dan menolak anugerah-Nya. |
(0.14767081081081) | (1Taw 16:7) |
(sh: Allah hadir (Minggu, 10 Februari 2002)) Allah hadirAllah hadir. Sesudah menegaskan pengkhususan tugas penyelenggaraan ibadah hanya kepada orang Lewi, Daud sendiri memimpin arak-arakan dan puji-pujian tersebut lalu memberikan berkat. Kini kita membaca mazmur yang ditujukan kepada Yahwe yang isinya jelas didasarkan atas Mazmur 105, 95, dan 106. Secara samar terlihat kesatuan fungsi raja dan imam bahkan juga nabi yang akan digenapi secara sempurna oleh Yesus Kristus. Mazmur Daud ini mengajar kita beberapa prinsip penting dalam ibadah yang menyenangkan hati Tuhan. Kala beribadah, memang kita bersyukur, berdoa, bernyanyi, dan bermazmur sebagaimana diungkapkan dalam panggilan untuk beribadah (ayat 8-13). Tetapi, inti dari ibadah adalah keyakinan bahwa Allah ada dan hadir dan berkenan didapati oleh mereka yang mencari dan meninggikan Dia. Allah adalah Allah perjanjian yang setia kepada janji-janji-Nya. Tema utama mazmur ini adalah penggenapan janji Allah menjadikan Israel umat-Nya, memberi mereka tanah perjanjian, membuat mereka suatu umat yang di dalam dirinya tanda-tanda kehadiran Allah terbaca dengan jelas (ayat 14-27). Kedatangan tabut perjanjian adalah salah satu penggenapan puncak dari janji Allah. Adalah kewajiban umat Allah untuk tidak melupakan hal tersebut. Mengingat-ingat kesetiaan Allah dan penggenapan janji-janji-Nya adalah inti dari penyembahan. Ibadah yang benar akan melahirkan semangat kesaksian. Umat yang menyembah Tuhan dan menyadari bahwa kemuliaan Allah tidak terbatas akan terdorong oleh kerinduan untuk mengajak segenap bangsa, bahasa, dan ciptaan untuk mengakui kemuliaan Allah itu (ayat 28-34). Renungkan: Kita seringkali gagal menyembah Tuhan dengan benar dan bersaksi bagi-Nya. Namun, Ia hadir dan akan mengerjakan maksud-maksud-Nya sampai kita sungguh menjadi penyembah dan saksi bagi-Nya. |
(0.14767081081081) | (1Taw 28:1) |
(sh: Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci (Minggu, 24 Februari 2002)) Penugasan Salomo untuk pembangunan Bait SuciPenugasan Salomo untuk pembangunan Bait Suci. Salomo ditunjuk sebagai penerus Daud untuk membangun Bait Suci. Hal ini menegaskan kembali janji Allah kepada Daud (ayat 1Taw. 17; lih. juga 2Sam. 7). Pertama, takhta Daud akan tetap selama-lamanya (ayat 17:14), kerajaan Daud akan kokoh seterusnya (ayat 28:7a). Kedua, Salomo menjadi anak perjanjian. "Aku telah memilih dia menjadi anak-Ku dan Aku akan menjadi bapanya." Bahasa yang mirip dipakai dalam perjanjian yang diadakan antara Yahweh dengan Israel (lihat Yer. 31:33; Yeh.l 36:28). Syarat yang diberikan adalah ". jika ia bertekun melakukan segala perintah dan peraturan-Ku .." (ayat 28:7b). Ketiga, Salomolah yang akan membangun rumah bagi Tuhan. Bagaimana tindakan Daud dalam penugasan Salomo ini? Pertama, ia memperkenalkan Salomo kepada para pemimpin Israel, bawahan-bawahan Daud, sekaligus menyatakan bahwa Salomo adalah orang pilihan Allah. Tujuannya adalah agar mereka mengakui dan mendukung Salomo (ayat 2-7). Kedua, ia "menahbiskan" Salomo di depan jemaat agar Salomo sadar akan tugas dan tanggung jawabnya di hadapan Allah, juga di hadapan umat Allah (ayat 8). Ketiga, ia menasihati Salomo agar setia kepada Allah dan menjalankan tugas pendirian rumah-Nya dengan benar (ayat 9-10). Ia juga meneguhkan Salomo agar bersandar penuh kepada Allah (ayat 20-21). Keempat, Daud telah menyediakan segala keperluan pembangunan itu terlebih dahulu. Sekarang ia menyerahkannya ke tangan Salomo untuk dipakai dalam pembangunan bait Suci tersebut (ayat 11-19). Renungkan: Mengemban tugas suci merupakan pilihan dan panggilan Allah, bukan inisiatif sendiri. Bila Anda merasa terpanggil untuk melayani Dia, yakinkanlah bahwa itu bukan karena Anda merasa melainkan karena sadar akan anugerah dan kedaulatan-Nya. |
(0.14767081081081) | (2Taw 8:1) |
(sh: Standar dan kemampuan (Kamis, 16 Mei 2002)) Standar dan kemampuanStandar dan kemampuan. Kedua hal ini, standar dan kemampuan, adalah hal-hal yang mutlak diperlukan dalam membangun apa pun. Baik dalam membangun hal-hal fisik maupun dalam membangun hal-hal spiritual, keduanya tidak dapat dipisahkan. Standar memberi kita ukuran jelas sehingga pembangunan yang kita lakukan terarah, dan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi. Kemampuan memberi kita daya yang memungkinkan kita tidak saja memulai dengan baik, tetapi juga meneruskan pembangunan sampai selesai. Perikop ini juga memaparkan kedua hal tersebut. Sebenarnya Bait Allah sudah rampung, bahkan sudah ditahbiskan (ps. 7). Tetapi, ayat 16 menggolongkan pasal 8 ini sebagai bagian penyelesaian pembangunan bait Allah. Pembangunan “bait Allah” dalam arti luas itu menyangkut pembangunan istana Salomo (ayat 1), pembangunan desa-desa yang ditolak Huram agar menjadi kota-kota yang laik huni (ayat 2), pembangunan kedaulatan dan teritorial Israel (ayat 3-6), pembangunan hubungan-hubungan kemasyarakatan (ayat 7-10), dan pembangunan tata ibadah (ayat 12-15). Sungguh suatu pembangunan yang luas, dan terpadu. Dengan demikian, tugas ini bukan tugas main-main, melainkan adalah suatu tugas raksasa dan teramat berat. Bagian ini menyaksikan dengan jujur keberhasilan dan kegagalan Salomo dalam membangun. Berpegang pada perintah Musa dan teladan Daud ayahnya (ayat 12-15), Salomo berhasil merampungkan pembangunan fisik terpadu tersebut, bahkan tata ibadah bait Allah. Namun, di sela-sela keberhasilan mengarahkan kapasitas yang ada untuk mencapai pola standar fisik dengan benar, Salomo gagal memenuhi standar lainnya yang lebih penting, yaitu kehidupan moral dan ibadah sesungguhnya, yaitu ketaatan terhadap kehendak Allah. Tindakannya memindahkan istrinya, dari kota Daud tempat tabut Allah disimpan ke istana khusus (ayat 11), mengisyaratkan kesadaran Salomo bahwa pernikahan politisnya itu salah di mata Allah. Renungkan: Pada dasarnya, tak seorang pun mampu membangun sempurna seluruh segi hidup rohani dan duniawi agar bernilai sesuai standar Allah. Standar seperti yang Alkitab paparkan hanya dapat kita penuhi melalui kekuatan Dia yang bangkit dan berhasil. |
(0.14767081081081) | (2Taw 15:1) |
(sh: Reformasi menyeluruh (Kamis, 23 Mei 2002)) Reformasi menyeluruhReformasi menyeluruh. Perang pertama, perang rohani yang Asa menangkan dalam catatan sebelum ini, dilakukannya pada waktu ia masih muda. Logis bahwa pembaruan yang dilakukannya masih terbatas dan belum menyeluruh mencapai seluruh wilayah kerajaannya. Baru sesudah ia memerintah selama lima belas tahun (ayat 10), Asa melanjutkan gebrakan pertamanya. Gerakan pembaruan itu tidak semata lahir dari dorongan Asa untuk mengungkapkan ibadah yang murni kepada Allah, tetapi dipicu oleh firman yang datang melalui nabi Azarya (ayat 1-2). Isi firman itu terdiri dari tiga hal penting. Pertama, gema ucapan Musa dan Yosua yang menyodorkan berkat dan kutuk ke hadapan Yehuda sesuai kesetiaan atau ketidaksetiaan sikap mereka kepada Allah. Kedua, pemaparan bukti-bukti sejarah bahwa firman tersebut benar terjadi (ayat 3-6). Ketiga, perintah agar Asa berteguh hati tetap melanjutkan kesetiaannya kepada Allah dan tid ak be rtindak setengah jalan. Berdasarkan ketiga segi kebenaran firman dari nabi itulah, Asa memulai gerakan reformasi rohani besar-besaran. Pertama, Asa memperluas pembersihan berhala-berhala najis di seluruh wilayah Yudea, Benyamin, bukit-bukit Efraim (ayat 8). Kedua, bukan saja pembersihan berhala di wilayah-wilayah itu, Asa menyadari bahwa pembaruan harus melibatkan perubahan sikap dan kebiasaan orang-orangnya. Itu sebab ia mengumpulkan orang-orang yang hidup dalam kerajaannya, dari semua unsur suku yang ada di sana, orang Yehuda, Benyamin, Efraim, Manasye, Simeon (ayat 9). Dalam hal ini, rakyat tersebut sedia menjalani pembaruan karena melihat kesungguhan tekad Asa. Gerakan dimulai dari teladan murni dan tekun yang menggerakkan hati orang-orang lain. Pembaruan hanya akan menjadi suatu gerakan reformasi apabila tindakan membuang yang salah diiringi dan diikuti oleh tindakan yang benar yang tumbuh menjadi kebiasaan baru; juga bila prinsip dan kebenaran dijunjung tinggi melampaui perasaan dan pertimb angan manusiawi seperti sungkan terhadap pihak yang masih berhubungan keluarga atau teman-teman dekat dlsb. Reformasi semacam itulah yang kini terjadi di bawah kepemimpinan Asa (ayat 10-18). Renungkan: Indah sekali akibat pembaruan: syalom dari Allah. |
(0.14767081081081) | (2Taw 36:1) |
(sh: Pembuangan, upeti, dan pengganti (Senin, 15 Juli 2002)) Pembuangan, upeti, dan penggantiPembuangan, upeti, dan pengganti. Masing-masing catatan mengenai trio raja terakhir Yerusalem sebelum Zedekia ini memperlihatkan terjadinya ketiga peristiwa ini kepada diri mereka. Hukuman Allah kepada Israel mulai diberlakukan. Meskipun demikian, Yoyakim serta Yoyakhin pun ditunjukkan tetap saja berbuat apa yang jahat di mata Tuhan (ayat 5,9). Akibatnya, ketiga raja tersebut sama-sama mengalami pembuangan. Mereka juga sama-sama dipaksa membayar upeti, sehingga harus membiarkan bait Allah dijarah. Bahkan mereka juga diturunkan, lalu digantikan oleh orang yang diangkat oleh bangsa asing. Ringkasnya catatan penulis Tawarikh tentang ketiga raja ini mengarahkan pembacanya ke satu hal penting: tidak ada hal yang dapat diteladani dari ketiga raja tersebut. Tindakan-tindakan mereka hanya mengulang dosa-dosa raja-raja jahat sebelum mereka. Sangat kontras, misalnya, dengan catatan penulis Tawarikh mengenai Yosia dan reformasinya yang belum lama kita gali. Catatan tentang Yoahas yang hanya memerintah selama tiga bulan (ayat 1) menunjukkan tidak banyak yang dapat dilakukannya ketika kerajaannya berada di bawah penghukuman dan disiplin Tuhan. Kisah mengenai Yoyakim dan Yoyakhin sekali lagi menunjukkan bahwa dwitunggal lembaga kerajaan dan bait Allah tanpa kesungguhan untuk mencari Allah, tidak akan membawa kesejahteraan dan kejayaan bagi Yehuda. Melakukan apa yang jahat justru akan mendatangkan nasib yang sebaliknya: penistaan dan kesengsaraan. Ini terjadi tidak hanya melalui pembelengguan raja, seperti yang dialami Yoyakim, tetapi juga penjarahan bait Allah. Pada masa itu, tindakan ini merupakan tanda takluknya suatu bangsa secara menyeluruh, baik secara militer maupun keagamaan. Sebenarnya apa yang dialami Yoyakim ini masih akan terjadi di masa yang akan datang pada zaman raja Zedekia, dalam bentuk yang lebih buruk. Renungkan: Kesimpulan terakhir dari segala sesuatu yang dikerjakan tanpa penyertaan Allah adalah keterpurukan dan ratapan. Kepemimpinan Kristen harus sungguh-sungguh berusaha agar ini tidak terjadi pada komunitas Kristen sekarang. |
(0.14767081081081) | (2Taw 36:11) |
(sh: Akhir dari kerajaan Yehuda (Selasa, 16 Juli 2002)) Akhir dari kerajaan YehudaAkhir dari kerajaan Yehuda. Ada dua hal yang dapat dijadikan bahan kemenungan bagi para pembaca kisah ini. Pertama, dosa telah merasuki kehidupan Israel secara menyeluruh pada zaman raja Zedekia (yang juga mencerminkan zaman-zaman dari para raja sebelumnya). Dalam hal kepemimpinan, raja Zedekia telah berdosa karena melakukan yang jahat, tidak merendahkan diri di hadapan Allah (ayat 12), mengeraskan hati, dan tidak berbalik kepada Tuhan (ayat 13). Dalam hal keagamaan, para pemimpin, termasuk para imam, bersama-sama dengan rakyat juga berdosa menyembah berhala dan menajiskan bait Allah (ayat 14). Para pemimpin bersama rakyat juga meremehkan peringatan, himbauan, dan firman Tuhan melalui para nabinya (ayat 12b,15-16). Bahkan juga dalam hal lingkungan hidup, karena rupanya seluruh bangsa Yehuda tidak menaati perintah untuk membiarkan tanah tidak ditanami satu tahun setiap tahun ketujuh (tahun sabat), demi menjaga kesuburan tanah tersebut (ayat 21). Akibat dosa-dosa ini adalah penghukuman dari Allah. Inilah hal kedua yang perlu kita perhatikan, yaitu bagaimana Tuhan bertindak. Penulis Tawarikh jelas menunjukkan bahwa Tuhan telah "berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusanNya, karena Ia sayang kepada umat-Nya" (ayat 15). Allah juga yang menggerakkan raja Kasdim/Babel untuk menjadi instrumen penghukuman Allah (ayat 16-17). Namun, karya Allah tidak hanya sampai pada memperingatkan lalu menghukum saja. Allah juga memulihkan umat-Nya setelah masa hukuman itu selesai. Catatan penulis Tawarikh mengenai tahun sabat bagi tanah menyiratkan satu hal, bahwa tanah Israel beristirahat selama pembuangan, demi persiapan bagi kedatangan para penghuni baru, orang-orang Yehuda yang kembali dari pembuangan (ayat 21). Tuhan jugalah yang menggerakkan raja Persia, Koresy, untuk mengeluarkan dekritnya yang terkenal, yang memungkinkan pemulangan orang Yehuda ke tanah mereka (ayat 22-23). Renungkan: Mengakui bahwa Allah adalah Allah yang mahakasih dan mahaadil, berarti menerima bahwa Allah menghukum dan mendisiplinkan mereka yang dikasihinya. |