Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 6801 - 6820 dari 15576 ayat untuk Dan [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.26959441666667) (Yes 44:1) (sh: Jangan takut! (Minggu, 31 Juli 2005))
Jangan takut!

Jangan takut! Seorang anak lebih mudah percaya orangtuanya daripada orang dewasa percaya Bapa di Sorga. Mengapa demikian? Karena seorang anak menatap wajah orangtuanya dan memegang tangan mereka ketika ia merasa takut. Sebaliknya, orang dewasa mengarahkan pandangannya pada keadaan di sekitarnya dan lupa bahwa Tuhan bersamanya.

Ketika Israel masih hidup dalam pembuangan di tengah-tengah bangsa yang tidak mengenal Allah, Israel takut dan imannya goncang. Mengapa demikian? Karena mereka memandang kesulitan dan masalah sebagai lebih besar daripada Allah mereka. Apa tindakan Allah? Pertama, Ia memperkenalkan diri-Nya sebagai Allah yang menciptakan mereka dan menjadikan mereka suatu bangsa. Ia adalah Allah yang mengenal mereka. Itu sebabnya, Allah menyapa bangsa Israel dengan nama nenek moyang mereka, Yakub (ayat 1-2, lih. Kej. 32:28, band. Kej. 47:27-31) dan nama puitis Israel, Yesyurun (lih. Ul. 32:6). Kedua, Allah mengadakan pembaruan kerohanian Israel dengan memberikan Roh-Nya diam di antara umat-Nya sehingga berkat-Nya turun atas mereka. Setiap generasi Israel akan kembali mengenali Allah mereka dan menyerukan puji-pujian bagi-Nya (ayat 3-5). Ketiga, Ia memproklamasikan nama-Nya sebagai Allah di atas segala allah. Allah menantang kuasa yang dimiliki dewa dewi yang disembah bangsa-bangsa yang tidak mengenal-Nya. Karena kuasa yang dimiliki dewa dewi tersebut kosong maka segala perkataan mereka pun pasti palsu (ayat 6-7). Oleh sebab itu, Israel tidak perlu takut terhadap segala kutuk dari ilah-ilah palsu itu. Allah Israel adalah Allah di atas segala allah yang akan melindungi mereka (ayat 8).

Sebagai anak Tuhan kita tidak perlu takut terhadap segala kesulitan dan masalah yang menghadang hidup kita. Tuhan setia pada janji-Nya. Ia lebih berkuasa daripada semua masalah hidup. Dia pasti akan menolong kita asal kita terus bersandar dan berharap kepada-Nya.

Renungkan: Saat rasa takut menekan, ingatlah Tuhan beserta Anda.

(0.26959441666667) (Yes 44:21) (sh: Tuhan, Dialah yang berdaulat! (Selasa, 2 Agustus 2005))
Tuhan, Dialah yang berdaulat!

Tuhan, Dialah yang berdaulat! Apa yang layak diterima oleh penyembah berhala yang menyakiti hati Allah dengan menyembah yang bukan Allah? Tidak ada yang lebih pantas daripada dihukum keras dan kemudian dibinasakan!

Namun dalam nas ini, yang terjadi adalah sebaliknya. Alih-alih membinasakan, setelah menghajar mereka, Allah kembali mengampuni dan memulihkan mereka (ayat 22). Semua itu dilakukan-Nya karena sejak semula Israel adalah umat yang dibentuk-Nya untuk dijadikan kesayangan-Nya (ayat 21). Allah tidak pernah melupakan mereka. Oleh karena itu, langit dan bumi dan segala isinya dipanggil menjadi saksi akan penebusan Allah atas umat-Nya (ayat 23). Pohon yang dulu kayunya disembah oleh penyembah berhala, kini ikut bergembira oleh belas kasih Allah atas Israel. Langit dan bumi dipanggil untuk menyaksikan kedaulatan Allah atas segala sesuatu. Semua yang lain adalah ciptaan yang tunduk kepada-Nya. Dia berdaulat untuk membungkam semua orang jahat yang telah menipu umat-Nya kepada penyembahan berhala (ayat 25). Sebaliknya, kedaulatan-Nya dinyatakan dengan menggenapi nubuat dari para nabi-Nya bahwa pemulihan Israel akan terjadi secara ajaib: Yerusalem dan Yehuda akan bangkit kembali (ayat 26). Oleh kedaulatan-Nya, Allah juga memilih Koresy untuk melaksanakan tugas menggembalakan umat-Nya pulang ke Yerusalem (ayat 28).

Tindakan Allah yang tidak membalas dengan setimpal kejahatan dan dosa-dosa kita adalah tindakan anugerah. Tuhan Yesus sudah menanggung hukuman itu bagi kita. Dalam kedaulatan-Nya Allah bukan hanya mengampuni melainkan juga memulihkan. Siapakah kita yang terus menerus menolak untuk bertobat? Apakah kita masih juga mengangap sepi kemurahan Allah?

Doaku: Tuhan, terimakasih karena kebodohanku menolak-Mu dan menyembah berhala tidak Kau perhitungkan. Sebaliknya, Engkau mengulurkan tangan kasih-Mu untuk mengangkatku dari dosa dan membimbing aku di jalan yang benar.

(0.26959441666667) (Yes 50:1) (sh: Hamba yang taat (Kamis, 18 Agustus 2005))
Hamba yang taat

Hamba yang taat Pada bagian ini, kita disuguhi teguran Allah kepada Israel yang tidak mau kembali dan taat kepada-Nya (ayat 1-3) dan perjuangan serta ketaatan si hamba Allah dalam menjalankan panggilan Tuhan (ayat 4-11). Ayat 4-9 merupakan Nyanyian Hamba yang ketiga.

Allah menegur Israel yang mengeluh dan mempersalahkan Allah atas penderitaan mereka di pembuangan. Hukuman Allah atas mereka terjadi karena mereka tidak mau taat kepada-Nya sebagai hamba Allah yang diutus untuk melaksanakan kehendak-Nya. Mereka adalah hamba Allah yang gagal.

Kontras sekali dengan hamba yang dinyanyikan dalam Nyanyian Hamba ketiga ini. Di sini, hamba Allah rela menjadi murid yang taat kepada Allah. Setiap hari ia duduk di bangku sekolah milik Allah untuk berguru pada-Nya. Telinganya disendengkan untuk mendengar segala pengajaran-Nya. Lidahnya tidak putus-putus memperkatakan firman Allah agar dapat menguatkan hati yang lemah dan semangat yang pudar (ayat 4-5). Bahkan saat orang-orang yang dilayaninya menolak dan menghinanya ia tetap setia menjalankan tugas kehambaannya sebab ia yakin Allah ada di pihaknya dan akan membela serta membuktikan kebenarannya (ayat 7-9). Allah sendiri menyatakan: "Inilah hamba-Ku yang berhasil" (ayat 10-11).

Tuhan Yesus adalah Hamba Allah yang berhasil. Walau ditolak bahkan dibunuh, Ia tetap setia menjalakan misi-Nya menyelamatkan manusia. Pelayanan-Nya berdampak kepada transformasi hidup orang yang dilayani-Nya. Anda dan saya adalah buah-buah pelayanan-Nya. Kita sekarang adalah hamba-hamba Allah yang dipanggil untuk menyaksikan karya Kristus itu kepada semua orang. Mari kita meneladani Tuhan Yesus dengan taat kepada Allah dan tidak gentar menghadapi penolakan serta tekanan dunia ini. Allah akan memelihara dan membela kita.

Renungkan: Keberhasilan bukan ada pada kemampuan melayani melainkan pada ketaatan melakukan kehendak-Nya.

(0.26959441666667) (Yes 51:17) (sh: Bangkit, sambutlah keselamatan! (Sabtu, 20 Agustus 2005))
Bangkit, sambutlah keselamatan!

Bangkit, sambutlah keselamatan! Allah menghukum bukan untuk membinasakan. Ia adil, karena itu perbuatan dosa harus dihukum. Namun, Ia adalah Allah yang Maha Kasih. Setelah hukuman diberikan Allah kembali mengampuni dan menyelamatkan.

Umat Allah telah ditawan ke Babel sebagai hukuman karena mereka memberontak terhadap Allah. Penderitaan berat karena hukuman itu telah mereka alami. Setelah puluhan tahun ditawan di Babel, Allah melihat umat-Nya tentu sudah menyadari kesalahan-kesalahan mereka dan merasa kapok. Oleh karena itu, kini tiba saatnya mereka harus bangkit kembali untuk menyongsong masa depan yang baru dan yang penuh pengharapan. Hukuman Allah atas mereka akan segera berakhir. Cawan murka Allah atas umat-Nya akan segera dialihkan kepada bangsa yang telah menindas mereka selama ini (ayat 51:17-23).

Umat Allah dipanggil untuk menyambut kabar baik keselamatan itu dengan sikap yang sepadan (ayat 52:1-2) karena janji penyelamatan itu datangnya dari Allah sendiri (ayat 3-6). Allah mengutus seorang Pemberita Kabar Baik (Ibr. mebaser). Kedatangannya dari atas bukit-bukit untuk menyampaikan Kabar Baik (Ibr. bissar) harus disambut dengan sorak sorai dan sukacita sebab Allah telah menebus umat-Nya dan membawa mereka kembali ke Sion (ayat 7-10). Oleh karena itu, mereka disuruh untuk meninggalkan semua hal yang najis dan mengikuti pimpinan Allah menuju Yerusalem (ayat 11-12).

Sama seperti Israel, umat Tuhan masa kini pun dipanggil untuk menyambut kabar baik keselamatan secara sepadan. Sambutlah keselamatan itu dengan sukacita dan ucapan syukur. Tentu saja, kita harus menanggalkan semua dosa dan perbuatan jahat, lalu mengenakan kekudusan. Jangan lagi hidup dalam kenajisan perbuatan-perbuatan yang tidak berkenan kepada Allah karena Dia sudah menebus kita. Ikut Dia dengan setia maka Dia akan memimpin jalanmu senantiasa.

Renungkan: Bangkitlah dan nyatakan keselamatan dalam hidupmu dengan mempraktikkan kebenaran.

(0.26959441666667) (Yes 58:1) (sh: Hakikat puasa (Jumat, 26 Agustus 2005))
Hakikat puasa

Hakikat puasa Ibadah yang berkenan kepada Tuhan adalah sikap hati yang benar dalam tindakan yang saleh. Sebaliknya, perilaku rohani yang terlihat saleh, namun tidak keluar dari hati yang tulus adalah kemunafikan.

Israel bertanya mengapa Tuhan tidak memperhatikan upaya dan jerih payah mereka berpuasa (3a). Allah menjawab mereka dengan menunjukkan beberapa perbuatan mereka yang keliru, yaitu: bertindak semena-mena dan saling berkelahi (3b-5). Percuma melakukan hukum Tuhan yang satu sementara hukum-Nya yang lain dilanggar. Mengerjakan perilaku tak terpuji saat berpuasa sama dengan perbuatan sia-sia. Perilaku berpuasa seperti ini hanya sekadar tindakan lahiriah untuk menarik perhatian dan simpati orang lain, namun tidak dapat menipu Allah. Kiasan pedas "menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur" menunjukkan betapa bo-dohnya perbuatan mereka yang menggunakan simbol kesedihan palsu untuk menjangkau Allah (ayat 5).

Umat Israel mementingkan aturan agamawi dalam menunaikan puasa, tetapi melalaikan hakikat berpuasa yang diinginkan Allah yaitu, menegakkan keadilan (ayat 6) dan membagikan berkat kepada orang lain (ayat 7, 10) serta mematuhi hukum hari Sabat (ayat 13). Perilaku munafik itu membatalkan tercurahnya berkat Allah bagi mereka dan menghalangi kuasa Allah menjawab doa mereka (ayat 8-9, 12, 14). Jadi, berbuat baik bagi orang lain dan menaati peraturan Allah adalah perwu-judan puasa yang sejati. Inilah perbuatan yang ingin Allah temukan hadir dalam diri umat-Nya.

Pernahkah Anda merasakan keadaan serupa seperti yang dialami Israel? Selidiki dulu, sungguhkah Anda telah mempraktikkan hakikat berpuasa atau sekadar melakukan syarat lahiriah berpuasa? Jangan ulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Israel!

Renungkan: Beribadah kepada Allah harus mewujud dalam sikap kita melayani sesama dengan kasih dan adil.

(0.26959441666667) (Yes 66:1) (sh: Berfokus kepada Tuhan (Sabtu, 21 Desember 2013))
Berfokus kepada Tuhan

Judul: Berfokus kepada Tuhan
Satu hal yang dibanggakan orang Israel adalah Bait Allah yang megah. Namun Tuhan mengingatkan, seperti doa Raja Salomo saat penahbisan Bait Suci (1Raj. 8:27), bahwa bait itu tak ada artinya untuk Tuhan karena segala sesuatu di alam semesta ini adalah milik-Nya.

Dalam perikop ini, Yesaya sekali lagi mengangkat tema tentang penyembahan yang salah. Ia mengingatkan rakyat Yehuda bahwa tak ada gunanya mencoba menyogok Tuhan dengan kebaikan-kebaikan dan ritual keagamaan kalau hati mereka tidak dengar-dengaran akan Tuhan yang melihat menembus tindakan kita langsung ke lubuk hati terdalam.

Yesaya 66:2 menggaungkan penyataan diri Tuhan pada Yesaya 57:15. Ia ingin umat-Nya mengenal betul siapa Dia sehingga dari pengenalan itu akan lahir hati yang baru, yang selaras dengan pribadi-Nya. Sebagaimana Ia adalah Allah yang "bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, " maka seyogianya orang-orang yang telah ditebus-Nya juga berbuat hal yang sama. Jika kita sungguh mengenal Allah yang kita sembah, maka apa yang menyenangkan hati-Nya akan menyenangkan hati kita; sebaliknya, apa yang mendukakan hati-Nya akan mendukakan hati kita juga.

Mengikut jalan kebenaran bukanlah pilihan yang populer. Orang-orang terdekat kita pun bisa menjadi jerat untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Pada ayat 5, Tuhan memberikan peneguhan kepada anak-anak-Nya yang "gentar kepada firman-Nya" agar tetap menjaga fokus yang tunggal kepada Dia kendati cobaan hidup datang merayu kita agar memilih kenikmatan dunia, kehormatan, dan ketenaran, ketimbang mengikut jalan Tuhan. Berhati-hatilah! Hal ini bisa terjadi baik di tengah dunia maupun di dalam gereja sekalipun. Si Jahat dengan berbagai cara akan memakai tipu dayanya agar kita berfokus pada hasil sebagai bukti penyertaan Tuhan (5). B. Chapell mengingatkan, "Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan bukan cuma ketika kita harus mengorbankan segalanya, tetapi juga ketika [karya kita] tampaknya tidak mengubah apa pun."

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.26959441666667) (Yer 6:22) (sh: Kristen sebagai penyangga bangsa (Rabu, 6 September 2000))
Kristen sebagai penyangga bangsa

Kristen sebagai penyangga bangsa. Gambaran tentang penyerang ganas dari utara dipaparkan lagi secara lebih jelas dan dramatis oleh Allah (22-23). Akibat yang ditimbulkan oleh penyerangan ini sangat fatal, bahkan kabar tentang keganasan dan keperkasaan penyerang saja telah melemahkan seluruh penduduk Yehuda. Penderitaan mental serta kepedihan batin yang akan dialami oleh mereka sama seperti seorang perempuan yang melahirkan (24-25). Tidak ada tempat bagi mereka untuk berlindung (26). Begitu hebatnya serangan itu sehingga yang tertinggal bagi bangsa Yehuda hanyalah kain kabung dan debu (26). Tidak ada lagi harapan bagi mereka bagai orang tua yang ditinggal mati anak tunggalnya.

Itu semua merupakan usaha mati-matian untuk menyadarkan bangsa Yehuda supaya mereka kembali bertobat. Namun hasilnya kosong belaka! Yeremia dengan misinya sebagai penguji kadar logam membuktikan bangsa Yehuda sudah tidak dapat dimurnikan lagi, apalagi diperbaharui. Orang-orang jahat tidak mungkin dipisahkan dari masyarakat (27-30). Moral dan karakter seluruh lapisan masyarakat sudah sedemikian bobrok (28). Mereka dapat disamakan dengan perak yang ditolak, walaupun disuling beberapa kali hanya akan menghasilkan timah hitam, tembaga, dan besi. Jika pemurnian karakter nasional suatu bangsa sudah tidak mungkin dilakukan lagi maka hari penghukuman akan segera tiba. Itulah yang dialami oleh bangsa Yehuda. Itulah pula yang akan dialami oleh bangsa-bangsa lain di bumi ini termasuk bangsa kita.

Kebobrokan moral dan akhlak mewarnai seluruh lapisan masyarakat mulai dari rakyat kecil hingga para pejabat. Kolusi, korupsi, dan nepotisme menyerang kalangan pemerintahan dan sektor swasta. Hukum tidak lagi mempunyai kuasa.

Renungkan: Apakah Indonesia sedang mengalami penghukuman dari Allah? Ya! Sebab di antara negara-negara yang mengalami krisis moneter, hanya Indonesia yang belum mampu bangkit bahkan makin terpuruk karena pergolakan para elit politik. Apakah Indonesia akan diluluhlantakan seperti bangsa Yehuda? Mungkin belum, jika Allah masih dapat memisahkan orang jahat dari masyarakat. Artinya Allah masih mendapati Kristen Indonesia mempunyai kehidupan moral dan akhlak yang benar di hadapan-Nya.

(0.26959441666667) (Yer 8:4) (sh: Segalanya bermula dari firman-Nya (Minggu, 10 September 2000))
Segalanya bermula dari firman-Nya

Segalanya bermula dari firman-Nya. Yeremia memulai berita yang panjang tentang penghukuman Allah dengan sebuah pertanyaan. 'Apabila orang jatuh, masakan ia tidak bangun kembali? Apabila orang berpaling, masakan ia tidak kembali?' (4). Itulah gambaran bangsa Yehuda yang tidak setia, tidak seperti alam yang senantiasa taat kepada musim yang berlaku (7). Setelah bangsa Yehuda berpaling dari Allah, mereka menolak kembali pada-Nya (5).

Setelah jatuh dalam perzinahan rohani, mereka tidak mau bertobat, justru terus berkubang dalam kenajisannya (6). Apa yang benar dan salah sudah menjadi kabur dalam pandangan mereka. Budaya malu dan sungkan tidak ada dalam masyarakat Yehuda (12). Yang lebih parah lagi ketika tanda-tanda datangnya hukuman Allah semakin dekat (10, 14-17), mereka justru menyangkalinya dengan meyakinkan

masyarakat dan diri mereka sendiri bahwa segala sesuatunya aman dan terkendali (11). Apa yang akan dihasilkan oleh bangsa ini bagi sesamanya (13)?

Situasi di atas sangat mirip dengan situasi di negara kita. Benar atau salah; melanggar hukum atau tidak, sudah menjadi kabur. Ledakan bom sudah terjadi di tempat hukum ditegakkan, pembantaian antar umat beragama terus berlangsung di Ambon, KKN masih merajalela, tetapi para petinggi negara bersikap seolah-olah negara kita dalam keadaan aman dan stabil. Bagaimana mungkin negara kita akan mengalami pertumbuhan ekonomi dan menarik minat para investor asing (13)?

Renungkan: Kita tidak mungkin mengubah keadaan ini, kecuali jika firman Tuhan dalam hati mereka (8-9). Firman Tuhan bukan hanya dasar bagi pembaharuan kehidupan spiritual individu namun juga bagi bangsa dan negara. Sebab firman Tuhan membuat orang menjadi bijaksana, sehingga tahu apa yang benar dan salah. Hatinya tidak bebal dan dibutakan oleh dosa. Ia mampu memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam masyarakat.

(0.26959441666667) (Yer 13:15) (sh: Satu kali pun sudah terlalu banyak (Rabu, 20 September 2000))
Satu kali pun sudah terlalu banyak

Satu kali pun sudah terlalu banyak. Ilmu pengetahuan membuktikan bahwa merokok dapat menyebabkan kanker dan serangan jantung. Bahkan dalam setiap bungkus rokok, selalu ada peringatan tentang bahaya merokok. Namun apakah ilmu pengetahuan dan peringatan itu membuat orang berhenti merokok? Tidak! Jadi apakah mereka tidak takut mengidap kanker atau terkena serangan jantung?! Tapi mengapa mereka masih merokok? Pertama, mereka mengeraskan hati melawan peringatan itu. Kedua, merokok sudah menjadi kebiasaan yang tidak mudah untuk diubah.

Kondisi ini serupa dengan yang terjadi dalam kehidupan bangsa Yehuda. Mereka bersikeras melawan Allah terus-menerus (15-17), tidak terbuka, dan tunduk kepada Allah, walaupun Allah sudah berkali-kali memperingatkan mereka untuk bertobat (15-17, 21). Kesombongan ini memacu dan memimpin bangsa Yehuda untuk terus-menerus berbuat dosa sehingga menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan (23). Akhirnya mereka tidak tahu lagi bagaimana berbuat baik. Karena itulah mereka akan mengalami pembuangan (18-19), bencana (20-21), dihamburkan seperti sekam (24), dan dilecehkan di hadapan bangsa-bangsa lain (26). Semua yang akan menimpa bangsa Yehuda ini bukan merupakan sebuah kemungkinan tapi merupakan bagian yang pasti dari masa depan mereka (25).

Apakah seringkali kita sengaja mengeraskan hati melawan firman Allah, walaupun dalam pembacaan Alkitab setiap hari ataupun dalam ibadah hari Minggu selalu diperingatkan oleh Allah untuk berhenti berbuat dosa? Dalam menjalankan usaha kita, meniti karier, maupun pergaulan sehari-hari, kita seringkali sengaja melanggar norma-norma dan etika-etika yang sudah Allah tetapkan. Alasannya agar bisnis kita berhasil, karier kita menanjak, dan kita mempunyai banyak teman. Atau seringkali kita beralasan 'Ah hanya sekali saja, karena keadaan memaksa'.

Renungkan: Berhati-hatilah! Ada satu biasanya ada dua, ada dua ada tiga, dan seterusnya, sehingga kita tidak bisa tidak melakukan dosa dalam menjalankan bisnis, meniti karier, maupun bergaul. Akibatnya dosa menjadi kebiasaan dan mengaburkan perbuatan baik serta kejujuran. Karena itulah satu kali melanggar firman-Nya berakibat terlalu banyak berbuat dosa.

(0.26959441666667) (Yer 18:18) (sh: Memang harus marah (Kamis, 28 September 2000))
Memang harus marah

Memang harus marah. Hukum kasih mengajarkan kita untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Bahkan terhadap musuh, terhadap orang yang menyakiti kita, terhadap orang yang membuat kita menderita, kita harus tetap mengasihi mereka. Tidak boleh membalas kejahatan dengan kejahatan. Jika demikian halnya, apakah kita tidak boleh marah, walaupun ada orang yang secara terang-terangan menghina iman kepercayaan kita?

Para pemimpin bangsa Yehuda sangat tersinggung dengan khotbah Yeremia sehingga mereka mengadakan kesepakatan untuk menyerangnya dengan kata-katanya sendiri dan melecehkannya (18). Bahkan mereka berusaha menjebak Yeremia, dengan menuduhnya sebagai pengkhianat dan biang keladi dari segala malapetaka yang akan menimpa bangsa Yehuda (20). Dengan dasar itu mereka mendapat alasan untuk menghukum mati Yeremia.

Dalam keadaan frustasi, takut, dan stress yang luar biasa Yeremia berteriak minta tolong kepada Allah. Ia memohon agar Allah menghukum mereka yang telah menyerang dirinya. Bahkan anak-anak dan istri mereka pun harus dikenai hukuman. Apa yang dilakukan Yeremia nampaknya bertentangan dengan hukum kasih Kristen. Bukankah seharusnya ia mendoakan pengampunan bagi musuhnya, bukannya pembalasan yang begitu mengerikan? Bukankah seharusnya ia mengasihi mereka dengan tetap membimbing agar mereka bertobat? Mengapa Yeremia justru begitu marah dan memohon agar Allah menghukum mereka? Jawabannya terletak pada apa yang telah mereka lakukan. Mereka tidak hanya memusuhi dan memfitnah Yeremia, namun mereka sebetulnya telah mencemari kebenaran Allah dengan cara memuaskan diri dengan apa yang sudah mereka jalani selama ini dan akan terus melanjutkannya (18). Mereka telah menolak firman Allah. Sebagai gantinya mereka mendengarkan ajaran, nasihat, dan 'firman' yang mereka buat sendiri. Padahal tidak ada seorang pun yang benar di antara para pemimpin rohani mereka.

Renungkan: Kristen harus marah jika ada saudara yang mengaku seiman namun menginjak-injak dan memutarbalikkan kebenaran firman Allah, lalu menggantikannya dengan pengajarannya sendiri yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.

(0.26959441666667) (Yer 20:7) (sh: Teladan Yeremia (Minggu, 1 Oktober 2000))
Teladan Yeremia

Teladan Yeremia. Sepintas Yeremia nampak seperti orang yang tidak menyenangkan karena selalu cemberut, selalu mengeluh, dan selalu memberitakan penghukuman. Ketika kita membaca kata-kata Yeremia kepada Allah setelah ia dipasung oleh imam Pasyur, hampir selalu terdengar sungut-sungut atau keluhan di dalam perkataannya. Puncak keluhan Yeremia terjadi ketika ia mengharapkan ibunya melakukan aborsi saat ia masih dalam kandungan (17) dan menyesali mengapa ia keluar dari kandungan ibunya hidup-hidup (18).

Harus diakui bahwa kehadiran orang yang selalu mengeluh akan membuat kita lelah dan jengkel. Namun demikian dari keluhan-keluhan Yeremia kita bisa mendapatkan 2 pengajaran. Pertama, segala sesuatu yang dikeluhkan berdasarkan kenyataan. Dia sungguh-sungguh kesakitan dan didera berbagai kesulitan. Bila dibandingkan dengan kehidupan Yeremia, kehidupan kita bagaikan kebun bunga mawar. Seandainya kita berada dalam posisi Yeremia, kita pun pasti melakukan apa yang ia lakukan. Yeremia memberikan teladan yang indah buat kita yaitu meskipun banyak mengeluh karena sering mengalami depresi dan tekanan mental, ia tetap setia kepada Allah. Ia tetap memberitakan firman-Nya meskipun ia tahu bahwa mereka tidak akan mendengarkan, bahkan akan semakin mengalami kesulitan dan kesakitan. Yeremia tetap berkomitmen kepada Allah walaupun masalah menggunung. Kedua, ketika Yeremia mengeluh, Allah mendengarkan. Allah tidak menjadi marah atau kehilangan kesabaran sehingga menganggap sepi keluhannya.

Renungkan: Situasi dan kondisi bangsa kita berpotensi untuk menyebabkan Kristen mengalami apa yang dialami oleh Yeremia. Karena itu, ketika kita mengalami kepedihan dan kesakitan carilah telinga Allah. Ketika sesama kita yang mengalami kepedihan dan kesakitan,

jadilah telinga Allah bagi mereka.

Bacaan untuk Minggu ke-16 sesudah Pentakosta Yehezkiel 33:7-9 Roma 13:8-10 Matius 18:15-20 Mazmur 119:33-40 Lagu: Kidung Jemaat 438

(0.26959441666667) (Yer 41:1) (sh: Tragedi klasik sebuah bangsa (Sabtu, 12 Mei 2001))
Tragedi klasik sebuah bangsa

Tragedi klasik sebuah bangsa. Pembunuhan atas diri Gedalya yang dilakukan oleh Ismael beserta 10 orang temannya adalah tindakan yang benar- benar brutal dan sadis. Hanya orang-orang yang haus darah saja yang dapat membantai orang yang begitu ramah dan tulus kepadanya. Itulah karakter Ismael. Apa motif pembantaian Gedalya? Apakah Ismael menginginkan kedudukan Gedalya? Nampaknya tidak, sebab bukankah setelah melaksanakan misinya, ia kembali ke daerah bani Amon. Motif Ismael adalah dendam dan sakit hati karena apa yang telah dilakukan oleh Babel atas Yerusalem. Ismael tidak mampu melawan Babel maka ia melampiaskan kemarahannya kepada Gedalya yang dianggap sebagai kaki tangan Babel. Haus darah Ismael belum terpuaskan maka ia juga membantai rombongan peziarah yang akan bersilaturahmi kepada Gedalya. Bahkan mayat mereka dibuang begitu saja ke perigi. Bagi Ismael manusia yang dipandang berpihak kepada Gedalya tidak bernilai kecuali mereka mempunyai barang-barang yang ia butuhkan (8). Baginya manusia tidak lebih berharga daripada materi.

Walau Yehuda sudah dibumihanguskan oleh Babel, sebenarnya Yehuda tetap mempunyai kesempatan untuk membangun kembali kehidupannya. Namun ketakutan akan hukuman dari Babel, menyebabkan mereka harus lari ke Mesir. Mereka bukannya sibuk menyelesaikan masalah besar yang sudah ada, malah sekarang sibuk mengatasi masalah yang baru yang juga tidak kecil. Kesempatan untuk memperbaiki diri dan membangun masa depan yang baik selalu ditutup oleh keputusan-keputusan yang salah dan orang-orang yang tidak benar. Seandainya Gedalya mau mengindahkan peringatan Yohanan dan mengambil keputusan yang tepat, Yehuda tidak perlu dihadapkan kepada masalah yang baru. Seandainya Ismael tidak dibutakan oleh nafsu dendam dan mau memandang segala sesuatunya dari perspektif yang benar dan memprioritaskan kepentingan rakyat, maka Yehuda dapat terus membangun di bawah pimpinan Gedalya.

Renungkan: Bukankah tragedi klasik Yehuda juga terjadi di negara kita? Banyak keputusan diambil berdasarkan kepentingan dan nafsu pribadi maupun kelompok. Banyak tokoh dengan karakter yang tidak benar masih memegang kekuasaan. Akibatnya masalah bertambah kompleks.

(0.26959441666667) (Yer 51:36) (sh: Visi Yeremia (Kamis, 31 Mei 2001))
Visi Yeremia

Visi Yeremia. Pesan terakhir jauh berbeda dari pesan-pesan sebelumnya. Allah akan menghukum Babel dengan cara menjungkirbalikkan semua kekuatan dan kemampuan yang mereka miliki hingga mereka habis termasuk sistem keagamaan mereka (38-44). Namun yang menarik untuk diperhatikan adalah waktu pemberitaan dan perintah khusus yang diberikan kepada bangsa Yehuda.

Berita ini disampaikan pada tahun keempat pemerintahan Zedekia yaitu sekitar tahun 594 s.M. Pada tahun itu persekongkolan untuk memberontak kepada Babel muncul (lih. pasal 27). Zedekia terlibat dalam persekongkolan itu karena itu ia harus mempertanggungjawabkannya dan meyakinkan Nebukadnezar bahwa rakyat Yehuda tidak terlibat dalam persekongkolan itu. Ketika ia pergi ke Babel (59), Yeremia menggunakan kesempatan itu untuk menitipkan pesannya melalui Seraya yang adalah saudara Barukh (lih. 32:12) dan memerintahkan Seraya mencari kesempatan untuk membacakannya kepada orang Yehuda. Mengapa?

Firman yang diterima Yeremia (46-51:45) menguatkan dan memampukan Yeremia untuk tetap berjalan dalam kehendak Allah yaitu tunduk kepada Babel. Firman itu juga memampukannya untuk melihat realita lain di balik realita yang kasat mata seperti penderitaan dalam pembuangan. Karena itu ia rindu agar bangsanya yang sedang dalam pembuangan - menaati kehendak Allah - mendapatkan berkat seperti dirinya. Namun Yeremia juga berpikir jauh ke depan (70 tahun ke depan). Ia kuatir bahwa bangsanya yang sudah hidup mapan di Babel (lih. 29:5-7 yang dikirim sebelum berita ini) menjadi terlena dan melupakan identitas mereka sebagai bangsa pilihan Allah, sehingga ketika penghukuman atas Babel tiba mereka kehilangan visi dan hanya memikirkan kesejahteraan pribadi (46-57).

Renungkan: Kualitas kepemimpinan Yeremia yang tinggi terpapar jelas dari uraian di atas. Ia mempunyai visi yang jauh ke depan tidak hanya bagi kesejahteraan bangsanya namun juga kerohanian, nasionalisme, serta kesatuan bangsanya, dan berusaha menggunakan kesempatan yang ada untuk merealisasikan visinya. Apa yang akan terjadi jika mereka yang dalam pembuangan melupakan identitasnya karena kemapanan sosial ekonomi serta terjadi asimilasi dengan bangsa lain? Negara dan gereja kita membutuhkan seorang pemimpin seperti Yeremia.

Pengantar Kitab Yakobus

Surat Yakobus agak sulit dibuat garis besarnya karena banyak topik di dalamnya. Nampaknya surat ini menyerupai satu khotbah berseri yang masing-masing topiknya nampak tidak saling berkesinambungan. Topi-topik dalam surat ini berubah-ubah secara tiba-tiba namun biasanya didahului dengan kata-kata seperti ‘saudara-saudaraku’ (1:2, 19; 2:1, 14; 3:1; 4:11; 5:7, 19), ‘jadi sekarang’ (4:13; 5:1), atau dengan sebuah pertanyaan (4:1; 5:13). Meskipun demikian, tema menonjol dari surat ini adalah iman yang hidup harus dimanifestasikan melalui perbuatan aktif.

Penulis, waktu, dan tujuan penulisan Surat ini ditulis oleh Yakobus, saudara Yesus Kristus kira-kira pada tahun 49 M dan ditujukan kepada Kristen Yahudi yang tersebar karena penganiayaan. Jadi surat ini berfungsi sebagai surat penggembalaan atau surat yang berisi pesan-pesan singkat.

Tema-tema utama: Kristologi. Yakobus tidak membahas Kristologi seperti Paulus. Ia menitikberatkan pada penerapan doktrin ini dalam kehidupan sehari-hari. Yesus sebagai Tuhan (1:1) dan yang dimuliakan (2:1) merupakan dasar bagi kehidupan moralitas yang murni dan berkomitmen penuh. Etika kristen berdasarkan pandangan yang tinggi tentang Kristus. Iman dan perbuatan. Ketaatan kepada hukum bukanlah ketaatan terlepas dari iman. Surat ini menyebutkan kata iman sekitar 16 kali dan hampir semuanya terdapat dalam 2:14-26. Dalam pasal lain, iman adalah dasar penting bagi doa (1:6; 5:15). Iman juga titik awal menuju kedewasaan dan kesempurnaan (1:3- 4). Urutan hubungan antara iman dan kedewasaan inilah yang ditekankan oleh Yakobus yang kemudian ditegaskan dalam 2:18. Ini merupakan progres dari apa yang sudah dilihat Yakobus yaitu iman (titik awal), perbuatan (kehidupan yang taat kepada Yesus karena iman di dalam- Nya), dan kematangan (tujuan dari kesempurnaan dan keutuhan di dalam karakter Yesus). Istilah perbuatan dalam surat ini berbeda dengan apa yang dimaksud oleh Paulus. Paulus menggunakan kata ini untuk menunjuk pada tindakan hukum sebagai dasar agar benar di hadapan Allah. Sedangkan Yakobus menggunakan kata ini untuk menunjuk kepada perbuatan moral yang mengalir dari iman yang murni – perbuatan yang senantiasa ditekankan oleh Paulus juga.

(0.26959441666667) (Yeh 27:1) (sh: Elegi untuk sebuah kapal yang maha indah (Minggu, 16 September 2001))
Elegi untuk sebuah kapal yang maha indah

Elegi untuk sebuah kapal yang maha indah. Sungguh ironis bila sebuah kapal yang maha indah diratapi. Namun kenyataannya memang demikian karena Yehezkiel mendapat mandat langsung dari Allah untuk menyanyikan sebuah elegi kepada Tirus. Kota yang terletak di pintu gerbang lautan ini telah dihadang oleh sebuah malapetaka yang dahsyat hingga layak untuk diratapi (ayat 1-3).

Kota Tirus pasti tidak pernah menyangka bahwa riwayatnya akan berakhir mengenaskan. Dalam perspektif dirinya, ia adalah sebuah kapal yang bertubuh sempurna di dalam keindahan (ayat 4). Bahan dasarnya adalah kayu pilihan (ayat 5). Papan dayungnya pun disiapkan dengan baik (ayat 6). Layarnya dan tendanya indah berwarna-warni menggambarkan keagungan. Kru pendayung dan kelasinya adalah orang Sidon (kota pelabuhan 25 mil dari utara Tirus) dan Arwad (tanah orang Fenisia, pesisir mediterian dan utara Sidon) (ayat 8). Para montirnya adalah tua-tua Gebal (kota diantara Sidon dan Arwad) beserta segenap kapal yang berlabuh hendak menjadi mitra dagangnya (ayat 9). Para prajurit militernya adalah orang-orang pilihan dari Persia, Lud (Lidya, di Asia kecil), dan Put (Libya, di utara Afrika) yang mengenakan perisai serta ketopong yang menambah semarak penampilannya (ayat 10). Keindahan Tirus sebagai sebuah kota dilukiskan semakin sempurna ketika orang Arwad dan tentaranya memanjat di atas sekeliling temboknya dan orang Gamad (utara dari Asia kecil) di atas menara- menaranya (ayat 11).

Renungkan: Allah Sang Pencipta setiap insan dan alam semesta ini tidak membenci kecantikan atau keindahan. Ia justru menjadikan segala sesuatu indah pada waktu-Nya. Yang dibenci Allah adalah apabila kecantikan hanya penampilan luar padahal di dalam kebusukan semata. Ingatlah bahwa kecantikan dari dalamlah yang akan terpancar keluar.

Bacaan untuk Minggu ke-15 sesudah Pentakosta

Ulangan 4:1-8

Yakobus 1:19-25

Markus 7:1-8, 14-15, 21-23

Mazmur 15

Lagu: Kidung Jemaat 408

PA 2 Yehezkiel 22

Pembuangan yang dialami oleh bangsa Yehuda membuat kita bertanya mengapa Allah tega membuang umat-Nya sendiri? Tidak maukah Allah memberikan kesempatan kepada mereka untuk memperbaiki kesalahannya? Memang bila kita tidak melihat secara seksama apa yang dilakukan oleh bangsa Yehuda, kita akan berpikir demikian. PA kita hari ini akan memperlihatkan kepada kita mengapa Allah harus membuang bangsa Yehuda sebagai bentuk penghukuman-Nya kepada umat- Nya sendiri.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Apa 2 dosa kota Yerusalem yang dicela oleh Allah (ayat 1-3)? Apa dampak perbuatan mereka terhadap diri mereka di hadapan Allah dan terhadap kelangsungan hidup mereka sebagai bangsa (ayat 4)? Menurut Anda apakah 2 dosa itu saling memperburuk satu dengan yang lain? Jelaskan!

2. Dosa-dosa Yerusalem dijabarkan lebih detil oleh Allah. Bagaimana hubungan orang-tua dan anak dalam masyarakat Yehuda, apakah otoritas orang-tua masih ditaati oleh para anak (ayat 7a)? Bagaimanakah keadilan yang berlaku khususnya bagi orang-orang lemah (ayat 7b, 29)? Lalu bagaimana dengan para pemimpin, apa yang mereka lakukan dan yang mereka cari (ayat 8, 9-12, 25-28)? Bagaimanakah tindakan-tindakan di atas berhubungan dengan penyembahan berhala mereka?

3. Jika demikian halnya, apa pendapat Anda tentang tindakan Allah kepada mereka (ayat 13-16a, 17-22a, 30)? Namun apakah penghukuman Allah semata-mata dijatuhkan demi kepuasaan amarah Allah (ayat 16b, 22b)? Lalu sebenarnya apakah tujuan penghukuman Allah? Apa yang Anda pelajari tentang Allah?

4. Berdasarkan pertanyaan no 2, tepatkah bila dikatakan bahwa tatanan sosial masyarakat Yehuda sudah terjungkirbalik? Jelaskan! Evaluasilah tatanan sosial masyarakat kita saat ini berdasarkan kriteria Yehezkiel. Seberapa dekatkah masyarakat kita menuju akhir (ayat 4)? Apa yang dapat Anda dan gereja Anda lakukan untuk memulihkan tatanan masyarakat kita? Pikirkan tindakan konkrit yang tidak terlalu ideal, agar dapat dilakukan mulai sekarang!

(0.26959441666667) (Yeh 38:1) (sh: Pemulihan tak bebas hambatan (Sabtu, 17 November 2001))
Pemulihan tak bebas hambatan

Pemulihan tak bebas hambatan. Ketika Tuhan melakukan pemulihan bagi umat-Nya, segala sesuatunya tidak selalu akan berjalan lancar. Adakalanya Tuhan mengirimkan angin badai dan awan gelap ke atas kita. Dalam situasi seperti ini, mungkin kita merasakan bahwa kehadiran angin badai dan awan gelap ini akan memporak- porandakan pemulihan yang kita alami. Namun, di balik semuanya itu, kita perlu menyadari bahwa tujuan dari krisis itu adalah untuk menyatukan pengenalan kita akan kebesaran Tuhan yang melakukan pemulihan.

Proses pemulihan seperti inilah yang dinubuatkan Yehezkiel bagi Israel (ayat 9, 16). Yehezkiel bernubuat bahwa Tuhan akan menggerakkan Gog beserta tentaranya yang perkasa, untuk menjadi angin badai dan awan gelap bagi Israel yang sedang menikmati keadaan yang aman tenteram (ayat 4-9). Gog dengan segala kekuatannya yang besar dan niat jahatnya akan menyerang Israel yang sedang membangun kembali tembok- temboknya yang telah roboh (ayat 10-13).

Mungkin semuanya ini merupakan tindakan Tuhan yang mengherankan, meskipun bukanlah tindakan Tuhan yang memporak-porandakan. Melalui datangnya krisis pada saat pemulihan, Tuhan memproklamasikan dan mendemonstrasikan Diri-Nya sebagai jaminan yang teguh. Guncangan yang dikirimkan-Nya mengajar umat-Nya bahwa Dialah yang berkuasa dan memegang kendali atas bangsa-bangsa (ayat 14-16). Dialah Tuhan yang menggenggam sejarah umat manusia. Dia sedemikian besar, sehingga tidak ada suatu kuasa pun yang dapat menggagalkan pemulihan-Nya. Dia sedemikian kudus sehingga tidak membiarkan pemulihan-Nya bagi umat-Nya dipermainkan (ayat 17-23).

Renungkan: Kita perlu menyadari bahwa proses pemulihan yang Tuhan kerjakan bagi kita tidak terlepas dari berbagai tantangan. Tetapi, kita juga perlu mempercayai bahwa Dia yang melakukannya adalah jaminan yang teguh. Apakah Anda sedang mengalami proses pemulihan dari dampak-dampak dosa yang merusakkan hidup dan relasi Anda? Ingatlah bahwa ujian dan pencobaan yang mengiringi langkah-langkah pemulihan itu merupakan sarana yang Tuhan berikan bagi kita untuk semakin mengenal dan bersandar pada-Nya.

(0.26959441666667) (Yeh 39:1) (sh: Jangan pandang enteng kekudusan Nama Tuhan (Minggu, 18 November 2001))
Jangan pandang enteng kekudusan Nama Tuhan

Jangan pandang enteng kekudusan Nama Tuhan. Di tengah dunia yang serba canggih ini, tanpa kita sadari, seringkali kita tidak lagi menganggap serius reputasi, kekudusan, kuasa, dan otoritas Tuhan di dalam tindakan dan percakapan sehari-hari kita.

Melalui nubuat Yehezkiel ini, kita dapat melihat bahwa Tuhan yang ada di Yerusalem mempertahankan dan memperkenalkan Nama-Nya yang kudus sebab Nama-Nya tidak boleh dinajiskan (ayat 7). Nama Tuhan yang kudus ini bukanlah semata-mata suatu sebutan bagi-Nya. Nama ini mewakili kuasa, otoritas, sifat, dan reputasi-Nya sebagai Tuhan yang kudus.

Tuhan menegaskan kepastian penghukuman bagi mereka yang menajiskan nama-Nya (ayat 5, 8). Ia mengaumkan firman-Nya melawan mereka yang meremehkan otoritas-Nya (ayat 1); melumpuhkan tangan-tangan yang mencemarkan reputasi-Nya (ayat 2-3); merebahkan mereka yang tidak mempedulikan kekudusan-Nya (ayat 4); menghanguskan dan membiarkan rebah, di padang- padang, mereka yang tetap tinggal tenang walaupun telah menajiskan nama-Nya (ayat 6). Semuanya ini dilakukan Tuhan, agar bangsa-bangsa mengetahui bahwa Nama Tuhan adalah kudus dan tidak boleh dinajiskan (ayat 7). Nubuat Yehezkiel ini menegaskan bahwa Ia dengan pasti akan menegakkan kembali reputasi nama-Nya yang kudus. Ia akan mengadakan pembalasan dengan cara yang sedemikian dahsyatnya dan bangsa-bangsa yang tidak menghormati-Nya pasti akan dikalahkan (ayat 9-10).

Renungkan: Adakah tindakan dan perkataan Anda yang telah menganggap enteng kekudusan, reputasi, kuasa, dan otoritas Tuhan? Biarlah kesadaran akan kekudusan nama Tuhan membakar segala kecemaran hati kita.

PA 2: Yehezkiel 37:1-14

Israel sedang berada di titik nol keberadaannya. Mereka putus asa karena pemberontakan Zedekia terhadap Nebukadnezar gagal dan Yerusalem ditaklukkan (ayat 33:21-22). Bangsa Israel tidak hanya menyadari ketidakberdayaan mereka di dalam situasi waktu itu, tetapi juga mengakui bahwa mereka telah begitu bersalah pada Tuhan. Mereka hancur karena kecerobohan mereka. Inilah 2 kondisi umum manusia: berdosa dan tidak berdaya. Bagian pertama pasal 37 merupakan semacam pengantar klimaks dari pasal 33-37, sebelum keadaan ideal akan mereka rasakan lagi (ayat 37:15-28). Bagaimanakah mereka dapat bangkit dari kebangkrutan?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Tulang-tulang yang ditunjukkan kepada Yehezkiel sangat kering (ayat 2). Bila ini adalah gambaran tentang tulang-tulang para tentara yang gugur di medan perang (ayat 10b), keadaan seperti apa yang ingin dinyatakan Allah kepada Yehezkiel melalui penglihatan semacam ini?

2. Apakah respons Yehezkiel terhadap pertanyaan Tuhan dalam ayat 3 sudah tepat? Mengapa? Apakah respons Anda sendiri jika pertanyaan yang sama diajukan kepada Anda? Mengingat ayat 1- 2, apakah kira-kira reaksi Yehezkiel ketika Allah memerintahkan dia untuk bernubuat (ayat 4)? Bagaimana reaksi Anda sendiri?

3. Apa yang akan dilakukan Tuhan terhadap tulang-tulang tersebut (ayat 5-6)? Mengapa Ia melakukan hal tersebut (ayat 6)? Apa yang dimaksud dengan kata "mengetahui" di ayat 6 bagian akhir (bdk. Yoh 17:3)? Mengapa Allah ingin diketahui sebagai TUHAN (Yahweh)?

4. Berapa tahap proses penghidupan tulang terjadi (ayat 7-10)? Istilah "nafas" dalam ayat 7-10 lebih baik diterjemahkan dengan kata "roh". Apa yang dimaksud dengan istilah "roh" (kaitkan dengan kondisi kematian)?

5. Ayat 11-14 merupakan penjelasan dari penglihatan dalam ayat 1- 10. Apa yang bangsa Israel ketahui tentang keadaan mereka (ayat 11)? Apa yang dapat mereka pelajari tentang Allah di sini?

6. Pikirkan sebuah kata yang mewakili ide kunci dalam perikop ini! Jelaskan maksud Anda! Kaitkan ini dengan hidup kerohanian Anda?

7. Bagaimana Anda menerapkan kebenaran firman Tuhan ini ke dalam situasi Indonesia yang sedang terpuruk?

(0.26959441666667) (Hos 6:1) (sh: Pertobatan palsu (Senin, 8 November 2004))
Pertobatan palsu

Pertobatan palsu. Pertobatan sejati pasti disertai bukti yang nyata: meninggalkan dosa. Hal yang dulu dilakukan tanpa perasaan bersalah, sekarang menjadi sesuatu yang dijauhi.

Banyak dan mudah kita menemukan pertobatan palsu kini. Tandanya di bibir mengaku dosa, tetapi hati tetap menikmati kejahatan; atau bertobat bukan untuk sungguh-sungguh kembali kepada Tuhan, tetapi hanya demi terhindar dari konsekuensi dosa. Orang demikian jelas hidup dalam kemunafikan. Dalam nas ini, karena teguran Allah dan harapan-Nya akan pertobatan Israel (lih. Hos. 5:15), maka umat Israel mengaku dosa dan bertobat. Namun, pertobatan Israel itu palsu. Perhatikan di Hos. 6:1-3 dalam doa pertobatan Israel tersebut, tidak ada pengakuan dan penyesalan sungguh-sungguh akan dosa-dosa mereka. Sebaliknya, Israel hanya menekankan kebesaran kasih Allah tanpa mengungkapkan kenyataan bahwa Allah membenci dosa.

Di mata Tuhan, pengakuan Israel itu bukan pertobatan sejati. Bahkan ibadah korban untuk memohon pengampunan pun tidak lebih dari sekadar perbuatan ibadah lahiriah saja (ayat 4-6). Kenyataannya mereka masih melakukan praktek dosa. Israel masih tidak menghormati isi ikatan perjanjian Sinai (ayat 7). Israel tetap melakukan tindakan kejahatan yang lama, yaitu kaum imam bagaikan penjahat yang menghadang darah dan melakukan perbuatan-perbuatan mesum yang menjijikkan (ayat 8-10); mereka melakukan beragam perbuatan dosa seperti merampok dan menjarah (ayat 7:1); bahkan mereka menipu dan menjerumuskan para pemimpin negara untuk semakin bergelimang dalam dosa (ayat 7:3-7).

Jika masih ingin berdosa, berdosalah jangan tanggung-tanggung sampai Allah menghajar habis-habisan. Mungkin dengan cara itu, Allah akan membuat Anda kapok. Memang Allah berniat mengampuni dosa dan menyelamatkan kita dari hukuman. Akan tetapi itu tidak dijanjikan-Nya kepada para pemain sandiwara rohani.

Camkanlah: Perbuatan saleh keagamaan bisa dilakukan sebagai topeng di depan manusia. Akan tetapi, Tuhan tidak tertipu dengan persembahan dan penampilan saleh kita.

(0.26959441666667) (Hab 3:1) (sh: Diri yang memuji (Jumat, 20 Desember 2002))
Diri yang memuji

Diri yang memuji.
Dalam keheningan dan kesadaran akan tidak utuhnya kehidupan, Habakuk mulai bernyanyi (ayat 1,19b). Nyanyian memerlukan ruang untuk beresonansi. Ruang getar itu adalah sikap batin yang lapang, menerima dan menunggu wawasan baru. Dalam ruang itu, nyanyian menemukan daya kreatifnya, mencipta ulang diri kita yang putus asa melihat realitas tak kunjung bahagia.Habakuk bernyanyi dari masa lalu. Pikirannya menerawang ke belakang, dan dari bibirnya terlontarlah ingatan tentang karya-karya Allah. Habakuk merindukan pengulangan, suatu kebangkitan kembali kuasa Allah. Allah memang murka, namun bukankah esensi diri-Nya tidak hanya murka, melainkan juga kasih? Ingatan ke belakang ini menjadi suatu ajakan kepada Allah juga untuk melakukan perjalanan menapaki sejarah-Nya. Memori dari yang insani dan Ilahi akan beriring menuju realisasi harapan.

Habakuk mengingat pekerjaan-pekerjaan Allah pada waktu zaman Keluaran (ayat 3-15). Ia dikatakan datang dari Teman dan Paran, lokasi-lokasi yang mengingatkan kita akan pertolongan Allah bagi Israel (bdk. Ul. 33:2). Kemuliaan-Nya digambarkan sebagai bercahaya, simbol kekuatan dan keagungan. Yahweh yang digambarkan sebagai "orang" penting diiringi oleh dua ajudan- Nya: penyakit sampar dan demam. Keduanya adalah disembah oleh orang-orang Kanaan sebagai dewa-dewa. Di sini Yahwehlah yang berkuasa mengendalikan musibah-musibah itu. Penampakan-Nya melalui kekuatan-kekuatan alam membuat mereka yang melakukan ketidakadilan gemetar (ayat 7).

Allah juga adalah Allah yang berperang. Ia melawan sungai dan samudera, lebih berkuasa dari dewa-dewa samudera bangsa Kanaan. Ia adalah ksatria Ilahi. Dengan "berkendara kuda" Ia maju dengan gagah berani dan menjadi pahlawan bagi umat-Nya.

Habakuk menyudahi nyanyiannya dengan kegentaran. Ia akan menunggu dalam kesesakan. Ia tidak akan lari. Ratapan tergantikan dengan sorak-sorai.

Renungkan:
Kalau Anda lari dari kehilangan, Anda akan makin terpuruk dalam kehampaan. Bernyanyilah dalam ruang kosong!

(0.26959441666667) (Mat 8:1) (sh: Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? (Senin, 17 Januari 2005))
Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus?

Mukjizat menyatakan apa tentang Yesus? Kebanyakan orang, termasuk orang Kristen terbagi ke dalam dua kelompok dalam kesan mereka tentang mukjizat. Ada yang memercayai dan menggandrungi mukjizat dan ada yang meragukan kemungkinan terjadinya mukjizat.

Dalam bacaan kita hari ini, Matius mencatat tiga peristiwa mukjizat yang Yesus lakukan. Maksud Matius bukan ingin memaparkan sikap orang terhadap mukjizat melainkan memaparkan siapakah Yesus melalui sikap-Nya terhadap masalah orang dan melalui tindakan-Nya membuat mukjizat. Masalah pertama yang Yesus selesaikan adalah penyakit kusta (ayat 1-4). Dalam hukum Musa, menderita kusta berarti terkucil dari masyarakat sebab hal tersebut diartikan kutukan Allah. Ucapan Yesus terhadap permohonan si kusta memperlihatkan sikap-Nya terhadap masalah terkutuk dan terkucil. Yesus mau orang itu bebas dari keadaan terkutuk dan terkucil. Itu sebabnya, Ia tidak saja menyembuhkan, tetapi mengirim orang itu menjumpai para imam.

Penyembuhan budak perwira di Kapernaum sekaligus menekankan dua hal (ayat 5-13). Yesus menginginkan orang memiliki iman penuh kepada Dia sebab Dia memang yang berdaulat untuk memerintah atau menuntut orang beriman mutlak kepada-Nya. Sayang orang Israel yang seharusnya memiliki iman malah dipermalukan oleh seorang kafir (ayat 10). Penyembuhan ibu mertua Petrus dan banyak lagi masalah lainnya kembali menekankan kedaulatan Yesus atas kekuatan-kekuatan yang merusak hidup manusia (ayat 16). Maksud dari semua perbuatan mukjizat itu adalah memperagakan bahwa Yesus sungguh adalah Dia "yang memikul kelemahan kita dan menanggung penyakit kita" (ayat 17). Mukjizat adalah tanda yang membuat orang melihat kedudukan Yesus seharusnya dalam hidup dan atas dunia ini.

Renungkan: Mukjizat atas segala mukjizat adalah ketika Anda diberi-Nya iman untuk meninggikan Dia di atas segala masalah dan menjadikan-Nya Tuhan dalam hidup Anda.



TIP #10: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab menjadi per baris atau paragraf. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA