Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 681 - 700 dari 2742 ayat untuk hanya [Pencarian Tepat] (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17643670731707) (Ams 3:27) (sh: Wujudkanlah kebaikan dan keadilan! (Minggu, 25 Juli 1999))
Wujudkanlah kebaikan dan keadilan!

Wujudkanlah kebaikan dan keadilan! Kebaikan dan keadilan merupakan hak yang didambakan umat manusia. Namun, hal itu sering menjadi sesuatu yang sulit diraih. Nampaknya, hak ini hanya dimiliki oleh golongan orang atau sistem tertentu. Dalam zaman yang serba modern ini, kerinduan orang untuk diperlakukan baik dan adil semakin jauh jangkauannya. Zaman sekarang ini lebih sering kita jumpai sikap tidak peduli terhadap orang lain. Orang sudah terpola hidup demi kepentingan dan keuntungan diri sendiri. Sikap demikian inilah yang menghancurkan kesempatan bagi sesama untuk menikmati sentuhan kebaikan dan keadilan. Bagaimana mengubahnya? Yaitu dengan jalan menyadari bahwa manusia akan menjadi manusia sejati bila selalu memperhitungkan fakta bahwa ia adalah bagian dari sesamanya, sehingga tidak semena-mena.

Sikap terhadap ketidakadilan. Perlakuan tidak adil, merugikan sesama, dan menguntungkan diri sendiri, tidak pernah dilakukan secara tidak sadar. Bila ada yang mengatakan: "tanpa sadar telah merugikan Anda ..." itu sekadar alasan membenarkan diri sendiri. Kita masih hidup di dunia, belum di sorga. Kita adalah manusia biasa, bukan malaikat, yang rentan dengan keinginan melakukan perbuatan dosa, yang melakukan dosa karena telah berlaku tidak adil terhadap sesama, atau melakukan dosa karena diperlakukan tidak adil. Strategi busuk seperti ini sudah sering dilakukan oleh komunitas yang berusaha merugikan pihak tertentu dan menguntungkan pihak lainnya.

Berkat Allah selalu menyertai orang benar. Tuhan Allah mengutuk mereka yang melakukan praktek "penyimpangan", karena segala sesuatu yang dihasilkan adalah hasil duniawi yang sifatnya semu dan hanya akan dinikmati sesaat. Sebaliknya, Allah memberkati mereka yang benar, jujur, dan bijaksana. Serahkanlah segala kekuatiran dan kecemasan kita, karena Allah pasti menuntun kita dengan kesabaran agar jangan jatuh dalam godaan itu. Tetaplah setia kepada-Nya, Ia akan memberkati kita!

Renungkan: Ketidakbenaran hanya dapat dikalahkan oleh integritas dalam ketaatan pada firman Tuhan.

(0.17643670731707) (Yes 48:12) (sh: Ketika Allah yang menamai umat-Nya (Senin, 8 Agustus 2005))
Ketika Allah yang menamai umat-Nya

Ketika Allah yang menamai umat-Nya Pengakuan Israel tentang jati diri mereka sebagai Israel, keturunan Yehuda, dan milik Allah adalah kosong sebab tidak ditunjang oleh ketaatan dan integritas (ayat 1). Akan tetapi, kini Allah sendiri memanggil mereka dengan nama Israel (ayat 12). Seperti halnya ketika Allah mencipta, semua yang Dia panggil menjadi kenyataan, demikian pula sebutan umat dari Allah kepada Israel tidak pernah merupakan panggilan kosong (ayat 13). Ia yang memanggil teguh, kukuh, dan tak berubah. Panggilan-Nya pun tak berubah dan pasti menjadi kenyataan.

Umat Allah harus belajar menerima rencana Allah dan taat kepada keputusan-keputusan-Nya. Seluruh umat Israel diundang untuk sehati menerima Koresy sebagai alat Tuhan yang ditetapkan-Nya untuk mengurus Babel demi menyelamatkan Israel. Israel harus belajar menerima Koresy sebagai "mesias" (ayat 16b). Tujuan akhir keputusan Allah ini adalah mendidik dan membuat mereka mengalami kebaikan dan syalom dari Allah (ayat 17-19). Kini Israel diminta untuk bertindak. Perintah untuk berlari keluar dari Babel dan janji bahwa Allah akan memimpin mereka dengan jaminan pemeliharaan-Nya, menggemakan saat nenek moyang mereka mengalami peristiwa keluaran dari Mesir (ayat 20). Ketika Allah menamai umat-Nya, peristiwa keluaran akan terus-menerus terjadi!

Penamaan kita sebagai "Kristen" lebih ajaib daripada penamaan Israel. Dengan panggilan itu, orang Kristen diberi status, jati diri, hak, dan tanggung jawab sebagai bagian dari Kristus sendiri. Peringatan Allah terhadap Israel yang nama dan pengakuannya hampa, perlu kita camkan. Hanya jika kita hidup dalam panggilan-Nya dan mengalami dampak kehadiran pembaruan Kristus, kekristenan kita akan menjadi nyata. Jika tidak, kita hanya akan mengecewakan Tuhan dan membawa kesaksian buruk di tengah masyarakat.

Ingat: Nama Kristen berarti pengikut Kristus. Perbuatan buruk yang kita lakukan hanya akan mempermalukan nama Kristus.

(0.17643670731707) (Yes 65:17) (sh: Tersedia surga untuk umat-Nya (Sabtu, 3 September 2005))
Tersedia surga untuk umat-Nya

Tersedia surga untuk umat-Nya Mendengar berita tentang kejahatan yang terus meningkat, bencana gempa bumi dan tsunami, kemis-kinan yang tak kunjung habis, pengangguran yang makin meningkat, dll. dapat membuat kita enggan hidup. Akar terdalam dari semua penderitaan manusia adalah dosa. Israel yang menerima nubuat ini sedang mengalami banyak sekali kesengsaraan karena dosa-dosa selalu menimbulkan akibat buruk dan Allah murka terhadap dosa.

Allah menghajar karena kasih-Nya dan kini Ia menjanjikan pemulihan. Pemulihan tersebut akan bersifat radikal dan total. Segala kejahatan dan akibat-akibat buruknya akan ditiadakan, bahkan ingatan tentangnya pun akan dihapuskan dari dalam hati umat Allah (ayat 17). Allah tidak hanya mengampuni, tetapi menciptakan segala sesuatu menjadi baru. Karena dosa manusia sudah merusak semua ciptaan, Allah akan menciptakan langit dan bumi baru (ayat 18). Akibat dosa yang terdahsyat, maut akan dibinasakan (bdk. 1Kor. 15:26). Di dalam langit dan bumi baru kelak tidak akan ada lagi maut. Hidup akan menjadi abadi (ayat 20), tepat seperti yang Allah ingin berikan kepada manusia. Hidup akan menjadi bermakna, tidak akan ada lagi usaha dan perbuatan yang menjadi sia-sia (ayat 21-23). Ketika Allah sepenuhnya Raja, bumi akan menjadi sejahtera (ayat 24-25).

Jika kini kerap kita harus meratap dan tertindih ketakutan, kelak orang-orang milik Tuhan akan hidup dalam semarak sukacita. Ketika Allah tersenyum jika melihat umat-Nya, umat pun pasti meluap dengan sukacita. Ini bukan hanya pengharapan eskatologis yang hanya akan kita alami di akhir zaman kelak. Di dalam Kristus yang telah menghapuskan dosa dan mengalahkan maut (1Kor. 15:54b-58) kita yang hidup taat kepada-Nya sudah menyongsong suasana langit dan bumi baru itu dalam pengalaman kita sehari-hari.

Renungkan: Meski fakta dunia masih dirusak dosa dan daya merusaknya, orang yang hidup dalam Tuhan tengah mengisi suasana suka surgawi tiap saat.

(0.17643670731707) (Yeh 1:1) (sh: Allah dalam pembuangan (Senin, 16 Juli 2001))
Allah dalam pembuangan

Allah dalam pembuangan. Setelah menjalani kehidupan dalam pembuangan selama 5 tahun, Yehezkiel mendapatkan penglihatan yang luar biasa dari Allah. Yehezkiel melihat penglihatan tentang takhta kemuliaan Allah yang begitu agung dan dahsyat sehingga membuat Yehezkiel sujud menyembah.

Memperhatikan penglihatan yang dipaparkan Yehezkiel, mungkin kita akan terheran-heran sebab Yehezkiel banyak menggunakan simbol- simbol dan menjabarkannya secara detil. Namun demikian kita harus memperhatikan bahwa Yehezkiel secara jelas berusaha untuk tidak memberikan deskripsi secara spesifik dan pasti, khususnya ketika menggambarkan kemuliaan Allah. Karena itu ia banyak menggunakan kata-kata `kelihatan seperti, menyerupai, seperti, kelihatan'. Terlebih ketika ia menggambarkan kemuliaan Tuhan, ia hanya mengatakan `seperti busur pelangi ... begitulah kelihatan gambar kemuliaan Tuhan' (ayat 28). Apa makna semua itu? Makna semua itu adalah Allah jauh di luar deskripsi manusia. Manusia tidak akan mampu mendeskripsikan kemuliaan Allah. Yehezkiel hanya dapat melihat gambaran kemuliaan seperti busur pelangi. Mengapa Yehezkiel sujud menyembah ketika ia melihat penglihatan itu? Semakin dekat matanya ditarik pada figur utama dalam penglihatan itu maka semakin buta matanya oleh sinar kemuliaan. Bagi Yehezkiel lebih mudah memperhatikan 4 makhluk hidup beserta roda-rodanya daripada memperhatikan figur utama dalam busur pelangi.

Allah yang bersemayam di bukit Zion, Allah yang bersemayam di Bait-Nya di Yerusalem, menampakkan diri-Nya kepada umat-Nya yang ada dalam pembuangan di Babel adalah Allah yang memang jauh di luar deskripsi manusia, namun Ia bukanlah Allah yang jauh dari umat sekalipun di tanah asing. Masa depan bangsa Israel masih ada bahkan masih ada pelayanan yang harus dilakukan oleh Yehezkiel sebagai imam di tanah pembuangan.

Renungkan: Kemuliaan Allah memang jauh dari bayangan manusia, namun tidak ada tempat yang jauh dari jangkauan Allah. Tidak ada situasi manusia yang jauh dari pengadilan-Nya. Dia akan datang kepada kita di saat kita gagal, kecewa, depresi, maupun mengalami malapetaka. Kita mungkin hanya dapat melihat sedikit dari kemuliaan-Nya, namun Ia senantiasa ada bersama kita.

(0.17643670731707) (Yeh 33:1) (sh: Meragukan keraguan (Sabtu, 10 November 2001))
Meragukan keraguan

Meragukan keraguan. Kemampuan meragukan sesuatu bisa merupakan anugerah sekaligus kutuk. Karena ragu-ragu, kita dapat semakin dekat atau malah semakin jauh dari kebenaran.

Ketidakpercayaan Israel terhadap berita Yehezkiel merupakan suatu wujud keraguan. Mereka mencemooh Yehezkiel dan berita yang disiarkannya. Pasal 33 menunjuk pasal 24 yang berbicara tentang jatuhnya Yerusalem setelah Yehezkiel melayani enam setengah tahun (ayat 21).

Peristiwa tersebut merupakan titik balik di dalam pelayanan Yehezkiel. Ia kembali mendapatkan suaranya yang hilang setelah istrinya meninggal (ayat 24:27). Tuhan menyuruhnya berbicara lagi. Namun, sebelumnya, ia disadarkan akan panggilannya kembali sebagai "pelihat" bagi Israel (ayat 1- 9). Ini penting untuk memberikan keyakinan akan status dirinya dan kebenaran beritanya di tengah bangsa yang tegar tengkuk.

Ada 2 pesan yang ingin disampaikan oleh Tuhan melalui Yehezkiel di sini. Pertama, Tuhan telah memberikan kesempatan pemulihan kepada bangsa Israel yang berada di Yerusalem bila mereka bertobat (ayat 10-16). Namun, mereka menolak tawaran itu dan tetap berkeras hati, bahkan menyalahkan Tuhan (ayat 17-20). Mereka sombong karena menganggap bahwa mereka akan memiliki tanah Yerusalem selama-lamanya (ayat 24), padahal mereka telah melakukan kekejian yang dahsyat (ayat 25-29). Mereka tidak hanya mencemoohkan ancaman Tuhan, tetapi juga pengharapan yang Tuhan berikan. Ini membawa kita pada pesan yang kedua, yaitu suatu peralihan kesempatan. Tuhan kini memberikan hak pemulihan bukan kepada mereka yang berada di Yerusalem, tetapi kepada mereka yang berada di pembuangan. Hanya orang-orang yang pada akhirnya sungguh-sungguh kembali pada Tuhan yang akan diberikan pemulihan. Tuhan tidak menyukai orang yang menganggap remeh firman-Nya (ayat 30-33). Pertobatan sejati terjadi bukan hanya dengan kesenangan mendengar firman Allah, namun dengan adanya perubahan hidup.

Renungkan: Seorang pahlawan berani memberitakan imannya sampai orang lain meragukan keraguannya. Belajarlah untuk mengimani dan mewartakan janji Allah, meskipun situasi tidak mendukung.

(0.17643670731707) (Yeh 34:1) (sh: Gravitasi dan cinta (Minggu, 11 November 2001))
Gravitasi dan cinta

Gravitasi dan cinta. Di dalam dunia hanya ada 2 gaya: gravitasi dan cinta. Yang satu menarik ke dalam, yang lain memberi ke luar. Yang satu menghisap, yang lain tiada berharap. Kekuasaan pun ada 2 macam: kekuasaan black hole (eksploitasi) dan kekuasaan cinta (eksplorasi).

Nubuat Yehezkiel kini difokuskan pada para raja Israel yang digambarkan sebagai gembala-gembala yang tidak bertanggung jawab. Alih-alih mencintai domba-domba (rakyat Israel), mereka tidak acuh terhadap tugas penggembalaan, dan hanya bisa menikmati tanpa pernah memberi (ayat 3). Egoisme seperti ini menimbulkan kemarahan Allah. Raja-raja Israel tidak sadar bahwa mereka hanyalah gembala-gembala, dan bukan pemilik. Allahlah yang mempunyai domba-domba itu.

Allah mengambil alih dari sini. Ia akan menggembalakan domba- domba-Nya kembali "sebagaimana seharusnya" (ayat 16). Seorang gembala lain yang setia kepada tugasnya (ayat 23-24) akan diangkat (kemungkinan Yoyakhin -- 2Raj. 25:27-30). Di bawah pemerintahannya, rakyat akan sejahtera. Namun demikian, domba-domba itu pun memiliki tanggung jawab, suatu seni menjadi domba yang baik (ayat 17-22).

Pasal ini ditutup dengan janji Allah yang merentang sampai ke masa depan ketika bangsa Israel dipulihkan (ayat 25-31). Keadaan yang digambarkan mengingatkan pada Yes. 11:6-9. Tanpa kekerasan -- hanya cinta yang hadir. Manusia tidak lagi memperkosa alam dan sesamanya. Kasih setia Allah kukuh hingga kekal.

Renungkan: Waspadalah! Kekuasaan ala gravitasi seringkali mengatasnamakan cinta. Belajarlah sungguh-sungguh mencintai alam, diri, sesama, dan Allah. Kalahkan manipulasi gravitasi hari ini!

PA 1: Mazmur 86

Keadaan di Indonesia yang seringkali bergolak menimbulkan ketakutan dan perasaan was-was bagi rakyat. Di samping gonjang-ganjing politik, tingkat kriminalitas tidak pula menurun, kalau tidak dapat dikatakan meningkat. Hidup makin sulit. Tidak sedikit jumlah orang yang memutuskan untuk meninggalkan negeri ini dan menetap di negeri orang. Alasannya sederhana: keadaan tidak lagi aman, dan rakyat kecil tidak berdaya apa-apa ketika kejahatan menghadang. Ketidakberdayaan ini menimbulkan kekhawatiran yang kronis. Siapa yang dapat dimintai pertolongan? Bisakah rakyat hidup dalam damai sejahtera?

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Mengapa dalam ayat 2, 4, 16-17 Daud menyebut dirinya sebagai "hamba" (lih. Kej. 33:5, 2Raj. 8:13)? Jikalau Daud memposisikan diri sebagai hamba, bagaimanakah Daud melihat posisi Allah (ayat 4)? Apakah yang dimaksud dengan "sengsara" dan "miskin" dalam ayat 1 (kaitkan dengan keadaan Daud)? Pernahkah Anda mengalami situasi seperti yang dialami Daud (ayat 14)?

2. Melihat frekuensi doa Daud (ayat 3) dan permohonannya agar diberikan sukacita (ayat 4), bagaimana Anda memahami perasaan yang ia alami? Apakah seseorang boleh merasa takut? Jelaskan jawaban Anda! Mengapa Daud berbicara mengenai Allah yang mengampuni (ayat 5)?

3. Apakah yang diimani Daud mengenai Allah yang dipercayainya (ayat 8-10)? Jelaskan! Apakah Allah yang berkuasa hanya akan menolong jika seseorang berdoa kepada-Nya (ayat 14 seruan muncul dalam pasal ini)?

4. Ayat 11 merupakan klimaks doa. Adakah hubungan sebab-akibat antara ayat 8-10 dan ayat 11? Mengapa Daud meminta hati yang bulat (tak terbagi) sebagai inti doanya? Mengapa Daud bersyukur (ayat 12-13)?

5. Apa yang diminta Daud pada Tuhan (ayat 17)? Apakah yang dimaksud dengan "tanda" di sini bersifat alamiah atau supra alamiah atau dua-duanya? Jelaskan jawaban Anda, kaitkan dengan keadaan Daud! Apa yang diharapkan Daud dengan hadirnya tanda dari Allah (ayat 17b)?

6. Bayangkan: nyawa Anda diancam oleh orang-orang jahat tanpa sebab. Anda juga sadar bahwa Anda kerapkali berdosa menyakiti hati Tuhan. Anda sangat tidak berdaya. Apakah yang akan Anda lakukan?

(0.17643670731707) (Hos 11:1) (sh: Iman padang gurun (Rabu, 11 Desember 2002))
Iman padang gurun

Iman padang gurun.
Ayat-ayat 1,3,4 tidak hanya secara jelas kembali menggambarkan peristiwa keluaran dari Mesir tetapi juga menggambarkan kebahagiaan umat ketika mereka masih di padang gurun. Hosea memang memandang bahwa masa keemasan relasi antara umat dengan Allah adalah ketika mereka berada bersama Allah di padang gurun. Di sana mereka tidak tergoda untuk menyembah dewa atau ilah manapun. Inilah yang disebut iman padang gurun. Akan tetapi, kalau Hosea menekankan hal ini tidak berarti bahwa Hosea menganggap Allah Israel hanyalah Allah padang gurun. Justru dengan penekanan tersebut, Hosea bermaksud agar Israel tetap memelihara relasi yang ideal dengan Allah ketika di padang gurun itu, meskipun mereka sudah menetap di Kanaan. Sayangnya, Israel berubah total ketika mereka mulai mendiami tanah Kanaan (ayat 2,7).Kasih Allah kepada Israel tidak pernah berhenti. Kecaman dan penghukuman yang ditimpakan kepada Israel adalah juga bagian dari perjalanan kasih Allah kepada Israel. Allah tidak sama dengan manusia yang suka menghajar sesamanya dengan dendam yang tidak pernah berkesudahan (ayat 8-11). Karena kasih-Nya, Allah menahan murkanya, dan menggantikannya dengan menyelamatkan. Hal itulah yang dinyatakan dengan kata-kata, "Hati-Ku berbalik dalam diri-Ku (ayat 8)." Allah berubah pikiran, dari keinginan untuk menghukum kepada keinginan untuk menyelamatkan. Keadaan manusia pada umumnya suka memberontak dan terus memberontak, dan karenanya patut menerima penghukuman Allah. Tetapi karena kasih- Nya kepada dunia, Ia mengutus Anak-Nya sebagai Juruselamat dunia (bdk. Yoh. 3:16), sehingga dunia mengalami pengampunan Allah. Karena itu manusia hanya hidup oleh pengampunan Allah. Tanpa pengampunan Allah, manusia pasti binasa. Kebinasaan yang dimaksud tidak hanya dalam pengertian kematian kekal pada masa yang akan datang, melainkan juga binasa dalam arti relasi yang tidak sejahtera dengan sesama dan lingkungan di dunia kini dan di sini.

Renungkan:
Kristus yang datang dalam Natal itu telah menempatkan dasar pengampunan yang kokoh dan abadi.

(0.17643670731707) (Hos 13:1) (sh: Menyimpang dari Allah, berarti mati! (Jumat, 13 Desember 2002))
Menyimpang dari Allah, berarti mati!

Menyimpang dari Allah, berarti mati!
Allah sendiri mengingatkan Israel, bahwa Dialah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Tidak ada juruselamat lain (ayat 4). Artinya, hanya Allahlah yang memelihara dan yang memberi mereka makan dan minum. Israel dengan mudah melupakan segala kebaikan yang telah Tuhan limpahkan atas mereka. Karena itu, ketika Israel membelakangi Allah, itu tidak hanya berarti bahwa Israel menolak keselamatan dari Allah, tetapi juga Israel telah memutuskan hubungan kasih dengan Sang Sumber kehidupan. Akibatnya, murka Allah menimpa mereka. Bahkan, akibat dari sikap Israel itu, Allah tidak akan membebaskan Israel dari maut. Israel tidak mengurangi kuantitas dan kualitas kejahatan mereka, justru sikap Israel makin bertambah-tambah penyimpangannya terhadap perjanjian kasih dengan Allah. Mereka harus mengalami maut yang datang dari Allah. Allah sendiri tidak akan menyelamatkan Israel (ayat 14). Apakah Allah telah kehabisan kesabaran? Tidak! Allah memutuskan tindakan ini justru karena terlalu sabar. Juga, tindakan Allah ini diambil karena ketololan dan kebodohan Israel sendiri. Artinya, Israel sendiri yang telah memutuskan hubungan kasih Allah dengan Israel.

Kehidupan yang didasarkan pada kasih Allah, Sang Sumber Kehidupan, hanya akan terjalin kembali apabila Allah sendiri berinisiatif penuh untuk memulihkan hubungan-Nya dengan umat. Pemulihan hubungan itu telah sering Allah lakukan, tetapi Israel terus menerus menolak Allah.

Bila kita belajar dari sikap Israel terhadap Allah, maka kita pun harus dengan penuh kesadaran mengakui bahwa kita tidak lebih baik daripada umat Israel. Sebab seandainya ada seorang saja di bumi ini yang betul-betul setia kepada Allah, maka Allah tidak perlu berinisiatif melalui Yesus Kristus, datang ke dunia. Tetapi, karena satu orang saja tidak ditemukan, maka damai Natal itu harus datang ke dunia, berada di antara kita, dan memulihkan kembali relasi manusia dengan Allah.

Renungkan:
Manusia sudah dihukum sekaligus diselamatkan dalam Natal, salib dan kebangkitan Yesus.

(0.17643670731707) (Hos 13:1) (sh: Penimbunan dosa berakibat fatal (Selasa, 16 November 2004))
Penimbunan dosa berakibat fatal

Penimbunan dosa berakibat fatal. Dosa yang sama dan dilakukan berulangkali, tapi tidak diakui dan dibereskan akan membuahkan penghukuman. Itulah Israel.

Tudingan Hosea terhadap dosa Israel yang berpaling kepada ilah lain sepertinya tidak membuat Israel kunjung menyesal dan bertobat. Sehingga akhirnya, hukuman pun tidak mungkin lagi dihindarkan. Pasal menjelang akhir dari kitab Hosea ini sepertinya merupakan pukulan terakhir atas semua perbuatan dosa Israel. Dosa terbesar Israel adalah menyembah berhala (ayat 1-2) sehingga mereka harus mati (ayat 1) dan lenyap tak berbekas (ayat 3). Kesalahan Israel yang lainnya lagi ialah tidak tahu berterima kasih atas segala berkat dari Allah yang sudah mereka nikmati pada masa lampau (ayat 4-6). Oleh karena itu, penghukuman Allah diibaratkan laksana binatang buas yang memangsa korban-korbannya (ayat 7-8).

Apa yang dilakukan Israel? Mereka malahan bersandar kepada pemimpin politik untuk keselamatan mereka (ayat 10-11), padahal raja tidak mampu menyelamatkan mereka dari pembinasaan Allah (ayat 9). Puncak kemarahan Allah atas kekerasan hati Israel telah tiba (ayat 12-13). Ibarat bayi yang sudah waktunya lahir, namun menolak untuk "keluar". Israel dengan bodohnya bertahan di dalam dosa-dosanya (ayat 13:14-14:1). Semua uraian mengenai dosa Israel tersebut memperjelas keadilan Allah untuk menghukum Israel dengan membinasakan mereka.

Israel memiliki kesempatan berkali-kali untuk bertobat. Allah mengutus bukan hanya Hosea, melainkan banyak nabi lainnya. Seandainya Israel mau mengakui dosa, mohon ampun dan bertobat, tentu penghukuman tidak perlu dijatuhkan sefatal itu. Pada saat ini, hanya pukulan keras saja yang mampu menghancurkan hati yang congkak. Dan hanya hukuman keras saja yang bisa menundukkan hati yang bebal. Peristiwa Israel merupakan peringatan bagi kita. Jangan menyepelekan teguran Allah sebab itu akan membuat hati kita keras.

Renungkan: Kadang, cuma satu jalan yang bisa Allah lakukan terhadap hati yang keras dan bebal. Tentu Anda tidak ingin mengalami dihancurkan Allah, bukan?

(0.17643670731707) (Am 5:1) (sh: Hidup hanya ada pada Allah (Minggu, 20 Juli 2003))
Hidup hanya ada pada Allah

Hidup hanya ada pada Allah. Konsekuensi hidup bersekutu dengan Allah adalah hidup menurut jalan-Nya. Sebaliknya, konsekuensi meninggalkan Allah dengan segala jalan-Nya berarti kematian dan ratapan (ayat 1-3). Sikap mereka yang meninggalkan Allah tampak dalam tingkah laku mereka sehari-hari. Mereka mengubah keadilan menjadi ipuh dan menghempaskan kebenaran ke tanah (ayat 7,10); menindas dan merampas hak milik orang lemah dengan uang dan memungut pajak gandum yang mestinya harus ditolong oleh negara (ayat 11,12). Semua kejahatan itu jelas perbuatan-perbuatan yang melawan Allah sekaligus menghancurkan nilai kemanusiaan.

Tuhan sama sekali tidak menolelir sikap hidup mereka yang membunuh kehidupan dan pengharapan mereka yang lemah. Sebagaimana Allah memihak kepada Israel ketika ditindas di Mesir, demikianpun Allah akan mendengar seruan mereka yang tertindas di antara umat Allah. Para penindas akan mengalami penghukuman Allah. Kemewahan yang mereka peroleh dari hasil penindasan akan musnah. Kebun anggur yang mereka bangun dengan indah tidak akan mereka nikmati (ayat 11).

Sesungguhnya hanya di dalam Allah ada kehidupan. Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup. Israel keliru menyamakan Tuhan dengan tempat. Semua tempat ibadah tidak menjamin Tuhan boleh didapatkan, sebab Tuhan ada bagi hati yang bertobat.

Renungkan: Tuhan tidak menginginkan ibadah status. Ia ingin agar hubungan nyata dengan-Nya terwujud di dalam kelakuan sehari-hari kita.


Bacaan untuk Minggu ke-7 sesudah Pentakosta

Zakharia 9:9-13; Roma 8:6-11; Matius 11:25-30; Mazmur 145

Lagu KJ 450

(0.17643670731707) (Am 5:14) (sh: Ngeri! Apabila Allah berlalu, apabila Allah datang! (Senin, 21 Juli 2003))
Ngeri! Apabila Allah berlalu, apabila Allah datang!

Ngeri! Apabila Allah berlalu, apabila Allah datang! Sifat hukuman Allah kini menahap lebih maju. Bagian ini tidak lagi berbicara tentang kehilangan karena bangsa lain merampasi Israel tetapi tentang tindakan Allah sendiri melawan Israel. Bagian ini juga bernada pesimis. Tuhan masih terus menganjurkan reformasi, namun harapan Tuhan akan mengasihani kecil sekali sebab kemungkinan ada segelintir umat menyambut anjuran itupun tipis sekali (ayat 15-16). Kemungkinan itu kecil sebab yang umat inginkan hanya mencari kebaikan tanpa membuang kejahatan. Reformasi luar tanpa perubahan mentalitas dan kelakuan.

Tindakan ngeri Allah pertama adalah apabila Ia berlalu (ayat 16-17). Pada waktu raja melalui suatu tempat lazim penduduk tempat itu akan bersukacita, bukan? Pada waktu maut berlalu seperti ketika tulah kesepuluh terjadi, ada ratapan besar. Demikian yang akan terjadi pada umat ketika Allah berjalan di tengah mereka. Kengerian dan celaka belaka, bukan damai dan kesukaan!

Tindakan ngerti Allah kedua adalah apabila Ia datang (ayat 18-20). Di antara orang Israel bersemi harapan apokaliptis, yaitu harapan bahwa akan datang Hari Tuhan ketika Tuhan mengadili semua bangsa dan membela umat-Nya. Tetapi hal yang bersifat janji dan penghiburan itu kini dijadikan Tuhan sebagai ancaman terhadap umat-Nya. Keadilan dan murka Tuhan tidak akan dibatasi hanya untuk bangsa-bangsa bukan Israel yang di luar perjanjian. Hari itu tidak akan menjadi kesukaan dan penghiburan sebab kekelaman dan murka akan menimpa umat. Tuhan tidak akan pilih kasih. Selama ibadah tidak utuh meliputi seluruh aspek kehidupan, selama itu juga ancaman murka terus mengintai.

Renungkan: Jangan cepat menganggap diri saleh karena sudah melaksanakan seluruh upacara agama. Panggilan kita tidak hanya itu, tetapi harus meluas sampai kepada seluruh segi hubungan kemanusiaan kita.

(0.17643670731707) (Ob 1:10) (sh: Menari di atas penderitaan orang lain (Selasa, 18 Desember 2001))
Menari di atas penderitaan orang lain

Menari di atas penderitaan orang lain. Selain keangkuhan, dosa kedua Edom adalah menari di atas penderitaan orang lain. Ketika Israel, saudara kandungnya, sekarat dan berada di ambang kehancuran karena serangan bangsa asing, Edom tidak bergeming sedikit pun untuk membantu. Edom menghina dan bahkan memanfaatkan kehancuran Israel untuk merampok harta kekayaan Israel (ayat 13-14). Hanya orang yang kejam dan tak berperikemanusiaan sajalah yang dapat "menari di atas penderitaan orang lain". Dan bagi Tuhan, hal yang paling pantas diberlakukan atas Edom adalah hukuman.

Namun, sikap seperti Edom bukanlah sikap yang asing dalam kehidupan kita. Kita pun seringkali menemukan orang di sekitar kita, bahkan mungkin kita sendiri, bersikap demikian. Kekejaman dapat terwujud baik dalam sikap pasif maupun tindakan aktif. Secara pasif, kita bisa bersikap kejam tatkala kita melihat orang menderita, tetapi kita menutup mata hati dan mendiamkan orang tersebut walaupun sebenarnya kita bisa melakukan sesuatu untuk menolongnya. Secara aktif, kita bertindak kejam ketika kita "bersukacita" di atas penderitaan orang. Betapa kejamnya orang yang merasa senang jika dapat melipatgandakan penderitaan orang lain.

Kekejaman hanya akan mendatangkan murka-Nya. Sebaliknya, perkenanan-Nya hanya kepada orang yang berbelaskasihan dan melakukan sesuatu untuk mengurangi penderitaannya. Mungkin orang itu menderita karena memang selayaknya menerima hukuman dari Tuhan. Namun, janganlah bersukacita atau menambah penderitaannya. Kepada Edom dan orang-orang yang kejam Tuhan berjanji, "... perbuatanmu akan kembali menimpa kepalamu sendiri" (ayat 15b).

Renungkan: Tuhan berkenan pada orang yang melakukan kebaikan dan mencerca orang yang berlaku kejam kepada sesama (bdk. Mat. 7:12; 25:31-46). Marilah kita lebih banyak melakukan kebenaran dan kebaikan kepada sesama kita seperti yang diperintahkan Tuhan. Ingatlah bahwa sebelum hari Tuhan itu datang, kita masih memiliki kesempatan untuk mengubah cara hidup dan konsep hidup yang tidak sesuai firman Tuhan.

(0.17643670731707) (Mat 2:1) (sh: Herodes dan orang Majus (Selasa, 26 Desember 2000))
Herodes dan orang Majus

Herodes dan orang Majus. Kisah orang majus yang sangat terkenal - kaum filsuf dari Persia - dimaksudkan untuk menyatakan lebih jauh siapa Yesus. Dikejutkan oleh penampakan bintang besar yang luar biasa, orang-orang majus menuju ke Yudea untuk menghormati bayi yang kelak akan menjadi raja besar. Kedatangan mereka membuat ketakutan yang besar karena itu Herodes mencari informasi dimanakah Mesias akan dilahirkan. Jawaban atas pertanyaan Herodes terdapat dalam Mikha 5:2: Penguasa yang dijanjikan akan lahir di Betlehem.

Pernyataan Herodes bahwa dia pun akan pergi dan menyembah bayi jika lokasi kelahirannya sudah dipastikan, adalah pernyataan dusta. Itu adalah kebohongan sebab Herodes yang tua ini bermaksud membunuh bayi Yesus. Ini merupakan contoh respons negatif terhadap Yesus.Respons yang positf dapat dilihat dalam diri orang majus. Sebagai orang asing mereka dengan penuh suka cita mendatangi rumah dimana keluarga Yesus tinggal. Di sana mereka menyembah bayi Yesus, membuka tempat harta bendanya, dan memberikan persembahan kepada-Nya. Secara tradisi, persembahan yang diberikan kepada Yesus adalah persembahan yang biasanya ditujukan kepada seorang raja yaitu mas, kemenyan, dan mur. Yang lebih bermakna adalah pola yang kita lihat.Mereka menyembah Yesus lalu membuka harta bendanya, kemudian memberikan persembahan kepada-Nya.

Seringkali kita sebagai manusia hanya menyembah harta benda. Uang atau benda-benda yang dapat dibeli dengan uang menjadi fokus hidup kita. Ketika kita menyembah harta benda, kita tidak akan mempunyai hati untuk Yesus atau orang lain. Menyembah Yesus membebaskan kita terfokus pada materi. Harta benda duniawi tidak lagi mencengkeram hati kita. Ketika kita menemukan kesukacitaan dalam melayani Kristus, dengan sukarela kita akan memberikan harta benda kita kepada-Nya sebagai persembahan.

Renungkan: Hanya mengenal Yesus saja tidak cukup. Mereka yang mengakui keajaiban kelahiran-Nya namun tidak mau menyerahkan hidup kepada- Nya adalah seperti Herodes. Hendaklah dengan penuh sukacita kita merendahkan diri, menyembah, dan menyambut Dia bukan hanya sebagai Juruselamat namun juga sebagai Tuhan atas hidup dan segala yang kita miliki.

(0.17643670731707) (Mat 5:13) (sh: Bukan masyarakat di balik pagar tinggi (Rabu, 3 Januari 2001))
Bukan masyarakat di balik pagar tinggi

Bukan masyarakat di balik pagar tinggi. Khotbah Yesus tentang garam dan terang dunia pada intinya menekankan bahwa Kristen tidak boleh hidup sebagai 'gated community' (masyarakat yang dipagari). Kristen harus berbaur dengan masyarakat sebab hanya Kristen yang dapat menjadi garam dan terang dunia. Apa artinya?

Garam mempunyai beberapa manfaat: sebagai penyedap masakan, sebagai pupuk, dan yang paling utama sebagai pengawet makanan karena garam dapat memperlambat pembusukan. Itulah gambaran tentang peran Kristen dalam masyarakat. Kristen dipanggil untuk menjadi disinfektan moral dalam dunia yang standar moralnya sangat rendah, selalu berubah, bahkan tidak ada sama sekali. Namun apakah Kristen dapat kehilangan keefektifannya bagai garam kehilangan asinnya? Sesungguhnya garam tidak dapat kehilangan asinnya, namun garam zaman Yesus tidak dihasilkan dari air laut yang diuapkan, namun dari rawa-rawa, sehingga banyak mengandung kotoran. Ketika garamnya larut, yang tertinggal hanyalah kotoran. Jadi dengan ungkapan garam menjadi tawar, Yesus ingin menegaskan bahwa Kristen dapat berperan sebagai garam jika mereka tetap mempertahankan norma-norma Kerajaan Allah di dalam hidupnya, jika tidak ia hanya seperti kotoran sisa garam.

Selain itu Kristen juga harus berperan sebagai terang dunia. Dalam PL dan PB, terang hampir selalu melambangkan kemurnian, kebenaran, wahyu, dan kehadiran Allah. Hanya kehadiran Kristen yang mampu melambangkan ketiga hal di atas dalam masyarakat dan Kristen harus memancarkannya dimana pun mereka berada (ayat 15). Bagaimana caranya? Kristen harus memperlihatkan wujud perilaku apa pun yang sesuai dengan kehendak Allah, walaupun akibatnya mengundang penganiayaan atas dirinya (ayat 10-12). Dengan cara itu masyarakat akan disadarkan betapa berdosanya mereka.

Renungkan: Norma-norma kerajaan Allah yang diterapkan dalam kehidupan warga-Nya akan menghasilkan saksi- saksi yang berkuasa seperti Saudara. Garam berfungsi mencegah kebusukan dan memperingatkan Kristen untuk tidak berkompromi dengan dunia. Sedangkan terang berfungsi untuk menerangi dunia yang gelap dan memperingatkan Kristen untuk tidak menarik diri dari dunia, sehingga dapat membawa masyarakat kepada kemuliaan Bapa di surga.

(0.17643670731707) (Mat 5:17) (sh: Firman kekal untuk diterapkan (Selasa, 4 Januari 2005))
Firman kekal untuk diterapkan

Firman kekal untuk diterapkan. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk membatalkan Hukum Taurat, tetapi untuk menggenapinya (ayat 17) menurut hakikat dan semangat yang terdalam, yaitu untuk mengasihi Allah. Hidup, ajaran, dan karya penebusan Kristus adalah penggenapan Hukum Taurat. Ia menegaskan pula bahwa Perjanjian Lama adalah firman Allah yang kekal (ayat 18). Artinya Perjanjian Lama menyatakan kehendak Allah yang tidak berubah bagi umat-Nya. Oleh karena itu, siapa pun yang melalaikan atau melanggar satu perintah saja dari firman Tuhan itu, ia telah melanggar seluruh firman Tuhan. Ia bukan anggota Kerajaan Surga (ayat 19).

Yang mengejutkan adalah Yesus memakai ilustrasi kehidupan keagamaan para ahli Taurat dan orang Farisi. Bagi Yesus kehidupan agama mereka tidak sejati. Mereka bukan pelaku firman Tuhan (ayat 20). Bagaimana mungkin orang-orang yang kesehariannya bergaul dengan firman Tuhan ternyata di mata Yesus bukanlah pewaris Kerajaan Surga? Ketaatan orang Farisi hanya bersifat lahiriah. Apa yang mereka lakukan tidak didasarkan atas kasih kepada Allah dan sesama.

Oleh sebab itu, Yesus menasehati para murid-Nya untuk tidak memiliki hidup keagamaan seperti yang dimiliki ahli Taurat dan orang Farisi. Yesus ingin para murid-Nya memberlakukan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh mulai dari dalam hati bukan hanya sekadar tingkah laku lahiriah. Lalu bagaimana mungkin Ia mengharapkan kita berbuat lebih dari orang Farisi? Bisa! Hidup keagamaan kita bisa lebih baik karena berasal dari Kristus. Karena kita memiliki kebenaran Kristus, kita dapat mematuhi Tuhan dengan kasih.

Hanya Yesus yang dapat membebaskan manusia untuk hidup benar di hadapan Allah dan dalam hubungan yang benar dengan sesama manusia. Dia mampu mengubah kondisi manusia berdosa untuk hidup benar dan menghayati kehendak Tuhan dari hati yang diperbarui-Nya.

Renungkan: Marilah kita mendasarkan semua perilaku dan sikap kristiani kita atas Firman Hidup.

(0.17643670731707) (Mat 6:1) (sh: Rahasia Kristen (Senin, 15 Januari 2001))
Rahasia Kristen

Rahasia Kristen. Dalam perikop-perikop ini Matius menekankan kerahasiaan dalam melakukan kewajiban agama serta ibadah, dan hanya Allah Bapa yang ada di tempat tersembunyi yang melihat dan membalasnya. Apakah pengajaran ini tidak bertentangan dengan pengajaran sebelumnya tentang garam dan terang dunia? Bukankah telah diajarkan bahwa terang kita harus bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatan kita yang baik dan memuliakan Allah di surga?

Yesus menegaskan bahwa hakikat hubungan Kristen dengan Allah adalah hubungan yang dekat, rahasia, dan pribadi. Karena itulah setiap kewajiban yang timbul dari hubungan itu bukanlah suatu tindakan pamer. Banyak contoh di masyarakat dimana memberi bantuan dipakai sebagai sarana untuk mengejar prestise dan popularitas. Penghargaan ini penting bagi manusia karena akan menaikkan pamor mereka di mata masyarakat dan memberikan dampak positif bagi karier mereka. Kristen harus bebas dari praktik demikian, karena Kristen justru harus memberi dengan motivasi menaati Allah dan berbelaskasihan kepada sesama.

Ibadah juga bisa bertujuan pamer, seperti berpuasa (ayat 16-18). Yesus tidak mengkritik puasa yang mereka laksanakan namun Ia mengkritik mereka yang memamerkan bahwa mereka sedang berpuasa. Banyak Kristen pergi ke gereja dan aktif dalam berbagai kegiatan pelayanan hanya untuk memamerkan dan memberikan kesan bahwa dirinya adalah seorang yang taat beribadah. Namun ia sendiri tidak mempunyai persekutuan pribadi dan khusus dengan Allah. Yesus menekankan bahwa sebagai warga negara Kerajaan Allah, Kristen harus mempunyai hubungan dengan Allah secara nyata dan pribadi, bukan hubungan yang bersifat sandiwara. Apa pun yang Kristen lakukan bagi Allah, harus ditujukan kepada Allah dan bukan kepada manusia.

Renungkan: Pengajaran ini tidak bertentangan tetapi justru melengkapi ajaran tentang garam dan terang dunia, karena untuk menjadi garam dan terang dunia, berbuat baik saja belum memadai. Masih ada sikap lain yang dituntut yang tidak dilihat orang lain dan inilah yang disebut rahasia Kristen. Bagaimanakah rahasia Kristen yang ada pada diri Anda selama ini ketika Anda memberi bantuan kepada orang lain, bantuan pembangunan gereja, atau melayani sebagai majelis, pengurus, atau aktivis dalam gereja? Hanya Allah dan Anda yang tahu.

(0.17643670731707) (Mat 7:13) (sh: Hanya dua kemungkinan (Sabtu, 15 Januari 2005))
Hanya dua kemungkinan

Hanya dua kemungkinan. Ucapan Tuhan Yesus ini sangat mengejutkan, terutama untuk kebanyakan pendengar-Nya yaitu orang Yahudi. Ada semacam anggapan dasar pada mereka bahwa karena mereka keturunan Abraham, mereka pasti umat Allah, milik Allah (band. 3:9-10). Untuk sebagian kita pun mengejutkan, tetapi karena alasan yang berbeda. Karena pengaruh pola pikir modern dan pluralitas agama-agama Timur, ada anggapan bahwa banyak jalan menuju ke Tuhan. Kepercayaan dan kehidupan yang seperti apa pun, akhirnya akan membawa orang ke surga. Tuhan Yesus menentang keras anggapan sesat itu.

Hidup diumpamakan-Nya seperti memasuki gerbang (ayat 13), menjalani jalan (ayat 14), mengeluarkan buah (ayat 17), dan mengalaskan bangunan (ayat 24-27). Hanya ada dua kemungkinan perjalanan dan akhir hidup manusia dalam evaluasi ilahi. Pintu, jalan, buah, dasar yang bagaimana yang kita putuskan untuk menjadi sifat hidup kita kini, akan menentukan nasib kekal kita. Sayangnya yang banyak diminati orang adalah jalan lebar menuju kebinasaan (ayat 13). Orang lebih suka disesatkan dan menyesatkan daripada tunduk kepada kebenaran Allah. Jalan menuju ke kebinasaan memang mudah sebab tinggal mengikuti saja arus dunia yang didorong oleh dosa.

Aktif dalam kegiatan rohani, melakukan banyak pelayanan termasuk membuat mukjizat, fasih melantunkan kalimat-kalimat teologis dan pujian kepada Tuhan bukan jaminan seseorang sungguh di pihak Tuhan. Tanda satu-satunya yang menjamin bahwa kita terhisab ke dalam Kerajaan Surga adalah kita tidak dievaluasi Tuhan sebagai "pembuat kejahatan" (ayat 23). Dengan kata lain, bila hidup kita menunjukkan adanya perjuangan konsisten untuk hidup kudus dengan pertolongan anugerah-Nya, barulah kita memiliki jaminan sah keselamatan kita.

Renungkan: Keselamatan bukan hasil usaha tetapi akibat kita sungguh mengizinkan anugerah-Nya membebaskan kita dari pola hidup berdosa.

(0.17643670731707) (Mat 7:24) (sh: Siap diterpa badai? (Minggu, 16 Januari 2005))
Siap diterpa badai?

Siap diterpa badai? Ucapan Yesus ini mengakhiri khotbah-Nya di bukit yang ditujukan untuk para murid-Nya. Dengan tekanan serius kini Yesus mengingatkan mereka bahwa hidup tiap orang suatu saat kelak akan diterpa badai. Badai itu akan sedemikian dahsyat dan pasti berakibat kekal. Badai itu akan membongkar kenyataan fondasi hidup macam apakah yang telah seseorang pakai untuk membangun kehidupannya.

Hanya ada dua macam fondasi hidup. Fondasi batu karang teguh adalah sikap dan praktik hidup saat demi saat mematutkan hidup sesuai firman (ayat 24). Orang sedemikian disebut Tuhan bijaksana sebab kehidupan taat firman membuatnya tahan terpaan badai. Fondasi pasir adalah sikap dan praktik hidup yang mendengar firman dan ajaran Yesus, tetapi tidak melakukannya (ayat 26). Orang seperti itu bodoh sebab rumah kehidupannya pasti akan tersapu bersih oleh terpaan badai dan banjir dahsyat (ayat 27). Apakah badai dan banjir itu? Mengacu ke konteks sebelum ini, pastilah yang Tuhan maksudkan dengan badai itu adalah hari penghakiman akhir. Dengan ucapan-Nya yang penuh kuasa itu, Yesus mendesak para pendengar-Nya untuk merespons Dia dengan ketaatan dan kesetiaan agar luput dari penghukuman itu.

Dari dulu sampai kini tidak ada penganjur agama mana pun seberani dan seberdaulat Yesus memaparkan soal hidup kekal dan tuntutan untuk percaya dan taat kepada-Nya sebagai syarat masuk hidup kekal. Ketika Yesus mengakhiri pengajaran-Nya, banyak orang mengakui kuasa kata-kata Yesus itu (ayat 28-29). Akan tetapi, yang Tuhan tuntut terus menerus sampai zaman ini juga, bukan saja mengagumi Dia melainkan mengikut dan menaati Dia. Dia tidak hanya menyampaikan klaim kosong sebab kelahiran, kehidupan, kematian, dan kebangkitan-Nya menunjukkan bahwa Ia memang kelak akan menghakimi dan menentukan nasib kekal kita.

Ingat: Hidup yang singkat ini hanya awal dari hidup kelak. Bagaimana keadaan hidup kita kelak dalam kekekalan tergantung pada pilihan kita di hadapan Yesus.

(0.17643670731707) (Mat 12:22) (sh: Yesus melucuti kebobrokan sang penjebak (Jumat, 2 Februari 2001))
Yesus melucuti kebobrokan sang penjebak

Yesus melucuti kebobrokan sang penjebak. Mukjizat penyembuhan orang buta dan bisu yang kerasukan setan mengundang dua macam respons dari dua golongan yang berbeda. Pertama, respons takjub dari orang banyak yang menyaksikan bagaimana Yesus menyembuhkan orang tersebut, sehingga muncul pernyataan bahwa sepertinya Yesus adalah Anak Daud. Pernyataan ini mengandung makna bahwa Yesus sepertinya adalah Mesias yang dinantikan. Sebaliknya respons kedua datang dari orang Farisi. Mereka mengatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, penghulu setan. Orang Farisi yang seharusnya lebih tahu bahwa setan hanya dapat diusir dalam nama Tuhan, justru tidak melihatnya seperti orang banyak.

Yesus tahu apa yang dipikirkan orang Farisi dan segera memberikan jawaban melalui beberapa ilustrasi yang logis untuk menyatakan siapa Diri- Nya dan siapa orang Farisi. (ayat 1) Ia memakai ilustrasi tentang kerajaan, kota, dan rumah tangga yang terpecah-pecah pasti akan hancur (ayat 25- 27). Demikian pula bila mereka mengatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa setan pula, berarti kerajaan setan terpecah-pecah dan akan hancur. Kemudian Yesus menanyakan apakah mereka juga ingin mengatakan bahwa pengikut mereka juga mengusir setan dengan kuasa setan? Pasti mereka akan menjawabnya tidak. Dengan demikian hanya tinggal satu kemungkinan, yakni kuasa Roh Allah, karena hanya ada dua kerajaan yakni kerajaan setan dan Kerajaan Allah. (ayat 2) Ilustrasi kedua artinya Yesus lebih berkuasa dari setan, karena Ia sanggup mengalahkannya, sekuat apa pun kuasa setan (ayat 29). Dan (ayat 3), ilustrasi pohon dan buahnya menggambarkan bagaimana perkataan dan perbuatan orang Farisi telah menyatakan siapa diri mereka sesungguhnya, yang mulut dan hatinya jahat. Pada awalnya orang Farisi berada di atas angin untuk menjatuhkan nama Yesus, namun tidak berhasil, justru sebaliknya kebobrokan mereka dilucuti oleh Yesus.

Menyaksikan keajaiban dan keagungan perbuatan Yesus dapat menghantar seseorang kepada dua respons: pertama, menolak dan salah tafsir; kedua, semakin mengenal Yesus dan mengalami persekutuan yang indah dengan Dia.

Renungkan: Ketika seseorang mencobai-Nya, justru kebobrokan dirinya sendiri yang akan ditelanjangi.

(0.17643670731707) (Mat 12:38) (sh: Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati (Sabtu, 3 Februari 2001))
Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati

Bukan tanda yang dibutuhkan, tetapi keterbukaan hati. Masih perlukah tanda bagi ahli Taurat dan orang Farisi yang tidak mau percaya kepada Yesus? Banyak tanda dan mukjizat telah dibuat Yesus, namun ternyata hati mereka semakin keras membatu. Mereka menganggap diri paling benar, sehingga mereka senantiasa menjebak Yesus untuk mencari kesalahan- Nya.

Saat itu mereka memanggil Yesus sebagai Guru (Rabbi), suatu panggilan awal yang sopan untuk menyelubungi maksud yang jahat. Mereka senantiasa mencari cara yang mereka anggap paling jitu untuk menjebak Yesus. Dalam bacaan ini, mereka meminta tanda dan bukan mukjizat, karena tanda merupakan pengesahan yang bersifat illahi. Mereka berpikir bahwa Yesus tidak mungkin memberikan tanda karena Ia adalah manusia biasa, anak seorang tukang kayu. Mereka berharap ketika Yesus tidak mampu memberikan tanda, maka terbukti bahwa apa yang dikatakan-Nya selama ini tidak benar. Bagaimana respons Yesus? Ternyata Yesus tidak terpancing dengan tantangan mereka, Ia tidak membuktikan Keillahian-Nya dengan cara manusia, tetapi dengan kuasa Illahi Ia menyingkapkan siapa mereka dan siapa Diri-Nya.

Dengan kata-kata sangat keras dan pedas Yesus menegur mereka sebagai angkatan yang jahat dan tidak setia, karena mereka tidak mau terbuka kepada kebenaran-Nya. Kepada mereka Yesus tidak menunjukkan tanda yang spektakuler, tetapi Ia memfokuskan kepada misi kedatangan Anak Manusia ke dunia, seperti tanda nabi Yunus. Yesus menyebut Diri-Nya sebagai Anak Manusia, karena sebutan Kemanusiaan-Nya inilah yang diterima mereka. Namun Yesus jauh melebihi nabi Yunus. Orang-orang Niniwe bertobat karena pemberitaan Yunus, tetapi orang- orang yang mendengar dan mau percaya, bertobat, karena Ia sendiri jalan keselamatan itu. Kemudian Yesus mengkaitkannya dengan kedatangan ratu Syeba dari ujung bumi untuk melihat keagungan dan kekayaan raja Salomo. Ia jauh melebihi Salomo, karena itu banyak orang dari segala penjuru akan datang kepada-Nya untuk mendapatkan keselamatan daripada-Nya.

Renungkan: Tanda apa pun tidak dibutuhkan bagi orang yang mengeraskan hati kepada kebenaran-Nya. Hanya hati yang mau terbuka yang akan melihat bahwa segala perbuatan Yesus merupakan bukti bahwa Dialah Mesias sejati.



TIP #24: Gunakan Studi Kamus untuk mempelajari dan menyelidiki segala aspek dari 20,000+ istilah/kata. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA