Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 701 - 720 dari 1463 ayat untuk Nama [Pencarian Tepat] (0.003 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.30078506976744) (Kis 13:9) (jerusalem: juga disebut Paulus) Orang-orang Yahudi dan orang-orang Timur pada umumnya mengambil juga sebuah nama untuk dipergunakan di dunia Yunani-Romawi. Yohanes disebut juga Markus, Kis 12:12; Yusuf-Barsabas disebut Yustus, Kis 1:23, Simeon bernama Niger, Kis 13:1, Tabita bernama Dorkas, Kis 9:36 dll. Untuk pertama kalinya Lukas di sini menyebut Paulus dan selanjutnya hanya nama Romawi itu saja yang dipakai. Lukas juga sekarang membuat Paulus menjadi tokoh utama kisahnya; ia tidak lagi kalah terhadap Barnabas, melainkan menjadi pemimpin sesungguhnya dari karya selanjutnya, Kis 13:13.
(0.30078506976744) (Kis 17:18) (jerusalem: golongan Epikuros dan Stoa) Ini merupakan kedua mazhab filsafat utama di zaman itu
(0.30078506976744) (1Tes 4:1) (jerusalem: dalam Tuhan Yesus) Paulus berkata "dalam Tuhan", 1Te 4;1, atau "atas nama (demi) Tuhan", 1Te 4:2, dan lagi "dengan firman Tuhan", 1Te 4:15, atau "dalam nama Tuhan", 2Te 3:6,12. Pengajaran Paulus di bidang akhlak yang lazim suatu nilai baru oleh karena dihubungkan dengan Kristus, Kol 3:18+; bdk Fili 4:8-9
(0.30078506976744) (Kel 5:22) (sh: Nama TUHAN adalah jaminan (Senin, 4 April 2005))
Nama TUHAN adalah jaminan

Nama TUHAN adalah jaminan
Tujuan Firaun agar bangsa Israel meragukan dan melupakan Allah dengan cara menambah beban kerja paksa nampaknya berhasil. Situasi bangsa Israel semakin menyesakkan dan keputusasaan teramat berat menekan mereka. Dalam situasi ini, umat Israel tidak mampu melihat kuasa Tuhan justru sedang bekerja (ayat 6:8). Bahkan Musa pun telah menjadi tawar hati. Musa merasa bersalah dan menganggap dirinya sebagai penyebab kesengsaraan bangsanya. Musa juga menuduh Allah yang mengutusnya untuk berbicara kepada Firaun sebagai Allah yang bengis (ayat 5:22-23).

Allah memiliki rencana keselamatan bagi umat-Nya, yakni membawa mereka ke Tanah Kanaan (ayat 6:6-7). Apa dasarnya? Pertama, Perjanjian Allah dengan Abraham, Ishak dan Yakub. Di sini Allah memperkenalkan diri dengan nama TUHAN, yang menyatakan Jati Diri-Nya sebagai Yang Setia pada Perjanjian-Nya (ayat 2-3). Nama TUHAN ini menjadi dasar bahwa janji-Nya akan digenapi (ayat 5,6,7). Kedua, Allah telah mendengar seruan penderitaan umat-Nya (ayat 4-5). Oleh karena janji-Nya dan nama-Nya, Ia akan menyelamatkan mereka. Sedangkan bagi Firaun, Allah akan menunjukkan kedahsyatan kuasa-Nya (ayat 5:24). Allah akan memperkenalkan diri-Nya kepada Firaun bahwa Ia adalah Allah Yang Mahakuasa, yang mengatasi segala ilah termasuk sesembahan Mesir (ayat 6:2-5). Inilah perintah Allah kepada Musa untuk kembali disampaikan kepada Firaun saat ia menghadapnya (ayat 9-10,12).

Saat berada dalam bayang-bayang penderitaan kita sulit untuk tetap memercayai Tuhan. Namun, jika kita mau berdiam diri di hadapan-Nya dan merenungkan kasih setia-Nya, kita akan menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang setia. Sebagaimana bagi umat Israel nama TUHAN menjadi pegangan, maka bagi kita nama Yesus meneguhkan bahwa janji-Nya Ya dan Amin. Dia akan memberi kekuatan bagi kita untuk bertahan dalam penderitaan dan berharap kepada-Nya.

Ingat: Nama-Nya adalah Ya dan Amin untuk setiap janji dan firman-Nya.

(0.28358288372093) (Kej 2:7) (ende)

Manusia ('adam) badannja berasal dari tanah ('adamah). Tetapi kehidupannja berasal dari Tuhan. Dalam tjerita ini atjap kali kita berdjumpa dengan rangkaian kata seperti 'adam - 'adamah. Adam disini bukanlah nama orang tertentu, melainkan berarti "manusia" pada umumnja.

(0.28358288372093) (Kej 3:24) (ende)

Maksud pengarang mengadjarkan kepada kita kebenaran-kebenaran historis berhubung dengan keselamatan kita: keadaan jang sesungguhnja dari manusia pertama serta keturunannja, dan sikapnja terhadap Tuhan. Keadaan ini dilukiskannja berbentuk suatu drama dengan berbagai-bagai pelakunja. Djadi bentuk gambaran ini bukan dalam segala-galanja menepati apa jang terdjadi dalam sedjarah. Kesimpulan ini dapat kita ambil dari teks sendiri. Pertama-tama: bentuk literer, jang mengandung banjak motif-motif dan unsur-unsur mitologis dari kesusasteraan hikmah: taman kenikmatan, ular jang berbitjara, pohon kehidupan, dan pengertian tentang baik dan djahat. Ini termasuk djenis puisi. Selandjutnja pelaku-pelaku simbolis, jang memegang peranan dalam tjerita. Sifat simbolis ini ternjata dari nama-nama jang mempunjai arti umum: 'adam = manusia; chawa = jang hidup. Demikian pula halnja dalam fasal-fasal berikutnja: Kain, Abil, Enosj, dll, semua ini nama-nama buatan jang timbul dalam tradisi.

Achirnja maksud tersebut diatas ternjata djuga dari tjara penghimpun kitab Kedjadian menggabungkan fasal 1(Kej 1) dengan fasal 2-3(Kej 2-3) mendjadi kesatuan: gambaran olehnja tidak dianggap sebagai kissah-sedjarah jang menguraikan segala-sesuatu tepat sebagaimana tampak terdjadi. Maka dari itu ia tidak berkerabatan mentjampur mempersatukan lukisan-lukisan jang mengandung perbedaan-perbedaan satu sama lain.

(0.28358288372093) (Kej 12:9) (ende)

Negeb adalah nama wilajah Palestina jang letaknja djauh disebelah selatan, diselatan Beersjeba. Dahulukala daerah ini masih tjukup subur. Ternjata disana ada pengaruh-pengaruh dari Mesir, antara lain karena hubungan perdagangan. Kemudian berubah mendjadi padang gurun, dan sekarang orang berusaha membuatnja subur lagi dengan irigasi.

(0.28358288372093) (Kej 16:8) (ende)

Nama, jang oleh Tuhan atau dutaNja digunakan untuk menjebut seseorang, biasanja menundjukkan panggilan atau tugas, jang harus dipenuhi orang itu. Disini tugas Hagar ialah: mengabdi (lihat ajat 9)(Kej 16:9). Tugas panggilan itu disertai djandji berkat Tuhan.

(0.28358288372093) (Kej 30:24) (ende)

Dalam ajat 23(Kej 30:23) nama Jusuf (bahasa Hibrani: Josef) diasalkan dari "'asaf" = mengambil. Dalam ajat ini dari "yasaf" = menambahkan. Tafsiran terachir ini lebih tepat: karena MahabaikNja, Tuhan menambahkan anak ini.

Jusuf adalah anak pertama dari Rachel sendiri. Kemudian di Kanaan lahirlah Benjamin (lihat Kej 35:16).

(0.28358288372093) (Kej 32:2) (ende)

Machanaim ialah suatu kota diwilajah seberang sungai Jarden (Transjordania; lihat Yos 13:26,30). Nama ini disini dihubungkan dengan penampakan malaikat. "Machaneh" berarti "perkemahan". Kita sudah disiapkan akan membatja tjerita jang nanti diuraikan dalam ajat 23-33(Kej 32:23-32).

(0.28358288372093) (Kej 32:28) (ende)

Kemenangan dalam perkelahian dengan rahmat Tuhan ini adalah suatu djaminan, bahwa Jakub sekarang berkat kekuatan Tuhan tidak usah takut-takut akan manusia siapapun djuga.

Nama Israel (Hibr: Yisra'el dari "sarah") biasanja diartikan: "Allah adalah kuat", atau: "Semoga Allah memperlihatkan kekuatanNja". Djuga arti ini sangat sesuai dengan djalan tjerita.

(0.28358288372093) (Kel 17:7) (ende)

Massa = pertjobaan (dari "nissah" aj.2) (Kel 17:2), "Meriba" = pertengkaran, tantangan (dari "rib" aj.2) Nama ini kita ketemukan djuga di Bil 20:13; Ula 32:51.

Israel menjangsikan Jahwe, jaitu: jang selalu hadir menjertai umatNja.

(0.28358288372093) (Kel 20:12) (ende)

Wadjib menghormati dan menghargai orangtua sebagaimana harusnja. Atas Nama Tuhan mereka menjalurkan hidup dan djandji-djandji Keselamatan. Menghormati orang tua berarti menghormati hidup, dan dengan demikian menurut Berkat Tuhan, jang mendjandjikan dan mendjamin kehidupan perintah ini dikenai hukuman mati (Kel 21:15,17; bandingkan Kej 9:22-25).

(0.28358288372093) (Kel 33:12) (ende)

Lihat aj. 3(Kel 33:3) dan Kel 33:5. Musa tidak mau berangkat tanpa dilindungi Hadirnja Tuhan sendiri. Djustru disinilah terletak perbedaan antara Umat Israel dan bangsa-bangsa lainnja (aj. 16)(Kel 33:16). Ini tertjantum dalam nama Jahwe (aj. 19(Kel 33:19) dan Kel 3:14 tjatatan).

(0.28358288372093) (Bil 22:8) (ende: Jahwe)

Nama ini di mulut Bile'am belum menjatakan ia mengakui Tuhan Israil. Mungkin sekali pengarang sendiri menjebut Jahwe disini, sebab menurut Kitab Sutji seluruh peristiwa ini datang dari Jahwe. Ada ahli jang berpendapat, bahwa dinegeri Bile'am ada dewa jang bernama Jahwe, seperti Tuhan Israil.

(0.28358288372093) (Ul 32:39) (ende: Akulah Jang Aku itu)

sindiran terhadap nama Kudus Jahwe: 'aku adalah Aku (jang) ada" (cf. Kel 3:14). Ungkapan itu sama dengan jang terdapat dalam Jesaja dan dalam Indjil Joanes. Lihat Kel 3:14 tjatatan.

Ajat-ajat berikut ini mempermaklumkan keputusan penjelamat Jahwe terhadap umatNja.

(0.28358288372093) (Rut 1:1) (ende)

RUT

PENDAHULUAN

Salah satu kisah jang amat menarik dari Perdjandjian Lama tersedia bagi kita dalam kitab ketjil tersendiri, jang dinamakan menurut tokoh utamanja, Rut. Semua sependapat, bahwa kisah tersebut merupakan suatu permata sni tjerita Israil, dengan pelukisan watak jang tadjam, penggambaran dan pertjakapan jang hidup, ketegangan dramatis, tanpa mendjadi ketegangan jang ber-lebih2an dan sensasi.

Dalam Kitab Sutji Hibrani kitab ketjil tersebut termasuk dalam apa jang disebut “Ketubim” dan mendjadi bagian dari kelima “Megillot”. Jakni kitab2 ketjil, jang dibatjakan selama ibadah pada perajaan2 besar Israil: Madah Agung pada perajaan Paska, Lagu Ratap pada peringatan tahunan runtuhnja Jerusjalem, Pengchotbah pada perajaan pondok daun2, Ester pada perajan Purim, sedang Rut dichususkan untuk perajaan Pentekosta, perajaan panen, karena didalamnja diutarakan pula panen djelai. Tetapi dalam terdjemahan2 Junani dan Latin kuno kitab Rut ditempatkan sedudah kitab para Hakim, dan pengaran2 kono pun menjebutkan, bahwa memang itulah tempatnja. Makanja banjak ahli memandang kitab ketjil itu sebagai tambahan ketiga pada kitab para Hakim. Namun tempat aselinja sukarlah ditentukan dengan pasti. Dalam terdjemahan2 kuno kitab itu dapat digandingkan dengan kitab para Hakim, karena kisahnja berlangsung didjaman para Hakim (1, 1); sedangkan sebaliknja dalam daftar Hibrani kitab2 sutji mungkin digolongkan dalam Ketubim untuk keperluan ibadah.

Kisahnja agak sederhana susunannja. Suatu keluarga ketjil di Juda terpaksa mengungsi karena kelaparan kewilajah Moab. Dua anaknja, jakni Mahlon dan Kiljon, memperisteri dua wanita Moab, ‘Orpa dan Rut. Tetapi dalam perantauan jang lama itu keluarga tersebut mendapat pertjobaan jang berat. Bapak keluarga, Elimelek, meninggal dan djuga kedua anaknja. Demikianlah djanda Na’omi tertinggal bersama dengan kedua menantu perempuannja jang tak beranak. Beberapa waktu kemudian ia mau pulang ketanahairnja. Kedua menantu perempuannja ingin ikut sertanja. Tetapi Na’omi mendesak, supaja mereka kembali sadja. ‘Orpa menjetudjuinja, tetapi Rut bersikeras hati. Setibanja di Betlehem, Rut berusaha mentjari penghidupannja dnegan memungut sisa2 gandum diladang, seperti orang2 miskin lainnja. Kebetulan ia berada diladang seorang bernama Bo’az. Bo’az sudah mendengan tentang kelakuang Rut jang terpudji itu dan oleh karenanja memperlakukannja dengan sangat murah hati. Ternjatalah Bo’as itu masih sanak Na’omi. Adapun Na’omi mau mendjual sebidang tanah, milik suaminja jang telah meninggal, tetapi menurut undang2 milik-pusaka tersebut harus tetap tinggal dikalangan kaum kerabat. Dari sebab itu Rut didorongnja, untuk mengusahakan, supaja Bo’az membeli tanah itu dan mengawini Rut, sehingga Elimelek mendapat keturunan dan tanah itu tetap mendjadi milik lekuarganja sendiri. Sebab anak jang mungkin akan dilahirkan dari Bo’az dan Rut menurut hukum mendjadi tjutju Elimelek. Usaha ini berhasil. Bo’az tidak enggan menerima usul itu. Tetapi masih ada sanak lain, jang lebih berhak atasnja. Didalam himpunan rakjat dipintugerbang kota soal itu dikemukakan oleh Bo’az. Sanak tadi tidak mau mengawini Rut dan oleh karenanja melepaskan hak2nja demi untuk Bo’az. Maka Bo’az mengawini Rut dan dari perkawinan itu lahirlah mojang radja Dawud.

Dalam kisah itu Bo’az tampil sebagai “penebus” dan oleh karenanja ia mengawini Rut. Fungsi penebus itu agak luas dan berdasarkan hubungan darah. Jang paling dekat hubungan darahnja harus “menebus’sanaknja, entah ia djatuh dalam perbudakan, entah ia terantjam kisas, hal mana lalu ditebus, entah milik kerabat itu hendak djatuh kedalam tangan oralng lain dan oleh karenanja harus dibeli oleh si “penebus”. Adapun istilah “penebus” ini djuga diambil-alih dalam bidang keigamaan; maknanja Jahwe “menebus” umatNja dari perbudakan dan dari musuh2nja. Fungsi “penebus” tidak mengandung kewadjiban untuk kawin, sehingga perkawinan antara Bo’az dan Rut tidak merupakan menggantikan-tikar, seperti jang tertera dalam Taurat (Ul. 25, 5-10). Diluar kitab Rut tidak terdapat tjontoh satupun dari perkawinan sedemikian itu didalam Perdjandjian Lama. Mungkinlah kita bersua dengan adat lama, agaknja adat setempat, jang tidak sampai dimasukkan dalam kodifikasi resmi perundangan Israil. Dari kitab Rut itu sendiri njatalah, bahwa Bo’az tidak begitu wadjib melainkan berhak, demi fungsinja sebagai penebus, untuk mengawini Rut.

Apa jang mendjadi maksud dan pokok adjaran kitab Rut, sudah djelaslah pada pembatjaan selintas-pintas. Kitab rut adalah madah pudjian atas “kesetiaan kaum kerabat” baik dari pihak Rut maupun dari pihak Bo’az. Dan dikalangan orang2 Israil jang mursjid – Rut sudah dimasukkan kedalam umat Jahwe – hal itu didasarkan atas kejakinan agama. Dalam seluruh kitab tersebut Jahwe membimbing kedjadian2 dan djuga perkawinan antara Bo’az dan Rut. Kesetiaan aum kerabat atas dasar keigamaan itu merupakan adjaran tetap kitab tersebut dan dalam diri Rut dipudjilah Ibu Al Masih (Mt. 1, 5) sebagai wanita jang dalam rasa keigamaannja dan mursjid, kendati asal kafirnja. Ada jang menjelipkan maksud2 lain pada kitab ketjil itu. Beberapa ahli mengemukakan adanja ketjondongan politis didalamnja, se-akan2 kisah itu hendak menjundjukkan, bahwa Dawud mempunjai hak atas daerah Efraim demi asal-usulnja. Hanjalah sajangnja, menurut kitab itu Elimelek bukannja dari suku Efraim melainkan dari marga Efrata di Juda. Ada pula ahli2 lain menganggap kitab ketjil itu suatu polemik lawan rigorisme dan eksklusivisme Esra, jang bertindak keras terhadap perkawinan2 tjampuran (Esr. 9; 10; Neh. 13, 1-3. 23-27) dan menutup rapat pintu masuk Israil terhadap orang2 kafir. Kisah Rut, kata mereka, mewakili pendirian lain jang tidak begitu rigoristis dan lebih universalistis. Tanpa memilih pendirian terntentu, sangat sulitlah untuk menemukan kembali ketjondongan2 sedemikian itu dalam kitab tersebut. Achirnja kitab itu hanjalah suatu pudjian atas kebadjikan Rut dan Bo’az; maksud besar lain tidak perlu di-hubung2kan dengan kisah jang amat sederhana itu. Bahwa menurut kenjataannja kitab itu merupakan pudjian atas wangsa Dawud, kiranja tak perlu diartikan, bahwa itulah jang dimaksudkan; meskipun al itu mungkin mendjadi sebabnja kitab itu tetap terpelihara, dan utnuk kegunaan itu mungkin djuga silsilah Dawud ditambahkan kepada kitab itu.

Bila tepatnja kitab itu ditulis, tidak mudahlah ditentukan . mereka jang menganggapnja sebagai polemik lawan Esra, dengan sendirinja menempeatkannja pada djaman sesudah pembuangan, tidak lama sebelum ataupun didalam masa Esra-Nehemia. Tambahan pula mereka mengemukakaan bahasa, jang dipakai dalam kitab itu, jaitu bahasa Hibrani dari djaman belakangan jang sudah mendapat pengaruh kuat dari bahasa Aram. Tetapi semua argumen itu tidak dapat menjakinkan. Diatas sudh disebutkan, bahwa polemik itu tidak ada. Dan mengenai bahasanja, memang bahasa jang dipengaruhi bahasa Aram, tetapi didjaman radja2pun bahasa Aram sudah digunakan dan mempunjai pengaruhnja. Tambahan lagi hendaknja diingat, bahwa dalam peredaran djaman kitab itu disesuaikan dnegna bahasa jang berlaku. Beberapa ahli beranggapan, bahwa bahasa Hibrani kitab Rut tidak kalah dengan bahasa Hibrani kitab2 Sjemuel dan Radja2. sebaliknjapun kitab itu sendiri tidak memberikan banjak petundjuk, untuk menanggalkannja dengan teliti. Dari 1,1 njatalah, bahwa djaman para Hakim sudah lewat. Tjatatan 4, 7 – djika ini bukan tambahan – kemudian – mengandaikan, bahwa kisah itu terdjadi djauh kemudin daripada masa kedjadiannja. Karena djaman para Hakim itu berlangsung hingga ke Sjaul (sekitar th. 1030), maka tentulah kitab itu ditulis sesudahnja. Silsilah jang menguntji kitab itu sampai kepada Dawud. Djadi, se-tidak2nja dalam bentuknja jang sekarang ini, kitab itu tertanggal sesudah Dawud. Tetapi lalu tidak dapat ditarik kesimpulan bahwa kitab itu tjaja silsilah itu diteruskan. Tokoh Dawud kan tjukup besar, untuk merupakan kuntjinja. Karena kitab itu njatanja tidak mengenal undang Deuteromium 23, 3, jang melarang orang2 Moab dimasukkan kedalam djemaah Israil, dan lagi perkawinan Bo’az tidak persis tjotjok dengan undang2 tentang menggantikan tikar, kiranja orang dapat memutuskan, bahwa kitab itu terdjadi sebelum undang2 tadi berlaku umum, djadi sebelum penerimaan umum Kitab Ulangtutur dalam th. 621. djadi dapat dikata, sangat boleh djadi kitab Rut itu ditulis antara th. 900 dan 600. Menentukan lebih landjut, tidak dapat, tanpa djatuh dalam hipotese2 jang agak mengawang.

Itupun berlaku pula tentang pengarang kitab ketjil tersebut. Tradisi Jahudi menjebut2 Sjemuel. Tetapi hal ini terlalu didasarkan atas pemikiran theologis, untuk dipandang sebagai keterangan jang boleh dipertjaja. Nama2 lainpun tak dapat dikemukakan. Tentang sipengarang hanja dapat dikata, bahwa agaknja ia bukan dari kalangan levita atau imam, sebab tidak nampak sedikitpun perhatian chas kepada hal2, jang mendjadi perhatian kalangan2 tersebut. Hanja dapat dikatakan bahwa si penulis adalah orang jang dalam rasa keigamaannja dan dari kalangan awam.

Persoalan terachir ialah apa kitab Rut itu menjadjikan suatu chajalan sastera belaka ataukah peristiwa sedjarah. Pada dirinja chajalan sastera dalam Kitab Sutji dapat diterima, seperti misalnja kitab Jonas. Tetapi ini harus dibuktikan dalam tiap2 hal tersendiri. Beberapa ahli suka menamakan kitab Rut itu sebuah “novel” dengan maksud untuk pembinaan. Tetapi ini harus dibuktikan. Dikemukakanlah tjorak simbolis nama2, jang terdapat dalam kitab itu (Mahlon, Kiljon, Na’omi, ‘Orpa, Rut dan Bo’az) dan jang agaknja didasarkan atas kedjadian2 jang dikisahkan. Simbolik ini memang sangat mungkin, tetapi djanganlah lalu ditraik kesimpulan2 jang terlalu djauh daripadanja. Boleh djadi didalam tradisi, atau mungkin djuga oleh si pengarang kisah sendiri, nama2 tadi diberikan kepada orang2 jang sungguh pernah ada atas dasar hal-ihwal jang njata. Kenjataan bahwa Dawud (I Sjem. 22, 3-4) ada hubungan2nja dengan Moab, didjelaskan dengan hubungan kerabat, seperti jang dikemukakan dalam kitab Rut. Dari sebab itu tentulah ada dasar sedjarahnja bagi kisah itu. Sampai kemana perintjian2nja dan bagian2 ketjilnja itu historis adanja, sukarlah ditentukan dengan keterangan2 jang tersedia.

(0.28358288372093) (Rut 1:4) (ende)

Perkawinan antara orang2 Jahudi dan wanita Moab dilarang dengan keras oleh Taurat (Ula 23:2-9).

(0.28358288372093) (1Sam 25:19) (ende: kantung kehidupan)

adalah ibadat seperti "Kitab kehidupan". Selama orang tertjatat dalam Kitab ini, ia terus hidup, dan ia mati bila namanja dihapuskan dari Kitab ini (daftar orang jang hidup). Allah memegang Kitab ini, dan bila ia menulis nama orang didalamnja, maka kehidupannja terdjamin dan terlindung oleh Allah. Orang jang dikasihi Tuhan, ditjatatNja begitu.

(0.28358288372093) (1Sam 25:25) (ende)

Nabal dalam bahasa Hibrani berarti: bodoh. Nama seseorang menurut anggapan orang dahulu adalah orang sendiri (pada bangsa Indonesiapun anggapan ini berlaku!) dan iapun merupakan suatu keinginan dan permohonan untuk orang jang bernama itu. Bodoh dalam bahasa Hibrani bukan sadja kurang bidjaksana, melainkan: orang jang bodoh tidak tahu akan malu terhadap Allah maupun terhadap manusia. Karena kata ini berarti djuga: djahat, buruk dsb.



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA