| (0.20155865) | (Mrk 14:1) |
(sh: Tanda cinta kasih (Jumat, 11 April 2003)) Tanda cinta kasihTanda cinta kasih. Dalam masyarakat kita mengenal ada banyak cara untuk menyatakan kasih kepada orang yang kita kasihi. Bacaan hari ini memberikan gambaran mengenai cara yang dilakukan oleh seorang perempuan kepada Yesus. Perempuan itu mewujudkan kasihnya dengan membawa sebuah buli-buli berisi minyak Narwastu murni yang mahal harganya dan mencurahkannya di atas kepala Yesus. Baginya minyak Narwastu itu adalah miliknya yang berharga, yang ia persembahkan kepada Yesus sebelum kematian-Nya. Namun, perbuatan kasih itu bukan tanpa halangan dan kritik. Yudas, yang tamak itu mengkritik tindakan perempuan itu dengan dalih memberi kepada orang miskin. Namun, jauh di dalam hatinya ada maksud hendak mengambil uang itu bagi dirinya (Yoh. 12:6). Yesus menolak saran Yudas itu, karena saran itu membungkus ketamakan Yudas. Yesus menolak upaya memanipulasi atau memperalat kemiskinan sesama demi kepentingan sendiri. Di sini ada dua hal penting, pertama, memberikan yang terbaik. Baik kepada Tuhan maupun sesama sebagai wujud kasih kita. Kedua, upaya manipulasi kemiskinan demi kepentingan diri. Kedua tindakan ini bisa kita lihat dalam masyarakat kita. Terutama dalam menghadapi krisis multidimensi ini, ada bantuan yang diberikan sebagai wujud cinta kasih terhadap sesama, tetapi di pihak lain ada orang tertentu yang memanfaatkan kesempatan ini untuk memperkaya diri dengan dalih melayani orang miskin. Tindakan yang disebut terakhir ini sudah tentu Tuhan tolak. Tuhan menghendaki pelayanan yang tulus. Pertanyaan bagi kita apakah kita mau melayani sesama kita dengan tulus ikhlas seperti yang dilakukan oleh perempuan ini? Renungkan: Melayani sesama dengan jujur dan tulus iklas merupakan wujud dari cinta kasih kita sesuai dengan perintah Tuhan. "Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri". |
| (0.20155865) | (Luk 1:18) |
(sh: Ketika tidak mengerti, harusnya tetap percaya (Selasa, 23 Desember 2003)) Ketika tidak mengerti, harusnya tetap percayaKetika tidak mengerti, harusnya tetap percaya. Ketika ragu, nyatakan imanmu dengan mempercayakan diri kepada Tuhan. Sering kita tidak dapat mengerti bagaimana mungkin janji Tuhan dapat digenapi dalam hidup kita, terutama bila kita melihat situasi yang sama sekali tidak berpengharapan. Rasa pesimis ini justru memacu kita untuk menolak mempercayai kebenaran. Seperti halnya Zakharia, seorang imam yang menolak untuk percaya pada kebenaran Allah. Akibatnya, ia dihukum menjadi bisu! Mengapa bisu? Tentu banyak alasan bisa diberikan. Tetapi satu alasan yang jelas, Zakharia sebagai imam, dipakai oleh Tuhan untuk membawakan doa-doa umat kepada-Nya. Mulut yang biasa dipakai untuk melantunkan doa, kali ini dibungkamkan oleh ketidakpercayaannya kepada pernyataan hamba Tuhan, malaikat Gabriel. Bisu adalah hukuman atas ketidakpercayaan Zakharia. Bisu juga adalah alat untuk mencegah Zakharia bertindak munafik, dengan tetap melantunkan doa permohonan ampun umat kepada Allah, mencegahnya kepada dosa yang lebih berat! Akan tetapi, respons Zakharia berbeda dengan respons Elisabet. Ketika mengetahui dirinya mengandung, ia memuji Tuhan. Ia langsung mengenali perbuatan tangan Tuhan yang baik telah berlaku atasnya. Perhatikan ucapan Elisabet, “Inilah suatu perbuatan Tuhan bagiku, dan sekarang Ia berkenan menghapuskan aibku di depan orang.” Ucapan ini mengandung kesaksian atas apa yang Tuhan sudah lakukan pada dirinya. Tuhan dipermuliakan melalui kesaksian atas apa yang terjadi dalam hidupnya. Zakharia dicegah dari kemungkinan “memalukan” Tuhan, sementara Elisabet diberi kebebasan untuk “memuliakan” Tuhan. Zakharia mungkin tidak perlu “ditutup” mulutnya oleh malaikat, andaikata dalam keraguan ia bersikap seperti nantinya, Maria (bdk. 1:38), “Jadilah kehendak-Mu atasku.” Renungkan: Waktu Anda menghadapi kemustahilan dalam hidup Anda, apakah menurut Anda hal itu mustahil juga bagi Tuhan? |
| (0.20155865) | (Luk 2:1) |
(sh: Tiga alasan untuk meremehkan Natal (Rabu, 25 Desember 2002)) Tiga alasan untuk meremehkan Natal
Tiga alasan untuk meremehkan Natal.
Renungkan: |
| (0.20155865) | (Luk 4:1) |
(sh: Melawan pencobaan (Senin, 5 Januari 2004)) Melawan pencobaanMelawan pencobaan. Waktu Adam dan Hawa dicobai, mereka berada dalam kelimpahan dan kenyamanan hidup. Semua yang mereka butuhkan tersedia. Bahkan Allah senantiasa hadir menyertai mereka. Tetapi dalam keadaan serba tersedia, mereka tidak mampu menolak godaan Iblis, sehingga mereka berdosa. Bandingkan keadaan tersebut dengan Tuhan Yesus pada waktu Ia dicobai. Selama empat puluh hari lamanya Yesus berada di padang gurun yang kering dan panas. Tidak makan, sehingga Ia pasti sangat lapar. Dalam keadaan demikian Iblis datang mencobai Yesus. Pencobaan pertama Iblis berkenaan dengan kuasa (ayat 2-4). Ia menantang Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Mudah bagi Yesus untuk melakukannya, tetapi Yesus tahu bahwa kehadiran-Nya di dunia ini adalah dalam rangka ketaatan kepada Bapa. Pencobaan kedua Iblis mengenai perbudakan materi (ayat 5-8). Iblis menawarkan suatu keadaan yang “berkecukupan” kepada Yesus asalkan Yesus mau menyembah dia. Yesus menolak kerajaan dunia yang berlimpah-limpah harta kemewahan dan kekuasaan karena dunia ini milik Allah, bukan milik Iblis. Lagipula Yesus mengetahui bahwa jalan Allah adalah melalui ketaatan kepada kehendak Allah.
Pencobaan ketiga mengenai “mencobai” Tuhan (ayat 4-12). Iblis
memutarbalikkan firman Tuhan yang dikutipnya dari Iblis mencobai Yesus. Oleh karena Yesus tetap pada pendirian-Nya yaitu setia pada panggilan-Nya, maka iblis mengundurkan diri sesaat. Renungkan: Pencobaan-pencobaan seperti ini akan kita hadapi. Untuk menang terhadapnya kita harus memahami rencana Tuhan atas hidup kita, dan memiliki kemantapan akan tujuan hidup kita. |
| (0.20155865) | (Luk 4:14) |
(sh: Misi Tuhan Yesus (Selasa, 6 Januari 2004)) Misi Tuhan YesusMisi Tuhan Yesus. Melalui sebuah penelitian terhadap beberapa perusahaan besar yang sukses, ditemukan beberapa ciri yang penting. Ciri yang paling penting adalah bahwa mereka memiliki visi dan misi yang jelas untuk apa perusahaan-perusahaan itu ada. Sebelum memulai pelayanan-Nya, Yesus perlu memproklamirkan misi-Nya. Caranya adalah menghadiri ibadah Sabat di kota-Nya sendiri, Nazaret (ayat 16). Dalam kitab Yesaya, telah dinubuatkan bahwa tugas Mesias yang akan datang adalah mewartakan kabar baik Allah bagi umat manusia. Melalui kabar baik itu manusia terbebas dari belenggu dosa. Kabar baik itu terdiri dari empat hal mendasar: pembebasan dari kemiskinan, dari keterpenjaraan, dari kebutaan, maupun dari ketertindasan. Dosa telah membuat seseorang “miskin” segala-galanya di hadapan Allah. Orang itu buta karena tidak dapat melihat rencana-rencana Allah bagi dunia dan bagi dirinya sendiri, dan ia ditindas oleh rupa-rupa kuasa yang melawan Allah. Inilah visi dan misi Yesus datang ke dunia yaitu memberitahukan bahwa tahun rahmat Allah sudah datang (ayat 18,19; bdk. Yes. 61:1-2).
Dalam Perjanjian Lama tahun rahmat Allah bisa berupa tahun
sabat—tahun ketujuh, juga tahun Yobel—tahun kelimapuluh ( Dalam ibadah tersebut Yesus mengklaim bahwa nubuat Yesaya itu digenapi dalam diri-Nya (ayat 21). Dia adalah Mesias, Sang Pembebas umat manusia dari perhambaan dosa dan penderitaan mereka. Renungkan: Mesias sudah datang memberitakan pembebasan dari belenggu dosa. Apakah Anda sudah dibebaskan dari belenggu dosa? |
| (0.20155865) | (Luk 4:31) |
(sh: Mesias membawa perhentian (Minggu, 7 Januari 2007)) Mesias membawa perhentianJudul: Mesias membawa perhentian Sesudah proklamasi bahwa diri-Nya adalah Mesias, Yesus mulai mewujudkan kepedulian dan keterlibatan-Nya dalam berbagai belenggu yang manusia alami saat itu. Semua itu dibuat-Nya di hari Sabat sampai sesudah masa Sabat melalui Sabda-Nya yang berkuasa. Sebagian dari masalah yang Ia atasi bersumber dari roh-roh jahat. Setan menantang Yesus, Yesus "menghardik" setan itu, lalu setan itu "keluar" (35). Dengan bahasa yang sama, Lukas menuturkan kisah penyembuhan ibu mertua Simon yang demam keras (38). Yesus "menghardik" demam itu dan penyakit itu pun "meninggalkan" wanita itu (39). Penggunaan kata-kata "menghardik", "keluar", dan "meninggalkan", yang sering dipakai dalam pengusiran setan menunjukkan bahwa bagi Lukas, penyembuhan penyakit sering berjalan seiring dengan pembebasan dari kuasa Iblis (40-41; bdk. Luk. 8:3; terutama Kis. 10:38). Dalam ay. 41, sekali lagi Yesus "menghardik" setan-setan dan dengan keras melarang mereka berbicara tentang Dia. Dalam misi-Nya untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah (43-44), Yesus mendemonstrasikan kemenangan-Nya atas kuasa Iblis yang menentang dan menghalangi rencana Allah. Ia menggenapi nubuat Yesaya, dengan firman kuasa-Nya Ia membawa kelepasan dan perhentian dari berbagai perusakan yang datang dari dosa dan si jahat.
Perikop ini juga mencatat berbagai respons orang-orang yang telah
menerima pertolongan Yesus. Ibu mertua Simon mengungkapkan rasa
syukurnya dengan melayani Yesus dan para murid-Nya (39), suatu
respons positif yang berulang kali dicatat oleh Lukas (bdk. Responsku: Taati firman-Nya dan sebarluaskan perhentian dari-Nya dengan menyaksikan firman Yesus Kristus. |
| (0.20155865) | (Luk 6:12) |
(sh: Kuasa untuk pelayanan (Jumat, 12 Januari 2007)) Kuasa untuk pelayananJudul: Kuasa untuk pelayanan Doa adalah salah satu tema utama Injil Lukas. Yesus naik ke "bukit" untuk berdoa kepada Allah semalam suntuk (12), sebagai persiapan untuk memilih kedua belas rasul (13-16) dan untuk pelayanan selanjutnya, baik dalam pengajaran maupun penyembuhan orang sakit (18-19). Kedua belas rasul dipilih dari antara sekian banyak murid yang mengikut Yesus (13). Mereka disebut "rasul," sebutan yang diberikan kepada orang yang diserahi tanggung jawab sebagai utusan dan saksi (bdk. Kis. 1:21-25). Mereka dipersiapkan untuk melanjutkan pekerjaan Yesus di dunia dan menjadi pemimpin umat Allah yang baru, menggantikan kepemimpinan para pemuka agama Yahudi yang tidak mengakui karya penebusan Allah di dalam Yesus. Pemilihan para rasul dilakukan di atas "bukit," suatu lokasi yang di dalam literatur Yahudi sering dikaitkan dengan penampakan Allah dan pemberian wahyu Ilahi. Itu berarti, mereka dipilih atas kehendak Allah, yang Ia nyatakan kepada Yesus melalui doa (bdk. 3:21-22; 5:16-17). Sesudah memilih kedua belas rasul, Yesus turun dari bukit bersama mereka (17a). Melalui doa, Yesus diurapi dengan kuasa untuk pelayanan-Nya, baik dalam mengajar maupun menyembuhkan orang-orang dari segala lapisan masyarakat (17b-19). Kata yang sama, "menyembuhkan," untuk penyakit fisik (18a) dipakai juga untuk pembebasan dari gangguan roh jahat (18b). Bagi Lukas, kesehatan bukan hanya meliputi unsur fisik atau medis saja, tetapi juga unsur sosial dan spiritual. Orang yang sakit fisik atau dirasuk roh jahat bisa mendapat penderitaan lain, yaitu disingkirkan masyarakat. Kesembuhan mereka berarti pulihnya kembali status dan fungsi sosial mereka dalam keluarga dan masyarakat. Maka di dalam kuat kuasa Roh Allah, Yesus mematahkan kuasa iblis, musuh utama dari karya penebusan dan pemulihan Allah, seperti ditandaskan Lukas di ay. 19: "dan semua orang itu disembuhkan-Nya." Renungkan: Pelayanan yang disertai kuat kuasa Allah tidak terlepas dari ketekunan dalam doa. |
| (0.20155865) | (Luk 6:17) |
(sh: Kebahagiaan vs nestapa (Sabtu, 17 Januari 2004)) Kebahagiaan vs nestapaKebahagiaan vs nestapa. Yesus datang untuk membawa kebahagiaan sejati kepada umat-Nya. Namun, kebahagiaan macam apa yang Yesus berikan? Orang banyak yang melihat kehebatan Yesus dalam hal menyembuhkan sakit penyakit, mengusir roh jahat, datang untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Namun, Yesus menunjukkan kepada mereka hal yang lebih fundamental. Yesus mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati bukan terletak pada kesehatan, kelepasan dari tekanan mental, atau pun kelepasan dari berbagai kebutuhan hidup sehari-hari. Kebahagiaan sejati adalah mengenal Allah dan kehendak-Nya, serta hidup di dalam ketaatan melakukan kehendak-Nya. Itu bisa disimpulkan dari ayat 20-23. Kemiskinan, kelaparan, dukacita karena dibenci dan ditolak, dan disalahmengerti, bahkan sampai kematian sekali pun tidak dapat menghilangkan sukacita kita karena mengetahui bahwa kita dikasihi Tuhan. Sebaliknya, seseorang boleh saja memiliki kekayaan, perut yang kenyang dan bisa tertawa puas karena puji-pujian palsu. Semua itu tidak akan menjadikannya berbahagia. Sesungguhnya, Tuhan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang nestapa, karena mereka tidak akan bisa menikmati kekayaannya, mereka akan kelaparan, berduka dan menangis dan mendapatkan pujian hampa yang tidak memberi mereka apa-apa. Kebahagiaan yang sejati adalah ketika seseorang dapat menikmati hidup yang Tuhan berikan saat ini dengan suatu antisipasi pasti untuk hidup yang kelak jauh lebih baik. Kebahagiaan itu terjadi bukan karena hidup sekarang sudah tidak ada penderitaannya lagi, tetapi karena kesadaran akan kehadiran Tuhan dalam hidup sekarang ini. Renungkan: Apakah Anda bahagia? Apakah Anda yakin bahwa hidup Anda sekarang ini adalah hidup di dalam kehendak Tuhan, dan bahwa Tuhan hadir serta menyertai Anda? |
| (0.20155865) | (Luk 7:1) |
(sh: Dua pelajaran (Rabu, 21 Januari 2004)) Dua pelajaranDua pelajaran. Kita dapat menarik dua pelajaran penting dari cerita tentang seorang perwira di Kapernaum dan janda di Nain. Pertama, seorang perwira, bukan orang Israel, memiliki hamba yang sedang sakit keras dan hampir mati (ayat 9). Ia memiliki relasi yang sangat baik dengan orang-orang Yahudi (ayat 3), bahkan ikut berpartisipasi dalam pembangunan sinagoge (ayat 5). Ia juga memiliki suatu pengenalan yang benar tentang Yesus. Ia tahu Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkan tanpa harus datang, melihat ataupun menjamah hambanya yang sedang sakit keras dan hampir mati. Oleh karena itu, ketika permintaannya dipenuhi oleh Yesus, dan Yesus berjalan menuju rumahnya, ia mengutus sahabat-sahabatnya kepada Yesus, supaya Yesus tidak perlu ke rumahnya, cukup berkata saja, ia percaya bahwa hambanya akan sembuh. Pengenalannya yang tepat tentang Yesus yang adalah Mesias membuat perwira tersebut merespons secara aktif dan tepat terhadap Yesus. Kedua, ketika Yesus pergi ke Nain, di dekat gerbang kota, Ia melihat rombongan orang yang mengusung orang mati. Mestinya yang dilihat oleh Yesus pertama kali bukan orang mati yang diusung, tapi ibu dari orang mati tersebut. Seharusnya si ibu berjalan di depan, disusul usungan orang mati. Dia tidak memiliki suatu pengenalan yang tepat tentang siapa Yesus, sehingga dia tidak tahu harus bagaimana merespons kepada Yesus. Ketika berhadapan dengan Yesus, janda ini pasif. Namun dalam situasi seperti ini Yesus berinisiatif aktif terhadap janda ini. Dia menyentuh dan berkata kepada anak muda “bangkitlah.” Dua pelajaran: Orang yang mengenal siapa Yesus, seharusnya memiliki respons iman seperti perwira. Kepada orang yang kurang mengenal Yesus, Yesus sendiri akan secara aktif memperkenalkan diri-Nya kepadanya. Renungkan: Seberapa jauh dan dalam, pemahaman tentang Yesus? Pikirkan dan renungkanlah dalam hidupmu. |
| (0.20155865) | (Luk 8:16) |
(sh: Pendengar firman Allah (Senin, 26 Januari 2004)) Pendengar firman AllahPendengar firman Allah. Perubahan dari kehidupan berdosa ke kehidupan benar dalam diri seorang Kristen dihasilkan oleh penghayatannya akan firman Allah yang ia dengar atau baca. Perubahan itu berdampak secara vertikal pada pulihnya hubungan pribadinya dengan Tuhan, dan secara horizontal dengan sesamanya. Yesus menjelaskan pola hidup Kristen yang telah mengalami pembenaran Allah di lingkungannya dengan dua cara. Pertama, melalui perumpamaan (ayat 16-18). Yesus mengumpamakan firman Allah dengan pelita. Ayat 16 berbicara bagaimana cara orang memperlakukan firman Allah. Orang yang memperlakukan firman Allah dengan benar akan membawa pengaruh pada semua orang yang berjumpa dengannya. Mereka akan menerima terang firman Allah yang diwartakannya. Yesus juga menghubungkan cara memperlakukan firman Allah dengan mendengar. Yesus meminta perhatian kita untuk mendengar firman Allah dengan benar, serius dan terus menerus. Firman Allah yang kita dengar itu, seharusnya teraplikasi melalui sikap dan perbuatan kita. Dengan sikap demikian itu berarti kita mempersilakan orang lain menyaksikan bagaimana hidup yang seturut dengan firman Allah. Kedua, dengan penjelasan langsung (ayat 19-21). Tuhan menginginkan umat-Nya menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Allah. Jawaban Yesus di ayat 21 tidak dapat diartikan bahwa Dia mengesampingkan hubungan kekeluargaan secara lahiriah, sebab dalam hal ini Yesus memfokuskan pembicaraan dalam konteks otoritas firman Allah dalam keluarga Allah. Soal ibu dan saudara-saudara-Nya yang ingin bertemu, hanyalah soal bagaimana cara bertemunya. Tetapi soal siapa ibu dan saudara-saudara-Nya adalah soal relasi dengan Allah Bapa. Relasi yang benar dengan Allah Bapa ditunjukkan dengan kesediaan mendengar dan melakukan firman-Nya. Renungkan: Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan (Ams. 13:13). |
| (0.20155865) | (Luk 10:1) |
(sh: Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil (Sabtu, 14 Februari 2004)) Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta InjilSemua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil. Banyak orang beranggapan bahwa tugas memberitakan kabar baik adalah tugas segolongan orang yang “ahli”. Dalam pengertian bahwa orang-orang tersebut sudah diperlengkapi dengan berbagai pengetahuan dan dididik secara khusus. Buktinya para murid Yesus, yang sebagian besar tidak terpelajar diutus Tuhan untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah. Tindakan Yesus ini memberikan suatu pelajaran penting buat kita yaitu bahwa: pertama, pelayanan tidak dibatasi hanya untuk kalangan para ahli seperti para pendeta saja, majelis saja, atau segelintir orang saja. Tiap orang yang menjadi pengikut-Nya dipanggil-Nya untuk menjadi utusan-Nya (ayat 1). Kedua, prinsip ini juga membuka mata warga gereja, khususnya para pejabat gereja yaitu bahwa dalam gereja Tuhan tidak boleh ada pembagian golongan antara awam dan pejabat Gereja. Semua warga gereja yang sungguh beriman adalah umat Allah yang adalah warga Kerajaan Allah. Kita semua berkehormatan untuk ikut serta mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada dunia ini. Berita penting lainnya yang diangkat dalam perikop ini selain pemberita Injil adalah berita yang harus disebarluaskan kepada orang lain, yaitu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Tugas para pemberita Injil adalah menganjurkan agar orang menerima kasih karunia Allah, beriman kepada Kristus, bertobat, dan diselamatkan. Suatu tugas yang berat dan amat mulia diemban oleh setiap pemberita Injil, setiap orang yang beriman kepada Kristus. Kita semua harus langsung terjun ke dalam arena peperangan rohani. Tetapi kita tidak perlu takut sebab sejak semula Tuhan mengingatkan kita untuk bergantung kepada-Nya saja, bukan kepada hal-hal yang biasa manusia andalkan. Renungkan: Diterima atau ditolak adalah hal biasa. Yang penting setia mewartakan kebenaran dan sedia menerima konsekuensinya. |
| (0.20155865) | (Luk 10:25) |
(sh: Hidup kekal dan kepedulian (Senin, 16 Februari 2004)) Hidup kekal dan kepedulianHidup kekal dan kepedulian. Ahli Taurat itu mengajukan pertanyaan yang luar biasa penting kepada Yesus tentang bagaimana orang dapat mewarisi hidup kekal. Sayang ia bertanya dengan motivasi salah dan praanggapan keliru. Ia bertanya bukan karena ia sungguh sedang menggumuli pertanyaan itu tetapi karena ia ingin mencobai Yesus (ayat 25). Ia tidak sedang mencari jawaban sebab ia sudah punya pranggapan bahwa orang dapat mewarisi hidup kekal melalui perbuatan membenarkan diri (ayat 25,29). Terasakah oleh Anda betapa mengejutkan jawaban Yesus? Dengan mengacu kepada sari Taurat (Ul. 6:5), Yesus ingin menyadarkan dia bahwa hidup kekal bukan masalah warisan tetapi masalah hubungan. Faktor intinya bukan perbuatan tetapi kondisi hati. Kasih Allah yang telah mengaruniakan hidup dengan menciptakan manusia dan memberikan hukum-hukum-Nya, patut disambut dengan hati penuh syukur dan kasih di pihak manusia. Mungkinkah orang mengalami kasih Allah dan hidup dalam kasih yang riil kepada-Nya namun hatinya tertutup terhadap rintih tangis sesamanya? Tidak, sebab kasih kepada Allah pasti akan mengalir dalam kasih kepada sesama. Namun, siapakah sesama yang harus kita kasihi itu? Itu menjadi pertanyaan berikut si ahli Taurat kepada Yesus. Lalu, lahirlah jawab menakjubkan dari Yesus tentang perumpamaan orang Samaria yang baik. Pertama, orang-orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti akan berbuat benar, ternyata tidak. Kedua, orang yang dalam praanggapan si ahli Taurat pasti salah, ternyata berbuat benar sebab memiliki kasih. Ketiga, ahli Taurat itu seharusnya tidak bertanya siapakah sesamanya tetapi bertanya apakah ia sedang menjadi sesama bagi orang lain. Renungkan: Untuk dilakukan: Orang yang mempraktikkan kasih seluas kasih Allah menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan dengan Allah dan hidup kekal. Sikap dan tindakan apa yang harus kutumbuhkan agar aku menjadi sesama bagi orang-orang di sekitarku? |
| (0.20155865) | (Luk 10:38) |
(sh: Hanya satu yang perlu! (Selasa, 17 Februari 2004)) Hanya satu yang perlu!Hanya satu yang perlu! Kenal dan memiliki hubungan cukup dekat dengan Yesus tidak dengan sendirinya membuat orang tahu apa yang harus dilakukan terhadap Yesus. Kecenderungan kodrati pun tidak cukup dapat diandalkan untuk orang menunjukkan sesuatu yang berkenan di hati Yesus. Itu yang terjadi dalam kisah ini dengan Marta. Ketika Yesus singgah di rumah Marta dan Maria, segera saja Marta mengungkapkan perhatiannya kepada Yesus dengan menyibukkan diri melayani Yesus (ayat 40). Karena hanya ia seorang yang sibuk sedang Maria tidak, Marta menegur Yesus yang tidak menganjurkan Maria membantu Marta (ayat 40). Salahkah perbuatan Marta? Apa sebab Yesus tidak menegur Maria, sebaliknya malah menegur Marta? Apabila keduanya adalah perbuatan yang ditujukan terhadap Yesus, apa kelebihan perbuatan Maria sehingga mendapat penilaian lebih dari Yesus? Pertanyaan-pertanyaan ini mau tidak mau muncul dari merenungkan bagian ini. Sebenarnya Tuhan Yesus tidak menyalahkan Marta dan menganggap kesibukan melayaninya salah. Pelayanan Marta dapat dianggap baik juga, namun dalam penilaian Yesus tindakan Maria adalah yang terbaik sebab ia memperhatikan hal yang ia perlu. Kisah ini mendesak kita untuk memeriksa apa yang kita utamakan dalam kita mengikut Yesus. Baik melakukan perbuatan baik demi Yesus maupun memelihara hubungan intim dengan Yesus dalam doa dan perenungan firman, keduanya baik dan penting. Prioritas kita orang modern adalah seperti Marta yang mengutamakan kegiatan. Yesus menginginkan prioritas sebaliknya. Mengapa? Sebab dengan duduk di kaki Yesus dan mendengarkan Yesus, kita sedang berpesta rohani bersama Yesus. Hanya apabila kita selalu lebih dulu mendengarkan suara Yesus kita akan memiliki prioritas hidup yang benar dan mengerti tindakan-tindakan apa harus kita ambil. Renungkan: Ingatlah: Kita sungguh tidak tahu apa yang menyenangkan hati Tuhan kecuali kita selalu memberi telinga bagi suara-Nya. |
| (0.20155865) | (Luk 11:5) |
(sh: Bapa yang baik (Kamis, 19 Februari 2004)) Bapa yang baikBapa yang baik. Perasaan dan anggapan berikut ini sangat boleh jadi membuat kita tidak mempraktikkan doa. Allah terlalu besar, mulia, jauh dari kita yang kecil dengan segala masalah kehidupan yang sepele. Allah tidak merasakan pergumulan manusia sebab sebagai Allah Ia tidak mungkin mengenal apalagi merasakan segala masalah kita. Allah sempurna adanya, tidak mungkin Ia mengurangi kesempurnaan-Nya dengan ikut campur memperhatikan segala urusan kita yang bersumber dari segala kekurangan dan dosa kita. Allah sudah menciptakan kita dengan potensi untuk bertumbuh sendiri tanpa harus lagi melibatkan Dia. Yesus menolak anggapan dan kesan salah tadi. Sebaliknya dari menolak untuk terlibat, justru kebesaran Allah berarti kebesaran hati-Nya untuk memperhatikan manusia serendah apapun dengan problem dan kebutuhan sepele bagaimanapun. Di dalam hubungan persahabatan kita, meminta tolong dan memberi tolong adalah hal yang lumrah (ayat 5-8). Itu tidak dirasakan sebagai hal mengganggu Sebabnya hanya satu: karena mereka memiliki hubungan persahabatan. Lebih lagi jika hal tersebut terjadi di dalam hubungan bapak-anak (ayat 9-11). Tidak ada bapak yang tidak sayang kepada anak-anaknya sendiri dan tidak memberi perhatian khusus. Karena itu, tidak ada anak mana pun yang menjauhi bapanya bila anak itu memerlukannya. Ini hanya gambaran tak sempurna bagi yang jauh lebih indah akan kita alami di dalam hubungan akrab kita dengan Allah dalam doa. “Oleh karena itu,” ujar Yesus, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; … Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (ayat 9,13). Renungkan: Semakin kita menyadari bahwa kita adalah anak-anak dari Bapa yang baik di surga, semakin kita akan mendoakan hal-hal utama yang Allah rencanakan untuk hidup kita. |
| (0.20155865) | (Luk 11:14) |
(sh: Tidak ada posisi netral (Jumat, 20 Februari 2004)) Tidak ada posisi netralTidak ada posisi netral. Berbagai film misteri, kisah pengobatan alternatif, pelatihan manajemen yang mengembangkan kekuatan adikodrati, belakangan ini menguak fakta bahwa mayoritas orang Indonesia menyukai bahkan mempercayai hal-hal tersebut. Begitu banyak orang percaya akan hal-hal mistis yang bisa menjadi pengantara agar orang menerima keberuntungan, jodoh, kekuatan, panjang umur, bahkan mengatasi masalah karena ulah makhluk-makhluk halus jahat. Kesan seperti ini bermasalah karena menisbikan kejahatan roh-roh jahat dan menyetarakan mereka dengan Allah atau membuat Allah seolah bekerjasama dengan roh-roh jahat. Dalam bagian firman ini terjadi hal yang berlawanan dari kondisi di atas. Ketika Yesus mengusir roh-roh jahat dengan kuasa Allah, banyak orang yang menuduh Dia mengusir setan dengan kuasa penghulu setan (ayat 14-15). Dengan tegas Yesus menelanjangi kedegilan pendapat itu sebab jelas tidak masuk akal (ayat 17-19). Sikap Yesus jelas: tidak ada posisi netral atau titik temu antara Allah dan Iblis, antara kebenaran dan kejahatan, antara kekudusan dan dosa. Titik! Masalahnya dalam setiap kebudayaan dan zaman selalu ada manifestasi dukun (dengan ilmu putih) mengalahkan manifestasi dukun (ilmu hitam). Bagaimana dengan pernyataan terhadap mereka yang mengaku hamba Tuhan namun sulit dibedakan dari dukun? Bagaimana kita dapat membedakan mana pekerjaan ajaib dari Tuhan? Jawab Yesus tegas: orang yang bersama Yesus dan hidup dalam Yesus, yang tidak mencatut nama Yesus, yang taat mengasihi dan menghayati hidup sebagai milik Yesus, merekalah hamba Allah sejati. Sebaliknya, hasil karya dari orang yang “mengusir setan” bukan dalam keberpihakan pada Yesus, hanya sesaat saja (ayat 24-26), dan tidak mendorong pertobatan sejati dan langgeng. Renungkan: Prinsip hidupku: Aku adalah milik Yesus. Karena aku di pihak Yesus, tidak saja pengaruh kuasa Iblis tak akan mempan, aku juga harus menolak tegas setiap dosa dan tipu daya Iblis. |
| (0.20155865) | (Luk 12:1) |
(sh: Yesus telah mengajarku demikian! (Selasa, 24 Februari 2004)) Yesus telah mengajarku demikian!Yesus telah mengajarku demikian! Sayangnya, Kristen masakini lebih menyukai pengakuan seperti “Yesus mewahyukan kepadaku” atau “Dia memberikan kepadaku firman ini [!]” dll. ketimbang kalimat di atas. Kata “ajar” rasanya terlalu rendah diri. Kita rupanya lebih suka menjadi rasul ketimbang menjadi murid!
Tujuan Lukas mencatat perkataan-perkataan Yesus bukanlah sekadar
untuk mencatat “dulu Yesus mengatakan kepada para murid waktu
itu,” titik. Lukas mencatat nas ini demi para murid, yaitu para
pendengar langsung waktu itu (sekitar 70 orang, bdk. Apa yang Yesus ajarkan kepada kita dalam nas ini? Yesus mengajarkan agar para murid berani mengakui identitas dan ketaatan mutlak mereka kepada Yesus Kristus sebagai murid-murid-Nya di hadapan manusia, apapun konsekuensinya (ayat 8-9, 11-12). Tidak melakukannya berarti menjadi seperti sebagian orang Farisi; menjadi munafik (ayat 2) karena tidak mengakui jatidiri sebenarnya, apalagi bila tekanan sosial yang dahsyat cenderung menyeret Kristen kepada kompromi. Karena itu, biarlah kata dan perbuatan kita sehari-hari menjadi pengakuan bahwa kita adalah murid Kristus, karena kita tahu bahwa yang layak ditakuti hanyalah Allah yang Mahakuasa (ayat 5-9), dan bahwa Roh Kudus terus menyertai kita (ayat 11-12). Renungkan: Bukan dalam berapa stiker Kristiani yang tertempel di kaca belakang mobil atau pintu kamar Anda, tetapi melalui pilihan-pilihan etis sehari-hari dalam ketaatan yang menabrak nilai duniawi, Anda mengaku murid yang menyembah Yesus sebagai Tuhan. |
| (0.20155865) | (Luk 12:13) |
(sh: Murid dan hartanya bag. I (Rabu, 25 Februari 2004)) Murid dan hartanya bag. IMurid dan hartanya bag. I. Sebagai Kristen, kita semua adalah murid Yesus. Kita bukan murid-muridnya Fransiskus dari Asisi yang dengan sengaja hidup dalam kemiskinan, walaupun banyak yang dapat dan layak kita pelajari darinya. Akan tetapi, kini, seperti juga dulu, pertanyaan ini masih terus relevan untuk ditanyakan: bagaimana sikap seorang murid terhadap harta kekayaan? Sebenarnya, nas bacaan hari ini dan kemarin (juga nas besok) dipersatukan oleh satu pokok pikiran, yaitu aplikasi doktrin kemahakuasaan Allah, yang berkuasa atas seekor burung pipit dan juga atas jiwa manusia (ayat 5,20, 23-24) dalam bidang-bidang kehidupan. Dalam nas ini, kita melihat bagaimana Yesus memanfaatkan pertanyaan seorang Yahudi (ayat 13) sebagai batu loncatan untuk mengaplikasikan kemahakuasaan Allah di dalam sikap seseorang terhadap kekayaan dan harta milik. Melalui perumpamaan pada ayat 16-21 Yesus ingin menyampaikan bahwa kepenuhan hidup manusia tidak terletak pada kelimpahan harta yang dimilikinya; tidak “tergantung” pada kekayaan seseorang. Mereka yang menyandarkan kebahagiaan serta kepenuhan makna hidupnya pada kekayaan - dan bukan kepada Tuhan—adalah orang-orang bodoh (ayat 20, bdk. 8:14), karena pertama, kekayaan tidak memperpanjang umur—Tuhanlah yang menentukannya dan kedua, dengan demikian seseorang justru tidak menjadi kaya di hadapan Allah (bdk. a.l. Luk. 1:53, 6:24, 21:1-4 dll.). Peringatan ini penting untuk kita camkan , Kristen di Indonesia, karena sikap terhadap kekayaan seringkali justru menjadi batu sandungan bagi kesaksian kita sebagai murid Kristus. Renungkan: Jangan biarkan harta membodohi Anda! Biarlah kemuliaan Tuhan melalui kehidupan dan pekerjaan Anda menjadi tujuan utama Anda bangun setiap pagi, dan bukan mencari kekayaan. |
| (0.20155865) | (Luk 12:49) |
(sh: Api pemisahan dari Yesus (Sabtu, 28 Februari 2004)) Api pemisahan dari YesusApi pemisahan dari Yesus. Api di dalam Alkitab bisa melambangkan Roh Kudus yang membawa semangat menyala-nyala dalam hati orang percaya. Api juga bisa melambangkan kuasa Allah untuk memurnikan umat-Nya. Kelihatannya arti yang kedua inilah yang dipakai Yesus dalam pemberitaan-Nya di perikop ini. Yesus datang untuk melemparkan api ke bumi. Hal ini senada dengan apa yang Yohanes Pembaptis katakan tentang Yesus di bagian awal Injil Lukas ini. “Ia akan membaptis kamu dengan . . . api. Alat penampi sudah di tangan-Nya untuk membersihkan tempat pengirikan-Nya . . . debu jerami itu akan dibakar-Nya dalam api yang tidak terpadamkan.” (ayat 3:16-17) Api pemisahan itu datang untuk memurnikan siapa milik Allah siapa yang bukan. Memang Yesus datang untuk menyelamatkan manusia, tetapi sekaligus untuk menyatakan penghukuman bagi mereka yang menolak-Nya. Api pemisahan itu merupakan penderitaan yang menimpa manusia. Orang percaya akan tetap pada percayanya, walau api penderitaan itu begitu dahsyat. Yesus sendiri juga harus melalui baptisan api itu (ayat 12:50). Yesus menerima baptisan itu bukan karena Ia berdosa, tetapi justru untuk membuktikan bahwa Dia berasal dari Allah dan diutus Allah untuk menjadi agen pemurnian tersebut. Akibat pemurnian tersebut akan terjadi pemisahan antara orang percaya dengan orang yang menolak untuk percaya. Yesus menguraikan pemisahan itu dengan ilustrasi perpecahan di antara keluarga (ayat 52-53). Gambaran keluarga yang terpecah sampai terjadi perlawanan di antara anggota keluarga sungguh mengerikan. Bukankah hal itu sudah terjadi ketika anggota keluarga yang bertobat harus dikucilkan dan bahkan dibunuh oleh anggota keluarga yang lain tidak percaya? Renungkan: Apakah Anda sungguh-sungguh sudah menjadi milik Tuhan? Ingat, Tuhan tahu siapa milik-Nya! |
| (0.20155865) | (Luk 13:1) |
(sh: Lima menit terlalu lama bagi Allah (Senin, 27 Maret 2000)) Lima menit terlalu lama bagi AllahLima menit terlalu lama bagi Allah. Orang Yahudi mempunyai pemahaman bahwa orang yang mengalami malapetaka dan bencana adalah orang yang dosanya lebih besar dari orang yang tidak mengalami bencana. Pemahaman ini salah! Sekalipun bencana dan malapetaka diizinkan Allah menimpa orang atau bangsa tertentu sebagai hukuman dosa mereka, tetapi semua itu tidak harus dilihat sebagai hukuman Allah. Untuk mendapatkan pemahaman yang benar, kita harus beranjak dari konsep dasar yang benar yaitu bahwa kita semua adalah orang berdosa. Membanding-bandingkan dosa satu dengan yang lainnya hanya akan membawa pada kesimpulan bahwa dosa ada tingkatannya. Namun demikian hal ini tidak mengurangi fakta bahwa kita adalah orang-orang berdosa yang harus dimurkai Allah. Yang mengherankan bukanlah mengapa hanya beberapa orang menderita malapetaka dan bencana, tetapi mengapa tidak ada seorang pun yang akan luput dari hukuman, walaupun tidak harus selalu berbentuk bencana dan malapetaka. Sekalipun demikian Yesus menegaskan bahwa mereka akan luput jika bertobat. Menurut ajaran perumpaman pohon ara, manusia masih diberikan perpanjangan waktu untuk bertobat (ayat 6-9). Dengan kata lain manusia pasti akan mengalami hukuman, jika tidak bertobat. Allah dapat menyelamatkannya kapan saja, tanpa menunda-nunda lagi dan tidak membutuhkan waktu yang lama jika manusia mau percaya kepada-Nya dan bertobat. Kebenaran ini digambarkan secara jelas dalam peristiwa penyembuhan perempuan yang sudah dirasuk setan selama 18 tahun pada hari Sabat (ayat 10-17). Bila kita mengamati peristiwa penyembuhan nampaknya hanya peristiwa kecil. Perempuan itu bukan orang yang terkenal. Namun, sesungguhnya hal ini mengandung kebenaran yang dalam dan indah, yang dibutuhkan seluruh umat manusia dan nantinya memberikan pengaruh yang sangat besar bagi seluruh kehidupan umat manusia. Hal ini digambarkan oleh Yesus dalam perumpamaan biji sesawi dan ragi. Renungkan: Bersyukurlah kepada Allah yang selalu siap dan akan segera menyelamatkan manusia kapan saja jika kita mau memberikan respons terhadap anugerah-Nya. Inilah yang dibutuhkan oleh semua manusia di dunia ini yang hidup dalam waktu pinjaman. |
| (0.20155865) | (Luk 16:10) |
(sh: Siapakah Tuanmu? (Selasa, 9 Maret 2004)) Siapakah Tuanmu?Siapakah Tuanmu? Mata-mata tugasnya memang mengabdi kepada dua tuan. Tuan yang pertama adalah tuan yang sebenarnya, tuan yang kedua adalah orang yang dimata-matainya demi tuan yang pertama. Ada juga mata-mata yang berkhianat kepada tuan pertamanya, sekaligus kepada tuan yang kedua. Alasannya sederhana, uang. Ia tidak mengabdikan dirinya kepada salah satu dari tuan itu, melainkan kepada kekayaan yang akan didapatnya dengan sikap mendua tersebut. Sebagai orang Kristen seharusnya tidak ada alternatif siapa Tuan kita. Justru orang luar bisa menilai kita dapat dipercaya, baik hal kecil maupun hal besar, karena ternyata kita setia kepada Tuan kita (ayat 10-12). Orang akan mempercayakan kita Mamon yang tidak jujur, karena kita jujur. Mereka percaya kepada kita karena kita hanya mengabdi kepada Allah dan bukan kepada Mamon (ayat 13-14). Hal ini berlawanan dengan apa yang diyakini oleh orang-orang Farisi. Mereka munafik dalam hal lahiriah sepertinya mereka mengabdi kepada Allah, padahal batin mereka menyembah Mamon (ayat 14-15). Apa yang tidak kelihatan di dalam tingkah lahiriah mereka, sebenarnya terpancar juga dari ucapan dan ajaran mereka. Maka, siapa yang mempertuankan Tuhan Yesus akan mengenal dengan sungguh otoritas-Nya. Dia yang datang mengakhiri era Perjanjian Lama dan memulai era Kerajaan Allah menarik banyak orang untuk menjadi umat Kerajaan Allah (ayat 16b, 'setiap orang menggagahinya berebut memasukinya' bisa dibaca lebih tepat menjadi 'setiap orang ditarik untuk memasukinya'). Namun Dia tidak datang menyudahi peraturan Taurat itu. Justru dalam kedaulatan-Nya, Taurat diperjelas dan ditafsir secara lebih kontekstual seperti yang dinyatakan-Nya mengenai masalah perceraian (ayat 18). Renungkan: Siapakah Tuhanmu? Adakah pengabdian Anda kepada-Nya dapat dilihat orang dalam kesetiaan akan hal-hal sehari-hari di dunia ini? |



untuk membuka halaman ramah cetak. [