(0.32902757777778) | (Mal 1:1) |
(jerusalem) MALEAKHI Kitab "Maleakhi" dulunya barangkali sebuah buku tanpa nama. Kata Maleakhi berarti "UtusanKu" yang agaknya diambil dari Mal 3:1. Kitab Maleakhi terdiri dari 6 bagian kecil yang semua sama susunanya: Yahwe atau nabiNya mengemukakan sebuah kebenaran yang dikemukakan diperbincangkan oleh rakyat atau para imam. Kemudian kebenaran itu diuraikan dalam suatu wejangan yang berisikan ancaman- ancaman dan janji-janji mengenai keselamatan. Kitab Maleakhi menguraikan dua tema pokok: kesalahan-kesalahan para imam dan umat dalam ibadat, Mal 1:6-2:9 dan 3:6-12; masalah kekejian perkawinan campur dan perceraian, Mal 2:10-16. Nabi menubuatkan Hari Tuhan. Pada Hari itu para imam akan disucikan, para penjahat akan dimusnahkan dan orang-orang benar akan memperoleh kemenangan, 3:1-5; 3:13-4:3. Ayat 4:4-6 dan mungkin juga Mal 2:11b-13a merupakan tambahan. Tanggal penyusunan kitab Maleakhi dapat ditentukan berdasarkan isi kitab. Kitab Maleakhi disusun sesudah dipulihkannya ibadat dalam Bait Suci yang sudah dibangun kembali, thn. 515, dan sebelum Nehemia mengeluarkan larangan mengenai perkawinan campur, thn. 445. Barangkali kitab Maleakhi disusun tidak lama sebelum thn. 445 ini. Di masa itu hilanglah sudah semangat yang dikobarkan nabi Hagai dan Zakharia. Jemaat tidak bercita-cita luhur lagi dan acuh-tak-acuh. Dengan berpedomankan kitab Ulangan dan juga Yehezkiel nabi menegaskan, bahwa berbahayalah meremehkan Allah yang menuntut agar hati umatNya beragama dan suci- murni. Ia menantikan kedatangan Malaikat Perjanjian, yang disipakan oleh seorang utusan, Mal 3:1, yang menurut Mat 11:10 bdk Luk 7:27 dan Mrk 1:2, tidak lain kecuali Yohanes Pembaptis. Peristis Mesias. Di zaman Mesias tata susila akan ditegakkan, Mal 3:5, dan ibadat dipulihkan, Mal 3:4 yang akan memuncak dalam korban sempurna yang akan dipersembahkan kepada Allah oleh segala bangsa, Mal 1:11. |
(0.32902757777778) | (Mat 3:2) | (jerusalem: Bertobatlah) Kata Yunani "metanoia" yang diterjemahkan dengan "bertobat" berarti: perubahan hati, ganti haluan hidup. Boleh diterjemahkan dengan kata Indonesia "berbalik" juga, asal diberi arti keagamaan |
(0.32902757777778) | (Mat 15:26) | (jerusalem) Yesus harus mengusahakan dahulu keselamatan orang Israel, yang telah menjadi "anak" Allah dan ahliwaris janji-janji, sebelum dapat mengusahakan keselamatan orang kafir yang dalam pandangan Yahudi hanya "anjing". Oleh karena ungkapan itu sudah tradisionil dan Yesus menggunakan sebuah kata yang berarti "anjing kecil", maka nada menghina yang ada pada kata itu berkurang. |
(0.32902757777778) | (Mat 16:25) | (jerusalem) Perkataan Yesus ini berupa paradoks. Mereka yang mengikuti Yesus mempertaruhkan dua tahap kehidupan manusia: yang sekarang dan yang akan datang. Kata Yunani "psikhe" yang di sini searti dengan kata Ibrani "nefesy" mengandung tiga arti sekaligus: hidup (nyawa), jiwa dan diri orang. Lihat Kej 2:7; (Maz 6:5). |
(0.32902757777778) | (Mat 27:48) | (jerusalem: anggur asam) Ini semacam minuman yang dipakai prajurit-prajurit Roma. Tindakan itu kiranya dijiwai belas kasihan, bdk Yoh 19:28 dst.; tetapi injil-injil sinoptik mengartikannya sebagai tindakan yang maksudnya buruk, Luk 23:36, lalu melukiskannya dengan kata-kata yang mengingatkan Maz 69:22. |
(0.32902757777778) | (Luk 1:19) | (jerusalem: menyampaikan kabar baik) Yunaninya: euanggelisasthai. untuk pertama kalinya Lukas menggunakan di sini kata yang digemarinya itu: 10 x dalam injil, 15 x dalam Kisah Para Rasul. Biasanya kata itu mengenai "Injil" Kerajaan Allah; lih, Mar 1:1+; Kis 5:42+; Gal 1:6+. |
(0.32902757777778) | (Luk 12:49) | (jerusalem: api) Api ini bukanlah lambang peperangan rohani yang ditimbulkan oleh kedatangan Yesus (Luk 12:51-53 memang menyarankan pengartian itu) dan bukan pula lambang Roh Kudus. Sebaliknya apa yang dimaksudkan ialah api yang membersihkan dan membakar hati orang; api itu perlu dinyalakan di kayu salib. Pikiran yang sama terungkap dengan kata-kata lain dalam Yoh 12:32. |
(0.32902757777778) | (Kis 16:35) | (jerusalem) Sebuah var ayat ini berbunyi sebagai berikut: setelah hari siang maka para pembesar kota berkumpul di pasar; dengan gemetar mereka ingat akan gempa bumi yang telah terjadi. Lalu mereka menyuruh pejabat-pejabat kota dengan pesan: |
(0.32902757777778) | (Kis 22:20) | (jerusalem: saksiMu) Yunaninya: martirmu. Kata ini belum berupa istilah yang berarti saksi iman sampai mati, namun sudah mendekati arti kata khusus itu: kesaksian yang paling unggul ialah kesaksian darah. Bdk Wah 2:13; 6:9; 17:6. |
(0.32902757777778) | (1Kor 7:31) | (jerusalem) Gaya bahasa kalimat ini gaya bahasa seni berpidato. Maka kata-kata tidak boleh ditekankan atau diartikan secara sempit. Paulus tidak mengajak orang mengabaikan hidup di dunia ini. Ia hanya mau mencegah orang Kristen menjerumuskan diri dalam urusan keduniaan hingga lupa bahwa nilainya hanya relatip saja kalau dibandingkan dengan Kristus dan KerajaanNya yang akan datang. |
(0.32902757777778) | (1Kor 10:1) | (jerusalem) Bagian ini menguraikan kata terakhir dari bagian yang mendahului, yakni kata "ditolak". Memang tetap ada bahaya bahwa orang "ditolak" (oleh Allah). Beberapa contoh dari sejarah Israel membuktikan kemungkinan itu. Kesombongan dan kegegabahan hatilah yang menyebabkan orang ditolak. Maka hendaklah mereka yang "berpengetahuan" menjaga diri. |
(0.32902757777778) | (Ef 1:1) | (jerusalem: di Efesus) Kata Efesus kiranya berupa tambahan dan tidak terdapat dalam naskah asli semula. Menurut sementara ahli, naskah asli membiarkan kosong tempat sesudah kata "di". Maksudnya bahwa tempat jemaat-jemaat tertentu dapat diisikan saja, bilamana dibacakan dalam jemaat itu. Dengan demikian surat ini berupa surat edaran yang di kirim kepada dan beredar di antara jemaat-jemaat Kristen di Asia-Kecil. |
(0.32902757777778) | (2Tes 1:10) | (jerusalem: pada hari itu) Dalam naskah Yunani kata-kata ini ditempatkan pada akhir kalimat. Tidak jelas dengan apa harus dihubungkan; barangkali dapat dianggap sebuah kalimat tersendiri: "Demikian akan terjadi pada hari itu" |
(0.32902757777778) | (1Ptr 5:3) | (jerusalem: atas mereka yang dipercayakan kepadamu) Sejumlah naskah tidak memuat kata-kata ini. Yesus sendiri sudah memperingatkan murid-muridNya jangan-jangan suka memerintah dan menguasai, Mat 20:25-28 dsj; Mat 23:8; bdk 2Ko 1:24; 4:5; 1Te 2:7. |
(0.32514893333333) | (Kol 4:6) |
(full: KATA-KATAMU ... PENUH KASIH.
) Nas : Kol 4:6 Tutur kata seorang percaya seharusnya menyenangkan, menarik, baik hati, dan sangat ramah. Perkataan itu harus merupakan hasil dari pekerjaan kasih karunia Allah di dalam hati kita dan kita mengucapkan kebenaran dengan kasih (Ef 4:15). "Jangan hambar" mungkin berarti percakapan yang sopan, dan ditandai oleh kesucian bukan kemesuman (bd. Ef 4:29). Bagaimanapun juga, tutur kata yang sopan tidak mengesampingkan kata-kata yang keras dan tegas, bila perlu, untuk menentang orang-orang percaya palsu yang adalah seteru salib (lih. Mat 23:1-39; Kis 15:1-2; Gal 1:9). |
(0.32514893333333) | (Im 18:21) | (jerusalem: Janganlah kauserahkan ...) Korban berupa anak yang dibuat "melindungi api", artinya dibakar, adalah sebuah adat penduduk Kanaan. Adat itu dikutuk oleh hukum Taurat, Ima 20:2-5; Ula 12:31; 18:10. Adat itu memang juga menyusup ke dalam bangsa Israel, khususnya di Yerusalem di "Tofet", ialah tempat pembakaran di lembah Ben-Hinom (Gehenna), 2Ra 16:2; 21:6; 23:10; Yes 30:33; Yer 7:31; 19:4 dst Yer 32:35; Yeh 16:21. Kata "molekh" (molokh) berasal dari bahasa Fenisia. Dalam bahasa itu kata "molekh" berarti salah satu jenis korban. Di Ugarit kata itu menjadi nama seorang dewa. Di Israel kata itu diartikan sebagai sebutan ilahi dan ada sejumlah ayat yang berkata tentang korban yang dipersembahkan kepada Molokh. Sebenarnya Molokh harus diucapkan sebagai melek, artinya raja. Tetapi kemudian huruf mati (mlk) dibubuhi dengan huruf hidup kata bosyet, artinya: malu untuk mencemoohkan dewa. |
(0.321881) | (1Sam 3:1) |
(sh: Kata dan makna (Jumat, 1 Agustus 2003)) Kata dan maknaKata dan makna. Kata bukan sekadar bunyi, tetapi penyampaian makna melalui bunyi. Kata diucapkan karena ada hal yang ingin disampaikan oleh pengucapnya. Supaya itu terjadi kata tersebut harus didengar. Akan sia-sia usaha pengucap, jika ternyata tidak ada telinga yang terbuka dan kehendak yang sedia untuk mendengar. Nas ini menyajikan perbandingan tentang dua kondisi sikap terhadap kata-kata Allah. Pertama, Samuel, anak muda yang belum pernah menerima firman Allah secara langsung, tetapi mendengar (ayat 7,9-10), dan Eli, imam dengan pengalaman kerohanian segudang yang tidak mendengar (ayat 13). Kedua, Samuel yang menyampaikan seluruh yang difirmankan Allah kepada Eli (ayat 17-18) dan Eli yang tidak menyampaikan sepenuhnya kemarahan Allah kepada anak- anaknya (ayat 12-13). Ketiga, jarangnya pernyataan firman Tuhan di zaman Eli (ayat 1) dengan tidak pernah gagal-Nya firman Tuhan pada masa Samuel. Bahkan perkataan Samuel pun sampai ke seluruh Israel (ayat 3:19-4:1a). Semua berkait dengan kata, firman, atau davar dari Allah (davar, kata Ibrani untuk 'kata'/'firman'). Karena itu, ketika Samuel bangun untuk keempat kalinya dan mendengarkan firman Tuhan, ia bangun untuk menjadi bagian dari suksesi kenabian menggantikan Eli (ayat 20). Allah sendiri yang memilih Samuel, dan Ia menyertainya (ayat 19). Dari sudut pandang narasi ini, Samuel adalah nabi yang sejati. Ia yang mendengarkan panggilan Tuhan itu bertumbuh dewasa untuk menjadi pendengar dan pemberita davar Allah yang sejati. Jelas bahwa hidup Samuel adalah teladan, dan hidup Eli adalah peringatan bagi kita. Sebagai Kristen, entah sudah berapa banyak firman, khotbah, renungan, tulisan dll. tentang kebenaran firman Tuhan yang melewati dan meriuhrendahkan hidup kita. Jangan sia- siakan semua itu. Bangun dan dengarkan, lakukan dan beritakan! Renungkan: Semua orang percaya adalah pemberita-pemberita firman dengan misi penting di tengah zaman yang genting (ayat 1Pet. 2:9). |
(0.30223111111111) | (Yak 3:6) |
(full: LIDAH PUN ADALAH API.
) Nas : Yak 3:6 Yakobus menekankan kecenderungan kita untuk berdosa dalam pembicaraan. Dosa-dosa tersebut termasuk kata-kata yang keras dan tidak ramah, berdusta, pernyataan berlebih-lebihan, ajaran palsu, fitnah, bergunjing, membual, dll. Orang percaya yang dewasa menguasai lidahnya melalui bimbingan Roh Kudus, "menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus" (2Kor 10:5). Karena kecenderungan untuk berdosa dengan lidah, Yakobus menasihati setiap orang agar "cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah" (Yak 1:19). |
(0.30223111111111) | (Pkh 1:1) |
(jerusalem) KITAB PENGKHOTBAH PENGANTAR Kitab kecil ini berjudul: "Perkataan Pengkhotbah, anak Daud, raja di Yerusalem", Peng 1:1. ADapun kata Ibrani "Qohelet" (yang diterjemahkan sebagai: Pengkhotbah), bdk Peng 1:2 dan 12; 7:27; 12:8-10, bukanlah nama diri, tetapi sebuah kata benda yang kadang-kadang memakai kata sandang. Bentuk kata Ibrani memberi kesan seolah-olah mengenai wanita, tetapi ternyata tidak demikian halnya keterangan yang agaknya paling tepat, maka nama itu adalah nama jabatan. Ini menunjuk seseorang yang berbicara di muka jemaat (Ibraninya: Yunaninya: ekklesia). Karena itu sejak Luter, kata "qohelet" itu biasanya diterjemahkan dengan: Pengkhotbah. Pengkhotbah itu dikatakan "anak Daud, raja di Yerusalem", bdk Ams 1:12. Meskipun namanya tidak di sebut, namun "anak Daud" itu pasti disamakan dengan raja Salomo. Kitab Pengkhotbah sendiri jelas menyarankannya, Ams 1:16 (bdk 1Raj 3:12; 4:29-30; 10:7), Ams 2:7-9(bdk 1Raj 3:13, 10:23). Tetapi tidak dapat disangkal juga bahwa hanya sebagai suatu sarana kesusasteraan belaka bahwa Salomo dikemukakan sebagai pengarang kitab ini. Penulis yang sebenarnya menggunakan nama orang bijak yang termasyhur di Israel untuk menyajikan buah pikirannya sendiri. Gaya bahasa dan ajaran kitab (yang nanti akan dibicarakan) tidak mengizinkan Pengkhotbah ditanggalkan di masa sebelum pembuangan. Ada semenatara ahli menyangka bahwa Pengkhotbah tidak dikarang oleh seorang penulis saja, bahkan dikatakan bahwa Pengkhotbat adalah buah tangan dua, tiga, empat, malahan delapan orang penulis yang berbeda-beda. Tetapi dewasa in para ahli semakin mencegah diri dari memotong-motong kitab itu dengan cara demikian. Sebab ahli-ahli yang suka memotong-motong itu tidak menghiraukan jenis sastera dan pemikiran Pengkhotbah. Memang pendapat mereka tidak dapat ditertahankan mengingat kesatuan dalam gaya bahasa dan perbendaharaan kata kitab. Hanya jelas bahwa kitab Pengkhotbah diterbitkan oleh seorang murid yang menambah ayat-ayat penutup, Ams 12:9-14. Sebagaimana halnya dengan kitab-kitab kebijaksanaan lainnya, misalnya kitab Ayub, kitab Bin Sirakh dan khususnya kitab Amsal, yang semuanya merupakan karya serba majemuk, demikianpun halnya dengan Pengkhotbah. Pemikiran hilir mudik, diulang dan dibetulkan. Tidak ada suatu urusan jelas. Hanya ada satu pikiran saja, yang disoroti dari pelbagai segi. Pikiran pokok itu ialah: Sia-sia belaka semua hal yang merepotkan manusia. Pikiran itu terungkap pada awal dan pada akhir kitab, Ams 1:2 dan 12:8. Segala-galanya memperdaya dan mengelabui: ilmu, kekayaan, asmara, bahkan hidup sendiri. Hidup itu hanya serentetan perbuatan sia-sia yang tidak bermakna, Ams 3:1-11; itu berakhir dengan masa tua, Ams 12:1-7, dan kematian yang mendatangi baik orang bijak maupun orang bodoh, yang kaya dan yang miskin, binatang dan manusia, Ams 3:17-20. Masalah yang menggelisahkan si Pengkhotbah sama dengan yang menyibukkan Ayub, yakni: Apakah yang baik dan yang jahat mendapat balasannya di bumi? Dan sama seperti Ayub, demikianpun si Pengkhotbah menjawab: Tidak. Sebuah pengalaman ternyata tidak sesuai dengan apa yang lazim diajarkan, Ams 7:25-8:14. Hanya ada perbedaan ini: Si Pengkhotbah adalah seorang yang sehat-walafiat. Maka ia tidak mempersoalkan, seperti Ayub, mengapa orang harus menderita. Si Pengkhotbah hanya mengkonstatir: Kebahagiaan sia-sia belaka, lalu ia menghibur diri dengan menikmati cukup kesenangan yang dapat diperoleh dari kehidupan ini, Ams 3:12-13; 8:15; 9:7-9. Tetapi lebih tepat dikatakan. Si Pengkhotbah berusaha menghibur dirinya, sebab hatinya tetap terus tidak merasa puas. Masalah yang menggelisahkan dia ialah: Apakah ada kehidupan di alam baka? Tetapi si Pengkhotbah tidak menduga pemecahannya, Ams 3:21; 9:10; 12:7. Namun demikian si Pengkhotbah adalah seorang percaya. ia memang dibingungkan oleh jalannya peristiwa dan hal-ihwal kehidupan manusia sebagaimana diatur dan dibimbing oleh Allah. Tetapi ia menegaskan bahwa Allah tidak perlu memberi pertanggungan jawab, Ams 3:11, 14;7:13. Maka manusia harus menerima saja, baik percoabaan maupun sukacita yang diberikan allah, Ams 7:16, dan ia harus dengan takwa menepati perintah-perintah Tuhan dan takut akan Allah, Ams 5:6; 8:12-13. Jelaskan bahwa ajaran itu sama sekali tidak seimbang. Akan tetapi, dari membagi-bagikan unsur-unsurnya pada pelbagai pengarang, yang bertentangan satu sama lain dan saling mengoreksi, tidaklah lebih tepat mencari dasar ketidak- seimbangan itu dalam pemikiran yang tidak menentu, karena menghadapi masalah yang dahsyat dan tidak tahu pemecahannya? Baik si Pengkhotbah maupun Ayub tidak sanggup memecahkan masalah yang mereka kemukakan. Pemecahannya hanya dapat diberikan oleh keyakinan tentang pembalasan di alam baka (bdk Pengantar umum). Kitab Pengkhotbah merupakan karya peralihan. Keyakinan kokoh-kuat dari tradisi sudah tergoncang sampai akar-akarnya, tetapi penggantinya belum ada. Ada yang berkata bahwa di masa peralihan itu pemikiran Ibrani terpengaruh dari luar dan khususnya Pengkhotbah terkena pengaruh asing itu. Kerap kali ada ahli yang mendekatkanPengkhitbah pada pemikiran filsafat Stoa, Epikurus atau pengikut- pengikut Antistenes (Sinisi), yang dapat dikenal si Pengkhotbah melalui kebudayaan Yunani di Mesir. tetapi pengaruh Yunani semacam itu tidak dapat diterima. Alam pikiran Pengkhotbah memang terlalu berbeda dengan alam pikiran filsafat Yunani. Ahli-ahli lain berpendapat bahwa ada kesamaan antara Pengkhotbat dengan beberapa karangan yang berasal dari Mesir, misalnya dengan "Dialog seseorang yang putus asa dengan dirinya" atau "Nyanyian-nyanyian Pemetik kecapi", dan khususnya dengan beberapa karangan yang berasal dari kalangan para bijaksana di Mesopotamia dan dengan "Sajak Pahlwan Gilgamesy". Tidak dapat disangkal bahwa ada kesamaan. Tetapi tidak mungkin menunjukkan pengaruh langsung dari karya-karya tersebut. Kesamaannya terletak dalam pokok pemikiran, yang memang sudah lama ada dan menjadi milik bersama seluruh orang bijaksana di dunia Timur. Si Pengkhotbah secara pribadi memikirkan dan merenungkan warisan dari masa yang lampau itu, sebagaimana juga dikatakan oleh penerbit karyanya, Ams 12:9. Si Pengkhotbah ternyata seorang Yahudi dari Palestina. Ia barangkali bertempat tinggal di Yerusalem. Ia menulis dalam bahasa Ibrani sebagaimana yang dipakai dikemudian hari. Bahasa Ibraninya bercampur dengan unsur-unsur bahasa Aram dan ia menggunakan dua kata dari bahasa Persia. Semuanya itu menyatakan bahwa kitab Pengkhotbah ditulis agak lama sesudah masa pembuangan, tetapi sebelum abad ke-2 sem. Mas. Dalam abad ke-2 itu Pengkhotbah sudah dimanfaatkan oleh Bin Sirakh. Berdasarkan paleografi maka kepingan-kepingan kitab Pengkhotbah yang ditemukan dalam gua-gua di Qumran dapat ditanggalkan di sekitar tahun 150 seb. Mas. Maka sebaik-baiknya dikatakan bahwa Pengkhotbah dikarang selama abad ke-3 seb. Mas. Di mana itu Palestina berada di bawah pemerintahan wangsa Ptolomeus (Mesir) dan terpengaruh oleh aliran humanisme, tetapi belum mengenal semangat kepercayaan dan pengharapan yang menggalakkan bangsa Yahudi di zaman para Makabe. Kitab Pengkhotbah hanya mencermikan satu tahap saja dari perkembangan agama Israel. Ia tidak boleh dinilai lepas dari apa yang mendahului atau yang menyusul tahap itu. Dengan menekankan bahwa pemikiran-pemikiran dari masa yang lampau tidak mencukupi dan memaksa orang menghadapi masalah-masalah hidup manusia, Pengkhotbah membuka jalan untuk wahyu yang baru dan lebih lengkap. Kitab itu mengajar orang, bahwa tidak boleh terikat pada harta-benda dunia ini. Dengan menyangkal bahwa orang kaya benar-benar bahagia Pengkhotbah menyiapkan dunia untuk mendengarkan "Berbahagialah orang miskin", Luk 6:20. |
(0.30223111111111) | (Dan 9:26) | (jerusalem: seorang yang telah diurapi) Menurut Teodotion "orang yang diurapi" (mesias) ini ialah imam besar Onias III, bdk 2Ma 4:30-38, yang sekitar th 175 seb Mas dipecat, lalu mati terbunuh oleh anak buah raja Antiokhus Epifanes. Onias itupun "raja Perjanjian" yang disebut dalam Dan 11:22 |