| (0.10975010666667) | (Im 24:10) |
(sh: Menganggap dosa sebagai ... dosa! (Jumat, 27 September 2002)) Menganggap dosa sebagai ... dosa!Menganggap dosa sebagai ... dosa! Nas ini mungkin terasa mengerikan bagi kita pembaca masa kini. Karena itu, baiklah dipahami bahwa zaman sudah berubah dan cara-cara seperti yang kita lihat pada nas ini (pelemparan batu, dlsb.) tidak diberlakukan lagi karena anugerah Kristus dan konteks zaman sekarang ini. Tetapi, prinsip terhadap dosa yang mendasari peristiwa itu tetap berlaku dan sah bagi kita di masa kini. Prinsip itu, dapat kita sebut sebagai menganggap dosa sebagai dosa. Seringkali manusia modern menganggap dosa sebagai sesuatu yang lain. Misalnya “Ah, sekali saja enggak apa-apa” (dosa= perbuatan iseng yang tak berbahaya dan bias berhenti dilakukan kapan saja). Atau, “Biasa saja lah, enggak usah terlalu diributkan” (dosa= sesuatu yang biasa terjadi/dilakukan dan tidak perlu dipermasalahkan). Nas yang kita baca hari ini menegaskan pandangan-pandangan alkitabiah untuk melihat dosa sebagai dosa. Pertama, tindakan pelemparan batu terhadap sang penghujat lebih merupakan tindakan untuk menjadi kekudusan umat (bdk. 14). Penumpangan tangan jemaat (ayat 14) atas kepala orang itu merupakan symbol pengembalian dosa karena mendengar hujatan-hujatan itu kembali kepada orang yang mengucapkan hujatan tersebut. Makna dari kisah ini adalah, bahwa umat Israel harus menjaga dengan sungguh-sungguh kekudusan mereka di hadapan Allah, dan tidak menolerir dosa apa pun di antara mereka. Kedua, dalam hubungan antara manusia, dosa menuntut penggantian yang setimpal; tidak berlebihan (bdk. Lamekh dalam Kej. 4:23-24), tidak juga kurang konsep. Konsep keseriusan dosa ini pula yang menjadi jembatan bagi kita untuk dapat mengerti besarnya pengorbanan Yesus di salib untuk menebus dosa manusia di kayu salib. Dosa manusia yang begitu besar itu hanya dapat ditebus oleh Sang Anak Allah sendiri. Renungkan: Kristen sejati berani menyebut dosa sebagai dosa, di saat semua yang lain menganggapnya sebagai sesuatu yang biasa, bahkan patut dilakukan. |
| (0.10975010666667) | (Im 26:14) |
(sh: Jika gagal memenuhi perjanjian (Selasa, 1 Oktober 2002)) Jika gagal memenuhi perjanjianJika gagal memenuhi perjanjian. Beberapa orang mempersamakan Allah dengan seorang Godfather Mafia yang kejam, yang berprinsip tidak ada kata ampun lagi kepada setiap bawahan yang gagal menjalankan tugasnya atau melawan kehendak sang Godfather. Sekilas, itulah kesan pertama pada pembacaan nas-nas seperti ini. Padahal, pembacaan lebih dalam akan menunjukkan hal yang sebaliknya. Pada zaman Perjanjian Lama, berkat dan kutuk selalu dicantumkannya. Keduanya memuat implikasi yang akan terjadi bila rakyat/raja-raja bawahannya tersebut melakukan atau tidak melakukan bagian dari perjanjiannya. Biasanya akibat dari kegagalan atau pemberontakan adalah penghukuman yang bertujuan untuk menghancurkan. Tidak ada kesempatan kedua, apalagi rehabilitasi. Hampir sama dengan Mafia. Kesempatan kedua, peluang rehabilitasi, kesempatan untuk bertobat, justru inilah yang berulang nampak pada bagian kutuk ini. Inilah perbedaan pertama yang mencolok antara perjanjian Allah dengan perjanjian ala raja-raja besar waktu itu (atau juga Godfather Mafia). Motivasi penghukuman itu bukanlah rasa tersinggung dan murka penguasa yang hanya ingin pihak yang mengkhianati perjanjiannya segera hancur, tetapi supaya karena penghukuman itu Israel mau kembali mendengar, diajar, dan hidup selaras dengan perjanjian (lihat 18,21,23,27). Hanya setelah itu semua, jika Israel tetap berkeras dan tidak mau kembali kepada Allah, maka mereka akan hancur akibat dari kesalahan dan dosa mereka (ayat 28-39). Hal kedua adalah kata ‘tetapi’ (ayat 40). Allah masih mau menerima Israel, jika setelah itu, Israel berbalik dan bertobat (ayat 40-45). Di sini, seperti yang kemudian jelas didemonstrasikan Allah pada peristiwa pembuangan dan pemulihan dari pembuangan, Allah menunjukkan sisi kasih dan anugerah dari tindakan-Nya yang berdampingan dengan keadilan-Nya. Allah akan mengingat perjanjian-Nya dan tetap menjadi Allah Israel, demi keselamatan mereka (ayat 45). Renungkan: Hajaran Allah kepada orang Kristen yang sedang berdosa adalah pintu kepada pertobatan. |
| (0.10975010666667) | (Bil 18:1) |
(sh: Apakah Reformasi itu? (Minggu, 31 Oktober 1999)) Apakah Reformasi itu?Apakah Reformasi itu? Pada tanggal 31 Oktober 1517, Martin Luther mengobrak-abrik ajaran gereja saat itu, yang dianggap memutarbalikkan kebenaran firman Tuhan. Mata jemaat dimelekkan, ajaran jemaat diluruskan. Ia mulai menjabarkan ulang dan mengembalikan ajaran firman Tuhan kepada posisi dan arti yang sebenarnya. Itulah reformasi. Tugas dan tanggung jawab Lewi. Sebelum Martin Luther bergerak mengadakan reformasi, Allah telah terlebih dahulu mengadakan reformasi terhadap umat Israel, khususnya tentang tugas dan jabatan imam. Sesudah Allah meneguhkan kembali pilihan-Nya atas Harun, Allah juga kembali mengkonfirmasi ulang uraian tugas, tanggung jawab dan hak Harun serta suku Lewi. Betapa istimewa tugas yang mereka pikul. Mereka menjadi pelaksana kehidupan ibadah. Di bahu mereka tertanggung hubungan umat dengan Allah. Tugas semulia itu berakibat pada tanggung jawab yang besar pula. Mereka harus menjaga kekudusan Kemah Suci dan kekudusan ibadah, sekaligus menjaga agar orang awam tidak melanggar penyelenggaraan pelayanan tersebut. Kesalahan dalam hal tersebut menjadi tanggungan mereka. Saling melengkapi dan melayani. Harun dan sukunya dikhususkan untuk melayani Tuhan. Mereka tidak memiliki tanah dan pekerjaan, juga tidak memiliki penghasilan. Betapa berat risiko panggilan Tuhan. Tetapi Tuhan mengerti dan sangat memahami kebutuhan mereka. Pengorbanan sebesar itu tidak sia-sia di hadapan Allah. Semua persembahan umat yang tidak dibakar menjadi milik mereka, hal ini dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan mereka. Jika Anda dipanggil Tuhan untuk melayani Dia sepenuh waktu, jangan kuatir, Tuhan pasti mencukupi kebutuhan Anda. Bila Anda bekerja di dunia sekuler, Anda wajib memikirkan kehidupan para hamba Tuhan. Renungkan: Ada suatu kepastian dan jaminan hidup bagi setiap orang yang Allah panggil untuk melayani Dia dan umat-Nya yang melayani-Nya dengan setia. Doa: Tuhan, kami mau melayani-Mu sepanjang umur kami. Engkau menjamin hidup kami kini dan yang akan datang. |
| (0.10975010666667) | (Bil 22:2) |
(sh: Ketaatan mendatangkan bahaya? (Minggu, 7 November 1999)) Ketaatan mendatangkan bahaya?Ketaatan mendatangkan bahaya? Bangsa Israel sampai di akhir pengembaraan yang panjang. Kini mereka berkemah di tepi sungai Yordan. Untuk masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan, Israel harus menghadapi bangsa Moab. Sesuai perintah Allah, Israel taat dan tidak menyerang Moab. Namun keinginan ini bertolak belakang dengan ambisi Moab yang bermaksud menyerang dan menghancurkan Israel secara diam-diam. Bila Moab melancarkan aksi ini, mungkinkah Israel tetap diam? Semuanya diserahkan kepada Allah. Kedaulatan Allah dan Bileam. Maksud dan rencana Balak untuk menghancurkan bangsa Israel semakin jelas, ketika ia mengutus orang-orang yang terpandang dalam pemerintahannya kepada Bileam. Tujuannya adalah agar Bileam mengutuk dan melenyapkan Israel. Rencana Balak ini sungguh bertentangan dengan rencana yang telah ditetapkan Allah. Di satu pihak Allah mengimbau umat-Nya untuk tidak menyerang Moab dan umat setia pada perintah Allah itu; tetapi di pihak lain justru Moab merencanakan hal sebaliknya. Allah dalam segala kedaulatan-Nya menguasai hidup Bileam, tokoh petenung pada zaman itu. Kedaulatan Allah bekerja mengatasi bentuk ancaman yang tidak nampak, yang berusaha menghancurkan umat-Nya. Segala bentuk keinginan manusia takluk di dalam kedaulatan Allah, meskipun manusia terus mengupayakannya. Tetap di bawah kendali Allah. Kita dapat menemukan prinsip hidup yang sangat mendasar ketika Allah Yahweh ditempatkan sebagai pusat hidup, menjadikan diri kita berada di bawah dan dalam kontrol tangan yang kekal. Dengan demikian apakah yang sebenarnya harus dilakukan oleh manusia sebagai umat pilihan-Nya? Pertama, takut kepada Allah. Kedua, menjadikan diri siap dan berani menjalani kehidupan sesulit apa pun, karena Allah yang berdaulat adalah Allah yang memahami dan mengarahkan manusia pilihan-Nya untuk hidup dalam kuasa dan kasih-Nya. Renungkan: Adakalanya ketika kita taat pada pimpinan-Nya, seolah bahaya menghadang di depan mata, tetapi tetaplah percaya kepada-Nya. |
| (0.10975010666667) | (Bil 26:35) |
(sh: Adil dan merata (Minggu, 14 November 1999)) Adil dan merataAdil dan merata Cacah jiwa tidak hanya penting dari segi militer, tetapi juga untuk masalah pembagian tanah. Dengan perhitungan jiwa yang tepat, luas tanah dapat dibagi secara adil dan merata. Tanpa keadilan tak mungkin tercapai kebahagiaan dan kemakmuran. Keadilan terlaksana bila hak, kepentingan, dan tanggung jawab diperhatikan, seimbang, dan merata. Kita pun tidak cukup hanya memperhatikan masalah kerohanian. Kita dapat mulai menjalankan keadilan dari memperhatikan hal-hal kecil di sekitar kita. Itulah kualitas berkat yang akan dicurahkan oleh Allah di tanah perjanjian. Ketaatan adalah kunci. Kasih karunia Allah yang melimpah dalam kehidupan bangsa Israel tidak bisa diartikan bahwa mereka boleh bertindak semena-mena atas limpahan berkat Allah. Ketaatan tetap merupakan tuntutan. Bahkan ketaatan merupakan kunci dalam keberlangsungan perjalanan hidup mereka. Kalaupun pada akhirnya Allah tidak memperkenankan bangsa Israel dari generasi Mesir - kecuali Yosua dan Kaleb - masuk Kanaan, adalah karena kebebalan dan ketidaktaatan mereka kepada Allah. Hal inilah yang membedakan bangsa Israel secara keseluruhan dengan Yosua dan Kaleb. Ketaatan kepada Allah tidak hanya berlaku dalam perjalanan hidup bangsa Israel, tetapi juga berlaku dalam kehidupan orang beriman. Orang beriman dipanggil untuk melihat kehidupan ini secara keseluruhan dalam terang kesetiaan Allah. Firman Allah pasti. "Tak lekang dimakan waktu, tak habis dimakan usia". Walaupun memerlukan waktu 40 tahun, namun janji yang difirmankan Allah kepada bangsa Israel tentang kebebasan dan kemakmuran pasti tergenapi. Dan firman Allah bahwa generasi Mesir tidak akan memasuki tanah perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb, itu pun terlaksana. Kita yang hidup di zaman Perjanjian Baru ini pun diyakinkan tentang kepastian firman Tuhan tersebut. Renungkan: Mesias yang telah dinubuatkan kedatangan-Nya di zaman Perjanjian Lama, yang dikatakan sebagai Juruselamat umat manusia, dibuktikan kepastian kehadiran-Nya dalam Perjanjian Baru. |
| (0.10975010666667) | (Ul 6:1) |
(sh: Panggilan untuk mencintai Tuhan (Sabtu, 3 Mei 2003)) Panggilan untuk mencintai TuhanPanggilan untuk mencintai Tuhan. Ulangan 6:4-9 sering disebut sebagai syema yitsrael, suatu panggilan bagi Israel untuk mendengar firman Tuhan. Ayat-ayat ini memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan iman Israel. Mereka melafalkan syema tiga kali dalam sehari, dan tidak ada penyembahan pada Hari Sabat di rumah ibadah tanpa melafalkannya. Syema ini merupakan pengakuan iman monoteisme Israel yang paling mendasar. Isinya memberikan penegasan bahwa Allah secara total berbeda dengan yang lain. Ia menyatakan diri- Nya kepada Israel dan dapat dipercaya karena Ia tidak berubah. Melalui syema Israel diajar untuk memilih persekutuan yang intim dengan Tuhan sebagai prioritas utama. Seluruh aspek kehidupan Israel didasari oleh hubungan cintanya dengan Tuhan. Di dalam cinta ini terkandung komitmen dan kesetiaan yang menyeluruh dan total. Syema ini: [1] harus tertanam dalam hati orang Israel (ayat 6); [2] harus tertanam dalam hati anak-anak Israel (ayat 7); [3] harus menjadi bagian hidup sehari-hari mereka (ayat 7); [4] harus menjadi identitas pribadi mereka (ayat 8); dan [5] menjadi identitas keluarga serta masyarakat Israel (ayat 9). Tidak ada satu bagian pun dalam kehidupan orang Israel yang terlepas dari relasi mereka yang penuh kasih kepada Tuhan. Apa yang diminta Tuhan bagi umat-Nya dan hamba-Nya bukanlah kecakapan untuk memimpin, berorganisasi, berkhotbah, bernyanyi, atau apapun yang lain, melainkan hati yang mengasihi Tuhan (Yoh. 21: 15-19). Tanpa kasih kita kepada Tuhan, pelayanan dapat menjadi jerat bagi kita. Hal itu menyedihkan hati Tuhan. Seluruh pelayanan kita, tanpa dilandasi oleh kasih kepada Tuhan, tidak akan berarti apa-apa di hadapan Tuhan (Why. 2:1-5). Renungkan: Apakah yang menyukakan hati Allah juga keinginan kita terdalam? Apakah dalam setiap aspek kehidupan, cinta pada Tuhan termanifestasikan melalui ketaatan dan komitmen kita? |
| (0.10975010666667) | (Ul 6:13) |
(sh: Untuk diingat dan dilakukan dalam keluarga (Minggu, 4 Mei 2003)) Untuk diingat dan dilakukan dalam keluargaUntuk diingat dan dilakukan dalam keluarga. Orang tua Israel memiliki tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan agama bagi anak-anak mereka (ayat 20-21). Mereka harus mengajarkan kepada anak-anak bagaimana cara Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel dan apakah yang diperintahkan- Nya bagi mereka. Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa melalui sejarah bangsa mereka, Tuhan menyatakan diri-Nya kepada Israel; [1] mereka memiliki pengalaman bersama Tuhan di saat Ia membebaskan Israel (ayat 21); [2] mereka menyaksikan penghakiman Tuhan di saat Ia mencelakakan Mesir (ayat 22); dan [3] mereka menerima janji serta rencana Tuhan dengan memiliki negeri (ayat 23). Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan juga menyatakan diri-Nya melalui firman-Nya. Ia memberikan ketetapan-ketetapan yang kepadanya Israel harus berpegang (ayat 24). Anak-anak Israel haruslah memahami bahwa Tuhan menetapkan mereka untuk: [1] bersungguh-sungguh menjaga dan berpegang pada perintah-Nya karena melaluinya Tuhan akan memelihara mereka (ayat 17,23-24); [2] melakukan apa yang benar dan baik di mata Tuhan (ayat 18-19); serta [3] terus menceritakan kepada anak cucu mereka bagaimana Tuhan melepaskan mereka dari Mesir (ayat 20-22). Dengan demikian maka iman kepada Tuhan akan terus terpelihara dalam komunitas orang percaya. Renungkan: Mengingat perbuatan Tuhan di masa lampau serta menjalani firman- Nya merupakan hal-hal mendasar bagi kita kini juga. Bacaan Untuk Minggu Paskah 3 Kisah Para Rasul 3:12-19; 2Yohanes 3:1-7; Lukas 24:36b-48; Mazmur 4 Lagu: Kidung Jemaat 397 |
| (0.10975010666667) | (Ul 14:1) |
(sh: Komunitas terpilih dan kudus (Jumat, 16 Mei 2003)) Komunitas terpilih dan kudusKomunitas terpilih dan kudus. Israel adalah bangsa yang dikhususkan dan yang dipisahkan oleh Tuhan untuk Tuhan. Kekhususan tersebut membuat Israel harus berbeda dalam berbagai aspek kehidupan dengan bangsa-bangsa lain. Kadang-kadang perintah semacam ini terasa oleh kita sebagai terlampau eksklusif, ekstrim dan fanatik memutuskan hubungan antara umat Allah dengan bangsa-bangsa lain. Misalnya, Israel tidak boleh mengikuti cara berkabung bangsa-bangsa sekitar yang berakar pada kepercayaan akan ilah-ilah (ayat 1,2). Israel juga tidak diperkenankan memakan binatang yang dipersembahkan kepada ilah-ilah bangsa lain dan binatang- binatang yang diharamkan (ayat 7,8,10,12-20). Dari ketentuan ini, kita mempelajari dua hal: pertama, larangan- larangan ini bertujuan memutuskan mata rantai umat Israel dengan bangsa-bangsa lain yang mempengaruhi Israel menyembah ilah-ilah lain. Pada waktu itu (zaman sesudah pembuangan) umat Allah telah begitu jauh meninggalkan Allahnya dan menyembah ilah-ilah lain. Kedua, larangan-larangan memakan daging hewan, burung, dan binatang laut tertentu tidak secara otomatis menjadi peraturan yang harus dilaksanakan oleh umat Allah sepanjang zaman. Sebab penekanan utamanya bukan pada jenis makanannya, tetapi pada sikap umat yang tahu membedakan mana kudus mana tidak. Allah berinisiatif memilih dan mengkhususkan orang yang beriman kepada-Nya, termasuk kita, untuk Dia. Bahkan melalui kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, kita telah dikuduskan-Nya. Karena itu respons orang beriman adalah menyerahkan diri dan tunduk total kepada Allah dan kehendak-Nya. Seluruh keberadaan hidup kita sudah seharusnya mengikuti ciri kekudusan Allah: tidak bercacat cela, tidak membangkang terhadap Allah, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Renungkan: Tuhan tidak hanya memilih dan mengkhususkan Anda, tetapi juga menguduskan Anda untuk Dia. |
| (0.10975010666667) | (Ul 27:11) |
(sh: Dua belas kutuk (Jumat, 9 Juli 2004)) Dua belas kutukDua belas kutuk. Tekad untuk menjunjung hukum-hukum Allah dapat diungkapkan dari sisi negatif yaitu kesehatian menolak dan mengutuk tindakan yang melawan hukum-hukum Allah. Dalam bagian ini, kebulatan tekad mengutuki dosa umat dipimpin oleh orang Lewi. Seluruh umat bersehati menyatakan penolakan mereka atas dosa. Dua belas ucapan kutuk yang diucapkan oleh sebagian suku Israel di gunung Ebal dan Gerizim merupakan suatu pernyataan bahwa ikatan perjanjian antara TUHAN dan Israel kudus dan serius. Dua belas ucapan kutuk ini bukan suatu uraian lengkap menyeluruh mengenai larangan yang tidak boleh dilanggar oleh Israel, tetapi merupakan beberapa sikap dasar yang harus dipelihara sebagai bagian kesetiaan mereka terhadap perjanjian Sinai. Perjanjian Sinai menyatakan Allah dan Israel terikat dalam suatu perjanjian. Pengelompokkan kedua belas ucapan kutuk tersebut sbb.: Pertama, ucapan kutuk terhadap pelanggaran hukum pertama dan kedua dari sepuluh hukum Allah (ayat 15). Diletakkan paling atas karena merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan Allah sendiri. Kedua, ucapan kutuk terhadap pelanggaran dari hukum yang mengatur kehidupan dengan sesama (ayat 16-25). Sikap yang dikutuk adalah sikap melecehkan orang tua, sesama saudara, harta milik sesama, kekudusan pernikahan, dan nyawa sesama manusia. Ketiga, ucapan kutuk terhadap pelanggaran pasif hukum Taurat (ayat 26). Hukum Taurat tidak saja untuk tidak dilanggar melainkan untuk diterapkan dalam perilaku setiap hari. Kita bersyukur, di dalam Tuhan Yesus tidak ada lagi kutukan yang menimpa kita, karena pengampunan-Nya bersifat tuntas. Pengampunan-Nya memampukan kita untuk belajar apa yang Allah harapkan untuk kita lakukan dan tidak lakukan sebagai anak Tuhan. Renungkan: Ketika umat Allah berkumpul berbakti bersama, penting sekali menyatukan hati dan tekad untuk melakukan kebenaran dan untuk menolak segala bentuk kejahatan dan pelanggaran terhadap hukum Allah. |
| (0.10975010666667) | (Ul 28:1) |
(sh: Hubungan berkat dan taat (Sabtu, 10 Juli 2004)) Hubungan berkat dan taatHubungan berkat dan taat. Ketaatan kepada Allah mendatangkan berkat yaitu hidup yang berkenan kepada-Nya, hidup yang sesuai dengan kodrat kemanusiaan (=sifat yang asli). Artinya, segala sesuatu akan berjalan sebagaimana hidup itu seharusnya. Ini bukan akibat otomatis sebab dosa sudah merusak dan mengotori keindahan kodrat ilahi atas manusia dan ciptaan lain. Berkat adalah anugerah Allah yang dinyatakan dengan melimpah. Dari segi jumlah tampak ketidakseimbangan antara berkat dan kutuk (Ulangan 27:11-26) yang diberikan (satu berbanding empat). Ketidakseimbangan ini diberikan karena umat Tuhan cenderung berdosa, sehingga kutuk pun dominan. Bagian berkat ini terdiri dari bagian ringkas yang memaklumatkan berkat yang diterima Israel (ayat 1-6) disusul dengan sedikit penjabaran yang berbentuk pembalikan susunan bagian kalimat; berkat berupa perlindungan dan kemenangan Israel atas musuhnya (ayat 7,13a); berkat berupa kesejahteraan dan kelimpahan hidup di tanah perjanjian (ayat 8,11-12); berkat berupa relasi Israel dengan Allah yang menjadi dasar semua berkat lainnya (ayat 9-10). Keseluruhan berkat ini diapit oleh pesan dan syarat yang sama, yaitu kesetiaan, ketelitian dan kesungguhan melakukan apa yang dituntut Tuhan dalam perjanjian Sinai (ayat 1-2,13b-14). Berkat bagi Israel ini berhubungan dengan keberadaan mereka sebagai umat Allah. Namun, perwujudan berkat ini terjadi di dalam relasi intim Israel dengan Allah dan melalui tindakan nyata bangsa Israel yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Israel diberkati untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Bagi umat Kristen yang setia mengikut Kristus inti berkat yang disediakan Allah adalah kehidupan yang menjadi berkat bagi orang di sekeliling kita. Menjadi berkat dalam materi, kesehatan, persahabatan dengan sesama. Renungkan: Berkat yang dilimpahkan kepada kita adalah anugerah yang tidak layak kita terima, kalau begitu bukankah seharusnya kita tidak menahan berkat itu bagi orang lain? |
| (0.10975010666667) | (Ul 32:1) |
(sh: Setialah (Sabtu, 17 Juli 2004)) SetialahSetialah. Musa menyampaikan pengajaran yang indah, baik isi maupun cara penyampaiannya. Hal ini berbeda dari kebanyakan kita kini melihat pengajaran. Pengajaran Musa tentang tindakan dan kebenaran Allah bagaikan air hujan atau embun yang menumbuhkan tanaman. Sama sekali jauh dari kesan banyak orang kini bahwa pengajaran (doktrin) adalah sesuatu yang gersang. Doktrin, yang berpusat pada pemahaman tentang maksud-maksud Allah dan yang bertujuan meninggikan Nama Allah (ayat 3), patut lebih dikembangkan dalam cara yang menarik untuk menumbuhkan kehidupan gereja Tuhan masa kini. Pengajaran Musa itu berkisar pada fakta sikap dan tindakan Allah terhadap Israel dan bagaimana dampaknya terhadap status dan keadaan mereka. Allah telah berlaku begitu penuh anugerah, mengkhususkan mereka dari sekian banyak anak-anak Adam (ayat 8-13), menjadikan mereka harta kesayangan-Nya agar mereka dapat serasi menjadikan Allah harta kemuliaan mereka sebagai bangsa. Hanya umat Allah yang dapat merasakan hubungan anak-bapa dengan Allah, dapat mengalami penghormatan (ayat 10), jaminan pemeliharaan dan kasih mesra Allah yang menyeluruh (ayat 12). Sudahlah sepatutnya kebenaran ini menjadi makanan rohani yang menumbuhkan kesetiaan mereka makin teguh. Kesetiaan kita akan sangat terkait dengan sejauh mana kita memahami dan menghayati sikap dan tindakan Allah atas hidup kita. Allah setia, adil dan benar. Allah tidak pernah dipengaruhi oleh tindakan umat-Nya. Dari sejak mereka di Mesir Allah setia menyertai mereka (ayat 7). Di padang gurun Allah menjaga mereka seperti biji mata-Nya (ayat 10). Sungguh mengagumkan kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah kepada umat-Nya. Kesetiaan Allah berbeda dengan kesetiaan manusia yang bersyarat dan mudah pudar. Saat ini, banyak orang setia kepada Allah dengan syarat mendapat berkat (secara materi). Perikop ini mengajarkan bahwa kesetiaan Allah yang tidak pernah berubah adalah berkat terbesar bagi umat-Nya. Renungkanlah: Belajar tidak melupakan kesetiaan Allah adalah disiplin untuk mencegah kita berlaku tidak setia kepada-Nya. |
| (0.10975010666667) | (Ul 33:13) |
(sh: Kebahagiaanku (Rabu, 21 Juli 2004)) KebahagiaankuKebahagiaanku. Di zaman yang materialistis, manusia mengejar kelimpahan materi karena adanya asumsi bahwa kelimpahan tersebut menentukan kebahagiaan hidup seseorang. Sebaliknya tanpa kecukupan secara materi maka kebahagiaan tidak mungkin diraih. Benarkah kecukupan materi menjadi sumber kebahagiaan yang sejati? Mari kita bersama mencermati apa yang diungkapkan bagian ini mengenai kebahagiaan (ayat 26-29). Melanjutkan perikop sebelumnya, Musa memberkati suku-suku lainnya (ayat 13-25). Penutup dari berkat-berkat ini ditujukan kepada bangsa Israel keseluruhan (ayat 26-29). Pada bagian penutup ini, Musa menyebut bangsa Israel berbahagia. Ia menjelaskan alasan bangsa Israel berbahagia serta apa arti kebahagiaan itu. Pertama, Musa abdi Allah itu menyebut mereka dengan sebutan "Yesyurun" yang berarti bangsa yang benar. Dengan demikian bangsa Israel adalah orang-orang yang dibenarkan, bukan hanya benar di hadapan manusia tapi terutama di hadapan Allah. Kedua, mereka memiliki Allah yang tiada duanya. Allah Israel adalah Allah yang hidup, tidak seperti ilah-ilah yang disembah oleh bangsa lain yang ada di sekitar mereka. Dia juga Allah yang kehadiran-Nya nyata di tengah-tengah bangsa Israel sebagai penolong dan tempat perlindungan yang abadi terhadap musuh-musuh di sekeliling mereka (ayat 26-27). Ketiga, yang paling membahagiakan adalah bahwa di atas muka bumi ini tidak ada bangsa seperti bangsa Israel, suatu bangsa yang dipilih oleh Tuhan untuk menjadi saluran datangnya keselamatan bagi dunia ini (ayat 29). Dengan demikian kita belajar bahwa kebahagiaan tidak hanya bergantung kepada materi atau hal-hal fisik saja, melainkan pada kehadiran Allah dalam hidup ini. Bagaimanakah Anda memberi arti bagi "kebahagiaan" dalam hidup Anda? Apakah yang menjadi tolok ukur dalam menyebut Anda berbahagia? Berdasarkan uraian di atas dapatkah Anda mengukur kebahagiaan hidup Anda saat ini? Renungkan: Sudahkah Anda memiliki harta yang terindah dan tidak ternilai yaitu Allah sendiri? |
| (0.10975010666667) | (1Sam 5:1) |
(sh: Tangan Allah (Minggu, 3 Agustus 2003)) Tangan AllahTangan Allah. Tulisan-tulisan PL sering menggambarkan Allah secara antropomorfis, "seperti manusia", untuk mempermudah penceritaan tindakan dan sifat Allah yang sulit untuk dijelaskan dengan kata- kata. Pada nas ini, Allah dinyatakan sebagai bertangan, dan tangan-Nya itu sangat ditakuti, termasuk oleh orang Filistin. Sebelumnya mereka telah mengakui riwayat kedahsyatan tangan Tuhan di Mesir (ayat 4:8). Kini mereka akan mendapatkan penegasan tentang kedahsyatan "tangan" Allah kepada mereka (ayat 6,9). Tulah Mesir yang mereka takutkan itu, kini mereka alami. Seorang penafsir menyatakan bahwa motivasi orang Filistin menaruh tabut Allah di kuil Dagon adalah untuk menghormati "dewanya Israel", yang walaupun kalah dari kekuatan dewa-dewa mereka, tetap saja ilahi. Ternyata, Tamu Khusus dari Israel ini justru berlaku "tidak hormat", sampai dua kali (ayat 3-4)! Pemenggalan kepala (dan tangan, ay. 4) adalah sesuatu yang wajar dalam peperangan (bdk. Daud vs. Goliat, 17:51). Ini (ayat 4) bermakna bahwa dalam pertempuran boleh saja Filistin mengalahkan Israel, tetapi Allahlah yang berjaya atas Dagon yang tersungkur, tanpa pertempuran! Tidak hanya itu, kesia-siaan dewa-dewi Filistin dipertegas dengan tulah kepada kota-kota yang disinggahi tabut Allah itu (ayat 6-12). Tidak ada dewa yang menolong. Bahkan, mereka akan mengembalikan tabut itu ke Israel (ayat 11). Allah tetap berkuasa dengan dahsyat, walau umat-Nya terpuruk dalam dosa dan kekalahan. Renungkan: Bersyukurlah bahwa tangan yang dahsyat itu adalah juga tangan yang terulur dalam kasih melalui Yesus Kristus, Tuhan kita.
II Samuel7:18-22; Roma 8:18-25; Matius 13:24-35; Mazmur 86:11-17 Lagu KJ 8 |
| (0.10975010666667) | (1Sam 9:17) |
(sh: Penampilan Pemimpin (Minggu, 30 November 1997)) Penampilan PemimpinPenampilan Pemimpin Penyambutan Samuel. Samuel tahu bahwa Saul adalah orang yang akan menggantikannya. Tetapi tidak ada sedikitpun rasa cemburu dan iri hati padanya. Ia menyambut Saul dengan hangat. Ia memberikan tempat terhormat kepada Saul dalam suatu perjamuan (ayat 22) dengan hidangan terbaik (ayat 24). Ia juga menyediakan waktu untuk berbincang-bincang (ayat 25). Mungkin malam itu Samuel menceritakan latar belakang permintaan rakyat Israel akan seorang raja. Sangat mungkin pula ia membimbing Saul secara spiritual. Dalam peralihan kepemimpinan sering terjadi kecemburuan, ketegangan. Warisan yang diberikan seringkali bukan hal positif yang mendukung dan menyiapkan sang pengganti. Sebaliknya seorang pemimpin sering mewariskan banyak masalah, tumpukan hutang yang harus diselesaikan penggantinya, bahkan tidak jarang ada pemimpin yang menjelek-jelekkan penggantinya. Inti semuanya itu ialah, dirinya saja yang paling baik. Renungkan: Bila kepemimpinan tidak diemban dalam semangat pelayanan bagi Tuhan dan bagi sesama, kepemimpinan itu akan dijangkiti dosa kultus individu. Doa: Tolong kami meninggikan Tuhan saja dalam segala keberhasilan kami |
| (0.10975010666667) | (1Sam 17:1) |
(sh: Ketika Daud vs. Goliat masih Daud vs. Goliat (Selasa, 5 Agustus 2003)) Ketika Daud vs. Goliat masih Daud vs. GoliatKetika Daud vs. Goliat masih Daud vs. Goliat.
Maksudnya, ketika Daud vs. Goliat masih berarti remaja gembala
ingusan Israel tanpa pengalaman tempur sama sekali, hanya
sesekali mengantar ransum roti dan keju (ayat 17-19) kepada
kakak-kakaknya yang serdadu, versus Goliat, tinggi: 288 cm,
pekerjaan: serdadu dan pendekar profesional TNKF (Tentara
Nasional Konfederasi Filistin). Lupakan dulu cerita sekolah
minggu yang penuh kejayaan Daud itu. Hayati nas hingga Anda
gentar, segentar jika Anda berhadapan langsung dengan tank
raksasa Amerika bila Anda serdadu Irak. Narasi dari 1-25
berturut-turut memberikan gambaran seperti apakah Goliat (ayat Respons Israel sebenarnya adalah respons yang sebenarnya rasional dan manusiawi berdasarkan apa yang mereka ketahui di atas. Sayang ada satu hal yang tidak mereka ingat: Allah. Ketakutan dan kecemasan mereka yang amat sangat (ayat 11, 27) membuktikan bahwa Israel lebih "percaya" kepada mata tombak seberat 60-an kg dan badan raksasa ketimbang kuasa Allah. Sayang juga bahwa yang mengingatkan mereka justru adalah seorang remaja gembala bernama Daud. Daudlah yang pertama kali menyadari kebenaran ini; ketika Goliat mencemooh orang Israel, ia sebenarnya mencemooh Allah Israel (bdk. 25 dan 26). Tidak hanya sadar, Daud pun juga dipenuhi keyakinan bahwa Goliat tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Allah (ayat 26, "siapakah..."). Iman Daud (bdk. Ibr. 11:32) menjadikannya contoh nyata kedahsyatan kuasa Allah yang memakai orang yang percaya kepada-Nya. Renungkan: Ingat selalu akan Allah, bahkan ketika keadaan menjadi sulit dan kelihatannya tidak mungkin bagi kita untuk bersikap sebagai umat- Nya! Kekuatan kita adalah Allah sendiri (Mzm. 46:2). |
| (0.10975010666667) | (1Sam 17:40) |
(sh: Keluguan iman. (Minggu, 14 Desember 1997)) Keluguan iman.Keluguan iman. Maju dalam nama siapa? Sekilas membaca penuturan kisah ini sudah terbaca oleh kita bahwa konflik yang harus dihadapi Daud (baca Israel) melawan Goliat (baca Filistin) sangat tidak imbang. Dalam situasi demikian jelaslah bahwa konflik atau perkelahian itu bukan lagi terjadi di dalam lingkup fisik tetapi di dalam lingkup jiwani dan rohani. Goliat pun sebenarnya adalah bom perang syaraf yang dilemparkan orang Filistin terhadap Israel. Sosok tubuhnya dan sesumbarnya adalah senjata yang efektif mencabut nyali Israel. Daud tahu benar apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama Tuhan semesta alam, Allah segala barisan Israel (ayat 45). Karena itu Daud maju dengan senjata rohani, dengan iman. Akibatnya luar biasa. Tuhan melakukan hal yang di luar perhitungan. Daud menang. Kemenangan iman, kemenangan Tuhan! Renungkan: Untuk tujuan apa sebenarnya Kristus datang ke dunia ini dan mati disalib? Doa: Bimbinglah aku menjalani proses pembentukan yang membuatku makin mengenal diriMu, makin teguh iman, agar realitaMu nyata dalam hidupku. |
| (0.10975010666667) | (1Sam 27:1) |
(sh: Usaha Manusia (Minggu, 08 Februari 1998)) Usaha ManusiaUsaha Manusia Tak disia-siakan. Di satu pihak keputusan Daud merupakan kesempatan emas bagi Raja Akhis untuk mengubah status dari musuh yang disegani menjadi sahabat sejati. Namun di pihak lain, ini tidak mudah, sebab bagaimanapun juga Daud tetap pahlawan sejati yang tidak mungkin mengkhianati bangsanya sendiri. Akibat tindakan gegabah ini, Daud berada pada posisi serba salah. Andalkanlah Allah. Dari peristiwa Daud ini kita belajar, bahwa di luar Allah, kemampuan akal dan kesuksesan kuasa yang kita peroleh tidak mampu membebaskan kita dari permasalahan. Peranan Allah dalam kehidupan kita besar pengaruhnya. Selain mampu mengubah gerak hidup, kuasa-Nya juga mampu membangkitkan semangat dan meningkatkan mutu kehidupan kita. Kuasa Allah bukan isapan jempol. Kuasa Allah itu nyata dan akan terus berkarya. Renungkan: Bila lupa bahwa kesuksesan dan kemampuan akal yang kita miliki adalah anugerah Tuhan, kita dapat dibuat lengah dan jatuh. Doa: Ya Tuhan, ampuni kami yang berlebihan memperlakukan akal dan kesuksesan kami. |
| (0.10975010666667) | (2Sam 12:15) |
(sh: Hidup dalam tanggung jawab (Sabtu, 16 Agustus 2003)) Hidup dalam tanggung jawabHidup dalam tanggung jawab. Semua orang memiliki masa lalu, sebagian bahagia, sebagian kelam. Daud pun demikian. Ia baru saja melakukan dosa yang keji: mengingini isteri sesama, perzinahan, pembunuhan. Allah menghukum dia dengan menulahi anak yang ada dalam rahim Batsyeba. Daud pun memberanikan diri berpuasa dan berdoa berhari-hari untuk memohon kesembuhan anaknya. Dalam kedudukannya yang tinggi, Daud merendahkan diri sampai ke debu di hadapan Allah yang dikasihinya. Permohonan Daud tak dikabulkan oleh Allah. Keputusan Allah bahwa anak Daud harus mati, tidak dapat diubahkan, dan itu pasti terjadi. Mengetahui kenyataan tersebut, sebelum para pegawainya memberitahukan dia, Daud bangkit dari tanah dan memulai hidupnya kembali. Ia sadar akan segala konsekuensi terhadap segala dosa yang telah dilakukannya. Semua orang tercengang melihat sikap Daud. Penjelasan Daud membuat kita memahami bahwa ia meninggalkan masa lalunya untuk hidup dalam kekinian dan menyongsong masa depan dengan penuh tanggung jawab (ayat 23). Daud sudah sepenuhnya hidup dalam kekinian. Hal ini bisa kita perhatikan bukan hanya dari sikapnya di atas, namun juga dari kemampuannya untuk menghibur Batsyeba, yang sekarang sudah dianggap sebagai istrinya (ayat 24). Di sana juga kita perhatikan bahwa Daud dipulihkan dengan kelahiran Salomo (dari kata shalom, "damai"). Kisah Daud dan Batsyeba merupakan kisah penghukuman dan penghakiman, namun di tengah-tengahnya kasih Allah dinyatakan, dan Daud menerimanya dengan penuh syukur. Kekinian Daud terakhir dinyatakan dengan majunya ia berperang, mengambil alih posisi Yoab dan menaklukkan Amon. Daud sudah memulai hidup yang baru! Renungkan: Masa lalu yang gelap tak dapat menghalangi kasih Allah yang tetap. Dalam anugerah Kristus, jalanilah hidup hari ini dengan tegap dan sigap -- matahari telah bersinar lagi! |
| (0.10975010666667) | (1Raj 3:1) |
(sh: Bukti Kasih Salomo (Selasa, 27 Juli 2004)) Bukti Kasih SalomoBukti Kasih Salomo. NATO (North Atlantic Territory Organization; Organisasi Pertahanan Atlantik Utara) sering dipelesetkan menjadi No Action Talk Only (banyak bicara tanpa berbuat). Banyak orang hanya bisa berbicara dan berteori tanpa bisa melakukannya. Apakah Salomo seorang raja yang NATO? Alkitab mencatat bahwa Salomo mengasihi TUHAN dengan sungguh-sungguh. Hal itu dibuktikannya dengan hidup menurut ketetapan-ketetapan Daud, ayahnya (ayat 3). Ia mempersembahkan korban bakaran kepada TUHAN, sebagai wujud kasihnya itu. Korban-korban bakaran itu adalah pernyataan ibadah, ucapan syukur, dan persekutuan Salomo kepada TUHAN. Ini adalah bukti pertama Salomo mengasihi TUHAN sungguh-sungguh. Bukti kedua Salomo mengasihi TUHAN, dapat kita lihat dari permohonannya dalam doa (ayat 6-9). TUHAN mengaruniakan Salomo satu permintaan, dan Salomo memanfaatkannya. Satu permintaan Salomo adalah memohonkan hikmat supaya bisa memerintah dengan baik dan demi kebaikan rakyatnya. Salomo tidak meminta kekayaan, kekuasaan, umur panjang, dll. Ini menunjukkan bahwa Salomo tidak mementingkan diri sendiri, tetapi peduli kepada rakyatnya yang begitu banyak. Dengan hikmat dari TUHAN, Salomo mensejahterakan umat Tuhan. Salomo mengasihi umat TUHAN karena Salomo mengasihi TUHAN! Bukti kedua ini diteguhkan dengan konfirmasi dari TUHAN sendiri (ayat 10-14). Salomo membuktikan diri bukan raja yang NATO. Salomo mengasihi Tuhan bukan sekadar melalui kata-kata tetapi dengan tindakan konkret. Apakah kita mengasihi Tuhan? Apa bukti nyata kita mengasihi Tuhan? Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita menaati firman-Nya, dan setia beribadah kepada-Nya. Kalau kita mengasihi Tuhan, pasti kita juga mengasihi sesama kita, dan kita akan meminta hal-hal yang terbaik bukan untuk diri sendiri melainkan untuk orang lain. Renungkan: Apakah buktinya kita mengasihi Tuhan. Apakah hidup kita sudah sesuai dengan kehendak-Nya? Apakah hidup kita sudah menjadi berkat untuk sesama kita? |
| (0.10975010666667) | (1Raj 5:1) |
(sh: Waktunya Allah (Jumat, 30 Juli 2004)) Waktunya AllahWaktunya Allah. Sebuah proyek yang hendak diwujudkan memerlukan persiapan yang tepat dan perlu memperhitungkan waktu, bahan, tenaga dan dana serta hal-hal lain yang diperlukan secara cermat untuk menyukseskan proyek tersebut. Ketika Salomo telah diurapi menjadi raja menggantikan ayahnya, dan Allah telah mengaruniakan keamanan kepada negerinya, maka Salomo ingin mendirikan Bait Allah. Allah pernah berjanji kepada Daud bahwa Salomolah yang akan membangun Bait Allah. Salomo mengirim utusan kepada Hiram, raja Tirus yang bersahabat dengan ayahnya, Daud (ayat 1-4). Dengan hikmat dari Allah, Salomo menjalin komunikasi yang baik dalam menyampaikan keinginannya kepada Hiram, raja Tirus untuk membangun Bait Allah. Sebagai hasilnya, Hiram memberikan dukungan dengan mengirimkan kayu Sanobar untuk proyek mendirikan Bait Allah (ayat 7-10). Bukan hanya kayu yang disediakan oleh Hiram, tetapi ia juga menyediakan batu untuk dipahat bagi pembangunan tersebut. Apakah yang dapat kita pelajari dari persiapan Salomo dalam mendirikan Bait Allah? Pertama, Salomo dengan hikmat mengatur semua persiapan pembangunan Bait Allah dengan baik. Kedua, Salomo menggunakan bantuan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat diupayakannya sendiri. Ketiga, Salomo mengetahui bahwa waktu pembangunan Bait Allah sudah tiba. Persiapan secara tepat sangat diperlukan untuk pembangunan Bait Allah. Namun di samping persiapan yang dilakukan, diperlukan juga kepekaan untuk mengetahui apakah saat ini merupakan "waktunya Allah" untuk membangun Bait Allah. Salomo memiliki kepekaan untuk mengetahui bahwa keamanan yang dikaruniakan Allah merupakan tanda "waktunya Allah" untuk mempersiapkan pembangunan Bait Suci. Renungkan: Orang Kristen perlu memiliki kepekaan dalam melihat waktu Tuhan, bukan saja dalam pembangunan rumah Allah (gereja), tetapi dalam segala aspek hidup. Melakukan sesuatu dalam "waktunya Allah" menghasilkan keberhasilan. |


