Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 80 dari 88 ayat untuk (89-7) Sebab AND book:42 (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.77) (Luk 2:21) (sh: Yesus, Persembahan Sulung bagi Allah (Selasa, 30 Desember 2003))
Yesus, Persembahan Sulung bagi Allah

Sebagaimana keluarga Yahudi lainnya, keluarga Yusuf pun melakukan peraturan tersebut dalam diri Yesus. Ia disunat dan diberi nama Yesus—sesuai dengan nama yang ditetapkan oleh malaikan Tuhan— pada usia delapan hari, lalu ditahirkan. Menurut peraturan Taurat, Yesus harus dibawa ke Yerusalem untuk ditahirkan dan diserahkan kepada Tuhan dalam persembahan anak sulung. Semua peraturan itu selain baik dan berguna untuk kebaikan umat Israel sendiri, juga merupakan bagian dari pengakuan mereka sebagai umat perjanjian, milik Allah sendiri.

Peraturan sunat. Peraturan ini merupakan tanda terhisabnya seseorang ke dalam komunitas Israel. Sunat adalah respons umat terhadap ikatan perjanjian Allah dengan Israel (Kej. 17). Peraturan persembahan anak sulung adalah peraturan yang berlatarbelakang peristiwa keluarnya Israel dari Mesir. Menurut catatan Kitab Keluaran, waktu tulah terakhir, semua anak sulung orang Mesir dibinasakan, tetapi anak-anak sulung Israel mengalami keluputan. Oleh sebab itu Allah mengklaim semua anak sulung Israel adalah milik-Nya (Kel. 13:11-16).

Yesus Kristus diutus Allah ke dalam dunia, menjadi manusia untuk menggantikan sekaligus menyelamatkan manusia berdosa dari hukuman. Sebagai orang Yahudi kebanyakan, Yesus pun menaati tuntutan Taurat: disunat, dan dipersembahkan sebagai anak sulung kepada Tuhan. Akan tetapi, Dia juga adalah anak Sulung Bapa, menjadi manusia, lalu dipersembahkan sebagai anak sulung manusia. Semua itu rela dijalani-Nya supaya Dia dapat mengambil bagian dalam kutukan keberdosaan manusia, dan agar manusia lainnya diluputkan dari kutukan itu.

Renungkan: Bila Putra tunggal Allah rela dipersembahkan sebagai putra sulung Maria dan Yusuf sebagai Penggenap rencana Allah bagi dunia (kita), apakah kita juga rela melakukannya bagi Allah?

(0.77) (Luk 6:1) (sh: Sabat untuk manusia (Kamis, 15 Januari 2004))
Sabat untuk manusia

Banyak orang yang sangat terikat kepada tahayul. Salah satunya mengenai hari. Misal, pada hari tertentu, seseorang tidak boleh mengenakan pakaian warna tertentu, berbahaya. Kalau dilanggar bisa terkena bencana.

Orang-orang Farisi dan para ahli Taurat juga terikat kepada aturan Sabat. Mereka percaya bahwa aturan Sabat adalah segala-galanya. Keyakinan ini didasarkan pada peraturan Taurat di Perjanjian Lama yang mengatur kehidupan umat Israel dimana Sabat dijadikan hari peristirahatan dan hari ibadah mereka kepada Allah. Namun dalam perkembangan selanjutnya, pemimpin-pemimpin agama Yahudi ini menjadikan hari Sabat sekadar peraturan yang harus ditaati tanpa tujuan dan makna yang jelas.

Yesus tidak menentang peraturan hari Sabat. Namun, Yesus menegaskan bahwa hari Sabat itu diberikan Allah kepada manusia untuk kebutuhan manusia yaitu kebutuhan untuk beristirahat, untuk beribadah, dan untuk bersekutu dengan Allah. Itulah inti hari Sabat. Itu sebabnya, ketika para murid lapar pada hari Sabat, mereka menggisar gandum supaya bisa memakan bulir-bulirnya (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1). Mereka tidak melanggar hari Sabat karena yang mereka lakukan adalah untuk memenuhi kebutuhan mereka saat itu. Contoh masa lampaunya adalah Daud dan pengikutnya yang makan dari roti sajian. Itu juga sebabnya mengapa Yesus menyembuhkan orang yang mati tangan kanannya pada hari Sabat, karena Sabat untuk manusia, dan di situ ada manusia yang memerlukan pertolongan (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">9-10).

Dasar lain adalah ‘Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat’ (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">5). Jadi, bukan peraturan itu sendiri yang mengikat mati, tetapi Tuhan yang menciptakan Sabatlah yang menjadi patokannya. Oleh sebab Tuhan sang empunya Sabat berbuat baik pada hari Sabat, maka ‘karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat’ (Mat. 12:12b).

Renungkan: Semua hari Tuhan ciptakan untuk kebaikan kita. Hari Minggu Tuhan ciptakan agar kita memuliakan dan menikmati Dia!

(0.77) (Luk 6:37) (sh: Siapa yang pantas menghakimi? (Senin, 19 Januari 2004))
Siapa yang pantas menghakimi?

Salah satu pandangan pasca modern berpendapat bahwa kebenaran bersifat relatif, lokal, dan diikat oleh kebudayaan tertentu. Jadi, kalau ada orang yang mengabarkan akan kebenaran yang diyakininya, sanggahan yang akan diberikan kepada orang Kristen tersebut adalah bukan apa buktinya Injil Kristen itu menyelamatkan, melainkan apa hak orang Kristen mengklaim bahwa Injil itu adalah kebenaran satu-satunya. Menurut pandangan ini tidak seorangpun berhak mengklaim bahwa pandangannyalah yang paling benar karena dengan demikian ia telah menghakimi orang lain.

Ada satu Kebenaran yang mutlak, dan berlaku universal yaitu Kebenaran yang diwahyukan Tuhan sendiri. Jadi, Tuhan sumber Kebenaran berhak menghakimi orang-orang yang menolak kebenaran-Nya atau yang merelatifkan Kebenaran itu.

Teks kita juga membicarakan mengenai siapa yang berhak menghakimi seseorang benar atau tidak (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">37-38). Akan tetapi, pembahasannya sangat berbeda dari pandangan pasca modern. Jelas yang berhak menghakimi adalah Tuhan, sumber Kebenaran. Sedangkan kita, anak-anak-Nya, walaupun sudah hidup dibenarkan, tetap bukan sumber Kebenaran. Kita juga belum sempurna dalam menaati dan melakukan kebenaran. Oleh sebab itu kita tidak berhak menilai dan menghakimi orang lain akan sikap mereka terhadap Kebenaran.

Ada dua bahaya mengancam orang yang suka menghakimi orang lain. Pertama, mereka menjadikan diri mereka Allah atas orang lain. Kedua, mereka buta terhadap kelemahan diri karena terlalu berfokus kepada kesalahan orang lain. Pada akhirnya, karena mereka adalah orang buta yang mencoba menuntun orang buta lainnya, mereka terjatuh ke dalam lubang (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">39).

Renungkan: Dia yang menciptakan semua manusia dan yang adalah sumber Kebenaran adalah yang berhak menghakimi semua manusia. Siapakah kita yang berani-beraninya menghakimi sesama kita?

(0.77) (Luk 7:24) (sh: Penolakan, sekali lagi penolakan (Jumat, 23 Januari 2004))
Penolakan, sekali lagi penolakan

Penolakan terhadap seseorang kerapkali terjadi dalam realita kehidupan kita. Penolakan terjadi karena sikap atau karakter dari orang tersebut. Namun, sangatlah janggal kalau kehadiran yang menjadi utusan Allah ditolak oleh manusia. Siapakah yang ditolak oleh manusia di bumi ini?

Yohanes sebagai nabi terbesar sebelum Kristus, adalah pelopor tentang kedatangan Mesias dalam dunia. Sebagai pelopor, Yohanes pembaptis memiliki tugas untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan. Melalui sikapnya yang tegas dan kata-katanya yang keras di sungai Yordan, banyak orang yang bertobat dan dibaptis. Orang-orang tersebut ada yang berasal dari kelompok pemungut cukai (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">29).

Kehadiran Yohanes pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan, mendapat kecaman dan penolakan dari orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka mengatakan, Yohanes sebagai seorang pertapa yang makan belalang dan madu hutan, adalah orang yang kerasukan setan (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">33).

Kehadiran Yesus pun tidak luput dari cemoohan dan penolakan. Padahal, Yesus melakukan hal yang sebaliknya dari Yohanes. Yesus yang adalah Mesias, yang datang untuk menyelamatkan orang yang hilang, dicela karena makan dan minum serta bersahabat dengan pemungut cukai dan orang berdosa. Oleh sebab itu orang Farisi dan Ahli Taurat menamakan Yesus pelahap dan peminum (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">34). Sebutan ini merupakan sebutan bagi anak yang durhaka, yang menurut hukum Musa, harus dilempari batu sampai mati (Ul 21:20-21).

Yesus memberikan ilustrasi mengenai penolakan ini melalui perumpamaan di ayat 32. Intinya adalah, utusan Tuhan datang tetapi mereka tidak menanggapi dengan baik bahkan mencela dan menolak.

Renungkan: Kita harus mendoakan orang-orang yang telah berkeras hati menolak Yesus sebagai Mesias dalam kehidupan mereka sebelum waktunya habis!

(0.77) (Luk 8:1) (sh: Kasih yang dialami dan dinyatakan (Sabtu, 15 Januari 2000))
Kasih yang dialami dan dinyatakan

Dalam tradisi Perjanjian Lama, -- bagi orang-orang Yahudi -- status dan kedudukan wanita berada di bawah kedudukan pria. Wanita adalah golongan masyarakat kelas dua, sebab tempat dan peran utama dipegang oleh pria. Tapi dalam perkembangan selanjutnya tradisi ini tidak lagi mutlak. Alkitab memaparkan tentang peran penting kaum wanita dalam keluarga, masyarakat, dan sejarah keselamatan. Meskipun demikian masih ada yang tetap berpegang pada tradisi ini hingga zaman Perjanjian Baru. Kaum Wanita tidak memiliki peluang untuk berkarya. Dalam perikop hari ini kita bertemu dengan beberapa wanita yang dilibatkan Yesus dalam pekerjaan-Nya. Yesus tidak pernah membedakan pria dan wanita, keduanya menjadi fokus pelayanan dalam misi keselamatan-Nya.

Dilibatkannya para wanita dalam misi pelayanan Yesus di beberapa desa dan kota kita belajar dua hal. Pertama, Yesus menepis anggapan yang mengatakan bahwa tidak ada kesempatan bagi kaum wanita untuk berkarya. Kedua, Yesus ingin menunjukkan bahwa wanita-wanita itu yang telah mengalami sentuhan kasih Yesus dan diselamatkan, akan mewujudkan kasih yang nyata dalam kehidupannnya yang baru. Sentuhan kasih dan keselamatan inilah yang telah mengubah mereka. Ungkapan syukur atas kasih dan keselamatan dari Allah itu mereka aplikasikan dalam wujud saling melayani. Setiap orang yang telah mengalami sentuhan kasih Allah dan diselamatkan pasti mengalami perubahan. Perubahan itu akan mendorong setiap orang yang telah merasakan dan mengalami kasih tak terselami dalam Kristus, untuk menyatakan kepada siapa pun yang ditemuinya betapa dalamnya kasih Kristus. Kerinduannya yang amat dalam membuat orang lain pun mengalami kasih Kristus.

Renungkan: Keselamatan yang Yesus anugerahkan kepada para wanita itu telah menghasilkan suatu perubahan dan menumbuhkan keyakinan iman yang luar biasa. Keyakinan akan keselamatan itu jugalah yang membawa diri mereka terlibat dalam pelayan Yesus. Kasih dan anugerah keselamatan dari Yesus, seharusnyalah membuat Kristen menyatakan perubahan dari hari ke hari dan makin mengleuarkan buah roh dalam setiap perkataan, pikiran, dan perbuatannya, serta mewujudkan anugerah keselamatan itu dengan terlibat serta dalam mendukung pelayanan Gereja dan masyarakat.

(0.77) (Luk 8:16) (sh: Mendengar, berakar, dan berbuah (Senin, 17 Januari 2000))
Mendengar, berakar, dan berbuah

Setiap Kristen yang menyambut dengan kesungguhan hati, menaati, dan memberlakukan kebenaran firman Tuhan dalam hidupnya menunjukkan dua hal. Pertama, orang tersebut telah mengalami pembaharuan total dari Tuhan Yesus. Kedua, kebenaran yang telah tertanam dalam dirinya akan berakar, bertumbuh dan menghasilkan buah. Konsekuensi Kristen yang telah mengalami kedua hal ini ialah buah kebenaran karena perubahan hidupnya secara total itu pula ia juga dapat mempengaruhi kehidupan orang lain.

Untuk menjelaskan ini, Yesus mengibaratkan buah kebenaran itu dengan pelita yang menyala. Mengapa pelita? Sesuai sifat dan fungsinya, maka cahaya dari pelita yang menyala itu akan menerangi lingkungan tempatnya berada. Artinya, cahaya itu tidak hanya telah mengubah gelap menjadi terang, yang tak nampak menjadi nampak, tetapi juga menelanjangi keburukkan setiap orang yang hidup dalam kegelapan. Inilah keadaan yang harus dinyatakan dan diubahkan. Dan ini pulalah tugas Kristen di mana pun ia berada. Lingkungan masyarakat, saudara dan teman harus merasakan pengaruh yang mengubahkan dan mendatangkan kebaikan.

Tidak semua Kristen yang tingkah dan gaya hidupnya memancarkan terang di lingkungan tempatnya berada. Bahkan banyak Kristen yang sudah mendengar kebenaran firman Tuhan, tetapi tidak mau melakukannya, seperti saudara-saudara Yesus. Mereka beranggapan bahwa pengajaran-pengajaran Yesus itu bukan untuk mereka tetapi untuk umat. Anggapan ini didasarkan pada kedekatan hubungan dengan Yesus. Tetapi Yesus sendiri mengecam anggapan itu, sebab menurut Dia hanya orang-orang yang mendengar dan melakukan firman Tuhan dalam hidup yang menjadi saudara-saudara-Nya. banyak Kristen merasa telah mengenal Yesus Kristus hanya dengan mengaku dan mendengarkan firman Tuhan. Akan tetapi percaya itu tidak direalisasikan dalam hidup dan dirasakan oleh orang lain secara nyata, akan menjadi sia-sia.

Renungkan: Bila Kristen hanya mendengar firman tetapi tidak melakukan ia akan cenderung menutupi dan mungkin menyangkali imannya, saat berada di tengah-tengah mereka yang tidak seiman. Sebenarnya sikap demikian tidak mungkin terjadi bila Kristen memiliki keyakinan iman yang hidup.

(0.77) (Luk 8:16) (sh: Pendengar firman Allah (Senin, 26 Januari 2004))
Pendengar firman Allah

Perubahan dari kehidupan berdosa ke kehidupan benar dalam diri seorang Kristen dihasilkan oleh penghayatannya akan firman Allah yang ia dengar atau baca. Perubahan itu berdampak secara vertikal pada pulihnya hubungan pribadinya dengan Tuhan, dan secara horizontal dengan sesamanya. Yesus menjelaskan pola hidup Kristen yang telah mengalami pembenaran Allah di lingkungannya dengan dua cara.

Pertama, melalui perumpamaan (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">16-18). Yesus mengumpamakan firman Allah dengan pelita. Ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">16 berbicara bagaimana cara orang memperlakukan firman Allah. Orang yang memperlakukan firman Allah dengan benar akan membawa pengaruh pada semua orang yang berjumpa dengannya. Mereka akan menerima terang firman Allah yang diwartakannya. Yesus juga menghubungkan cara memperlakukan firman Allah dengan mendengar. Yesus meminta perhatian kita untuk mendengar firman Allah dengan benar, serius dan terus menerus. Firman Allah yang kita dengar itu, seharusnya teraplikasi melalui sikap dan perbuatan kita. Dengan sikap demikian itu berarti kita mempersilakan orang lain menyaksikan bagaimana hidup yang seturut dengan firman Allah.

Kedua, dengan penjelasan langsung (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">19-21). Tuhan menginginkan umat-Nya menjadi pendengar sekaligus pelaku firman Allah. Jawaban Yesus di ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">21 tidak dapat diartikan bahwa Dia mengesampingkan hubungan kekeluargaan secara lahiriah, sebab dalam hal ini Yesus memfokuskan pembicaraan dalam konteks otoritas firman Allah dalam keluarga Allah. Soal ibu dan saudara-saudara-Nya yang ingin bertemu, hanyalah soal bagaimana cara bertemunya. Tetapi soal siapa ibu dan saudara-saudara-Nya adalah soal relasi dengan Allah Bapa. Relasi yang benar dengan Allah Bapa ditunjukkan dengan kesediaan mendengar dan melakukan firman-Nya.

Renungkan: Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan (Ams. 13:13).

(0.77) (Luk 8:22) (sh: Jangan takut! (Selasa, 27 Januari 2004))
Jangan takut!

Kami sekeluarga pernah menyewa perahu nelayan ke Pulau Seribu untuk memancing. Sore harinya, kami bermaksud kembali ke Jakarta. Saat itu langit mendung, tidak lama kemudian hujan lebat pun turun dan gelombang silih berganti menerpa perahu yang kami tumpangi. Saat itu kami ketakutan karena merasa tidak berdaya menghadapi kekuatan alam yang menakutkan itu.

Bacaan kali ini, menceritakan kepada kita tentang Yesus yang sedang bersama murid-murid-Nya dalam sebuah perahu menuju Gerasa, dan Ia lalu tertidur. Tiba-tiba danau yang tenang bergolak karena angin taufan. Kita dapat membayangkan bagaimana takutnya para murid Yesus menghadapi angin taufan yang datang tiba-tiba dan dengan sikap panik mereka membangunkan Yesus. Mereka takut binasa! Sikap para murid ini berbeda dengan sikap Yesus yang tetap tidur dengan tenang. Mengapa Yesus tetap tenang dan menikmati istirahat-Nya?

Hanya ada satu sebab yang membuat-Nya bersikap demikian, yaitu karena Ia adalah Tuhan atas alam semesta. Hanya dengan menghardik saja taufanpun reda dan danaupun tenang kembali (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">24b). Luar biasa! Situasipun berubah dari takut yang satu ke takut yang lain. Semula takut binasa kemudian takut kepada sang Guru (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">25). Jelas sekarang, bukan murid-murid yang seolah menyadarkan Yesus, tetapi sebaliknya Yesuslah yang menyadarkan murid-murid untuk percaya kepada Yesus bukan hanya sebagai Guru, yang mengajarkan norma-norma spiritualitas tetapi percaya kepada Yesus sebagai Tuhan yang berkuasa atas alam semesta.

Yesus menuntut murid-murid-Nya untuk tidak sekadar mengikut kemana Yesus mengajak mereka pergi. Ia menuntut agar murid-murid-Nya tahu siapa pribadi yang mereka ikuti itu dan percaya sepenuhnya kepada-Nya dalam situasi apapun

Renungkan: Jangan takut bila bersama Yesus, sekalipun maut mengadang di depan.

(0.77) (Luk 8:26) (sh: Bebas dari belenggu setan (Rabu, 28 Januari 2004))
Bebas dari belenggu setan

Ada berbagai macam manifestasi orang dibelenggu setan, simak saja acara-acara misteri alam gaib televisi Anda. Ada yang berbicara dengan suara orang lain, ada yang sakit tanpa sebab medis, dan sederetan contoh lainnya. Tontonan semacam ini bukan hal baru yang terjadi di dunia modern ini. Setan sudah bekerja sejak manusia pertama jatuh dalam dosa. Dalam pelayanan Yesus bersama murid-murid-Nya di Gerasa pun, Yesus didatangi seorang laki-laki yang dirasuk setan (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">26-27). Apa yang dilakukan Yesus?

Pertama, Yesus menyelamatkan (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">27b-37). Yesus tidak akan membiarkan orang dalam kondisi dirasuk setan. Belas kasihan-Nya kepada orang yang dirasuk “Legion” nampak ketika Ia memerintahkan roh jahat itu keluar dari orang itu. Setan jelas tahu bahwa Yesus Anak Allah yang Mahatinggi itu lebih berkuasa dari mereka, karena itu wajar bila setan-setan memohon agar jangan menyiksanya dan jangan memerintahnya masuk ke dalam jurang maut. Yesus memperkenankan setan-setan itu masuk ke dalam babi-babi, yang kemudian mati lemas karena terjun ke danau. Tentu saja peristiwa ini menyebabkan Gerasa gempar. Meski telah melihat keajaiban keselamatan pada orang yang dirasuk menjadi waras, banyak orang ketakutan dan Yesus pun melanjutkan perjalanan pelayanan-Nya.

Kedua, Yesus menyuruh bersaksi (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">38-39). Respons orang yang telah dibebaskan dari belenggu setan ditunjukkan dengan kesediaannya mengikut Yesus. Namun, Yesus memberi tanggung jawab yang lebih besar daripada sekadar menyertai-Nya. Orang itu disuruh-Nya menyaksikan perbuatan Allah bukan di tempat lain tetapi di tempat asalnya sendiri. Dengan mengemban tugas mulia, orang itu pun menjadi saksi perbuatan Yesus atas dirinya di seluruh kota Gerasa.

Renungkan: Keindahan hidup bebas dari belenggu setan hanya dapat dinikmati bila berjumpa dengan Yesus Kristus, Sang Juruselamat.

(0.77) (Luk 8:40) (sh: Iman yang tangguh (Kamis, 29 Januari 2004))
Iman yang tangguh

Iman bukan gerakan yang tak terkontrol atau tak disadari, tetapi merupakan kebulatan hati yang terpaut kepada obyek tertentu. Kristen menujukan imannya kepada Yesus Kristus. Perikop kali ini, memperlihatkan kepada kita bagaimana Yesus memberi perhatian khusus kepada orang yang memiliki iman yang tangguh dalam dua kisah.

Pertama, kisah Yairus (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">40-42; 49-56). Sepulangnya Yesus dari Gerasa, Yairus kepala rumah ibadat menghampiri-Nya dan memohon agar Yesus datang ke rumahnya untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sakit hampir mati. Dalam perjalanan ke rumah Yairus, Yesus harus menerobos orang banyak yang berdesakan di sekitar-Nya. Akan tetapi, perjalanan itu diinterupsi oleh seorang perempuan yang ingin disembuhkan Yesus. Lalu, berita datang dari rumah Yairus bahwa anak perempuannya sudah mati. Kelihatannya tidak ada harapan anaknya akan sembuh. Namun perkataan Yesus memberi kekuatan pada iman Yairus (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">50).

Kedua, kisah perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">43-48). Di tengah situasi berdesakan di sekitar Yesus, serta ketergesaan-Nya menuju rumah Yairus, perempuan ini menyelinap untuk menjamah jubah Yesus. Imannya tak percuma, sebab hanya dengan menjamah jubah-Nya saja perempuan itu sembuh. Perempuan itu sembuh bukan karena jubah Yesus, tetapi karena kuasa Yesus dinyatakan kepadanya. Perempuan itu beriman kepada Yesus, sehinga sakit pendarahannya pun sembuh.

Biarpun Yesus sibuk melayani orang banyak yang memerlukan-Nya, tetapi Yesus menyambut Yairus yang beriman kepada-Nya dan bersedia datang ke rumahnya. Ketika sedang berurusan dengan Yairus, Yesus memberi perhatian juga kepada seorang perempuan yang beriman kepada-Nya.

Renungkan: Yesus memberi perhatian besar kepada orang-orang yang memiliki iman yang tangguh.

(0.77) (Luk 9:18) (sh: Pengakuan dari pengenalan yang benar (Minggu, 23 Januari 2000))
Pengakuan dari pengenalan yang benar

Pertanyaan: "Siapakah Yesus?" tak pernah pupus di sepanjang sejarah era-mesianik. Berbagai asumsi orang tentang Yesus muncul dari kalangan rakyat sampai raja Herodes. Yesus perlu mempertegas pengenalan murid-murid tentang siapa Dia. Yesus bertanya: "Siapakah Aku ini?". Bukan menurut pendapat orang banyak tetapi menurut diri mereka sendiri. Petrus menjawab: "Mesias dari Allah".

Beberapa pengenalan akan Yesus dari orang banyak: Yesus dari Nazaret anak tukang kayu Yusuf, Rabi yang mengajarkan Kerajaan Allah, Penyembuh penyakit, dan Pengusir Setan. Maka mereka berpendapat bahwa Yesus mungkin Yohanes Pembaptis atau nabi Elia yang bangkit. Sama sekali tak ada dalam benak mereka bahwa Yesus adalah Mesias Karena gambaran Mesias yang diharapkan bangsa Yahudi adalah raja yang akan menjadi pembebas dari penjajahan bangsa Roma, raja yang agung dan perkasa. Sedang Yesus, sama sekali tidak menampakkan sifat rajawi-Nya. Pengakuan Petrus dan murid-murid tidak perlu disebarluaskan. Hal ini menjaga terjadinya salah paham dari orang-orang Yahudi tentang Kemesiasan Yesus.

Pengakuan ini amat penting. Yesus adalah nama pribadi, sedangkan Mesias (Kristus) adalah gelar-Nya. Mesias berarti yang diurapi untuk menyelamatkan manusia, bukan hanya dari penderitaan jasmani tetapi dari dosa dan maut. Sepanjang hidup-Nya di dunia Yesus tak dikenal sebagai Mesias yang sudah dinantikan berabad-abad. Kemesiasan-Nya menjadi jelas setelah kematian, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke sorga. Namun bagi murid-murid pengenalan ini amat penting. Sebab menjadi pengikut Yesus tanpa memiliki pengenalan pribadi yang jelas akan mudah terpengaruh oleh pendapat dan pandangan orang banyak yang jelas-jelas salah.

Renungkan: Pengakuan Petrus akan Kemesiasan Yesus lahir karena pengenalannya akan Dia. Pengenalan yang benar melahirkan pengakuan yang benar pula.

(0.77) (Luk 10:1) (sh: Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil (Sabtu, 14 Februari 2004))
Semua orang beriman berkehormatan menjadi pewarta Injil

Banyak orang beranggapan bahwa tugas memberitakan kabar baik adalah tugas segolongan orang yang “ahli”. Dalam pengertian bahwa orang-orang tersebut sudah diperlengkapi dengan berbagai pengetahuan dan dididik secara khusus. Buktinya para murid Yesus, yang sebagian besar tidak terpelajar diutus Tuhan untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah.

Tindakan Yesus ini memberikan suatu pelajaran penting buat kita yaitu bahwa: pertama, pelayanan tidak dibatasi hanya untuk kalangan para ahli seperti para pendeta saja, majelis saja, atau segelintir orang saja. Tiap orang yang menjadi pengikut-Nya dipanggil-Nya untuk menjadi utusan-Nya (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1). Kedua, prinsip ini juga membuka mata warga gereja, khususnya para pejabat gereja yaitu bahwa dalam gereja Tuhan tidak boleh ada pembagian golongan antara awam dan pejabat Gereja. Semua warga gereja yang sungguh beriman adalah umat Allah yang adalah warga Kerajaan Allah. Kita semua berkehormatan untuk ikut serta mewartakan Injil Kerajaan Allah kepada dunia ini.

Berita penting lainnya yang diangkat dalam perikop ini selain pemberita Injil adalah berita yang harus disebarluaskan kepada orang lain, yaitu bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Tugas para pemberita Injil adalah menganjurkan agar orang menerima kasih karunia Allah, beriman kepada Kristus, bertobat, dan diselamatkan. Suatu tugas yang berat dan amat mulia diemban oleh setiap pemberita Injil, setiap orang yang beriman kepada Kristus. Kita semua harus langsung terjun ke dalam arena peperangan rohani. Tetapi kita tidak perlu takut sebab sejak semula Tuhan mengingatkan kita untuk bergantung kepada-Nya saja, bukan kepada hal-hal yang biasa manusia andalkan.

Renungkan: Diterima atau ditolak adalah hal biasa. Yang penting setia mewartakan kebenaran dan sedia menerima konsekuensinya.

(0.77) (Luk 11:5) (sh: Bapa yang baik (Kamis, 19 Februari 2004))
Bapa yang baik

Perasaan dan anggapan berikut ini sangat boleh jadi membuat kita tidak mempraktikkan doa. Allah terlalu besar, mulia, jauh dari kita yang kecil dengan segala masalah kehidupan yang sepele. Allah tidak merasakan pergumulan manusia sebab sebagai Allah Ia tidak mungkin mengenal apalagi merasakan segala masalah kita. Allah sempurna adanya, tidak mungkin Ia mengurangi kesempurnaan-Nya dengan ikut campur memperhatikan segala urusan kita yang bersumber dari segala kekurangan dan dosa kita. Allah sudah menciptakan kita dengan potensi untuk bertumbuh sendiri tanpa harus lagi melibatkan Dia.

Yesus menolak anggapan dan kesan salah tadi. Sebaliknya dari menolak untuk terlibat, justru kebesaran Allah berarti kebesaran hati-Nya untuk memperhatikan manusia serendah apapun dengan problem dan kebutuhan sepele bagaimanapun. Di dalam hubungan persahabatan kita, meminta tolong dan memberi tolong adalah hal yang lumrah (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">5-8). Itu tidak dirasakan sebagai hal mengganggu Sebabnya hanya satu: karena mereka memiliki hubungan persahabatan. Lebih lagi jika hal tersebut terjadi di dalam hubungan bapak-anak (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">9-11).

Tidak ada bapak yang tidak sayang kepada anak-anaknya sendiri dan tidak memberi perhatian khusus. Karena itu, tidak ada anak mana pun yang menjauhi bapanya bila anak itu memerlukannya. Ini hanya gambaran tak sempurna bagi yang jauh lebih indah akan kita alami di dalam hubungan akrab kita dengan Allah dalam doa.

“Oleh karena itu,” ujar Yesus, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; … Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan Roh Kudus kepada mereka yang meminta kepada-Nya” (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">9,13).

Renungkan: Semakin kita menyadari bahwa kita adalah anak-anak dari Bapa yang baik di surga, semakin kita akan mendoakan hal-hal utama yang Allah rencanakan untuk hidup kita.

(0.77) (Luk 11:14) (sh: Tidak ada posisi netral (Jumat, 20 Februari 2004))
Tidak ada posisi netral

Berbagai film misteri, kisah pengobatan alternatif, pelatihan manajemen yang mengembangkan kekuatan adikodrati, belakangan ini menguak fakta bahwa mayoritas orang Indonesia menyukai bahkan mempercayai hal-hal tersebut. Begitu banyak orang percaya akan hal-hal mistis yang bisa menjadi pengantara agar orang menerima keberuntungan, jodoh, kekuatan, panjang umur, bahkan mengatasi masalah karena ulah makhluk-makhluk halus jahat. Kesan seperti ini bermasalah karena menisbikan kejahatan roh-roh jahat dan menyetarakan mereka dengan Allah atau membuat Allah seolah bekerjasama dengan roh-roh jahat.

Dalam bagian firman ini terjadi hal yang berlawanan dari kondisi di atas. Ketika Yesus mengusir roh-roh jahat dengan kuasa Allah, banyak orang yang menuduh Dia mengusir setan dengan kuasa penghulu setan (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">14-15). Dengan tegas Yesus menelanjangi kedegilan pendapat itu sebab jelas tidak masuk akal (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">17-19). Sikap Yesus jelas: tidak ada posisi netral atau titik temu antara Allah dan Iblis, antara kebenaran dan kejahatan, antara kekudusan dan dosa. Titik!

Masalahnya dalam setiap kebudayaan dan zaman selalu ada manifestasi dukun (dengan ilmu putih) mengalahkan manifestasi dukun (ilmu hitam). Bagaimana dengan pernyataan terhadap mereka yang mengaku hamba Tuhan namun sulit dibedakan dari dukun? Bagaimana kita dapat membedakan mana pekerjaan ajaib dari Tuhan? Jawab Yesus tegas: orang yang bersama Yesus dan hidup dalam Yesus, yang tidak mencatut nama Yesus, yang taat mengasihi dan menghayati hidup sebagai milik Yesus, merekalah hamba Allah sejati. Sebaliknya, hasil karya dari orang yang “mengusir setan” bukan dalam keberpihakan pada Yesus, hanya sesaat saja (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">24-26), dan tidak mendorong pertobatan sejati dan langgeng.

Renungkan: Prinsip hidupku: Aku adalah milik Yesus. Karena aku di pihak Yesus, tidak saja pengaruh kuasa Iblis tak akan mempan, aku juga harus menolak tegas setiap dosa dan tipu daya Iblis.

(0.77) (Luk 13:22) (sh: Waktu penyelamatan yang sempit (Selasa, 2 Maret 2004))
Waktu penyelamatan yang sempit

"Orang modern terkenal dengan kesibukan dan jadwal yang padat. Sampai-sampai mereka tidak memiliki waktu untuk menunda pekerjaan. Akan tetapi, untuk hal rohani, justru kebalikannya". Apakah pernyataan ini dapat dibenarkan? Inilah tantangan buat kita, orang-orang Kristen yang hidup pada zaman modern sekarang ini. Kesempatan untuk mendapatkan keselamatan tidak selalu ada, dan kita juga tidak mengetahui kapan kesempatan itu berakhir.

Atas pertanyaan mengenai jumlah orang yang diselamatkan, Yesus menjawab justru dengan menyingkapkan urgensi waktu. Pintu sempit menyebabkan orang harus berjuang dan berdesak-desakan dengan orang lain untuk memasukinya. Jangan menunda-nunda mengambil keputusan.

Sikap menunda orang Yahudi disebabkan oleh keyakinan bahwa mereka sudah pasti akan masuk Kerajaan Allah, sehingga tidak merasa urgensinya untuk mengambil keputusan. Padahal, Yesus berkata, "Aku tidak tahu dari mana kamu datang." Mereka tidak dikenal Yesus oleh karena mereka tidak memilih untuk mengenal Dia. Oleh sebab itu banyak kejutan akan terjadi. Orang yang menyangka akan masuk ke Kerajaan Allah justru ditolak, sedangkan orang-orang yang mereka cap kafir tetapi memiliki Yesus akan menikmatinya bersama dengan para orang saleh Perjanjian Lama (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">28-30).

Yesus sendiri menyadari urgensi di dalam pelayanan-Nya. Ia berkata, hari ini dan esok adalah untuk melayani, karena hari ketiga Dia harus mati untuk menyelamatkan umat manusia (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">32-33). Yesus menangisi Yerusalem yang menolak untuk menerima dan percaya kepada-Nya. Maka mereka hanya akan menyaksikan peristiwa salib tanpa dapat menikmati khasiatnya.

Untuk dilakukan: Bila Anda belum atau tidak merasa perlu mengambil keputusan mengenai keselamatan Anda, sekaranglah saat yang tepat.

(0.77) (Luk 17:11) (sh: Bukti iman sejati (Jumat, 12 Maret 2004))
Bukti iman sejati

Orang yang benar-benar telah diselamatkan pasti menunjukkan kepekaan akan hal-hal rohani. Salah satunya adalah kepekaan akan anugerah yang sudah terjadi dalam hidupnya. Hidupnya akan penuh ucapan syukur. Kesaksian-kesaksiannya bukan berpusatkan kepada dirinya sendiri dan apa yang sudah terjadi pada dirinya, tetapi kepada Allah dan apa yang Allah sudah lakukan atas dirinya.

Dari kisah ini jelas kita melihat siapa yang sungguh-sungguh beriman dan diselamatkan dan siapa yang tidak. Sepuluh orang kusta itu memang percaya bahwa Yesus sanggup menyembuhkan mereka. Keyakinan mereka akan Yesus sungguh besar. Terbukti, bahwa ketika Yesus tidak secara langsung menyembuhkan mereka, melainkan menyuruh mereka memperlihatkan tubuh mereka ke imam-imam, mereka tanpa ragu segera pergi mencari imam-imam. Saat itulah mukjizat terjadi, tubuh mereka menjadi tahir (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">14).

Namun, di sini ceritanya terpecah. Hanya satu orang, yaitu orang Samaria (sembilan lainnya mungkin sekali orang Yahudi), yang setelah melihat dirinya sembuh memuliakan Allah dan kembali kepada Yesus untuk menyembah Dia. Orang Samaria ini kembali karena dia bukan hanya merasakan dan mengalami jamahan kuasa Tuhan tetapi menyadari akan anugerah-Nya. Oleh karena itu ia kembali untuk mengucap syukur. Yesus menegaskan kepada orang tersebut bahwa imannya sudah menyelamatkannya (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">19)!

Bagaimana dengan kesembilan orang lainnya? Rupanya bagi mereka yang penting adalah kesembuhan itu, bukan Tuhan yang menyembuhkan. Mereka merasakan mukjizat ilahi tetapi tidak merasakan jamahan anugerah ilahi. Sentuhan kasih ilahi tidak mereka sadari, oleh sebab itu respons mereka pun tidak ada.

Renungkan: Orang yang telah mengalami sentuhan anugerah Allah pasti penuh pengucapan syukur. Itu adalah bukti nyata bahwa ia sudah menjadi milik Tuhan.

(0.77) (Luk 17:20) (sh: Kerajaan Allah sudah datang! (Sabtu, 13 Maret 2004))
Kerajaan Allah sudah datang!

Mungkin Anda masih ingat berapa kali muncul nubuat-nubuat mengenai kedatangan Yesus kedua kali dalam dua dekade terakhir ini. Bukan hanya melanda manca negara, tetapi juga di Indonesia. Berita-berita ini menjadi isu yang hangat dan sangat menggairahkan. Walau tidak satu pun terbukti benar, banyak orang yang terkecoh olehnya. Tak sedikit orang yang menjadi goncang imannya.

Hari kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda lahiriah zaman ini (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">20-21). Oleh sebab itu semua usaha untuk menandai dalam kalender kita akan berakhir sia-sia. Kerajaan Allah sebenarnya sudah datang di dunia ini (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">21). Ia hadir pada setiap hati orang percaya. Orang percaya dan kehidupannya seharusnya menjadi bukti kehadiran kedaulatan dan pemerintahan Allah tersebut.

Yesus mengingatkan orang banyak bahwa akan ada banyak sikap terhadap kedatangan Anak Manusia. Ada orang yang dengan semangat mencari-cari tanda, menghitung-hitung hari kedatangan Anak Manusia itu (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">22-23), namun mereka tidak akan menemukannya. Sebaliknya ada pula orang-orang yang tidak mempedulikan sama sekali hari kedatangan Anak Manusia itu. Mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hidup dalam dosa, sama seperti orang-orang yang kemudian dibinasakan oleh air bah pada masa Nuh (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">26-27) dan yang kemudian dimusnahkan oleh api dan belerang pada zaman Lot (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">28-29).

Justru, penghukuman seperti yang dialami oleh nenek-nenek moyang mereka akan menimpa mereka pada masa kini (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">30-37) apabila mereka tidak bertobat dan mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh sebelum Anak Manusia benar-benar datang.

Renungkan: Hanya dengan menerima kehadiran Kerajaan Allah, yaitu merajakan Anak Manusia dalam hidup kita, kita akan dihindarkan dari penghukuman yang begitu dahsyat.

(0.77) (Luk 20:1) (sh: Awas! Konflik kuasa dalam gereja (Senin, 22 Maret 2004))
Awas! Konflik kuasa dalam gereja

Para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, penasaran mengenai kuasa Yesus dalam mengusir para pedagang dari Bait Allah. Sebab menurut pendapat mereka, merekalah yang memiliki hak dan kuasa mengelola Bait Allah. Karena itu mereka berusaha untuk menjebak dan menjerat Yesus dengan pertanyaan: "dengan kuasa manakah dan siapa yang memberi kuasa itu untuk melakukan tindakan seperti itu?" (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">2). Dengan tindakan menyucikan Bait Allah itu, Yesus ingin mengembalikan fungsi utama dari Bait Allah sebagai rumah doa bagi setiap orang Yahudi. Sesuai doa raja Salomo setelah selesai membangun Bait Allah (ayat 1Raj. 8:27-53).

Kini tampillah Yesus dengan otoritas Keallahan-Nya bertindak mengembalikan fungsi utama Bait Allah. Lukas mencatat bahwa Yesus sedang memberitakan Injil di Bait Allah ketika didatangi oleh para pemimpin Yahudi itu (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">1). Berarti dengan cara itu Yesus mau meyakinkan para pengikut-Nya akan kebenaran tindakan-Nya itu. Tetapi dalam pertanyaan mereka, para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi, seolah-olah mau berkata: "Siapakah yang lebih berhak dan berkuasa mengatur dan mengelola Bait Allah, kami atau Engkau Yesus?" Yesus mengetahui maksud mereka hendak menjebak dia (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">2-3).

Lalu Yesus menggiring para pemimpin Agama Yahudi itu untuk mendalami makna tindakan Yesus itu, dengan sebuah pertanyaan:"Dengan kuasa siapakah Yohanes (=Pembaptis), membaptiskan orang di sungai Yordan?" (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">4). Dengan pertanyaan itu mereka terpojok lalu berkata: "Kami tidak tahu" (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">5-7). Dengan itu terbukalah kedok mereka. Maka Yesus pun tidak mengumbar kuasa-Nya dengan menjawab pertanyaan mereka. Dengan bijaksana Yesus mengingatkan kita akan bahayanya jika terjadi konflik kuasa dalam Gereja masa kini.

Renungkan: Setiap Kristen perlu mawas diri agar jangan terjebak dalam debat siapakah yang berhak dan berkuasa mengelola kehidupan bergereja masa kini.

(0.77) (Luk 20:20) (sh: Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan (Rabu, 24 Maret 2004))
Jawaban Yesus sungguh bijaksana dan mengherankan

Perikop ini menampilkan intrik politik yang dihalalkan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Mereka memakai orang lain untuk memuji pengajaran Yesus dan sekaligus mengajukan perta-nyaan: "apakah kami diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar?" (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">23). Para imam dan ahli Taurat sebenarnya secara politis bertentangan posisi dan pemahaman dengan orang Saduki. Para ahli Taurat ingin mempertahankan kemurnian Taurat, juga mereka cenderung anti Kaisar (Pemerintah Romawi). Sebaliknya orang Saduki yang lebih rasional cenderung menolak "pandangan yang fundamentalistis" dari para ahi Taurat itu. Sungguh aneh tapi nyata bahwa untuk melawan Yesus, para ahli Taurat dan orang Saduki "berkolusi" dan kompromi menyuruh orang lain datang kepada Yesus. Menurut anggapan mereka itu adalah cara yang tepat untuk menjerat Yesus demi tujuan mereka bersama (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">20-22), sebab menurut mereka Yesus hanya berurusan dengan hal rohani saja (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">21,23).

Mereka tidak membayangkan bagaimana cara Yesus menjawab pertanyaan mereka. Kelicikan para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi dilucuti dengan jawaban Yesus yang bijaksana (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">24,26). Pada mata uang yang dipakai sebagai alat pembayaran yang sah, tertera tulisan dan gambar Kaisar (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">24-25). Mereka bungkam dan tidak berkutik lagi. Sungguh menarik bahwa jawaban Yesus itu, mengandung ajaran agar para pemimpin agama Yahudi belajar taat kepada Allah dan menghormati Kaisar (=Pemerintah). Mereka harus memberikan apa yang wajib diberikan kepada Allah dan apa yang wajib diberikan kepada Kaisar (pemerintah). Mereka harus tahu memberi ibadah dan ketaatan kepada Allah dan ketaatan sipil yaitu kewajibannya kepada Kaisar.

Renungkan: Dalam menyongsong Pemilu 2004, setiap Kristen perlu belajar dan meminta hikmat dari Tuhan Yesus dalam menentukan sikap dan pilihannya, agar tidak terjebak dan terjerat intrik politik.

(0.77) (Luk 20:41) (sh: Peringatan dan kecaman untuk para pemimpin (Jumat, 26 Maret 2004))
Peringatan dan kecaman untuk para pemimpin

Kini giliran Yesus untuk memperingatkan dan mengecam sikap para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Memang semua orang Yahudi sedang mengharapkan hadirnya Sang Mesias dari turunan Daud. Tetapi mereka tidak mengerti bagaimana Mesias itu datang dalam rupa insan manusia? Yesus mengutip Mazmur 110:1, untuk menunjukkan bahwa Mesias yang mereka nantikan itu lebih besar kuasa-Nya daripada Daud.

Betapa memalukan sikap dan tindakan yang dilakukan oleh para ahli Taurat dan Saduki. Mereka mengambil kesempatan dalam kesempitan karena memanfaatkan kedudukan mereka sebagai pemimpin agama untuk menarik keuntungan dan kehormatan bagi diri mereka sendiri (ayat 41-44). Yesus menegaskan bahwa konsekuensi dari tindakan tersebut adalah bahwa mereka tidak akan luput dari hukuman (ayat 45-47). Ini adalah kecaman Yesus yang sangat keras terhadap para imam, ahli Taurat dan tua-tua Yahudi.

Mengapa peringatan dan kecaman Yesus terhadap para pemimpin agama Yahudi ini dikaitkan dengan persembahan seorang janda miskin? Di mata manusia siapa sebenarnya yang kaya? Seseorang yang dikatakan kaya harta adalah orang yang memberi persembahan yang banyak. Tetapi penilaian tersebut berbeda dari sudut pandang Allah. Pada penilaian Allah sang janda miskin itulah yang kaya. Bila kita bandingkan dengan Lukas 19:46, maka para pemimpin yang disebutkan sebagai penyamun, mereka secara tidak lang-sung telah merampas hak orang-orang miskin. Dari situlah mereka merasa kaya karena kedudukan dan jabatan mereka. Sedangkan perempuan janda miskin ini memberi sebagai ungkapan kemurahan hatinya dan pengorbanannya dalam melayani Tuhan, sebab ia memberi seluruh nafkahnya (ayat Sebab+AND+book%3A42&tab=notes" ver="">21:1-4).

Camkan: Pemimpin yang mengorbankan orang lain demi dirinya sendiri tidak akan luput dari hukuman Tuhan.



TIP #11: Klik ikon untuk membuka halaman ramah cetak. [SEMUA]
dibuat dalam 0.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA