Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 80 dari 82 ayat untuk hamba-hambanya (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.388903125) (Yes 50:4) (sh: Pelayanan Hamba sejati (Minggu, 21 Februari 1999))
Pelayanan Hamba sejati

Pelayanan Hamba sejati Menjadi hamba Allah berarti bersedia memberi diri secara total untuk diperbarui senantiasa oleh Allah, dan bersedia menghadapi tantangan. Kese-diaan memberi diri total dan sedia menghadapi tantangan adalah kunci keabsahan pelayanan seorang hamba sebagai "mulut" Allah. Hamba Allah tidak berhak menyuarakan suara lain, selain suara Allah sendiri. Bila tidak, ia bukan lagi hamba Allah sejati, tetapi hamba palsu.

Hamba Sejati. Syair yang diungkapkan Yesaya ini mengingatkan kita kepada Yesus Kristus sebagai Hamba Sejati. Apakah rahasianya sehingga Dia dapat memberi semangat baru kepada yang letih lesu? Pertama, Dia memelihara hubungan dengan Bapa di sorga. Dia telah didisiplin untuk mengutamakan Allah dan mendengarkan firman Allah tiap pagi. Maka kata-kata yang diucapkan-Nya pada orang banyak bukanlah kata-kata-Nya sendiri, tetapi kata-kata dari lidah seorang murid. Kedua, Dia telah menerima semua proses pembentukan yang Allah ijinkan. Proses pembentukan itu berat, tetapi melaluinya Dia terbentuk tegar (6,7-9).

Derita Hamba sejati. Hamba Allah yang sejati taat kepada firman dan yang tabah menanggung derita itu memiliki wewenang illahi. Dia kini memanggil orang yang merindukan kebebasan dan mendambakan kehidupan yang berbahagia. Hamba Allah itu kini memperhadapkan kita dengan tawaran: hidup atau mati, terang atau gelap, berkat atau kutuk? Sudahkan Anda masuk dan menikmati karya penebusan Yesus Kristus?

Bukan sekadar percaya. Sekadar menjadi orang percaya adalah perkara mudah. Dibutuhkan kesediaan untuk dicemooh, dipukul, dilukai sebagai konsekuensi ketaatan kepada firman Tuhan. Dalam saat demikianlah hamba Tuhan belajar berteguh hati di dalam Tuhan. Rela menyerahkan diri dididik Tuhan, ditempa keteguhan imannya. Dan yakin bahwa Tuhan tak akan mempermalukan hamba-Nya.

Doa: Tuhan mampukan kami menghadapi penderitaan demi nama-Mu, karena Engkau telah terlebih dahulu menderita untuk kami.

(0.388903125) (Yer 12:1) (sh: Mengeluh namun tidak menyalahkan (Minggu, 17 September 2000))
Mengeluh namun tidak menyalahkan

Mengeluh namun tidak menyalahkan. Yeremia mengakui siapa dirinya di hadapan Allah, maka dengan penuh kerendahan hati ia datang kepada Allah yang benar. Ia tahu kepada siapa mengadukan keluhannya tentang keadilan Tuhan, dan ia pun menyadari siapa dirinya yang tidak layak sedikit pun untuk mempertanyakan keadilan Tuhan (1). Namun keluhan Yeremia ini tidak bermaksud menyalahkan Tuhan tetapi karena ia membutuhkan jawaban dan penjelasan dari Tuhan, sumber keadilan.

Yeremia membandingkan hidupnya dengan orang fasik yang hidupnya jauh lebih baik dari dirinya. Mereka berakar, bertumbuh, dan menghasilkan buah (2), lalu apa bedanya dengan orang benar? Pertanyaan Yeremia ini mungkin juga mewakili pertanyaan Kristen lainnya, yang menyaksikan betapa makmurnya hidup orang fasik di tengah penderitaan orang benar. Kemudian Yeremia meminta Tuhan memberlakukan keadilan-Nya dengan menarik mereka ke luar dari bilangan orang benar, sebagai domba sembelihan yang akan dikorbankan (3), karena Yeremia tak tahan melihat negeri yang hampa dan segala ciptaan Tuhan musnah karena kejahatan mereka (4). Bagaimana Tuhan menanggapinya?

Tuhan mengatakan bahwa Yeremia seperti seorang pelari yang sedang bertanding dengan seorang pejalan kaki (5a). Dengan demikian ia seharusnya menjadi pemenang. Bila dengan seorang pejalan kaki saja ia sudah menyerah kalah, bagaimana dengan pertandingan selanjutnya yakni melawan kuda (5b)? Tuhan tidak bermaksud meremehkan Yeremia, tetapi Ia menyadarkannya bahwa apa yang dialaminya belum seberapa, karena kekuatan Tuhan tersedia baginya, bahkan dalam pergumulan yang lebih berat sekalipun.

Renungkan: Tuhan tidak pernah mengecewakan hamba-Nya yang datang kepada-Nya dengan kemurnian hati, tetapi pertimbangkanlah sebelum mengeluh: 'Apakah ada maksud menyalahkan Tuhan?' Bila ya, tidak selayaknya kita melakukannya.

(0.388903125) (Yer 15:5) (sh: Firman-Nya memotivasi dan menguatkan (Sabtu, 23 September 2000))
Firman-Nya memotivasi dan menguatkan

Firman-Nya memotivasi dan menguatkan. Seorang diri mempertahankan kebenaran dalam masyarakat yang menentangnya bukanlah perkara mudah. Sebab tindakan ini akan mendatangkan konsekuensi yang menyakitkan bahkan maut.

Yeremia merasakan kesakitan itu ketika memberitakan penghukuman Allah atas bangsa Yehuda (5-9). Ia dikucilkan bahkan dikutuki banyak orang (10). Dia duduk seorang diri dan menanggung kesakitan yang tiada berkesudahan (15, 17-18). Apa yang memotivasi dan menguatkan dia hingga tetap setia? Firman Tuhan (16)! Yeremia menempatkan firman Tuhan di dalam hatinya sehingga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan dan keberadaannya. Ketika menemukan makna kebenaran firman-Nya, hatinya dipenuhi kegirangan dan suka cita. Semakin lama dan semakin banyak ia menikmati firman-Nya, semakin ia menyadari apa makna membawa nama Tuhan dalam hidupnya. Disamping itu Yeremia juga dikuatkan dan dibentengi oleh Allah (20). Tidak seorang pun dan tidak satu pun yang akan dapat menembus tembok perlindungan yang dibangun Allah di sekeliling hamba-Nya. Namun harus diingat peringatan yang mengikutinya yaitu 'biarpun mereka akan kembali kepadamu, namun engkau tidak perlu kembali kepada mereka' (19). Artinya mereka yang menentang Yeremia suatu saat dapat masuk ke dalam perlindungan Allah sebab firman Allah selalu mengundang mereka untuk masuk ke dalam anugerah-Nya, namun Yeremia tidak boleh meninggalkan komitmennya kepada firman Tuhan dan berpaling kepada prinsip dan nilai bangsa Yehuda.

Renungkan: Kita pun seringkali harus menelan pil pahit, dikucilkan bahkan mengalami penderitaan ketika mempertahankan iman kita. Kita semua ingin menjadi orang yang disukai oleh masyarakat. Seringkali kita dapat menjadi orang yang demikian tanpa mengkompromikan kebenaran firman-Nya. Namun ketika terjadi konflik dan ketegangan antara mempertahankan kebenaran firman-Nya dan memelihara hubungan dengan sesama, kita harus selalu ingat bahwa kita membawa nama Tuhan dalam kehidupan kita. Biarlah firman-Nya 'Aku menyertai engkau untuk menyelamatkan dan melepaskan engkau' yang akan menuntun dan menguatkan kita, ketika kita berperan sebagai utusan Allah di dalam masyarakat.

(0.388903125) (Yer 29:24) (sh: Jangan mau dibungkam (Sabtu, 21 April 2001))
Jangan mau dibungkam

Jangan mau dibungkam. Bagaimana perasaan kita jika perhatian dan usaha yang kita lakukan demi kebahagiaan orang lain ditanggapi negatif? Apalagi jika diputarbalikkan orang lain sehingga perhatian dan usaha kita yang baik menjadi jelek di mata orang lain?

Ini yang dialami oleh Yeremia. Perhatian dan usahanya kepada bangsa Yehuda dalam pembuangan sedemikian besar, sehingga ia mau menulis firman Tuhan yang ia terima dan mengirimkannya kepada mereka. Itu dilakukan demi masa depan mereka. Namun apa yang Yeremia terima dari salah seorang dari antara mereka? Semaya memutarbalikkan kabar baik dari Allah yang disampaikan oleh Yeremia hingga menjadi kabar dukacita bagi Yehuda. Untuk menguatkan berita yang ia sampaikan, ia berani melakukan kebohongan yang luar biasa yaitu menyatakan dirinya sebagai pembawa berita dari Allah. Ia juga membungkam Yeremia dengan meminjam tangan imam Zefanya. Betapa jahatnya Semaya. Ia menghalangi bangsa Yehuda untuk mendengar berita pengharapan di tengah-tengah penderitaan dan membungkam pembawa berita. Ini berarti ia juga berusaha membungkam Allah.

Ironis sekali pengalaman Yeremia. Ia menyampaikan pengharapan kepada orang yang menderita namun dirinya kini seakan-akan tiada pengharapan karena ancaman dari Semaya. Bagaimanakah respons Yeremia? Ia tidak heran sebab ia menyadari bahwa nabi palsu akan bersuara lebih keras darinya. Ia juga tidak takut namun ia tetap berpegang teguh dan memberitakan berita pengharapan dari Allah. Namun Allah tidak membiarkannya sendiri. Ia menjaganya melalui imam Zefanya. Ia seharusnya menyingkirkan Yeremia tetapi mengapa ia malah membacakan surat Semaya kepada Yeremia? Allah juga menyatakan penghukuman atas Semaya dan keturunannya. Walaupun penghukuman-Nya itu baru pernyataan, ini sudah memanifestasikan bahwa Allah tidak membiarkan hamba-Nya yang memberitakan firman-Nya dilecehkan bahkan disakiti.

Renungkan: Karena itu jangan kaget bila apa yang dialami Yeremia menimpa kita pada masa kini. Manusia mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk memutarbalikkan Injil menjadi berita duka. Namun jika ini terjadi pada kita, jangan biarkan mereka berhasil membungkam kita. Tetaplah beritakan dan bersandar kepada Allah.

(0.388903125) (Mat 25:14) (sh: Terima beda dituntut sama (Selasa, 3 April 2001))
Terima beda dituntut sama

Terima beda dituntut sama. Saat sang tuan akan pergi dalam kurun waktu yang tidak terbatas, ia memanggil tiga hambanya dan menyerahkan kepada masing-masing sejumlah talenta yang berbeda. Ada yang lima, ada yang dua, dan ada yang satu. Satu talenta seharga kurang lebih 6000 dinar. Satu dinar kira-kira upah buruh dalam sehari. Sang tuan menyerahkan talenta-talenta itu karena ia berkeinginan agar hamba-hambanya mengupayakan apa yang diterima untuk dikaryakan dan dapat berlipat-ganda. Suatu saat ia pasti datang kembali untuk mengadakan perhitungan dan menuntut pertanggungjawaban atas talenta-talenta yang telah dipercayakannya.

Kristen yang telah dipercayakan 'talenta' seharusnya memakai talenta yang ada padanya untuk berkarya bagi Kerajaan Surga. Seperti dua hamba yang melipatgandakan talenta yang dimiliki, demikian pun kita. Kita mau berjerihlelah untuk Tuhan sebab kita menghargai hidup kita, potensi yang kita miliki adalah aset berharga yang telah dikaruniakan Tuhan kepada kita. Kita mau berupaya keras sebab kita tahu bahwa Sang Tuan sangat menghargai apa yang kita lakukan dengan sungguh- sungguh. Akan tiba saatnya kita diberikan hak masuk dalam kebahagiaan bersama Tuhan Yesus kelak di dalam kerajaan-Nya. Untuk memacu diri dan meningkatkan daya berjerihlelah, kita jangan memiliki sikap seperti hamba ke tiga. Hamba itu meremehkan kesempatan, menanggapi pemberian tuannya dengan sikap yang salah, memiliki praduga dan curiga kepada tuannya, bahkan sempat berpikir bahwa sang tuan kejam dan jahat. Anggapan ini membuat ia takut bertindak sesuatu dan peluang untuk melipatgandakan disia-siakan. Ia menutupi kesalahannya dengan cara menuduh tuannya tidak berbuat benar.

Allah menghargai hamba yang berjerihlelah namun Ia murka pada hamba yang malas dan lalai. Pahala diberikan kepada yang mau mengembangkan talenta, penderitaan akan menjadi bagian bagi yang malas.

Renungkan: Tidak seorang pun yang tidak dikaruniai kemampuan dan kesempatan. Setiap orang dipercayakan potensi yang berbeda tetapi dituntut sama yakni bertanggungjawab dan berjerihlelah untuk melipatgandakan. Gunakan kesempatan dan kemampuan dengan sebaik-baiknya.

(0.388903125) (Luk 1:39) (sh: Allah yang berpihak! (Senin, 23 Desember 2002))
Allah yang berpihak!

Allah yang berpihak!
Dalam kehidupan dan percakapan sehari-hari, kadang kita bisa rancu dalam mengartikan kata "adil". Adil sering diartikan sama dengan ketidakberpihakan yang samar. Padahal, dalam sepakbola misalnya, wasit yang adil adalah wasit yang berpihak kepada dan membela siapapun yang mengikuti peraturan, dan berpihak melawan siapapun yang melanggar. Contoh lainnya dapat kita lihat dari inkarnasi Yesus Kristus. Arti inkarnasi Kristus, seperti yang terulang-ulang di dalam seantero Kitab Suci, adalah merupakan keberpihakan Allah kepada manusia, sesuai dengan janji, perintah dan rencana-Nya yang adil dan pengasih. Lalu kepada siapa Allah berpihak?

Di dalam nas-nas sebelumnya, tampak bagaimana Allah memakai dan berpihak kepada seorang wanita tua yang tadinya mandul (juga 43), namun karena kehendak Allah, mengandung; dan seorang wanita muda—Maria—yang juga karena campur tangan Allah sendiri mengandung di luar nikah. Di pasal ini, Allah berpihak kepada Maria, karena ia percaya (ayat 45). Dampak dari keberpihakan Allah adalah Maria bergembira dan menganggap dirinya berbahagia.

Perbuatan-perbuatan besar-Nya, terutama melalui peristiwa Natal, membuktikan hal itu (ayat 47-49). Tetapi, tidak hanya kepada Maria saja. Nyanyian pujian Maria yang sarat dengan kutipan dan singgungan kepada nas-nas PL ini juga menyatakan bahwa Allah berpihak kepada mereka yang takut akan Dia (ayat 51), kepada orang-orang rendah (ayat 52), kepada orang-orang miskin (ayat hamba-hambanya&tab=notes" ver="">53), dan terakhir kepada Israel, yang disebut "hamba-Nya" (ayat hamba-hambanya&tab=notes" ver="">54-55). Karena itu, Allah memposisikan diri melawan orang-orang yang congkak dan angkuh (ayat 51), yang berkuasa (ayat 52), dan yang kaya (ayat 53).

Renungkan:
Bagi Kristen masa kini, keberpihakan Allah berimplikasi dua hal. Pertama, Allah terhadap umat-Nya: kita patut bersyukur dan memuliakan Allah, karena Allah yang adil itu aktif berpihak, mengerjakan rencana-Nya bagi kita umat-Nya. Kedua, respons kita terhadap keberpihakan Allah: penting bagi kita untuk menunjukkan keberpihakan kita kepada Allah melalui hidup kita sehari-hari.

(0.388903125) (Luk 4:1) (sh: Melawan pencobaan (Senin, 5 Januari 2004))
Melawan pencobaan

Melawan pencobaan. Waktu Adam dan Hawa dicobai, mereka berada dalam kelimpahan dan kenyamanan hidup. Semua yang mereka butuhkan tersedia. Bahkan Allah senantiasa hadir menyertai mereka. Tetapi dalam keadaan serba tersedia, mereka tidak mampu menolak godaan Iblis, sehingga mereka berdosa. Bandingkan keadaan tersebut dengan Tuhan Yesus pada waktu Ia dicobai. Selama empat puluh hari lamanya Yesus berada di padang gurun yang kering dan panas. Tidak makan, sehingga Ia pasti sangat lapar. Dalam keadaan demikian Iblis datang mencobai Yesus.

Pencobaan pertama Iblis berkenaan dengan kuasa (ayat 2-4). Ia menantang Yesus untuk mengubah batu menjadi roti. Mudah bagi Yesus untuk melakukannya, tetapi Yesus tahu bahwa kehadiran-Nya di dunia ini adalah dalam rangka ketaatan kepada Bapa.

Pencobaan kedua Iblis mengenai perbudakan materi (ayat 5-8). Iblis menawarkan suatu keadaan yang “berkecukupan” kepada Yesus asalkan Yesus mau menyembah dia. Yesus menolak kerajaan dunia yang berlimpah-limpah harta kemewahan dan kekuasaan karena dunia ini milik Allah, bukan milik Iblis. Lagipula Yesus mengetahui bahwa jalan Allah adalah melalui ketaatan kepada kehendak Allah.

Pencobaan ketiga mengenai “mencobai” Tuhan (ayat 4-12). Iblis memutarbalikkan firman Tuhan yang dikutipnya dari Mazmur 91:11,12 yang menyatakan bahwa Allah menjanjikan pemeliharaan atas hamba-Nya. Mencobai Tuhan artinya menuntut bukti dari Tuhan untuk dapat percaya. Hal itu sama saja dengan tidak mempercayai Tuhan.

Iblis mencobai Yesus. Oleh karena Yesus tetap pada pendirian-Nya yaitu setia pada panggilan-Nya, maka iblis mengundurkan diri sesaat.

Renungkan: Pencobaan-pencobaan seperti ini akan kita hadapi. Untuk menang terhadapnya kita harus memahami rencana Tuhan atas hidup kita, dan memiliki kemantapan akan tujuan hidup kita.

(0.388903125) (Kis 14:19) (sh: Musuh terus menguntit (Jumat, 20 Mei 2005))
Musuh terus menguntit

Musuh terus menguntit
Para saksi Kristus harus berhati-hati terhadap sikap pemujaan orang karena orang dapat menyalahtafsirkan kuasa Allah yang menyertai pelayanan Injil. Kita pun harus terus siaga terhadap para musuh Injil, yaitu mereka yang tidak saja menolak Injil, tetapi juga membenci kita.

Situasi yang dialami Paulus dan Barnabas sangat membingungkan bahkan mendekati kacau. Di satu pihak orang datang berbondong-bondong dan tanpa dapat dikontrol menyembah dan mempersembahkan korban kepada mereka (ayat 18); di lain pihak para musuh Injil menghasut orang banyak itu untuk berbalik melawan Paulus dan Barnabas. Dari suasana euforia tiba-tiba berubah ke amuk masa. Mereka bahkan dilempari batu sedemikian rupa sehingga dikira sudah mati (ayat 19). Di tengah himpitan dua emosi berbeda yang silih berganti dan derita lemparan batu, mereka mampu bangkit dan berjalan ke kota lain (ayat 20). Dapat kita simpulkan bahwa bukan saja mereka telah dipakai Tuhan berbuat mukjizat melainkan mereka pun kini mengalami mukjizat. Meski musuh menguntit terus, penyertaan Allah justru semakin nyata dalam pengalaman pelayanan para hamba-Nya.

Perjalanan Paulus selanjutnya menarik untuk kita simak. Ia pergi ke Derbe, lalu kembali ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Mereka tidak saja menginjili dan memenangkan banyak orang bagi Kristus. Mereka juga memperhatikan pelayanan tindak lanjut yang memastikan para petobat baru itu mantap dalam iman mereka dan bertumbuh ke arah Kristus (ayat 22). Perjalanan misi pertama Paulus ini sungguh kaya dengan prinsip yang dapat kita pegang dan terapkan dalam bersaksi pada masa kini. Yaitu: setia kepada berita Injil; peka akan konteks pendengar; mengandalkan kuasa Allah; siaga terhadap musuh Injil; memelihara status hamba Allah secara benar; dan mengalami terus perlindungan Allah.

Doakan: Para pemberita Injil agar tetap setia melangkah mengikuti Yesus meskipun dibenci musuh dan dihadang penderitaan.

(0.388903125) (Kis 22:23) (sh: Aku warga negara Rum (Minggu, 2 Juli 2000))
Aku warga negara Rum

Aku warga negara Rum. Tindakan orang-orang Yahudi tidak sekadar mengekspresikan kemarahan besar atau bahkan kebuasan, namun lebih merupakan reaksi kengerian terhadap penghujatan yang `dilakukan' Paulus. Kepala pasukan Rum berhasil menyelamatkan Paulus dan membawanya ke markas. Ketika tentara Rum tidak dapat menjelaskan sebab-musabab huru-hara itu, kepala pasukan memerintahkan tentaranya untuk memeriksa Paulus dengan siksaan. Ini merupakan prosedur yang lazim untuk mendapatkan informasi dari seorang pesakitan. Ia akan disesah dengan sebuah cambuk kulit yang ujungnya berlogam tajam. Seseorang yang disesah dengan cambuk demikian jika tidak mati, maka akan mengalami kelumpuhan seumur hidupnya.

Ketika Paulus menyatakan bahwa ia warga negara Rum, maka kepala pasukan itu membatalkan penyesahan atasnya dan menjadi ketakutan, karena menyesah seorang warga negara Rum adalah tindakan melanggar hukum. Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa Paulus tidak ragu-ragu menuntut haknya sebagai seorang warga negara Rum. risten di Indonesia seharusnya juga bangga terhadap status kewarganegaraannya dan harus secara aktif menuntut haknya sesuai hukum yang berlaku, untuk mengekpresikan iman kepercayaannya dan beribadah dengan bebas dan rasa aman yang penuh. Harus diakui bahwa zaman sekarang hak-hak warga negara Kristen di berbagai bidang banyak yang dikebiri. Saatnya akan tiba dengan segera dimana tantangan yang legal terhadap hak-hak konstitusional kita akan memuncak dan setiap Kristen akan dipanggil dan dituntut untuk membuat suatu keputusan apakah tetap setia atau menyangkali Dia.

Renungkan: Paulus yang telah setia mengikuti pimpinan Allah dan Allah bertindak melindungi hamba-Nya. Demikian pula Kristen, Allah akan melindungi Kristen pada saat kita mengikuti pimpinan-Nya dan setia pada-Nya.

Bacaan untuk Minggu ke-3 sesudah Pentakosta

Hosea 6:1-6 Roma 4:13-25 Matius 9:9-13 Mazmur 50:1-15

Lagu: Kidung Jemaat 337

Pemahaman Alkitab 1 -- Kisah 22:1-22

Kecerdasan dan ketajaman Paulus dalam berstrategi tidak diragukan lagi. Sebagai penganut jalan Tuhan, Paulus tidak kurang akal untuk membinasakan para pengikut Kristus, dengan meminta surat kuasa dari Imam Besar. Kemahiran berstrategi yang melekat dalam pikirannya ini pun nampak ketika ia harus mempertanggungjawabkan misinya di hadapan orang Yahudi. Berbagai cara pengungkapan kebenaran dipakainya sebagai metode pendekatan kepada orang Yahudi yang memusuhi dan berniat membunuhnya. Dengan demikian misi pemberitaan injil keselamatan dapat tetap disebarluaskan, walaupun saat itu ia hanyalah seorang tawanan.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Sebutan apakah yang dipakai Paulus sebagai sapaan awal kepada orang-orang Yahudi (1)? Mengapa ia menyebut mereka demikian? Dalam menyampaikan pembelaannya, mengapa ia memakai bahasa Ibrani? Langkah-langkah awal inikah yang membuat mereka menjadi agak tenang? Jelaskan!

2. Apakah maksud Paulus menceritakan identitas dirinyadengan lengkap? Ketika mengidentifikasikan dirinya, Paulus sangat berhati-hati memilih istilah, misalnya: 'jalan Tuhan' sebagai pengganti kata `pengikut Yesus' (5), mengapa demikian? Peristiwa penting dalam hidupnya pun tak lupa diceritakan (6-9), apa yang ingin ditekankan Paulus dalam pengalaman ini? Mengapa kesaksian ini perlu disahkan dengan kehadiran Ananias, orang Yahudi yang taat Taurat (12)?

3. Paulus tak lupa menjelaskan misi yang dipercayakan kepadanya, yakni kepada bangsa-bangsa non-Yahudi. Bagaimana reaksi mereka ketika mendengar bahwa bangsa-bangsa non-Yahudi ini dapat terhitung sebagai bangsa Yahudi karena Kristus? Mengapa mereka menjadi marah dan langsung berteriak, adakah yang salah dari misi Paulus ini?

4. Dari semua penjelasan Paulus, nampak jelas bahwa ia tidak bersalah, baik secara politik maupun agama. Lalu dengan alasan apakah mereka menangkap Paulus? Apa yang dapat kita teladani sebagai Kristen di tengah masyarakat pluralis? Bagaimana masyarakat menilai Anda sebagai Kristen, apakah Anda dibenci karena tingkah laku atau karena kebenaran Injil yang harus dipertahankan?

(0.388903125) (Ef 6:1) (sh: Mendidik dan melayani (Kamis, 13 November 2003))
Mendidik dan melayani

Mendidik dan melayani. Jika kita mencermati keadaan di sekitar kita, masih banyak peristiwa-peristiwa mengenaskan yang terjadi karena ketidakharmonisan relasi dalam keluarga. Misalnya, seorang anak laki-laki tidak menyesal telah membunuh ayah kandungnya. Alasannya, karena ia marah melihat sikap ayahnya yang selalu menyiksa ibu yang dicintainya. Peristiwa ini menginformasikan kepada kita bahwa ternyata ketidakharmonisan hubungan suami isteri berdampak pada sikap anak terhadap orang tua. Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya taat dan hormat kepada mereka. Keinginan ini hanyalah ambisi orang tua semata jika anak-anak tidak dididik atau diberitahu caranya. Agar keinginan ini menjadi proyek keluarga, Paulus memaparkan tugas orang tua. Pertama, orang tua, khususnya bapak, bertugas mendidik karena bapak adalah kepala keluarga yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya. Mendidik anak bukan tugas yang mudah, sehingga Paulus memperingatkan supaya didikan orang tua tidak menimbulkan amarah bagi anak-anak (ayat 4). Anak bukan robot yang hanya menerima dan mengerjakan hal-hal yang yang diinginkan orang tua. Hendaklah para orang tua memperlakukan anak-anak mereka seperti Yesus memperlakukan umat yang Ia kasihi. Begitu pula antara tuan (atasan) dengan hamba (karyawan). Seorang hamba haruslah taat dan melayani tuannya. Sikap seperti hamba inilah yang seharusnya menjadi sikap orang Kristen terhadap Kristus: taat dan melayani Kristus (ayat 5-7). Sebaliknya, seperti Allah memperlakukan kita, hamba-Nya dengan baik, seperti itu pulalah, tuan-tuan harus memperlakukan para hamba mereka dengan adil dan layak. Dengan demikian tidak akan ada perlakuan sewenang-wenang terhadap para pekerja (ayat 9).

Renungkan: Didiklah anak-anak kita dalam kasih Allah sebagai pribadi yang utuh. Perlakukanlah pembantu, pekerja, karyawan kita dengan adil dan layak.

(0.388903125) (Flp 1:27) (sh: Karunia untuk menderita (Selasa, 25 Mei 2004))
Karunia untuk menderita

Karunia untuk menderita. Bagi sebagian besar orang menderita berarti tidak bahagia, tidak disayang Tuhan dan nasib sial. Bagi orang lain penderitaan adalah cara untuk memurnikan diri untuk dapat menikmati surga mulia kelak. Bagi Paulus, kedua anggapan itu tidak tepat. Penderitaan demi Kristus adalah karunia (ayat 29). Paulus sadar panggilan untuk menderita demi Kristus adalah panggilan mulia. Ia mendorong jemaat Filipi untuk tetap hidup sepadan dengan Injil (ayat 27) dan tiada gentar akan musuh-musuh yang akan menyerang mereka (ayat 28) walaupun menghadapi resiko sama seperti yang sedang dihadapi Paulus saat itu. Mengapa demikian?

Pertama, adalah kehormatan bila seseorang menderita bagi Kristus karena itu berarti ia dipercaya untuk memikul salib dan mengikut Dia. Penderitaan menjadi suatu karunia sebab penderitaan itu karena melayani Dia yang telah menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.

Kedua, penderitaan mempersatukan Kristen. Bukan hanya berpegang pada prinsip Alkitab mempersatukan umat melalui disiplin ilahi, kenyataan hidup kita juga mempersatukan saat-saat Kristen menghadapi penganiayaan untuk menyangkal imannya, saat-saat itulah persekutuan doa dimulai. Saat-saat itulah Kristen saling menolong dan saling menguatkan.

Ketiga, penderitaan merupakan latihan iman. Dengan melatih diri setia walaupun menderita, tetap melayani walaupun sakit, iman menjadi kuat dan tangguh. Tuhan dapat memakai kita untuk menjadi berkat bagi orang lain.

Keempat, penderitaan beroleh makna baru. Bagi orang tidak beriman, penderitaan demi Injil adalah kekalahan. Bagi orang beriman, penderitaan demi Injil justru merupakan tanda keselamatan Allah sedang berlaku. Allah menyertai hamba-hamba-Nya dan menyelamatkan orang lain melalui penderitaan para hamba-Nya itu (ayat 28).

Renungkan: Penderitaan bukan semata bagian yang tak terelakkan dalam hidup ini. Penderitaan demi Kristus adalah panggilan bahkan karunia mulia yang patut kita sambut dari-Nya dalam hidup ini.

(0.388903125) (Flp 2:19) (sh: Delegasi (Kamis, 6 Agustus 2020))
Delegasi

Timotius dan Epafroditus diutus Paulus ke jemaat di Filipi sebagai perwakilannya karena ia sedang berada dalam penjara. Kondisi ini sesungguhnya bisa menimbulkan dukacita bagi jemaat di Filipi. Namun, Paulus tidak ingin mereka bersedih. Oleh karena itulah, ia mengutus Timotius dan Epafroditus untuk memberi penguatan sehingga mereka bisa bersukacita dan terus hidup setia kepada Tuhan.

Dalam mengutus delegasi, Paulus menetapkan kriteria bagi siapa yang dianggapnya mampu mewakili dirinya. Timotius adalah orang yang paling dekat dengannya. Ia setia, tulus, dan giat memberitakan Injil. Ia mengerjakan semuanya dengan hati yang bersih dan tidak mencari keuntungan pribadi. Visi dan misinya, seperti Paulus, adalah untuk memuliakan Kristus Yesus.

Epafroditus pun diutus untuk kembali agar jemaat di Filipi mendengar langsung darinya tentang keadaan Paulus dalam penjara. Epafroditus memang utusan jemaat di Filipi untuk melayani Paulus selama dalam penjara. Epafroditus melakukan tugasnya dengan sangat baik.

Pendelegasian oleh Paulus dilakukan dengan pertimbangan yang baik.

Paulus melakukan semua itu dengan semangat tunduk kepada Kristus, bukan berdasarkan keinginan sendiri. Walaupun demikian, pendelegasian itu tidak membuat Paulus menjadi tidak peduli kepada jemaat Filipi. Ia tetap berharap bisa datang ke sana, apabila perkaranya sudah selesai.

Pemberitaan Injil ternyata harus melibatkan orang lain dalam kerja sama. Kita bisa saja mendelegasikan tugas kepada orang yang dianggap mampu. Dengan demikian, penyebaran Injil bisa dikerjakan dengan efektif dan efisien. Namun, jika hendak memilih delegasi, kita tidak boleh melakukannya dengan sembarangan. Dalam hal ini pun, kita harus bersikap taat dan tunduk kepada kehendak Tuhan.

Kita harus mendengarkan kehendak-Nya dengan saksama. Maka siapa pun yang diutus, mari kita hidup sebagai delegasi Kristus yang terus memberitakan Injil di dunia ini. Kita menjalani hidup mulia dengan menonjolkan sifat-sifat ilahi. [DSY]

(0.388903125) (1Tes 2:13) (sh: Menerima dan menghambat Injil (Sabtu, 25 Oktober 2003))
Menerima dan menghambat Injil

Menerima dan menghambat Injil. Jemaat Tesalonika menerima Injil bukan sebagai perkataan manusia, tetapi sebagai firman yang datang dari Allah. Sebaliknya, orang- orang Yahudi, bukan saja menolak firman Allah bagi diri mereka, tetapi menentang dan menghambat sekuat tenaga tersebarnya Injil bagi orang lain.

Orang-orang Yahudi yang disebutkan oleh rasul Paulus bukan hanya telah membunuh Tuhan Yesus dan para nabi, tetapi juga menganiaya para rasul dan pemberita Injil. Bahkan mereka juga berupaya untuk menghalang-halangi bangsa-bangsa nonyahudi sehingga tidak mendengar berita Injil. Sikap yang mereka lakukan agar rencana tersebut terlaksana adalah dengan: [1] tidak peduli dengan apa yang berkenan kepada Tuhan (ayat 15); [2] mereka tidak ingin orang lain mendengar apalagi menerima keselamatan (ayat hamba-hambanya&tab=notes" ver="">16a). Tindakan mereka ini mengindikasikan kepada kita bahwa mungkin sekali mereka merasa bahwa: pertama, hanya merekalah yang berhak atas firman dan mengajarkan firman. Kedua, mereka merasa bahwa diri mereka adalah penuntun, pendidik dan pengajar yang handal (Rm. 2:19-20). Namun menurut Paulus sikap seperti itu akan membuat mereka menerima hukuman-Nya (ayat hamba-hambanya&tab=notes" ver="">16b).

Melalui penjelasan Paulus ini, sepatutnyalah kita menaikkan syukur kepada Tuhan, karena ada orang-orang seperti Paulus yang memiliki kasih yang sejati untuk melayani jemaat dan memiliki ketulusan mengajarkan kebenaran kepada jemaat. Jadi kita, sebagai orang- orang Kristen yang hidup di zaman ini, tidak usah terlalu kuatir dengan penindasan dari luar. Karena sama seperti orang-orang Yahudi itu akan dihukum oleh Tuhan, demikian juga Tuhan berdaulat atas pembenci-pembenci umat Tuhan.

Renungkan: Penindasan sekeras apapun tidak dapat menghambat pemberitaan Injil dan mematikan jemaat Tuhan, karena Tuhan berdaulat memampukan para hamba-Nya tetap setia.

(0.388903125) (2Tes 2:13) (sh: Judul: Baca Gali Alkitab 6 (Selasa, 13 Oktober 2015))
Judul: Baca Gali Alkitab 6
Apa saja yang Anda baca?

1. Apa yang membuat Paulus mengucap syukur (13)?

2. Apa tujuan Allah memilih kita (13)?

3. Keselamatan dalam apa yang Allah kerjakan bagi hidup kita (13c)?

4. Apa yang kita peroleh ketika Allah memanggil kita masuk dalam keselamatan (14)?

5. Apa yang Paulus ajarkan untuk kita perbuat setelah kita beroleh keselamatan (15)?

6. Apa yang menjadi doa Paulus bagi anak-anak Tuhan (16, 17)?

Apa pesan yang Allah sampaikan kepada Anda?

1. Apa yang anda pelajari tentang keselamatan anda?

2. Apa yang anda pelajari tentang Allah?

3. Apa yang anda pelajari tentang Roh dan kebenaran?

4. Apa yang anda pelajari tentang ketaatan?

Apa respons Anda?

1. Apa yang ingin anda lakukan untuk memberitakan keselamatan dari Allah kepada orang lain?

Pokok Doa:

Melalui keberadaan kita, mereka yang belum percaya Kristus dapat melihat cinta kasih Allah dalam hidup kita.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2015/10/13/

(0.388903125) (Why 1:1) (sh: Pesan penting di masa gawat (Senin, 21 Oktober 2002))
Pesan penting di masa gawat

Pesan penting di masa gawat. Di tengah badai aniaya yang melanda umat-Nya, Tuhan Yesus memberikan wahyu kepada hamba-Nya, Yohanes untuk menghibur dan meneguhkan mereka. Dengan setia Yohanes bersaksi tentang wahyu yang telah diterimanya. Ia menuliskannya bagi ‘hamba-hamba Kristus’ (ayat 1) yang sedang menjalani masa uji dalam rangka pemurnian menjelang pemuliaan. Bagi “ia yang membacakan dan mereka yang mendengarkan kata-kata nubuat ini, dan yang menuruti apa yang ada tertulis di dalamnya” disebut berbahagia atau terberkati. Maksudnya jelas, menekuni dan mengamalkan Kitab Wahyu akan mendatangkan berkat bagi orang percaya dan jemaat, yakni ketangguhan menjalani masa uji yang penuh penderitaan, dan kemuliaan surgawi sebagai orang-orang yang menang.

Penghiburan dan peneguhan yang Tuhan Yesus sampaikan kepada umat-Nya, bertitik tolak dari hubungan antara Allah dengan umat-Nya, dengan mengedepankan kedaulatan karya-Nya. Kasih karunia, yang menjadi pokok keselamatan kita, dikatakan ‘menyertai kamu’ (ayat 4). Ungkapan ini menyiratkan kebenaran mendasar dalam keselamatan kita, bahwa sekali kita berada dalam kasih karunia Allah, selamanya kita berada dalam kasih karunia tersebut. Damai sejahtera, yang berarti kedamaian dan kesentosaan jiwa karena kepastian telah diperolehnya demai dengan Allah, juga dikatakan beserta umat-Nya. Itu berarti, bagi orang-orang yang berada dalam kasih karunia Allah, damai sejahtera hadir, dan di saat-saat topan kesengsaraan mengamuk, kedua hal itu menjadi bekal sekaligus titik berangkat pengharapan.

Pendeknya, dengan ‘kasih karunia dan damai sejahtera’ bagi umat-Nya, Allah bersama-sama dengan umat-Nya dalam menghadapi masa uji yang paling berat sekalipun. Ya, Allah mengasihi umat-Nya dan tidak membiarkan mereka berjuang sendirian. Allah sendiri tampil sebagai titik tekan penghiburan dan peneguhan itu.

Renungkan: Jaminan kemenangan bagi orang percaya yang sedang mengalami pergumulan mahadahsyat akan dikuatkan dan diteguhkan dengan pernyataan Tuhan Allah yang kekal berdaulat, Pencipta dan Penggenap sejarah umat manusia.

(0.3333455625) (Kel 32:11) (full: MUSA MENCOBA MELUNAKKAN HATI TUHAN. )

Nas : Kel 32:11

Doa syafaat Musa bagi umat Israel (ayat Kel 32:11-14) menunjukkan bahwa Allah menjawab doa-doa para hamba-Nya yang setia dan membiarkan mereka berperan serta dalam tujuan-tujuan dan keputusan-keputusan-Nya mengenai penebusan.

  1. 1) Jelas sekali bahwa Allah ingin membinasakan umat pemberontak itu (ayat Kel 32:10). Namun Musa, yang bertindak sebagai perantara di antara Tuhan dengan umat itu, dengan sungguh-sungguh memohon syafaat supaya melunakkan hati Allah sehingga mengubah maksud-Nya.
  2. 2) Karena doa Musa yang sungguh-sungguh, Tuhan menaruh belas kasihan (ayat Kel 32:14;

    lihat cat. --> Yak 5:16;

    [atau ref. Yak 5:16]

    lihat art. DOA SYAFAAT).

  3. 3) Kebenaran akbar yang ditekankan di sini ialah bahwa Allah menjadikan hamba-hamba-Nya rekan sekerja (1Kor 3:9). Ia menunjuk mereka sebagai perantara dan juru syafaat bagi yang terhilang

    (lihat cat. --> Rom 9:2),

    [atau ref. Rom 9:2]

    dan sampai batas tertentu nasib orang yang nyaris binasa ada di tangan mereka

    (lihat cat. --> Mat 9:38).

    [atau ref. Mat 9:38]

    Jadi, Allah telah menetapkan bahwa doa syafaat yang sungguh-sungguh dari orang yang benar dapat menggerakkan hati-Nya untuk mengubah maksud-Nya yang sementara dan mendatangkan penebusan bukannya hukuman (bd. Yeh 22:30). Doa sungguh-sungguh mengubahkan keadaan (bd. Mazm 106:44-45; Yer 18:8; 26:3,13,19; Am 7:2-6; Yun 3:10;

    lihat art. DOA SYAFAAT).

  4. 4) Allah tidak mengabaikan doa syafaat seorang hamba yang setia selama harapan akan penebusan masih tetap ada. Syafaat akan ditolak Allah hanya apabila dosa sudah mencapai puncaknya (bd. Yer 15:1; Yeh 14:14,16).
  5. 5) Merupakan rahasia yang tak terselami bahwa Allah dapat diyakinkan oleh doa syafaat manusia yang serba lemah untuk mengubah tindakan yang telah dinyatakan dan berbalik dari murka kepada pengampunan. Allah bukanlah oknum ilahi yang tak berperasaan atau takdir yang tegar, tetapi Allah berkepribadian yang senang digerakkan oleh kasih, iman, dan doa umat-Nya yang setia

    (lihat art. PEMELIHARAAN ALLAH).

(0.3333455625) (3Yoh 1:7) (full: KARENA NAMA-NYA. )

Nas : 3Yoh 1:7

Ayat 3Yoh 1:5-8 menunjuk kepada para pemberita Injil Kristus yang berkeliling. Tugas dan hak istimewa umat Allah ialah menyumbang kepada kebutuhan dan pekerjaan misioner.

  1. 1) Menerima, mengutus, dan menyokong pekabar Injil harus dilaksanakan dengan cara yang layak di hadapan Allah (ayat 3Yoh 1:6; 1Kor 9:14; Fili 4:10-18). Jangan mereka diperlakukan sebagai pengemis, namun hendaknya diterima sebagai Tuhan sendiri (Mat 10:40) dan sebagai hamba-Nya yang membawa Injil ke seluruh dunia

    (lihat cat. --> Mat 28:19).

    [atau ref. Mat 28:19]

  2. 2) Pengutusan para misionaris dalam gereja mula-mula terdiri atas penyediaan dana bagi perjalanan mereka serta penyediaan makanan dan uang yang cukup untuk membiayai hidup yang memadai

    (lihat cat. --> Gal 6:6-10;

    lihat cat. --> Fili 4:16;

    [atau ref. Gal 6:6-10; Fili 4:16]

    dan Tit 3:13). Dengan menyokong para pekabar Injil, umat Allah ikut serta dalam menyebarluaskan kebenaran (ayat 3Yoh 1:8).
(0.3333455625) (1Raj 19:9) (sh: Krisis berakhir pelayanan berakhir (Kamis, 9 Maret 2000))
Krisis berakhir pelayanan berakhir

Krisis berakhir pelayanan berakhir. Ada dua pelajaran yang sangat berguna bagi Kristen dari peristiwa krisis rohani yang dialami Elia, yaitu bagaimana krisis itu berakhir dan dampak yang mengikuti krisis itu akibat respons Elia yang kurang terpuji. Walaupun akhirnya krisis berlalu namun membawa dampak yang kurang menggembirakan bagi kehidupan pelayanan Elia.

Setelah mendapatkan kekuatan dari makanan yang disediakan Allah, Elia pergi ke gunung Horeb dan bermalam di gua. Orientasi pemikiran Elia masih terfokus pada pekerjaan dan keberadaannya yang terpojok (ayat hamba-hambanya&tab=notes" ver="">10, 14). Ia nampaknya belum mampu melepaskan diri dari permasalahan yang membelit dan melibas dirinya. Setelah ia bertemu dengan Allah yang hadir melalui angin sepoi-sepoi basa dan firman yang dinyatakan-Nya yang mengorientasi ulang pemikiran Elia (ayat 15), mulailah ia sadar dan berubah arah. Berarti kehadiran dan firman-Nya merupakan satu-satunya 'terapi' bagi krisis rohani Elia.

Namun tampaknya akhir krisis ini juga menandai akhir kehidupan pelayanan Elia. Allah memerintahkan Elia untuk mengurapi Elisa sebagai penggantinya. Hal ini cukup mendadak karena Allah belum pernah membicarakan mengenai regenerasi kepada Elia. Dan bukankah Elia juga baru saja melakukan tindakan yang sangat spektakuler dan menakjubkan, yang mampu membawa bangsa Israel berbalik kepada Allah? Mengapa tiba- tiba harus menyiapkan pengganti, bukankah Elia masih diperlukan untuk membimbing bangsa Israel? Alasan yang bisa kita dapatkan dari peristiwa ini adalah respons Elia sendiri ketika ia mengalami krisis rohani yaitu "Cukuplah itu, sekarang ya Tuhan ambillah nyawaku"(ayat 4). Dalam keadaan tertekan yang luar biasa, ia menyatakan ingin berhenti melayani lalu mati. Dengan kata lain Elia ingin terbebas dari permasalahan yang sedang dihadapinya dengan cara melarikan diri.

Renungkan: Respons kita dalam menghadapi krisis rohani akan menentukan perjalanan kehidupan pelayanan kita selanjutnya. Allah tidak menghendaki hamba-Nya menjadi seorang pengecut yang cepat putus asa dalam menghadapi suatu masalah. Temuilah Tuhan dan firman-Nya maka orientasi pikiran kita akan diubahkan, dan kita akan menemukan jawaban dan jalan keluar bagi krisis rohani kita.

(0.3333455625) (Yeh 29:1) (sh: Perlawanan terhadap buaya besar (Kamis, 20 September 2001))
Perlawanan terhadap buaya besar

Perlawanan terhadap buaya besar. Nubuatan perlawanan terhadap Mesir ini ditulis setelah masa pengepungan dan penaklukan Yerusalem, yakni tahun 587-585 SM, kecuali hamba-hambanya&tab=notes" ver="">29:17-21 ditulis pada tahun 571 SM. Firman Tuhan ditujukan kepada Firaun yang mewakili segenap bangsanya. Tuhan menghukum Firaun sesuai dengan perkataannya sendiri yang dilukiskan oleh Yehezkiel sebagai buaya besar yang berbaring di sungai Nil (ayat 3). Dengan demikian Tuhan akan membuat nasibnya sama seperti buaya besar yang dikenakan kelikir di rahangnya (ayat 4-5). Pada saat itu semua penduduk Mesir akan mengetahui bahwa tangan Tuhan telah turun atas Mesir (ayat 6-12) namun sama seperti Israel, keadaan Mesir akan dipulihkan walau tidak dalam kejayaan sebelumnya (ayat 13-16).

Bahasan selanjutnya di dalam ayat hamba-hambanya&tab=notes" ver="">17-21 ditulis paling akhir dari kitab Yehezkiel, sisipan ini dimasukkan sebagai tambahan di dalam nubuatan tersebut. Tercatat bahwa Nebukadnezar bekerja keras untuk merebut Tirus, kepala menjadi gundul dan bahu menjadi lecet karena pekerjaan yang sangat berat dalam membuat tanggul dari daratan ke kota Tirus. Tetapi baik ia maupun tentaranya tidak mendapat upah dari Tirus. Penduduk Tirus mempunyai cukup waktu untuk melarikan harta benda mereka yang berharga. Tuhan hendak mengganti upah hamba-Nya (Yer. 27:6) dengan memberikan kepadanya rampasan dari Mesir. Nebukadnezar menyerbu Mesir pada tahun 586 SM. Pada masa itu keadaan Israel akan dipulihkan (ayat 21).

Manusia baik secara perorangan maupun secara kelompok sering berbicara dengan nada arogansi. Dan ketika kita menatap bintang penghargaan di dalam etalase prestise, kita sering menggumam sama seperti Mesir: "Ini usahaku, ini prestasiku, medali ini aku yang punya. Penghargaan ini untuk aku." Kita boleh berbangga hati atas semua kesuksesan yang kita raih, namun bila hati tidak terkontrol, nada bicara kita akan berubah menjadi arogan.

Renungkan: Mesir disapa sebagai buaya besar karena omong besarnya. Setiap Kristen bisa jatuh ke dalam dosa yang sama bila tidak bijak dalam berkata dan bersikap. Kristen terpanggil untuk berkata-kata dengan benar dan membangun jemaat melalui kesederhanaan kata-kata dan kerendahan hati.

(0.3333455625) (Mi 7:1) (sh: Hidup di tengah masyarakat yang merosot moralnya (Kamis, 21 Desember 2000))
Hidup di tengah masyarakat yang merosot moralnya

Hidup di tengah masyarakat yang merosot moralnya. Mikha mengekspresikan kesengsaraan seorang saleh yang hidup di dalam masyarakat yang bobrok moralnya. Tangisannya mula-mula `Celakalah aku` adalah tangisan kesepian. Mati-matian ia mencari orang yang takut akan Allah di dalam masyarakatnya. Namun tidak ada. Orang saleh sudah hilang dari negerinya seperti kebun anggur yang telah habis anggurnya karena dipanen.

Masyarakat yang memberontak kepada Allah, seperti yang digambarkan oleh Mikha, akan mencemari hubungan antarindividu. Sebab relasi yang tidak benar antara manusia dengan Allah menyebabkan rusaknya konsep tentang diri sendiri dan orang lain. Mereka tidak dapat mempercayai diri sendiri apalagi mempercayai orang lain. Seluruh ikatan yang mungkin terjadi dalam masyarakat seperti persahabatan, kekasih, bahkan hubungan keluarga telah dicemari oleh dosa (4-6). Semua orang hanya mengutamakan keuntungan dan kepentingan diri sendiri sehingga tidak segan-segan merugikan bahkan mencelakakan teman, kekasih, atau orang tua sekalipun. Betapa mengerikannya hidup di dalam masyarakat yang demikian. Betapa sepinya jika tidak mengikuti arus masyarakat.

Mikha sebagai umat Allah dan hamba-Nya yang hidup dalam masyarakat yang sudah sedemikian bobrok moralnya sebenarnya dapat memilih mengikuti pola pikir dan cara hidup orang-orang di sekelilingnya. Ia dapat menjadikan kehidupan masyarakat pada zaman itu sebagai standar bagi kehidupannya sehingga ia akan menjadi sama dengan mereka, tidak dipandang aneh, dan tidak akan mengalami kesepian seperti yang ia tangiskan. Puji Tuhan, Mikha memilih untuk tetap mengandalkan Allah dan berharap kepada-Nya (7). Pilihan Mikha ini sangat praktis. Ia meletakkan pengharapan kepada Allah bukan berharap pada situasi yang berubah. Ia berharap kepada apa yang akan dilakukan Allah, bukan kepada apa yang akan dilakukan oleh masyarakat di sekitarnya. Kata `berharap' adalah kata kunci dalam Perjanjian Lama yang menandakan kerelaan untuk menunggu dan keyakinan yang teguh akan kebaikan yang telah Allah sediakan bagi kita di masa mendatang.

Renungkan: Dimana pun kita hidup di dunia ini, tetaplah setia kepada Allah dan jadikanlah Dia sebagai acuan hidup kita, meskipun kita kesepian karena tidak ada seorang pun yang mendukung kita.



TIP #33: Situs ini membutuhkan masukan, ide, dan partisipasi Anda! Klik "Laporan Masalah/Saran" di bagian bawah halaman. [SEMUA]
dibuat dalam 0.04 detik
dipersembahkan oleh YLSA