Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 61 - 80 dari 211 ayat untuk menimbulkan (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.21941464516129) (1Kor 12:1) (jerusalem) Ketiga bab ini, 12-14, membahas penggunaan baik dari karunia-karunia Roh Kudus (karismata). Karunia-karunia itu dianugerahkan kepada jemaat sebagai tanda bukti kelihatan dari kehadiran Roh Kudus. Karunia-karunia itu juga dimaksudkan untuk menanggapi keadaan jemaat yang masih baru, yang mentalitas kafirnya dahulu belum juga diresapi kepercayaan Kristen. Orang-orang Korintus mengutamakan karunia-karunia yang paling mengherankan lalu digunakan dalam suasana yang tidak keruan. Dalam hal itu mereka meniru upacara-upacara kafir. Paulus turun tangan dengan menandaskan, bahwa karunia-karunia itu dianugerahkan buat pembinaan jemaat, sehingga tidak boleh menimbulkan persaingan (bab 12). Kemudian Paulus menjelaskan bahwa ada urutan nilai dalam karunia-karunia itu sekedar memberi sumbangannya bagi pembinaan jemaat.
(0.21720941935484) (Ayb 6:1) (sh: Bukan selalu karena dosa (Kamis, 8 November 2012))
Bukan selalu karena dosa

Judul: Bukan selalu karena dosa
Tidak semua penderitaan disebabkan oleh dosa. Ada kalanya Tuhan mengizinkan hal itu terjadi walau kita tidak tahu tujuannya. Itulah respons Ayub terhadap opini Elifas, yang didasarkan pada pengalamannya. Namun Ayub tetap pada keyakinannya bahwa dia tidak bersalah di hadapan Tuhan (6:28-30).

Penderitaan Ayub memang luar biasa. Harta benda ludes begitu saja, sepuluh anak tewas mengenaskan, dan tubuh dipenuhi penyakit kulit yang tak tertahankan. Bayangkan! Tidak banyak orang yang bermental baja untuk menghadapi situasi yang demikian berat. Tak heran bila Ayub merasa bahwa Tuhan sedang menghukum dia (6:4). Lalu bagaimana respons Ayub?

Ayub jujur mengatakan bahwa penderitaannya tidak tertahankan (6:3-7). Bahkan, kematian menjadi kelepasan dari penderitaan (6:8-14). Sahabat-sahabatnya pun bukan menghibur dan menolong, melainkan malah menghakimi dia (6:15-20, 22-25). Ayub menantang balik mereka untuk membuktikan kesalahannya (6:24-30). Di sisi lain, Ayub menyadari kefanaan manusia. Pasal 7 merupakan penuturan panjang mengenai manusia dalam pergumulan hidup karena ketidakberdayaan terhadap perlakuan Tuhan (7:17-19). Sekali lagi bagi Ayub kematian adalah kelepasan dari dari penderitaan (7:15-16). Ia juga bersikukuh bahwa ia tidak berdosa sehingga pantas menerima semua itu (7:20-21).

Dalam situasi seperti itu, yang dibutuhkan Ayub bukanlah tuduhan, tetapi empati. Perkataan Elifas menempatkan Ayub sebagai pendosa besar, dan ini jelas sukar diterima Ayub. Tak heran ia bereaksi demikian keras.

Perkataan Elifas menjadi pelajaran penting dalam menghadapi orang yang sedang kemalangan. Kita perlu berhati-hati dengan perkataan kita yang bertujuan menghibur orang yang kemalangan, tetapi nyatanya seolah hakim yang menjatuhkan vonis kepada terdakwa. Pahamilah bahwa pengalaman kita belum tentu sama dengan pengalaman orang lain. Karena itu jangan berdiri lebih tinggi dari orang yang sedang kemalangan, melainkan duduklah sama rendah agar kita dapat menjadi sahabat yang baik bagi dia.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/11/08/

(0.21720941935484) (Mzm 37:1) (sh: Jangan iri terhadap orang fasik (Minggu, 6 November 2011))
Jangan iri terhadap orang fasik

Judul: Jangan iri terhadap orang fasik
Mazmur 37 lebih tepat digolongkan sebagai mazmur hikmat yang bersifat didaktis, bukan sebagai doa. Dengan struktur puisi akrostik, yaitu huruf pertama setiap bait mengikuti urutan abjad Ibrani, mazmur ini mudah dihafal sebagai petunjuk menjalani hidup sebagai orang benar. Mazmur ini mulai dengan ajakan kepada orang benar agar tidak marah atau iri terhadap orang fasik (1-11). Disambung dengan pemaparan akan kejahatan orang fasik dan kebinasaan mereka (12-26), diakhiri perintah agar hidup dalam kebenaran disertai janji Tuhan bagi yang hidup benar (27-40).

Mengapa orang benar tidak perlu marah atau iri kepada orang fasik? Pertama, walaupun orang fasik kelihatan berjaya, mereka akan segera lenyap (2, 9-10). Seperti rumput yang berumur pendek dan daun yang cepat layu, demikian gambaran kefanaan orang fasik. Kedua, orang benar ada dalam pemeliharaan Tuhan (3-6, 11). Bisa saja sesaat kehidupan orang benar lebih sengsara daripada orang fasik. Namun, dalam jangka panjang akan terlihat orang benar justru bertahan sampai kesudahannya. Hal itu terjadi bukan karena kekuatan orang benar sendiri, melainkan kasih karunia Tuhan. Ketiga, iri hati kepada orang fasik merupakan bentuk ketidakpercayaan seseorang kepada Tuhan. Ia meragukan keadilan Tuhan dan kemampuan Tuhan untuk memberkati dia. Iri hati dengan sendirinya adalah dosa. Orang benar dengan iri hati tidak kompatibel. Itu sama saja menyebut orang benar sebagai berdosa.

Apakah Anda sedang marah kepada orang fasik karena kejahatannya merugikan Anda, membuat masyarakat menderita, dan menghina nama Tuhan? Serahkan kemarahanmu pada Tuhan, biarkan Dia bertindak menyatakan keadilan-Nya, membela nama-Nya sendiri. Justru kita perlu berdoa agar dalam belas kasih Allah, hukuman Allah yang dijatuhkan pada orang fasik membawanya kepada pertobatan!

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2011/11/06/

(0.21720941935484) (Mzm 46:1) (sh: Aman dalam perlindungan Allah (Selasa, 10 Februari 2004))
Aman dalam perlindungan Allah

Aman dalam perlindungan Allah. Bulan-bulan ini dan ke depan, situasi macam apakah yang kita hadapi? Apakah banjir kembali melanda sejumlah daerah di Indonesia? Apakah justru kemarau panjang terus menerus terjadi? Apakah kampanye partai-partai dan segala hal yang berkaitan dengan persiapan Pemilu 2004 akan menimbulkan gelombang kerusuhan? Apakah ekonomi Indonesia semakin terpuruk? Apakah anak-anak Tuhan akan semakin terpojokkan oleh fanatisme kelompok agama lain?

Semua kesulitan dan tantangan yang sedang atau akan kita hadapi itu bagaikan laut yang bergelora, “ribut dan berbuih airnya.” (ayat 4). Pada masa Perjanjian Lama, lautan yang bergelora melambangkan kuasa kejahatan yang mengganggu dan merusak umat manusia. Kuasa kejahatan dipersonifikasi dengan dewa penguasa lautan, yang berkuasa menimbulkan kekacauan dan malapetaka bagi umat manusia. Namun, bersama si pemazmur, kita diajak untuk meneguhkan iman kita kepada Allah (ayat 2). Allah mengendalikan semua kejadian di muka bumi ini, bahkan mengontrol air bah kekacauan yang melanda dunia ini (ayat 3-4).

Orang yang berlindung di dalam naungan Allah Yang Mahatinggi, akan mengalami rasa aman yang luar biasa (ayat 5-6). Lautan air yang melambangkan kuasa kekacauan, di dalam kendali Allah tidak lebih dari aliran air sungai yang mengalir tenang dan memenuhi kebutuhan kota milik Allah (ayat 5). Orang yang tinggal di dalamnya tidak akan takut (ayat 6), karena mereka akan menyaksikan demonstrasi kedaulatan dan kekuasaan Allah atas dunia ini (ayat 7,9-10).

Janji-Nya kepada orang yang takut akan Tuhan adalah penyertaan dan perlindungan-Nya (ayat 8,12). Oleh karena itu, jangan takut dan panik, sebaliknya “Diam dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!” (ayat 11).

Renungkan: Situasi boleh menjadi semakin parah dan menakutkan, tetapi selama kita berlindung pada Allah kita tidak perlu takut.

(0.21720941935484) (Luk 2:25) (sh: Yang dekat Allah, mengerti rencana Allah (Rabu, 31 Desember 2003))
Yang dekat Allah, mengerti rencana Allah

Yang dekat Allah, mengerti rencana Allah. Kehadiran Yesus di Bait Allah, saat masih berusia sangat muda, ternyata sudah menimbulkan pengaruh besar. Ada dua orang tua bernama Simeon dan Hana, yang dihormati dan dikenal masyarakat Israel saat itu sebagai orang benar dan saleh, mengenali bayi Yesus sebagai Juruselamat Israel. Masing-masing dengan caranya sendiri merespons terhadap kehadiran bayi Yesus.

Simeon, seorang yang selain dikenal sebagai orang yang benar dan saleh juga disebut penuh Roh Kudus. Ia mendapatkan janji bahwa dirinya tidak akan mati sebelum melihat Mesias. Maka setelah ia melihat bayi Yesus, ia memuji Tuhan yang intinya adalah sukacita kepuasan karena diizinkan melihat dan mengenali Yesus. Ia juga menubuatkan bahwa Yesus bukan hanya Juruselamat bagi Israel tetapi bagi semua bangsa. Bahkan secara khusus ia mengatakan kepada Maria bahwa Yesus akan menimbulkan perpecahan di Israel. Hana, seorang nabiah, yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk beribadah, doa dan puasa, juga membicarakan akan karya Yesus sebagai Penyelamat umat.

Timbul pertanyaan menarik bagi kita: “Mengapa mereka bisa mengenali Yesus yang masih bayi itu sebagai Mesias dan pengharapan Israel? Kita menemukan jawaban yang menarik pula. Ada dua alasan yang secara jelas dipaparkan dalam bacaan kita: (ayat 1). Karena Roh Kudus menyatakan kebenaran ilahi itu kepada mereka (ayat 26); (ayat 2). Karena mereka memelihara kehidupan saleh dan dekat dengan Tuhan (ayat 25,37). Kedekatan mereka dengan Allah inilah yang menyebabkan mereka peka mendengar suara Roh Kudus yang menyatakan rencana Allah bagi bangsa mereka.

Renungkan: Zaman sekarang ini gereja Tuhan membutuhkan anak-anak Tuhan yang hidup dekat dengan Allah sehingga memiliki kepekaan terhadap isi hati Allah yang ingin diungkapkan-Nya lewat firman Tuhan. Andakah orangnya?

(0.21720941935484) (1Tim 1:18) (sh: Iman, hati nurani, dan perjuangan (Sabtu, 8 Juni 2002))
Iman, hati nurani, dan perjuangan

Iman, hati nurani, dan perjuangan. Paulus, sebagai rasul atas perintah Allah sendiri (ayat 1:1), yang telah beroleh kasih karunia begitu mengherankan dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 1:14), sekarang memberikan tugas kepada anaknya yang sah dalam iman, Timotius (ayat 1:1;18). Latar belakang dari bagian surat ini memberitahukan kita bahwa tugas yang disampaikan Paulus ini merupakan tugas yang penting dan harus Timotius kerjakan dengan sungguh-sungguh. Paulus juga mengingatkan Timotius bahwa dirinya menjadi pelayan Tuhan berdasarkan nubuat, yaitu peneguhan Roh Kudus atas panggilan Timotius melalui sesama orang percaya, termasuk Paulus sendiri (ayat 18b).

Tugas itu adalah "memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni" (ayat 18b). Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.

Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. Kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih (ayat 1:5). Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang.

Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1:9-11, 3:9). Himeneus dan Aleksander adalah contoh orang-orang yang melayani, namun kandas imannya karena menolak memelihara hati nurani yang murni (ayat 19-20). Menyerahkan mereka kepada Iblis adalah tindakan disiplin yang terakhir, untuk membawa pada penyesalan dan pertobatan (bdk. 1Kor. 5:2).

Renungkan: Tiap bentuk pelayanan yang Kristen lakukan, dari menjadi sukarelawan/wati juru masak untuk kegiatan gereja sampai menjadi ketua sinode, semuanya menuntut keseriusan untuk melihatnya sebagai suatu perjuangan. Semuanya juga menuntut Kristen untuk setia menjaga kemurnian hati nurani dan perilaku yang dihasilkannya.

(0.21720941935484) (1Tim 2:1) (sh: Iman, hati nurani, dan perjuangan (Minggu, 9 Juni 2002))
Iman, hati nurani, dan perjuangan

Iman, hati nurani, dan perjuangan. Paulus, sebagai rasul atas perintah Allah sendiri (ayat 1:1), yang telah beroleh kasih karunia begitu mengherankan dari Tuhan Yesus Kristus (ayat 1:14), sekarang memberikan tugas kepada anaknya yang sah dalam iman, Timotius (ayat 1:1;18). Latar belakang dari bagian surat ini memberitahukan kita bahwa tugas yang disampaikan Paulus ini merupakan tugas yang penting dan harus Timotius kerjakan dengan sungguh-sungguh. Paulus juga mengingatkan Timotius bahwa dirinya menjadi pelayan Tuhan berdasarkan nubuat, yaitu peneguhan Roh Kudus atas panggilan Timotius melalui sesama orang percaya, termasuk Paulus sendiri (ayat 18b).

Tugas itu adalah "memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni" (ayat 18b). Kata kerja Yunani yang diterjemahkan menjadi "memperjuangkan" di sini mempunyai arti harfiah mengabdi sebagai prajurit. Perjuangan itu, seperti yang akan kita lihat pada nas-nas selanjutnya, adalah memelihara jemaat yang Allah telah percayakan kepadanya.

Untuk dapat melakukannya, Paulus menunjuk pada iman dan hati nurani yang murni sebagai syarat utama. Kedua hal ini, sebelumnya telah disebutkan Paulus, akan menimbulkan kasih (ayat 1:5). Setelah kasih, maka dalam kasih karunia Allah, iman dan hati nurani yang murni itu akan menimbulkan kerelaan untuk berjuang.

Hati nurani (syneidesis) di dalam surat I Timotius berarti kesadaran yang mendasari terwujudnya perilaku yang sesuai dengan etika Kristiani (bdk. 1:9-11, 3:9). Himeneus dan Aleksander adalah contoh orang-orang yang melayani, namun kandas imannya karena menolak memelihara hati nurani yang murni (ayat 19-20). Menyerahkan mereka kepada Iblis adalah tindakan disiplin yang terakhir, untuk membawa pada penyesalan dan pertobatan (bdk. 1Kor. 5:2).

Renungkan: Tiap bentuk pelayanan yang Kristen lakukan, dari menjadi sukarelawan/wati juru masak untuk kegiatan gereja sampai menjadi ketua sinode, semuanya menuntut keseriusan untuk melihatnya sebagai suatu perjuangan. Semuanya juga menuntut Kristen untuk setia menjaga kemurnian hati nurani dan perilaku yang dihasilkannya.

(0.17553170967742) (Kej 3:4) (full: SEKALI-KALI KAMU TIDAK AKAN MATI. )

Nas : Kej 3:4

Umat manusia terikat kepada Allah oleh iman pada firman-Nya sebagai kebenaran mutlak

(lihat cat. --> Kej 2:16).

[atau ref. Kej 2:16]

  1. 1) Karena mengetahui hal ini, Iblis berusaha untuk menghancurkan iman wanita kepada apa yang dikatakan Allah dengan menimbulkan keragu-raguan mengenai Firman itu. Iblis memberi kesan bahwa Allah tidak bersungguh-sungguh dengan perkataan-Nya (bd. Kej 2:16-17). Dengan kata lain, kebohongan pertama Iblis merupakan suatu bentuk antinomisme, menyangkal hukuman mati untuk dosa dan kemurtadan.
  2. 2) Salah satu dosa pokok manusia ialah tidak percaya pada firman Allah. Yakni percaya bahwa Allah tidak bersungguh-sungguh ketika berbicara tentang keselamatan, kebenaran, dosa, hukuman dan kematian. Kebohongan Iblis yang paling bertahan ialah bahwa dosa dan pemberontakan kepada Allah yang tidak disesali dan disengaja tidak akan mengakibatkan perpisahan dengan Allah dan kutukan kekal

    (lihat cat. --> 1Kor 6:9;

    lihat cat. --> Gal 5:21;

    lihat cat. --> 1Yoh 2:4).

    [atau ref. 1Kor 6:9; Gal 5:21; 1Yoh 2:4]

(0.17553170967742) (Mat 5:28) (full: MEMANDANG ... MENGINGINKANNYA. )

Nas : Mat 5:28

Yang disalahkan oleh Kristus bukanlah pikiran mendadak yang mungkin dibisikkan oleh Iblis ke dalam pikiran seorang, bukan juga keinginan yang tidak senonoh yang muncul dengan tiba-tiba. Yang dimaksudkan adalah pikiran atau keinginan tidak senonoh yang disetujui oleh kehendak seseorang, yaitu keinginan amoral yang akan dilaksanakan jikalau ada kesempatan. Keinginan dalam hati akan kenikmatan seksual yang haram, bila direnungkan dan tidak dilawan, adalah dosa

(lihat art. NORMA-NORMA MORALITAS SEKSUAL).

  1. 1) Orang Kristen harus berhati-hati dalam mengelak kesenangan yang diperoleh dari melihat gambar amoral sebagaimana ditampilkan dalam film atau bacaan yang cabul (bd. 1Kor 6:15,18; Gal 5:19,21; Ef 5:5; Kol 3:5; 2Tim 2:22; Tit 2:12; Ibr 13:4; Yak 1:14; 1Pet 2:11; 2Pet 3:3; 1Yoh 2:16).
  2. 2) Dalam hal mempertahankan kesucian seksual, baik perempuan maupun laki-laki memiliki tanggung jawab. Seorang wanita Kristen harus hati-hati agar tidak berdandan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian kepada tubuhnya, dan dengan demikian menimbulkan godaan bagi laki-laki serta merangsang hawa nafsu. Berdandan secara tidak sopan adalah dosa (1Tim 2:9; 1Pet 3:2-3).
(0.17553170967742) (Luk 23:35) (full: ORANG BANYAK BERDIRI DI SITU DAN MELIHAT. )

Nas : Luk 23:35

Suatu bukti yang paling meyakinkan tentang kebejatan hati manusia adalah kenyataan bahwa orang senang menyaksikan kekerasan, darah, dan kematian.

  1. 1) Kita melihat hal ini di gelanggang Romawi dan Yunani, tempat para penonton bersorak-sorai sementara orang bertarung dan saling membunuh. Kita melihat hal serupa dalam diri orang yang menyaksikan Yesus mati secara mengerikan (ayat Luk 23:35-37). Juga kita melihatnya dalam sejarah penganiayaan orang percaya.
  2. 2) Kita menyaksikan hal ini dalam masyarakat modern juga, sementara berjuta-juta orang dewasa dan anak-anak mendapatkan kesenangan dan hiburan melalui televisi dan media lainnya yang menggambarkan penderitaan manusia, darah, kekerasan, dan kematian

    (lihat cat. --> Rom 1:32).

    [atau ref. Rom 1:32]

  3. 3) Yesus mati untuk mengubah sikap demikian dan menimbulkan kasih dan kepedulian. Ia ingin agar kita melihat dampak dosa atas kehidupan manusia dengan pandangan yang penuh belas kasihan dan mendengarkan rintihan umat manusia yang menderita

    (lihat cat. --> Luk 13:16).

    [atau ref. Luk 13:16]

  4. 4) Orang-tua bertanggung jawab untuk menjaga dirinya sendiri dan keluarganya dari segala pengaruh yang akan menyebabkan mereka kebal terhadap kesakitan dan keparahan keadaan manusia

    (lihat cat. --> Mat 18:6).

    [atau ref. Mat 18:6]

(0.17553170967742) (Rm 5:3) (full: KITA MALAH BERMEGAH JUGA DALAM KESENGSARAAN KITA. )

Nas : Rom 5:3

Paulus menyebutkan "kesengsaraan" sebagai salah satu berkat dari keselamatan kita dalam Kristus.

  1. 1) Kata "kesengsaraan" menunjuk kepada bermacam-macam pencobaan yang mungkin menekan kita. Ini termasuk hal-hal seperti tekanan kebutuhan keuangan atau jasmaniah, keadaan yang kurang menguntungkan, kesusahan, penyakit, penganiayaan, penyalahgunaan atau kesepian

    (lihat art. PENDERITAAN ORANG BENAR).

  2. 2) Di tengah kesulitan-kesulitan ini kasih karunia Allah memungkinkan kita mencari wajah-Nya dengan lebih bersungguh-sungguh dan menghasilkan roh dan sifat tabah yang mengatasi pencobaan hidup ini. Penderitaan menimbulkan ketekunan (ayat Rom 5:3) bukan membawa kepada keputusasaan, dan ketekunan itu menghasilkan sifat yang dapat diandalkan (ayat Rom 5:4), dan sifat yang dapat diandalkan itu menghasilkan pengharapan matang yang tidak akan mengecewakan (ayat Rom 5:5).
  3. 3) Kasih karunia Allah mengizinkan kita memandang melewati persoalan kita kepada suatu pengharapan yang sungguh dalam Allah dan kedatangan Tuhan kita ke dunia untuk menegakkan kebenaran dan kekudusan di langit baru dan bumi baru (1Tes 4:13; Wahy 19:1-22:21). Sementara itu, Allah telah mencurahkan kasih-Nya ke dalam hati kita oleh Roh Kudus untuk menghibur kita dalam pencobaan dan mendekatkan kehadiran Kristus (Yoh 14:16-23).
(0.17553170967742) (1Ptr 3:3) (full: PERHIASANMU IALAH MANUSIA BATINIAH. )

Nas : 1Pet 3:3-4

Perhiasan yang terlalu mencolok atau mahal bertentangan dengan sikap kesederhanaan yang diinginkan Allah dari seorang istri Kristen

(lihat cat. --> 1Tim 2:9).

[atau ref. 1Tim 2:9]

  1. 1) Yang dinilai tinggi oleh Allah di dalam diri seorang istri Kristen ialah sikap yang lemah lembut dan tenang (bd. Mat 11:29; 21:5) yang berusaha untuk memuliakan Dia dengan menyerahkan dirinya untuk menolong suami dan keluarganya mencapai kehendak Allah dalam hidup mereka.
    1. (a) Kata sifat "lembut" menggambarkan suatu sikap sederhana yang terungkap dalam kerendahan hati yang halus dan kepedulian terhadap orang lain (bd. Mat 5:5; 2Kor 10:1; Gal 5:23).
    2. (b) Kata sifat "tenteram" menunjuk kepada suatu sikap yang tidak riuh dan tidak menimbulkan keributan. Dengan kata lain, Allah menyatakan bahwa kecantikan yang sejati adalah soal sifat dan bukan hiasan.
  2. 2) Istri-istri Kristen harus tetap setia kepada Kristus dan Firman-Nya di dalam dunia yang dipengaruhi oleh materialisme, gaya-gaya manipulasi, pengutamaan diri, perhatian berlebihan terhadap seks, dan menganggap rendah nilai-nilai rumah tangga dan keluarga.
(0.17553170967742) (Kel 16:1) (jerusalem) Dalam ceritera mengenai manna dan burung puyuh ini terpelihara beberapa unsur dari tradisi Yahwista, walaupun ceritera ini secara menyeluruh berasal dari tradisi Para Imam ini terasa dalam peraturan ketat mengenai pemungutan manna yang harus sesuai dengan hukum hari Sabat). Kenyataan bahwa manna dan burung puyuh dalam ceritera ini dibicarakan bersama-sama menimbulkan persoalan. Sebab manna dihasilkan oleh sejenis serangga yang hidup atas sejenis semak tamaris dan yang hanya terdapat di daerah tengah Semenanjung Sinai. Manna itu dikumpulkan selama bulan-bulan Mei-Juni. Sebaliknya di sekitar bulan September burung puyuh yang terbawa oleh angin dari sebelah barat dan kecapaian karena perjalanannya kembali dari Eropa melalui Laut Tengah dalam jumlah besar mendarat di daerah pantai, jadi di sebelah utara Semenanjung Sinai, bdk Bil 11:31. Kisah bab 16 ini barangkali menggabungkan tradisi-tradisi yang masing-masing berasal dari dua kelompok orang Israel yang meninggalkan negeri Mesir pada waktu yang berbeda dan yang menempuh jalan yang berbeda pula, bdk Kel 7:14+; Kel 11:1+. Kedua peristiwa alamiah (manna, burung puyuh) yang menarik perhatian itu oleh tradisi dimanfaatkan untuk memperhatikannya perlindungan istimewa dari pihak Tuhan bagi umatNya. Makanan manna yang ajaib itu diluhurkan oleh Kitab Suci, Maz 78:18-19; 105:40; 106:13-15 dan kitab Kebijaksanaan Salomo, Wis 16:20-29, dan dalam tradisi Kristen, bdk Yoh 6:26-38, manna itu menjadi lambang Ekaristi, santapan rohani bagi Gereja, ialah Israel sejati yang sedang menempuh keluarannya di bumi ini.
(0.17553170967742) (Im 17:1) (jerusalem) Bab Ima 17:1-27:34 kitab Imamat ini lazimnya diberi judul: "Hukum Kekudusan". Bagian ini memang berasal dari tradisi Para Imam, tetapi bagian inti tampaknya terbentuk pada akhir zaman para raja dan memuat adat kebiasaan yang ditepati dalam bait Allah di Yerusalem. Dalam "Hukum Kekudusan" itu tampaklah dengan jelas sejumlah besar dengan ajaran nabi Yehezkiel. Ini berarti bahwa ajaran nabi itu tidak lain kecuali suatu perkembangan dari apa yang sudah ada sebelum masa pembuangan Israel ke Babel. Adapun kekudusan ialah sebuah sifat hakiki Allah Israel, bdk Ima 11:44-45; 19:2; 20:7,26; 21:8; 22:23 dst. Arti pertama kata "Kudus" ialah: yang terpisah yang transenden dan tidak terhampiri, sehingga menimbulkan rasa takut keagamaan, Kel 33:20+. Kekudusan Allah itu meliputi juga segala sesuatu yang berhubungan dengan Allah atau diserahkan kepadaNya, yaitu: tempat, Kel 19:12+, masa dan waktu, Kel 16:23; Ima 23:4+, tabut perjanjian, 2Sa 6:7+, manusia, Kel 19:6+, khususnya para imam, Ima 21:6, benda-benda, Kel 30:29; Bil 18:9, dll. Mengingat hubungannya dengan ibadat maka "kudus" berdekatan dengan "tahir". Sejauh itu "Hukum Kekudusan" dapat juga disebut "Hukum Ketahiran". Akan tetapi sifat moril Allahnya Israel merohanikan pandangan primitip itu. "Kudus" tidak hanya berarti: dipisahkan dari apa yang profan (teruntuk bagi keperluan manusia), tetapi terutama: dipisahkan dari dosa: ketahiran lahiriah bergabung dengan kesucian hati manusia, bdk penglihatan nabi Yesaya, Yes 6:3+.
(0.17553170967742) (Bil 27:1) (sh: Hak waris lelaki dan perempuan sama (Senin, 15 November 1999))
Hak waris lelaki dan perempuan sama

Hak waris lelaki dan perempuan sama. Tradisi yang seolah lebih mengutamakan peran pria, tentu saja memojokkan kedudukan perempuan. Tradisi tidak seimbang ini menimbulkan protes keluarga Zelafehad yang tidak mempunyai keturunan laki-laki. Peran seorang perempuan di sini diungkapkan dengan cara yang berbeda dengan peran laki-laki, namun masing-masing dihargai dengan nilai yang sama dan mendapatkan bagian yang sama. Bagi gereja masa kini, mungkin peranan wanita tidak seporsi dengan peran pria, namun jika gereja tidak memberikan kesempatan dan menghargai keberadaan perempuan dalam persekutuan umat, akan melukai kepribadiannya dan mengingkari karunia Allah.

Regenerasi kepemimpinan. Ketika Musa, pemimpin Israel akan "lengser" (turun), Allah telah mempersiapkan seorang pemimpin pengganti Musa: seorang yang lebih muda, cekatan, dan setia. Musa harus mendelegasikan tugas kepemimpinan itu kepada Yosua, dengan menumpangkan tangannya. Mungkin sulit untuk mempercayai dan menyerahkan kuasa kepada pemimpin yang lebih muda; namun Musa taat, bahkan memberikan teladan yang baik sebagai pemimpin.

Renungkan: Allah berperan penting dalam setiap proses peralihan kepemimpinan; apalagi jika menyangkut keberlangsungan umat-Nya.

(0.17553170967742) (Bil 32:1) (sh: Iman bani Ruben dan Gad (Selasa, 23 November 1999))
Iman bani Ruben dan Gad

Iman bani Ruben dan Gad. Ketika tugas pengabdian pada negara harus dilaksanakan, maka seorang pejuang harus berani meninggalkan keluarganya. Itulah prinsip seorang pejuang. Bani Ruben dan Gad membangun rumah untuk keluarga dan ternak mereka. Namun karena mereka harus berperang dan bergabung dengan bani lainnya - demi keutuhan dan keamanan bangsa - maka keluarga dan harta benda (ternak) harus mereka tinggalkan tanpa dijaga. Keluarga mereka dipercayakan kepada Allah yang akan melindungi dan memelihara. Mereka mendahulukan tugas dan tanggung jawab bangsa, karena mereka percaya dan bergantung sepenuhnya pada Allah.

Komitmen bukan persetujuan. Keputusan yang diambil bani Ruben dan Gad menimbulkan pertentangan kepentingan. Pada awalnya, Musa tidak menyetujui usul bani Ruben dan Gad, karena itu dianggap sebagai tindakan pemberontakan terhadap Allah. Namun ketika dilihat bahwa mereka tetap berkomitmen atas misi yang Allah berikan, maka Musa mengizinkan. Ukuran kita terhadap sesama Kristen bukan apakah mereka mempunyai pemikiran yang sama persis dengan kita, namun nilai mereka berdasarkan komitmen dan ketaatannya kepada Allah.

Renungkan: Melakukan perintah Allah adalah prioritas utama dalam kehidupan Kristen. Lakukanlah sebagai komitmen hidup.

(0.17553170967742) (Ul 28:15) (sh: Dahsyatnya hukuman Allah atas dosa (Minggu, 11 Juli 2004))
Dahsyatnya hukuman Allah atas dosa

Dahsyatnya hukuman Allah atas dosa. Allah adil. Orang yang bermain dengan dosa dan mengkhianati perjanjian dengan-Nya harus menanggung akibatnya. Tidak ada yang luput dari hukuman Allah. Hukuman ini diuraikan dalam tiga bagian besar, yaitu 15-46,47-57,58-68. Sedangkan kutuk di bagian ini disusun sbb.: Pemaklumatan kutuk (ayat 15-19), dilanjutkan dengan penjabaran kutukan yang akan menimpa Israel yang makin lama makin berat dan dahsyat (ayat 20-44). Ditutup dengan kesimpulan (ayat 45-46; band. 15). Kutuk yang dijabarkan di ayat 20-44 meliputi: Pertama, berbagai malapetaka alam yang akan menimpa bangsa Israel (ayat 20-24). Kedua, kumpulan kutukan yang disusun secara bertolakbelakang (ayat 25-37): berupa kekalahan dan kematian akibat peperangan dengan musuh (ayat 25-26 dan 32-37), yang menimbulkan berbagai sakit penyakit dan membawa kepada kegilaan (ayat 27-31). Ketiga, kutukan terhadap segala usaha agraris bangsa Israel yang mengakibatkan kegagalan panen dan bahkan berhutang kepada orang asing (ayat 38-44). Semua kutuk ini merupakan hukuman yang akan menimpa bangsa Israel diakibatkan oleh pelanggaran perjanjian bangsa Israel dengan Tuhan.

Syukur kepada Allah. Kita yang percaya kepada Tuhan Yesus tidak lagi harus menanggung kutukan dosa. Dia sudah menanggungnya di kayu salib. Bila kita mengkhianati Dia lagi, itu sama saja dengan tidak menghormati karya-Nya di kayu salib.

Camkanlah: Saat kita sengaja bermain dengan dosa, Yesus seakan mengalami lagi siksa kayu salib!

(0.17553170967742) (1Sam 15:1) (sh: Tuhan atau perut sendiri? (Selasa, 9 Desember 1997))
Tuhan atau perut sendiri?

Tuhan atau perut sendiri?
Perintah Tuhan pada dasarnya menuntut orang untuk mengutamakan Tuhan melampaui apa pun termasuk pertimbangan manusiawi. Perintah untuk menumpas Amalek kedengarannya tidak manusiawi dan menimbulkan banyak pertanyaan. Namun alasan Saul tidak menaati perintah itu bukanlah pertimbangan perikemanusiaan, melainkan manipulasi perintah Tuhan untuk memenuhi ketamakan dan kecongkakannya sendiri (ayat 9). Wajarlah bila Tuhan menyesal. Orang yang sedemikian dipercaya untuk mengemban tugas ilahi ternyata hanya memikirkan perut sendiri.

Ketaatan lebih penting dari persembahan. Tuhan begitu tegas terhadap hamba yang diurapi-Nya, untuk menegaskan keadilan dan kebenaran-Nya. Ia tidak dapat didustai dan ditipu. Hal yang lebih menyedihkan hati Allah, ketika Saul dengan "dusta kudus" mempersembahkan hasil jarahan yang dikorupsinya untuk Allah. Samuel dengan tegas menyuarakan firman Allah: Taat kepada Tuhan lebih baik dari pada mempersembahkan persembahan yang tidak kudus.

Renungkan: Yang utama dan yang pertama Tuhan inginkan dari kita ialah persembahan kasih dari hati yang tulus bagi-Nya.

Doa: Selidikilah hati kami, o Tuhan. Tunjukkan bila ada ibadah yang tidak benar di dalam kami. Bantu kami untuk bertobat.

(0.17553170967742) (2Sam 21:15) (sh: Peperangan Daud. (Kamis, 16 Juli 1998))
Peperangan Daud.

Peperangan Daud.
Untuk kesekian kalinya Daud berangkat ke medan perang melawan bangsa Filistin. Meskipun peperangan itu membuatnya letih lesu, ia tetap memiliki semangat juang yang tinggi untuk mempertahankan keutuhan bangsa dan negaranya dari serangan musuh-musuh sekitar. Selain itu apa yang dilakukan Daud pun patut mendatangkan decak kagum kita kepadanya. Bayangkan, Daud yang tak muda lagi itu, yang sudah kenyang dengan peperangan, dan yang begitu besar jasa untuk bangsa dan negaranya, masih juga bersungguh-sungguh dalam peperangan. Dia masih tetap memiliki tanggungjawab, dan itu patut kita kita teladani.

Daud dilindungi. Kesungguhan Daud dalam peperangan sempat menimbulkan kecemasan pada banyak orang, sehingga mereka berniat melindungi Daud. Dengan berbagai cara dan alasan mereka berusaha mencegahnya melanjutkan peperangan. Daud seorang raja yang sangat mencintai rakyatnya. Tangan Tuhan telah melindungi Daud lewat perlindungan dan perhatian anak buahnya dengan demikian marilah kita berkata, "Demikianlah cara Tuhan melindungi Daud."

Renungkan: Kepahlawanan tampak bukan dalam perjuangan mempertahankan kedudukan tetapi dalam sikap mengutamakan pengabdian tanpa motif keuntungan diri sendiri.

(0.17553170967742) (1Raj 10:1) (sh: Hati-hati dengan segala kemuliaan! (Minggu, 8 Agustus 2004))
Hati-hati dengan segala kemuliaan!

Hati-hati dengan segala kemuliaan! Kemuliaan yang tidak dikembalikan kepada Allah dapat menjadi jerat ke dalam berbagai kejatuhan. Kesombongan, lupa diri, gila kuasa, memperalat sesama, manipulasi, adalah sebagian kecil dari kejatuhan yang dimaksud. Pasal 10 ini menceritakan segala kebesaran Salomo. Kebesaran ini dinyatakan dalam bentuk kekayaan, kemewahan, dan kelimpahan (ayat 14-29). Kebesaran ini dinyatakan juga melalui pengakuan ratu negeri Syeba yang membuatnya memuji Allah yang disembah Salomo (ayat 1-13). Hal tersebut dipakai Yesus sebagai ilustrasi akan hikmat diri-Nya yang jauh melebihi Salomo (Matius 12:42). Ratu dari Selatan itu diberkati oleh hikmat Salomo. Berarti kebesaran Salomo benar adanya. Itu adalah anugerah yang Allah berikan dan yang telah menjadi berkat untuk orang lain.

Namun di sisi lain, ada peringatan Allah kepada Salomo (ayat 9:1-9). Peringatan Allah ini disebabkan oleh "kelalaian" Salomo (ayat 9:10-14). Hal ini menimbulkan tanda tanya di benak kita. Apakah semua kebesaran Salomo ini akan bertahan? Apakah Salomo akan tetap rendah hati mengakui TUHAN sebagai Allahnya?

Tak ada manusia yang kebal terhadap godaan untuk memegahkan diri. Agar tidak jatuh kepada kesombongan, kita harus senantiasa merendahkan hati di hadapan Allah, dan mengembalikan segala kemuliaan hanya kepada-Nya.

Doaku: Tuhan, jangan biarkan aku sombong. Ingatkan aku bahwa apa yang kuperbuat dan semua keberhasilanku adalah anugerah-Mu semata.



TIP #03: Coba gunakan operator (AND, OR, NOT, ALL, ANY) untuk menyaring pencarian Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.07 detik
dipersembahkan oleh YLSA