Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 781 - 800 dari 856 ayat untuk penting (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15) (Mzm 66:1) (sh: Puasa yang membebaskan (Jumat, 12 Oktober 2001))
Puasa yang membebaskan

Pembaharuan hidup membutuhkan kuasa yang mampu mematahkan berbagai belenggu yang mengikat dan menjerat hidup kita. Dan kuasa pembebasan yang sejati hanya dapat ditemukan di dalam Tuhan yang mampu memberikan kemerdekaan sejati bagi kita.

Kuasa pembebasan seperti inilah yang menjadi inti pembahasan Mazmur 66 ini. Melalui mazmur ini, bangsa Israel dituntun untuk menyadari keberadaan Allah yang layak dimuliakan, karena Ia memiliki kuasa pembebasan yang dijalankan-Nya dengan cara yang dahsyat (ayat 1- 5). Ia hadir dan membebaskan umat-Nya dari belenggu perbudakan yang mengikat mereka di Mesir (ayat 6-7). Kuasa pembebasan ini akan terus berlangsung, akan kembali terulang, dan tidak dapat dihambat oleh kuasa mana pun. Dengan kuasa yang sama Ia tetap berkarya bagi umat-Nya.

Kuasa pembebasan yang Tuhan kerjakan ini sedemikian dahsyat dan punya peranan penting bagi kehidupan umat Allah. Peranan tersebut antara lain: [1] Sebagai pendorong bagi umat Allah untuk memuji Tuhan (ayat 1-7); [2] Sebagai kunci yang menolong umat Allah untuk dapat memahami peranan kesulitan dalam kehidupan mereka. Melalui kuasa pembebasan, umat Allah tidak lagi bertanya mengapa mereka harus mengalami kesulitan, melainkan secara positif dapat melihat peranan kesulitan sebagai alat Tuhan yang berfungsi memurnikan mereka (ayat 8-12); [3] Menjadi pembimbing bagi umat Allah untuk berespons secara pribadi kepada Allah, dalam bentuk persembahan (ayat 13-15), ataupun pengakuan iman yang lahir dari pengalaman pribadi mereka bersama Tuhan dalam kehidupan yang nyata (ayat 16- 19); Pada akhirnya kita dapat melihat bahwa kuasa pembebasan ini tidak lain adalah wujud kepedulian Tuhan yang tidak menjauhkan kasih setia-Nya dari umat-Nya (ayat 20).

Renungkan: Tuhan sedemikian peduli dengan kehidupan umat-Nya, Ia tidak pernah memisahkan kita dari kasih setia-Nya, dan dengan kuasa pembebasan- Nya mematahkan berbagai belenggu yang mengikat kita. Di dalam kuasa pembebasan-Nya, Ia mampu mengubah keadaan kita, sehingga dalam Tuhan tidak dikenal kata putus asa. Seberapa besarkah kesadaran dan penghayatan Anda tentang hal ini? Belenggu-belenggu apakah yang selama ini sulit Anda patahkan? Bagaimana pemahaman hari ini menolong Anda untuk terus berharap?

(0.15) (Mzm 76:1) (sh: Misi Allah atas keadilan (Rabu, 24 Oktober 2001))
Misi Allah atas keadilan

Mazmur ini bertujuan mengajak Israel untuk memuji Tuhan karena kemuliaan dan kuasa-Nya yang mengatasi para penguasa di bumi. Di dalam mazmur ini terkandung janji bahwa Tuhan dengan kuasa dan kemuliaan-Nya akan berjuang mematahkan kekuatan para penindas dan menyelamatkan mereka yang lemah. Inilah pengharapan dan pesan yang relevan bagi dunia yang sedang meraung dalam penderitaan dan menangis menantikan keadilan. Pengharapan ini berkembang, dimulai dari Israel (ayat 2-7) dan akan terus menyebar ke seluruh bumi hingga mencapai puncak kesempurnaannya (ayat 8-13). Kerajaan kecil-Nya di Sion bukanlah pembatas bagi kuasa-Nya di bumi, melainkan jembatan yang mengantar berkat-Nya ke seluruh bumi.

Di sinilah Israel mengemban misi Allah atas keadilan. Israel memegang peranan yang penting bagi hadirnya keselamatan dan keadilan di bumi. Karena Seseorang yang Nama-Nya masyhur di Israel (ayat 2-4) akan bangkit menghakimi dan menguasai seluruh bumi (ayat 9, 13). Dia yang memiliki relasi yang khusus dengan Israel akan bergerak maju sebagai seorang pejuang yang menyerang dan memberi pukulan terakhir pada semua yang jahat di mana pun, untuk menyelamatkan mereka yang lemah, tertindas, dan direndahkan (ayat 10). Ia yang pondok-Nya ada di Yerusalem akan mengadili seluruh bumi dan berkuasa atas segala penguasa. Pengharapan ini bukanlah impian kosong di tengah penderitaan dunia, melainkan suatu penyataan iman. Ini merupakan suatu penilaian yang dibangun di atas iman yang mendasari segala sesuatu yang kita harapkan dan menjadi bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Pengharapan ini bukanlah bagi mereka yang tidak memiliki mata untuk melihat atau pun telinga untuk mendengar, melainkan bagi mereka yang mendengar dan melihat serta berkata "Amin" terhadap janji Allah. Kita yang menyadari misi Allah atas keadilan ini, bukan hanya dituntut untuk membuat komitmen kepada-Nya, namun juga menepatinya dan merealisasikannya dalam hidup sehari-hari dengan penuh ketaatan.

Renungkan: Sebagai Kristen kita mewarisi misi Allah atas keadilan. Bagaimanakah komitmen dan ketaatan Anda terhadap misi ini? Bagaimanakah kita dapat merealisasikan misi ini? Pengharapan tanpa komitmen adalah bagai mimpi di siang hari bolong dan komitmen tanpa pengharapan akan berakhir pada kekecewaan.

(0.15) (Mzm 81:1) (sh: Pertobatan telinga (Rabu, 31 Oktober 2001))
Pertobatan telinga

Mendengar merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani orang percaya. Iman yang kita miliki dimulai dari mendengar firman Allah (Rm. 10:17). Demikian pula, iman itu dapat disesatkan ataupun dibimbing ke jalan yang benar melalui apa yang kita dengar. Pentingnya mendengar dan dampak dari mendengar inilah yang menjadi penekanan Mazmur 81 ini.

Mazmur ini merupakan seruan bagi bangsa Israel untuk mendengar. Karena mendengar adalah dasar bagi bangsa Israel untuk masuk ke dalam ketetapan Allah dan syarat untuk dapat menghayati perjanjian antara Allah dengan mereka (ayat 6b-11). Sejarah perjanjian antara Allah dengan mereka diawali dengan perintah untuk mendengar (Ul. 6:4), tetapi di sepanjang sejarah Israel secara berulang-ulang terjadi penolakan untuk mendengar (ayat 12). Bagi bangsa Israel, menolak untuk mendengarkan Tuhan adalah sama dengan menolak kuasa Tuhan, dan itu berarti menolak keselamatan yang Tuhan berikan bagi mereka (ayat 13-17).

Mazmur ini merupakan bukti kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan bagi mereka, sehingga Ia terus-menerus memanggil mereka untuk mendengar (ayat 9, 12, 14). Ini merupakan seruan keprihatinan Tuhan yang sangat mendesak. Tuhan tidak ingin umat-Nya terus- menerus berada dalam kesesatan karena menolak untuk mendengarkan Tuhan, dengan menyediakan telinganya bagi suara-suara lain yang mengacaukan, membelenggu, dan menjebak mereka ke dalam perangkap perbudakan (ayat 12-13). Dia mengajak umat-Nya bergerak maju bersama-Nya menuju hidup yang baru (ayat 14-17). Yang diperlukan untuk pemulihan ini hanya suatu ketaatan untuk mendengar.

Hidup baru buah pertobatan telinga ini akan berdampak pada pembaharuan sukacita umat-Nya untuk memuji (ayat 2-6a), perombakan komunitas yang rusak menjadi komunitas yang mempraktikkan keadilan dan terbebas dari tekanan (ayat 15-16), dan pemulihan kondisi ekonomi mereka sehingga tidak lagi mengalami kekurangan (ayat 17).

Renungkan: Pemulihan hidup diawali dengan pertobatan telinga. Sudahkah telinga Anda dipertajam oleh kebenaran sehingga dapat membedakan antara firman Tuhan dengan suara-suara lain yang menyesatkan? Bagaimanakah Anda berkomitmen pada kebenaran dan mempertajam telinga Anda bagi kebenaran?

(0.15) (Mzm 89:1) (sh: Kasih setia Allah (Kamis, 8 November 2001))
Kasih setia Allah

Kita semua ingin memiliki pemerintahan yang bersih.

Keadilan, kebenaran, kerukunan, keamanan, dan kesejahteraan merupakan nilai-nilai umum yang didambakan oleh warga masyarakat. Sayang sekali, dalam dunia ini tidak ada satu bangsa dan negara pun yang sempurna. Mungkinkah kehidupan yang ideal terwujud?

Mazmur 89:1-19 menunjukkan adanya kemungkinan terwujudnya idealisme dalam sebuah bangsa dan negara, yakni terletak pada kasih setia Tuhan. Pemazmur memulai nyanyiannya dengan suatu tekad yang indah, yaitu bersyukur atas kesetiaan Allah, bahkan ingin menceritakan-nya dari generasi ke generasi (ayat 2). Ia tahu bahwa Allah yang memimpin bangsa-Nya telah menetapkan rencana-Nya di surga (ayat 3) untuk memberkati takhta Daud seterusnya (ayat 4-5). Kasih setia Tuhan begitu luar biasa, sehing-ga makhluk-makhluk surgawi pun kagum akan keagungan-Nya (ayat 6-9).

Dalam pengertian aslinya, istilah "kasih setia" biasanya dipakai dalam sebuah hubungan perjanjian antara 2 pihak. Ketaatan manusia akan menghasilkan berkat, sedangkan ketidaktaatan membawa hukuman. Maka memang ada unsur kesetiaan di dalam istilah "kasih setia". Namun demikian, kesetiaan bukan satu- satunya unsur di sana. Yang lebih penting adalah "kasih". Allah memberikan kasih setia-Nya bukan melulu karena syarat yang telah dipenuhi manusia, tapi terutama karena pemberian- Nya berdasarkan anugerah semata. Ia menegakkan takhta Daud karena kasih-Nya yang cuma-cuma, dan inilah yang membuat langit kagum.

Allah yang memberikan kasih setia-Nya menjalankan kuasa pemerintahan di atas takhta Daud dengan tongkat keperkasaan- Nya yang mulia (ayat 10-17). Mereka yang berbagian dalam anugerah ini disebut ber-bahagia. Allah sendiri yang melindungi kerajaan yang dikasihi-Nya dan raja yang diurapi- Nya untuk menjadi wakil-Nya di dunia (ayat 18-19).

Renungkan: Segala kekuasaan dan nilai yang mulia hanya mungkin terwujud bila kasih setia Allah menopangnya. Marilah kita ber-syukur kepada-Nya dan mewujudkan nilai-nilai kerajaan-Nya di dunia. Doakan juga agar pemerintah kita selalu sadar akan sumber kekuasaan mereka, sehingga mereka bisa menjalankan roda pemerintahan berlandaskan takut akan Tuhan.

(0.15) (Mzm 93:1) (sh: Pemerintahan Allah menegakkan bumi (Senin, 8 April 2002))
Pemerintahan Allah menegakkan bumi

Mempercayai sepenuh hati dan mengakui melalui kata serta perbuatan bahwa Tuhan memegang kendali atas dunia ini, bukanlah perkara yang mudah. Dengan fakta bahwa dunia ini semakin gelap dan penuh kejahatan yang mengguncangkan hidup, boleh jadi ucapan- ucapan iman tentang kekuasaan Allah yang kekal tinggal slogan kosong saja. Mazmur-mazmur penobatan raja dalam pasal 93-99 (kecuali ps. 94), menolong kita untuk memantapkan penglihatan iman kita tentang pemerintahan Allah atas segala sesuatu.

Drama yang digambarkan secara puitis dalam Mazmur ini mungkin mengacu pada peristiwa ketika Allah menjinakkan Laut Merah dan membuat Israel melintasi dasar laut yang telah kering (ayat 3). Bisa jadi juga hal itu mengacu pada kepercayaan bahwa laut dengan gelombang ombaknya yang dahsyat melambangkan kekuatan yang mengacaukan dan mengancam kehidupan di bumi. Gambaran mana pun yang dimaksud pemazmur, yang jelas adalah bahwa Allah dilukiskan sebagai raja pahlawan. Mazmur ini menegaskan beberapa hal penting tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja (ayat 1). Sebagai Raja, Allah memakai jubah kemuliaan. Tentunya “jubah” di sini adalah sesuatu yang simbolis menunjuk pada hal-hal yang tampak oleh kita yang menyatakan kemuliaan Allah. Sesungguhnya segenap isi alam semesta ini menampakkan kemuliaan Allah tersebut. Kedua, Allah berikatpinggangkan kekuatan. Ikat pinggang dipakai pada waktu orang maju berperang. Pemazmur ingin mengatakan bahwa bagaimana pun kondisi dunia dan sedahsyat apa pun perlawanan dewa-dewa Kanaan (digambarkan sebagai gelora lautan), Allah tetap mengendalikan dunia ini. Itulah dasar untuk percaya bahwa bumi ini tetap tegak. Ini adalah pernyataan iman yang tidak saja melihat ke belakang, tetapi juga ke masa kini dan masa depan dengan penuh pengharapan.

Dengan tujuan mengakarkan keyakinan ini dalam-dalam, pemazmur mengakhiri mazmur penobatan ini dengan pengajaran. Hal ini serupa dengan yang dibuat dalam Mazmur 19. Perenungan tentang perbuatan Allah berpuncak pada ajaran Firman tentang Allah.

Renungkan: Bila situasi dunia ini membuat kita meragukan pemerintahan Allah, lihatlah keajaiban-keajaiban perbuatan tangan-Nya dalam alam dan sejarah, dan renungkanlah firman-Nya dalam Alkitab.

(0.15) (Mzm 100:1) (sh: Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan (Senin, 15 April 2002))
Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan

Adakalanya pujian dalam ibadah telah mengalami pengurangan makna sehingga hanya menjadi suatu hiburan rohani yang bertujuan untuk memuaskan ataupun melegakan hati. Pujian seperti ini tidak membangkitkan di dalam kita pemahaman dan kesadaran tentang sifat serta alasan untuk memuji. Ini sungguh berbeda dengan Mazmur 100. Seperti mazmur-mazmur lainnya, pujian orang beriman dimaksudkan untuk memuliakan Allah sambil mengacu pada sifat-sifat dan karya- karya Allah. Pujian tidak pernah boleh berorientasi pada faedah yang ingin diperoleh pihak yang memuji Allah.

Meski tidak secara nyata sinambung dengan mazmur penobatan, tema tertentu dalam mazmur penobatan masih bergema. Tema itu adalah seruan ke seluruh bumi untuk beribadah dengan meriah kepada Tuhan (ayat 1-2). Alasan yang melandasi seruan tersebut adalah bahwa Allah yang memerintah segenap alam semesta ini layak menerima puji sembah seisi semesta. Lebih dari itu, Allah layak menerima penyembahan dari semua manusia yang telah diciptakan-Nya dan dijadikan-Nya umat gembalaan-Nya. Kata “ibadah” dalam arti harfiah bahasa aslinya lebih luas dari sekadar kegiatan ibadah di rumah Allah. Kata ini dipakai pada zaman itu untuk mengungkapkan sikap mengorientasikan hidup sepenuhnya kepada seorang raja, entah manusia atau Allah. Jadi, konsep ibadah yang dimaksud adalah pengabdian total atas dasar kemilikan total Allah atas umat-Nya. Seluruh segi hidup yang taat dan mengasihi Allah menyatakan pemerintahan Allah.

Pokok penting tersebut menjadi lebih jelas di dalam penggunaan kata ganti orang dalam ayat 3: “… Dia, dia, kita, -Nya, -Nya.” Struktur sedemikian menegaskan bahwa pertanyaan tentang jati diri kita harus mulai dari dan berakhir pada Allah. Bagi umat Allah Perjanjian Lama, hal Allah menjadikan mereka dalam penciptaan dan menjadikan mereka menjadi umat dalam Keluaran adalah dua hal yang saling terkait yang mensahkan kemilikan Allah dan keumatan mereka. Alasan lain mengapa umat patut beribadah adalah karena “Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun” (ayat 5).

Renungkan: Sadarilah bahwa Allah adalah Gembala baik bagi kita umat-Nya dan atas seluruh alam semesta ini.

(0.15) (Mzm 101:1) (sh: Menjadi pemimpin berintegritas (Selasa, 16 April 2002))
Menjadi pemimpin berintegritas

Agak susah menetapkan kapan tepatnya mazmur ini ditulis. Bila melihat petunjuk di ayat 1, kita beroleh petunjuk bahwa mazmur ini berisi tekad untuk mengembangkan kepemimpinan berintegritas (ayat 1-3), menolak perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Allah (ayat 4-8), dan berisikan pertanyaan “bilakah Engkau datang kepadaku?” Bagian pertanyaan ini penting sebab merupakan petunjuk bahwa tekad sang raja atau pemimpin itu dibuat dalam rangka mengharapkan Allah tidak lebih lama lagi jauh darinya dan dari umat Tuhan. Dengan demikian, kemungkinan besar mazmur tekad dan permohonan ini dinaikkan pada masa pembangunan kembali Israel dari pembuangan, dengan integritas kepemimpinan menuruti model Daud.

Sang pemimpin mengutarakan tekadnya untuk mulai membangun kembali umat Tuhan dengan melakukan apa yang tak bercacat dan yang menjadi kepujian bagi Allah. Perbuatan memuji Allah dan kehidupan yang tak bercela harus bersumber dari hati yang tulus tak bercela (ayat 1-2b). Tidak kurang dari kesesuaian perbuatan dengan kecenderungan hati adalah integritas hidup pemimpin yang berkenan di hati Allah. Memang tidak mungkin memiliki kesukaan memuji Allah tanpa sungguh mengalami dan mengenal Allah dengan akrab. Kehidupan tak bercacat di hadapan Allah inilah yang dimaksud dengan integritas hidup. Dalam bagian berikutnya, hal tersebut dijabarkan dalam tujuh hal negatif yang ingin dihindari sang pemimpin. Angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan. Berarti tekadnya bulat untuk sepenuhnya menolak dosa dalam segala bentuknya. Ketujuh hal tersebut melibatkan tiga kegiatan dan kapasitas dalam dirinya: melihat, mengucap, dan melakukan hal yang tidak benar (ayat 4-7). Hal-hal yang ingin dihindarinya itu tidak saja mencakup berbagai kelakuan yang tampak secara jasmani, tetapi berkait lebih dalam dengan sikap hati (ayat 4). Ungkapan puncak integritas pemimpin ini dinyatakannya dalam keinginan melenyapkan semua orang jahat, suatu niat yang sebenarnya hanya merupakan hak Allah. Mengatakan demikian berarti sang pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah wakil Allah yang harus bertindak serasi dengan keadilan dan kebenaran Allah, tanpa kompromi.

Renungkan: Hendaknya tekad untuk hidup serasi dengan kasih, keadilan, integritas Ilahi menjadi ciri semua kita pengikut Kristus.

(0.15) (Mzm 104:19) (sh: Allah, sang penopang dan pemelihara semesta (Sabtu, 20 April 2002))
Allah, sang penopang dan pemelihara semesta

Dalam semua agama purba, terdapat kecenderungan untuk menyembah benda-benda alam yang dianggap menentukan kehidupan. Dua yang terpenting dari antaranya adalah matahari dan bulan. Selain penting bagi kehidupan makhluk, matahari dan bulan adalah kekuatan yang mengatur jalannya waktu: siang dan malam. Kini pemazmur memuji Allah karena melihat bahwa tidak saja Allah mengaruniakan bagi manusia semua kebutuhannya dan demi kesukaan hidupnya (ayat 14-18), Allah juga menjadikan matahari dan bulan pelayan-pelayan-Nya untuk memelihara kehidupan (ayat 19-23). Dengan demikian, sama halnya dengan kisah penciptaan dalam Kejadian 1, mazmur ini berfungsi menolak penyembahan terhadap benda-benda langit. Bila dalam Kejadian 1, hal itu diungkapkan dengan menempatkan matahari dan benda-benda langit bukan pada urutan sebab dari tanaman di bumi, tetapi sesudah semuanya ada, mazmur ini mengungkapkannya dalam uraian yang berbeda (ayat 19- 23).

Dalam ayat 24 dst., pemazmur seperti masuk ke dalam puncak luapan pujiannya. Bagian ini menyimpulkan seluruh perenungannya di bagian sebelumnya. Segala sesuatu berasal dari Allah: langit, bumi, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia — Allah menciptakan semua itu dan semua menjadi saksi tentang hikmat Allah. Karya penciptaan Allah sekaligus menunjukkan Allah seperti seorang pembangun dan seniman. Kekuasaan dan hikmat Allah sekaligus tampil mencengangkan dalam setiap wujud dan bangun benda dan makhluk ciptaan-Nya. Sekali lagi di sini kepercayaan salah bangsa-bangsa sekitar Israel dikritik. Waktu itu ada kecenderungan melihat laut sebagai sumber kekacauan dan lewiatan sebagai monster yang mengancam kehidupan di bumi. Tetapi, pemazmur melihat lain. Laut tidak akan dapat menjadi ancaman atau melahirkan kekuatan yang menghabisi hidup sebab Allah mengendalikannya penuh (ayat 25-26). Bahkan seluruh irama hidup dalam alam semesta ini Allah yang mengaturnya. Karena itu, tidak saja semuanya bergantung penuh kepada-Nya, tetapi semua makhluk berbudi patut memuji-muji Allah (ayat 33-35).

Renungkan: Kebangkitan Yesus dan pencurahan Roh Kudus tidak saja menegaskan pentingnya umat Tuhan bagi Tuhan, namun juga maksud Tuhan untuk menopang dan memelihara ciptaan-Nya dengan setia.

(0.15) (Mzm 110:1) (sh: Pengharapan mesianis (Senin, 29 April 2002))
Pengharapan mesianis

Yaitu kerinduan datangnya seorang tokoh yang diutus Allah untuk mendirikan kerajaan kebenaran-Nya di bumi, sudah berkembang sejak era pembuangan. Tokoh-tokoh seperti Musa, Harun, dan Daud menjadi model bagi sang mesias, yang diharapkan akan mengemban fungsi nabi, imam, dan raja secara sempurna. Bila Mazmur 109 berisi permohonan agar Allah menegakkan keadilan-Nya, mazmur ini lebih terpusat pada sang mesias. Karena itu, sejak awal era Perjanjian Baru, para bapa gereja mengartikan bahwa Yesus penggenapnya.

Pasal 109 menyatakan bahwa Allah berdiri di tangan kanan orang yang menderita (ayat 31). Mazmur 110 mengklaim bahwa sang Raja (yang mewakili seluruh umat sehingga seluruh umat tercakup di dalamnya) duduk di sebelah kanan Allah (dalam ayat 5, Allah di sebelah kanan raja). Jadi, kedua mazmur ini mengungkapkan hubungan mesra antara Allah dan umat-Nya. Allah di pihak umat-Nya yang menderita, umat-Nya merupakan wujud nyata pemerintahan Allah dalam dunia. Kekuasaan sang raja akan datang dari Allah sendiri. Ini ditegaskan melalui tiga hal: Allah sendiri mendudukkannya di sebelah kanan Allah (ayat 1a), membuat musuh-musuhnya alas kakinya (ayat 1b), dan mengulurkan tongkat kekuatan dari Zion (ayat 2a). Semua ini menunjukkan kemuliaan yang amat besar yang setara dengan yang biasa dipakai untuk mengungkapkan kebesaran Allah.

Raja memiliki fungsi rangkap. Seperti ayat 1, kini firman datang lagi menyatakan bahwa oknum yang sama juga adalah imam menurut garis Melkisedek (ayat 4). Dua hal penting muncul dalam kaitan dengan ungkapan ini. Pertama, dalam Perjanjian Lama, fungsi raja dipisah dari fungsi imam, meski dalam liturgi kadang-kadang raja bisa memimpin puji-pujian seperti yang pernah Daud lakukan (ayat 1Taw. 16). Kedua, keimaman raja yang bukan mengikuti garis keturunan Lewi kini disebut mengikuti keimaman Melkisedek. Hal ini menarik sebab dalam kisah Abraham yang adalah nenek moyang Harun dan Lewi, Abraham justru memberikan persembahan kepada Melkisedek. Ungkapan ini oleh Perjanjian Baru dilihat sebagai keimaman Yesus yang lebih mulia daripada keimaman Lewi (Ibr. 7).

Renungkan: Pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan tidak saja bermuatan rohani (keselamatan kita), tetapi juga bermuatan politis (pemerintahan- Nya atas dunia).

(0.15) (Ams 13:1) (sh: Sayangilah anak-anak dengan sepenuh hati (Sabtu, 29 Juli 2000))
Sayangilah anak-anak dengan sepenuh hati

Orang Yahudi terkenal sebagai orang tua yang terbaik di antara bangsa-bangsa purba. Karena itu ucapan yang terdapat di dalam Amsal 13:24a tidak mengandung arti bahwa orang Yahudi mendukung penyiksaan atau pelecehan hak asasi anak-anak. Pengertian yang terkandung di dalam ayat itu adalah orang tua yang gagal mendisiplin anak-anaknya adalah orang tua yang tidak sayang kepada anak-anaknya.

Orang tua yang sayang kepada anak-anaknya tidak akan membiarkan mereka melakukan kesalahan, tapi bertindak tegas untuk mengoreksi. Karena itu penulis Amsal melalui ayat ini ingin menegaskan betapa penting dan mendesaknya untuk menghajar anak-anak supaya kelak jika dewasa mereka dapat tetap memilih jalan Tuhan. Harap diingat pula bahwa kata `tidak menggunakan tongkat' harus dipahami sebagai kiasan dan tidak menyarankan pukulan sebagai bentuk penghukuman, meskipun hukuman semacam itu diberlakukan juga pada zaman Israel purba. Jadi hajaran di sini bukan berarti kekerasan namun kasih sayang dan mempunyai tujuan demi masa depan sang anak. Hajaran ini harus meliputi seluruh aspek kehidupan manusia antara lain masalah ekonomi (25), masalah hubungan antar manusia (10), kehidupan moral (6), integritas (5), komunikasi (2-3) serta yang terpenting adalah menumbuhkembangkan kebiasaan membaca dan menerapkan firman-Nya (13).

Di kota besar seperti Jakarta, penerapan yang benar untuk firman Tuhan ini menjadi permasalahan yang sangat pelik. Di satu pihak untuk memenuhi tuntutan hidup baik dari segi ekonomi maupun sosial, suami dan istri harus melakukan berbagai kegiatan di luar rumah di samping bekerja. Di pihak lain, dari belajar firman Tuhan, mereka menyadari bahwa mereka harus mendidik anaknya di jalan Tuhan. Ketegangan terjadi di sini. Mereka mengirim anaknya ke sebuah lembaga pendidikan formal maupun non-formal yang memang bergerak dalam bidang pendidikan anak baik secara mental, jasmani, maupun rohani.

Renungkan: Tindakan ini nampaknya menyelesaikan ketegang-an yang mereka alami. Mereka merasa menemukan kembali damai sejahtera sebab mereka merasa berhasil memenuhi 2 kebutuhan secara bersama-sama. Ditinjau berdasarkan Ul. 6:7-9 menurut Anda sudah berapa persenkah tindakan mereka itu memenuhi tuntutan Allah?

(0.15) (Ams 15:1) (sh: Keinginan dan air laut memiliki kesamaan (Selasa, 1 Agustus 2000))
Keinginan dan air laut memiliki kesamaan

Air laut, bila semakin banyak diminum, justru semakin membuat haus sebab air laut membuat kerongkongan semakin kering. Demikian pula keinginan, semakin dipenuhi, justru semakin bertambah. Maka kepuasan yang diharapkan menjadi semakin jauh.

Manusia tidak mungkin mendapatkan kepuasan dengan cara memenuhi segala keinginannya karena sifat keinginan tidak terbatas, tidak ada habisnya, dan tidak akan pernah berhenti selama manusia masih bernafas. Karena itu manusia harus berhati-hati dengan keinginannya. Sebab banyak yang mengalami tekanan jiwa karena keinginannya tidak terpenuhi. Banyak juga yang melakukan tindakan yang merugikan diri sendiri atau masyarakat demi memenuhi keinginannya seperti mencuri, korupsi, manipulasi, atau menggelapkan uang. Berdasarkan uraian di atas maka keinginan harus dikontrol bukan ditekan agar tidak mengontrol tindakan manusia. Satu-satunya cara yang paling tepat adalah manusia harus belajar untuk memuaskan diri dan menikmati apa pun yang dimiliki (17).

Ada 3 hal yang harus dimiliki manusia agar ia dapat puas dengan segala yang dimilikinya. Pertama, takut akan Tuhan memberikan hati yang tenang. Hati yang tenang adalah tanda dari hati yang puas. Karena hatinya sudah terpuaskan maka ia tidak memerlukan hal-hal lain untuk memuaskan dirinya. Jadi sedikit atau banyak barang yang dimiliki, tidak akan berpengaruh (16). Kedua, kebutuhan utama manusia adalah dikasihi dan mengasihi. Karena itu jika kasih ada di dalam kehidupan seseorang, tidak ada lagi yang akan memberikan kepuasan hatinya (17). Ketiga, hati manusia menentukan suasana kehidupannya (13) sebab hati adalah pusat dari kehendak manusia. Karena itu penting untuk mempunyai hati yang dekat dengan Allah. Ini akan memuaskan hatinya sehingga tidak ada lagi yang diinginkan untuk memuaskan dirinya.

Renungkan: Kapankah terakhir kalinya Anda ingin sekali membeli sesuatu? Setelah Anda membelinya tentunya Anda puas bukan? Namun berapa lama kepuasan itu dapat bertahan? Ketiga hal di atas harus ada dalam kehidupan kita supaya kita tidak dikuasai oleh rupa-rupa keinginan kita. Manakah dari ketiga hal itu yang belum ada dalam diri Anda? Apa yang harus Anda lakukan untuk memilikinya?

(0.15) (Ams 15:18) (sh: Hidup adalah memilih (Rabu, 2 Agustus 2000))
Hidup adalah memilih

Sejak Anda terjaga dari tidur, Anda sudah diperhadapkan pada pilihan: langsung bangun atau tidur lagi. Setelah memutuskan untuk bangun, pilihan lain sudah ada di depan mata: mau mandi dulu atau membereskan tempat tidur? Pilihan demi pilihan terus diperhadapkan kepada Anda hingga Anda tidur lagi. Dengan kata lain manusia adalah makhluk yang selalu terikat. Ia hanya terbebas dari pilihan-pilihan ketika ia tidur atau mati. Namun yang paling penting untuk diperhatikan adalah sesederhana apa pun pilihan yang diperhadapkan kepada Anda, di balik itu pasti mengandung konsekuensi. Karena itu manusia harus bijak dalam membuat keputusan demi keputusan.

Amsal hari ini memperlihatkan kepada kita 2 pilihan yang harus dipilih salah satu. Pilihan-pilihan itu berkenaan dengan kehidupan sehari-hari seperti: pemarah atau sabar, bijak atau bebal, bodoh atau pandai, fasik atau benar, mengabaikan didikan atau mendengarkan teguran, dlsb. Amsal juga mengingatkan bahwa walau mempunyai kesempatan untuk memilih, tidak berarti manusia bisa seenaknya memilih. Sebab setelah melakukan pemilihan, manusia akan terikat pada pilihannya. Ada konsekuensi yang akan senantiasa mengikatnya hingga pilihan itu dilepaskan. Dan konsekuensi ini, baik positif ataupun negatif, akan memberikan pengaruh yang bersifat multi-arah dan menentukan kondisi dan situasi selanjutnya.

Pilihan yang dibuat antara malas atau jujur, tanpa pertimbangan atau dengan pertimbangan, mendengarkan atau mengabaikan teguran akan membawa dampak bagi jalan kehidupannya, kesuksesannya ataupun pengembangan pribadinya (19, 22, 31). Keharmonisan hubungan di dalam keluarga (20, 27) juga ditentukan dengan pilihan yang kita ambil (27). Kerusuhan yang terjadi di dalam masyarakat juga disebabkan karena manusia salah memilih dalam bersikap antara menunggu atau bertindak (18), dalam cara berkomunikasi baik non- verbal ataupun verbal (30). Dan yang paling utama dari semua itu, hubungan kita dengan Tuhan dapat menjadi renggang, jauh, atau bahkan Tuhan menjatuhkan hukuman-Nya, jika kita telah menentukan pilihan-pilihan (25, 26, 29, 33).

Renungkan: Pilihan-pilihan yang kita buat setiap hari adalah jalan setapak yang sedang kita bangun. Walaupun langkah ke depan masih gelap, namun kita sudah dapat memastikan di tempat yang bagaimana jalan setapak kita akan berakhir.

(0.15) (Ams 20:1) (sh: Manusia memang tidak pernah berbeda (Kamis,10 Agustus 2000))
Manusia memang tidak pernah berbeda

Amsal yang ditulis oleh raja Salomo hampir 3000 tahun yang lalu memperingatkan dan membicarakan sikap, perangai, dan hakikat manusia pada zamannya yang ternyata tidak berbeda dengan manusia abad 21. Ia memperingatkan manusia agar tidak dikuasai oleh zat-zat adiktif seperti anggur dan minuman keras karena orang yang dikuasainya akan merugikan masyarakat dan merusak tubuhnya serta menghancurkan masa depannya sendiri (1). Peringatan Salomo ini masih relevan untuk zaman ini karena banyak orang yang sudah dikuasai oleh narkoba, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dari orang sipil hingga para pejabat, dari pegawai rendahan hingga para eksekutif. Praktek ketidakjujuran dalam perdagangan sama-sama dilakukan oleh penjual dan pembeli (10, 14).

Zaman sekarang praktek semacam itu dilakukan dengan bentuk yang lebih canggih seperti: nilai proyek yang direkayasa demi mengeruk uang rakyat, prosedur tender yang tertutup dan pemenangnya adalah `konco-konco'nya sendiri, monopoli dilakukan terhadap proyek-proyek dan barang-barang penting bagi seluruh rakyat. Itu semua adalah kekejian bagi Tuhan karena menyengsarakan rakyat banyak seperti yang terjadi di negara kita. Kemalasan juga termasuk `penyakit' abadi manusia. Mereka membuang kesempatan yang ada demi kenikmatan sementara padahal ada kebutuhan utama yang harus selalu dipenuhi (4, 13). Zaman sekarang penyakit itu sedikit berbeda. Dahulu, orang malas menjadi miskin. Sekarang miskin menjadi malas. Sebab penanganan secara tuntas untuk memberantas kemiskinan tidak bijak. Selalu ada pihak yang bersedia memberi ikan bukan pancing. Akibatnya tanpa pancing pun mereka dapat makan ikan. Dengan demikian kemalasan dan kemiskinan sama-sama dilanggengkan. Dan yang tidak pernah berubah adalah tidak ada orang setia, tidak ada orang yang bersih hatinya dan tahir dari dosa (7, 9). Semua orang telah berbuat dosa seperti kata Paulus (Rm. 3:23).

Renungkan: Bagaimana Kristen meresponi manusia yang tidak pernah berbeda dari zaman ke zaman? Kita diberi telinga untuk mendengar keluhan, teriakan, dan jeritan mereka minta tolong untuk disembuhkan, dibebaskan, dientaskan, dan diselamatkan, diberi mata untuk melihat bahwa mereka semua sedang antri berbaris menuju kebinasaan kekal (12). Temukanlah mereka!

(0.15) (Ams 31:10) (sh: Istri yang cakap, keagungan suaminya (Jumat, 10 November 2000))
Istri yang cakap, keagungan suaminya

Nilai-nilai seorang istri yang cakap dari zaman ke zaman tidak berubah. Ribuan tahun lampau ketika Amsal ini ditulis hingga sekarang, nilai-nilai tersebut tetap harus dipertahankan. Bila nilai-nilai ini tidak lagi dianggap penting, maka rapuhlah kehidupan keluarga dan rusaklah nama suami sebagai kepala keluarga, karena peran istri dalam keluarga dan peran kaum wanita dalam masyarakat telah mengalami pergeseran.

Peran istri tidak sederhana, bila ia dapat menempatkan dirinya sebagai istri yang cakap, pengaruhnya sangat besar, baik bagi keluarganya maupun masyarakat. Di dalam keluarga ia adalah seorang istri yang berperan aktif di balik nama besar suaminya (23). Ia dipercaya suaminya karena tidak sekalipun ia berbuat yang jahat terhadap suaminya (11-12). Ia bangun lebih pagi dari suami dan anak- anaknya dan pandai menata semua pekerjaannya, sehingga ketika semua bangun, segala makanan telah tersedia (13-15, 27). Ia memelihara lingkungan rumahnya dengan keindahan agar keluarganya merasakan bahwa rumah mereka adalah tempat tinggal yang paling menyenangkan (16). Ia penuh perhatian kepada seluruh isi rumahnya, ia menyediakan dan memperlengkapi semuanya dengan apa yang mereka butuhkan, sehingga mereka tidak pernah terabaikan (21). Ia tidak pernah berpangku tangan, tetapi bekerja keras membantu kebutuhan keluarga dengan ketrampilan yang dimilikinya (17-19, 24). Ia berkata-kata dengan hikmat dan pengajaran yang lemah lembut, sehingga suami dan anak-anaknya tidak pernah menganggapnya remeh (26). Ia pun senantiasa menjaga penampilan dirinya agar selalu tampil menarik dan indah (22) sehingga hati suaminya tidak beralih kepada wanita lain dan keharmonisan keluarga terpelihara. Di tengah masyarakat, ia adalah seorang wanita yang bersosialisasi, memperhatikan kebutuhan masyarakat dan tidak segan-segan mengulurkan tangannya memberikan bantuan kepada mereka (20). Demikianlah ia merencanakan masa depan dengan begitu mantap, sehingga ia tidak kuatir akan apa yang terjadi pada masa mendatang (25). nilai-nilai luhur ini Masih perlu dipertahankan.

Renungkan: Istri yang cakap adalah ia menyadari bahwa ia merupakan permata bagi keluarganya, yang ikut mendukung keberhasilan suami dan anak- anaknya. Istri yang demikian tidak akan dianggap remeh oleh suami dan anak-anaknya.

Pengantar Kitab Nehemia

Kitab Nehemia memuat kelanjutan dari kisah kembalinya bangsa Yehuda dari pembuangan di Babel. Nama kitab ini memakai nama tokoh utamanya yaitu gubernur yang memerintah di Yerusalem, Nehemia. Sebagai seorang pejabat tinggi dalam kerajaan Persia pada zaman raja Artahsasta, Nehemia meminta kuasa atas daerah Yehuda sehingga ia dapat membangun kembali tembok Yerusalem. Ia tiba di Yehuda pada tahun 446 sM., sekitar 100 tahun setelah rombongan yang pertama pulang dari Babel. Nehemia membangkitkan semangat bangsa Yehuda untuk ikut bekerja dalam proyek yang ia kerjakan. Ia juga secara teguh bertahan melawan oposisi dari masyarakat sekitar Yehuda; akhirnya ia melihat bahwa kota suci Yerusalem kembali dikelilingi oleh tembok yang kokoh. Pada zaman purba, tembok kota melambangkan kekuatan dan keamanan suatu bangsa. Dengan bantuan Ezra, Nehemia juga berhasil mengembalikan peran hukum Taurat yang sudah dilupakan oleh bangsa itu. Beberapa saat kemudian, Nehemia kembali ke Persia untuk melaporkan kepada raja tentang proyek yang ia pimpin. Pasal terakhir kitab ini menceritakan bahwa Nehemia kembali ke Yerusalem untuk menjadi gubernur yang kedua kali sekitar tahun 433 sM. dan mengoreksi perbuatan-perbuatan dosa bangsa Yehuda. Kitab Nehemia sudah membuktikan sebagai salah satu buku favorit dalam Alkitab karena kitab ini mengingatkan kita bahwa seorang individu yang berkomitmen kepada Tuhan dapat memberikan dampak yang besar bagi masyarakat.

Karakteristik dan tema utama. Tema utama kitab ini adalah kedaulatan Allah di dalam karya-Nya melalui manusia yang bertanggungjawab menyelesaikan apa yang sudah Ia rencanakan, yaitu keselamatan umat-Nya. Penulis kitab mengembangkan tema ini dengan mengkhususkan pada masalah pembangunan dan pendedikasian ulang tembok Yerusalem (1:1-7:3; 12:27-43) serta mengem-balikan seluruh umat Allah - Israel - ke dalam perjanjian dengan Allah (7:4-13:31).

Penulis. Ezra dan Nehemia dulunya merupakan satu kitab yang ditulis berdasarkan berbagai sumber sejarah, termasuk di dalamnya ingatan pribadi Ezra dan Nehemia. Menurut tradisi Yahudi, Ezra yang bertanggungjawab menyusun bahan-bahan sejarah itu menjadi satu kitab seperti yang kita miliki saat ini.

(0.15) (Yer 3:14) (sh: Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus (Rabu, 30 Agustus 2000))
Pertobatan sejati bukan gampang tapi harus

Ada sebuah anekdot yang beredar di masyarakat kita yang menyatakan demikian: mengapa orang-orang bisa melakukan KKN di Indonesia secara menyolok mata dan berkali-kali? Sebab 'syaraf malu' orang-orang itu sudah putus. Atau bahasa indahnya: mereka tidak mempunyai budaya malu.

Orang-orang yang hidup sezaman dengan Yeremia tetap tidak mau berpaling kepada-Nya dengan sungguh-sungguh. Namun Yeremia melihat jauh ke depan bahwa nantinya umat Allah itu akan berbalik kepada-Nya.Identitas mereka sebagai umat Allah kembali dipulihkan yaitu sebagai umat yang bersaksi bagi dunia dan yang hidup menurut jalan-Nya (17-18). Allah menerima mereka kembali dan memulihkan keadaannya (22).

Hal-hal apa saja yang ada di dalam pertobatan yang sejati? Pertama, keputusan tegas yang datang dari dirinya untuk berbalik kepada-Nya (22b). Bukan kepura-puraan, bukan karena paksaan atau tekanan dari orang lain, bukan pula karena terhimpit oleh keadaan tertentu. Keputusan yang tegas ini merupakan tindakan awal yang mutlak penting. Jika masih ada keraguan atau ketidaksungguhan, maka tindakan selanjutnya pasti tidak akan terjadi. Namun harus diingat bahwa keputusan ini juga bukan tindakan yang dapat dicapai secara otomatis. Harus ada proses yang mengawalinya yaitu hal kedua dan ketiga berikut ini. Kedua, pemahaman dan kesadaran yang sungguh bahwa segala jalan dan tindakan yang sudah dijalani itu adalah salah dan sia-sia (23-24). Ini nampaknya merupakan alasan utama mengapa orang sulit bertobat. Sebagai contoh: orang yang korupsi akan kesulitan meyakini bahwa tindakannya itu sia-sia sebab siapa bilang bahwa uang tidak berguna? Ketiga, harus ada rasa malu. Bukan sekadar rasa malu melainkan rasa malu yang dalam ketika mengenang dosa-dosa yang telah dilakukannya.

Renungkan: Tanpa keputusan yang tegas, tanpa pemahaman dan kesadaran, dan tanpa rasa malu yang dalam, pertobatan sejati tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Buktinya adalah bangsa Yehuda. Dalam pengalaman hidup kekristenan Anda, ketika suatu saat Anda jatuh dalam dosa dan kemudian Anda bertobat, apakah ketiga hal di atas terjadi di dalam hidup Anda? Jika tidak, Anda perlu mengevaluasi kembali apakah Anda sungguh sudah bertobat?

(0.15) (Yer 9:12) (sh: Setiap kristen adalah seorang pengamat (Selasa, 12 September 2000))
Setiap kristen adalah seorang pengamat

Sejak krisis ekonomi yang diikuti dengan pergolakan politik melanda negara kita, tiba-tiba bermunculanlah para pengamat ahli baik dalam bidang ekonomi, politik, budaya, sosial, hingga kriminalitas. Mereka berlomba-lomba mengutarakan hasil pengamatan dan analisa tentang berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia melalui media massa. Pengamatan mereka selalu berkisar pada alasan-alasan rasional maupun psikologis yang melatarbelakangi terjadinya berbagai insiden dan pergolakan dalam masyarakat. Kemudian mereka pun mencoba mengajukan gagasan-gagasan yang cemerlang untuk menanggulangi dan memperbaiki situasi dan kondisi negara kita. Apa hasilnya? Nol besar! Apakah mereka kurang pandai dan kurang pengalaman? Tidak, sebab mereka semua adalah sarjana-sarjana dan tidak sedikit yang bergelar doktor. Pengalaman mereka pun segudang. Tetapi mengapa belum ada hasilnya?

Allah bertanya kepada bangsa Yehuda adakah orang bijak yang dapat menjelaskan mengapa keadaan bangsa Yehuda begitu terpuruk dan mengenaskan (12)? Namun tidak ada yang dapat menjelaskan. Penyebab utama keterpurukan bangsa Yehuda adalah kesombongan mereka. Mereka tidak lagi mengakui firman Tuhan sebagai penuntun hidup mereka (13-14). Bangsa Yehuda tidak mengetahui sumber masalah mereka sebab tidak ada di antara mereka yang menerima firman mulut-Nya (13).

Mengetahui sumber sebuah masalah sangat penting bagi penyelesaiannya. Seperti Yeremia, ia tahu persis sumber permasalahan bangsa Yehuda, maka ia dapat memberikan gagasan yang paling tepat untuk menyelesaikan masalah Yehuda. Ia mendesak seluruh bangsa Yehuda untuk meratap kepada Allah, dari anak-anak hingga orang dewasa sebagai tanda penyesalan dan pertobatan sejati (17-20). Allah akan mengampuni dan memulihkan Yehuda. (15-16, 20-22). Karena itulah Allah menegaskan bahwa jika manusia hendak bermegah biarlah ia bermegah karena mengenal Dia. Itulah kunci keberhasilan menjalani kehidupan di bumi ini dengan baik (23-24).

Renungkan: Indonesia membutuhkan pengamatan Anda yang memiliki firman kebenaran-Nya. Karena itu, amatilah masyarakat kita dalam terang firman-Nya dan nyatakan gagasan-gagasan yang berdasarkan firman-Nya di dalam masyarakat dimana Anda tinggal.

(0.15) (Yer 36:1) (sh: Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim (Sabtu, 5 Mei 2001))
Jangan-jangan Anda seorang Yoyakim

Sebelum puasa bersama seluruh bangsa Yehuda yang ada di Yerusalem berlangsung (9), Allah memerintahkan Yeremia untuk menuliskan firman-Nya yang sudah Ia sampaikan sejak zaman Yosia hingga tahun ke-5 pemerintahan Yoyakim dan membacakannya kepada mereka yang sedang berpuasa. Firman itu penting bagi keselamatan umat Allah, sebab ketika firman Tuhan diperdengarkan selalu ada kemungkinan pertobatan dan pengampunan Allah dicurahkan (3). Ini menegaskan bahwa firman Allah mempunyai kekuatan dan relevansi yang tidak dapat dibatasi oleh waktu. Firman-Nya sangat dibutuhkan oleh umat-Nya selain doa dan puasa.

Namun sayangnya seringkali ada kekuatan tertentu yang berusaha menghalangi dibacakannya firman Tuhan kepada umat-Nya. Yoyakim adalah salah satunya. Ia membakar gulungan kitab yang menuliskan firman-Nya agar rakyatnya tidak mempunyai kesempatan mendengarnya. Ia berusaha menghalangi bahkan menutup setiap kesempatan bagi umat Allah untuk mendengarkan firman-Nya di masa itu dan di masa mendatang dengan jalan menangkap Yeremia dan Barukh.

Dua kekuatan bertemu: kekuatan firman Tuhan dan kekuatan Yoyakim beserta seluruh aparatnya. Kekuatan firman-Nya bukan hanya tidak dapat dihalangi namun setiap kekuatan yang akan berusaha menghalangi akan dilibas oleh Allah (30-32). Respons Allah terhadap tindakan Yoyakim ini menegaskan bahwa firman Allah tertulis sangat dibutuhkan oleh umat-Nya, karena itu usaha untuk menghalangi dibacakannya firman Allah tertulis dan terhadap keberadaannya adalah kesalahan yang serius di mata Allah.

Renungkan: Seringkali kita bertindak seperti Yoyakim bagi diri sendiri maupun Kristen lainnya. Bagaimana pola pembacaan Alkitab Anda setiap hari? Apakah Anda hanya membaca buku renungan yang hanya berisi kesaksian dan pengalaman Kristen lainnya? Jika ya, Anda sudah menjadi Yoyakim bagi diri Anda sendiri. Apakah Anda mendorong Kristen lainnya membaca buku renungan yang berisi kesaksian dan pengalaman sebagai pola membaca Alkitab setiap hari? Jika, ya berarti Anda adalah salah seorang Yoyakim zaman kini. Bertobatlah sebab kesalahan Anda adalah serius di mata Allah. Bacalah Alkitab secara langsung tiap hari dan anjurkanlah Kristen lain untuk membaca Alkitab juga secara langsung.

(0.15) (Yer 44:1) (sh: Kehancuran total bagi hati yang bebal (Selasa, 15 Mei 2001))
Kehancuran total bagi hati yang bebal

Perikop kita hari ini berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda yang mengungsi ke Mesir. Sepintas ini sangat mirip dengan pasal 29 dan 32 yang berbicara tentang penghukuman yang akan diterima oleh orang-orang Yehuda sebelum pembuangan. Namun ada satu hal penting yang membedakan perikop ini dengan kedua pasal sebelumnya yaitu perikop ini tidak mewartakan pengharapan setelah penghukuman. Komunitas Yehuda yang ada di Mesir telah melakukan kesalahan fatal yang memupuskan semua pengharapan yang sungguhnya tersedia bagi mereka. Apa yang mereka lakukan dan bagaimana?

Di Mesir mereka menyembah allah lain - ratu sorga. Perzinahan rohani ini bukan suatu kekhilafan atau pun dosa yang baru mereka lakukan. Sebaliknya perzinahan rohani sudah membudaya di kalangan Yehuda karena sudah dilakukan oleh setiap orang Yehuda dari bayi sampai dewasa, laki-laki maupun perempuan (7). Lagipula hati nurani mereka sudah tumpul. Mereka telah sampai pada satu titik dimana hati mereka menjadi begitu keras sehingga tidak mungkin menyesali dan berbalik dari dosa- dosanya. Apa buktinya bahwa hati mereka sudah keras? Penghukuman Allah melalui tangan Babel yang baru saja mereka alami tidak membuat mereka jera sebaliknya mereka justru mendatangkan lagi celaka besar bagi diri mereka (7), dengan kesadaran penuh mereka menimbulkan sakit Allah dan mau menjadi kutuk dan aib di antara segala bangsa (8). Ketidaktaatan mereka bukan lagi disebabkan karena tekanan ataupun situasi dan kondisi yang memaksa mereka, namun secara sadar telah menjadi pilihan mereka. Bagi ketidaktaatan sedemikian tidak ada lagi hajaran dan disiplin yang akan menyadarkan dan membawa mereka kembali ke jalan yang benar. Hanya ada satu yang harus dilakukan Allah yaitu menujukan wajah- Nya terhadap mereka dan mencabut sisa Yehuda (11-12). Artinya tidak ada pengharapan bagi masa depan Yehuda selain kehancuran total.

Renungkan: Ketidaktaatan yang dilakukan terus-menerus dapat menjadi kebiasaan, yang menjadikan hati kita keras sehingga tidak ada peringatan bahkan hajaran apa pun yang dapat menyadarkan kita dari ketidaktaatan itu, ujungnya adalah maut. Ini peringatan keras bagi kita untuk hidup dalam ketaatan terus-menerus.

(0.15) (Yer 46:13) (sh: Kiat dalam menghadapi kesulitan (Sabtu, 19 Mei 2001))
Kiat dalam menghadapi kesulitan

Nubuat penghukuman Mesir diberitakan lagi khususnya di 3 kota penting Mesir yaitu Migdol, menara yang terletak di sebelah utara Mesir, Tahpanhes kota perbatasan di sebelah timur, dan Memfis ibu kota Mesir zaman dulu dan pusat pemujaan dewa Mesir sepanjang masa. Ketiga kota ini bersama dengan kota Pathros merupakan pusat populasi Yehuda sejak tahun 582 s.M. Bukan kebetulan sebab memang nubuat ini diberikan bagi kepentingan Yehuda. Selama pemerintahan Yoyakim dan Zedekia, ada sekelompok pemuka Yehuda yang kuat mendukung pemberontakan kepada Babel dan persekutuan dengan Mesir. Apakah benar tindakan mereka?

Apis, lambang kekuatan mereka gagal dan tentara bayaran Mesir yang kekuatannya sangat dibanggakan juga tercerai- berai (15, 21). Kesuburan tanah Mesir (20) lenyap. Nama Firaun hanya akan menjadi cemoohan karena ketidakberdayaannya (17). Dewa utama Mesir, Amon, tidak mampu melindungi mereka (25). Akhirnya Mesir dan setiap orang yang percaya kepada Amon harus menyerah kepada Babel dan pergi ke pembuangan (19,26). Mesir bukan tempat perlindungan. Sementara itu Babel adalah alat utama Allah yang dipakai untuk menggenapi rencana penghukuman-Nya atas bangsa-bangsa termasuk Mesir, karena kesombongan dan nafsunya untuk terus berekspansi (7-8, 21).

Nubuat ini berusaha memimpin Yehuda ke arah dan prioritas yang benar yaitu keselamatannya sebagai sebuah bangsa, bukannya gengsi ataupun kemerdekaan sebuah bangsa. Keselamatan itu berada di dalam Allah (27-28) sebab Allahlah aktor utama dalam nubuat ini. Rencana Firaun untuk menaklukkan dunia ditaklukkan oleh rencana Allah.

Renungkan: Nubuat ini merupakan peringatan keras bagi Kristen di dalam menentukan arah dan prioritas dalam kehidupan, ketika kesulitan ataupun masalah menghadang, jangan sekali-kali menjadikan kehebatan manusia beserta uang, koneksi, dan kekuasaannya sebagai parameter dalam menentukan tindakan. Sebaliknya mintalah Allah menyatakan rencana-Nya di balik setiap kesulitan. Kemudian bertindaklah sejalan dengan rencana-Nya walaupun itu mungkin suatu tindakan yang bodoh di mata orang lain dan membuat kita lebih menderita atau merugi. Namun janganlah kuatir sebab ujung dari semua itu adalah keselamatan dari Allah.

(0.15) (Yer 49:23) (sh: Allah dalam percaturan politik dunia (Jumat, 25 Mei 2001))
Allah dalam percaturan politik dunia

Pasal 49 kitab Yeremia ditutup dengan 3 nubuat yang ditujukan kepada Damsyik, bangsa Arab, dan Elam. Ada persamaan – persamaan penting yang berhubungan dengan nubuat-nubuat itu.

Nubuat kepada Damsyik memaparkan kegentaran dan kengerian yang akan melanda mereka. Penduduknya akan merasakan kesesakan dan sakit beranak, karena tangan Allah yang menghukumnya. Namun dalam nubuat ini tidak dikatakan alasan penghukuman atasnya. Meskipun 2Raj. 24:2 mengisahkan serangan Aram ke Yehuda pada tahun 601-598 s.M., namun dalam nubuat ini tidak dinyatakan sama sekali bahwa itulah alasannya. Juga tidak ada data tentang manuver politik Damsyik untuk menentang Babel. Damsyik seakan-akan dimasukkan begitu saja ke dalam deretan bangsa-bangsa yang akan dihukum oleh Allah.

Suku-suku bangsa Arab adalah orang-orang yang tinggal di padang gurun dalam kemah-kemah dan hidupnya nomaden. Mereka mempunyai pemanah-pemanah jitu (Yes. 21:16-17). Penghukuman atas mereka lewat tangan Babel akan segera dijatuhkan namun alasan atas penghukuman itu tidak diungkapkan. Orang-orang Arab akan mengalami kengerian dan penderitaan yang sama seperti Damsyik, tanpa tahu alasan mengapa mereka mengalami semua itu. Hal yang sama juga terjadi atas orang-orang Elam. Bahkan nubuat pendek tentang Elam ini menyatakan berita Allah yang lebih mengerikan. Semua kata kerja dalam nubuat ini menggunakan orang pertama tunggal – Allah - dan menunjuk kepada tindakan Allah yang membawa berbagai kekuatan dunia untuk menyerang Elam.

Walaupun alasan Allah menghukum mereka tidak diungkapkan, tidak berarti bahwa mereka tidak bersalah di hadapan Allah. Kita harus menempatkan ketiga nubuat itu di dalam konteks rencana Allah bagi dunia yang sedang dilaksanakan melalui tangan Babel. Kebenaran yang kita pelajari adalah dalam percaturan politik internasional pada masa itu, segala kuasa dan kekuatan ada dalam tangan Allah. Rencana yang akan terlaksana adalah rencana-Nya, yang tidak dapat dihalangi siapa pun.

Renungkan: Inilah penghiburan bagi kita yang hidup dalam dunia dimana konflik politik semakin sengit, baik tingkat nasional maupun internasional. Allah yang berkuasa dan berdaulat mutlak adalah Allah kita di dalam Yesus Kristus



TIP #09: Klik ikon untuk merubah tampilan teks alkitab dan catatan hanya seukuran layar atau memanjang. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA