| (0.64904875268817) | (Mzm 72:1) | (jerusalem: Doa harapan untuk raja) Ini mazmur menggambarkan raja yang dicita-citakan untuk masa depan, Raja-Mesias. Menurut judulnya (boleh diterjemahkan: bagi Salomo) kidung ini dipersembahkan kepada raja Salomo, raja kedamaian dan pencipta keadilan yang kekayaannya terkenal, 1Ra 3:9,12,28; 4:20; 10:1 dst; 1Ta 22:9. Tetapi raja Salomo hanya lambang raja di masa mendatang. Begitulah tradisi Yahudi dan tradisi Kristen mengartikan mazmur yang terpengaruh oleh nubuat-nubuat Yesaya, Maz 9:5; 11:1 dst; Zak 9:8 dst, ini. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 79:1) | (jerusalem: Doa umat yang terancam) Ratapan umat ini jelas diciptakan setelah kota Yerusalem direbut dan bait Allah dihancurkan. Lagu ini dikutip dalam 1Ma 7:17. Maka kira-kira ratapan ini mengenai pemusnahan bait Allah oleh orang Babel dalam th 586 seb Mas. bagian pertama, Maz 79:1-9, berupa keluhan dan permohonan, supaya Tuhan mengasihi umatNya dan membalas keganasan musuh. Kemudian menyusul sebuah doa lagi, Maz 79:10-12, agar Tuhan membalas juga bangsa Moab dan Edom yang mencedera, bdk Maz 44:14; 80:7; 137:7; 2Ra 25:9. Kalau permohonan dikabulkan, maka umat akan bersyukur kepada Tuhan dan turun-temurun memujiNya, Maz 79:13. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 80:1) | (jerusalem: Doa untuk keselamatan Israel) Ratapan nasional ini dapat dihubungkan dengan direbutkan kerajaan utara oleh orang Asyur Maz 80:3, maupun dengan dimusnahkannya Yerusalem oleh tentara Babel pada th 586 seb Mas. Jelaslah umat Israel sangat terdesak oleh musuh, Maz 80:5-7,13-17. Karenanya umat berdoa kepada Tuhan supaya kiranya sebagai gembala yang baik menggembalakan kawananNya, Maz 80:2-3, dan bagaikan petani yang jitu memelihara kebun anggurNya dan melimpahkan kepada umat anugerahNya, Maz 80:9-12, yaitu dengan memulihkannya, Maz 80:3,7,19 sebagai anak kesayanganNya. Umat berjanji akan setia pada Tuhannya, Maz 80:19. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 111:1) | (jerusalem: Kebajikan Allah) Sajak kebijaksanaan ini disusun menurut abjad Ibrani: tiap-tiap larik mulai dengan huruf abjad yang berikut: Mazmur yang mulai dan berakhir sebagai pujian, Maz 111:1,10, merupakan sebuah kumpulan pepatah yang secara batiniah hampir saja tidak bergabung satu sama lain. Adapun isinya adalah sbb: Semua pekerjaan Allah patut dipuji dan direnungkan, Maz 111:2-3, dan dengan menetapkan hari-hari raja Tuhan sendiri mengingatkannya kepada manusia, Maz 111:4. Begitulah hari raya Paskah mengenangkan keluaran dari Mesir dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di gurun Maz 111:5-9. Kesimpulannya: Orang berhikmat mesti takut akan Allah, Maz 111:10. Maz 111 ini sangat serupa dengan Maz 112. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 120:1) | (jerusalem: Dikejar-kejar fitnah) Ratapan dan permohonan ini diucapkan seseorang yang dianiaya dengan fitnah dari pihak kaum sebangsanya, Maz 120:2-4. Lawan itu dibandingkan dengan suku-suku bangsa yang biadab dan kejam, Maz 120:5-6. Pemazmur sendiri suka damai, tetapi tidak diterima lawannya, Maz 120:7. Dahulu ia telah mohon agar sekarang juga mendapat pertolongan, Maz 120:2. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 139:1) | (jerusalem: Doa di hadapan Allah yang maha tahu) Mazmur ini berupa semacam renungan teologis mengenai Allah dan boleh dibandingkan dengan Ayu 7:17-20+ Tuhan tahu segala sesuatunya, Maz 139:1-6, dan hadir di mana-mana, Maz 139:7-12. Secara rahasia dan ajaib Ia menjadikan manusia dan tetap mengawasinya, Maz 139:13-16. allah itu tentu saja tidak dapat dipahami oleh manusia, Maz 139:17-18. Tiba-tiba nada renungan saleh itu berubah menjadi kutukan kejam atas orang fasik dan berdosa yang dibenci pemazmur oleh karena mereka memusuhi Tuhan, Maz 139:19-22; bdk Maz 5:11+ Mazmur berakhir dengan permohonan semoga Tuhan yang menyelami hati pendoa melindungi pemazmur terhadap yang jahat, Maz 139:23-24. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 145:1) | (jerusalem: Puji-pujian karena kemurahan TUHAN) Kidung ini tersusun menurut abjad Ibrani, bdk Maz 9:1-10:18+, dan terdiri atas kutipan-kutipan dari mazmur-mazmur lain. Ia meluhurkan Allah sebagai Raja, bdk Maz 47+ Sesudah pembukaan, Maz 145:1-2, pemazmur memuji kebesaran Tuhan, Maz 145:3-6, kebaikanNya, Maz 145:7-9, kekuasaan dan kekekalanNya, Maz 145:10-13. Raja yang mulia itu menolong manusia yang hina, Maz 145:14-17, dengan kemurahan terhadap semua orang benar, Maz 145:18-20. akhir kidung kembali kepada pembukaannya, Maz 145:21. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 147:1) | (jerusalem: Kekuasaan dan kemurahan TUHAN) Lagu puji-pujian ini terbagi atas tiga bagian yang agak serupa satu sama lain, Maz 147:1-6,7-11,12-20. Meskipun dalam beberapa terjemahan kuno mazmur ini terbagi menjadi dua, Maz 146=Maz 147:1-11; Maz 147=Maz 147:12-20, namun kidung ini sebenarnya hanya satu mazmur saja. Allah yang kuasa dan bijaksana dipuji sebagai pemulihan umat Israel dan kota Yerusalem, Maz 147:1-6; ia dipuji sebagai pengurus yang menyelenggarakan segala sesuatu bagi orang yang mengandaikan Dia, Maz 147:7-11; Ia dipuji karena membangun kembali kota Yerusalem dan penjamin kedamaian dan kesejahteraan dengan memimpin segala daya alam dan dengan memberikan wahyuNya, Maz 147:12-20. |
| (0.64904875268817) | (Mzm 149:1) | (jerusalem: Nyanyian kemenangan bagi orang Israel) Ini kidung merupakan nyanyian syukur yang dinyanyikan umat dalam ibadat syukuran atas kemenangan yang diperolehnya. Sesudah pembukaan berupa ajakan, Maz 149:1-3, dikemukakan alasan mengapa umat patut bersyukur, yaitu kemenangan atas musuh, Maz 149:4-5. Tetapi umat Israel perlu berjuang terus untuk melakukan pembalasan Tuhan pada raja-raja dan bangsa-bangsa lain, Maz 149:6-9. Kidung nasional ini agaknya berasal dari zaman Yunani, sebab serupa sedikit dengan Neh 4:11,18; 2Ma 15:27, tetapi ia melayangkan pandangan ke penghakiman terakhir di mana umat Israel berperan sebagai alat keadilan ilahi, bdk Yes 61:2 dst; Zak 9:13 dst. |
| (0.6486076344086) | (Mzm 25:4) |
(full: BERITAHUKANLAH JALAN-JALAN-MU KEPADAKU.
) Nas : Mazm 25:4 Seperti Musa (Kel 33:13), pemazmur sangat ingin mengetahui jalan-jalan Allah. Orang percaya mungkin mengetahui sesuatu tentang perbuatan Allah (mis. keselamatan, mukjizat; bd. Mazm 103:7), tetapi tidak pernah sungguh-sungguh mengenal Allah atau memahami jalan-jalan-Nya (yaitu, prinsip-prinsip hikmat yang dengannya Ia bekerja di dalam kita dan menuntun kita). Prinsip-prinsip dasar untuk mengetahui jalan-jalan Allah dalam mazmur ini adalah sebagai berikut:
|
| (0.6486076344086) | (Mzm 119:1) |
(full: HIDUPNYA TIDAK BERCELA.
) Nas : Mazm 119:1-176 Mazmur ini mengungkapkan kasih yang agung untuk firman Allah yang tertulis. Firman Allah disebutnya sebagai janji, perintah, pedoman, kesaksian, ajaran, hikmat, kebenaran, keadilan, dan teguran. Firman Allah disajikan sebagai penghiburan, perlindungan, harta, patokan hidup, kebahagiaan hati dan jiwa, dan sumber jawaban segala kebutuhan.
|
| (0.6486076344086) | (Mzm 8:1) |
(sh: Anugerah kemuliaan (Kamis, 2 Januari 2003)) Anugerah kemuliaanAnugerah kemuliaan. Banyak orang mencari kemuliaan dengan mengandalkan harta atau kuasa. Justru yang didapatkan adalah kehinaan, ketika harta membawanya kepada perbudakan materialisme, dan kuasa membawanya kepada tirani yang dibenci orang banyak. Mazmur 8 menolong kita meletakkan kemuliaan pada perspektif yang tepat. Kemuliaan adalah milik Tuhan (ayat 1,10). Seluruh alam menyaksikan kemuliaan-Nya (ayat 4). Namun, manusialah yang dianugerahkan Allah kemampuan untuk memuji dan memuliakan Allah. Bahkan, suara-suara sederhana dari mulut bayi dan anak-anak sudah mencerminkan kapasitas memuliakan Allah itu (ayat 3), sebab manusia adalah mahkota ciptaan-Nya (ayat 5-6). Berarti letak kemuliaan manusia ada di dalam anugerah Allah. Pertama di dalam pujian dan kehidupan yang memuji Allah. Kemudian di dalam karyanya manusia mendapatkan kehormatan dan tanggung jawab mengurusi makhluk-makhluk ciptaan lainnya (ayat 7), kambing domba, lembu sapi, binatang padang, burung-burung dan ikan-ikan (ayat 8-9). Di hari kedua tahun baru ini kita kembali disadarkan akan besarnya kemuliaan yang telah Allah pertaruhkan di dalam hidup dan di atas bahu kita. Hidup yang Tuhan inginkan ada pada kita pun adalah hidup yang penuh kehormatan dan kemuliaan. Tetapi, hidup terhormat dan mulia itu tidak kita alami dengan menjadikan diri kita seolah pusat dunia ini. Keserakahan, hawa nafsu, kesombongan, keduniawian justru akan menghempaskan kita ke jurang kehinaan. Hanya dalam penyangkalan diri, kerendahan hati, kesalehan, ketaatan kepada firman Allah, kita menghayati kemuliaan Allah sejati yang bertambah-tambah jelas. Semua manusia adalah mahkota penciptaan yang dianugerahi kemuliaan Allah. Renungkan: Hidup yang mulia adalah yang mencerminkan sifat-sifat mulia Allah. Kristus saja sanggup menciptakan kesanggupan hidup dalam kemuliaan Ilahi di dalam diri kita. |
| (0.6486076344086) | (Mzm 24:1) |
(sh: Hari ini harinya Tuhan (Minggu, 18 Maret 2001)) Hari ini harinya TuhanHari ini harinya Tuhan. Zaman Israel purba, mazmur 24 merupakan mazmur yang khusus dinyanyikan dalam setiap penyembahan di Bait Allah pada hari pertama. Mazmur ini dinyanyikan secara bergantian antara pemimpin penyembahan dengan umat Israel, sebagai manifestasi dari kesiapan hati dan seluruh keberadaan bangsa Israel untuk menyambut hadirat kemuliaan Allah. Mula-mula seluruh umat Israel menyanyikan ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-2, yang merupakan pengakuan bahwa Allahlah Pemilik seluruh bumi dan segala isinya termasuk manusia, karena Ialah yang menciptakan, menetapkan, dan memelihara. Mereka menyatakan dengan tegas apa pun yang mereka miliki baik itu kekayaan, kepandaian, bahkan kehidupannya adalah milik Tuhan. Karena itu mereka harus mendayagunakan semuanya dengan benar dan penuh rasa tanggung jawab. Pemimpin ibadah segera menyambung pujian itu dengan pertanyaan (3) agar jemaat mengevaluasi sudahkah hidup mereka layak di hadapan-Nya. Segera jemaat menjawab bahwa mereka yang mengakui kepemilikan Allah secara mutlak dalam kehidupan sehari-harilah yang layak datang kepada-Nya (4-6). Orang yang menggunakan tangannya untuk pekerjaan kotor, mendapatkan keuntungan materi dari orang lain, dan menipu untuk keuntungan pribadi sama dengan merampok harta Allah. Akhirnya penyembahan itu ditutup dengan seruan bersama untuk menyambut Raja Kemuliaan (7-10) sebagai pernyataan bahwa mereka telah berusaha hidup dengan mengakui dan menghargai kedaulatan Allah atas seluruh keberadaan mereka dengan segala kekayaannya. Renungkan: Betapa indahnya jika hidup kita setiap hari dievaluasi berdasarkan mazmur ini sehingga kita dapat menutup setiap hari dengan pujian bagi kemuliaan-Nya. Bacaan untuk Minggu Sengsara 4 Lagu: Kidung Jemaat 289 |
| (0.6486076344086) | (Mzm 25:1) |
(sh: Petunjuk hidup baru (Selasa, 25 Februari 2003)) Petunjuk hidup baruPetunjuk hidup baru. Mazmur ini lahir dari pergumulan seorang yang hidup dalam persekutuan yang mesra dengan Tuhan. Ia menyadari dosanya, namun yakin dan percaya bahwa kasih setia Allah menaunginya. Ia datang kepada Tuhan meminta pembebasan dari kesesakan batiniah dan ancaman lahiriah. Sikap pemazmur yang merupakan sikap iman tersebut mencakup tiga hal: [1] seluruh perhatian pemazmur diarahkan kepada Tuhan, {2] ia mempercayakan dirinya kepada Allah, sehingga ia merasa tak mungkin dipermalukan oleh musuh, [3] ia juga menanti-nantikan Tuhan, sehingga masa depannya terbuka karena Tuhan menyelamatkan umat-Nya (ayat 1-3). Dari sikap iman yang demikian, di dalam kesulitan pribadi yang dialaminya, pemazmur meminta kepada Allah -- seperti yang pernah di lakukan Musa di padang gurun -- agar ia mengenal jalan Tuhan, supaya ia dapat hidup menurut jalan yang ditunjukkan Tuhan (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4-5, bdk. Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1:6). Sama seperti orang tua yang membesarkan dan melatih anak-anaknya, Allah mengajarkan dan menunjukkan jalan itu, dan bertindak sebagai navigator dalam perjalanan hidup umat. Sejak zaman dahulu kala, kasih setia Tuhan telah menjadi bagian yang tak terpisahkan di dalam kehidupan umat-Nya. Sekalipun pemazmur menyadari hal ini, tetapi ia juga meminta agar Tuhan mengampuni perbuatan dosa masa mudanya. Akankah Tuhan memberikan pengampunan kepadanya? Jika kasih setia yang diingat Tuhan, maka nasib orang berdosa itu ditentukan menurut kebaikan Tuhan (ayat 6-10). Tuhan penuh kasih dan kesabaran. Kita acap kali tidak dapat bertahan untuk hidup kudus dan benar, tetapi Allah selalu mengampuni dan memberi kesempatan untuk memperbaiki diri. Renungkan: Setiap kali pengampunan dinyatakan, petunjuk hidup baru diberikan. Sekarang hiduplah senantiasa dalam pola petunjuk hidup baru yang telah Allah berikan dalam kehidupan Anda! |
| (0.6486076344086) | (Mzm 27:1) |
(sh: Aman dalam perlindungan Tuhan (Kamis, 27 Februari 2003)) Aman dalam perlindungan TuhanAman dalam perlindungan Tuhan. Sekali lagi bila orang benar diserang, difitnah dan diancam, kepada siapakah ia berlindung? Adakah tempat yang cukup aman di bumi ini bagi orang benar? Di manakah perlindungan sejati? Pemazmur menyatakan dengan tegas bahwa Tuhan adalah terang, keselamatan, dan benteng hidupnya. Maka, ia tidak usah takut akan musuh seperti apa pun karena kepercayaannya bahwa Tuhan adalah perlindungannya (ayat 1-3). Lebih dari pada itu, pemazmur yakin bahwa tempat paling aman adalah rumah Tuhan, yaitu kehadiran Tuhan dalam hidupnya karena di hadirat Tuhanlah pemazmur terlindungi dari mara bahaya (ayat 4-6). Maka, dengan mantap pemazmur menaikkan doa permohonannya agar Tuhan segera menyelamatkan dia (ayat 7), dan jawaban Tuhan tidak jauh dari keyakinannya, yaitu agar pemazmur mencari wajah-Nya (ayat 8), maksudnya tentu meminta firman atau juga belajar dari firman- Nya. Maka, pemazmur minta sungguh Tuhan mengajarnya supaya ia semakin yakin akan perkenanan Tuhan atasnya (ayat 7-10). Permohonan pemazmur semakin mendesak karena desakan dari para musuh yang telah memfitnahnya dan ingin menghabiskannya. Namun, pemazmur tetap berpegang pada kepercayaannya, yaitu Tuhan yang akan menyelamatkannya. (ayat 11-13) Mazmur ini ditutup dengan ajakan untuk menantikan Tuhan (ayat 14). Pemazmur mempercayakan hidupnya ke tangan Tuhan, yang diyakininya sebagai perlindungan sejati. Hadirat Tuhan adalah tempat perlindungan yang paling aman. Bila Tuhan yang melindungi, siapakah musuh yang dapat mengganggu? Renungkan: Sewaktu-waktu kerusuhan dapat menimpa kita; penderitaan, wabah penyakit, malapetaka, kemiskinan menyerbu tanpa dapat kita elakkan. Saat itu, Anda tidak dapat lari berlindung kepada siapa pun atau ke tempat mana pun yang aman, kecuali kepada Tuhan dan tempat kudus-Nya. |
| (0.6486076344086) | (Mzm 29:1) |
(sh: Tidak tuli terhadap Allah! (Sabtu, 1 Maret 2003)) Tidak tuli terhadap Allah!Tidak tuli terhadap Allah! Beberapa ahli menyoroti suatu fenomena psikologis yang menarik pada anak-anak: "tuli terhadap ibu"/mother deafness. Beberapa anak kelihatannya tidak dapat mendengar suara ibu mereka sendiri yang sedang berbicara, tetapi kemudian tanggap ketika dipanggil oleh orang lain. Bukan kurang ajar, atau cuek, tetapi entah bagaimana seakan otak mereka telah terlatih untuk menganggap suara ibu mereka sebagai suara rutin yang tidak penting (seperti suara nafas sendiri, deru mobil), lalu secara refleks mengabaikannya. Kristen masa kini banyak mengeluh tentang sulitnya mendengarkan suara Allah. Sayangnya, sebagian kesulitan itu paralel dengan "tuli ibu" yang kita baca di atas: beragamnya suara-suara dalam hidup dan hati kita telah membuat kita secara refleks mengabaikan suara Allah. Zaman ini cenderung membuat kita menganggap suara Allah, dorongan dan bahkan peringatan Roh-Nya, sebagai bagian dari kebisingan batiniah yang rutin terdengar dan tidak terlalu penting untuk disimak. Mazmur ini menyatakan suara Allah sebagai kekuatan dahsyat yang mengatasi dan membuat gentar alam semesta dengan segenap isinya. Suara-Nya mengguntur bagai badai di atas perairan (ayat 3), bagai guruh di atas Gunung Libanon dan padang gurun (ayat 5-9). Ini bukan mazmur biasa, tetapi pengakuan pemazmur dan umat Israel atas kedahsyatan Allah dalam sejarah Israel. Suara Allah, yang menjadi lambang kedahsyatan kuasa dan keagungan Allah, mampu mereka saksikan nyata dalam dunia riil mereka. Dan kesadaran akan kedahsyatan suara Allah membawa berkat bagi umat; mereka yakin Allah yang dahsyat itu juga akan menyertai mereka. Kesadaran, perendahan diri, kepekaan dan keberserahan kepada Allah akan bermuara pada penyertaan-Nya (ayat 10-11). Renungkan: Orang yang menempatkan Allah sebagai Raja atas hati dan hidupnya akan tanggap mendengar suara dan kehendak Allah. |
| (0.6486076344086) | (Mzm 30:1) |
(sh: Sukacita juga menderita (Sabtu, 24 Maret 2001)) Sukacita juga menderitaSukacita juga menderita. Dalam tradisi Yahudi, mazmur ini digunakan pada hari raya Pentahbisan Bait Allah (1 bdk. Yoh. 10:22) dimana pada hari itu orang Yahudi memperingati pentahbisan ulang Bait Allah setelah dihancurkan oleh musuh-musuh mereka pada abad ke-2 s.M. Berarti mazmur ini penting bagi Kristen secara komunitas. Namun yang harus diperhatikan adalah walaupun mazmur ucapan syukur ini dinyanyikan secara bersama oleh umat Allah, mazmur ini bersumber dari pengalaman pribadi Daud. Karena itu untuk mendapatkan makna yang dalam dari mazmur ini bagi kehidupan Kristen secara komunitas, kita perlu merenungkannya. Mazmur ini ditulis oleh Daud pada masa tuanya, ketika ia selesai menghitung seluruh pasukannya dan kemudian Allah menghukumnya (2Sam. 24). Dalam mazmur ini memang ada indikasi bahwa Daud telah mengalami penderitaan yang berat baik secara pribadi maupun bersama seluruh rakyatnya (2-6) justru setelah menikmati keamanan dan kesenangan dalam kehidupannya (7). Berkat yang ia nikmati menghasilkan rasa aman dan percaya diri yang terlalu besar. Ia mulai menyombongkan dirinya maka Allah menghukumnya sehingga membuatnya tersadar. Peristiwa ini menyatakan bahwa ketika seseorang mengalami kelimpahan berkat Tuhan di satu bidang kehidupannya, biasanya ia diuji di bidang lainnya. Kesukacitaan dalam pengharapan perlu dibarengi dengan pengalaman akan penderitaan agar tidak menyebabkan dosa dalam kehidupan seseorang. Ketika menyadari kesalahannya (8b), Daud segera bertobat, maka pengampunan dan pemulihan dari Allah segera dialaminya (6, 12). Pertobatan sejati yang diikuti pemulihan akan membuahkan puji-pujian kepada Allah (5-6, 13). Renungkan: Kehidupan gereja Tuhan di Indonesia di satu sisi memang mengalami berkat yang berkelimpahan secara luar biasa, namun di saat yang sama gereja juga mengalami beberapa penderitaan seperti pengrusakan dan pengeboman gereja-gereja akhir-akhir ini. Kita perlu merenungkan dan merefleksikan peristiwa-peristiwa itu dalam terang mazmur kita hari ini. Ini perlu dilakukan agar kita dapat mengambil tindakan yang tepat, agar pada akhirnya kita dapat tetap memuji dan memuliakan Allah, bahkan mengajak semua orang untuk memuji-Nya. |
| (0.6486076344086) | (Mzm 42:1) |
(sh: Merindukan Allah (Minggu, 12 Agustus 2001)) Merindukan AllahMerindukan Allah. Pernahkah Anda merasakan kegalauan rasa rindu yang tak terbendung ketika terpisah dari orang-orang yang Anda cintai? Hasrat seperti inilah yang dirasakan pemazmur.
Pemazmur merindukan Tuhan dengan hasrat yang sedemikian besar, tak
tertahankan lagi dan harus segera mendapat pemenuhannya (ayat Getaran rasa rindu yang sedemikian besar terhadap Tuhan seringkali tidak kita miliki. Hal ini dapat terjadi karena kita tidak menyadari bahwa kebutuhan kita yang terdalam, tidak lain adalah Allah yang hidup, sumber kehidupan kita (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">3, 9). Dialah sumber pertolongan yang melindungi dan memerintahkan kasih setia-Nya (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6, 9, 12). Renungkan: Apakah kita menyadari bahwa diri kita tidaklah mungkin dapat terpisah dari Allah karena kita tidak dapat hidup tanpa Dia? Dialah kebutuhan kita yang paling mendasar, dan tanpa Dia keberadaan kita tidaklah berarti apa-apa. Bacaan untuk Minggu ke-10 sesudah Pentakosta Lagu: Kidung Jemaat 402 Pa 6 Mazmur 40 Mazmur ini merupakan cerminan hati Daud tentang hasratnya yang sedemikian kuat kepada Tuhan. Hasrat ini terus bertumbuh seiring dengan pertumbuhan keyakinan dan harapannya yang tidak pudar melintasi berbagai problematika kehidupan. Hasrat ini bukanlah dibangun di atas harapan yang semu ataupun keyakinan yang tidak beralasan, melainkan dibangun di atas dasar kasih setia Tuhan yang dapat dipercaya. Pertanyaan-pertanyaan pengarah: 1. Pada ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-6 Daud memuji Tuhan atas apa yang sudah Tuhan kerjakan baginya. Bagaimanakah Daud menggambarkan pertolongan Tuhan kepadanya (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2b-4a)? Apakah hubungan antara karya Tuhan ini dengan hasratnya kepada Tuhan (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2a)? Dampak apakah yang dihasilkan oleh pertolongan Tuhan tersebut (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">4b)? Bagaimanakah hal ini mempengaruhi cara pandang Daud tentang Tuhan dan orang yang berbahagia (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">5, 6)? 2. Mengapakah Daud memohon agar Tuhan tidak menahan rakhmat-Nya melainkan segera menolongnya (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">12, 14)? Kesadaran tentang faktor-faktor eksternal (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">13a) dan internal (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">13b) apakah yang mendorongnya berdoa seperti ini? Apakah hasratnya kepada Tuhan menjadi luntur dalam situasi seperti ini (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">14b)? 3. Apakah yang menjadi harapan Daud bagi musuh-musuhnya (ayat 15) dan orang-orang yang mencari Tuhan dan mencintai keselamatan daripada-Nya (ayat 17)? Apakah dasar bagi harapan-harapannya? 4. Apakah dampak dari pertolongan Allah yang pernah dialaminya (ayat 2-11) terhadap pergumulan yang sedang dihadapinya (ayat 12- 14)? Bagaimana hal itu juga berpengaruh terhadap harapannya untuk masa yang akan datang (ayat 15-17)? 5. Bagaimana dengan kita? Bagaimanakah kita dapat menemukan keyakinan pada masa kesesakan dan harapan untuk masa yang akan datang? Apakah dasar bagi keyakinan kita akan pertolongan Tuhan? 6. Di tengah-tengah pergumulan kita sehari-hari, apakah kita memiliki keyakinan bahwa Tuhan akan menunjukkan kasih setia-Nya untuk masa kini dan masa yang akan datang, sama seperti pada masa yang lampau? Hal-hal apakah yang menghambat proses ini? |
| (0.6486076344086) | (Mzm 43:1) |
(sh: Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku (Senin, 13 Agustus 2001)) Allah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraankuAllah tempat pengungsianku, sukacitaku, dan kegembiraanku. Kegelisahan-kegelisahan akibat berbagai tekanan hidup, perlakuan yang tidak adil, dan kondisi yang tidak aman seringkali menjadi beban yang memperberat langkah hidup kita. Di saat seperti ini kita membutuhkan adanya pembebasan, pembelaan, dan tempat peristirahatan yang dapat memulihkan sukacita kita. Kebutuhan akan hal seperti inilah yang melatarbelakangi lahirnya doa permohonan pemazmur. Namun dimanakah jawaban atas pergumulan ini dapat ditemukan? Sebagaimana dalam Mazmur 42, demikian juga dalam Mazmur 43 ini, pemazmur diliputi kegelisahan yang sedemikian dalam. Ia diliputi ketidakmengertian, mengapa Allah yang adalah tempat pengungsian yang aman membuang dirinya sehingga ia hidup berkabung di bawah impitan musuh (ayat 2). Kekuatan dan jawaban atas pergumulannya ini terletak di dalam doa yang dipanjatkannya. Ia memohon agar Tuhan memperjuangkan keadilan dan perkaranya serta meluputkannya dari orang-orang curang yang menipunya (ayat 1). Ia berdoa memohon agar Tuhan memerintahkan terang dan kesetiaan-Nya untuk menuntunnya berjumpa Allah yang adalah sukacita dan kegirangannya (ayat 3-4). Doanya ini mengubah kegelisahannya menjadi pengenalan akan Allah sebagai tempat pengungsian yang membuatnya bersuka dan bergembira. Doa ini telah membawa keletihan jiwanya pada tempat peristirahatan yang nyaman. Doa ini mengubah nada refrein lagunya, semula ia menyanyikan refrein lagunya dengan nada pilu dengan harap-harap cemas (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">42:6, 12), tetapi kini dengan nada optimis ia berkata: "Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku, dan Allahku!" (ayat 5). Melalui kekuatan yang ditemukan dalam doanya ia menyadari bahwa tidak seharusnya ia merasa tertekan dan gelisah, karena ia memiliki pengharapan di dalam Allah yang menjadi penolongnya. Renungkan: Apakah kita merasa tertekan, gelisah, terbuang, dan hidup di bawah impitan? Berharap dan berdoalah agar terang serta kesetiaan Tuhan menuntun Anda mendekat kepada Allah, dan nikmatilah persekutuan yang indah dengan-Nya. |


