Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 801 - 820 dari 1004 ayat untuk kini [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.17374707142857) (Mat 26:57) (sh: Ketika kebenaran diadili (Senin, 21 Maret 2005))
Ketika kebenaran diadili

Ketika kebenaran diadili
Siapa pun yang mengikuti kisah hidup dan pelayanan Yesus akan terusik dan bertanya mengapa sampai Ia sedemikian dibenci dan akhirnya dijatuhi hukuman mati oleh bangsa-Nya sendiri. Ketika Yesus diadili oleh para pemuka agama yang terhormat itu, mereka tidak dapat menemukan satu pun kesalahan (ayat 59). Sekalipun kesaksian-kesaksian palsu diajukan tetap saja kebenaran Yesus yang justru semakin menonjol (ayat 60). Satu-satunya tuduhan yang dapat mereka lontarkan akhirnya adalah ucapan Yesus tentang diri dan karya-Nya yang diputarbalikkan kebenarannya (ayat 61-64). Jadi, Yesus dihakimi bukan karena Ia bersalah, tetapi karena memang mereka tidak menginginkan-Nya. Penyebabnya antara lain karena ketidakcocokan konsep mesianis, kehadiran Yesus yang menyebabkan popularitas mereka menurun, dan pengaruh Yesus yang dapat mengganggu keamanan.

Sekilas kita melihat seolah-olah Yesus sedang dipermainkan. Para pemuka yang berkuasa itu seenaknya menginjak-injak kebenaran dan menghina Sang Mesias. Akan tetapi, yang sebenarnya terjadi tidak demikian. Mereka frustasi menghadapi Yesus karena cara apa pun yang mereka pakai hanya semakin membuat nyata siapa yang sesungguhnya benar, dan siapa yang sesungguhnya salah. Hal itu membuat mereka mengunakan cara-cara penyiksaan yang kejam dan merendahkan martabat, bahkan bersifat menghujat (ayat 67-68).

Orang Kristen masa kini menganggap Yesus menderita untuk menebus dosa umat-Nya. Pandangan ini benar tapi tidak lengkap. Yesus menderita dalam rangka menelanjangi dan mengalahkan kejahatan (ayat 1Yoh. 3:8b). Ketika kebenaran diadili, kebenaran seolah-olah dilecehkan. Sebenarnya pada saat itu kebenaranlah yang sedang mengadili kejahatan. Orang Kristen pun mendapat karunia untuk menderita karena kebenaran. Percayalah, saat itu kejahatan sedang dibongkar.

Doaku: Tuhan, berikan kami kepekaan bahwa kebenaran-Mu tidak akan dapat dikalahkan oleh tipu daya manusia.

(0.17374707142857) (Mat 27:1) (sh: Berapa harga nyawa Anda? (Rabu, 23 Maret 2005))
Berapa harga nyawa Anda?

Berapa harga nyawa Anda?
Uang dapat membuat manusia silau, juga bisa membuatnya gelap mata sehingga menghalalkan berbagai perbuatan nista dan keji untuk mendapatkannya. Yudas yang serakah akan uang (Yoh. 14:4-6) dan yang kecewa bahwa pengharapan mesianis duniawinya tidak sesuai dengan misi Yesus, menjual Yesus seharga 30 keping perak. Nilai 30 keping perak sama dengan upah makan 120 hari seorang pegawai pada zaman ini. Sungguh suatu penghinaan sebab nyawa manusia mana pun tidak dapat dinilai dengan uang. Namun, penghinaan ini justru menegaskan betapa mahalnya pengurbanan Yesus, yang adalah Pencipta langit dan bumi.

Yudas menyesali perbuatannya setelah dia tahu bahwa Yesus akhirnya dijatuhi hukuman mati (ayat 3). Dia juga sadar telah berdosa karena menyebabkan seseorang yang tidak bersalah menanggung hukuman (ayat 4). Yudas sangat menyesal dan berusaha menutupi rasa bersalahnya dengan mengembalikan 30 keping perak tersebut (ayat 5). Namun, penyesalannya terlambat! Juga tidak membawa dia kepada pertobatan karena ia tidak mencari pengampunan Tuhan melainkan mencoba mengatasi rasa bersalahnya dengan bunuh diri (ayat 5).

Semua yang terjadi pada Yesus ini adalah penggenapan nubuat penyelamatan di PL. Dalam kedaulatan-Nya, Allah telah menjadikan dosa manusia sebagai alat perwujudan kasih karunia-Nya. Ini tidak berarti pembenaran terhadap perbuatan dosa Yudas. Ia tetap harus bertanggung jawab di hadapan Allah. Apa yang Yudas lakukan masih dapat terjadi pada masa kini. Misalnya, jika kita menjual identitas Kristen kita demi hal-hal seperti kedudukan, keuntungan, kenikmatan, dlsb. Kita perlu waspada agar tidak ada akar keinginan, konsep, sikap hidup yang salah yang dapat menjerat kita ke dalam tindakan dosa yang pada hakikatnya menjual Yesus kembali. Itu sama saja menjual nyawa sendiri.

Renungkan: Berapa harga nyawa Anda? Yesus sudah membayar harga tebusan nyawa kita dengan nyawa-Nya sendiri. Dia dapat menolong kita sungguh menghargai hidup.

(0.17374707142857) (Mat 27:27) (sh: Diam di Tengah Penganiayaan (Rabu, 12 April 2017))
Diam di Tengah Penganiayaan

Pada umumnya orang-orang yang teraniaya dan diperlakukan tidak adil akan menuntut keadilan. Mereka akan protes, berteriak, melakukan demonstrasi, dan berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan dirinya benar dan tak sepantasnya menerima perlakuan yang tidak adil.

Reaksi Yesus terhadap ketidakadilan atas diri-Nya terkesan janggal di mata orang banyak. Ia terlihat pasrah dan menerima perlakuan yang tidak adil. Penderitaan yang dialami Yesus bukan disebabkan karena Ia terbukti bersalah, melainkan dipicu oleh kebencian serta kedengkian para elite agama Yahudi. Di sini, Matius menggambarkan begitu detail penyiksaan terhadap Yesus, Ia dibawa oleh para serdadu (27), pakaian-Nya ditanggalkan dan dikenakan jubah ungu sebagai tanda olok-olokan kepada Dia (28); kepala-Nya diberi mahkota duri dan dihina oleh para serdadu itu (29); Ia diludahi dan kepala-Nya dipukul (30); dan Ia kembali diejek oleh para serdadu dan dibawa menuju tempat penyaliban (31).

Jika kita mengalami kondisi seperti Yesus, mungkin kita akan protes dan mengajukan gugatan sebagai bentuk perlawanan atas ketidakadilan. Kenyataannya, tak satu kata dan keluhan yang terucap dari mulut Yesus. Mungkin karena lelah atau memang tak perlu berucap apa pun juga terhadap mereka, sebagaimana Ia juga tak menjawab segala tuduhan yang diajukan oleh para pemimpin Yahudi (lih. Mat. 27:12, 14).

Yesus terlihat diam saat dianiaya. Bukan karena Ia tidak berdaya. Sebagai Putra Allah, Yesus memiliki kuasa Allah untuk menghancurkan para musuh-Nya. Ia memilih diam, seperti domba kelu dibawa ke pembantaian. Pada bagian ini memang tidak disebutkan alasan mengapa Yesus diam. Tetapi dalam nubuat Yesaya dijelaskan mengapa Yesus diam, yaitu dalam rangka menggenapi nubuat mengenai Hamba Allah yang menderita (Yes. 53:7).

Ketika Anda mengalami pergumulan berat, belajarlah berdiam diri di hadapan Tuhan dan carilah kehendak-Nya! Niscaya Anda memperoleh jawaban-Nya. [MFS]

(0.17374707142857) (Mat 27:57) (sh: Tetap menolak atau makin mengasihi? (Sabtu, 26 Maret 2005))
Tetap menolak atau makin mengasihi?

Tetap menolak atau makin mengasihi?
Selama Yesus hidup dan melayani, sikap orang terhadap-Nya selalu terbagi dua. Di satu pihak, mereka yang menutup hati dan menolak Yesus. Di lain pihak, mereka yang membuka diri terhadap-Nya, sampai akhirnya menjadi pengikut Yesus. Dua macam sikap ini menjadi makin nyata pada peristiwa menjelang kematian Yesus sampai peristiwa sesudah Yesus mati dan bangkit.

Kelompok pertama diwakili oleh para pemimpin agama Yahudi. Mereka sudah "sukses" membunuh Yesus. Seharusnya mereka lega, saingan mereka sudah tiada. Namun, mereka meminta kepada Pilatus supaya kubur Yesus dijaga karena teringat nubuat Yesus tentang kebangkitan-Nya. Mereka takut akan pengaruh Tuhan Yesus yang begitu besar pada para pengikut-Nya (ayat 64). Mereka ingin memastikan bahwa Yesus dan pengaruh-Nya betul-betul sudah lenyap.

Berbeda sekali sikap tadi dengan sikap para pengikut Yesus. Yusuf, menurut catatan Lukas adalah seorang anggota mahkamah agama Yahudi yang tidak menyetujui tindakan mereka membunuh Yesus (Luk. 23:50-51). Dengan berani Yusuf meminta izin Pilatus untuk menguburkan jenazah Yesus di kubur miliknya sendiri (ayat 57-60). Menurut hukum Romawi, kubur yang sudah dipakai untuk penjahat, tidak boleh digunakan lagi. Tindakannya memberikan kuburnya dan permohonannya untuk menguburkan Yesus adalah persembahan yang sangat mahal dan tindakan kasih yang sangat berani. Para wanita yang hadir di depan kubur itu menyatakan kesedihan dan hormat mereka kepada Yesus (ayat 61).

Memang hidup dan karya penyelamatan Yesus menuntut orang untuk menentukan sikap terhadap-Nya. Terhadap Yesus tidak mungkin orang mengambil sikap netral. Entah orang akan tetap menutup diri dan akhirnya jadi pembenci Yesus, atau orang akan berani menunjukkan iman dan kasih-Nya kepada Yesus meski harus berkorban.

Renungkan: Lebih beranikah Anda kini menyatakan kasih kepada Dia yang telah berkorban bagi Anda, atau sebaliknya?

(0.17374707142857) (Mrk 6:30) (sh: Sisi perut pelayanan Yesus (Senin, 10 Maret 2003))
Sisi perut pelayanan Yesus

Sisi perut pelayanan Yesus. Dari nas ini, tampak bahwa Yesus bukanlah tipe pelayan yang sanggup berkata dalam hatinya, "yang penting mereka sudah kenyang secara rohani dan diberkati." Yesus mengajar orang banyak yang datang kepada-Nya. Yesus pun mengutus para murid-Nya ke sekeliling Galilea. Tetapi Ia juga memperhatikan kebutuhan fisik mereka, para murid dan orang banyak, yang memang mendesak waktu itu: makan dan istirahat.

Karena itu perkataan para murid pada ayat 35 menjadi sesuatu yang ironis bila kita mengingat keprihatinan Yesus yang mengusahakan agar mereka dapat beristirahat dan makan (ayat 31). Walaupun demikian, keberatan para murid memang logis (ayat 37). Yang kurang begitu logis justru adalah jawaban Yesus (ayat 37a) yang kembali ditanggapi dengan keberatan yang juga logis (ayat 37b). Perkataan Yesus ini menjadi pembuka bagi mukjizat yang akan dilakukan-Nya. Ini bukan sakramen, tetapi makan malam biasa ala Yahudi. Yesus menengadah ke langit untuk mengucapkan berkat kepada Bapa sambil memecah-mecah makanan/roti, seperti yang biasa dilakukan orang Yahudi pada saat mereka makan. Orang banyak duduk di padang berkelompok, dalam suasana keakraban khas Yahudi. Yang tidak biasa adalah dari mana makanan yang mereka santap itu datang. Dapat dikatakan, inilah pesta yang merayakan providensi Allah, ketika hari keenam kisah penciptaan diulang kembali: Allah berkehendak bagi manusia untuk beristirahat dan makan, kini dikonkretkan kembali oleh Yesus Kristus, Sang Mesias. Kerajaan Allah yang diberitakan-Nya juga punya keprihatinan dan perhatian terhadap kebutuhan fisik manusia, selain pemberitaan kabar keselamatan.

Renungkan: Renungkan apakah sikap Anda, keluarga Anda dan jemaat Anda terhadap makanan dan istirahat layak menjadi kesaksian tentang Kerajaan Allah bagi orang di sekitar Anda.

(0.17374707142857) (Mrk 6:45) (sh: Menyedihkan dan ironis (Selasa, 11 Maret 2003))
Menyedihkan dan ironis

Menyedihkan dan ironis. Tindakan para murid Yesus ini memang menyedihkan, bahkan patut ditertawakan. Mereka baru kembali dengan penuh percaya diri atas keberhasilan mereka mengusir setan-setan (ayat 6:12-13, 30), dan telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus yang luar biasa. Tetapi sekarang, mereka kembali bertindak seperti orang yang tidak pernah melihat kuasa Yesus (ayat 49). Kuasa yang bahkan setelah peristiwa ini nyata kembali melalui mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus di Genesaret (ayat 53-56). Seharusnya setelah segala yang telah mereka alami sampai pada momen waktu itu, para murid menunjukkan respons yang lebih dewasa dan lebih percaya. Karena kuasa-Nya telah mereka saksikan, pengutusan-Nya mereka terima, dan bahkan dalam nama-Nya mereka melakukan perbuatan ajaib. Seharusnya mereka dapat mulai mengerti siapa Dia yang menjadi Guru mereka, dan seperti apa kuasa yang dipunyai-Nya.

Sepatutnya kita tersenyum ketika membaca nas ini; tersenyum kecut dan dengan penuh rasa maklum, juga menertawakan diri. Pesan yang disampaikan Markus melalui nas ini jelas sekali. Tindakan dan kepercayaan mereka belum memadai, tidak seperti apa yang seharusnya sudah mereka tunjukkan. Komentar Markus tegas dan pedas: hati mereka masih degil (ayat 52).

Sepatutnya tindakan dan kepercayaan para murid sepadan dengan pengajaran yang mereka terima dan pelayanan yang mereka lakukan. Hal ini pula yang selalu harus tampak pada hidup tiap Kristen. Sumbangnya kesaksian gereja sering kali karena iman dan tindakan Kristen tidak sepadan dengan pengajaran yang mereka pegang. Pertanyaannya kini, masihkah kita menjadi murid yang degil?

Renungkan: Tiap Kristen punya momen kegagalan. Tugas kita adalah agar perjalanan kehidupan iman kita tidak lagi menyedihkan dan ironis, melalui tindakan-tindakan iman.

(0.17374707142857) (Mrk 12:1) (sh: Karikatur verbal para imam dan ahli Taurat (Kamis, 3 April 2003))
Karikatur verbal para imam dan ahli Taurat

Karikatur verbal para imam dan ahli Taurat. Dalam sejarah berbagai negara, reformasi bahkan revolusi biasanya memakan banyak korban. Cukup sering korban pertama yang jatuh justru di kalangan seniman. Sebabnya simpel, bentuk-bentuk penyampaian pesan yang bersifat nyeni dan tak langsung kadang lebih tajam dan meresap daripada yang langsung. Yesus ahli dalam menggunakan ini.

Perumpamaan pun adalah salah satu media yang tajam, yang ketajamannya sangat terasa melalui perumpamaan pada nas ini. Perumpamaan ini didasari oleh nas Yesaya 5 yang menyebut Israel sebagai kebun anggur Allah (Yes. 5:7). Namun, kini yang menjadi pusat perhatian bukanlah kebun anggur itu sendiri, tetapi para penggarap upahan yang mengurus kebun anggur tersebut. Interaksi antara pemilik kebun anggur, para penggarap dan anak kekasih inilah yang menjadi inti dari perumpamaan ini. Ia mengarahkan perhatian para pendengarnya kepada dua hal. Pertama, pemberitahuan tentang kematian Yesus, yang diumpamakan sebagai anak pemilik kebun anggur yang kekasih, yang diutus kepada para penggarap. Kedua, penolakan serta keputusan penghukuman terhadap para pemimpin keagamaan Yahudi yang diumpamakan sebagai para penggarap penyewa yang tidak bertanggung jawab dan jahat. Perumpamaan ini menjadi karikatur yang suram tetapi mengena tentang para pemimpin keagamaan Yahudi zaman Yesus.

Karikatur verbal ini makin lengkap ketika mereka marah dan berusaha menangkap Yesus, tetapi takut kepada orang banyak. Peringatan bagi kita, bahwa selalu ada godaan untuk menyalahgunakan otoritas yang diberikan Allah. Penyalahgunaan adalah penolakan terhadap Allah, yang akan diikuti oleh penghukuman.

Renungkan: Kristus diutus dan mati bagi kita. Pementingan diri sendiri adalah penolakan terhadap kedatangan dan pengorbanan-Nya.

(0.17374707142857) (Mrk 12:35) (sh: Tampang Kerajaan Allah (Senin, 7 April 2003))
Tampang Kerajaan Allah

Tampang Kerajaan Allah. Akhir-akhir ini kita melihat suatu perubahan strategi pemasaran yang menarik dari sebuah produk minuman ringan. Sebelumnya iklan-iklan produk itu menampilkan kesan yang eksklusif (baca: kalangan terbatas): remaja dengan skateboard bermerk dan berwalkman ria, keluarga yang bertamasya dengan riang di samping mobil SUV mereka dll. Kini produk yang sama menampilkan iklan dengan penggambaran yang berbeda: pemuda yang berdiri di bus kota, tukang becak, remaja mandi di kali dll. Pendeknya, makin merakyat.

Sayang, tren penghayatan Kerajaan Allah justru berkembang terbalik. Awalnya adalah seperti yang Yesus gambarkan. Tampang Kerajaan Allah adalah tampang seorang janda miskin, kemalu-maluan menghampiri peti persembahan karena minder dengan jumlah persembahan yang ia bawa (ayat 41-44). Tampang merakyat. Yang dihargai adalah pengorbanan sang janda, yang walaupun nilai nominalnya kecil, tetapi lebih besar dari yang lain karena itu adalah seluruh nafkahnya. Tampang Kerajaan Allah, demikian Yesus, bukanlah tampang rohaniwan dan eksklusif dari para ahli Taurat. Bukan wajah-wajah yang fasih menuntut penghormatan. Bukan wajah mereka yang sangat fasih berdoa tetapi juga fasih menangguk keuntungan dari orang-orang kecil.

Di Indonesia, wajah kekristenan makin kurang menunjukkan kesan merakyat. Bagi banyak orang di luar kekristenan, kata "gereja" lebih kena disandingkan dengan gambaran tempat ibadah yang fully air conditioned, parkiran mobil-mobil mewah di halaman gereja, galadinner penggalangan dana, dll. Megah, terhormat, dan menuntut penghormatan. Perintah Kristus jelas, kita dipanggil untuk meneladani sang janda miskin, bukan para ahli Taurat.

Renungkan: Panggilan seorang murid Kristus adalah memberikan seluruh hidupnya bagi Tuhan, bukan menjadi "murid yang terhormat."

(0.17374707142857) (Mrk 14:12) (sh: Pengkhianatan seorang murid (Sabtu, 12 April 2003))
Pengkhianatan seorang murid

Pengkhianatan seorang murid. "Musuh dalam selimut!" Perkataan ini mengena pada kelompok Yesus dan murid-murid-Nya. Yudas Iskariot, salah seorang dari murid Yesus telah berketetapan hati untuk menyerahkan Yesus kepada para pemimpin Yahudi di Yerusalem dengan imbalan tiga puluh keping perak. Dan ternyata Yesus tahu rencana itu.

Namun, sebelum peristiwa itu terjadi, Yesus membuat perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya, ternyata Yesus mengetahui rencana jahat tersebut. Karenanya dalam perjamuan itu, Yesus memberitahukan bahwa di antara mereka ada yang akan menyerahkan Dia. Pemberitahuan itu membuat para murid terkejut karena orang yang menyerahkan Yesus itu justru "orang dalam" sendiri.

Yudas Iskariot memang pandai bersandiwara di hadapan Yesus dan teman-temannya. Di hadapan Yesus, ia berlaku sebagai sahabat bahkan seorang murid, tetapi di belakang ia siap menikam Yesus. Mungkin tepat bila kita katakan Yudas Iskariot adalah serigala berbulu domba. Sikap ini membuktikan bahwa sesungguhnya Yudas itu berwajah ganda.

Sikap Yudas ini dicela oleh banyak orang. Tetapi sikap yang demikian juga tercermin dari orang-orang Kristen pada masa kini. Memang banyak orang telah menjadi Kristen, dibaptis dan mengikuti perjamuan kudus, sebagai tanda persekutuan dengan Tuhan. Tetapi masih melakukan perbuatan-perbuatan yang menikam Yesus dari belakang. Sikap ganda ini membuat kita menjadi orang munafik dan harus disingkirkan. Tuhan menghendaki agar kita sungguh-sungguh menyerahkan seluruh eksistensi diri kita kepada-Nya. Apakah kita dengan sungguh-sungguh telah menyerahkan diri kepada Kristus?

Renungkan: Penyerahan diri yang mutlak kepada Tuhan merupakan sikap seorang murid yang sejati.

(0.17374707142857) (Mrk 14:32) (sh: Berdoa dalam pergumulan (Senin, 14 April 2003))
Berdoa dalam pergumulan

Berdoa dalam pergumulan. Misi Yesus untuk menggenapi rencana Allah, semakin mendekati masa penggenapan. Menghadapi saat-saat ini, Yesus juga merasakan takut dan gentar. Ia bergumul dengan ketakutan dan kegentaran- Nya. Namun, Ia juga mengetahui bahwa Allah itu adalah Bapa yang maha kuasa. Begitu besar kuasa-Nya sehingga tidak ada yang mustahil bagi-Nya.

Sesungguhnya permohonan Yesus ini menggambarkan bahwa sebagai manusia Ia merasa takut dan gentar, karena merasakan beratnya penderitaan yang Ia akan alami. Walau demikian, Ia menyatakan ketaatan-Nya yang mutlak kepada rencana Allah. Yesus mengetahui bahwa jika Allah sudah berkehendak, tidak ada kuasa apa pun yang dapat menggagalkan. Meski harus menanggung penderitaan Yesus harus menggenapi rencana Allah. Para murid yang seharusnya berjaga-jaga dan berdoa agar memahami pergumulan Yesus, mengecewakan-Nya. Mereka tidak mampu bergumul bersama Yesus dalam menghadapi penderitaan itu.

Pesan untuk tetap berjaga-jaga dan berdoa, juga ditujukan kepada kita, murid-murid Yesus masa kini. Namun dalam pelaksanaannya kita sering tergoda untuk mengutamakan keinginan hawa nafsu kita dari pada mengikuti kehendak Allah. Lebih mengedepankan kepentingan diri sendiri dari pada taat kepada kehendak Allah. Jika kita menyikapi pesan Yesus dengan cara seperti ini dapat dipastikan bahwa kita tidak akan mampu berjaga dan berdoa bersama Yesus, apalagi merasakan penderitaan-Nya dalam pergumulan untuk keselamatan kita. Coba kita renungkan dan hayati, pesan Yesus untuk "Berjaga-jaga dan berdoa supaya kita tidak jatuh ke dalam pencobaan." Artinya, Yesus memperingatkan kita bahwa pencobaan merupakan usaha terakhir dari kuasa Iblis melawan Yesus, dan para pengikut-Nya.

Renungkan: Sikap berjaga dan berdoa, adalah sikap yang benar dari seorang murid dalam menyongsong masa depan.

(0.17374707142857) (Luk 1:39) (sh: Allah yang berpihak! (Senin, 23 Desember 2002))
Allah yang berpihak!

Allah yang berpihak!
Dalam kehidupan dan percakapan sehari-hari, kadang kita bisa rancu dalam mengartikan kata "adil". Adil sering diartikan sama dengan ketidakberpihakan yang samar. Padahal, dalam sepakbola misalnya, wasit yang adil adalah wasit yang berpihak kepada dan membela siapapun yang mengikuti peraturan, dan berpihak melawan siapapun yang melanggar. Contoh lainnya dapat kita lihat dari inkarnasi Yesus Kristus. Arti inkarnasi Kristus, seperti yang terulang-ulang di dalam seantero Kitab Suci, adalah merupakan keberpihakan Allah kepada manusia, sesuai dengan janji, perintah dan rencana-Nya yang adil dan pengasih. Lalu kepada siapa Allah berpihak?

Di dalam nas-nas sebelumnya, tampak bagaimana Allah memakai dan berpihak kepada seorang wanita tua yang tadinya mandul (juga 43), namun karena kehendak Allah, mengandung; dan seorang wanita muda—Maria—yang juga karena campur tangan Allah sendiri mengandung di luar nikah. Di pasal ini, Allah berpihak kepada Maria, karena ia percaya (ayat 45). Dampak dari keberpihakan Allah adalah Maria bergembira dan menganggap dirinya berbahagia.

Perbuatan-perbuatan besar-Nya, terutama melalui peristiwa Natal, membuktikan hal itu (ayat 47-49). Tetapi, tidak hanya kepada Maria saja. Nyanyian pujian Maria yang sarat dengan kutipan dan singgungan kepada nas-nas PL ini juga menyatakan bahwa Allah berpihak kepada mereka yang takut akan Dia (ayat 51), kepada orang-orang rendah (ayat 52), kepada orang-orang miskin (ayat 53), dan terakhir kepada Israel, yang disebut "hamba-Nya" (ayat 54-55). Karena itu, Allah memposisikan diri melawan orang-orang yang congkak dan angkuh (ayat 51), yang berkuasa (ayat 52), dan yang kaya (ayat 53).

Renungkan:
Bagi Kristen masa kini, keberpihakan Allah berimplikasi dua hal. Pertama, Allah terhadap umat-Nya: kita patut bersyukur dan memuliakan Allah, karena Allah yang adil itu aktif berpihak, mengerjakan rencana-Nya bagi kita umat-Nya. Kedua, respons kita terhadap keberpihakan Allah: penting bagi kita untuk menunjukkan keberpihakan kita kepada Allah melalui hidup kita sehari-hari.

(0.17374707142857) (Luk 1:39) (sh: Perspektif dua perempuan pilihan Allah (Kamis, 25 Desember 2003))
Perspektif dua perempuan pilihan Allah

Perspektif dua perempuan pilihan Allah. Dua atau lebih perempuan berkumpul, gosip, atau kabar burung pasti menjadi topik hangat dalam kumpulan itu. Demikian penilaian sinis sebagian orang. Seharusnya penilaian ini tidak tercetus ketika perempuan-perempuan Kristen berkumpul. Justru mereka harus menepis anggapan tersebut dengan menunjukkan bahwa di mana mereka berkumpul, kemuliaan Allah terpancar dalam percakapan mereka.

Maria mengunjungi Elisabet kemungkinan untuk dua hal: (ayat 1). Maria ingin mengungkapkan kebahagiaan dan rasa kasihnya karena sepupunya Elisabet juga mengalami kasih karunia Allah, mengandung anak yang Allah persiapkan untuk mempersiapkan jalan bagi Mesias; (ayat 2). Untuk berbagi pergumulan, karena anugerah Allah atas dirinya. Dua perempuan itu bukan bertemu untuk memperbincangkan hal-hal negatif. Mereka berbagi sukacita dan pergumulan. Seharusnyalah perempuan-perempuan Kristen masa kini, belajar tentang perspektif dari Elisabet dan Maria, dua perempuan pilihan Allah.

Elisabet dan Maria adalah dua perempuan Allah yang bersyukur karena dipilih dan dipercayakan Allah untuk mengandung utusan-utusan Allah: Yohanes sebagai yang mempersiapkan jalan bagi Mesias, dan Yesus adalah Mesias yang akan menyelamatkan seluruh umat manusia. Tidak ada perasaan saling iri, dengki di antara mereka, justru mereka berbahagia karena menerima anugerah yang luar biasa yaitu dipakai Allah untuk melaksanakan rencana-Nya.

Hal menarik yang kita dipelajari dari Maria adalah bahwa kemuliaan yang ia peroleh adalah bentuk perhatian Allah kepada kaum yang lemah dan miskin. Bahkan perhatian-Nya juga meluas kepada seluruh umat Israel yang selama ini hidup dalam penindasan. Dari Maria kita belajar meluaskan wawasan, dan melihat berkat Tuhan bukan hanya untuk diri sendiri.

Renungkan: Apakah sikap yang tepat terhadap orang yang diberkati Tuhan dan juga terhadap diri sendiri yang juga diberkati?

(0.17374707142857) (Luk 1:57) (sh: Benedictus (Rabu, 24 Desember 2014))
Benedictus

Judul: Benedictus
Kelahiran seorang anak bagi Elisabet dan Zakharia pada masa tua mereka membuat orang melihat bagaimana Allah menunjukkan anugerah yang besar kepada umat-Nya, dengan mewujudnyatakan apa yang semula dianggap mustahil dan tak terpikirkan. Itulah sebabnya mereka bersukacita (57-58).

Saat pemberian nama, orang-orang di sekitar Elisabet dan Zakharia berharap agar mereka mengikuti tradisi (59). Namun Elisabet memilih nama seperti nama yang diberikan malaikat kepada Zakharia (60, bdk. ayat 13). Protes orang-orang (61) memperlihatkan bahwa mereka tidak menyadari apa yang sedang Allah perbuat. Untuk meyakinkan diri, mereka meminta Zakharia menuliskan nama yang dia inginkan bagi anaknya. Dan jawaban Zakharia mengherankan semua pihak, karena ia menuliskan nama seperti yang disebutkan oleh Elisabet (63). Setelah itu, Zakharia bisa berbicara kembali, seperti yang dijanjikan malaikat (Luk. 1:20). Tentu saja orang jadi bertanya-tanya mengenai masa depan anak Zakharia itu (66).

Jawaban untuk pertanyaan itu akan terlihat kemudian dari puji-pujian yang disampaikan Zakharia. Pujian itu disebut Benedictus (bahasa Latin), yang artinya diberkati. Di dalam Benedictus disebutkan bahwa anak Zakaria, yaitu Yohanes, akan merintis jalan bagi Tuhan dengan mewartakan bahwa keselamatan akan terjadi melalui pengampunan dosa (76-77). Perintisan jalan itu memang diperlukan karena Tuhan akan melawat umat-Nya dengan tujuan untuk melepaskan umat dari musuh-musuhnya (68-71). Sebagai tanduk keselamatan, Tuhan akan membebaskan umat dari kegelapan dan maut (78-79) agar umat dapat beribadah dalam kekudusan dan kebenaran, serta tanpa rasa takut (74-75).

Begitu besar kerinduan Tuhan agar umat beribadah kepada-Nya sehingga Ia membayar harga yang begitu mahal, yaitu Anak-Nya sendiri yang harus turun ke dalam dunia. Ia menginginkan kita tidak hidup dalam kegelapan lagi melainkan berdamai dengan Allah. Adakah Anda juga merindukan itu? Bila ya, datanglah kepada Surya pagi itu, agar sinar-Nya mengusir kegelapan dari hidup Anda.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.17374707142857) (Luk 9:43) (sh: Murid Kristus bukanlah murid gampangan (Minggu, 19 Maret 2000))
Murid Kristus bukanlah murid gampangan

Murid Kristus bukanlah murid gampangan. Dunia pendidikan masa kini menuntut orang-tua mempersiapkan anak-anak agar berhasil masuk di sekolah lanjutan dan universitas yang bermutu. Oleh karena itu sejak Sekolah Dasar, anak-anak sudah diikutkan berbagai les. Meskipun menyadari bahwa beban anak-anak mereka semakin berat, waktu istirahat mereka pun semakin sedikit, dan pengeluaran bulanan akan meningkat, para orang-tua tetap melakukannya. Untuk menjadi murid sebuah sekolah yang berkualitas tinggi bukanlah hal yang gampang dan tidak setiap orang mempunyai kesempatan untuk itu.

Demikian pula menjadi murid Kristus, bukanlah murid gampangan juga. Karena sebagai murid Kristus, kita adalah wakil Kristus yang adalah Allah sendiri, sekalipun ia masih anak kecil (ayat 48). Luar biasa sekali kedudukan seorang murid Kristus. Namun untuk menjadi murid-Nya ada syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi.

Dalam dunia yang mengagungkan kekuatan dan kekuasaan, seorang murid Kristus tidak boleh mengandalkan itu semua dalam menjalankan tugas dan misinya. Konsep ini diambil berdasarkan pernyataan Yesus bahwa Anak Manusia harus mengalami 'salib', ketika semua orang masih keheranan menyaksikan kebesaran Allah yang dinyatakan melalui diri-Nya (ayat 43b-45). Seorang murid Kristus juga harus siap menerima ketidakramahan dan kekejaman dunia terhadap dirinya tanpa membalas (ayat 51-56). Ia juga harus menyadari bahwa dunia bukanlah tempat tinggal abadi (ayat 58).

Sikap seorang murid terhadap Gurunya adalah memberikan prioritas utama kepada-Nya di atas tugas-tugas pribadi dan tradisi agama (ayat 59-62). Kemudian sebagai sesama murid, tidak pandang golongan atau kedaerahan.

Renungkan: Bagaimana sikapku terhadap Tuhan, dunia, dan sesama murid Kristus? Apa yang bisa kulakukan untuk mengaplikasikan ketiga sikap ini dalam hidup sehari-hari, agar tidak disebut murid gampangan?

Bacaan untuk Minggu Sengsara 3: Keluaran 24:12-18 Roma 5:1-5 Yohanes 4:5-15, 19-26 Mazmur 95:1-2, 6-11

Lagu: Kidung Jemaat 424

(0.17374707142857) (Luk 9:51) (sh: Fokus pada tujuan (Kamis, 5 Februari 2004))
Fokus pada tujuan

Fokus pada tujuan. Ayat 51 dengan jelas menekankan bahwa Tuhan Yesus kini melangkah menuju kegenapan seperti yang telah diajarkan-Nya kepada para murid. Ia tahu Ia datang dari siapa, untuk apa, dan harus melalui jalan hidup yang bagaimana. Bahwa misi-Nya akan ditolak oleh sementara orang, adalah sesuai dengan rencana Allah yang telah dinubuatkan sejak zaman Perjanjian Lama dan selaras dengan tekanan ajaran-Nya bahwa Ia harus menderita (bdk. Yes. 53).

Dalam bacaan ini Lukas memaparkan kepada kita bahwa ada masalah yang mengganjal Yesus, yaitu reaksi murid-murid-Nya, Yakobus dan Yohanes terhadap orang Samaria yang menolak memberikan bantuan setelah tahu bahwa Yesus dan rombongan-Nya menuju ke Yerusalem (ayat 53). Memang Kerajaan Israel bersatu terpecah menjadi Israel Utara (Samaria) dan Israel Selatan (Yehuda=Yerusalem). Hubungan antara Samaria dan Yehuda semakin memburuk. Bahkan orang-orang Samaria digolongkan sebagai orang-orang yang harus dimarginalkan oleh orang-orang Yerusalem. Lukas menggambarkan penolakan ini sebagai bagian dari penggenapan nubuat Allah sebagai tanda bahwa Mesias akan menderita penolakan. Bagaimana rombongan Yesus bersikap terhadap penolakan tersebut? Yakobus dan Yohanes, khususnya, menganggap bahwa penolakan itu lebih merupakan penghinaan terhadap Yesus, yang seharusnya diperlakukan dengan segala hormat. Itulah sebabnya mereka mengusulkan untuk bertindak keras terhadap mereka (ayat 54)—mungkin seperti yang pernah dilakukan Elia dalam 2Raj. 1:10,12.

Reaksi Yesus sama sekali berbeda (ayat 55)! Justru Ia menilai bahwa reaksi yang ditunjukkan oleh Yakobus dan Yohanes ternyata belum menghayati bahwa salib adalah keharusan bukan saja bagi Yesus tetapi juga dalam misi dan kehidupan para pengikut-Nya.

Renungkan: Mengikut Yesus adalah satu-satunya yang harus secara serius dijalani dengan segala konsekuensinya.

(0.17374707142857) (Luk 11:27) (sh: Respons yang benar (Sabtu, 21 Februari 2004))
Respons yang benar

Respons yang benar. Saya pernah berpikir bahwa bila saya hidup di zaman Yesus, sebagai salah seorang dari murid-Nya, saya akan memiliki kerohanian yang lebih baik. Pemikiran seperti itu lazim ada pada kebanyakan orang. Itulah pola pemikiran yang melatarbelakangi komentar seorang perempuan waktu itu (ayat 27). Mungkin itu pula yang bercampur pada pemikiran mereka yang ingin menyaksikan tanda mukjizat lebih banyak dari Yesus (ayat 28-30), semakin banyak melihat semakin beriman.

Yesus menolak anggapan itu. Menurut-Nya, hubungan istimewa itu tidak bergantung pada hubungan darah, atau banyak menyaksikan atau mengalami tanda ajaib. Entah orang mengalami berkat dan kebahagiaan dari Yesus atau tidak, terkait juga pada tanggung jawab orang untuk merespons Yesus dengan benar. Hanya pada orang yang sesudah mendengar firman-Nya lalu menaati, ada kebahagiaan mengalami hubungan yang benar dengan Yesus (ayat 28). Hubungan yang menempatkan orang hidup dalam naungan berkat Allah adalah hubungan yang timbal-balik dan hidup antara yang bersangkutan dengan Yesus.

Oleh karena yang penting hubungan timbal balik, tanda utama pelayanan Yesus mengikuti pola pelayanan Yunus (ayat 30). Seperti Yunus datang dengan firman yang menuntut respons percaya dan pertobatan dari penduduk Niniwe, demikian juga Yesus menuntut pendengar-Nya merespons firman-Nya dengan pertobatan. Tidak merespons dengan pertobatan berarti menolak Yesus. Menolak Yesus berarti memilih hukuman. Pada hari penghakiman Allah kelak, respons ketaatan kepada firman Yesus inilah yang akan menentukan apakah orang akan masuk ke dalam kebahagiaan kekal atau penghukuman kekal (ayat 31).

Renungkan: Ingat! Terhadap Yesus kita tidak bisa netral. Maksud kekal Allah untuk hidup kita hanya akan kita hayati bila kita merespons-Nya kini dan di sini dalam ketaatan.

(0.17374707142857) (Luk 12:13) (sh: Murid dan hartanya bag. I (Rabu, 25 Februari 2004))
Murid dan hartanya bag. I

Murid dan hartanya bag. I. Sebagai Kristen, kita semua adalah murid Yesus. Kita bukan murid-muridnya Fransiskus dari Asisi yang dengan sengaja hidup dalam kemiskinan, walaupun banyak yang dapat dan layak kita pelajari darinya. Akan tetapi, kini, seperti juga dulu, pertanyaan ini masih terus relevan untuk ditanyakan: bagaimana sikap seorang murid terhadap harta kekayaan?

Sebenarnya, nas bacaan hari ini dan kemarin (juga nas besok) dipersatukan oleh satu pokok pikiran, yaitu aplikasi doktrin kemahakuasaan Allah, yang berkuasa atas seekor burung pipit dan juga atas jiwa manusia (ayat 5,20, 23-24) dalam bidang-bidang kehidupan. Dalam nas ini, kita melihat bagaimana Yesus memanfaatkan pertanyaan seorang Yahudi (ayat 13) sebagai batu loncatan untuk mengaplikasikan kemahakuasaan Allah di dalam sikap seseorang terhadap kekayaan dan harta milik.

Melalui perumpamaan pada ayat 16-21 Yesus ingin menyampaikan bahwa kepenuhan hidup manusia tidak terletak pada kelimpahan harta yang dimilikinya; tidak “tergantung” pada kekayaan seseorang. Mereka yang menyandarkan kebahagiaan serta kepenuhan makna hidupnya pada kekayaan - dan bukan kepada Tuhan—adalah orang-orang bodoh (ayat 20, bdk. 8:14), karena pertama, kekayaan tidak memperpanjang umur—Tuhanlah yang menentukannya dan kedua, dengan demikian seseorang justru tidak menjadi kaya di hadapan Allah (bdk. a.l. Luk. 1:53, 6:24, 21:1-4 dll.). Peringatan ini penting untuk kita camkan , Kristen di Indonesia, karena sikap terhadap kekayaan seringkali justru menjadi batu sandungan bagi kesaksian kita sebagai murid Kristus.

Renungkan: Jangan biarkan harta membodohi Anda! Biarlah kemuliaan Tuhan melalui kehidupan dan pekerjaan Anda menjadi tujuan utama Anda bangun setiap pagi, dan bukan mencari kekayaan.

(0.17374707142857) (Luk 13:10) (sh: Kerajaan Allah vs kemunafikan (Senin, 1 Maret 2004))
Kerajaan Allah vs kemunafikan

Kerajaan Allah vs kemunafikan. Tanda-tanda kehadiran Allah tidak selalu terwujud dalam hal yang besar dan menakjubkan. Seperti misalnya, dua orang yang sehati berdoa memohon urapan Tuhan atas pelayanan pemberitaan Injil mereka. Setelah bertahun-tahun berdoa dan ber-PI, kini mereka telah menghimpun lebih dari seribu orang petobat dan murid Kristus yang dengan doa dan semangat yang sama mengabarkan Injil.

Di sisi lainnya kita melihat orang yang berpengetahuan banyak akan firman Tuhan, sehingga merasa berkompeten untuk bisa menegur orang yang tidak mematuhinya, tetapi ia sendiri melanggarnya. Kemunafikan seperti itu jelas tidak bermanfaat, sebaliknya menghambat orang lain maupun dirinya untuk bertumbuh. Sikap munafik ditunjukkan oleh kepala rumah ibadat pada hari Sabat ketika ia memarahi orang-orang yang datang untuk disembuhkan Yesus (ayat 14). Ia melarang Yesus 'bekerja' pada hari Sabat, padahal ia sendiri 'bekerja' dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan rutin di rumahnya (ayat 15).

Namun, dalam hal ini, persoalan yang lebih utama adalah sikap ketidakpeduliannya terhadap kebutuhan orang lain (ayat 16) sementara ia sibuk untuk mengurus kepentingan diri sendiri. Tindakan Yesus melakukan mukjizat penyembuhan pada hari Sabat merupakan suatu demonstrasi kehadiran Kerajaan Allah di dunia.

Memang kehadiran Kerajaan Allah tidak selalu terlihat besar dan megah. Ia mulai dari kecil seperti biji sesawi, namun, kemudian bertumbuh menjadi pohon yang besar. Atau, seperti sedikit ragi yang mengkhamirkan adonan roti. Kerajaan Allah hadir secara diam-diam, tetapi pengaruh yang dihasilkannya memberkati banyak orang.

Renungkan: Orang Kristen sejati tidak perlu gembar gembor menyatakan kekristenannya, namun ia akan menjadi berkat bagi banyak orang, dan Injil Tuhan disebarluaskan.

(0.17374707142857) (Luk 17:20) (sh: Kerajaan Allah sudah datang! (Sabtu, 13 Maret 2004))
Kerajaan Allah sudah datang!

Kerajaan Allah sudah datang! Mungkin Anda masih ingat berapa kali muncul nubuat-nubuat mengenai kedatangan Yesus kedua kali dalam dua dekade terakhir ini. Bukan hanya melanda manca negara, tetapi juga di Indonesia. Berita-berita ini menjadi isu yang hangat dan sangat menggairahkan. Walau tidak satu pun terbukti benar, banyak orang yang terkecoh olehnya. Tak sedikit orang yang menjadi goncang imannya.

Hari kedatangan Tuhan yang kedua kali tidak dapat diprediksi dengan melihat tanda-tanda lahiriah zaman ini (ayat 20-21). Oleh sebab itu semua usaha untuk menandai dalam kalender kita akan berakhir sia-sia. Kerajaan Allah sebenarnya sudah datang di dunia ini (ayat 21). Ia hadir pada setiap hati orang percaya. Orang percaya dan kehidupannya seharusnya menjadi bukti kehadiran kedaulatan dan pemerintahan Allah tersebut.

Yesus mengingatkan orang banyak bahwa akan ada banyak sikap terhadap kedatangan Anak Manusia. Ada orang yang dengan semangat mencari-cari tanda, menghitung-hitung hari kedatangan Anak Manusia itu (ayat 22-23), namun mereka tidak akan menemukannya. Sebaliknya ada pula orang-orang yang tidak mempedulikan sama sekali hari kedatangan Anak Manusia itu. Mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing, hidup dalam dosa, sama seperti orang-orang yang kemudian dibinasakan oleh air bah pada masa Nuh (ayat 26-27) dan yang kemudian dimusnahkan oleh api dan belerang pada zaman Lot (ayat 28-29).

Justru, penghukuman seperti yang dialami oleh nenek-nenek moyang mereka akan menimpa mereka pada masa kini (ayat 30-37) apabila mereka tidak bertobat dan mencari Kerajaan Allah dengan sungguh-sungguh sebelum Anak Manusia benar-benar datang.

Renungkan: Hanya dengan menerima kehadiran Kerajaan Allah, yaitu merajakan Anak Manusia dalam hidup kita, kita akan dihindarkan dari penghukuman yang begitu dahsyat.

(0.17374707142857) (Luk 19:28) (sh: Tangisilah dirimu (Rabu, 18 Maret 2015))
Tangisilah dirimu

Judul: Tangisilah dirimu
Seorang profesor Inggris, Michael Trimble, yang mengajar neurologi meniliti misteri antara hubungan menangis dan air mata. Dalam bukunya yang berjudul "Why Humans Like to Cry", mengatakan semua spesies dapat meneteskan air mata. Namun, manusia adalah satu-satunya spesies yang meneteskan air mata dan menangis saat menanggapi suatu keadaan emosional tertentu. Bagi Trimble, air mata tidak hanya berfungsi sebagai pelumas mata saja, tetapi juga sebagai simbol dalam berkomunikasi secara emosi. Bila manusia dapat menangis, demikian juga dengan Allah.

Bagi Yesus, kepergian ke Yerusalem memasuki babak akhir misi Allah di dunia. Dia meminta beberapa murid-Nya ke rumah penduduk untuk mengambil keledai muda, yang tidak pernah ditunggangi orang. Dia akan memakai keledai itu sebagai simbol, bahwa diri-Nya adalah Mesias yang dinubuatkan bagi bangsa Israel (28-36). Bagi orang-orang Yahudi, pergi ke Yerusalem merupakan suatu sukacita yang besar. Mereka mengunjungi Bait Suci untuk memberi persembahan kepada Allah. Bagi para murid Yesus, pergi ke Yerusalem adalah jalan kemuliaan. Mereka merasa sedang mengiringi seorang raja yang akan memulihkan takhta Daud. Di sepanjang perjalanan, para murid bergembira, berteriak, dan memuji Allah (37-40).

Namun siapakah yang tahu akan kepedihan hati Yesus, ketika dia melihat Yerusalem dari jauh. Yesus sedih bukan karena dia takut mati syahid. Yesus menangis karena dia melihat kehancuran Yerusalem dan hilangnya kesempatan bagi orang-orang Yahudi untuk diselamatkan. Yerusalem yang seharusnya menjadi kota benteng keselamatan Allah, malahan menjadi benteng pembantaian umat Allah (41-48).Di sini, tangisan dan air mata Yesus adalah bahasa kalbu Allah bagi Yerusalem.

Tangisan tidak hanya muncul dari apa yang kita alami, seperti: ketidakadilan, kedukaan, kebahagiaan, kemarahan, dan lainnya. Tangisan bisa juga datang dari kepekaan hati sanubari akan dosa. Sebab itu, tangisilah dirimu di hadapan Allah, dan bertobatlah sebelum segalanya terlambat.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/



TIP #20: Untuk penyelidikan lebih dalam, silakan baca artikel-artikel terkait melalui Tab Artikel. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA