(0.1239814244898) | (Mat 25:31) |
(sh: Bukan iman teori tetapi iman kenyataan (Senin, 14 Maret 2005)) Bukan iman teori tetapi iman kenyataanBukan iman teori tetapi iman kenyataan
Atas dasar apakah keputusan kekal itu Tuhan jatuhkan? Bagian ini mengejutkan sekali. Tradisi Protestan mengajarkan bahwa kita selamat bukan karena perbuatan, tetapi karena iman kepada anugerah Allah. Hanya apabila orang menyambut Yesus dan karya penyelamatan-Nya, orang bersangkutan akan selamat. Namun, bagian ini kini seolah mengajarkan hal berbeda. Semua orang kelak akan dihakimi atas dasar perbuatan baik mereka. Mereka yang memiliki perbuatan kasih nyata kepada sesama, masuk ke dalam kebahagiaan kekal (ayat 35-40). Sebaliknya mereka yang tak berbuat kasih dibuang ke dalam siksaan kekal (ayat 41-46). Karena itu jangan sekali-kali mengabaikan perbuatan nyata demi menekankan prinsip sola gratia. Namun, jangan juga cepat menyimpulkan bahwa keselamatan adalah hasil amal. Yang Tuhan nilai layak bersama Dia ialah mereka yang melakukan perbuatan berjaga-jaga, mengembangkan talenta, dalam keadaan melayani, dst. Semua perbuatan itu menurut komentar Tuhan sendiri adalah perbuatan "untuk Kristus." Hasil dari menerima penyelamatan dari Kristus adalah memiliki kasih Kristus dan memiliki kepekaan Kristus. Renungkan: Hasil dari diselamatkan adalah Kristus hidup dan berkarya dalam hidup orang. Bila karya nyata itu tidak ada, maka batallah pengakuan imannya tentang Kristus. |
(0.1239814244898) | (Mat 26:1) |
(sh: Penolakan vs pernyataan kasih (Kamis, 25 Maret 2010)) Penolakan vs pernyataan kasihJudul: Penolakan vs pernyataan kasih Penulis Matius dengan lugas mengontraskan rencana keselamatan Allah untuk manusia melalui Yesus dengan rencana jahat para pemimpin agama untuk menyingkirkan Yesus. Matius tidak hanya mengontraskan, tetapi juga memadukannya. Kelicikan Kayafas, yang dipaparkan oleh sejarawan Yahudi yang terkenal yaitu Yosefus, mewakili kedengkian para pemimpin agama Yahudi. Pengkhianatan Yudas mewakili ketamakan manusia. Keduanya dipakai Allah untuk menggenapkan maksud-Nya, yaitu penyelamatan umat manusia dari belenggu dosa melalui kematian Yesus. Secara indah Matius menyelipkan kisah yang mengharukan mengenai pengurapan Yesus di antara intrik-intrik para musuh-Nya. Ternyata di tengah kedengkian dan ketamakan mereka, ada kasih yang tulus dan yang penuh kemurahan dicurahkan kepada Yesus. Sikap para murid yang mengecam tindakan kasih itu sebagai pemborosan merupakan tanda bahwa mereka pun tak beda dari Yudas, memandang Yesus semata-mata dari sudut pandang kepentingan diri sendiri. Hanya Yesus yang melihat keluhuran pemberian kasih itu dan menyatakan pujian-Nya (ayat 10-13). Di minggu-minggu sengsara ini, mari kita memeriksa hati kita. Jangan-jangan seperti para musuh Yesus, yang hati dan pikirannya terobsesi untuk kepentingan diri. Atau kita sedang menghayati kasih pengurbanan Kristus sehingga, seperti wanita yang tak disebut namanya oleh Matius ini, kita memberi respons terhadap kasih Yesus yang dicurahkan pada kita, merespons dengan kasih yang tulus dan yang tidak pernah berlebihan! |
(0.1239814244898) | (Mat 27:32) |
(sh: Menderitaan tak tertanggungkan (Jumat, 13 April 2001)) Menderitaan tak tertanggungkanMenderitaan tak tertanggungkan. Penyaliban adalah suatu bentuk hukuman yang sangat mengerikan. Bagi orang Roma, penyaliban hanya dikhususkan bagi para budak yang melakukan kesalahan, dan penjahat yang terjahat. Selain itu, penyaliban juga merupakan suatu penganiayaan yang dengan sengaja memperberat penderitaan dan menunda kematian. Melalui pengertian ini kita tahu bagaimana pemerintah Roma dan orang-orang Yahudi menempatkan keberadaan Tuhan kita Yesus Kristus. Mereka bisa saja menempatkan Yesus pada posisi itu, tetapi mereka tidak dapat memahami keberadaan Yesus yang sesungguhnya di tiang itu. Mereka tidak dapat menyamakan Yesus dengan kedua penjahat yang berada di sebelah kanan dan kiri Yesus yang harus disalib karena kejahatan yang mereka lakukan. Tetapi tidak demikian halnya dengan Yesus. Dia harus menderita di kayu salib untuk menggenapi perjuangan-Nya menghubungkan kembali persekutuan manusia dengan Allah yang terputus karena dosa. Yesus menderita karena kejahatan yang tidak Dia lakukan. Bahkan untuk kejahatan kita Yesus rela disiksa, disakiti, diolok, dihina, ditelanjangi, dibuat tak berdaya, hingga akhirnya di salib. Kita diingatkan bahwa keterbuangan penderitaan yang dialami-Nya adalah hukuman Ilahi yang seharusnya ditanggung oleh dosa-dosa kita. Dia menenggak "cawan" murka Allah yang seharusnya menjadi bagian kita. Hingga akhirnya Dia harus mengorbankan nyawa- Nya, juga untuk kita. Kematian-Nya diiringi peristiwa dahsyat dimana bumi bergoyang, bukit batu terbelah, gelap gulita, kubur terbuka, orang mati bangkit! Mata dunia terbuka, bahwa kematian yang dialami-Nya bukanlah kematian manusia biasa. Renungkan: Hendaklah mata hati dan iman kita pun tetap terbuka untuk melihat fakta bahwa persekutuan kita dengan Allah terjalin kembali karena Kristus, melalui kematian-Nya, telah mengangkut seluruh dosa- dosa kita. Bacaan untuk Jumat Agung Lagu: Kidung Jemaat 167 |
(0.1239814244898) | (Mat 28:11) |
(sh: Memanipulasi kebenaran demi uang dan kesombongan (Senin, 16 April 2001)) Memanipulasi kebenaran demi uang dan kesombonganMemanipulasi kebenaran demi uang dan kesombongan. Kekuatiran para imam terhadap kebenaran ucapan Yesus tentang kebangkitan-Nya kini terbukti. Mereka tidak menjadi percaya malah merekayasa kebenaran tersebut dengan dusta. Para penjaga yang mengabarkan berita itu mereka sogok dengan uang untuk tutup mulut terhadap kebenaran dan memerintahkan mereka untuk memberitakan cerita hasil rekayasa. Dan untuk membuat para penjaga tetap tutup mulut, mereka juga merekayasa cerita yang sebenarnya merugikan para penjaga, yaitu dengan mengatakan bahwa ketika tubuh Yesus dicuri, mereka sedang tertidur. Sesuai dengan ketentuan hukum ketentaraan Roma yang berlaku, jika seorang tentara tertidur ketika tugas maka konsekuensi dari keteledoran itu adalah hukuman mati. Namun, demi memperjuangkan keinginan untuk mewujudkan kejahatan, para imam tidak segan merancang kebohongan lain yang akan disampaikan kepada pemerintah Roma. Mereka telah berhasil mengubah fakta kebenaran menjadi sebuah cerita dusta, cerita "dongeng". Akibatnya sungguh luar biasa, banyak orang yang begitu mudahnya mempercayai cerita isapan jempol itu. Sungguh celaka mereka! Karena mereka menyangkal kemenangan Yesus Kristus atas kuasa maut. Lebih celaka lagi mereka menutup kesempatan bagi diri mereka sendiri untuk menjadi bagian dari peristiwa agung kebangkitan Kristus. Manusia bebal, seperti para imam, akan terus berusaha melakukan apa saja untuk mempertahankan pemahamannya dengan kesombongan sekalipun mereka tahu bahwa kebenaran yang sebenarnya telah terbukti. Celakanya, mereka pun berusaha melibatkan masyarakat agar mempercayai mereka. Begitu pula dengan para penjaga kubur, yang tidak berani mempertahankan kebenaran peristiwa yang disaksikannya karena uang. Ternyata peran ganda uang sebagai alat pembayaran benda dan sebagai alat pembayaran (upah) untuk menutup dan mengubah kebenaran menjadi kebohongan, kejujuran menjadi ketidakjujuran, masih terus berlaku hingga kini. Dan hal itu berlaku hampir di seluruh aspek hidup; mulai dari masyarakat sampai kepada para petinggi pemerintah; mulai dari umat sampai kepada pemimpin umat. Renungkan: Dusta dan kesombongan tidak akan mampu menutupi realita kebangkitan Kristus. Camkanlah itu! |
(0.1239814244898) | (Mrk 1:1) |
(sh: Yohanes Pembaptis (Senin, 13 Januari 2003)) Yohanes PembaptisYohanes Pembaptis. Dengan mengutip kitab Perjanjian Lama, Markus memberi indikasi bahwa kedatangan Yesus sudah dinantikan sejak lama. Tanda-tanda kedatangan-Nya secara rinci dinubuatkan. Kedatangan-Nya ditandai dengan hadirnya seorang pendahulu, Yohanes Pembaptis. Ia mempersiapkan jalan bagi Yesus. Bagaimana Yohanes mempersiapkan jalan? Dengan memberitakan tobat untuk pengampunan dosa (ayat 4). Dengan pertobatan, jalan Mesias dipersiapkan. Tugas ini Yohanes lakukan sepenuh hati, giat dan rajin. Yohanes bekerja keras. Buktinya? Khotbah-khotbah pertobatannya menjangkau orang- orang dari seluruh daerah Yudea dan semua penduduk Yerusalem (ayat 5). Istilah 'seluruh' dan 'semua' menunjuk pada semua lapisan dan tingkat sosial masyarakat. Mereka memberi respons pada pemberitaan Yohanes. Sebagai tanda kelihatan dari respons tersebut mereka dibaptis. Bukti lain bahwa Yohanes melakukan tugas dengan sepenuh hati terungkap dalam ayat 6. Yohanes tidak dipusingkan oleh urusan-urusan pakaian dan makanan. Berita tentang kedatangan Yesus lebih penting daripada perkara-perkara materi. Yohanes berkhotbah bukan untuk memperkaya diri. Khotbahnya adalah pelayanan kepada Yesus, bukan sarana cari uang. Apa lagi? Khotbah Yohanes berfokus pada Yesus. Yohanes tidak mengajarkan prinsip agama dan moral hasil penemuannya. Yohanes tidak membentuk suatu komunitas militan yang setia dan taat padanya. Yohanes mengarahkan mereka kepada Yesus (ayat 7). Yohanes menegaskan bahwa Yesus lebih tinggi dan mulia. Baptisan yang dilakukannya lebih rendah dari baptisan yang dilakukan Yesus (ayat 8). Sentralitas Yesus terlihat jelas melalui perbuatan dan perkataan Yohanes. Hidup Yohanes menunjuk pada Yesus. Renungkan: Kepada siapakah hidup kita menunjuk? Siapa atau apa yang terungkap bila orang lain melihat hidup kita? Sebagai orang yang sangat mengasihi Yesus? |
(0.1239814244898) | (Mrk 5:21) |
(sh: Tidak ada masyarakat kelas dua (Kamis, 6 Maret 2003)) Tidak ada masyarakat kelas duaTidak ada masyarakat kelas dua. Masyarakat Yahudi menganggap perempuan adalah masyarakat kelas dua. Bagi perempuan normal (=sehat) keadaan ini sudah merupakan siksaan, apalagi bagi perempuan yang menderita sakit pendarahan selama dua belas tahun. Direndahkan, dianggap najis dan dikucilkan dari masyarakat karena setiap orang yang menyentuhnya juga menjadi najis. Markus mengisahkan kepada jemaat saat itu, juga kita saat ini, bagaimana Yesus mendobrak tradisi itu. Yesus membiarkan diri-Nya disentuh oleh perempuan yang dianggap najis dan dikucilkan setelah perempuan itu berhasil menerobos kerumunan orang banyak hanya untuk menyentuh jubah-Nya. Ajaibnya, perempuan itu menjadi sembuh. Tidak ada seorang pun yang menyadari peristiwa ajaib tersebut -- selain Yesus dan perempuan itu -- kalau Yesus tidak mengklarifikasinya. Dalam klarifikasi itu Yesus menyatakan sekaligus menegaskan bahwa perempuan yang mereka anggap "najis" itu telah menjadi tahir, suci sehingga harus diterima di ingkungan sosialnya; dan bahwa kesembuhan itu terjadi karena ia beriman kepada Yesus. Dengan imannya perempuan itu tidak menyerah pada kendala yang dihadapinya untuk memperoleh jamahan kuasa Allah. Melalui peristiwa ini Markus mengajak jemaat, juga kita untuk melihat tiga hal: pertama, bahwa perempuan bukan masyarakat kelas dua, yang dapat diperlakukan seenaknya. Yesus melakukan ini sebagai upaya mendobrak tradisi waktu itu. Kedua, bahwa diri-Nya adalah Mesias. Dialah yang berkuasa atas segala penyakit. Ketiga, kesembuhan dan keselamatan dikerjakan oleh Firman dan iman kepada Yesus Kristus, Sang Juruselamat. Renungkan: Yesus bisa memakai berbagai cara untuk menolong kita mengatasi berbagai pergumulan hidup, selama kita percaya dan berkeyakinan sungguh pada kuasa-Nya. |
(0.1239814244898) | (Mrk 6:45) |
(sh: Menyedihkan dan ironis (Selasa, 11 Maret 2003)) Menyedihkan dan ironisMenyedihkan dan ironis. Tindakan para murid Yesus ini memang menyedihkan, bahkan patut ditertawakan. Mereka baru kembali dengan penuh percaya diri atas keberhasilan mereka mengusir setan-setan (ayat 6:12-13, 30), dan telah menyaksikan mukjizat-mukjizat Yesus yang luar biasa. Tetapi sekarang, mereka kembali bertindak seperti orang yang tidak pernah melihat kuasa Yesus (ayat 49). Kuasa yang bahkan setelah peristiwa ini nyata kembali melalui mukjizat penyembuhan yang dilakukan Yesus di Genesaret (ayat 53-56). Seharusnya setelah segala yang telah mereka alami sampai pada momen waktu itu, para murid menunjukkan respons yang lebih dewasa dan lebih percaya. Karena kuasa-Nya telah mereka saksikan, pengutusan-Nya mereka terima, dan bahkan dalam nama-Nya mereka melakukan perbuatan ajaib. Seharusnya mereka dapat mulai mengerti siapa Dia yang menjadi Guru mereka, dan seperti apa kuasa yang dipunyai-Nya. Sepatutnya kita tersenyum ketika membaca nas ini; tersenyum kecut dan dengan penuh rasa maklum, juga menertawakan diri. Pesan yang disampaikan Markus melalui nas ini jelas sekali. Tindakan dan kepercayaan mereka belum memadai, tidak seperti apa yang seharusnya sudah mereka tunjukkan. Komentar Markus tegas dan pedas: hati mereka masih degil (ayat 52). Sepatutnya tindakan dan kepercayaan para murid sepadan dengan pengajaran yang mereka terima dan pelayanan yang mereka lakukan. Hal ini pula yang selalu harus tampak pada hidup tiap Kristen. Sumbangnya kesaksian gereja sering kali karena iman dan tindakan Kristen tidak sepadan dengan pengajaran yang mereka pegang. Pertanyaannya kini, masihkah kita menjadi murid yang degil? Renungkan: Tiap Kristen punya momen kegagalan. Tugas kita adalah agar perjalanan kehidupan iman kita tidak lagi menyedihkan dan ironis, melalui tindakan-tindakan iman. |
(0.1239814244898) | (Mrk 10:32) |
(sh: Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut (Jumat, 28 Maret 2003)) Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebutAda apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut Yesus dalam pemberitaan-Nya sebagai kota penggenapan rencana keselamatan Allah. Di kota inilah Yesus akan mati di tangan bangsa-bangsa kafir! Mereka yang menyertai Yesus masuk kota itu cemas. Satu-satunya yang tidak menunjukkan kecemasan dalam rombongan itu hanyalah Yesus. Yesus dengan penuh kerelaan menyadari bahwa Ia harus menderita, dan mati bagi semua orang. Perjalanan menuju Yerusalem adalah perjalanan penuh ketakutan dan penderitaan, tetapi sekaligus perjalanan menuju kemenangan di mana semua tindakan dan karya-Nya mengarah ke salib yang membebaskan kita dari kuasa dosa. Sungguh ironis, sebab di saat para murid cemas, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, melihat kondisi ini sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tinggi, dan tempat terhormat. Namun permintaan mereka dijawab Yesus dengan menjelaskan dua hal. Pertama, cawan yang harus Ia minum. Cawan itu merupakan lambang sukacita (lih. Mzm. 23:5; 116:13), dan dukacita dalam PL (lih. Mzm. 11:6; Yeh. 23:31-34; Yes. 51:17-23; Yer. 25:15; Rat. 4:21). Yesus memakai cawan dalam pengertian terakhir, yaitu bahwa Ia harus minum dari cawan yang berisikan hukuman. Kedua, baptisan. Dibaptis berarti merendahkan diri dengan penuh kepatuhan, mengorbankan diri sendiri (bdk. Luk. 12:50). Melalui kedua gambaran ini jelas bahwa demi Kerajaan itu Yesus harus menderita. Mampukah para murid melakukan hal ini? Melalui penderitaan Kristus, kita mendapatkan teladan pelayanan dan kehidupan kristiani, yaitu melayani dalam kasih, kerendahan hati, penaklukan diri kepada kehendak Allah (bdk. Flp. 2:1-11). Renungkan: Kebenaran Allah menjadi nyata melalui kematian Yesus Kristus, dan belas kasihan Allah kepada kita dinyatakan melalui kurban pengganti yang Allah sendiri berikan. |
(0.1239814244898) | (Mrk 11:20) |
(sh: Memindahkan gunung (Selasa, 1 April 2003)) Memindahkan gunungMemindahkan gunung. Bagi orang Kristen, ini mungkin sudah biasa. Iman yang sanggup memindahkan gunung adalah slogan dari banyak orang Kristen. Sayang, kadang iman dimengerti secara sangat simpel, "percaya saja!" Nas ini mengajak kita untuk merenungkan, iman seperti apa yang sanggup memindahkan gunung. Pohon ara yang mengering karena kutukan Yesus menjadi batu loncatan bagi diskusi tentang apa arti dari kepercayaan kepada Allah. Pertama tentu saja adalah kepercayaan penuh kepada kuasa Allah. Bahkan, iman ini (Yun.: pistis) dapat memindahkan gunung ke dalam laut. Tidak ada yang tidak mungkin untuk terjadi bagi orang yang meminta dan berdoa kepada Allah. Tetapi ada hal penting lain yang tidak boleh dilupakan. Seseorang yang beriman kepada Allah juga harus mempunyai hubungan yang baik pula dengan sesamanya. Iman yang dapat memindahkan gunung tidak terpisahkan dari perbuatan yang dapat meruntuhkan tembok- tembok pemisah. Yesus dengan spesifik menunjuk kepada mengampuni kesalahan sesama. Di dunia yang penuh dengan kemajuan teknologi ini, kadang sungguh-sungguh lebih mudah memindahkan sebuah bukit ke dalam laut untuk menguruk sebuah teluk ketimbang meruntuhkan tembok maya berupa kebencian antara sesama manusia. Karena itu, pengampunan kepada sesama sebenarnya merupakan salah satu tanda iman yang penting. Bahkan bisa dikatakan, seseorang belum benar- benar beriman kepada Allah, dan kepada karya pengampunan-Nya, bila ia belum dapat mengampuni sesamanya. Ingin memindahkan gunung, dan melakukan hal-hal besar lain bagi Allah dalam iman dan ketaatan kepada kehendak-Nya? Saling mengampunilah karena Allah. Renungkan: Hal terpenting bukan bahwa gunung pindah, tetapi demi rencana kasih dan kemuliaan Siapa sang gunung pindah karena iman? |
(0.1239814244898) | (Mrk 11:27) |
(sh: Abstain terhadap kebenaran (Rabu, 2 April 2003)) Abstain terhadap kebenaranAbstain terhadap kebenaran. Kita di Indonesia terbiasa mengerti, membaca, mendengar kata "politik" dan "kuasa" dalam makna silat kata, dan sering kali berujung pada silat antar pendukung. Nas ini memberikan suatu dimensi baru bagi kata "politik". Karya-karya mukjizat Yesus ternyata juga punya dimensi politis, sehingga menarik perhatian para petinggi sosio-religius Yahudi. Pertanyaan para imam dan ahli Taurat itu bukanlah pertanyaan polos penuh kekaguman yang ingin sungguh-sungguh mengetahui kuasa yang menyebabkan Yesus mampu melakukan semua itu. Pertanyaan mereka adalah pertanyaan yang berusaha mengeksplorasi kemungkinan- kemungkinan untuk menjatuhkan Yesus. Respons Yesus justru membalikkan pertanyaan mereka sehingga kini para iman dan ahli Tauratlah yang terpojok dan harus memutuskan: menurut mereka sendiri dari manakah kuasa Yesus berasal? Respons mereka yang berupa jawaban "tidak tahu" sangat menyedihkan. Pemimpin bangsa memutuskan mana yang "benar" berdasarkan pertimbangan yang picik dan mementingkan diri secara politis, dan akhirnya bersikap pengecut dengan tidak berani menerima implikasi pertanyaan mereka sendiri. Kuasa Yesus jelas datang dari Allah ("surga", ayat 30, adalah kata ganti favorit orang Yahudi untuk Allah, demi menaati hukum ke- 3), sama seperti jika kuasa dan panggilan Yohanes untuk membaptis dan memberitakan seruan pertobatan. Keduanya terkait. Menyatakan bahwa salah satu dari Allah berarti menegaskan keduanya dari Allah, juga sebaliknya. Kiranya Kristen masa kini tidak menjadi seperti para imam yang dengan konyol memilih tidak tahu pada saat harus memilih. Renungkan: Dalam mengakui, menyatakan dan memperjuangkan kebenaran, tidak dikenal pilihan abstain. Sabda Yesus: "barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku ..." (Mat. 12:30). |
(0.1239814244898) | (Mrk 13:14) |
(sh: O Yerusalem, riwayatmu dulu (Rabu, 9 April 2003)) O Yerusalem, riwayatmu duluO Yerusalem, riwayatmu dulu. Plesetan lirik lagu karya Gesang ini juga cocok dengan sejarah Yerusalem. Apalagi bila diteruskan dengan: "sedari dulu jadi rebutan bangsa-bangsa." Kota ini telah kenyang menjadi korban dari pusaran politik antar-bangsa. Tetapi, kota ini juga telah kenyang menjadi korban dari dosa-dosa penghuninya sendiri. Bagian 13:14-23 khusus menubuatkan apa yang telah terjadi di Yerusalem antara 66-70 M. Saat itu orang Yahudi memberontak melawan Roma, yang berakhir pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M oleh pasukan Romawi. Perintah Yesus pada nas ini adalah: lari bila melihat kekejian yang tak terkatakan hadir di Bait Allah (ayat 14). "Pembinasa keji" di sini tidak menunjuk kepada kehadiran Roma di sana, tetapi kepada kaum zelot yang menguasai Bait Allah dan melakukan hal-hal cemar di sana pada + 67-68 M. Sedemikian parahnya tindakan mereka, sehingga mantan Imam Besar Ananus sambil menangis berkata: "Seandainya saya mati ketimbang hidup melihat Bait Allah dipenuhi kekejian seperti ini dan ruang-ruang kudusnya dipenuhi oleh kaki para pembunuh." Juga muncul beberapa orang yang dianggap sebagai Mesias. Menurut tradisi gereja, karena inilah orang Kristen di Yerusalem dan Yudea mengungsi ke daerah Pella di pegunungan, mengikuti kata- kata Yesus, dan luput dari malapetaka 70 M. Mengapa para murid harus lari? Supaya mereka tidak terkena penghukuman. Sebenarnya, penghukuman itu tidak ditujukan kepada para murid. Jemaat-jemaat mula-mula di Yerusalem dan Yudea memberikan sebuah teladan, ketika mereka tetap mengingat nubuat Yesus ini dan peka terhadap apa yang terjadi. Inilah salah satu bentuk dari sikap berjaga-jaga dan waspada dalam ketaatan kepada Yesus Kristus. Renungkan: Ketidaktaatan kepada Allah adalah kekonyolan sejarah, baik sejarah pribadi maupun sejarah pada skala makro. |
(0.1239814244898) | (Mrk 13:24) |
(sh: Dia datang! (Kamis, 10 April 2003)) Dia datang!Dia datang! Kedua kata ini bisa diucapkan dengan berbagai ekspresi dan intonasi. Baik dalam intonasi gemetar penuh ketakutan ataupun intonasi kegembiraan yang luar biasa. Frase yang sama, dengan intonasi yang berbeda memberitahukan pesan yang berbeda pula.
Yesus mengajarkan kedatangan Anak Manusia dalam nas ini dalam
"intonasi" yang berbeda. Jika sebelumnya dalam Injil Markus
kedatangan Sang Anak Manusia bermakna penghakiman yang
menakutkan karena diberitakan bagi mereka yang belum percaya,
bahkan menolak Yesus, kini kedatangan Sang Anak Manusia adalah
sesuatu yang menjadi pengharapan dan dinantikan oleh Kristen.
Saat itu adalah saat di mana orang-orang pilihan dikumpulkan
(ayat 27). Sekali lagi, Yesus mengajarkan kepada para murid-Nya
(dulu dan sekarang!) untuk terus berjaga-jaga (ayat
Dari sini ada sesuatu hal yang perlu dipertanyakan: adakah Kristen
sedang berjaga-jaga? Ataukah terlena? (bdk. dengan Renungkan: Kristen yang terlena adalah Kristen yang tidak mengharapkan dan tidak menduga jika seandainya Yesus Kristus datang hari ini, kini dan di sini. |
(0.1239814244898) | (Mrk 14:12) |
(sh: Pengkhianatan seorang murid (Sabtu, 12 April 2003)) Pengkhianatan seorang muridPengkhianatan seorang murid. "Musuh dalam selimut!" Perkataan ini mengena pada kelompok Yesus dan murid-murid-Nya. Yudas Iskariot, salah seorang dari murid Yesus telah berketetapan hati untuk menyerahkan Yesus kepada para pemimpin Yahudi di Yerusalem dengan imbalan tiga puluh keping perak. Dan ternyata Yesus tahu rencana itu. Namun, sebelum peristiwa itu terjadi, Yesus membuat perjamuan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Nya, ternyata Yesus mengetahui rencana jahat tersebut. Karenanya dalam perjamuan itu, Yesus memberitahukan bahwa di antara mereka ada yang akan menyerahkan Dia. Pemberitahuan itu membuat para murid terkejut karena orang yang menyerahkan Yesus itu justru "orang dalam" sendiri. Yudas Iskariot memang pandai bersandiwara di hadapan Yesus dan teman-temannya. Di hadapan Yesus, ia berlaku sebagai sahabat bahkan seorang murid, tetapi di belakang ia siap menikam Yesus. Mungkin tepat bila kita katakan Yudas Iskariot adalah serigala berbulu domba. Sikap ini membuktikan bahwa sesungguhnya Yudas itu berwajah ganda. Sikap Yudas ini dicela oleh banyak orang. Tetapi sikap yang demikian juga tercermin dari orang-orang Kristen pada masa kini. Memang banyak orang telah menjadi Kristen, dibaptis dan mengikuti perjamuan kudus, sebagai tanda persekutuan dengan Tuhan. Tetapi masih melakukan perbuatan-perbuatan yang menikam Yesus dari belakang. Sikap ganda ini membuat kita menjadi orang munafik dan harus disingkirkan. Tuhan menghendaki agar kita sungguh-sungguh menyerahkan seluruh eksistensi diri kita kepada-Nya. Apakah kita dengan sungguh-sungguh telah menyerahkan diri kepada Kristus? Renungkan: Penyerahan diri yang mutlak kepada Tuhan merupakan sikap seorang murid yang sejati. |
(0.1239814244898) | (Mrk 14:53) |
(sh: Kesaksian palsu (Selasa, 15 April 2003)) Kesaksian palsuKesaksian palsu. Peristiwa penangkapan dan pengadilan Yesus di hadapan Mahkamah Agama, menunjukkan bahwa keadilan sedang dikesampingkan. Dorongan untuk merekayasa suatu kesaksian palsu dipandang sebagai upaya yang sah-sah saja. Dalam situasi yang demikian yang benar bisa diubah menjadi yang salah. Keadilan sebagai cita-cita luhur suatu pengadilan, diselewengkan, dan tindakan balas dendam dipakai sebagai norma. Ucapan Yesus mengenai Bait Allah dalam Yohanes 2:19 diangkat sebagai isu karena dianggap sangat sensitif di kalangan orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, Bait Allah adalah tempat di mana Allah bersemayam. Oleh sebab itu Bait Allah adalah tempat yang sangat sakral, dan juga sebagai pusat ibadah orang Yahudi. Sehingga siapa pun yang mau menghancurkan Bait Allah konsekuensinya adalah hukuman mati. Hal lainnya lagi yang memberatkan Yesus adalah ucapan Yesus yang akhirnya membuat Imam Kepala mengoyakkan pakaiannya. Mengapa Ia melakukan tindakan yang mengisyaratkan perkabungan itu? Karena jawaban Yesus yang mengakui bahwa diri-Nya adalah Mesias, bahkan Putra dari Yang Terpuji (ayat 62). Ini dianggap sebagai tindakan menghujat Allah. Mengapa mereka tidak mampu melihat kebenaran ucapan Yesus? Karena hati dan akal sehat mereka telah dibutakan oleh kebencian. Dari proses pengadilan Yesus ini kita belajar tentang beberapa hal: pertama, apabila suatu upaya mencari suatu kebenaran dilakukan dengan suatu prasangka buruk, atau dengan perasaan benci dan dendam maka orang sulit melihat secara jernih suatu persoalan. Kedua, jika suatu upaya mencari suatu keadilan telah dicemari oleh suatu prasangka buruk terhadap sesama maka keadilan bisa dihempaskan lalu kebencian dan dendam dipandang sebagai suatu keadilan. Renungkan: Memberlakukan keadilan dan kebenaran adalah panggilan setiap orang yang mencintai damai sejahtera. |
(0.1239814244898) | (Mrk 16:9) |
(sh: Kesan dan pesan (Senin, 21 April 2003)) Kesan dan pesanKesan dan pesan. Bagaimana respons para murid mendengar kabar tentang kebangkitan Yesus yang dibawa oleh para perempuan yang baru kembali dari kubur Yesus, dan dari dua orang murid ketika dalam perjalanan menuju Emaus? Mereka tidak mempercayai berita tersebut. Karena ketidakpercayaan itulah maka Yesus menampakkan diri kepada mereka, dan mencela ketidak-percayaan dan kedegilan hati mereka. Jika kita melihat kedekatan dan kebersamaan para murid dengan Yesus, rasanya mustahil jika mereka tidak mempercayai kebangkitan-Nya. Apa alasan mereka? Menurut Markus hal ini disebabkan oleh perbedaan persepsi tentang model mesias yang mereka nantikan. Murid-murid menantikan Mesias yang memiliki kekuasaan politis yang mampu mengenyahkan musuh-musuh Israel secara politis, dan membangun suatu negara yang damai dan makmur. Persepsi ini membuat mereka tidak siap menerima fakta bahwa Yesus Kristus, sang Mesias harus menderita dan mati. Sebaliknya, konsep Mesias menurut Yesus harus menderita (Mrk. 8:34). Model kemesiasan inilah yang tidak dimengerti oleh murid-murid. Walau demikian melalui penampakkan itu mereka diyakinkan. Lalu Yesus mengutus mereka ke seluruh dunia, untuk memberitakan Injil kepada segala makhluk. Mereka juga diberikan kuasa untuk melakukan tanda-tanda mujizat. Menarik untuk diperhatikan adalah bahwa kabar sukacita bukan hanya ditujukan kepada manusia, tetapi juga kepada semua makhluk ciptaan-Nya. Pertanyaan yang timbul adalah bagaimana mereka mengalami Injil? Eksploitasi lingkungan secara tidak bertanggung jawab, pembakaran hutan, pembuangan limbah beracun, dlsb. menunjukkan bahwa berita sukacita itu tidak manusia sampaikan kepada mereka. Renungkan: Berita Injil semakin samar terdengar. Keadaan ini seharusnya mendorong gereja untuk makin giat memberitakan Injil. |
(0.1239814244898) | (Luk 1:1) |
(sh: Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran? (Sabtu, 21 Desember 2002)) Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran?
Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran? Pada akhirnya memang perbuatan Tuhanlah yang menjadi penentu bagaimana manusia dapat mengetahui, dan karenanya bersukacita karena (ayat 14) kebenaran. Ini tampak pertama-tama di dalam nas ini melalui pengutusan malaikat Gabriel kepada Zakharia untuk memberitahukan rencana Allah bagi anak mereka Yohanes. Yang kedua dan yang terpenting adalah persiapan inkarnasi Kristus melalui pengutusan Yohanes Pembaptis. Yohanes dikhususkan Allah dalam cara mirip seorang nazir walaupun ia bukan nazir (ayat 15, bdk. Bil. 6:3). Ia juga memiliki misi khusus: mempersiapkan umat seperti yang dinubuatkan PL (ayat 16-17, bdk. Mal. 4:5-6) bagi inkarnasi Kristus, yang adalah kabar gembira dan kebenaran terakbar.
Renungkan: |
(0.1239814244898) | (Luk 1:57) |
(sh: Mengapa bersukacita dan memuji? (Selasa, 24 Desember 2002)) Mengapa bersukacita dan memuji?
Mengapa bersukacita dan memuji? Saat untuk ini telah mendekat, ditandai dengan kelahiran anak Zakharia, Yohanes yang kemudian disebut Pembaptis. Karena itu, sumber sukacita Zakharia tidaklah hanya kelahiran anaknya, tetapi juga kedatangan Dia, yang jalan-Nya akan dipersiapkan oleh Yohanes. Kedatangan-Nya, dan karya penyelamatan yang dilakukan-Nya, sudah cukup untuk memicu pujian dan ucapan syukur dari Zakharia ini (ayat 64, 68). Bagian ini ditutup dengan catatan bagaimana Yohanes Pembaptis menjadi besar, dan tinggal di padang gurun sampai saatnya ia mulai melayani Israel. Dengan demikian, narasi Injil ini seakan-akan menahan nafas, menanti kemunculan sang Mesias, Juruselamat, yang tinggal beberapa saat lagi. Kedatangan Mesias adalah dasar lebih kuat lagi bagi sukacita sejati kita.
Renungkan: |
(0.1239814244898) | (Luk 2:8) |
(sh: Menjadi pemberita karena Natal (Kamis, 26 Desember 2002)) Menjadi pemberita karena Natal
Menjadi pemberita karena Natal. Para gembala upahan ini tidak hanya mendapatkan hak istimewa untuk menjadi saksi kelahiran Tuhan Yesus, tetapi juga mendapatkan kesempatan untuk menunjukkan teladan yang indah: pertama, antusiasme mereka dalam memberikan respons terhadap berita para malaikat (ayat 16). Kedua, mereka menjadi saksi-saksi yang efektif akan kelahiran Kristus (ayat 17). Ketiga, mereka memuji serta memuliakan Allah atas semuanya (ayat 20). Apa yang dilakukan oleh para gembala upahan (baca= rendahan) ini paralel dengan apa yang dilakukan oleh para malaikat. Mereka pun memuliakan Allah dan bersaksi tentang damai sejahtera yang terjadi di antara umat Tuhan (ayat 14), setelah sebelumnya, salah satu dari malaikat tersebut menjadi pemberita kepada para gembala (ayat 9). Perbedaan status bukanlah hambatan bagi kita untuk merayakan kelahiran Kristus.
Renungkan: |
(0.1239814244898) | (Luk 2:21) |
(sh: Mengapa tidak belajar? (Senin, 27 Desember 2010)) Mengapa tidak belajar?Judul: Identitas Yesus Siapa Yesus? Bagaimana kita bisa yakin bahwa Dialah yang dijanjikan Allah untuk keselamatan umat manusia? Peristiwa-peristiwa yang dipaparkan Lukas di perikop kita hari ini adalah petunjuk yang mengarah kepada identitas Yesus sebagai Mesias yang berasal dari Israel. Pertama, Yesus adalah keturunan Israel sejati. Maka kita melihat bagaimana Yesus tunduk kepada tuntutan Taurat, melalui ketaatan orang tuanya sebagai umat Israel yang saleh (21-24, 39). Kelak kita melihat penegasan Yesus sendiri bahwa Dia datang bukan untuk meniadakan Taurat, melainkan menggenapinya sepenuhnya (Mat. 5:17). Kedua, Yesus adalah Mesias, ini dikonfirmasi oleh dua orang saleh yang sudah berusia lanjut, Simeon (25-35) dan Hana (36-38). Mereka mendapatkan penyataan dari Allah sendiri bahwa Yesus adalah Mesias, yang akan menjadi "keselamatan yang dari pada-Mu ... di hadapan segala bangsa ..." (30) dan jawaban bagi "semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem" (38). Ketiga, Yesus sebagaimana dicatat oleh Lukas, "bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya" (40). Pernyataan ini adalah refleksi Lukas atas kisah Yesus yang didengar atau dibacanya (1:2), dan yang dalam penelitiannya mendapatkan keabsahan sebagai fakta sejarah. Apa tanda yang jelas bagi hidup kita bahwa Yesus adalah Mesias sejati? Sudahkah firman Tuhan yang kita baca-gali menyatakan dengan jelas bahwa Yesus adalah Mesias? Adakah konfirmasi akan kemesiasan Yesus yang tampak dalam kehidupan kita yang sudah diubah? Justru hal ini yang dilihat orang yang ada di sekitar kita sebagai kesaksian bahwa Yesus yang kita sembah sungguh adalah Mesias! |
(0.1239814244898) | (Luk 3:10) |
(sh: Buah-buah pertobatan (Sabtu, 3 Januari 2004)) Buah-buah pertobatanBuah-buah pertobatan. Seorang perempuan tua berkata kepada pendetanya bahwa sekarang ia sudah bertobat. Pendeta itu lalu bertanya, “apa buktinya engkau sudah bertobat?” Perempuan itu menjawab, “dulu saya selalu menyapu kotoran ke bawah karpet. Namun, sekarang saya membuangnya ke tempat sampah.” Tanda pertobatan sejati adalah buah-buah yang dihasilkannya. Kepada orang banyak yang bertanya apa yang harus mereka perbuat, Yohanes berkata bahwa mereka harus menunjukkan kasih, sebagaimana kasih Allah sudah mengampuni mereka (ayat 10-11). Kepada pemungut cukai, Yohanes mengingatkan mereka akan integritas dalam pekerjaan (ayat 12-13). Sangat mudah bagi mereka untuk memperkaya dirinya sendiri dengan memanipulasi uang-uang pajak yang diterimanya. Godaan itu begitu besar, sehingga kalau mereka bisa menolak untuk melakukan penipuan, itu membuktikan mereka sungguh-sungguh bertobat. Kepada para prajurit, Yohanes berkata bahwa pertobatan mereka harus dibuktikan dengan tidak lagi memanfaatkan kuasa demi kepentingan mereka sendiri (ayat 14-15). Orang Kristen tidak mengenal prinsip aji mumpung. Sebaliknya, mereka harus menjadikan kuasa dan kesempatan yang mereka miliki untuk menjadi berkat bagi orang lain. Peringatan yang keras ini dimaksudkan agar tidak terjadi kemunafikan di antara orang banyak yang mengaku sudah bertobat. Yohanes mengerti bahwa dia bukan Mesias sehingga tidak berhak menghukum orang berdosa. Namun, apabila Mesias datang, di tangan-Nya sudah tersedia alat untuk menyaring siapa orang percaya dan siapa yang tidak. Pertobatan yang main-main atau munafik justru akan dihakimi secara tuntas. Renungkan: Adakah bukti-bukti nyata yang dapat dilihat orang banyak bahwa Anda sungguh-sungguh sudah mengalami pertobatan? |