| (0.64240064516129) | (Mzm 25:1) |
(sh: Jurus sakti dari Allah (Senin, 19 Maret 2001)) Jurus sakti dari AllahJurus sakti dari Allah. Hidup di bumi Indonesia terasa makin sulit terlebih bagi Kristen. Kesulitan itu bukan hanya disebabkan diskriminasi yang memang masih berlaku walau secara tidak resmi, tekanan dari berbagai pihak, dan sulitnya mempertahankan prinsip-prinsip Kristen dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Demi mempertahankan prinsip iman Kristen, tidak sedikit Kristen yang harus membayar mahal dengan kegagalan bahkan kehancuran, sehingga mendapatkan olokan dari teman-teman dan saudara- saudaranya. Hal serupa juga dialami oleh Daud, yang mempertahankan prinsip kebenaran seorang diri, maka ia harus mengalami penindasan dari banyak orang (16, 19). Penindasan yang dialaminya menimbulkan penderitaan fisik dan batin yang luar biasa (17, 18) sebab semua musuh-musuhnya dikuasai oleh kebencian yang sangat mendalam. Ini merupakan kebenaran umum yang berlaku di seluruh dunia dan di sepanjang zaman yaitu orang yang mempertahankan kebenaran akan sangat dibenci oleh mereka yang mencintai kejahatan. Begitu dahsyat tekanan dan derita yang harus ia alami sehingga ia pun terseret ke dalam dosa (18). Kondisi demikian tidak dapat disepelekan, sebab tidak hanya hidupnya akan hancur tapi ia juga dapat terus terseret ke dalam dosa yang lebih jauh. Bagaimana Daud menyikapi dan menghadapinya? Ia tetap menantikan dan berharap kepada Tuhan (2, 21) dan tidak berpaling sedikit pun kepada allah lain (15), sebab ia percaya bahwa hanya Allahlah yang mampu mengaruniakan jurus-jurus khusus untuk menghadapi semua penindasan, tantangan, dan penderitaan tanpa berbuat dosa. Ia tidak hanya memohon agar Allah memberitahukan jalan-jalan-Nya (4) namun juga menuntun dan mengajarkan jalan-jalan-Nya. Artinya ia tidak mau setengah-setengah dalam memahami dan menjalankan kehendak-Nya sebab hanya itulah satu-satunya jurus menghadapi zaman yang semakin tidak bersahabat. Daud yakin akan mendapatkan itu semua dari Allah sebab Ia adalah Allah yang setia dan penuh rakhmat, baik, mau bergaul, dan membimbing umat-Nya (6- 21). Renungkan: Kristen akan tetap dapat mempertahankan prinsip iman Kristen, apa pun tantangan dan derita yang dihadapi, jika Kristen senantiasa berharap kepada Allah dan mempelajari 'jurus-jurus sakti' dari Allah yang terdapat di dalam firman-Nya. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 27:1) |
(sh: Optimisme Kristen (Rabu, 21 Maret 2001)) Optimisme KristenOptimisme Kristen. Ketakutan yang dirasakan oleh manusia bersumber dari rasa ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya untuk mengatasi suatu konflik atau krisis yang terjadi dalam hidupnya.Ketika menghadapi tantangan dan serangan yang begitu hebat dari musuh-musuhnya (2-3), Daud tidak hancur, tidak gentar, dan tidak meragukan Allah sedikit pun. Ia pasti mempunyai kunci hidup tegar dan kokoh menghadapi krisis, yang sangat diperlukan oleh Kristen di Indonesia supaya Kristen dapat melewati setiap badai yang saat ini melanda negara kita dengan tetap teguh berpegang pada kebenaran iman kristen. Apa saja kunci itu? Daud tidak membiarkan pikiran dan hatinya dikuasai oleh krisis yang dihadapi sehingga hanya terpaku kepada krisis saja. Sebaliknya ia tetap memfokuskan pikirannya kepada kebesaran dan siapakah Allah bagi dirinya (1). Kristen yang terpaku kepada permasalahan hidupnya cenderung membesar-besarkan masalah itu. Jika ia terfokus kepada Allah maka masalah apa pun akan terlihat kecil sehingga ia tidak akan gentar. Namun yang harus diingat adalah apa yang dilakukan Daud bukanlah seperti yang diajarkan oleh kekuatan berpikir positif dari gerakan zaman baru. Ketika Daud berhasil menghadapi dan mengatasi krisis yang terjadi, hal itu dikarenakan Allah secara pribadi yang bertindak (6). Tindakan Allah ini bukan didorong karena kekuatan pikiran Daud namun karena hubungan pribadi yang indah antara Daud dan Allah (4). Orang yang mempunyai hubungan yang indah dengan Allah adalah orang yang tinggal di Rumah Allah (5). Akankah Allah diam saja ketika tamunya diganggu kenyamanan dan keamanannya (bdk. Renungan tanggal 17)? Kedekatan Daud dengan Allah tidak dicapai melalui aktivitas agama maupun aktivitas rohani yang bernuansa magis. Kedekatan itu dibina melalui kehidupan doa yang sehat dimana ketergantungannya kepada Allah sangat diutamakan (7- 12). Renungkan: Pikiran yang terfokus kepada Allah dan membina hubungan yang dekat dengan-Nya melalui doa, membuat Daud optimis menjalani kehidupannya walaupun situasi dan kondisi tidak mendukung (13-14). Ketakutan apa yang membayangi hidup Anda saat ini? Masa depan? Karier? Usaha? Kondisi politik, sosial, dan ekonomi yang tidak stabil? Lakukan 2 hal seperti yang dilakukan oleh Daud! |
| (0.64240064516129) | (Mzm 28:1) |
(sh: Ketika Allah nampaknya tak peduli (Kamis, 22 Maret 2001)) Ketika Allah nampaknya tak peduliKetika Allah nampaknya tak peduli. Pernahkah Anda merasakan doa Anda nampaknya membentur dinding baja atau sepertinya hanya mendarat di surga yang bisu? Allah nampaknya tidak peduli lagi dan membiarkan kita bergelut sendiri dengan persoalan yang semakin membelit. Keadaan demikian membuat kita berada dalam kegelapan, putus asa, dan tidak tahu lagi arah kehidupan. Pengalaman seperti di atas nampaknya bukan merupakan pengalaman yang mengejutkan bagi seorang kristen sebab Daud sendiri sebagai salah seorang yang sangat dikasihi Allah mengalaminya juga. Allah membisu terhadapnya dan nampaknya akan tetap membisu (1). Bahkan Allah seakan- akan membiarkan dirinya diseret bersama-sama dengan orang fasik (3). Bagaimana Daud menghadapi situasi seperti ini? Apakah ia berpaling kepada allah lain? Tidak! Ia tetap berharap kepada Allah, bahkan ia menegaskannya dengan mengatakan 'KepadaMu, ya Tuhan aku berseru'. Ia tetap yakin bahwa tidak ada lagi pertolongan selain dari Allah sebab hidup tanpa penyertaan Allah dan berinteraksi dengan-Nya sama dengan menuju kehancuran (1). Keyakinannya yang teguh terus mendorong dia untuk tetap memohon kepada Allah untuk mendengar dan menjawab doanya (2-3). Keyakinannya itu juga bukan hanya pengetahuan saja namun keyakinan yang dimanifestasikan dalam permohonannya agar Allah mau terlibat langsung dalam persoalan yang sedang terjadi (4-5). Permohonannya ini jangan dibaca sebagai usahanya untuk membalas dendam namun harus dibaca sebagai kepeduliaannya terhadap keadilan di dunia dan terlebih lagi terhadap Nama Allah di dunia. Dia tidak rela jika dunia melihat bahwa kehidupan orang yang mengikut Allah dan yang tidak ternyata sama. Ratapan dan teriakan minta tolong Daud berubah menjadi pujian dan sukacita (6-9). Tidak ada penjelasan yang pasti mengapa Allah nampaknya membisu dan membiarkannya. Mungkin Daud tidak perlu tahu atau tidak boleh tahu, namun yang jelas Daud tahu dan perlu tahu bahwa hal itu tidak untuk selamanya. Allah pasti akan menolongnya. Renungkan: Tetaplah berdoa dan berseru walaupun nampaknya Allah membisu atau berdiam diri, sebab meninggalkan Allah jauh lebih fatal daripada perasaan ditinggalkan atau masalah sebesar apa pun yang menjerat kita. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 33:1) |
(sh: Hasrat untuk memuji (Rabu, 1 Agustus 2001)) Hasrat untuk memujiHasrat untuk memuji. Sukacita, keriangan, hasrat, dan antusiasme untuk memuji Tuhan yang disertai dengan pemahaman yang benar, mungkin secara perlahan mulai tergeser dari kehidupan ibadah kita. Perayaan dan sukacita dalam ibadah adakalanya menjadi sesuatu yang dipandang tabu ataupun sebaliknya diubah menjadi sarana hiburan semata. Tidaklah demikian dengan Mazmur 33 yang digunakan dalam ritual puji-pujian kepada Allah Israel ini. Mazmur ini merupakan suatu ajakan bagi kita untuk memuji Tuhan dengan pemahaman yang benar dan penuh semangat.
Secara khusus Mazmur ini bertujuan memproklamasikan, mengajarkan
serta menguatkan keyakinan orang-orang benar untuk mempercayai
Tuhan. Melalui Mazmur ini kita dibimbing untuk mengungkapkan
kesetiaan, keadilan, hukum, dan kasih setia Tuhan (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4, 5)
dalam pujian yang penuh sorak-sorai dengan iringan musik yang
dipetik baik-baik (ayat 1-3). Alasan dari ajakannya terdapat dalam
lirik-liriknya yang berbicara tentang kekuasaan Tuhan atas seluruh
alam semesta (ayat 6), bangsa-bangsa (ayat 10-12), dan umat
manusia (ayat 13-17). Ia memenuhi bumi dengan kasih setia-Nya; Ia
memandang dari sorga, melihat semua anak manusia, menilik seluruh
penduduk bumi dari tempat kediaman-Nya, dan mengarahkan pandangan
mata-Nya secara khusus "kepada mereka yang takut akan Dia, kepada
mereka yang berharap akan kasih setia-Nya, untuk melepaskan jiwa
mereka dari maut dan memelihara hidup mereka pada masa kelaparan"
(ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">13, 14, 18). Tiada kekuasaan, kekuatan, dan ketangkasan lain
yang jadi tumpuan (ayat 16-17). Karena hanya Dialah, yang layak
menerima pujian "sebab kepada nama-Nya yang kudus kita percaya",
Ia layak menjadi tumpuan doa kita: "Kasih setia-Mu, ya Tuhan,
kiranya menyertai kami, seperti kami berharap kepada-Mu" (ayat Renungkan: Pemazmur menaikkan pujian bukan hanya sebagai pelengkap dan bagian dari ritual ibadah yang dilakukannya. Pujian yang dinyanyikannya dengan penuh semangat merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pemahaman-Nya tentang Tuhan. Sudahkah kita memuji Tuhan dengan hasrat, pemahaman, dan penjiwaan akan karakter serta karya Allah yang dikerjakan bagi kita? Marilah kita menaikkan pujian kepada Tuhan dengan penuh antusias dan semangat dengan pemahaman yang benar tentang karakter-Nya. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 39:1) |
(sh: Perspektif kefanaan (Kamis, 9 Agustus 2001)) Perspektif kefanaanPerspektif kefanaan. Dunia ini bukanlah rumah kita untuk selama-lamanya. Kehadiran kita di dalamnya tidak lain hanyalah sebagai pendatang yang sedang numpang lewat dan kemudian pergi. Namun demikian kita seringkali dininabobokan oleh berbagai aktivitas yang sedemikian menyita waktu dan konsentrasi kita, sehingga tidak menyadari betapa singkatnya hidup ini. Ada begitu banyak kesia-siaan yang terus kita ributkan, tanpa pernah menyadari dengan sungguh-sungguh apa sebenarnya yang memberikan makna dari kehidupan dan segala aktivitas kita. Melalui Mazmur ini kita ditantang untuk merenungkan betapa singkat dan fananya hidup ini, sehingga melaluinya kita ditolong untuk dapat melihat fokus hidup dengan tepat. Melalui Mazmur ini Daud menghanyutkan kita ke dalam pergeseran fokus hidupnya. Mula-mula ia membawa kita masuk ke dalam pergumulannya tentang orang fasik yang ada di dekatnya (ayat 2-4); kemudian ia menuntun kita ke dalam kesadaran bahwa hidup manusia itu singkat, hampa, diliputi kekosongan, dan hanya berorientasi serta meributkan hal-hal yang sia-sia (ayat 5-7); dan pada akhirnya memperhadapkan diri kita pada berbagai kesalahan yang menyebabkan kita menjadi bahan ejekan orang fasik, dan berada di bawah disiplin serta murka Tuhan (ayat 8-14). Melalui pergeseran fokus ini ia mengajak kita menyadari kefanaan hidup manusia, sehingga kita pun tidak perlu lagi meributkan berbagai hal yang sia-sia, sebaliknya berkonsentrasi menghadapi permasalahan kita yang sebenarnya, yakni pelanggaran yang kita lakukan (ayat 9). Diagnosanya yang tepat ini mengarahkan kita pada penanganan yang tepat, yakni dengan menanti-nantikan dan hanya berharap kepada Tuhan (ayat 8), memohon agar Tuhan melepaskan diri kita dari pelanggaran (ayat 9), menghindarkan kita dari pukulan-Nya (ayat 11) dan memohon pertolongan Tuhan dengan cucuran air mata (ayat 13, 14). Renungkan: Seringkali kita meributkan hal yang sia-sia di tengah rentang waktu hidup yang singkat ini. Apakah sebenarnya fokus hidup kita? Apakah semuanya ini disebabkan karena adanya dosa yang menghambat hubungan pribadi kita dengan Tuhan yang mengakibatkan adanya kekosongan jiwa dan pergeseran fokus hidup kita? Biarlah perspektif kefanaan menuntun kita menemukan kembali fokus hidup yang benar. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 45:1) |
(sh: Keagungan mempelai (Rabu, 15 Agustus 2001)) Keagungan mempelaiKeagungan mempelai. Mazmur ini merupakan puisi yang dilantunkan pada upacara pernikahan kerajaan yang sering dipergunakan di sepanjang sejarah Israel. Namun demikian mazmur ini juga disebut Mazmur Mesianik (mazmur yang berbicara tentang Mesias yang akan datang sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam kerajaan yang didirikan oleh Allah). Dua dimensi mazmur ini dapat terjadi karena orang Yahudi memahami Kerajaan Dinasti Daud sebagai refleksi pemerintahan Allah, dimana Allah sendirilah yang menjadi penguasa tertinggi. Sifat mesianik mazmur ini nampak melalui karakteristik raja yang digambarkan di sini: [1] Sang Raja bersifat kekal, Ia telah diberkati Allah untuk selama-lamanya (ayat 3), Takhtanya adalah kepunyaan Allah sendiri yang tetap untuk seterusnya dan selamanya (ayat 7), generasi demi generasi akan memasyurkan namanya dan segala bangsa akan bersyukur kepadanya untuk seterusnya dan selamanya (ayat 18); [2] Sang Raja bersifat Ilahi, takhtanya adalah milik Allah sendiri (ayat 7), ia dipanggil dengan sebutan "sebab itu Allah", padahal orang Israel tidak pernah melihat raja mereka sebagai sosok yang bersifat Ilahi (ayat 8); dan [3] Sang Raja adalah puncak keagungan manusia, ia terelok di antara anak- anak manusia (ayat 3), diurapi oleh Allah melebihi semua penguasa yang lain (ayat 8).
Semua gambaran di atas secara nyata berbicara tentang
karakteristik Mesias yang digenapi dalam pribadi Yesus Kristus,
sebagaimana dinyatakan penulis Perjanjian Baru, yang
mengaplikasikan mazmur ini dalam keterkaitannya dengan hubungan
antara Kristus sebagai mempelai laki-laki dan Gereja sebagai
mempelai perempuan (bdk. ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">7, 8 -- Ibr 1:8, 9; lih. Renungkan: Kita seharusnya menyadari dan menghargai status khusus kita sebagai anggota gereja yang adalah mempelai wanita Kristus yang mulia dan agung, serta tidak membiarkan status ini dicemari oleh berbagai konflik tentang yang sia-sia dengan intrik-intriknya yang duniawi. Bagaimana kesadaran ini menolong Anda melihat kondisi gereja saat ini? |
| (0.64240064516129) | (Mzm 57:1) |
(sh: Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung (Rabu, 3 Oktober 2001)) Dalam naungan sayap-Mu aku akan berlindungDalam naungan sayap-Mu aku akan berlindung. Mazmur ini disusun sekitar tahun 1060 s.M setelah Daud lolos dari kota Gat dan selanjutnya mencari pertahanan diri di gua Adulam (ayat 1Sam. 22:1-5; 2Sam. 23:13-14). Baik tema maupun gaya penulisan syair ini mirip dengan mazmur sebelumnya. Keduanya dimulai dengan kata-kata serupa, terbagi dalam dua bagian, masing- masing disusul dengan refrein (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">6, 12), berbicara tentang penindasan yang sama (ayat 56:2, 3; 57:4) serta mengungkapkan kepercayaan yang dalam terhadap Allah. Pemazmur di dalam doanya menyamakan citra dirinya seperti seekor anak burung muda yang secara naluri mencari perlindungan di bawah naungan sayap induknya (ayat 2). Isi doanya dipanjatkan kepada Allah yang Maha Tinggi. Ia yakin Allah akan segera mengirim kasih setia dan kebenaran-Nya (ayat 11) dan menolong dia dari pengejaran musuh yang akan menginjak-injak dirinya (ayat 3-4). Bahaya yang mengincarnya begitu dekat sampai pemazmur harus tidur di tempat yang sangat tersembunyi, sementara para musuh yang hujatannya setajam senjata sedang mencari dirinya di sekitar persembunyiannya (ayat 5). Usai mengumpamakan dirinya dikejar-kejar oleh binatang buas, kini ia mengubah gambaran tentang orang-orang yang memasang jaring terhadap binatang yang diburu. Keyakinannya akan Allah membuat mata rohaninya dapat melihat bahwa rancangan sindikat kejahatan itu akan menimpa para musuh itu sendiri (ayat 7). Setelah menuntaskan doanya, kini hati pemazmur kembali meluap dengan sukacita surgawi (ayat 8). Dalam ucapan syukurnya ia mengajak dirinya sendiri diiringi musik untuk bangkit mengatasi pergumulannya (ayat 9). Ketika merenungkan mazmur ini, Calvin berkomentar bahwa ada musim tertentu ketika kita diizinkan untuk menikmati lembutnya fajar kemakmuran, namun ada kalanya di dalam kehidupan kita mungkin juga tiba-tiba disusul oleh badai kemalangan yang seringkali datang secara beruntun, dan kita harus yakin bahwa Allah akan melindungi kita dengan kekuatan sayap-Nya. Renungkan: Kristen yang sejati boleh menangis di dalam kesedihan, boleh juga ketakutan di dalam penganiayaan, namun semua itu hanyalah warnasari untuk memperindah dan memberi pertumbuhan bagi kepercayaan kita bila kita tetap bergayut aman di dalam keperkasaan kepak sayap-Nya. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 63:1) |
(sh: Kerinduan yang bertumbuh dalam kegetiran (Selasa, 9 Oktober 2001)) Kerinduan yang bertumbuh dalam kegetiranKerinduan yang bertumbuh dalam kegetiran. Pernahkah Anda merasakan kerinduan yang sedemikian dalam dan tak tertahankan lagi, sehingga dapat digambarkan seperti tanah tandus tiada berair (ayat 2)? Daud merasakan hal seperti ini, ketika ia berada dalam bahaya yang mengancam jiwanya. Ia melihat kasih setia Allah yang melampaui hidupnya, justru pada saat ia merasa tidak aman (ayat 10-11). Hatinya terikat kepada Tuhan dan kerinduannya memuncak seperti seorang bayi yang merindukan kehadiran ibunya yang memberikan rasa aman dan kelegaan baginya. Melalui mazmur ini kita dapat melihat bahwa kehadiran berbagai kesulitan, ancaman, dan problematika kehidupan, yang seringkali menjadi media yang getir bagi kebanyakan orang, ternyata dapat memainkan peranan yang penting bagi pertumbuhan rohani orang percaya. Media yang getir seperti ini merupakan media yang subur bagi pertumbuhan rasa rindu yang semakin mendalam kepada Allah (ayat 2). Melalui media yang getir seperti ini, kita dilatih untuk semakin menghayati kebesaran kasih setia Allah bagi kita yang tidak berdaya (ayat 4-8). Penghayatan terhadap kasih setia Allah dan kerinduan yang dalam kepada Allah pada situasi yang penuh kegetiran bukanlah merupakan suatu proses yang terjadi dengan mudah. Diperlukan adanya faktor esensial yang memungkinkan terjadinya proses ini. Faktor esensial itu terletak pada kesadaran Daud bahwa kebutuhannya yang terdalam hanyalah ditemukan di dalam Tuhan, yang adalah sumber pertolongan yang menopang hidupnya (ayat 8-9). Kesadaran tentang hal inilah yang membuatnya merasa haus dan rindu untuk mencari Allah (ayat 2) yang kepada-Nya jiwa Daud melekat (ayat 9). Iman yang bertumbuh kuat melalui media yang getir ini memiliki daya tahan yang kokoh, karena inilah keyakinan yang didasarkan atas pertolongan dan pembelaan Allah (ayat 10-12). Renungkan: Apakah Anda memiliki kerinduan dan kedekatan kepada Allah yang sedemikian dalam seperti Daud? Jika hal ini tidak menjadi bagian dari pengalaman rohani Anda, maka kadangkala kesulitan dapat menjadi sarana yang tepat untuk membawa Anda kepada-Nya. Lihatlah keadaan getir yang terjadi di sekitar Anda sebagai media pertumbuhan yang menjadikan Anda kuat, semakin merindukan Allah, dan menikmati kasih setia-Nya. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 95:1) |
(sh: Umat Allah perlu mendengar (Rabu, 10 April 2002)) Umat Allah perlu mendengarUmat Allah perlu mendengar. Banyak ahli PL menyebut mazmur sebagai seruan kenabian atau
merupakan liturgi tentang hukuman Allah. Mazmur ini mengundang
umat untuk memuji Allah (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-2,6), disertai alasannya (ayat Bukan saja kekuatan jahat yang berontak melawan Allah (ps. 34), tetapi juga umat Allah mengeraskan hati berontak melawan Allah. Allah tak memaksa umat-Nya untuk taat kepada-Nya, tetapi menginginkan agar umat-Nya dengan sadar dan sukacita menaati Dia. Tindakan penyelamatan Allah atas umat-Nya (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1b) dan fakta bahwa Allah adalah Raja atas segala allah (ayat 3) seharusnya mereka sambut dengan sikap memuji Allah dan taat kepada Allah. Puji-pujian bukan saja sikap yang tepat kepada Allah, tetapi juga memberi suasana menentukan bagi ketaatan umat. Puji-pujian yang layak ditujukan kepada Allah adalah pujian dengan sorak-sorai besar (ayat 1), menunjukkan luapan kesukaan dan kebebasan yang mengungkapkan kesukaan tersebut. Dengan demikian, ketaatan yang mengiringi pujian sedemikian adalah ketaatan dalam sikap sukacita, bukan terpaksa. Ketaatan juga adalah ungkapan penyembahan yang sepadan dengan sikap tubuh ketika kita bertelut di hadapan Allah (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">6-7b), yang sepatutnya diterima Allah yang adalah Raja atas segala kekuatan kosmis yang oleh bangsa-bangsa sekitar Israel sering disembah sebagai dewa-dewa (ayat 3-5).
Apa tanda yang paling pas untuk mengenali siapa domba yang adalah
milik Allah? Dalam Mazmur ini, tanda tersebut adalah sikap
dengar-dengaran kepada Allah sang Raja Gembala (bdk. Renungkan: Sikap memuji dan dengar-dengaran terhadap Allah adalah tanda terjelas kemilikan Allah atas kita. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 96:1) |
(sh: Rajakanlah Tuhan (Kamis, 11 April 2002)) Rajakanlah TuhanRajakanlah Tuhan. Sepanjang masa manusia memimpikan adanya suatu dunia bertatanan sosial yang ideal. Namun, impian ini tidak kunjung mewujud. Dunia yang telah memberontak kepada Allah serupa rimba liar yang di dalamnya manusia menjadi serigala bagi sesamanya. Namun, orang beriman tidak beralasan untuk melepas pengharapan akan dunia yang lebih baik. Dunia ini bukan neraka, dan Allah terus melakukan perbuatan-perbuatan besar-Nya yang menyatakan bahwa Dialah yang Raja, bukan kejahatan. Orang beriman melihat bahwa Allah terus memerintah sejarah dunia ini hingga puncaknya kelak, saat segenap isi dunia mengakui dan mengalami sepenuhnya ke-Raja-an Allah. Enam kali diserukan agar umat Tuhan menyanyi bagi Tuhan, mengabarkan keselamatan yang dari-Nya, dan menceritakan kemuliaan-Nya (ayat 1-3). Allah yang besar, dahsyat mengatasi segala allah (ayat 4), agung, kuat, dan mulia (ayat 6), yang telah melakukan perbuatan- perbuatan yang ajaib, mencipta (ayat 5), menyelamatkan umat-Nya (ayat 3), memerintah bumi dengan adil, dan menjadikan dunia ini tempat yang serasi dengan keadilan dan kemuliaan-Nya (ayat 10-13) adalah alasan dan tujuan puji-pujian tersebut. Umat Tuhan wajib menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan (ayat 1). Yang dimaksud dengan “nyanyian baru” mungkin adalah nyanyian yang mengakui pemerintahan Allah atas segala sesuatu seperti yang disenandungkan dalam mazmur ini (ayat 10), dalam kaitan dengan pekerjaan Allah dalam sejarah, dan dengan mengantisipasi apa yang akan Allah buat untuk menegakkan keadilan dan menyempurnakan ciptaan-Nya (ayat 11-13). Karena itu, seruan ini bukan hanya ditujukan bagi umat Tuhan, tetapi kepada segenap bumi (ayat 1), segala bangsa (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3a), semua manusia (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3b), dan segenap unsur ciptaan (ayat 11-12). Di dalam puji-pujian kolosal kepada Allah yang mulia ini, semua kekuatan dalam semesta ini, tampak ataupun tidak tampak, alami ataupun supraalami, politis-ekonomi ataupun rohani, semuanya tunduk rendah terlucut dari pengilahian atau pemujaan diri di hadapan Allah satu-satunya, Raja yang mulia dan patut dipuji. Bumi baru yang adil dan mulia adalah bumi yang di dalamnya pemerintahan Allah diakui penuh. Renungkan: Umat Tuhan memelopori liturgi semesta kepada Allah dengan memberitakan kabar baik tentang karya keselamatan Allah kepada sesamanya. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 100:1) |
(sh: Alasan dan sifat pujian kepada Tuhan (Senin, 15 April 2002)) Alasan dan sifat pujian kepada TuhanAlasan dan sifat pujian kepada Tuhan. Adakalanya pujian dalam ibadah telah mengalami pengurangan makna sehingga hanya menjadi suatu hiburan rohani yang bertujuan untuk memuaskan ataupun melegakan hati. Pujian seperti ini tidak membangkitkan di dalam kita pemahaman dan kesadaran tentang sifat serta alasan untuk memuji. Ini sungguh berbeda dengan Mazmur 100. Seperti mazmur-mazmur lainnya, pujian orang beriman dimaksudkan untuk memuliakan Allah sambil mengacu pada sifat-sifat dan karya- karya Allah. Pujian tidak pernah boleh berorientasi pada faedah yang ingin diperoleh pihak yang memuji Allah. Meski tidak secara nyata sinambung dengan mazmur penobatan, tema tertentu dalam mazmur penobatan masih bergema. Tema itu adalah seruan ke seluruh bumi untuk beribadah dengan meriah kepada Tuhan (ayat 1-2). Alasan yang melandasi seruan tersebut adalah bahwa Allah yang memerintah segenap alam semesta ini layak menerima puji sembah seisi semesta. Lebih dari itu, Allah layak menerima penyembahan dari semua manusia yang telah diciptakan-Nya dan dijadikan-Nya umat gembalaan-Nya. Kata “ibadah” dalam arti harfiah bahasa aslinya lebih luas dari sekadar kegiatan ibadah di rumah Allah. Kata ini dipakai pada zaman itu untuk mengungkapkan sikap mengorientasikan hidup sepenuhnya kepada seorang raja, entah manusia atau Allah. Jadi, konsep ibadah yang dimaksud adalah pengabdian total atas dasar kemilikan total Allah atas umat-Nya. Seluruh segi hidup yang taat dan mengasihi Allah menyatakan pemerintahan Allah. Pokok penting tersebut menjadi lebih jelas di dalam penggunaan kata ganti orang dalam ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">3: “… Dia, dia, kita, -Nya, -Nya.” Struktur sedemikian menegaskan bahwa pertanyaan tentang jati diri kita harus mulai dari dan berakhir pada Allah. Bagi umat Allah Perjanjian Lama, hal Allah menjadikan mereka dalam penciptaan dan menjadikan mereka menjadi umat dalam Keluaran adalah dua hal yang saling terkait yang mensahkan kemilikan Allah dan keumatan mereka. Alasan lain mengapa umat patut beribadah adalah karena “Tuhan itu baik, kasih setia-Nya untuk selama-lamanya, dan kesetiaan-Nya tetap turun temurun” (ayat 5). Renungkan: Sadarilah bahwa Allah adalah Gembala baik bagi kita umat-Nya dan atas seluruh alam semesta ini. |
| (0.64240064516129) | (Mzm 102:1) |
(sh: Berhati-Hati Ketika Mengeluh (Minggu, 2 April 2017)) Berhati-Hati Ketika MengeluhDalam doa keluhan kepada TUHAN (1), pemazmur memohon agar TUHAN mendengar teriakan minta tolongnya (2-3) dan juga memberkatinya (bdk. Bil. 6:26). Keluhan itu muncul karena pemazmur merasa ada sesuatu yang salah dalam hidupnya. Hal itu tampak dari kata yang digunakan oleh pemazmur, misalnya: dirinya lemah, menderita, lesu, dan terkucil seperti: asap dan perapian (4), rumput (5, 12), burung ponggok (7), burung terpencil (8), dan bayang-bayang memanjang (12). Dia merasa dirinya tak berdaya dan penuh penderitaan (9-10), serta menduga Tuhan telah marah, geram, dan melemparkannya (11). Kecenderungan manusia ketika menghadapi masa-masa seperti itu adalah berkeluh kesah. Keluhan tersebut terucap karena kita tidak bisa mengerti mengapa Tuhan mengizinkan sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita. Jika keluh kesah hanya berhenti sampai di sini, mungkin tidak masalah. Yang menjadi masalah serius apabila kita mulai mempersalahkan Tuhan dan menganggap Dia tidak peduli terhadap hidup kita. Lebih parah lagi, jika kita kecewa, lalu meninggalkan Tuhan. Sekalipun pemazmur mengeluh, dia tidak menganggap dirinya lebih bijaksana dan berhikmat daripada Tuhan. Di awal doanya, dia justru mengarahkan hatinya kepada TUHAN dan berharap kepada-Nya. Dalam kisah Ayub (pasal 40-41), TUHAN bukan saja tidak memberikan jawaban atas pergumulan Ayub, malahan Tuhan balik bertanya kepada Ayub. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa Ayub tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kuasa dan hikmat TUHAN. Apa yang mesti dilakukan jika kita dirundung kesulitan, atau penderitaan? Carilah TUHAN dan ungkapkan dengan jujur perasaan kita kepada-Nya, tanpa menuduh TUHAN melakukan sesuatu yang buruk kepada kita (Yer. 29:11). Satu penghiburan kita adalah bahwa Yesus merasakan penderitaan dan kesusahan kita (Ibr. 4:15). Sebab itu, Ia sanggup menghibur dan menguatkan kita agar kita bisa jadi berkat bagi orang lain (2Kor. 1:3-4). [RH] |
| (0.64027078494624) | (Mzm 109:1) |
(ende) Dengan sangat hebat seorang (mungkin sakit Maz 109:22-24), jang dianiaja musuh2 jang tjedera (Maz 109:2-5), mengutuk mereka, meminta Jahwe, agar Ia menghukumnja (Maz 109:6-20). Hukuman ini dilukiskan dengan bahasa penghebat dan berdasarkan hukum pembalasan Perdjandjian Lama. Si pemohon tahu,bahwasanja se-mata2 Allah sanggup melaksanakannja (Maz 109:21,26-29) dan bila demikian djadinja, maka ia akan bersjukur dan memudji Jahwe (Maz 109:30-31). Lagu ini merupakan "mazmur pengutuk" jang paling hebat, paling kedjam dan jang paling pandjang dalam seluruh Kitab Mazmur (lih. Maz 95; 38:7-11; 69:23-29). Memang sikap sedemikian tiadalah sesuai dengan hukum tjinta Perdjandjian Baru. Tetapi pada masa sebelum Kristus mengadjar, kutuk2 sematjam ini dapat dimengerti. Dan lagu inipun menjatakan kepertjajaan orang kepada Allah dan keadilanNja, hingga toh penuh dengan rasa keigamaan jang sedjati. patut diperhatikan lagi, bahwa kutuk2 ini merupakan suatu kesusasteraan tertentu, jang pakai bahasa penghebat dan rumus2 jang kurang biasa. |
| (0.64027078494624) | (Mzm 118:1) |
(ende) Agaknja njanjian ini menjertai suatu arak2an waktu masuk kedalam Bait-Allah (pada hari raya Pondok2 daun2an?).Ia dilagukan oleh beberapa golongan penjanji. Umat (arak2an) diadjak untuk memudji Allah dan bersjukur kepadaNja (Maz 118:1-4). Bagian ini berbentuk "litani" dan dilagukan ber-turut2 oleh seorang diri dan suatu golongan penjanji. Lalu umat (atau wakilnja: aku!) mentjeritakan bagaimana diselamatkan oleh Jahwe dan bahwa terus pertjaja padaNja (Maz 118:5-18). Ia minta diperkenankan masuk kedalam Bait-Allah hendak bersjukur (Maz 118:19). Imam berkata orang2 djudjur sadja boleh masuk (Maz 118:20). Umat dan imam2 ber-sama2 menerangkan, bahwa telah ditolong oleh Jahwe dan bermohon, agar terus ditolongNja (Maz 118:21-25). Imam2 memberkati umat jang ingin bersjukur dalam Bait-Allah (Maz 118:26-27a), dan menjerukan arak2an masuk (Maz 118:27bc). Lalu sjukurnja diutjapkan di Rumah Jahwe sendiri (Maz 118:28). |
| (0.64027078494624) | (Mzm 17:8) |
(full: SEPERTI BIJI MATA.
) Nas : Mazm 17:8 Pemazmur menggunakan dua lambang yang mengingat kembali kasih dan perhatian Allah terhadap umat-Nya yang setia.
|


