| (0.20503255555556) | (Ams 2:1) |
(sh: Bersumpah sebelum bersaksi (Selasa, 18 November 2003)) Bersumpah sebelum bersaksiBersumpah sebelum bersaksi. Seseorang yang ditunjuk sebagai saksi dalam sebuah sidang di pengadilan, akan diminta bersumpah. Dalam sumpah itu, selain saksi berjanji untuk mengatakan yang benar dan hanya yang benar, ia juga membutuhkan pertolongan Tuhan. Saya menyukai isi sumpah ini karena dalam pernyataannya, kebenaran dan Tuhan dikaitkan bersama. Si saksi mengakui bahwa ia memerlukan pertolongan Tuhan untuk mengatakan kebenaran. Memang dapat kita simpulkan, orang yang mencari kebenaran adalah orang yang sedang mencari Tuhan dan orang yang mencari Tuhan adalah orang yang sedang mencari kebenaran (ayat 1-9). Hikmat tidak bertumbuh di tanah yang kotor. Hikmat tidak akan muncul dari hidup yang penuh dengan kejahatan dan dosa. Hikmat adalah buah hidup yang benar. Secara khusus pada bagian Firman Tuhan ini, kita belajar bahwa hikmat adalah penangkal terhadap kejahatan dan perzinahan (ayat 10-19). Hidup berhikmat sebenarnya adalah hidup dalam batas pagar kebenaran Tuhan. Orang yang berhikmat berdisiplin diri untuk hidup dalam batas pagar. Sebaliknya, orang yang tidak berhikmat melintasi batas pagar dan akhirnya terjatuh ke dalam dosa. Kadang kita tergoda untuk melewati batas pagar “sedikit saja.” Kita mulai berbohong dan membelokkan kebenaran. Kita melakukan hal yang salah dan memanggilnya “kesempatan”. Hidup dalam batas pagar menuntut disiplin dan kedewasaan yang tinggi. Kita sendirilah yang menetapkan batasnya berdasarkan firman Tuhan dan kita sendirilah yang tahu bila kita melanggarnya. Jika kita telah telanjur salah melangkah, berhenti dan berbaliklah. Berhenti sekarang akan lebih baik daripada berhenti kemudian. Orang yang berhikmat dan takut akan Tuhan adalah orang yang berani berhenti dan kembali masuk ke dalam pagar (ayat 20-21). Renungkan: Kebenaran pasti melahirkan kebenaran, dan dosa pasti melahirkan dosa. |
| (0.20503255555556) | (Yes 15:1) |
(sh: Tiada hidup baru tanpa pertobatan (rabu, 1 september 2004)) Tiada hidup baru tanpa pertobatanTiada hidup baru tanpa pertobatan. Pertobatan sejati adalah meninggalkan tuntas dosa-dosa, dan bersedia mulai dari awal. Bila masih ada dosa yang digenggam erat-erat dan enggan untuk dilepaskan, itu berarti orang tersebut belum sungguh-sungguh bertobat. Ucapan ilahi terhadap Moab membuktikan bahwa Tuhan memperhatikan bangsa-bangsa lain. Ia tidak ingin sekadar menghukum mereka, namun ingin membawa mereka kepada pertobatan. Pemberitaan tentang penghukuman dahsyat yang akan menimpa Moab (ayat 15:1) membawa kepada perkabungan nasional secara besar-besaran (ayat 2-6), dan disertai ratapan yang memilukan (ayat 5-9). Semua kengerian ini dimaksudkan untuk membawa Moab kepada kesadaran akan perlunya pertobatan. Apakah yang harus mereka lakukan? Mereka harus berpaling dan meminta petunjuk kepada Tuhan yang dikenal sebagai Tuhan bangsa Israel. Mengapa kepada Tuhan bangsa Israel? Karena di Israel ada kasih setia Tuhan yang dinyatakan melalui takhta Daud (ayat 16:1-5). Sebenarnya, tidak mudah bagi Moab untuk berharap kepada Tuhan, karena mereka sombong (ayat 6). Mereka terlalu "tinggi hati" untuk mengakui bahwa mereka membutuhkan pertolongan Tuhan. Akan tetapi, justru pengakuan inilah yang dituntut Tuhan. Pertobatan sejati dimulai dari mengaku diri tidak ada apa-apanya, dan tidak ada daya lagi untuk bangkit, lalu mencari dan menantikan uluran belas kasih Tuhan. Moab harus mulai dari awal. Mereka harus menyadari betapa kecil dan tak berarti mereka untuk dapat menerima pertolongan Tuhan (ayat 13-14). Sebagaimana Moab, demikian juga kita. Seringkali yang menghalangi kita untuk bertobat adalah kita terlalu sombong untuk mengakui bahwa kita tidak berdaya terhadap dosa. Untuk itulah, kita harus bersedia dihancurkan dan bersedia untuk mulai dari awal, supaya Tuhan bisa membentuk kita menjadi baru, tak bercacat, dan sempurna. Renungkan: Yang merintangi Anda dari pembaruan hidup yang berarti, bukan karena Tuhan tidak sedia, tetapi karena Anda tidak terbuka kepada-Nya. |
| (0.20503255555556) | (Yer 16:1) |
(sh: Kehidupan Yeremia sebagai tanda (Minggu, 24 September 2000)) Kehidupan Yeremia sebagai tandaKehidupan Yeremia sebagai tanda. Allah melarang Yeremia mempunyai kehidupan sosial yang normal yaitu menikah, berkeluarga, mengunjungi rumah duka, dan ikut dalam perjamuan pesta (1-9). Kesendirian dan keterasingan Yeremia merupakan keanehan bagi bangsa Yehuda. Yeremia sendiri pasti merasakan ketidaknyamanan dan ketidaknikmatan mempunyai kehidupan sosial demikian. Namun kehidupan sosial Yeremia itulah yang dipakai Allah sebagai sarana menyatakan betapa hebatnya hukuman yang akan dialami oleh Yehuda dan kelanjutan kehidupan bangsa Yehuda. Mereka yang berkeluarga akan menjadi seperti Yeremia -- tanpa keluarga -- sehingga ketika mereka mati karena bencana tidak ada seorang pun yang menguburkannya (3-4). Keterpisahan Yeremia dengan masyarakat Yehuda merupakan kesaksian yang kuat bahwa Allah telah mengundurkan diri dari kehidupan bangsa Yehuda, tidak ada lagi damai sejahtera dan penghiburan. Sebaliknya mereka akan ditimpa hukuman berupa bencana dan malapetaka yang dahsyat (16-18). Apakah tanda-tanda yang sangat jelas ini dipahami oleh bangsa Yehuda (10)? Hati nurani mereka telah dibutakan dan ditumpulkan oleh dosa hingga mereka tidak mampu mengenali dosa yang mereka perbuat sendiri. Sehingga Allah perlu memaparkan lagi dosa-dosa mereka dan nenek moyangnya (11-12). Tetapi Allah adalah Maha Pengasih dan penuh anguerah. Masih ada pengharapan dan hari esok bagi mereka (14-15). Renungkan: Hidup dan seluruh keberadaan Yeremia dikorbankan dan dipersembahkan kepada Allah untuk menjadi berkat bagi bangsa Yehuda. Namun pengorbanan dan pelayanan Yeremia tidak akan memberikan hasil dalam waktu singkat. Bersediakah Anda jika Allah memakai seluruh keberadaan Anda untuk menjadi berkat bagi bangsa ini, walaupun Anda harus mengorbankan kemapanan, kenyamanan, dan kenikmatan hidup, sedangkan hasilnya tidak akan Anda lihat ketika Anda masih hidup? |
| (0.20503255555556) | (Yeh 37:15) |
(sh: Kuasa anugerah Tuhan yang mempersatukan (Jumat, 16 November 2001)) Kuasa anugerah Tuhan yang mempersatukanKuasa anugerah Tuhan yang mempersatukan. Racun dosa yang menyebar ke seluruh kehidupan umat Allah tidaklah berdampak tunggal. Kuasanya merembes ke dalam setiap aspek kehidupan manusia dan menghasilkan berbagai kerusakan. Kerusakan yang diakibatkan oleh pengaruh dosa bagi Israel bukan hanya berdampak pada hancurnya harapan mereka sebagai suatu bangsa (ayat 37:1-14), melainkan terlebih dahulu telah menghancurkan sendi-sendi relasi yang membangun kesatuan umat Tuhan. Kehadiran dosa di tengah-tengah Israel telah merusak hubungan mereka dengan Tuhan dan menceraikan kerajaan mereka menjadi kerajaan Utara dan Selatan. Berita restorasi yang dikumandangkan Yehezkiel pada bagian ini mendengungkan dua janji pemulihan, yakni: [1] Janji bahwa Tuhan akan memulihkan hubungan antara Diri-Nya dengan Israel, yang diikat oleh perjanjian kekal Allah yang akan terus berlangsung selama-lamanya (ayat 21, 23-28); dan [2] Janji bahwa Israel akan kembali menjadi satu bangsa yang akan digembalakan oleh satu raja, sebagai satu umat di tangan Tuhan (ayat 17, 19, 22, 24). Di dalam kedua janji ini terkandung suatu penegasan bahwa kekuatan kuasa dosa yang menceraikan akan dikalahkan oleh kuasa Tuhan yang mempersatukan. Penggenapan janji pemulihan dalam nubuat Yehezkiel ini belum seutuhnya dialami oleh Israel. Hingga pada tahun-tahun penulisan Perjanjian Baru, orang-orang Yahudi tetap tidak bergaul dengan orang Samaria yang merupakan keturunan campuran dari kerajaan Utara (Yoh. 4:9). Melalui berita ini, Israel ditantang untuk melihat ke depan dan menantikan kuasa pemulihan Tuhan. Para penulis Perjanjian Baru menegaskan dan mengaitkan penggenapan janji ini dengan misi kedatangan Kristus ke dalam dunia, yang mempersatukan umat manusia di dalam Diri-Nya (Ef. 2:14-18). Kita semua yang telah tercerai- berai telah dihimpun sebagai satu kawanan domba dengan satu gembala (Yoh. 10:16). Renungkan: Pemulihan hubungan yang rusak merupakan bagian yang menyatu dengan agenda kekal Allah untuk merestorasi umat-Nya, dan seruan untuk "menjadi satu" merupakan tema penting yang menandai adanya restorasi itu. |
| (0.20503255555556) | (Yeh 43:1) |
(sh: Kemuliaan Allah kembali ke Bait Suci (Minggu, 25 November 2001)) Kemuliaan Allah kembali ke Bait Suci
Kemuliaan Allah kembali ke Bait Suci.
Inilah klimaks dari seluruh penglihatan yang diterima
Yehezkiel yaitu bahwa kemuliaan Allah yang meninggalkan Bait
Suci akibat dosa umat-Nya (ayat 10:18-20) kini kembali ke
Bait Suci yang baru. Melalui pintu gerbang timur kemuliaan
Allah meninggalkan Bait Suci yang lama (ayat 10:19). Melalui
pintu gerbang timur pula kemuliaan Allah kembali (ayat Allah sendiri menyatakan bahwa Bait Suci adalah tempat takhta dan tapak kaki-Nya (ayat 7). Dalam gambaran Kemah Suci, ruang mahakudus adalah tempat Allah bersemayam dengan tutup pendamaian dan tabut perjanjian sebagai takhta serta tempat meletakkan tapak kaki-Nya. Jelas di sini Allah menyatakan perkenanan-Nya untuk kembali menjadi raja atas Israel. Segala kenajisan Israel akan disingkirkan karena raja mereka adalah Allah yang kudus. Dinding yang melingkupi kompleks Bait Suci memisahkan segala kenajisan tersebut dari kesucian Allah yang hadir dalam hidup mereka (ayat 7b-9). Yehezkiel disuruh menggambarkan rancangan Bait Allah yang baru agar umat Israel yang sudah sadar akan keberdosaan mereka, melalui gambar itu, diingatkan akan dan diajar tentang kekudusan Allah yang mereka sembah. Mereka diingatkan untuk melakukan dengan setia segala hukum Allah. Sungguh suatu hal yang indah karena Allah tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka, dan dengan penuh kasih membimbing mereka ke kehidupan yang baru. Renungkan: Allah tetap mengasihi umat-Nya yang sering gagal dan berdosa. Sebuah rencana agung untuk menyelamatkan manusia dari dosa telah digenapi-Nya di dalam kematian dan kebangkitan Yesus Kristus. PA 3: Yehezkiel 39:11-29 Nubuat tentang penyerangan Gog atas Israel yang sedang melakukan pembaharuan merupakan suatu pukulan yang sangat mengejutkan bagi mereka. Nubuat ini merupakan bunyi peringatan yang sungguh menakutkan. Namun demikian, nubuat ini juga memberikan jaminan kepada Israel bahwa mereka akan bertahan dan mampu melewati berbagai tantangan berat yang menyertai proses pemulihan mereka. Melalui peristiwa ini, Tuhan memperkenalkan Diri-Nya sebagai pribadi yang kudus dan mengendalikan sejarah bangsa-bangsa. Suatu saat Tuhan akan menyatakan kemenangan-Nya yang final terhadap yang jahat. Pertanyaan-pertanyaan pengarah:
1. Apa yang akan terjadi pada Gog dan khalayak ramai (ayat
2. Apakah yang dilakukan Israel terhadap mereka (ayat 11-16)?
Apakah tujuan dari tindakan masyarakat Yahudi ini (ayat 3. Apakah yang dinyatakan Tuhan kepada Israel melalui kekalahan Gog (ayat 22, 28)? Apakah yang dinyatakan Tuhan kepada bangsa-bangsa dalam peristiwa ini (ayat 21, 23, 24)? Apakah alasan Tuhan membawa Israel ke pembuangan dan memulihkannya kembali? 4. Apakah yang dilakukan Tuhan kepada Israel ketika mereka berubah setia terhadap Tuhan (ayat 23)? Selaras dengan apakah hal ini dilakukan (ayat 24)? Apakah yang dikerjakan Tuhan dalam proses pemulihan umat-Nya (ayat 29)?
5. Sifat-sifat Tuhan apakah yang dinyatakan melalui pembuangan
dan pemulihan Israel, serta kekalahan Gog (ayat 6. Melalui pelajaran hari ini kita dapat melihat bahwa kekudusan Tuhan harus dipelihara dalam kehidupan umat-Nya (ayat 11-16); Allah mendatangkan penghukuman bagi mereka yang meremehkan- Nya (ayat 17-20) dan memukul serta menyembuhkan umat yang dikasihi-Nya (ayat 21-24, 25-29). Bagaimanakah seharusnya Anda menghormati kekudusan Tuhan dalam rumah tangga, pekerjaan, pelayanan, pergaulan, dan hobby Anda? |
| (0.20503255555556) | (Hos 4:1) |
(sh: Dosa-dosa Israel dirinci (Rabu, 4 Desember 2002)) Dosa-dosa Israel dirinci
Dosa-dosa Israel dirinci. Allah tidak tinggal diam melihat sikap penolakan umat terhadap Diri- Nya. Allah tidak hanya menghakimi tetapi juga menghukum! Rakyat Israel dan para pejabat agama akan mendapat hukuman yang sama dari Allah (ayat 9,10). Namun, dibalik penghukuman itu ada juga berita pengharapan (ayat 15).
Renungkan: |
| (0.20503255555556) | (Hos 5:1) |
(sh: Kecaman terus diserukan! (Kamis, 5 Desember 2002)) Kecaman terus diserukan!
Kecaman terus diserukan! Kita belajar tentang suatu hal yang penting dalam kehidupan orang Kristen, yaitu mencari, mengenal, mengasihi, dan menaati segala kehendak-Nya, sebelum ia menarik diri dari kehidupan kita.
Renungkan: |
| (0.20503255555556) | (Yl 2:1) |
(sh: Hari Tuhan (Senin, 10 Desember 2012)) Hari TuhanJudul: Hari Tuhan Yoel bukan nabi pertama yang menggunakan gambaran hari Tuhan. Yesaya dan Yehezkiel juga memberitakan tentang hari itu (Yes. 13:6-22; Yeh. 30:2, 3). Malapetaka dan kehancuran yang dikaitkan dengan hari itu semula ditujukan kepada bangsa-bangsa asing (goyim) yang menjadi musuh umat Tuhan. Namun, mulai dari pemberitaan nabi Amos, murka dan penghukuman Ilahi ini ditujukan pula kepada umat Tuhan sendiri (Am. 5:18-20). Dengan tiupan sangkalala yang biasa dibunyikan sebagai tanda bahaya (1), mendekatnya hari Tuhan dimaklumkan. Yoel memberitakan serbuan pasukan belalang sebagai gambaran awal tentang dahsyatnya hari itu. Barisan mereka dibandingkan dengan pasukan berkuda yang menyerbu ke dalam kota, memanjati tembok-tembok, dan membuat bangsa-bangsa gemetar (5-6, 9). Efek serangan mereka bahkan membuat bumi gemetar, dan benda-benda langit kehilangan cahayanya (10). Gerombolan belalang yang menutupi permukaan bumi dan dihamburkan oleh tiupan angin gurun yang dahsyat dilukiskan sebagai gerhana yang mencekam. Sungguh luar biasa, makhluk-makhluk kecil ini dilihat sebagai pasukan Tuhan, bahkan pelaksana firman-Nya (11)! Pemberitaan Yoel mengajak kita merenungkan peristiwa lain yang melampaui zamannya: Akhir Zaman. Dunia kini akan berakhir, didahului dengan berbagai petaka yang dapat membuat kita bergidik. Namun, bagi orang yang melihat dengan mata iman, di balik bencana sedahsyat "gerhana belalang" pun, ada Dia yang "memperdengarkan suara-Nya" di depan pasukan-Nya. Dia yang menentukan perjalanan sejarah dan kepada Dialah mestinya pandangan dan harapan kita tertuju sampai akhirnya. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
| (0.20503255555556) | (Am 2:4) |
(sh: Hukuman juga atas umat Allah sendiri (Kamis, 17 Juli 2003)) Hukuman juga atas umat Allah sendiriHukuman juga atas umat Allah sendiri. Bayangkan bagaimana perasaan orang Israel ketika mendengar nubuat Amos menuding kejahatan bangsa-bangsa sekitar mereka yang jahat (ps. 1), juga kemudian menelanjangi kejahatan Yehuda saudaranya sendiri (ayat 2:4-5). Pasti senang dan mendukung penuh. Namun betapa terperangah mereka ketika panjang lebar teguran keras Tuhan pun ditujukan kepada mereka. Memang mereka adalah umat Allah, namun itu tidak berarti mereka beroleh perkecualian untuk segala kejahatan mereka. Dosa pertama yang Allah bongkar menyangkut ketidakadilan para elit terhadap orang lemah (ayat 6-7a). Pemimpin dan orang yang berlebih harta atau kuasa tidak memperlihatkan kesadaran bahwa mereka adalah pelayan Tuhan. Kedua, percabulan dibiarkan merajalela bahkan sampai merasuki upacara keagamaan (ayat 7b-8). Hal ini membuat Israel sama melakukan dosa bangsa kafir yang menjadikan kesuburan menjadi objek ibadah. Ketiga, menyembah kekuatan alam berarti melupakan Allah sumber hidup dan segala keberhasilan (ayat 9-10). Keempat, semua dosa itu memuncak dalam kebebalan rohani. Tidak lagi ada keinginan untuk mendengarkan firman. Para nabi disuruh bungkam (ayat 11). Allah tidak akan membuat perkecualian apabila umat-Nya sendiri berbuat dosa. Allah tidak menggunakan standar ganda. Justru keberadaan sebagai umat harus membuat Israel berjuang agar sifat- sifat dan kehadiran Allah tampak dalam seluruh kehidupan mereka. Begitu pun kini, justru di tengah kondisi masyarakat yang semakin anarkis dan bebal rohani orang Kristen harus memiliki cap kehadiran dan kemuliaan Allah di dalam tingkah lakunya sehari- hari. Renungkan: Apa istimewanya berbagai kebangunan dan penyegaran rohani, apabila Kekristenan tidak gigih menegakkan kebenaran dan kekudusan dalam masyarakat mulai dari diri sendiri? |
| (0.20503255555556) | (Mat 26:26) |
(sh: Yesus memaknai Paskah secara baru (Kamis, 17 Maret 2005)) Yesus memaknai Paskah secara baruYesus memaknai Paskah secara baru
Dalam kisah ini Yesus dan para murid-Nya pun merayakan Paskah. Akan tetapi, dari pemaparan rinci yang penulis Injil Matius lakukan dalam perikop ini terdapat unsur-unsur yang membedakannya dari Paskah Perjanjian Lama. Tuhan Yesus tidak memfokuskan Paskah pada tindakan pembebasan dari Allah dalam Perjanjian Lama, tetapi pada tindakan pembebasan yang akan dilakukan Tuhan Yesus melalui kematian-Nya. Dalam perjamuan akhir bersama murid-murid-Nya, Ia menyebut roti itu sebagai tubuh-Nya (ayat 26) dan anggur itu sebagai darah-Nya (ayat 27-28). Pembebasan yang akan dikerjakan Tuhan Yesus itu adalah pembebasan yang membuat orang lepas dari kuasa dan konsekuensi dosa (ayat 28). Hanya orang yang sudah menerima arti Paskah baru ini yang akan ambil bagian dalam perjamuan kekal dengan Yesus dan Allah kelak (ayat 29). Tindakan Yesus ini menciptakan makna dan tradisi baru yaitu perayaan Paskah dan Perjamuan Kudus. Sekarang kita merayakan Paskah sebagai peringatan kemenangan Yesus yang melalui kematian-Nya telah melepaskan kita dari belenggu dosa dan hukuman terhadap dosa. Setiap kali kita berpartisipasi dalam Perjamuan Kudus, kita mensyukuri tindakan penyelamatan dari Yesus, menegaskan jati diri kita sebagai bagian dari umat yang telah ditebus Allah, dan menyiapkan diri kita menyambut kedatangan-Nya kedua kali kelak. Doaku: Tuhan, terima kasih Engkau telah menebusku dari dosa dengan mengurbankan tubuh dan darah-Mu sendiri. Tolong aku melihat makna hidupku dan menjalaninya dalam terang pengurbanan-Mu. Amin. |
| (0.20503255555556) | (Mrk 2:13) |
(sh: Membenci dosa, mengasihi orang berdosa (Senin, 20 Januari 2003)) Membenci dosa, mengasihi orang berdosaMembenci dosa, mengasihi orang berdosa. Yesus terus mengajar orang banyak. Namun, tampaknya Markus tidak begitu tertarik untuk melaporkan isi pengajaran-Nya (ayat 13). Markus lebih memfokuskan narasinya pada dampak yang dihasilkan atau respons orang terhadap perbuatan Yesus. Di dalam narasi ini, terungkap dua bentuk perbuatan Yesus. Pertama, Yesus memanggil seorang pemungut cukai (ayat 14) yang bernama Lewi. Apakah Lewi ini adalah Matius? Tidak dapat dipastikan. Namun, akhir-akhir ini banyak pakar berpendapat bahwa Lewi dan Matius adalah dua orang yang berbeda. Jika murid-murid yang dipanggil Yesus dalam 1:16-20 segera meninggalkan pekerjaan mereka, maka Lewi hanya dikatakan 'bangkit dan mengikut Dia' (ayat 14). Namun, respons yang diberikan sama, yaitu ketika mendengar panggilan Yesus, Lewi segera mengikut-Nya, meninggalkan profesinya sebagai pemungut cukai. Kesegeraan respons Lewi memberi indikasi bahwa Lewi telah mengenal Yesus sebelumnya. Kedua, Yesus makan bersama dengan orang-orang berdosa (ayat 15). Lewi sekarang memiliki status baru yaitu sebagai pengikut Yesus. Lewi bersukacita. Ia lantas mengekspresikan sukacita ini dalam sebuah perayaan. Bahkan setiap kali Lewi mengingat perayaan tersebut, sukacita yang mendasari perayaan tersebut pun teringat kembali. Kita mempelajari tentang makna perayaan yang memiliki dua fungsi. Pertama, fungsi sosial, yaitu sebagai sarana untuk bersekutu dan berbagi dengan teman-teman. Kedua, fungsi historis, sebagai peringatan. Ketika kita sedih dan kecewa, maka dengan mengenang kembali peringatan sukacita tersebut, kita mengingat kembali kebaikan Allah pada kita. Memang hidup dalam persekutuan dengan Allah di dalam Yesus Kristus adalah suatu perayaan. Renungkan: Membenci dosa dan membenci orang berdosa adalah dua hal yang berbeda. Kita harus seperti Yesus, membenci dosa, tetapi mengasihi orang berdosa. |
| (0.20503255555556) | (Luk 1:67) |
(sh: Allah melawat umat-Nya (Sabtu, 27 Desember 2003)) Allah melawat umat-NyaAllah melawat umat-Nya. Pernahkah kita berpikir secara serius bahwa Allah yang Mahatinggi, Mahakudus, Mahamulia itu melawat umat-Nya? Jika kita melihat keberadaan kita di hadapan Allah, rasanya mustahil mengharapkan Allah melawat kita. Tetapi, dalam nyanyian Zakharia ini kita melihat paling sedikit dua hal penting tentang alasan mengapa Allah melawat umat-Nya. Pertama, lawatan Allah menyelamatkan umat-Nya memang merupakan rencana Allah sejak awal oleh karena kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya dengan Abraham, nenek moyang Israel (ayat 68-75). Kedua, sekarang lawatan itu berkembang luas, tidak lagi menjadi milik satu bangsa, tetapi sudah melampaui batasan bangsa dan berkat-berkat jasmaniah, karena yang dijanjikan-Nya adalah pengampunan dosa, kelepasan dari naungan maut dan anugerah untuk menikmati damai sejahtera-Nya (ayat 77-79). Supaya lawatan yang sekarang itu tercapai, Yohanes dibangkitkan untuk mempersiapkan jalan bagi Tuhan yang akan datang melawat (ayat 76). Yohanes akan disebut sebagai nabi Allah yang Mahatinggi karena pemberitaan-pemberitaan pertobatannya yang menyadarkan umat akan dosa-dosa mereka dan mengarahkan kepada kebutuhan pengampunan dosa, supaya mereka dilepaskan dari ikatan kegelapan dan dituntun kepada kehidupan yang berdamai dengan Allah. Jadi lawatan Allah akan disambut dengan pertobatan sejati, yang akhirnya dilanjutkan dengan ibadah sejati. Betapa indahnya, jika kita menjadi seperti yang Yohanes maksudkan dalam pemberitaan-pemberitannya. Kita tidak hanya akan menjadi pendahulu dan penyiap jalan bagi Tuhan untuk melawat umat manusia, tetapi kita menjadi alat Allah untuk mewartakan Injil. Renungkan: Hidup yang berguna adalah bila kita boleh dipakai Allah sebagai tim pendahulunya sebelum lawatan Allah itu tiba. Allah memakai orang-orang yang menyiapkan sesamanya agar siap menyambut lawatan Allah. |
| (0.20503255555556) | (Luk 24:36) |
(sh: Tugas pengikut Yesus (Selasa, 13 April 2004)) Tugas pengikut YesusTugas pengikut Yesus. Ketika murid-murid sedang mendiskusikan berita kebangkitan Yesus, tiba-tiba Yesus berada di tengah-tengah mereka (ayat 36). Sulit bagi mereka menerima kenyataan bahwa Yesus yang telah bangkit berada di depan mereka. Yesus pun menegaskan bahwa diri-Nya bukan hantu (ayat 39). Untuk membuktikannya Yesus meminta makanan dan memakannya (ayat 43). Yesus kemudian membimbing mereka ke dalam Kitab Suci dan mendorong mereka untuk membaca Kitab Suci dari sudut pandang Yesus karena Yesus adalah kunci untuk membuka kesaksian kitab suci. Namun ada satu kesaksian Kitab Suci yang belum lagi digenapi secara penuh yakni bahwa berita pengampunan dosa telah berlaku bagi segala suku bangsa (ayat 47). Untuk menjadikan berita ini digenapi, para murid diberi tugas untuk melakukannya (ayat 48). Berita kebangkitan Yesus bukan berita yang harus dirahasiakan atau disembunyikan melainkan haruslah disaksikan ke seluruh suku bangsa. Kebangkitan Yesus tidak hanya mensahkan fakta bahwa pengampunan dosa berlaku bagi semua suku bangsa, tetapi juga mengarahkan umat percaya pada pertobatan. Dosa tidak lagi menjadi penghalang persekutuan manusia dan Allah. Kebangkitan Yesus menjadi bukti bahwa utang dosa telah dibayar lunas oleh Yesus. Inilah tugas semua murid Yesus. Namun Yesus tidak hanya sekadar memberi tugas. Kepada saksi-saksi itu diberi-Nya kuasa Roh Kudus. Murid-murid harus menunggu di Yerusalem untuk menantikan datangnya Roh Kudus. Yesus akan mengutus Roh Kudus kepada murid-murid (ayat 49). Pencurahan Roh Kudus digenapi dalam Kisah Para Rasul 2. Dengan taat murid-murid menanti di Yerusalem datangnya Roh Kudus, sesuai dengan yang dijanjikan oleh Yesus Kristus (ayat 52). Renungkan: Kebangkitan Yesus membawa pengharapan dan sukacita di hati orang percaya untuk pergi dengan kuasa Roh memberitakan kabar baik itu kepada orang lain. |
| (0.20503255555556) | (Yoh 8:1) |
(sh: Upaya menjebak Yesus gagal (Rabu, 16 Januari 2002)) Upaya menjebak Yesus gagalUpaya menjebak Yesus gagal. Pemimpin-pemimpin agama tetap menolak untuk percaya kepada Yesus. Tetapi, mereka tidak punya alasan yang kuat untuk menyingkirkan Yesus. Ketika mereka menangkap basah pasangan yang berzinah, mereka segera membawa perempuannya. Tidak dapat dipastikan apakah perempuan ini sudah bersuami atau belum. Kita juga tidak diberi tahu mengapa mereka tidak membawa laki-lakinya. Tetapi, dari ayat 6, jelas sekali bahwa tujuan pemimpin-pemimpin agama bukanlah untuk menghukum pasangan yang berzinah ini, melainkan untuk menjebak Tuhan Yesus. Mengapa? Jika Yesus menolak untuk melempari perempuan ini dengan batu, maka pemimpin agama dapat menuduh Yesus menentang hukum Musa. Dengan demikian, mereka dapat membawa Yesus ke pengadilan agama Yahudi. Sebaliknya jika Yesus setuju agar perempuan ini dilempari dengan batu hingga mati, maka mereka akan membawanya ke hadapan pemerintah Romawi. Bangsa Yahudi sebagai jajahan Romawi tidak berhak menghukum mati manusia. Hak ini hanya ada pada pemerintah Romawi. Jebakan seperti ini mirip dengan yang dicatat dalam Markus 12:13-17. Bagaimana Tuhan Yesus harus menjawab mereka? Ia mengatakan perempuan ini boleh dilempari batu oleh orang-orang yang tidak berdosa (ayat 7). Tuhan Yesus tidak bermaksud bahwa hakim-hakim yang mengadili di pengadilan harus tanpa dosa. Bila prinsip ini diterapkan maka tidak ada yang dapat menjadi hakim. Tuhan Yesus mengatakan pernyataan yang keras ini karena Ia menuntut agar mereka yang hendak melempari perempuan ini dengan batu jangan pernah terlibat dalam dosa seksual. Mendengar tuntutan ini, mereka yang menuduh perempuan itu pulang meninggalkan perempuan tersebut sebagai tertuduh. Dalam narasi ini kita mendapatkan dua pelajaran penting. Pertama, semua manusia berdosa, tidak terkecuali bangsa Yahudi yang menganggap diri sebagai umat pilihan Allah. Kedua, Yesus sama sekali tidak berdosa. Ia tidak meremehkan dosa perempuan itu, melainkan Ia memberikan kesempatan kedua kepada perempuan itu. Yesus yang tanpa dosa menampakkan diri sebagai orang yang penuh rahmat dan anugerah. Renungkan: Jangan sia-siakan jika Tuhan Yesus memberikan kesempatan kedua bagi kita. Segeralah bertobat. |
| (0.20503255555556) | (Yoh 9:1) |
(sh: Yesus menjawab masalah penderitaan (Minggu, 20 Januari 2002)) Yesus menjawab masalah penderitaanYesus menjawab masalah penderitaan. Tuhan Yesus dan murid-murid melihat orang buta sejak lahirnya. Masyarakat melihat bahwa orang ini menjadi buta karena dosa (ayat 2-4). Masyarakat menganggap bahwa penderitaan adalah akibat dosa. Ini bisa benar. Namun, penderitaan dapat juga tidak ada hubungannya dengan dosa. Kedua hal ini merupakan ajaran Kitab Suci. Tuhan Yesus melihat penderitaan yang dialami oleh orang buta ini bukanlah disebabkan oleh dosa. Tuhan Yesus melihat rencana yang lebih besar. Penderitaan orang buta sejak lahir akan menjadi sarana untuk menyatakan pekerjaan Allah (ayat 3). Maka, Yesus meludah ke tanah, dan adukan tanah bercampur ludah disapukan pada mata orang buta (ayat 6). Lalu Tuhan Yesus memerintahkan orang buta ini pergi ke kolam Siloam untuk membersihkannya (ayat 7). Jelas bukan air kolam Siloam yang mencelikkan mata orang buta ini, melainkan perkataan Tuhan Yesus. Ini menunjukkan bahwa Yesus adalah Allah. Ketika matanya dicelikkan, orang buta ini segera pulang ke rumahnya (ayat 7). Kelihatannya ia lupa mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus yang telah menyembuhkannya. Mungkin ia terlalu takjub melihat bentuk orang, matahari, rumah, dsb. yang belum pernah dilihatnya. Ketika tiba di rumahnya, tetangga-tetangganya bukannya memberinya suatu pesta ucapan syukur, malah meragukannya (ayat 8-9). Bahkan mereka membawanya ke hadapan para pemimpin agama karena peristiwa celik matanya terjadi pada hari Sabat (ayat 13,14). Renungkan: Yesus menghentikan rantai masalah penderitaan dengan memasukkannya ke dalam konteks rencana Allah yang agung. Namun, mengalami pekerjaan Allah tidak secara otomatis membawa orang kepada iman dalam Yesus. Tetapi, iman kepada Yesus akan membawa orang untuk mengalami pekerjaan Allah. |
| (0.20503255555556) | (1Kor 6:9) |
(sh: Tubuh untuk kemuliaan Tuhan (Selasa, 9 September 2003)) Tubuh untuk kemuliaan TuhanTubuh untuk kemuliaan Tuhan. Paulus mengingatkan jemaat Korintus, bahwa dahulu mereka memang berdosa, tetapi sekarang mereka telah dikuduskan dan dibenarkan dalam Yesus Kristus melalui baptisan. Konsekuensi dari perubahan status itu adalah: [1] mereka harus meninggalkan dosa-dosanya yang dahulu; [2] mereka tidak lagi bebas melakukan segala hal yang dilakukan oleh komunitas di luar kekristenan. Standar yang baru ini bukan mempermasalahkan halal atau haram, tetapi apakah yang mereka lakukan itu berguna bagi dirinya dan memuliakan Tuhan (ayat 20)? Peringatan ini diberikan agar kita tidak memberikan diri untuk diperhamba oleh apa pun. Yesus Kristus telah mati untuk menebus orang-orang yang percaya kepada-Nya secara utuh. Itu sebabnya orang percaya tidak dapat menyerahkan tubuh -- yang sudah menjadi milik Kristus -- kepada percabulan. Ada kecenderungan dalam pemikiran jemaat bahwa dorongan seksual itu dapat disamakan dengan keinginan untuk makan. Jadi jika dorongan untuk makan dituruti, seperti itu pulalah aktivitas seks. Masalahnya, jika dorongan seksual itu dituruti, kemungkinan bisa diikuti oleh percabulan. Percabulan bukanlah semata-mata hubungan fisik, namun juga melibatkan penyerahan diri secara total. Seluruh tubuh dan jiwa yang sudah menjadi milik Kristus menjadi milik dosa karena sudah diikat atau dijadikan satu dengan pelacur. Ketaatan kepada peraturan seringkali dianggap sebagai "belenggu" yang membatasi dan mengekang gerak langkah kita. Namun sebenarnya dengan mengekang tubuh dari dosa percabulan, kita justru dibebaskan dari perhambaan seks. Hasilnya adalah pembebasan tubuh dari perbudakan dosa. Dengan tubuh yang bebas, kita dapat menggunakannya untuk memuliakan Tuhan. Renungkan: Tubuh kita ini adalah bait Roh Kudus. Selayaknya kita mengabdikan seluruh tubuh kita untuk memuliakan Tuhan. |
| (0.20503255555556) | (1Kor 7:1) |
(sh: Kehendak Allah atas pernikahan (Selasa, 30 April 2013)) Kehendak Allah atas pernikahanJudul: Kehendak Allah atas pernikahan Lalu bagaimana bila orang tidak menikah? Walaupun orang yang menikah berharap seandainya tidak menikah atau orang yang tidak menikah berharap menikah, Paulus menegaskan bahwa keduanya merupakan karunia Allah (7-9). Begitu pun bila orang yang menikah merasa lebih beruntung dari orang yang tidak menikah atau yang tidak menikah merasa lebih beruntung dari orang yang menikah, harus dipahami bahwa masing-masing status merupakan karunia Allah. Isu selanjutnya adalah perceraian. Sepasang suami istri Kristen tidak boleh bercerai karena alasan apa pun (12-13). Jika terjadi perpisahan, mereka tidak boleh menikah lagi dengan orang lain. Yang boleh dilakukan hanyalah mengadakan rekonsiliasi dengan pasangan mereka sebelumnya. Nas ini memperlihatkan kepada kita bahwa Allah memandang serius suatu pernikahan, maka begitu pula orang beriman seharusnya. Pernikahan merupakan kesatuan antara seorang pria dan seorang wanita yang bersifat permanen, sehingga tak seorang pun yang berhak memutuskan kesatuan itu. Baik menikah atau melajang menghadirkan manfaat dan berkat masing-masing. Baik menikah atau melajang, kita harus melayani Tuhan dan mencari kemuliaan-Nya. Tidak boleh ada seorang pun yang menyombongkan diri atas statusnya karena semuanya merupakan anugerah Allah. Diskusi renungan ini di Facebook:
|
| (0.20503255555556) | (Ef 2:1) |
(sh: Kedudukan rohani di dalam Kristus (Senin, 3 November 2003)) Kedudukan rohani di dalam KristusKedudukan rohani di dalam Kristus. Setelah menjelaskan kekayaan rohani kita di dalam Kristus, Paulus menjelaskan dua hal: kedudukan rohani jemaat di dalam Kristus dan apa yang Allah perbuat terhadap orang-orang Yahudi dan non Yahudi. Paulus mengungkapkan apa yang telah diperbuat Allah bagi orang berdosa. Ia memaparkan status dan kondisi hidup jemaat Efesus bahkan juga dirinya sebelum menerima Kristus (ayat 3). Paulus ingin agar jemaat makin memahami perbedaan tajam antara akibat dosa dan akibat anugerah. Jemaat yang hidup di luar Kristus memiliki kehidupan rohani yang kosong dan hidup dalam ketidakberdayaan menghadapi dunia. Sebaliknya, jemaat yang hidup di dalam Kristus akan dihidupkan, diperbarui dan dibangkitkan untuk hidup dalam kemuliaan kuasa pemerintahan dan kedaulatan Kristus. Pada bacaan esok,Paulus menjelaskan tentang status dan kondisi orang-orang Yahudi dan non Yahudi yang berseteru, melalui kebangkitan-Nya didamaikan dan dibangun menjadi Bait Allah (ayat 11,22). Keajaiban anugerah Allah telah mengeluarkan kita dari kubangan dosa yang dahsyat dan ditempatkan dalam ruang takhta kemuliaan-Nya. Tepat bila dikatakan bahwa orang yang hidup tanpa Kristus sebenarnya mati. Keberdosaan dan dosa perbuatan mematikan dalam arti mencemarkan hati, menggelapkan pikiran, melumpuhkan kehendak dan akhirnya menjerumuskan orang ke dalam kebinasaan. Hidup dapat berubah radikal hanya oleh dan dalam Kristus. Hanya Dialah yang mampu mengubah seluruh hidup lama kita yang cemar oleh dosa menjadi suatu ciptaan baru berciri kemuliaan ilahi (ayat 10). Renungkan: Allah tidak dapat bekerja di dalam kita tanpa Ia terlebih dahulu bekerja bagi kita dan tanpa kita percaya kepada Anak-Nya. Melalui firman Allah, doa dan penderitaanlah Allah bekerja dalam kita. |
| (0.20503255555556) | (Ibr 7:11) |
(sh: Karena Pelayanan-Nya Sempurna (Kamis, 29 Juni 2023)) Karena Pelayanan-Nya SempurnaPada bacaan sebelumnya, penulis Surat Ibrani telah memberikan argumen awal yang mendukung keunggulan keimaman Yesus atas semua imam besar Yahudi. Pada bacaan hari ini keunggulan itu dijabarkan dengan lebih lengkap. Kesempurnaan tidak dapat dicapai melalui keimaman suku Lewi yang mengikuti aturan Harun (11). Imam-imam Lewi (termasuk imam besar) masih dapat berdosa dan dipenuhi kelemahan (28). Durasi pelayanan mereka terbatas sesuai dengan usia mereka yang terbatas (23). Untuk dapat mencapai kesempurnaan, diperlukan model keimaman yang lain, yang bebas dari dosa dan tidak terbatas waktu. Yesus adalah Imam Besar yang memenuhi aturan Melkisedek (15-16). Ia kudus dan kekal. Karena itu, Ia sanggup menyelamatkan semua orang percaya dari segala zaman (24-25). Firman hari ini mengajak kita merenungkan keterbatasan dari setiap pelayanan manusia. Para hamba Tuhan harus menyadari betapa fana dan terbatasnya pelayanan mereka. Sesungguhnya, tidak ada pendeta, penginjil, penatua, atau diaken yang dapat mencapai standar Allah. Jangan kita merasa hebat! Meski jangkauan pelayanan kita sampai ke level internasional, kemampuan finansial gereja kita kuat, dan pengetahuan kita teruji secara akademis, pelayanan kita tetap mengandung kelemahan dan kekurangan. Kenyataan ini seharusnya membuat semua hamba Tuhan merasa "miskin" di hadapan Allah (Mat. 5:3). Di sisi lain, kebenaran bahwa Kristus adalah Imam Besar di surga melambungkan kepercayaan diri hamba Tuhan. Pelayanan-Nya yang sempurna menutupi pelayanan kita yang tidak sempurna. Meski kita penuh kelemahan dan kekurangan, Tuhan berkenan memakai kita. Meski belum menghasilkan buah, Ia akan terus menguatkan dan memampukan kita. Masihkah kita beralasan untuk bersyukur? Marilah bersyukur untuk setiap pelayanan yang Tuhan percayakan kepada kita. Ini bukan soal hebatnya pelayanan siapa, tetapi hebatnya Tuhan yang berada di balik setiap pelayanan kita. [PHM] |



untuk membuka halaman teks alkitab dalam format PDF. [