Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 8881 - 8900 dari 8950 ayat untuk orang (0.004 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.07) (Mzm 53:1) (sh: Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi (Jumat, 24 Agustus 2001))
Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi

Mari kita melihat potret diri bangsa kita. Betapa buruk bahkan cenderung semakin buruk wajah bangsa kita. Ledakan bom bukan lagi merupakan berita yang terjadi di negara lain yang kita dengar melalui ‘Dunia Dalam Berita’ namun sudah menjadi berita lokal. Koruptor besar bisa bebas secara legal sementara pencuri motor atau ayam mati dibakar massa. Pajak digalakkan untuk menutupi defisit belanja negara karena pemerintah tidak lagi mempunyai wibawa dan kuasa untuk menagih uang yang digelapkan oleh para koruptor besar. Akibatnya rakyat semakin menderita sebab sabun mandi pun sudah menjadi barang mewah.

Proses pembusukan yang terjadi dalam masyarakat merupakan sebuah proses yang wajar selama angggota masyarakatnya tidak mengakui adanya Allah dalam hatinya (ayat 2). Ada yang menarik untuk diperhatikan dalam perkataan pemazmur ‘orang bebal berkata dalam hatinya’. Artinya bisa saja mereka mempunyai kehidupan beribadah secara lahiriah namun jika dalam hatinya mereka menolak Allah, proses pembusukan akan tetap terjadi. Bagi pemazmur itu adalah hal yang wajar sebab memang seluruh umat manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan tidak ada yang mencari Allah (ayat 3-5). Dengan kata lain apa yang dapat diharapkan dari masyarakat jika manusia masih dikuasai oleh dosa?Pemazmur juga mengingatkan kepada kita agar tidak bersikap masa bodoh terhadap proses pembusukan tersebut, sebab cepat atau lambat kita akan menjadi korban kejahatan terstruktur mereka (ayat 5). Namun pemazmur juga mengingatkan kita untuk tidak gentar dan undur dari Allah, sebab Allah tidak akan membiarkan mereka menikmati hasil kejahatannya begitu saja. Bila waktunya tiba Allah akan menghabisi mereka karena mereka bukanlah siapa-siapa di hadapan-Nya. Oleh sebab itu hendaklah umat Allah tetap berharap hanya kepada-Nya (ayat 7).

Renungkan: Kita patut bersyukur bahwa Allah senantiasa akan menyelamatkan umat-Nya. Namun kita pun harus berjuang untuk menghentikan proses pembusukan itu. Satu-satunya antibiotik yang dapat menghentikan proses itu adalah darah Yesus Kristus. Potret diri bangsa kita akan diperbaiki jika pemimpin bangsa kita dibasuh oleh darah Yesus sehingga mereka mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. Itulah tugas kita. Marilah kita bergegas menunaikannya, berpacu dengan waktu.

(0.07) (Mzm 58:1) (sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001))
Allah yang memberi keadilan di bumi

Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.

Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam, atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Kel. 22:28. Dalam hal ini para penguasa berarti mereka yang kedudukannya sama tinggi dengan Allah dan melaksanakan hak menghakimi. Dan pemazmur sedang menelanjangi segala perbuatan mereka (ayat 4-6).

Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat 8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat 8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat 9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12).

Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11).

Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil.

(0.07) (Mzm 81:1) (sh: Pertobatan telinga (Rabu, 31 Oktober 2001))
Pertobatan telinga

Mendengar merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani orang percaya. Iman yang kita miliki dimulai dari mendengar firman Allah (Rm. 10:17). Demikian pula, iman itu dapat disesatkan ataupun dibimbing ke jalan yang benar melalui apa yang kita dengar. Pentingnya mendengar dan dampak dari mendengar inilah yang menjadi penekanan Mazmur 81 ini.

Mazmur ini merupakan seruan bagi bangsa Israel untuk mendengar. Karena mendengar adalah dasar bagi bangsa Israel untuk masuk ke dalam ketetapan Allah dan syarat untuk dapat menghayati perjanjian antara Allah dengan mereka (ayat 6b-11). Sejarah perjanjian antara Allah dengan mereka diawali dengan perintah untuk mendengar (Ul. 6:4), tetapi di sepanjang sejarah Israel secara berulang-ulang terjadi penolakan untuk mendengar (ayat 12). Bagi bangsa Israel, menolak untuk mendengarkan Tuhan adalah sama dengan menolak kuasa Tuhan, dan itu berarti menolak keselamatan yang Tuhan berikan bagi mereka (ayat 13-17).

Mazmur ini merupakan bukti kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan bagi mereka, sehingga Ia terus-menerus memanggil mereka untuk mendengar (ayat 9, 12, 14). Ini merupakan seruan keprihatinan Tuhan yang sangat mendesak. Tuhan tidak ingin umat-Nya terus- menerus berada dalam kesesatan karena menolak untuk mendengarkan Tuhan, dengan menyediakan telinganya bagi suara-suara lain yang mengacaukan, membelenggu, dan menjebak mereka ke dalam perangkap perbudakan (ayat 12-13). Dia mengajak umat-Nya bergerak maju bersama-Nya menuju hidup yang baru (ayat 14-17). Yang diperlukan untuk pemulihan ini hanya suatu ketaatan untuk mendengar.

Hidup baru buah pertobatan telinga ini akan berdampak pada pembaharuan sukacita umat-Nya untuk memuji (ayat 2-6a), perombakan komunitas yang rusak menjadi komunitas yang mempraktikkan keadilan dan terbebas dari tekanan (ayat 15-16), dan pemulihan kondisi ekonomi mereka sehingga tidak lagi mengalami kekurangan (ayat 17).

Renungkan: Pemulihan hidup diawali dengan pertobatan telinga. Sudahkah telinga Anda dipertajam oleh kebenaran sehingga dapat membedakan antara firman Tuhan dengan suara-suara lain yang menyesatkan? Bagaimanakah Anda berkomitmen pada kebenaran dan mempertajam telinga Anda bagi kebenaran?

(0.07) (Mzm 93:1) (sh: Pemerintahan Allah menegakkan bumi (Senin, 8 April 2002))
Pemerintahan Allah menegakkan bumi

Mempercayai sepenuh hati dan mengakui melalui kata serta perbuatan bahwa Tuhan memegang kendali atas dunia ini, bukanlah perkara yang mudah. Dengan fakta bahwa dunia ini semakin gelap dan penuh kejahatan yang mengguncangkan hidup, boleh jadi ucapan- ucapan iman tentang kekuasaan Allah yang kekal tinggal slogan kosong saja. Mazmur-mazmur penobatan raja dalam pasal 93-99 (kecuali ps. 94), menolong kita untuk memantapkan penglihatan iman kita tentang pemerintahan Allah atas segala sesuatu.

Drama yang digambarkan secara puitis dalam Mazmur ini mungkin mengacu pada peristiwa ketika Allah menjinakkan Laut Merah dan membuat Israel melintasi dasar laut yang telah kering (ayat 3). Bisa jadi juga hal itu mengacu pada kepercayaan bahwa laut dengan gelombang ombaknya yang dahsyat melambangkan kekuatan yang mengacaukan dan mengancam kehidupan di bumi. Gambaran mana pun yang dimaksud pemazmur, yang jelas adalah bahwa Allah dilukiskan sebagai raja pahlawan. Mazmur ini menegaskan beberapa hal penting tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja (ayat 1). Sebagai Raja, Allah memakai jubah kemuliaan. Tentunya “jubah” di sini adalah sesuatu yang simbolis menunjuk pada hal-hal yang tampak oleh kita yang menyatakan kemuliaan Allah. Sesungguhnya segenap isi alam semesta ini menampakkan kemuliaan Allah tersebut. Kedua, Allah berikatpinggangkan kekuatan. Ikat pinggang dipakai pada waktu orang maju berperang. Pemazmur ingin mengatakan bahwa bagaimana pun kondisi dunia dan sedahsyat apa pun perlawanan dewa-dewa Kanaan (digambarkan sebagai gelora lautan), Allah tetap mengendalikan dunia ini. Itulah dasar untuk percaya bahwa bumi ini tetap tegak. Ini adalah pernyataan iman yang tidak saja melihat ke belakang, tetapi juga ke masa kini dan masa depan dengan penuh pengharapan.

Dengan tujuan mengakarkan keyakinan ini dalam-dalam, pemazmur mengakhiri mazmur penobatan ini dengan pengajaran. Hal ini serupa dengan yang dibuat dalam Mazmur 19. Perenungan tentang perbuatan Allah berpuncak pada ajaran Firman tentang Allah.

Renungkan: Bila situasi dunia ini membuat kita meragukan pemerintahan Allah, lihatlah keajaiban-keajaiban perbuatan tangan-Nya dalam alam dan sejarah, dan renungkanlah firman-Nya dalam Alkitab.

(0.07) (Mzm 95:1) (sh: Waktu untuk Tuhan? (Minggu, 8 November 1998))
Waktu untuk Tuhan?

Pemazmur memaparkan kepada umat Tuhan bahwa undangan beribadah Allah mungkin sekali ditujukan kepada umat yang telah undur dari pertemuan-pertemuan ibadah. Mengapa? Disadari bahwa kadang-kadang kehidupan rutin telah menyita banyak waktu kita, sehingga bila Ahad tiba, kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya untuk menyegarkan pikiran yang jenuh, jiwa yang lusuh dan tubuh yang lesu. Berlibur bersama keluarga, mancing, tidur-tiduran di rumah, dlsb. Atau mungkin juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan kepentingan bisnis yang tertunda. Begitu banyaknya kegiatan hingga tak ada jeda waktu mendengarkan suara Tuhan. Hubungan dengan Tuhan tidak lagi menjadi prioritas, bukan lagi yang utama. Jelas sekali hari ini umat dibawa kembali kepada keadaan semula bahwa semua itu ada karena Allah. Tak ada alasan untuk umat tidak datang beribadah kepada Tuhan dan bersyukur kepada-Nya! Umat diingatkan oleh Pemazmur untuk melihat dan menghayati karya-karya besar Allah: penciptaan dan pemeliharaan-Nya sebagai pendorong untuk bersyukur kepada-Nya.

Undangan beribadah. Suara Tuhan mengundang umat untuk bertobat, kembali ke dalam pelukan kasih pengampunan-Nya, ke jalan yang lebih utama yaitu jalan kebenaran-Nya, ke kuasa pengudusan-Nya. Marilah... masuklah...! Allah mengajak umat beribadah di hari perhentian-Nya. Beribadah dalam suasana sukacita yang dipenuhi ucapan syukur, menyembah dalam gegap gemerincing suara alat musik dan sorak sorai nyanyian umat. Undangan ini berlaku untuk semua orang yang menerima undangan dan mau datang menyembah Allah sang Pencipta yang menciptakan seluruh jagad raya ini (ayat 1-5).

Pentingnya mendengar. Peringatan keras bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Ketaatan dan respons kita dalam mendengarkan dan melakukan firman Tuhan menjadi faktor penentu masa depan apakah kita akan menikmati berkat Tuhan atau tidak. Ketidaktaatan, kepongahan dan kekerasan hati bangsa Israel menjadi contoh bagi kita. Mazmur ini juga memberikan satu pola beribadah: nyanyian, ucapan syukur, puji-pujian, doa, menyembah dengan bersuara maupun dalam keheningan, dan tidak kurang pentingnya adalah firman Tuhan, yaitu saat bagi kita merendahkan diri dan terbuka terhadap firman-Nya, serta mempersilahkan Allah berbicara menyatakan kehendak kepada kita.

Renungkan: Selama ini bagaimanakah cara saya beribadah dan terbuka pada suara Allah?

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk mampu menyediakan waktu bagi Engkau.

(0.07) (Mzm 101:1) (sh: Menjadi pemimpin berintegritas (Selasa, 16 April 2002))
Menjadi pemimpin berintegritas

Agak susah menetapkan kapan tepatnya mazmur ini ditulis. Bila melihat petunjuk di ayat 1, kita beroleh petunjuk bahwa mazmur ini berisi tekad untuk mengembangkan kepemimpinan berintegritas (ayat 1-3), menolak perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Allah (ayat 4-8), dan berisikan pertanyaan “bilakah Engkau datang kepadaku?” Bagian pertanyaan ini penting sebab merupakan petunjuk bahwa tekad sang raja atau pemimpin itu dibuat dalam rangka mengharapkan Allah tidak lebih lama lagi jauh darinya dan dari umat Tuhan. Dengan demikian, kemungkinan besar mazmur tekad dan permohonan ini dinaikkan pada masa pembangunan kembali Israel dari pembuangan, dengan integritas kepemimpinan menuruti model Daud.

Sang pemimpin mengutarakan tekadnya untuk mulai membangun kembali umat Tuhan dengan melakukan apa yang tak bercacat dan yang menjadi kepujian bagi Allah. Perbuatan memuji Allah dan kehidupan yang tak bercela harus bersumber dari hati yang tulus tak bercela (ayat 1-2b). Tidak kurang dari kesesuaian perbuatan dengan kecenderungan hati adalah integritas hidup pemimpin yang berkenan di hati Allah. Memang tidak mungkin memiliki kesukaan memuji Allah tanpa sungguh mengalami dan mengenal Allah dengan akrab. Kehidupan tak bercacat di hadapan Allah inilah yang dimaksud dengan integritas hidup. Dalam bagian berikutnya, hal tersebut dijabarkan dalam tujuh hal negatif yang ingin dihindari sang pemimpin. Angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan. Berarti tekadnya bulat untuk sepenuhnya menolak dosa dalam segala bentuknya. Ketujuh hal tersebut melibatkan tiga kegiatan dan kapasitas dalam dirinya: melihat, mengucap, dan melakukan hal yang tidak benar (ayat 4-7). Hal-hal yang ingin dihindarinya itu tidak saja mencakup berbagai kelakuan yang tampak secara jasmani, tetapi berkait lebih dalam dengan sikap hati (ayat 4). Ungkapan puncak integritas pemimpin ini dinyatakannya dalam keinginan melenyapkan semua orang jahat, suatu niat yang sebenarnya hanya merupakan hak Allah. Mengatakan demikian berarti sang pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah wakil Allah yang harus bertindak serasi dengan keadilan dan kebenaran Allah, tanpa kompromi.

Renungkan: Hendaknya tekad untuk hidup serasi dengan kasih, keadilan, integritas Ilahi menjadi ciri semua kita pengikut Kristus.

(0.07) (Mzm 104:1) (sh: Menikmati alam, memuji Allah (Jumat, 19 April 2002))
Menikmati alam, memuji Allah

Bersama Mazmur 103, mazmur ini memuji Allah karena perbuatan- perbuatan-Nya. Mazmur 103 mengagungkan kasih dan kemurahan Allah yang membuat manusia beroleh perkenanan-Nya (ayat 4,8,11,13,17). Mazmur 104 mengagungkan perbuatan-perbuatan Allah yang menyebabkan segenap alam berjalan teratur menuruti ekosistem yang rumit, namun serasi. Dengan demikian, kedua mazmur ini mengingatkan bahwa karya penyelamatan Allah tidak boleh diceraikan dari karya penciptaan Allah dalam alam semesta. Bahkan karya penyelamatan Allah untuk umat-Nya harus dilihat dalam rangka Allah ingin memakai umat-Nya untuk memelihara keutuhan segenap ciptaan-Nya.

Kata kunci dalam mazmur ini adalah “perbuatan”/ ”membuat” (ayat 4,13,24ab,31). Apabila kita mengikuti gerak pemazmur menjelajahi perbuatan-perbuatan Allah dalam alam ini, kita mendapatkan kesan sekilas bahwa mazmur ini tidak beraturan. Perhatian pemazmur seolah melompat-lompat dari langit (ayat 2-4) ke bumi (ayat 5-6), ke air (ayat 7-10), ke binatang liar (ayat 11), ke burung-burung (ayat 12), ke bumi kembali (ayat 13), ke tanaman (ayat 14-15), ke pohon-pohon (ayat 16), ke burung-burung (ayat 17), ke binatang liar (ayat 18), ke benda-benda langit (ayat 19-20a), ke binatang liar (ayat 20b-22), ke manusia kembali (ayat 23). Bandingkan gerak tak menentu ini dengan ketika Anda memandang hamparan pemandangan indah atau ketika seorang anak pada hari ulang tahunnya menerima setumpuk hadiah. Bukan lompatan perhatian tak menentu, tetapi tarian perhatian karena luapan kekaguman luar biasa.

Semua keindahan dan kemegahan dalam alam adalah lambang dari keagungan diri Allah. Keteraturan alam adalah ungkapan dari kuasa dan kebaikan Allah. Bila bait Allah adalah buatan tangan manusia untuk melukiskan kehadiran Allah, seluruh alam semesta ini adalah buatan tangan Allah sendiri yang menjadi bait kudus bagi-Nya. Pemahaman ini menghasilkan keyakinan iman yang berbeda radikal dari kepercayaan lain. Di tangan para ilah, bumi terguncang (ayat 82:5); tetapi di tangan Allah seluruh alam semesta dari tubir terdalam sampai langit tertinggi terpelihara teguh.

Renungkan: Bagi orang Kristen, kepekaan akan tanggung jawab ekologis dimulai dari mensyukuri setiap kebaikan dan keindahan Tuhan dalam alam semesta.

(0.07) (Mzm 105:16) (sh: Pujian dan ketaatan (ayat 2) (Senin, 22 April 2002))
Pujian dan ketaatan (ayat 2)

Kebesaran hikmat, kuasa, dan kasih Allah jauh melampaui baik pertimbangan manusia memahaminya maupun kelayakan manusia menerimanya. Kisah bagaimana Yusuf menjadi besar, menjadi penyelamat keluarganya dan bahkan dunia waktu itu, adalah bukti tentang kebesaran Allah tersebut (ayat 16-22). Kisah Yusuf ini lebih tepat disarikan sebagai kisah Allah membentuk dan menyiapkannya menjadi orang yang berperanan besar dalam sejarah umat dan dunia waktu itu melalui berbagai penderitaan dan ujian yang harus Yusuf lalui.

Untuk Israel pada umumnya, kisah terbesar dan terpenting bagi mereka sebagai umat adalah kisah Keluaran (ayat 26-38). Seperti halnya kisah Yusuf, kisah Keluaran pun bisa dilihat dari sisi manusia atau dari sisi Allah. Dari sisi manusia, hanya sedikit unsur heroik dapat kita jumpai baik dari tokoh para pemimpinnya maupun dari perilaku seluruh umat. Di balik latar depan kelemahan manusia itu, tampak jelas kasih, kesetiaan, hikmat, dan kuasa Allah yang mematahkan kekuatan perbudakan Mesir atas Israel, mempermalukan kepercayaan kafir Mesir kepada dewa-dewi mereka, memimpin, memelihara, dan mengajar Israel secara melimpah mulai dari keluar dari Mesir sampai mereka memasuki tanah perjanjian (ayat 26-42).

Yang indah dari kisah Keluaran bukan saja bahwa Allah mengalahkan rintangan-rintangan yang harus Israel alami, juga bukan saja Allah memelihara mereka dengan makanan dan minuman. Yang indah dan paling penting dari semua kejadian dalam kisah Keluaran itu adalah bahwa Allah sendiri hadir menyertai umat-Nya (ayat 39). Walau hal tersebut hanya disebut dalam satu ayat, maksud pemazmur jelas adalah menunjukkan seluruh penyertaan Allah sejak dari awal mereka keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan. Kehadiran Allah adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Melalui kehadiran-Nya, agama atau iman tidak merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi konkret. Kehadiran-Nya tidak saja menjamin pemeliharaan atas kebutuhan, tetapi lebih dari itu menunjukkan bahwa Allah perjanjian sungguh adalah Allah dalam relasi dengan umat-Nya.

Renungkan: Tidak cukup hanya menghitung berkat Allah dalam hidup ini. Penting untuk hidup ibadah kita, mengenali dan merindukan kehadiran Allah secara nyata.

(0.07) (Mzm 106:24) (sh: emurahan kekal Allah (ayat 2) (Rabu, 24 April 2002))
emurahan kekal Allah (ayat 2)

Mulai bagian ini, pemazmur merenungkan beberapa pemberontakan yang telah Israel buat yang mempengaruhi perjalanan sejarah mereka seterusnya. Yang pertama diakuinya adalah dosa pemberontakan karena pengaruh sepuluh mata-mata yang tidak beriman (ayat 24-27, bdk. Bil. 14:1-25). Ketakutan dan gerutu mereka membuat Allah memutuskan untuk tidak membawa generasi itu masuk ke tanah perjanjian. Ketakutan dan sungutan tidak lain adalah kenyataan bahwa mereka tidak beriman, dan tanpa iman tak seorang pun dapat mengalami berkat-berkat Tuhan. Meski demikian, seperti halnya dalam peristiwa lembu emas, peristiwa ini pun diakhiri dengan permohonan Musa agar Allah mengampuni mereka berdasarkan kasih setia Allah. Pemazmur melihat juga persamaan antara ketidakberimanan dan akibatnya yang fatal saat itu dengan situasi zaman pembuangan (ayat 27).

Dosa lain akibat ketidakberimanan Israel ialah kemurtadan menyembah Baal sebab terjerat tipu daya Bileam (Bil. 25:1-13). Dosa itu sedemikian parah sebab bukan sekadar menyembah berhala, tetapi menurut mazmur ini mereka terlibat di dalam upacara penyembahan arwah-arwah pada waktu upacara penguburan. Padahal, firman Tuhan secara tegas melarang baik penyembahan berhala maupun arwah-arwah orang mati (Kel. 20:3-6, Ul. 18:11). Tidak hanya sekali ini mereka menyembah berhala. Bahkan setelah masuk tanah perjanjian pun dosa sinkretisme dan penyembahan berhala mereka lakukan ulang (ayat 34-39, bdk. Bil. 33:50-56), bahkan sampai mengurbankan anak (ayat 37-39). Dosa penyembahan berhala disebut sebagai perzinahan dan membuat umat menjadi najis di hadapan Tuhan (ayat 39), seperti perbuatan melacurkan diri di luar hubungan nikah yang sah. Problem umat Tuhan bukan terutama pada tekanan-tekanan dari luar, tetapi pada ketidaksetiaan di dalam diri mereka sendiri. Mengapa Israel tidak punah akibat hukuman-hukuman Tuhan melalui tekanan dari luar itu? Sebab Tuhan yang menghajar mereka setia kepada janji-janji-Nya dan berkemurahan kekal.

Renungkan: Masalah dosa amat kompleks, mencakup kecenderungan jahat, kenajisan, dan hukuman yang diakibatkannya. Yesus yang bangkit tidak saja menjanjikan pengampunan dosa, tetapi juga pembaruan hidup.

(0.07) (Mzm 110:1) (sh: Pengharapan mesianis (Senin, 29 April 2002))
Pengharapan mesianis

Yaitu kerinduan datangnya seorang tokoh yang diutus Allah untuk mendirikan kerajaan kebenaran-Nya di bumi, sudah berkembang sejak era pembuangan. Tokoh-tokoh seperti Musa, Harun, dan Daud menjadi model bagi sang mesias, yang diharapkan akan mengemban fungsi nabi, imam, dan raja secara sempurna. Bila Mazmur 109 berisi permohonan agar Allah menegakkan keadilan-Nya, mazmur ini lebih terpusat pada sang mesias. Karena itu, sejak awal era Perjanjian Baru, para bapa gereja mengartikan bahwa Yesus penggenapnya.

Pasal 109 menyatakan bahwa Allah berdiri di tangan kanan orang yang menderita (ayat 31). Mazmur 110 mengklaim bahwa sang Raja (yang mewakili seluruh umat sehingga seluruh umat tercakup di dalamnya) duduk di sebelah kanan Allah (dalam ayat 5, Allah di sebelah kanan raja). Jadi, kedua mazmur ini mengungkapkan hubungan mesra antara Allah dan umat-Nya. Allah di pihak umat-Nya yang menderita, umat-Nya merupakan wujud nyata pemerintahan Allah dalam dunia. Kekuasaan sang raja akan datang dari Allah sendiri. Ini ditegaskan melalui tiga hal: Allah sendiri mendudukkannya di sebelah kanan Allah (ayat 1a), membuat musuh-musuhnya alas kakinya (ayat 1b), dan mengulurkan tongkat kekuatan dari Zion (ayat 2a). Semua ini menunjukkan kemuliaan yang amat besar yang setara dengan yang biasa dipakai untuk mengungkapkan kebesaran Allah.

Raja memiliki fungsi rangkap. Seperti ayat 1, kini firman datang lagi menyatakan bahwa oknum yang sama juga adalah imam menurut garis Melkisedek (ayat 4). Dua hal penting muncul dalam kaitan dengan ungkapan ini. Pertama, dalam Perjanjian Lama, fungsi raja dipisah dari fungsi imam, meski dalam liturgi kadang-kadang raja bisa memimpin puji-pujian seperti yang pernah Daud lakukan (ayat 1Taw. 16). Kedua, keimaman raja yang bukan mengikuti garis keturunan Lewi kini disebut mengikuti keimaman Melkisedek. Hal ini menarik sebab dalam kisah Abraham yang adalah nenek moyang Harun dan Lewi, Abraham justru memberikan persembahan kepada Melkisedek. Ungkapan ini oleh Perjanjian Baru dilihat sebagai keimaman Yesus yang lebih mulia daripada keimaman Lewi (Ibr. 7).

Renungkan: Pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan tidak saja bermuatan rohani (keselamatan kita), tetapi juga bermuatan politis (pemerintahan- Nya atas dunia).

(0.07) (Ams 30:1) (sh: Mengenal yang Maha Kudus (Selasa, 7 November 2000))
Mengenal yang Maha Kudus

Betapa gamblangnya Agur menjelaskan dengan ekspresi bahasa (1-3) bahwa seorang hanya akan memiliki pengenalan yang benar akan Allah yang Maha Kudus melalui penyataan-Nya: umum dan khusus. Setiap orang dapat menyaksikan penyataan umum saat menyaksikan karya ciptaan Allah yang agung dan dahsyat (4). Tak seorang manusia atau dewa mana pun yang mampu menciptakan dunia sedemikian dahsyat ini. Penyataan umum dapat menghantar manusia mengenal Sang Pencipta yang agung dan besar. Lebih dari itu ada penyataan khusus yakni melalui firman dan Anak-Nya, supaya manusia tidak berhenti pada pengagungan karya ciptaan-Nya, melainkan masuk dalam karya keselamatan-Nya.

Allah tidak mau manusia berhenti pada pengakuan bahwa dunia ini diciptakan-Nya, melainkan ada satu tujuan yang lebih mulia, yakni manusia mengerti bagaimana Allah menganugerahkan keselamatan kepada manusia berdosa. Melalui firman-Nya yang kudus yang tidak boleh ditambah atau dikurangi karena sifatnya yang murni (5-6), manusia mengerti betapa besar dan dalamnya kasih Allah, sehingga mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal mati menanggung dosa manusia. Barangsiapa percaya kepada Anak-Nya beroleh keselamatan kekal, karena ia sudah pindah dari dalam maut kepada hidup.

Seorang yang mengenal dan telah menerima karya keselamatan-Nya akan hidup dalam anugerah dan pemeliharaan-Nya. Inilah yang diminta oleh Agur. Ia mengenal bahwa manusia sulit berkata "cukup" karena selalu ada ketidakpuasan dalam dirinya. Bila ia merasa segala kebutuhan tercukupi ia tidak lagi memandang kepada Tuhan yang memberikan; bila ia hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, ia bisa mencuri dan mempermalukan Tuhan. Jika demikian kapan kehadiran Tuhan dalam hidupnya, ketika kaya dan ketika miskin pun tidak?! Berbeda halnya dengan seorang yang menyadari bahwa hidupnya adalah anugerah dan segala yang dimilikinya pun semata berdasarkan anugerah dan pemeliharaan-Nya, sehingga ia senantiasa mensyukuri Sang Pemelihara hidupnya.

Renungkan: Mengenal dan menikmati hidup di dalam Allah Sang Pemelihara akan membuat kita mensyukuri kesetiaan-Nya dan jauh dari sikap mengeluh dan menyalahkan Dia.

(0.07) (Yer 3:1) (sh: Kerohanian bunglon (Selasa, 29 Agustus 2000))
Kerohanian bunglon

Firman yang tercatat dalam perikop ini diberitakan pada saat raja Yosia mengadakan pembaharuan rohani bangsanya. Pembaharuan ini dapat kita lihat secara jelas dalam 2Taw. 34-35. Yosia memperbaiki bait Allah dan kembali memulai ibadah di sana. Ketika kitab Taurat ditemukan kembali, Yosia menyerukan pertobatan nasional bangsa Yehuda. Ia menyelenggarakan kembali perayaan Paskah yang sudah lama tidak diselengarakan. Namun pembaharuan rohani itu tidak benar-benar menyentuh hati bangsa Yehuda.

Kegagalan itu digambarkan oleh Yeremia dalam kutipan yang diambil dari hukum Taurat. Seseorang yang sudah menceraikan istrinya dapat menikah lagi, namun tidak dapat menikahi istri pertamanya lagi jika salah seorang dari mereka sudah pernah menikah lagi (Ul. 24:1-4). Yehuda adalah seperti seorang istri yang tidak setia. Ia meninggalkan suaminya -- Allah -- dan pergi berzinah dengan orang lain, tidak hanya satu tapi banyak kekasih (1-2). Bagaimana mungkin Sang 'suami' akan kembali kepadanya? Meskipun demikian, Allah tetap mau menerima kembali 'istrinya' -Yehuda- yang tidak setia. Dan Yehuda nampaknya mau berbalik namun tidak dengan kesungguhan hati. Mereka menganggap bahwa ketidaksetiaan mereka dan perzinahan rohani mereka bukanlah masalah besar. Ini terbukti ungkapan yang mereka katakan: Bapaku, Engkaulah kawanku sejak kecil (4). Ungkapan ini biasanya dikatakan oleh seorang istri yang muda kepada suaminya yang lebih tua.

Mereka mau mendengarkan firman Allah ketika diajak oleh raja Yosia (2Raj. 23:2). Mereka juga mau mengikuti suatu ibadah ketika raja Yosia menyelenggarakannya. Tapi setelah semua yang berbau rohani selesai dan kembali ke masyarakat, mereka juga mau berbuat dosa dengan bebasnya. Kerohanian yang diperlihatkan oleh Yehuda adalah kerohanian 'bunglon'.

Renungkan: Anugerah Allah memang tak terhingga. Bahkan pada saat kita sudah mengkhianati-Nya, Dia tetap mau menerima diri kita. Namun kita harus datang kepada-Nya sebagai seorang petobat yang sungguh menyadari dosa-dosa kita. Janganlah datang kepada-Nya dengan sikap memandang enteng dosa, seolah-olah ketidaksetiaan kita kepada-Nya tidak berarti. Karena sikap yang memandang enteng dosa, adalah akar dari kerohanian bunglon.

(0.07) (Yer 7:29) (sh: Berhala yang kosong dan tak berdaya (Sabtu, 9 September 2000))
Berhala yang kosong dan tak berdaya

Bangsa Yehuda memilih berhala daripada Allah. Ini merupakan pelecehan terhadap kekudusan bait-Nya dan penolakan akan kedaulatan Allah. Mereka juga secara terang-terangan mendirikan bukit pengorbanan dan membakar anak-anak mereka untuk dipersembahkan kepada dewa Molekh. Pilihan itu membawa konsekuensi yang sangat dahsyat. Pertama, mereka kehilangan identitas sebagai sebuah bangsa sebab mereka telah ditolak dan dibuang oleh Allah. Karena itu bangsa Yehuda diperintahkan untuk mencukur rambut dan membuangnya (29), yang melambangkan bahwa bangsa Yehuda sudah najis dan tidak lagi dikhususkan bagi Allah (Bil. 6:2-8 dan Hak. 16:15-22). Karena itu mereka mengangkat ratapan di bukit-bukit gundul tempat pemujaan berhala-berhala kafir memohon pertolongan para berhala. Kedua, mereka akan ditimpa kengerian yang luar biasa sebab apa yang mereka puja dan sanjung justru menjadi tempat pembuangan mayat mereka (32-33). Ketiga, kehidupan masyarakat menjadi tidak normal sebab tanda-tanda kehidupan yang normal seperti suara kegirangan, suara sukacita, dan suara pengantin laki-laki dan perempuan sudah lenyap (34). Keempat, penghinaan total yang sangat menyakitkan akan mendera mereka sebab tulang-belulang mereka yang sudah mati akan dikeluarkan dari kubur dan diserakkan di depan dewa-dewa yang dulu mereka sembah dan puja (8:1-2). Konsekuensi itu tidak terelakkan sebab berhala yang mereka sembah dan agungkan ternyata hanya kosong belaka, tidak mampu berbuat apa-apa bagi bangsa Yehuda, ketika tempat kudusnya dipakai sebagai pembuangan mayat, dan ketika tulang-belulang pengikutnya dibiarkan berserakan.

Berhala zaman sekarang mempunyai bentuk yang lebih menggiurkan dan menggoda seperti harta, karier, dan kekuasaan. Banyak Kristen mengorbankan anaknya demi uang dan karier. Praktik bisnis duniawi yang kotor dan penuh kelicikan dijalankan di gereja demi posisi dan harta. Namun harus diingat bahwa semua berhala itu kosong tak berdaya.

Renungkan: Dapatkah keluarga yang hancur berantakan diutuhkan kembali dengan uang berlimpah? Dapatkah rasa malu dan terhina karena ulah anak-anak yang tidak mendapatkan perhatian orang-tua disembunyikan di belakang kedudukan tinggi?

(0.07) (Yer 8:18) (sh: Andakah Yeremia zaman ini? (Senin, 11 September 2000))
Andakah Yeremia zaman ini?

Masih segar dalam ingatan kita ketika banyak warga negara Indonesia yang memutuskan untuk meninggalkan negara ini setelah kerusuhan Mei 1998. Gelombang emigrasi ke negara-negara tetangga masih terus berlangsung hingga saat ini walau dalam skala yang lebih kecil. Alasan mereka untuk meninggalkan negara ini adalah tidak ada lagi jaminan keamanan dan kepastian hukum. Matahari tidak akan bersinar lagi di bumi Indonesia dalam waktu dekat.

Yeremia menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana bangsanya secara terus terang mendepak Allah dari kehidupan mereka dan menggantikan Dia dengan berhala yang sia-sia (19). Kejujuran dan keterbukaan merupakan barang yang sangat langka di dalam masyarakat Yehuda (9:3, 5). Relasi antar manusia dan kekeluargaan yang merupakan nilai yang terpenting dalam masyarakat timur sudah diubah menjadi sarana memperkaya diri sendiri dan menghancurkan yang lain (9:4). Penindasan terhadap orang yang lemah dan miskin serta praktik manipulasi sudah menjadi peristiwa sehari-hari (9:6). Namun ketika ia diperintahkan Allah untuk mewartakan penghukuman Allah yang dahsyat atas bangsanya (9:7-11), tak urung hatinya hancur karena sedih membayangkan apa yang akan diderita oleh bangsanya (18, 19a, 21-9:1).

Hati Yeremia tercabik menjadi dua. Pikirannya ditarik-tarik dari 2 pihak. Di satu pihak rasa belas kasihannya terhadap bangsa ini begitu besar. Ia tidak tega melihat bangsanya akan terpuruk secara politik, sosial, ekonomi, dan budaya (20, 9:10-11). Di pihak lain, ia begitu jengkel, kesal, dan habis kesabaran melihat tingkah laku bangsanya yang tidak pernah mau bertobat. Yeremia berangan-angan untuk pergi meninggalkan dan menyingkir dari bangsanya (9:2). Tapi itu tidak dilakukannya karena Yeremia sangat mencintai dan mempedulikan bangsanya. Yeremia adalah seorang nabi Tuhan yang tidak sekadar mewartakan berita kebenaran-Nya tetapi sungguh-sungguh menyatukan dirinya dengan bangsanya.

Renungkan: Kristen Indonesia tidak mungkin terbebas dari konflik batin seperti Yeremia, jika ia berusaha untuk terus hidup dalam kekudusan-Nya dan mencintai serta mempedulikan bangsanya. Namun hendaklah Kristen seperti Yeremia yang tetap tinggal bersama bangsanya. Ia harus terus menerus menyerukan kebenaran dalam kasih tanpa mengkompromikan kasih demi kebenaran atau kebenaran demi kasih.

(0.07) (Yer 10:1) (sh: Bodoh sekaligus sombong (Rabu, 13 September 2000))
Bodoh sekaligus sombong

Perbandingan menyolok antara Allah dan berhala dipaparkan oleh Yeremia. Berhala terbuat dari bahan dasar kayu, sesuatu yang fana dan akan lapuk karena alam dan waktu. Ia ada karena inisiatif manusia yang membuatnya. Ia dibentuk dan diperindah oleh karena akal budi manusia. Ia tidak dapat menopang dirinya sendiri dan bertahan terhadap goncangan jika tidak diperkuat oleh paku dan palu. Ia juga tidak mempunyai kekuatan untuk menggerakkan dirinya sendiri jika tidak digerakkan oleh manusia apalagi mendatangkan berkat bagi manusia dan melindunginya, karena ia tidak pernah hidup. Berhala tidak pernah mempunyai nilai jika tidak diberi oleh manusia. Manusialah pencipta, sumber keberadaan, dan penopang berhala.

Siapa Allah? Tidak ada yang menyamai-Nya dalam hal kebesaran dan keperkasaan-Nya (6). Dialah Allah yang hidup (10), sumber dari segala sesuatu yang pernah ada, yang ada, dan yang akan ada (12). Dialah yang mengatur seluruh alam semesta ini (13). Kebesaran dan kemuliaan Allah disimpulkan dalam ayat 12 yaitu: dengan kekuatan-Nya Ia menjadikan langit dan bumi, dengan kebijaksanaan-Nya ia menegakkan dunia dan dengan akal budi-Nya Ia membentangkan langit. Apakah berhala mempunyai kekuatan, kebijaksanaan, dan akal budi seperti Allah?

Manusia yang menyembah berhala adalah manusia bodoh sekaligus sombong. Ia bodoh karena menggantungkan hidupnya pada sesuatu yang tidak mempunyai kekuatan apa pun. Ia sombong karena yakin bahwa hasil ciptaannya memiliki kekuatan luar biasa. Manusia zaman sekarang juga banyak yang sombong dan bodoh walaupun berhala yang disembahnya berbeda bentuknya. Mereka telah menciptakan uang, pekerjaan, jabatan, dunia usaha, ideologi, sistem ekonomi, bahkan agama bagi kepentingan mereka. Mereka yang memberi dan menentukan nilai-nilai semua itu. Namun anehnya kini mereka justru mendewakan dan menggantungkan hidupnya pada apa yang mereka telah ciptakan sendiri. Bahkan yang sangat ironis adalah mereka tega menindas, memeras, melukai, bahkan melenyapkan sesamanya demi berhala-berhala zaman modern ini.

Renungkan: Periksalah kehidupan Anda, adakah Anda juga termasuk barisan orang yang sombong dan bodoh karena mempunyai berhala dan menggantungkan hidup kepada kekuatannya.

(0.07) (Yer 13:1) (sh: Jangan bermain-main dengan dosa (Selasa, 19 September 2000))
Jangan bermain-main dengan dosa

Dua peringatan yang diberikan oleh Allah ini, walaupun menggunakan 2 cara, mempunyai tujuan yang sama yaitu jangan bermain-main dengan dosa.Peringatan pertama menggunakan aksi simbolik yang diperagakan oleh Yeremia: yaitu membeli ikat pinggang, memakainya, dan menjaganya supaya tidak tercelup air. Kemudian ikat pinggang tadi dibawa ke sungai Efrat dan disembunyikan di celah-celah batu (1-11). Beberapa bulan kemudian ikat pinggang itu diambil dan ternyata telah lapuk serta tidak berguna. Ikat pinggang itu melambangkan bangsa Yehuda yang kudus dan tak bercacat ketika pertama kali dipanggil oleh Allah (bdk. 2:2, 3). Seperti ikat pinggang dekat dengan pemakainya, segenap bangsa Yehuda dulu juga bergaul akrab dengan Allah sehingga mereka menjadi umat-Nya yang memuji dan memuliakan Dia di hadapan bangsa-bangsa. Namun kini mereka menjadi tercela karena persekongkolan dengan Asyur untuk meminum sungai Efrat (2:18) dan menjadi penyembah berhala kafir (10). Mereka menjadi seperti ikat pinggang yang menjadi lapuk dan tidak berguna. Mereka tidak lagi ternama, terpuji, dan terhormat bagi Allah (11).

Peringatan kedua berdasarkan pepatah yang mengatakan bahwa setiap buyung harus dipenuhi dengan anggur (12-13). Bangsa Yehuda yang dilambangkan sebagai buyung anggur telah kehilangan fungsinya (lihat ayat 11). Mereka sekarang tidak berguna dan hanya pantas dihancurkan. Penghukuman Allah tidak memandang orang, siapa pun yang berdosa akan tertimpa penghukuman (13-14). Ketika kemuliaan sebagai umat Allah sudah berlalu dari bangsa Yehuda, mereka hanya seperti buyung anggur yang kosong, yang tidak berguna. Mereka tidak dapat menuntut kepada Allah bahwa dulu Allah sudah memilih mereka. Hak istimewa sebagai umat Allah selalu disertai dengan tanggung jawab. Bangsa Yehuda yang tidak bertanggungjawab tidak dapat berharap bahwa Allah akan meluputkan mereka dari hukuman.

Renungkan: Kita boleh bangga menjadi umat pilihan Allah. Namun peringatan di atas juga menjadi peringatan bagi kita. Jangan biarkan kita dilapukkan oleh dosa dan menjadi buyung anggur kosong, sehingga kita menjadi Kristen yang tidak berguna bagi Allah dan sesama. Renungkanlah apa yang dapat membuat kita menjadi lapuk dan menjadi buyung anggur kosong!

(0.07) (Yer 19:1) (sh: Terlambat sudah (Jumat, 29 September 2000))
Terlambat sudah

Berita anugerah bahwa Allah tidak akan menghukum jika bangsa Yehuda mau bertobat dan diperbaharui hidupnya (18:8) diresponi negatif oleh mereka, dengan mengatakan 'tidak ada gunanya' dan menolak untuk bertobat (18:12).

Kebenaran dalam peristiwa pemecahan buli-buli ini adalah segala sesuatunya sudah terlambat. Kejahatan bangsa Yehuda sudah bertimbun sampai ke langit dan tidak ada sedikit pun niat mereka untuk bertobat. Bagai kacang lupa kulitnya, mereka melupakan Allah yang telah menuntun keluar dari Mesir, memberi tanah perjanjian, dan memelihara hidup mereka. Mereka berpaling kepada berhala yang sama sekali tidak dan belum pernah mempunyai andil dalam kehidupan mereka (4). Kondisi rohani yang demikian pasti akan diikuti dengan kondisi sosial dan politik yang bobrok. Penindasan orang lemah merajalela. Ibadah dan pembantaian manusia yang lemah dan tak berdaya tidak dapat dibedakan lagi (5). Karena itulah penghukuman Allah yang dahsyat akan datang dan digambarkan dengan pemecahan buli-buli yang dibeli oleh Yeremia.

Buli-buli (bhs. Ibrani: baqbuq) yang dipakai sebagai tempat air minum itu berharga mahal. Bentuknya unik dengan leher menyempit dan tinggi mencapai 25 cm. Baqbuq yang mahal tapi dihancurkan menandakan bahwa walaupun bangsa Yehuda merupakan umat pilihan yang berharga dimata-Nya akan tetap menerima hukuman dahsyat, jika mereka tidak taat. Seperti Yeremia berkuasa atas baqbuq, demikian pula Allah berdaulat atas kehidupan bangsa Yehuda. Dilihat dari bentuknya, jika baqbuq ini pecah maka tidak dapat digunakan dan tidak dapat diperbaiki. Demikian pula bangsa Yehuda yang sudah memberontak kepada Allah, akan dibuang jauh dari tanah perjanjian, menjadi bangsa yang tidak berguna, dan tidak dapat kembali ke negaranya dengan usaha sendiri.

Renungkan: Kebenaran di atas merupakan peringatan keras bagi Kristen masa kini. Kita tidak dapat berlindung di balik dogma yang mengatakan bahwa kita adalah umat yang sangat berharga karena ditebus dengan harga yang mahal yaitu darah Kristus, lalu seenaknya menjalani kehidupan ini tanpa menghiraukan firman Tuhan. Allah tidak segan-segan menghukum umat-Nya sendiri dan menjadikan kita sekumpulan umat beragama yang tidak berguna bagi siapa pun.

(0.07) (Yer 22:10) (sh: Bukti pengenalan akan Allah (Rabu, 4 Oktober 2000))
Bukti pengenalan akan Allah

Allah membandingkan kehidupan saleh raja Yosia dan anaknya Yoyakim. Yosia melakukan keadilan dan kebenaran serta memperhatikan rakyat miskin (16). Apa yang dilakukan oleh Yoyakim (13-14, 16)? Ia mengambil keuntungan atas penderitaan orang lain. Para buruh dan pekerjanya tidak diperlakukan sesuai dengan hukum kasih dan keadilan. Ia membangun istana di atas penderitaan rakyat. Fokus utama dalam kehidupannya adalah mengejar keuntungan bagi diri sendiri. Kehidupan Yosia adalah contoh kehidupan seorang yang mengenal Allah, sedangkan kehidupan Yoyakim adalah contoh kehidupan seorang yang tidak mengenal Allah.

Di dalam Perjanjian Lama kata 'mengenal' merupakan terjemahan dari kata ibrani 'yada' yang berarti mendapatkan pengetahuan kemudian mengembangkan pemahaman berdasarkan pengetahuan itu dan akhirnya meresponinya sesuai dengan kehendak-Nya. Kehidupan Yoyakim tidak memperlihatkan bahwa ia mengenal Allah. Ia tidak menjalankan keadilan dan tidak menjalankan apa yang menjadi tanggung jawabnya sebagai gembala bagi rakyatnya dengan baik. Karena itu sama seperti Salum (10-12) yang menuai apa yang telah ia tabur dalam hidupnya, Yoyakim pun demikian. Pada akhir hidupnya ia mengalami kematian yang sangat mengerikan dan dalam kehinaan yang luar biasa (18-19). Sebab sesungguhnya kematian seorang raja merupakan hari perkabungan nasional dimana seluruh rakyat akan meratapi dan menangisinya. Namun Yoyakim tidak akan mengalami itu semua justru sebaliknya.

Renungkan: Pengenalan kita kepada Allah tidak cukup dibuktikan hanya dengan berbagai aktivitas rohani yang kita lakukan seperti membaca Alkitab, berdoa, beribadah ke gereja, atau memberikan persembahan. Gaya hidup kita merupakan bukti yang paling konkrit dan tidak dapat disangkal dari pengenalan kita akan Allah. Jika kita menutup mata dan telinga terhadap teriakan bawahan atau karyawan kita yang sudah tidak dapat membiayai kehidupannya dengan gaji yang kita berikan, jika kita terus mengejar kemewahan hidup dan fasilitas di tengah-tengah masyarakat yang berjuang untuk sepiring nasi, jika kita masih menuntut pengorbanan para rakyat kecil agar usaha kita tetap dapat berkembang, dlsb., dapatkah kita mengatakan bahwa aku mengenal Allah? Ingatlah, kita akan menuai apa yang kita tabur kelak.

(0.07) (Yer 22:20) (sh: Status rohani bukan jaminan keselamatan (Kamis, 5 Oktober 2000))
Status rohani bukan jaminan keselamatan

Sepanjang sejarah manusia, yang paling mudah membuat umat Allah berpaling dari-Nya adalah kelimpahan materi, kekuatan, kekuasaan dan status sosial. Bila seorang manusia mempunyai salah satu dari ketiga hal di atas, maka sangat sulit baginya untuk mendengar peringatan atau suara Allah melalui firman-Nya. Sebagai contoh seorang kristen yang mempunyai penghasilan Rp 15 juta rupiah tiap bulan tidak akan dapat menjawab dengan mudah bila ditanya apakah ia bergantung kepada pemeliharaan Allah atau bergantung kepada gajinya yang besar itu. Demikian pula seorang pejabat tinggi, apakah setiap harinya ia memasrahkan hidupnya kepada Allah atau kepada jabatannya yang tinggi?

Apa yang dialami Yehuda merupakan peringatan keras. Yehuda mengandalkan kekuatan militer yang dimiliki oleh Mesir dan negara sekutunya dalam menghadapi serangan Babel, demikian pula kekayaan alam yang berlimpah di tanah perjanjian, sehingga mereka menolak untuk mendengarkan suara-Nya (21). Mereka telah dibutakan bahwa Allah yang mengendalikan kehidupan dan sejarah umat manusia (20, 22). Apa yang akan ditemui oleh orang yang mengandalkan kekuatan lain selain Allah? Terhina dan ternoda tiada tara; mengerang kesakitan yang tak tertahankan (22, 23) tanpa ada yang menolongnya.

Ada peringatan yang lebih keras yang berhubungan dengan status rohani seseorang. Status rohani seseorang bukan merupakan perlindungan atau perisai untuk menangkal hukuman yang harus ia terima akibat dosa. Sebagai contoh raja Konya atau Yoyakhin, ia adalah cincin meterai pada tangan kanan Allah yang berarti ia berharga di mata Allah dan sangat dekat dengan-Nya. Namun ketika ia terus memberontak kepada Allah, maka Allah tak segan-segan menjatuhkan hukuman yang mengerikan atasnya (28-30). Status rohaninya tidak dapat menyelamatkannya.

Renungkan: Banyak Kristen terlena dengan pengajaran bahwa keselamatan adalah anugerah dan kekal sifatnya. Pemahaman yang terbentuk dalam pikiran mereka adalah status kerohanian mereka sudah aman untuk selamanya. Sehingga tidak ada motivasi dalam diri mereka untuk menuntut kehidupan yang kudus. Namun harus selalu diingat bahwa status dibenarkan dan sudah diselamatkan bukan surat izin dan jaminan untuk tetap hidup dalam dosa.



TIP #01: Selamat Datang di Antarmuka dan Sistem Belajar Alkitab SABDA™!! [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA