(0.10250609473684) | (Mzm 69:1) |
(sh: Ketika anak Tuhan difitnah (Jumat, 29 Oktober 2004)) Ketika anak Tuhan difitnahKetika anak Tuhan difitnah. Pada umumnya seseorang yang dituduh melakukan kesalahan akan membela diri tanda tidak bersalah dan mencari orang lain untuk dipersalahkan. Kalau anak Tuhan yang difitnah, bagaimana seharusnya sikap kita? Dalam nas ini pemazmur kelihatannya difitnah oleh musuhnya dengan tuduhan ia telah mencuri (ayat 5). Padahal, ia tidak melakukannya. Namun, pemazmur menyadari bahwa ada kebodohan yang telah ia lakukan sehingga ia berada dalam situasi seperti ini (ayat 6). Rupanya sikap bodoh pemazmur ini dimanfaatkan oleh para musuhnya untuk menyebarkan gosip bahwa dirinya adalah pencuri. Akibat dari fitnah ini sungguh dahsyat, ia tidak dipercaya lagi oleh banyak orang, sanak saudaranya sendiri, dan orang percaya. Sehingga ia menjadi "batu sandungan" bagi orang-orang yang mengenalnya sebagai anak Tuhan (ayat 8-13). Inilah yang meresahkan pemazmur yaitu fitnah para musuhnya ini menyebabkan banyak anak Tuhan menjadi lemah imannya. Mungkin mereka berkata: "Kalau anak Tuhan kelakuannya seperti ini, layakkah kita mempercayai Tuhannya?" Pemazmur merasa seolah-olah dirinya tenggelam di "rawa keputusasaan" maka ia berseru memohon pertolongan Tuhan (ayat 2-3,14-19). Pemazmur yakin bahwa kasih setia Tuhan akan menolong dan mengangkat dia dari situasi tidak menyenangkan yang menjepitnya ini. Perhatikanlah doa permohonan pemazmur kepada Tuhan. Doa ini dipanjatkan bukan semata-mata agar Tuhan membela dirinya, tetapi juga supaya anak Tuhan lain jangan lemah imannya (ayat 7). Sungguh suatu pelajaran indah yang bisa kita pelajari dan teladani dari sikap dan doa pemazmur. Ketika ia difitnah sampai menanggung kerugian moril, hal yang paling dikuatirkannya bukan sekadar dirinya saja, tetapi pengaruh gosip fitnah tersebut bagi persekutuan umat Tuhan. Hiduplah dengan bijak supaya orang lain tidak memperoleh kesempatan untuk memfitnah Anda. Namun, kalau ini terjadi jangan mencari pembelaan dunia melainkan minta Tuhan bertindak membela Anda. Yang kulakukan: Saya akan memercayai dan menantikan pembelaan Tuhan saat saya difitnah. |
(0.10250609473684) | (Mzm 74:1) |
(sh: Mengadu kepada Tuhan. (Minggu, 09 Agustus 1998)) Mengadu kepada Tuhan.Mengadu kepada Tuhan. Dalam pergumulan hidup yang berat, tanpa sadar kita bersikap sama dengan Asaf. Mengeluh dan mengadu. Bila itu saja tentu dapat diterima. Tetapi bila menuduh Tuhan berdiam diri membiarkan kita sendiri dalam pergumulan itu, benarkah? Tatkala gereja dibakar dan kristen dianiaya, tidak sedikit dari orang Kristen yang berteriak dalam doa. Namun janganlah isi doa kita seolah mau menuduh Tuhan atau menjadi pahlawan bagi Tuhan dengan bertindak sebagai pembela nama dan kehormatan Tuhan. Benarkah sikap demikian? Siapakah kita sehingga kita mau menjadi penasehat Tuhan? Dalam pergumulan hidup bawalah dengan tulus seluruh pergumulan Anda tanpa mendikte Tuhan. Biarlah Allah akan bertindak sendiri sebagai pahlawan kita. Belajar dari kisah Tuhan dalam sejarah. Doa Asaf tidak berhenti di situ. Asaf merenungkan ulang mengingat sejarah perbuatan Tuhan atas umat-Nya, dari Kejadian bahkan Keluaran seterusnya (ayat 12-17). Bukankah dalam sejarah Indonesia Kristen melihat jelas kisah perbuatan dahsyat Allah? Tepat seperti Musa dan Harun, dengan mengangkat hati kita pasrah kepada Tuhan, kita yakin bahwa Tuhan sendiri bertindak demi kehendak dan nama-Nya. Tuhan tahu apa yang harus Ia lakukan untuk Indonesia. Angkatlah hati kepada Tuhan agar perkara yang kita pasrahkan kepada-Nya, diurus dan diselesaikan-Nya. Jangan sekali-kali bertindak menurut batas budi dan daya kita sendiri! Doa: Datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu di bumi seperti di surga. Kuyakin bahwa hal-hal di bumiku ini sedang Kau urus agar merupakan wujud KerajaanMu. |
(0.10250609473684) | (Mzm 77:1) |
(sh: Memantapkan akar iman (Minggu, 24 April 2005)) Memantapkan akar imanMemantapkan akar iman
PeMazmur sedang mengalami penderitaan berat (ayat 3). Ia merasa tidak mampu menghadapinya sendiri, maka ia pun berseru nyaring memohon pertolongan Tuhan (ayat 2). Yang luar biasa dari peMazmur ini ialah ia tidak larut dalam penderitaannya melainkan tetap mencari Tuhan dan mengingat-ingat-Nya (ayat 4). Memang dalam pergumulan itu sesaat sepertinya ia merasa Tuhan tidak lagi mengasihinya. Ia merasa Tuhan sudah berubah setia, tidak seperti masa lampau (ayat 5-11). Namun, peMazmur menolak percaya bahwa Tuhan benar-benar telah berubah! Kembali ia mengingat-ingat perbuatan Tuhan di masa lampau (ayat 12-13). Yaitu, perbuatan Allah menuntun umat-Nya dengan perantaraan Musa dan Harun melewati padang gurun dan laut menuju tanah perjanjian (ayat 21). Tuhan dengan ajaib telah menyatakan pertolongan-Nya pada umat Israel dengan cara mengalahkan musuh-musuh mereka (ayat 15-16). Bukan hanya bangsa-bangsa yang gentar menghadapi-Nya, alam pun ngeri kepada kedahsyatan kuasa-Nya (ayat 17-20). Saat kita berada dalam penderitaan dan masalah, adalah kesempatan untuk mengenang pertolongan-Nya pada masa lampau. Ketika kita berhenti mengeluh dan berpaling pada-Nya, kita akan dikaruniai kekuatan untuk melihat sekali lagi karya ajaib Tuhan dalam hidup kita. Akar-akar pengalaman iman inilah yang memampukan kita menyongsong masa depan dan sekali lagi meyakini bahwa sesuai dengan kedaulatan dan kehendak-Nya, Ia akan menolong. Renungkan: Tatkala kita menuruni jurang derita, ingatlah kedalaman keterlibatan Allah dalam Yesus Kristus. Jadikan derita-Nya dasar keteguhan iman kita. |
(0.10250609473684) | (Mzm 78:56) |
(sh: Masalah rohani. (Minggu, 16 Agustus 1998)) Masalah rohani.Masalah rohani. Sejak kejatuhan Adam, seluruh kejahatan manusia yang mengundang tindakan penghukuman Allah bernafaskan hal sama. Manusia melawan Allah, memilih berbakti kepada ilah lain. Bukankah banyak kekacauan kita alami sekarang sebab orang tidak sungguh takut kepada Tuhan? Para pemimpin kita memikirkan kepentingan mereka. Banyak orang hanya takut terjadi kebangkrutan, takut kekacauan, tetapi tidak takut akan Tuhan. Pribadi Ilahi. Masyarakat luas, kelompok organisasi, umat beragama, semuanya memerlukan pepimpin yang handal. Untuk problem hakiki manusia: dosa, hanya Pribadi Ilahi yaitu Yesus Kristus yang dapat memimpin manusia keluar dari belenggu kegelapan dosa masuk ke dalam kemerdekaan Kerajaan Terang Allah. Untuk Yehuda, Allah memilih Daud. Ia diberi hikmat dan keberanian. Ia diberikan potensi kepemimpinan agar mampu menjadi raja yang handal yang sekaligus dapat diteladani. Daud hanyalah bayang-bayang dari kepemimpinan sempurna Yesus Kristus. Pemimpin yang baik tidak cukup memiliki ilmu dan keahlian, ia harus merupakan seorang pilihan Allah yang diperlengkapi Allah sendiri baik dengan integritas, kewibawaan, maupun kemampuan. Doa: Tuhan Yesus, Pemimpin satu-satunya yang sempurna kudus di hadapan Allah, bertindaklah dan berperkaralah atas bangsa kami dan para pemimpin kami. |
(0.10250609473684) | (Mzm 84:1) |
(sh: Gereja, oasis Allah untuk dunia (Selasa, 27 September 2005)) Gereja, oasis Allah untuk duniaGereja, oasis Allah untuk dunia Isi mazmur indah ini mengingatkan saya tentang pengalaman saya mendaki Gunung Bromo beberapa tahun lalu. Meski perjalanan itu berat dan meletihkan, saya bertekad terus berjalan menapaki lautan pasir, lalu mendaki lereng gunung itu. Saya berbuat demikian karena ingin menempa ketahanan fisik saya. Tetapi bukan itu saja, daya tarik pemandangan kawah saat matahari terbit juga memicu semangat saya. Kebiasaan umat Israel berziarah ke Bait Allah di Yerusalem, selain untuk mengenang perjalanan nenek moyang mereka keluar dari Mesir menuju Tanah Perjanjian, juga menjadi bagian disiplin rohani yang menempa spiritualitas mereka agar tangguh. Medan berat dan penuh bahaya saat berziarah itu melambangkan situasi perjalanan iman umat Tuhan baik zaman dulu maupun sekarang. Kesulitan itu tidak memadamkan iman, sebaliknya ada berbagai hal penting dalam penghayatan iman itu justru memicu kobaran semangat agar umat terus berjuang untuk maju. Indahnya Bait Allah (ayat 2) dan hadirat-Nya (ayat 3a), arti-Nya sebagai Raja dan Allah bagi umat (ayat 4), serta mezbah-Nya, merupakan pembangkit hasrat besar untuk umat Israel terus maju sampai mereka berjumpa dengan Tuhan dalam rumah-Nya (ayat 3b, 4). Dalam perjuangan untuk maju itu, orang beriman akan membawa dampak transformasi bagi sekitarnya (ayat 7), sementara itu mereka sendiri akan semakin kuat dalam Tuhan (ayat 6,8). Gereja adalah diri kita sendiri. Gereja adalah tempat hadirat Allah dan keindahan-Nya terpancar, pemberlakuan pendamaian, pewartaan kebenaran, dan keakraban saudara seiman dipraktikkan. Liturgi, fokus pelayanan para pejabat gereja, sikap semua warga, suasana ibadah persekutuan, semangat misi, dan semua unsur penyelenggaraan, harus membuat Gereja menjadi inspirasi bagi umat untuk menyebarkan harum kemuliaan Allah. Responsku: ---------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------- |
(0.10250609473684) | (Mzm 89:1) |
(sh: Kasih Allah vs realitas buruk? (Minggu, 2 Oktober 2005)) Kasih Allah vs realitas buruk?Kasih Allah vs realitas buruk? "Manusia berubah," demikian ucapan yang sering kita dengar tentang mengapa seseorang tidak seperti yang dikenal sebelumnya. Manusia bisa berubah bukan saja dalam tindak tanduknya, tetapi juga dalam pandangan dan pemahamannya tentang sesuatu. Hal yang sama pun dapat terjadi pada orang beriman. Mazmur ini unik karena berisi pujian, keluhan, permohonan, ratapan pemazmur, juga ucapan ilahi, dan doxology. Beragamnya isi mazmur ini, menunjukkan sedang terjadinya proses pengkajian ulang pemahaman pemazmur tentang hidup dan Allah. Segala sesuatu memerlukan dasar kokoh. Pohon perlu akar, bangunan perlu fondasi, manusia dan umat Tuhan pun perlu prinsip teguh dalam menjalani proses perubahan kondisi dan pemahaman. Dalam bagian ini, beberapa hal dasar dihayati secara mendalam oleh pemazmur. Ia menyatakan komitmennya untuk mewariskan kesadaran tentang kasih setia Allah kepada generasi berikutnya, dengan jalan memaparkan perbuatan dan sifat Allah (ayat 2). Semua kesaksian, pengajaran, dan pujian tentang Tuhan bersumber pada ucapan Allah sendiri yang mencakup sifat-Nya (ayat 2-3,15-16), kemurahan-Nya (ayat 4), kedudukan-Nya terhadap alam semesta (ayat 6-7), dan semua makhluk (ayat 12-3). Bahkan kedaulatan-Nya terhadap kekuatan-kekuatan yang acap kali mengancam kesejahteraan umat-Nya (ayat 10-11). Ibarat musik, pujian pemazmur ini selang-seling antara kekaguman lembut (pianissimo) sampai kepastian menggelora (forte). Baik sebagai individu maupun umat, kita perlu bertumbuh apalagi di tengah kehidupan yang cepat berubah dan banyak kemungkinan ini. Pertumbuhan adalah proses penuh risiko. Salah satu bagian penting dalam pertumbuhan adalah pendalaman hal-hal hakiki tentang Allah dan arti Dia bagi hidup serta dunia ini. Bertumbuhlah dalam Kristus maka kita pasti akan bertumbuh ke arah Dia. Responsku: ---------------------------------------------------------------- ---------------------------------------------------------------- |
(0.10250609473684) | (Mzm 91:1) |
(sh: Menjadi seorang pangeran (Jumat, 21 Desember 2001)) Menjadi seorang pangeranMenjadi seorang pangeran. John Bunyan pernah menulis sebuah buku cerita yang indah sekali. Ketika Ia sedang dipenjarikan karena kesaksiannya tentang Injil. Buku itu berjudul Perjalanan Seorang Musafir. Dalam buku itu, ia menggambarkan bagaimana liku-liku kehidupan orang percaya bak sebuah perjalanan panjang menuju negeri kekal. Mazmur hari ini pun berbicara mengenai kehidupan sebagai suatu perjalanan. Bagaimanakah kita sebagai orang-orang percaya harus menjalani hidup ini? Pemazmur berbicara mengenai percaya kepada Allah, tempat perlindungan yang sejati (ayat 1-2). Perjalanan hidup ternyata bukan sesuatu yang mulus tanpa rintangan (ayat 3-8). Melihat kenyataan ini, pemazmur mengulangi lagi keyakinannya bahwa Allah adalah benteng keselamatan (ayat 9). Orang yang percaya pada-Nya tak perlu gentar karena secara kongkret Allah melindungi orang-orang yang mengasihi Dia. Di sini kita melihat gambaran yang amat indah. Allah begitu mengasihi kita, sehingga di dalam perjalanan hidup kita selalu ada bodyguard-bodyguard, yaitu para malaikat, yang diutus untuk menjaga kita. Kita adalah pangeran-pangeran kesayangan Allah (ayat 9-13). Meskipun kehadiran malaikat- malaikat di sekitar kita sering tidak kita sadari, namun mereka benar-benar nyata hadir dalam hidup kita. Setelah pemazmur menyatakan imannya pada Allah karena Dia adalah tempat yang aman dan karena Dia memberikan perjalanan yang aman, kita sampai pada bagian yang mengejutkan. Ayat 14-16 merupakan respons Allah langsung sebagai jaminan keamanan karena kepercayaan yang ditunjukkan dalam ayat-ayat sebelumnya, karena hati yang sepenuhnya mencintai Allah begitu erat (ayat 14). Allah memberikan kasih setia-Nya kepada mereka yang berseru pada-Nya. Munculnya tujuh kali frasa "Aku akan . . . " menunjukkan suatu kepastian yang amat teguh, bahwa Allah pasti menjawab doa. Renungkan: Sadarkah bahwa diri Anda adalah seorang pangeran kesayangan Allah? Maukah Anda bersyukur atas hal itu? Mari kita belajar mempercayakan keselamatan hidup kita pada-Nya. Wujud-kanlah konsep kebenaran ini dalam realitas hidup Anda tiap-tiap hari. |
(0.10250609473684) | (Mzm 119:33) |
(sh: Taurat adalah segala-galanya (Selasa, 28 Mei 2002)) Taurat adalah segala-galanyaTaurat adalah segala-galanya. Pemazmur masih terus mengumandangkan keyakinannya yang mendalam pada Taurat Tuhan. Keyakinannya pada Taurat tidak hanya tiba pada kerinduan untuk mengerti dan memelihara, tetapi juga kerinduan untuk memeliharanya dengan segenap hati (ayat 33,34). Hati yang dimaksudkan di sini bukan liver, tetapi pusat hidup yang mengendalikan seluruh gerak dan tingkah laku manusia, sehingga bisa juga berarti akal budi. Pemazmur menyadari bahwa yang mengendalikan seluruh tingkah laku dan gerak hidup manusia adalah hati atau “akal budi”. Itu sebabnya jika hati dikuasai oleh dosa, maka seluruh tingkah laku, gerak, dan perbuatan manusia adalah kejahatan. Sebaliknya, jika hati manusia dipenuhi oleh Allah dan kebenaran-Nya, maka seluruh tingkah laku, gerak, dan perbuatannya adalah kebaikan. Karenanya, pemazmur meminta agar Tuhan membuat hatinya condong kepada Taurat-Nya, melakukan perintah-peri ntah- Nya, dan tidak kepada laba atau keuntungan (ayat 36). Jelas bahwa pemazmur menyadari tentang adanya kecenderungan dalam diri manusia untuk mengejar laba, harta dunia, atau keuntungan dalam berbagai cara. Orang sepertinya semata-mata bertujuan memajukan diri sendiri, kalau perlu mengurbankan, menindas, bahkan merampas kepentingan dan hak orang lain. Tindakan ini tentu saja menumpulkan kepekaan akan kebenaran dan kehendak Allah. Pemazmur telah menunjukkan kepada kita bagaimana bersikap terhadap firman Tuhan. Firman Tuhan itu harus dipegang sampai akhir, dipelihara dengan segenap hati, bergantung dan berharap pada, mencintai, merenungkan-Nya, dan melakukan-Nya. Sikap seperti ini hanya muncul dalam diri seseorang yang sungguh mengalami dan mendalami keindahan firman Tuhan. Ini juga berarti bahwa Taurat tidak hanya untuk dimiliki seorang saja. Semua orang harus tahu tentang Taurat Tuhan. Renungkan: Jika Anda ingin berakar dan bertumbuh dalam firman-Nya, seperti pemazmur, milikilah sikap terhadap firman Tuhan seperti yang pemazmur miliki. “Hiduplah menurut Taurat Tuhan, maka kamu akan hidup” (bdk. Luk. 10:25-28). |
(0.10250609473684) | (Mzm 119:97) |
(sh: Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan (Sabtu, 1 Juni 2002)) Cinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaanCinta akan Taurat Tuhan mendatangkan kesukaan. Cinta kepada Tuhan adalah dasar yang membuat seseorang tetap berpegang, memelihara, dan melaksanakan Taurat Tuhan dalam keadaan apa pun (ayat 97,107,109), bahkan juga menghadirkan rasa suka, kemauan, dan kerinduan yang luar biasa untuk mengerti dan menjalaninya. Jelas bahwa kondisi tersebut telah mendatangkan berbagai manfaat bagi kualitas hidup seseorang. Secara terang-terangan pemazmur mengatakan bahwa, pertama, Taurat telah membuatnya lebih bijaksana daripada musuh-musuhnya (ayat 98). Kata bijaksana (= hikmat) berasal dari bahasa Ibrani "khokhma" yang dapat diartikan sebagai kepandaian untuk membedakan yang baik dari yang jahat, yang adil dari yang tidak adil, yang benar dari yang tidak benar. Karena berhikmat, seseorang dapat melakukan yang baik, yang adil, dan yang benar (bdk. 1Raj. 3). Kedua, Taurat telah membuatnya lebih berakal budi daripada gurunya (ayat 99). Mungkin secara intelektual guru lebih berilmu, tetapi belum tentu lebih berakal budi daripada seseorang yang hidupnya bergantung kepada Allah dan Taurat-Nya. Ketiga, Taurat membuatnya lebih mengerti daripada orang-orang tua (ayat 100). Masalah kualitas pengertian akan Taurat tidak ditentukan oleh umur, tetapi oleh cinta kepada Taurat-Nya. Mengerti Taurat tidak terbatas hanya pada mengerti saja, tetapi harus sampai pada tahap menjalankan apa yang dimengerti. Pengalaman kita memperlihatkan bahwa banyak orang yang mengerti kebaikan Allah, tetapi tidak menuangkannya dalam kehidupan sehari-hari. Taurat Tuhan adalah pelita yang menuntun seseorang untuk berjalan dalam terang Allah. Jelas bahwa orang yang setia terhadap Taurat tidak akan berjalan dalam kegelapan karena Terang itu selalu menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang suci, bersih, dan benar di hadapan Allah. Renungkan: Firman mampu memberikan terang dalam langkah-langkah kehidupan kita. Firman berkuasa memperbarui hidup dan memberikan kekuatan baru di dalamnya. Apa yang terjadi dalam hidup kita seandainya tidak ada firman yang menuntun dan menerangi hidup kita? |
(0.10250609473684) | (Mzm 119:145) |
(sh: Permohonan terus-menerus (Minggu, 29 Agustus 1999)) Permohonan terus-menerusPermohonan terus-menerus Bila firman Tuhan dipegang dan dilaksanakan dengan setia dan bertanggungjawab, pasti hidup ini diwarnai dengan penuh keadilan, kebenaran dan kesetiaan. Pemazmur sungguh menyakini bahwa unsur-unsur inilah yang sangat merupakan kebutuhan untuk merasakan, menikmati hidup berbahagia dalam dunia yang serba tidak adil, tidak benar dan tidak setia. Untuk dapat mewujudkan masyarakat yang sesuai dengan kehendak Allah, yaitu suatu komunitas Ilahi, seperti halnya yang dilakukan oleh pemazmur, yaitu tiada henti, terus-menerus memohon pertolongan Tuhan, agar kita dimampukan melaksanakan hukum-hukum Tuhan dengan baik dan benar. Pergumulan untuk setia. Sekalipun permohonan terus-menerus dipanjatkan, tetapi godaan di sekitar pun semakin gencar mempengaruhi. Salah satu pepatah mengatakan: "Lebih mudah melakukan sesuatu yang buruk dari pada yang baik". Demikianlah, setia pada hukum-hukum Tuhan akan banyak pergumulan. Tantangan dari diri sendiri berarti godaan, tetapi juga ancaman dari luar, dari sesama kita. Karena Taurat Tuhan, pemazmur ada dalam sengsara. Justru dalam keadaan ini, maka ia memerlukan pertolongan. Ia sadar bahwa bantuan itu bukan dari dirinya sendiri, bukan pula dari orang-orang sekitarnya, melainkan dari Tuhannya. Karena itu tidak putus-putusnya ia berseru kepada Tuhan, minta pertolongan-Nya. Betapa teguh pegangannya dan kuat imannya, sehingga tidak satu hal pun dapat menceraikannya dari Tuhan dan hukum-hukum-Nya. Mengikuti jejak langkah pemazmur. Hidup di tengah-tengah tantangan dan ancaman membutuhkan kerendahan hati, kesetiaan pada firman Tuhan, dan tekad untuk berlapang dada. Berbagai cara akan dilakukan dunia agar Kristen menderita. Mengatasi keadaan seperti ini, marilah kita berusaha untuk mengikuti jejak langkah pemazmur dengan penuh keyakinan bahwa orang yang setia sampai tamat, pasti beroleh kemenangan. Doa: Hadirlah ya Allah dalam hatiku, penuhilah hatiku dengan firman-Mu yang penuh kasih, agar aku dapat mengatasi pergumulanku. |
(0.10250609473684) | (Mzm 119:161) |
(sh: Setia dan taat = hidup damai sejahtera (Rabu, 5 Juni 2002)) Setia dan taat = hidup damai sejahteraSetia dan taat = hidup damai sejahtera. Dari ayat-ayat awal sampai akhir Mazmur 119, tidak henti-hentinya pemazmur menggambarkan bagaimana bahagia dan nikmatnya seseorang yang berpegang dan hidup menurut Taurat Tuhan. Ayat 161-176 ini pun menggambarkan hal yang sama. Menurut pemazmur, damai sejahtera Allah itu antara lain tampak dalam beberapa bentuk. Pertama, keberanian menghadapi musuh-musuh yang mengejarnya tanpa alasan. Artinya ia tidak takut menghadapi ancaman apa pun (ayat 161). Inilah tanda orang yang pasrah kepada Tuhan dan kehendak-Nya. Dengan sendirinya orang seperti ini merasakan ketenteraman dan kenyamanan dalam kehidupannya (ayat 165). Kedua, tidak mengalami depresi, tidak merasa kalut, tidak melarikan diri dari keberanian untuk menerima kenyataan hidup, dan berusaha memecahkan persoalannya dengan sukacita. Hal ini dilandasi oleh keyakinan bahwa itu dilakukan bersama Tuhan. Seseorang yang melupakan kenyataan hidupnya dan tidak berusaha memecahkannya dengan dalih iman, sama dengan orang yang hidup di awan-awan, dan tidak ada bedanya dengan mereka yang mengkonsumsi obat-obatan terlarang. Kecintaan dan kesetiaan pemazmur kepada Taurat sungguh-sungguh telah membawa dia pada damai sejahtera Allah (ayat 163,167). Karena itulah, pemazmur tidak bisa berbuat lain, kecuali memuji-muji Allah terus-menerus (ayat 164,171,172,175). Perlu kita sadari bahwa pujian yang dilakukan pemazmur keluar secara spontan karena kekagumannya pada Allah dan Taurat-Nya. Memuji Tuhan yang dimaksudkan di sini tidak semata-mata dalam bentuk kata-kata dan nyanyian, sebab Tuhan tidak termakan oleh pujian. Memuji Tuhan di sini berarti mengerahkan segala kemampuan, kekuatan, dan segenap jiwa melalui perbuatan-perbuatan baik yang bersumber pada Allah dan Taurat-Nya. Allah sudah mengaruniakan kebaikan, keselamatan, keadilan, dan kebenaran yang nyata dalam Kristus kepada kita. Maka, sudah seharusnya kita memuji-muji Allah dalam perkataan, nyanyian, dan perbuatan kita. Renungkan: Setia dan taat kepada Tuhan dan Taurat-Nya berarti hidup dalam damai sejahtera Allah. |
(0.10250609473684) | (Mzm 147:1) |
(sh: Nyanyian syukur bagi Tuhan (Sabtu, 30 November 2002)) Nyanyian syukur bagi Tuhan
Nyanyian syukur bagi Tuhan. Dengan alat musik dan nyanyian, sekarang jemaat diundang untuk menyanyikan nyanyian syukur kepada Allah (ayat 7-11). Kebaikan- Nya terlihat jelas dalam alam ciptaan, dengan menyediakan hujan dan makanan. Bahkan anak-anak gagak yang biasanya ditinggalkan induknya pun diberikan makanan oleh Allah. Betapa jauh lebih besar Allah mengasihi manusia. Allah juga tidak ingin manusia sombong dan hidup berdasarkan kekuatannya sendiri. Allah senang kepada mereka yang dengan rendah hati mau bersandar sepenuhnya kepada Tuhan, yang berharap pada kasih setia-Nya. Bagian ketiga mengundang Yerusalem untuk memuji Tuhan karena pemeliharaan-Nya yang senantiasa. Pemeliharaan ini terwujud dalam berbagai cara. Allah menjamin keamanan kota dan memberikan keyakinan bahwa akan ada populasi yang terus bertahan di kota itu. Allah memberikan shalom bagi seluruh daerah. Istilah shalom di sini berarti satu keadaan yang ideal, penuh bahagia dan semua kebutuhan tercukupi. Masyarakat damai dan sentosa. Siklus alam juga ada dalam pemeliharaan tangan Allah, mulai dari salju turun sampai mencair lagi dan demikian seterusnya. Allah mengendalikan alam secara sempurna. Yang lebih mengagumkan, pemeliharaan Allah dinyatakan dalam hubungan perjanjian dengan umat-Nya. Umat-Nya harus hidup di bawah ketetapan Allah karena itu adalah hak istimewa Israel.
Renungkan: |
(0.10250609473684) | (Ams 23:1) |
(sh: Dua hal penting: pengendalian diri dan pendidikan anak-anak (Jumat, 27 Oktober 2000)) Dua hal penting: pengendalian diri dan pendidikan anak-anakDua hal penting: pengendalian diri dan pendidikan anak-anak. Setiap orang pasti memiliki keinginan. Memiliki keinginan memang tidak salah, tetapi jangan sampai dijerat nafsu diri sendiri. Seorang yang dikuasai nafsu makan mungkin akan dimanfaatkan seorang pembesar melalui hidangan yang menipu, sehingga apa pun yang diperintahkan pembesar tersebut akan dilakukannya setelah perutnya dikenyangkan (1-3); seorang yang tergiur dengan makanan lezat dari seorang kikir akan terjerumus ke dalam perhitungan yang tidak tulus hati (6-7). Pengendalian diri juga termasuk mengendalikan bibir berkata jujur (16). Tak mudah belajar mengendalikan diri, itulah sebabnya banyak orang yang justru dikuasai oleh nafsu diri. Seorang yang bersusah payah karena ingin kaya akan sangat kecewa bila usahanya selama bertahun-tahun ternyata habis lenyap dalam sekejap (4-5). Kekuatan dan kedahsyatan keinginan atau nafsu dalam diri seseorang sangat bergantung pada dirinya sendiri. Ia yang dikendalikan oleh nafsu tersebut atau ia yang mengendalikan nafsu tersebut. Seorang yang tidak dapat mengendalikan nafsunya, tidak juga dapat mengendalikan dirinya, apalagi mengendalikan orang lain. Pemimpin besar yang mampu mempertahankan kedudukannya adalah seorang yang dapat mengendalikan dirinya sendiri, sehingga tidak terjerat oleh keinginan yang menjatuhkan dirinya. Hal penting kedua adalah pendidikan anak. Sejak kapankah anak-anak membutuhkan pendidikan? Sejak sedini mungkin, karena pendidikan berhubungan dengan keselamatan jiwanya. Betapa menyedihkannya bila orang-tua tidak memiliki tanggung jawab dalam pendidikan anak, dan membiarkan anak tersebut memilih jalannya sendiri. Dalam 'kebutaan' dan ketidakmengertian seorang anak, ia akan terjerumus ke dalam kesia-siaan hidupnya. Betapa tidak bertanggungjawabnya orang-tua yang tidak pernah mendidik anaknya dengan serius, tetapi justru menuruti setiap keinginan anaknya, menyayangi anaknya dengan cara memanjakannya, dan tidak menegur anaknya yang berbuat salah. Bagaimana dengan peran kita di tengah-tengah keluarga sebagai orang tua bagi anak-anak kita? Renungkan: Pengendalian diri dan mendidik anak bukan hal mudah, membutuhkan proses dan perjuangan berat. Keduanya bukan merupakan pilihan tetapi keharusan. |
(0.10250609473684) | (Ams 24:1) |
(sh: Orang jahat dan orang benar (Minggu, 29 Oktober 2000)) Orang jahat dan orang benarOrang jahat dan orang benar. Pengertian orang jahat bukan hanya orang yang merampok, membunuh, memperkosa, membuat kerusuhan, dlsb. Bagaimana dengan seorang yang menipu temannya dengan licik sampai mengalami kemelaratan? Bagaimana dengan seorang manager yang sedang meniti jenjang karier dan tak segan-segan menyingkirkan rekan saingannya? Bagaimana pula dengan seorang jutawan yang menindas hak-hak orang lemah demi ambisinya? Dan bagaimana bila ada seorang yang memutarbalikkan keadilan demi kepentingan golongan atau pribadinya? Apakah mereka dapat disebut orang benar?! Ketika melihat kemakmuran dan kegemilangan hidup mereka, tak jarang muncul perasaan menggelitik: "Mengapa hidup mereka lebih baik dari saya yang senantiasa hidup benar di hadapan Tuhan?" Kekayaan mereka terus bertambah, kecongkakan semakin tinggi, dan mereka semakin memiliki percaya diri sebagai sumber keberhasilan. Melihat kesuksesan dan kejayaan mereka seringkali kita menjadi iri hati dan tidak puas. Tetapi bila kita melihat kesudahan mereka, barulah kita mengerti bagaimana keadilan dan kedaulatan Tuhan dinyatakan (19-20). Memikirkan kesudahan mereka akan menguatkan orang benar untuk tetap setia dalam kebenaran dan kekudusan di hadapan Tuhan. Orang benar memiliki ketahanan dan semangat jauh melebihi orang fasik, walaupun jatuh berapa kali akan tetap bangkit dan muncul sebagai pemenang (16). Orang benar harus hidup berhikmat: merencanakan segala sesuatunya dengan baik dan mendengarkan nasihat orang lain. Dengan hikmatnya ia mengerti bagaimana mengisi hidupnya dan mempersiapkan masa depannya (14). Hanya orang bodoh yang mengabaikan hikmat karena menganggapnya tidak penting dalam hidupnya (7). Renungkan: Sudahkah kebenaran orang benar di atas ini menjadi realita dalam hidup Anda sebagai orang benar dalam menghadapi berbagai tantangan hidup? Bacaan untuk Minggu ke-20 sesudah Pentakosta Yesaya 5:1-7 Filipi 4:4-9 Matius 21:33-43 Mazmur 80:7-15, 18-19 Lagu: Kidung Jemaat 376 |
(0.10250609473684) | (Pkh 2:1) |
(sh: Menikmati hidup (Kamis, 30 September 2004)) Menikmati hidupMenikmati hidup. Pastor Henri Nouwen adalah seorang dosen di Universitas Harvard, Amerika yang sering menjadi pembicara dalam seminar di kalangan orang-orang terpelajar pada waktu itu, namun akhirnya ia meninggalkan semua kegiatan itu dan mengabdikan waktu, tenaga dan dirinya untuk melayani orang-orang yang mentalnya terbelakang di Belanda sampai ia meninggal di sana. Pastor Henri Nouwen memilih untuk menghambakan dirinya kepada Kristus dan tidak menerima pujian duniawi atas prestasi akademisnya itu. Hal yang sama juga dirasakan oleh Raja Salomo, yaitu ia menilai semua hal yang dulu menjadi kebanggaannya telah dianggapnya sia-sia. Raja Salomo adalah seorang raja yang kaya-raya, terkenal, berhikmat serta telah menikmati semua keindahan dunia ini (ayat 1-10). Akan tetapi, baginya menikmati hidup bukanlah terletak pada harta yang berlimpah, keberhasilan mencapai prestasi tertentu, menjadi orang terpandai di dunia melainkan berdasarkan pada anugerah yang diberikan Tuhan untuk dapat menikmati "pahit-manisnya" hidup ini (ayat 24-25). Sebab semua usaha yang dilakukan manusia dengan susah-payah untuk meningkatkan keadaan hidupnya menjadi lebih baik pada akhirnya akan sia-sia karena ia tidak akan membawa keberhasilannya itu setelah ia meninggal (ayat 16-17). Manusia yang berjuang untuk menjadi lebih kaya pada akhirnya kekayaan yang dikumpulkannya itu akan diambil oleh orang lain yang tidak layak menikmatinya (ayat 18,21). Tuhanlah yang menentukan siapakah yang akan menikmati hasil kerja keras orang tersebut (ayat 26). Banyak orang yang dalam hidupnya menetapkan sasaran tertentu sebagai syarat keberhasilannya, tetapi ketika tidak dapat meraihnya menjadi orang yang kecewa, sedih, putus asa dan menganggap Tuhan tidak adil. Sebaliknya, ada beberapa orang yang mampu menikmati hidupnya meskipun ia tidak sukses. Bagaimana dengan kita? Renungkan: Orang yang dapat menikmati hidup ini adalah orang yang mampu bersyukur dan menerima segala anugerah yang Tuhan berikan kepadanya. |
(0.10250609473684) | (Pkh 7:1) |
(sh: Nilai tambah kehidupan (Minggu, 14 Juni 1998)) Nilai tambah kehidupanNilai tambah kehidupan Hikmat manusia terbatas. Hikmat penting dalam hidup sehari-hari kita. Adalah wajar bila orang ingin memilikinya. Bila Anda ingin berhikmat, Anda perlu memperhatikan beberapa pertimbangan Pengkhotbah di sini. Panjang sabarlah, dengan demikian Anda tidak akan bertindak mengikuti emosi, nafsu atau keadaan. Jangan mengidealkan masa lampau sebab dengan demikian Anda tidak hidup maju ke masa depan untuk maju. Namun jangan juga terlalu bergantung kepada hikmat manusia sebab sifatnya terbatas dan relatif seperti uang. Orang bodoh tanpa hikmat bisa kaya, sebaliknya orang berhikmat bisa juga miskin. Jangan ekstrim. Jangan terlalu saleh jangan terlalu jahat. Itu kesimpulan dalam ayat 15-22. Apakah firman Tuhan ini menganjurkan orang untuk hidup biasa-biasa atau asal-asal saja dalam kesalehan? Nasihat ini perlu kita tempatkan dalam konteksnya. Pengkhotbah sedang mengadakan pengamatan dari peristiwa yang dilihatnya terjadi sehari-hari. Kenyataan mengatakan bahwa ada yang mati karena kejahatannya ada pula yang mati karena kebaikannya. Karena tak ada satu orang pun yang bisa baik sempurna, maka paling tepat adalah pas-pasan saja. Ingat itu adalah hasil pengamatan dari peristiwa sehari-hari. Tetapi bukankah kita dipanggil untuk saleh dan berhikmat apa pun resiko nyata yang harus kita hadapi? |
(0.10250609473684) | (Pkh 8:2) |
(sh: Keadilan Pasti Ditegakan (Senin, 5 Desember 2016)) Keadilan Pasti DitegakanSalah satu penyebab mengapa banyak orang berbuat jahat adalah kesabaran Allah yang tidak langsung menghukum semua kejahatan dalam dunia. Hal ini membuat sebagian besar orang berasumsi bahwa melakukan kejahatan tidak ada ruginya, bahkan menguntungkan karena hasilnya menyenangkan. Pengkhotbah mengatakan, "oleh karena hukuman terhadap perbuatan jahat tidak segera dilaksanakan, maka hati manusia penuh niat untuk berbuat jahat" (11). Di sini, Pengkhotbah mengerti walaupun orang fasik dapat menghindarkan diri dari hukuman, bahkan mereka "seratus kali hidup lama, " yaitu dapat menikmat hidup yang lama dalam kemakmuran. Pada akhirnya "orang yang takut akan Allah beroleh kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadirat-Nya" (12). Sebaliknya, orang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan tidak panjang umur karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah (13). Mengapa dikatakan orang fasik "seratus kali hidup lama" (12), tetapi juga "ia tidak akan panjang umur" (13)? Secara harfiah dikatakan orang berdosa "melakukan kejahatan seratus kali dan memperpanjang baginya" (12), tetapi "ia tidak akan memperpanjang hari-harinya" (13). Di sini, ada kesengajaan dalam permainan kata "memperpanjang." Maksudnya, sepertinya orang fasik memperpanjang kejahatannya, namun tidak demikian. Sebab, Allah tidak akan memperpanjang hari-harinya. Mungkin ini menunjukkan pada akhirnya orang fasik tidak dapat memperpanjang kejahatannya karena harus menerima penghakiman Allah. Ketika melihat fakta bahwa orang fasik hidup makmur dalam kejahatannya, sering kali kita dibuat iri hati (Mzm. 73). Namun, kita patut menyadari bahwa untuk sementara waktu seolah-olah Allah membiarkan mereka. Suatu saat, mereka akan diadili dan dihakimi Allah. Karena itu, jangan ikut serta melakukan kejahatan hanya karena kefasikan seseorang tidak secara langsung mendapat hukuman dari Allah. Percayalah bahwa Allah itu adil. Pada akhirnya, Ia akan menegakkan keadilan-Nya. [IT] |
(0.10250609473684) | (Pkh 9:1) |
(sh: Hal-hal berharga dalam hidup (Sabtu, 9 Oktober 2004)) Hal-hal berharga dalam hidupHal-hal berharga dalam hidup. Di balik kesimpulan sementara bahwa nasib semua orang sama, pengkhotbah mengingatkan tentang dua hal berharga dalam hidup: pernikahan dan pekerjaan. Betapa pun sia-sia kesan kita tentang hidup yang seperti siklus mengulang-ulang ini, kehidupan keluarga dan pekerjaan yang bermutu membuat hidup setidaknya terasa lebih berarti. Pernikahan adalah karunia indah Tuhan. Namun, kita tidak dapat "menutup mata" bahwa ada orang yang membuat pasangannya "hidup dalam neraka". Justru karena adanya fakta pernikahan yang seperti neraka inilah, maka orang beriman harus berpegang teguh kepada ajaran firman. Kebahagiaan dalam pernikahan bukan hal yang mustahil, tetapi hal yang mungkin terjadi. Belajar puas dengan pasangan hidup masing-masing, aktif mengobarkan kasih dari waktu ke waktu, memeliharanya sebagai harta karun mulia pemberian Tuhan, dan berjuang keras bagi kebahagiaan tersebut, adalah syarat-syarat untuk mengalami pernikahan yang berhasil (ayat 9). Perjuangan keras mengaktifkan cinta, perhatian, kesetiaan, itulah penentu keberhasilan suatu pernikahan. Karunia Tuhan lainnya dalam hidup adalah pekerjaan. Apabila dalam sudut pandang pengkhotbah, kematian adalah penyebab kesia-siaan, pekerjaan adalah faktor yang memberi hidup arti dan harap. Bekerja adalah bagian dari hidup, kepasifan adalah bagian dari mati, maka bekerja memberi kita harapan karena kita mengalami hidup ketika bekerja. Sebab itu persoalan kita tentang pekerjaan dan tugas apa pun, jangan ditinjau dari segi ekonomi saja. Apabila bekerja adalah ciri dari hidup, maka tugas apa pun sanggup memberi kita kegembiraan. Bekerja berarti menjadi rekan Tuhan yang terus giat bekerja sampai sekarang ini. Inilah insentif utama yang mendorong orang beriman bekerja lebih rajin, lebih giat, lebih berkualitas. Tidakkah akan semakin bergairah kita, apabila menyadari bahwa perbuatan tangan, kaki, otak kita adalah bagian dari ingatan Tuhan dalam dunia ini? Doa: Tuhan, tolonglah gereja-Mu dan bangsa kami menghargai keluarga dan pekerjaan dengan benar. |