Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 881 - 900 dari 1820 ayat untuk yaitu [Pencarian Tepat] (0.002 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.15460575555556) (1Yoh 3:9) (full: TIDAK BERBUAT DOSA LAGI. )

Nas : 1Yoh 3:9

Kata kerja "berbuat dosa" (Yun. _hamartano_) ditulis dalam bentuk infinitif aktif masa kini, yang menunjukkan tindakan yang terus berlangsung. Yohanes menekankan bahwa orang yang sungguh-sungguh dilahirkan kembali dari Allah tidak mungkin mempunyai cara hidup yang berdosa karena hidup Allah tidak dapat hadir di dalam mereka yang berbuat dosa (bd. 1Yoh 1:5-7; 2:3-11,15-17,24-29; 3:6-24; 4:7-8,20).

  1. 1) Kelahiran baru menghasilkan kehidupan rohani yang mendatangkan hubungan bersinambung dengan Allah. Dalam surat ini, setiap kali Yohanes berbicara mengenai kelahiran baru orang percaya, dia memakai bentuk waktu yang sudah selesai dalam bahasa Yunani untuk menekankan hubungan yang sinambung dan terus-menerus yang dimulaikan oleh kelahiran baru (1Yoh 2:29; 3:9; 4:7; 5:1,4,18;

    lihat art. PEMBAHARUAN).

  2. 2) Memiliki hidup Allah di dalam diri kita (yaitu, dilahirkan kembali dari Allah) dan berbuat dosa terus adalah suatu kemustahilan rohani. Orang percaya bisa kadang-kadang gagal untuk memenuhi standar Allah yang tinggi, tetapi mereka tidak akan terus-menerus hidup dalam dosa (ayat 1Yoh 3:6,10).
  3. 3) Yang menjaga orang yang setia dari berbuat dosa adalah "benih Allah" dalam diri mereka yaitu hidup, Roh, dan tabiat Allah sendiri yang ada dalam mereka (1Yoh 5:11-12; Yoh 15:4; 2Pet 1:4).
  4. 4) Oleh iman (1Yoh 5:4), Kristus yang mendiami kita, kuasa Roh Kudus, dan Firman yang tertulis

    (lihat cat. --> 1Tes 2:10),

    [atau ref. 1Tes 2:10]

    semua orang percaya dapat hidup bebas dari dosa dan pelanggaran dari saat ke saat.
(0.15460575555556) (Mat 10:2) (jerusalem) daftar keduabelas rasul (kata Yunani "apostolos" berarti: utusan), bdk Mar 3:14+; dan Luk 6:13+, dalam Perjanjian Baru disajikan sampai empat kali (Matius,, Lukas, Kisah Para Rasul) dengan perbedaan-perbedaan. Daftar itu terdiri atas tiga kelompok masing-masing memuat empat nama. Nama pertama dalam masing-masing kelompok selalu sama; Petrus, Filipus, Yakobus anak Alfeus. Tetapi dalam masing-masing kelompok urutan nama-nama lain dapat berbeda. Dalam kelompok pertama, yaitu kelompok murid yang paling berdekatan dengan Yesus, Matius dan Lukas mendekatkan satu sama lain orang yang bersaudara: Petrus serta Andreas, dan Yakobus serta Yohanes. Tetapi dalam Markus dan Kisah Para Rasul Andreas ditempatkan paling akhir, sedangkan kedua anak Zebedeus diajukan oleh karena bersama dengan Petrus menjadi murid Yesus yang terkarib, bdk Mar 5:37+. Kemudian, yaitu dalam Kisah Para Rasul, Yakobus anak Zebedeus ditempatkan sesudah adiknya Yohanes yang sudah menjadi lebih penting pada umat Kristen, bdk Kis 1:13; Kis 12:2+ dan sudah terasa dalam Luk 8:51+; Luk 9:28. Dalam kelompok yang kedua - agaknya orang itu lebih berdekatan dengan orang-orang bukan Yahudi - Matius ditempatkan paling akhir dalam daftar Matius dan Kisah Para Rasul dan hanya dalam Matius disebut "pemungut cukai". Adapun kelompok ketiga ia paling "Yahudi". Dalam urutan nama dalam kelompok itu Tadeus (Lebeus) dari daftar Matius dan Markus (kalau orang itu sama dengan Yudas (anak) Yakobus yang disebut Lukas dan Kisah Para Rasul) ditempatkan paling akhir dalam daftar Lukas dan Kisah Para Rasul. "Simon orang Zelot" dalam Lukas dan Kisah Para Rasul hanya terjemahan Yunani dari "Simon orang Kanaan" yang disebut Matius dan Markus (dalam teks Yunani; terjemahan Indonesia pakai: orang Zelot). Yudas Iskariot "yang menghianati Dia" selalu ditempatkan paling akhir, Gelar "Iskariot" kerap diartikan sebagai "orang Keriot" (sebuah kota di kawasan Yuda, Yos 15:25), tetapi barang kali gelar itu diambil dari bahasa Aram, "syeqarya", artinya: pembohong, munafik.
(0.15460575555556) (Kel 27:1) (sh: Mezbah Korban Bakaran. (Minggu, 17 Agustus 1997))
Mezbah Korban Bakaran.

Mezbah Korban Bakaran.
Mezbah Korban Bakaran dipergunakan untuk mempersembahkan hewan sebagai korban pendamaian (Im. 4). Darah hewan yang dikorbankan itu harus dibubuhkan pada tanduk-tanduk mezbah dan akhirnya dicurahkan pada bagian bawah mezbah. Tanduk yang juga melambangkan kekuatan itu, dapat dipegang oleh orang yang memberikan persembahan sebagai tanda bahwa ia berlin-dung penuh pada kemurahan Allah. Itulah kebenaran yang dilam-bangkan dalam upacara pemberian korban bakaran. Manusia yang berdosa hanya patut diupah dengan maut, karena itu perlu korban agar dapat berdamai dengan Allah. Kata pendamaian dalam bahasa Iberaninya ialah _kippurim_ dari kata _khapar_ artinya "menutupi". Allah menutupi dosa-dosa kita setelah korban tebusan dibayarkan.

Dari dalam ke luar. Sejauh ini kita temui pola pembangunan Kemah Sembahyang yang bergerak dari dalam ke luar. Pertama dibuat Tabut Perjanjian, lalu kandil. Kemudian kita diajak memi-liki dulu pemandangan menyeluruh terkait, yaitu pembangunan seluruh bagian Kemah Sembahyang. Sesudah itu pembuatan mezbah, demikian seterusnya. Selain gerak dari dalam ke luar, kita temui juga bahwa rinci bahan-bahan yang dipakai berangsur menurun dari bahan-bahan yang mulia dan mahal, ke bahan-bahan yang lebih sederhana dan murah. Jelas lambang apa yang dimaksudkan itu. Yang harus terutama diperhatikan, yang menjadi pusat seluruh kehidupan umat Allah ialah kehadiran Allah sendiri. Pusat hidup itulah yang harus dibangun sepenuh pengabdian dan pengorbanan.

Hari ini kita mensyukuri Hari Kemerdekaan RI. Kemerdekaan itu adalah karunia Tuhan yang diberikan-Nya melalui proses sejarah yang tidak mudah. Untuk memampukan kita mengisi dan menata kehidupan kemerdekaan bangsa kita, kita harus mulai dari pusatnya yaitu pemerintahan Allah atas hidup dan bangsa kita.

(0.15460575555556) (Im 9:1) (sh: Pelayan dan imamat yang kudus (Rabu, 11 September 2002))
Pelayan dan imamat yang kudus

Pelayan dan imamat yang kudus. Sebelum Harun dan putra-putranya dapat dan layak menjalani keimaman mereka, perlu terjadi dulu dua hal. Pertama, sabda Allah datang melalui Musa memberi petunjuk dan perintah. Ini menyatakan prinsip bahwa setiap pelyanan yang benar harus bersumber pada firman Allah dan berjalan sesuai perintah Allah. Kedua, sebelum layak memberikan berbagai kurban untuk pendamaian dan syukur mewakili umat, Harun sendiri harus memberikan dulu kurban-kurban yang sama bagi dirinya sendiri. Kurban untuk penghapus dosa bagi dirinya adalah lembu (ayat 20), mengingatkan kita akan lembu emas yang Harun buat demi memenuhi tuntutan dosa Israel. Kurban bakaran yang menandakan penyerahan diri penuh adalah seekor domba jantan, mengingatkan kita akan domb jantan yang dikorbankan sebagai ganti Ishak. Kedua korban ini menegaskan bahwa sebalum kita bisa melayani orang lain, kita harus lebih dulu dikurduskan dari dosa kita dan menyerahkan diri total kepada Allah.

Urutan kurban untuk umat Israelpun sama, hanya kini ada tambahan lain yaitu kurban keslamatan yaitu kurban yang menandakan terjadinya persekutuan dengan Allah yang menumbuhkan kedamaian di dalam hati dan kehidupan umat. Tujuan semua kurn ini adalah karena Tuhan akan menampakan diri kepada mereka (ayat 4,6). Jadi kurban-kurban bukan dimaksudkan supaya Tuhan berkenan atau datang kepada mereka tetapi karena Tuhan akan menampakan diri dan supaya mereka dapat melihat menikmati kemulianNya, mereka harus menyiapkan diri agar layak menyambut anugrah itu.

Anugrah Allah di dalam Yesus Kristus telah menyatakan kemuliaan dan penyelamatan dari Allah secara sempurna dan tuntas. Karena itu kita tidak lagi perlu upacara-upacara kurban seperti zaman PL itu. Namun prinsipnya terus berlaku hingga kini. Kurban keslamatan dari Tuhan Yesus adalah awal bagi kehidupan yang tumbuh dalam ketaatan dan kekudusan ke arah Dia.

Renungkan: Baik pelayan Tuhan penuh waktu maupun umat, sama perlu memelihara keslamatan dalam kekudusan agar dapat menghayati kehadiranNya secara penuh.

(0.15460575555556) (Im 10:1) (sh: Api Allah (Kamis, 12 September 2002))
Api Allah

Api Allah. Semakin seseorang dekat dengan Allah, semakin ia harus menghormati kekudusan Allah dalam kehidupan dan pelayanannya. Deikianlah kira-kira pengalimatan bebas dari kata-kata Musa di ayat 3 tentang api Allah yang mematikan Nadab dan Abihu. Pasal ini merupkan tragedi pembalikan pasal sebelumnya. Dalam kedua pasal ini kita sama berjumpa dengan api Allah, sama menyambar dan memakan habis. Bedanya,yang pertama adalah api Allah menyambar menghabiskan kurban-kurban yang disampaikan oleh para imam, menandakan perkenan Allah. Peristiwa itu membuat umat bersorak-sorai. Dalam peristiwa ini api Allah menyambar habis juga Nadab dan Abihu, tanda hukuman Allah. Akibatnya, semua orang terutama Harun terdiam (ayat 3b). Bahwa Allah sangat tegas dalam hukumanNya ini tampak lebih jauh dari Ia melarang Harun dan anak-anaknya yang lain untuk meratapi Nadab dan Abihu.Allah menuntut agar mereka mengambil posisi Allah dan bukan posisi Nadab dan Abihu yang Allah hukum.

Mengapa Allah sedemikian murka? Api apakah yang telah Nadab dan Abihu persembahkan? Apakah api itu tidak mereka ambil dari mezbah? Atau mereka tidak boleh melakukan itu? Hanya sedikit penjelasan di berikan, yaitu bahwa api yang mereka taruh ke persembahan itu adalah api yang asing yang tidak diperintahkan Allah kepada mereka (ayat 1b). Dengan kata lain, meski mereka adalah imam dan tugas itu adalah tugas mereka, namun karena mereka tidak menjalankan tugas mereka sesuai peraturan Tuhan, mereka telah menodai kekudusan Allah. Justru karena mereka adalah hamba Allah, mereka harus lebih menunjukkan sikap hormat terhadap Allah dan kekudusanNya. Dalam peristiwa berikutnya Harun dan anak-anaknya kembali membuat kesalahan yaitu mereka tidak memakan kurban seperti yang telah Allah perintahkan. Tetapi mereka tidak memakan karena takut akan kekudusan Allah yang sudah terjadi sebelumnya. Kali ini Allah tidak menghukum.

Renungkan: Allah yang kasih, tegas menghukum orang yang teledor tidak menaati firmanNya. Namun Allah tahu membedakan mana yang salah karena teledor, mana yang karena takut.

(0.15460575555556) (Im 22:1) (sh: Kudus..., hati-hati bertindak! (Selasa, 24 September 2002))
Kudus..., hati-hati bertindak!

Kudus..., hati-hati bertindak! Di pasal 2 kita belajar bahwa Allah tidak main-main menuntut kekudusan para imam. Tuntutan Allah tidaklah berlebihan, karena tugas yang harus dijalankan para imam adalah tugas yang kudus. Otomatis tugas yang kudus itu harus diiringi dengan kehidupan yang kudus pula. Karena itu bila merekan dianggap najis menurut aturan yang telah Allah berikan, mereka harus lebih dahuluu mentahirkan diri.

Pada pasal ini kita diajak untuk memahami beberapa hal tentang hal pentng. Pertama, tentang dampak akibat kenajisan yang dilkaukan para imam adalah larangan untuk menjamah hal-hal yang kudus (ayat 1-16); Bagian pertama ini dialamatkan kepada para imam. Meraka diingatkan akan sanksi allah yang harus dihadapi sebagai konsekuensi pelanggaran ini adalah dilenyapkan dari hadapan Allah (ayat 3), dinajiskan dalam waktu yang panjang (ayat 4a), bahkan meninggal dunia (ayat 9). Mereka juga diperingatkan supaya jangan bersalah dalam hal kurban itu, terutama supaya mereka jangan membiarkan oaran gyang tidak berhak makan persembahan kudus. Karena seluruh bangsa Israel akan terlibat menanggung kesalahan mereka (ayat 15-16).

Kedua, tentang peraturan-peraturan mempersembahkan kurban (ayat 17-25). Bagian ini merupakan penetapan tentang persembahan-persembahan yang dikorbankan, yaitu harus tidak bercela. Peraturan ini dialamatkan kepada para imam, dan umat. Dikatakan bahwa prinsip asasi untuk semua korban adalah sama, yaitu bahwa korban cacat tidak bias dipakai (ayat 18-21). Memang orang yang membawa korban cacat tidak dihukum, tetapi tujuan korbannya gagal, sebab tidak mengadakan hubungan baik antara Allah, dengan dirinya (ayat 22-25)

Melalui perikop ini, kita belajar bahwa ternyata tidak ada imam y ang dapat sepenuhnya dan sempurna menjalani ketetapan-ketetapan Allah. Hanya satu Imam Agung yang secara sempurna dan utuh untuk memenuhi segala-ketetapn-ketetapan Allah, Dialah Yesus Kristus yang tak bercacat cela.

Renungkan: Mengambil bagian dalam kekudusan Allah sama dengan masuk dalam dan mengalami keindahan hadirat-Nya.

(0.15460575555556) (Im 26:1) (sh: Definisi berkat versi Tuhan (Senin, 30 September 2002))
Definisi berkat versi Tuhan

Definisi berkat versi Tuhan. Kita semua tahu apa itu berkat. Pokoknya, berkat adalah sesuatu yang membuat kita bahagia, bersyukur dan berteriak dengan gembira “haleluya!” Berkat adalah apa yang bisa menjadi bahan kesaksian pada kebaktian di hadapan jemaat; akan naik kelas, kesembuhan dari penyakit, mobil baru, naik pangkat/gaji dll. Pokoknya, apapun yang baik, indah, manis, dll., yang kita terima, terlepas dari baik atau tidaknya hubungan pribadi kita dengan Tuhan (“Tuhan bergitu baik, karena Ia mengaruniakan saya xxx, walaupun saya yyy”).

Perbandingan pengertian di atas dengan nas bacaan kita hari ini akan menunjukkan satu hal penting yang kurang yaitu Allah. Memang benar bahwa Allah menjanjikan kecukupn materi kepada umat Israel bila mereka memegang teguh perjanjian mereka dengan Allah. Misalnya, hasil panen yang cukup, bahkan lebih (ayat 4-5, 10); bertambah banyaknya keturunan mereka (ayat 9); juga damai sejahtera dan keamanan, baik dari ancaman binatang buas (ayat 6) dan musuh (ayat 8). Tetapi, semua ini merupakan perpanjangan dari janji utama Allah, yaitu bahwa Allah akan “hadir di tengah-tengahmu dan kamu akan menjadi umat-Ku” (ayat 12). Inilah janji berkat yang terus bergema di Alkitab, yang dinyatakan kembali melalui Yehezkiel pada zaman pembuangan (Yeh. 37:27) dan melalui penglihatan Yohanes (Why. 21:3).

Penegasan janji ini sangat penting, mengingat apa yang kelak akan dihadapi oleh umat Israel di Kanaan. Kepercayaan bahwa kesuburan Kanaan hanyalah karena kuasa dewa-dewi Kanaan seperti Baal, sudah sangat kuat mengakar di kalangan penduduk Kanaan. Karena itu, tantangan bagi umat Israel kelak adalah, tetapi bertahan untuk tidak tergoda apalgi ikut-ikutan menyembah berhala (ayat 1-2). Juga mengingat siapa sebenarnya yang telah terbukti menjadi penyelamat dan menjadi pembebas mereka (ayat 13).

Renungkan: Orang Kristen harus mengartikan berkat sebagai apa yang membuatnya makin dekat dan bersandar pada pemeliharaan Tuhan, bukan apa yang semata membuatnya makin nyaman hidup di dunia tanpa mengingat keberadaan Tuhannya.

(0.15460575555556) (Ul 28:1) (sh: Hubungan berkat dan taat (Sabtu, 10 Juli 2004))
Hubungan berkat dan taat

Hubungan berkat dan taat. Ketaatan kepada Allah mendatangkan berkat yaitu hidup yang berkenan kepada-Nya, hidup yang sesuai dengan kodrat kemanusiaan (=sifat yang asli). Artinya, segala sesuatu akan berjalan sebagaimana hidup itu seharusnya. Ini bukan akibat otomatis sebab dosa sudah merusak dan mengotori keindahan kodrat ilahi atas manusia dan ciptaan lain. Berkat adalah anugerah Allah yang dinyatakan dengan melimpah.

Dari segi jumlah tampak ketidakseimbangan antara berkat dan kutuk (Ulangan 27:11-26) yang diberikan (satu berbanding empat). Ketidakseimbangan ini diberikan karena umat Tuhan cenderung berdosa, sehingga kutuk pun dominan. Bagian berkat ini terdiri dari bagian ringkas yang memaklumatkan berkat yang diterima Israel (ayat 1-6) disusul dengan sedikit penjabaran yang berbentuk pembalikan susunan bagian kalimat; berkat berupa perlindungan dan kemenangan Israel atas musuhnya (ayat 7,13a); berkat berupa kesejahteraan dan kelimpahan hidup di tanah perjanjian (ayat 8,11-12); berkat berupa relasi Israel dengan Allah yang menjadi dasar semua berkat lainnya (ayat 9-10). Keseluruhan berkat ini diapit oleh pesan dan syarat yang sama, yaitu kesetiaan, ketelitian dan kesungguhan melakukan apa yang dituntut Tuhan dalam perjanjian Sinai (ayat 1-2,13b-14).

Berkat bagi Israel ini berhubungan dengan keberadaan mereka sebagai umat Allah. Namun, perwujudan berkat ini terjadi di dalam relasi intim Israel dengan Allah dan melalui tindakan nyata bangsa Israel yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Israel diberkati untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain.

Bagi umat Kristen yang setia mengikut Kristus inti berkat yang disediakan Allah adalah kehidupan yang menjadi berkat bagi orang di sekeliling kita. Menjadi berkat dalam materi, kesehatan, persahabatan dengan sesama.

Renungkan: Berkat yang dilimpahkan kepada kita adalah anugerah yang tidak layak kita terima, kalau begitu bukankah seharusnya kita tidak menahan berkat itu bagi orang lain?

(0.15460575555556) (1Raj 4:1) (sh: Pemimpin yang berhikmat (Kamis, 29 Juli 2004))
Pemimpin yang berhikmat

Pemimpin yang berhikmat. Bagaimana caranya berhasil memimpin bangsa yang besar? Salomo merasakan beban berat untuk melanjutkan kepemimpinan Daud. Mengapa demikian? Pada zaman Daud, Israel telah mengalami kejayaan dalam peperangan. Bagaimanakah nasib Israel di tangan Salomo? Apakah Salomo merupakan orang yang tepat untuk meneruskan kepemimpinan Daud?

Menjadi seorang raja atas bangsa Israel yang besar jumlahnya memerlukan hikmat. Hikmat pada masa itu, bukanlah hikmat teoretis dan ilmu pengetahuan semata-mata. Hikmat pada masa itu terkait dengan kemampuan untuk meraih kesuksesan, yaitu suatu hal yang nyata dan praktis. Salomo memiliki hikmat tersebut. Hikmatnya terwujud nyata dalam bagaimana dia mengatur administrasi pemerintahannya dengan membagi duabelas kepala daerah. Tugas kedua belas kepala daerah ini: Pertama, menjamin kebutuhan setiap bulan dalam hal makan raja dan seisi istana. Kedua, bertanggung jawab atas keadilan dan kesejahteraan wilayah masing-masing sehingga tidak ada daerah yang terlalu kaya atau terlalu miskin. Hasil dari kebijaksanaan administrasif Salomo, membuat orang Yehuda dan orang Israel terjamin kebutuhan hidupnya (ayat 7-20).

Keberhasilan Salomo dalam memimpin bukan semata-mata karena kecakapan administratifnya yang luar biasa tetapi karena dia terlebih dahulu mengarahkan hidupnya untuk hidup takut akan Tuhan. Takut akan Tuhan merupakan sumber hikmat (band. Amsal 1:7) yang menolong Salomo dalam memimpin bangsa Israel.

Kita harus meneladani apa yang dilakukan oleh Salomo, yaitu takut akan Tuhan. Setiap kita dipanggil untuk memimpin, pertama-tama memimpin hidup kita masing-masing, baru kemudian memimpin orang lain. Landasilah hidupmu dengan takut akan Tuhan, maka hikmat Tuhan akan dicurahkan kepadamu.

Renungkan: Supaya kita bisa memimpin dengan baik dan benar, mulailah dengan hidup takut akan Tuhan dan menyesuaikan hidup kita dengan kehendak Tuhan.

(0.15460575555556) (1Raj 9:1) (sh: Pertemuan di simpang jalan (Minggu, 13 Februari 2000))
Pertemuan di simpang jalan

Pertemuan di simpang jalan. Tuhan menampakkan diri-Nya untuk kedua kalinya kepada Salomo, pada tahun ke-24 pemerintahannya, saat ia sedang berada pada puncak kejayaannya, karena ia berhasil membuat segala yang diinginkannya (ayat 1). Mengapa Tuhan perlu memberikan perintah-Nya yang sama, yakni Salomo harus tetap setia dan taat kepada-Nya? Tidak lain dan bukan karena tujuan hidup dan eksistensi bangsa Israel akan terjungkir balik (ayat 6-9), jika Salomo sebagai rajanya tidak setia dan taat kepada Allah.

Keadaan Salomo pada saat itu sangat nyaman dan tenang baik secara jasmani dan rohani. Tidak ada yang tidak dapat ia gapai di masa kejayaannya. Kekayaan, kepandaian, kemasyhuran, bahkan istri dan gundik yang banyak pun telah ia peroleh. Bait Allah yang megah sudah ia bangun dan tahbiskan. Namun justru dalam keadaan yang demikian, firman Tuhan yang berisi peringatan datang kepadanya. Masa kejayaan dapat membawa Salomo pada persimpangan jalan, antara tetap setia kepada Allah dan mengakui kedaulatan-Nya, atau menjadi allah atas dirinya sendiri karena segala yang diinginkan bisa ia dapatkan. Dengan kata lain Salomo berada dalam keadaan yang kritis.

Salomo harus kembali diingatkan bahwa makna dan tujuan hidupnya tergantung kepada Allah. Selama ia mempunyai hidup yang berporos kepada Allah, taat dan setia kepada-Nya, maka takhta dan kerajaan Israel akan tetap kokoh. Hal ini sangat berhubungan dengan makna dan tujuan hidup seorang raja, yaitu ia hidup untuk membawa rakyatnya menuju kemakmuran dan kesejahteraan.

Renungkan: Kebenaran indah yang patut kita renungkan adalah bahwa masa kejayaan seseorang bisa berarti masa kritisnya, karena ia berada di persimpangan jalan. Persimpangan ini bisa kita lewati dengan baik jika hidup kita tetap berpusat pada Tuhan. Hal itu bergantung masalah rohani, yaitu siapa kita di hadapan Allah.

(0.15460575555556) (1Raj 13:11) (sh: Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas (Jumat, 13 Agustus 2004))
Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas

Allah memakai hamba-Nya sampai tuntas. Tidak sedikit pelayan Tuhan yang gagal di tengah jalan. Ada yang jatuh ke dalam dosa. Ada yang meninggalkan pelayanan di tengah-tengah pekerjaan Tuhan. Meski demikian, Tuhan tetap bisa memakai mereka untuk mencapai maksud-Nya. Justru ini menjadi peringatan agar hamba Tuhan melayani dan hidup benar di hadapan Allah.

Kisah abdi Allah ini sungguh tragis. Ia sudah selesai menunaikan tugas utama, yaitu menegur Yerobeam atas dosa-dosanya. Ia tahu bahwa Tuhan memerintahkannya untuk tidak makan roti dan minum air dalam perjalanan tugas. Namun, karena tipuan seorang nabi tua, ia melanggar perintah Tuhan itu. Hukuman pun dijatuhkan, abdi Allah itu dibunuh oleh seekor singa. Kita tidak tahu motivasi si nabi tua membohongi abdi Allah itu. Mungkin ia iri hati melihat si abdi Allah yang berasal dari Selatan masuk ke wilayahnya tanpa permisi untuk bernubuat. Mungkin ia seorang yang "mendukung" pemerintahan Yerobeam sehingga tidak senang melihat abdi Allah ini mencela rajanya. Apapun alasannya, akhirnya ia sadar bahwa penipuannya berakibat fatal bagi abdi Allah itu (ayat 20-22).

Kematian abdi Allah itu tidak menghalangi firman Tuhan dinyatakan. Peristiwa aneh setelah abdi Allah itu diterkam singa (ay. 24: yaitu singa dan keledai menjagai mayat abdi Allah itu) pastilah menimbulkan kegemparan di kalangan rakyat. Tuhan memakai peristiwa itu untuk menyadarkan si nabi tua, yang mungkin selama ini sudah kehilangan kepekaan akan firman Allah dan kehilangan keberanian iman (ia tidak pernah mencela Yerobeam). Ini membuktikan Allah berdaulat dalam segala keadaan, menggenapi janji-Nya, atau menghukum yang melanggar. Kalau Ia tidak segan menghukum abdi-Nya yang lalai, apalagi terhadap orang yang mengkhianati-Nya (Yerobeam). Pasti nubuat mengenai penghukuman Yerobeam akan tergenapi (ayat 32).

Renungkan: Hidup atau mati, Tuhan bisa memakai kita menjadi saluran firman-Nya. Persoalannya apakah hidup kita layak untuk menjadi berkat, menyatakan keadilan, dan kasih-Nya.

(0.15460575555556) (1Raj 19:1) (sh: Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup (Senin, 23 Agustus 2004))
Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup

Begitu ajal di depan mata, baru sadar arti hidup. Ini adalah kutipan pernyataan DR. Morrie Schwartz, dosen senior fakultas sosiologi di Brandies University, kota Waltham, Massachusetts, Amerika Serikat, dalam buku yang berjudul Tuesdays with Morrie. Hal tersebut disadarinya setelah dokter memastikan di dalam tubuhnya ada penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), yaitu penyakit syaraf yang mematikan. Pada saat kematiannya tinggal beberapa bulan, ia baru sadar dan melihat hidupnya secara sangat berbeda dan sangat berarti. Morrie seperti sleepwalker (= orang yang terbangun dari tidurnya).

Elia pernah mengalami hal yang sama ketika ia takut dan putus asa saat menyadari kematiannya ada di depan mata (ayat 3). Penyebabnya karena ia menyadari sebentar lagi kesempatan melayani Tuhan akan berakhir, sedangkan tugasnya masih jauh dari selesai. Ini diungkapkan Elia dengan membandingkan diri tidak lebih baik daripada nenek moyangnya (ayat 4). Meski mengalami takut dan putus asa karena menantang arus di zamannya (ayat 10,14), Elia percaya bahwa Tuhan yang menentukan hidupnya, bukan Izebel. Kepercayaan Elia menyebabkan pemeliharaan Tuhan semakin nyata dalam hidupnya (ayat 6,8). Bahkan Tuhan memberi kesempatan kepada Elia untuk lebih mengenal-Nya secara utuh di Gunung Horeb. Di tempat ini, Elia mengenal Allah yang lembut dan kasih, bukan hanya perkasa dan dahsyat seperti yang selama ini dikenalnya (ayat 11-13). Di tempat ini, Tuhan juga memberitahukan pelayanan Elia selanjutnya, yaitu mengurapi Hazael menjadi raja Aram dan Elisa menjadi penggantinya (ayat 15-21).

Pada umumnya kita sadar bahwa hidup ini ada batasnya, tetapi kita tidak mengetahui kapan batas itu. Sehingga dalam perjalanan hidup kita terjebak dalam rutinitas dan lupa akan makna kekekalan yang terkandung di dalamnya.

Renungkan: Melalui pengalaman Morrie dan hidup Elia, kita belajar menyadari bahwa saat ini masih ada kesempatan bagi kita untuk hidup dan berjalan bersama Tuhan. Gunakan kesempatan ini untuk mengenal Tuhan dan melakukan tugas pelayanan dengan setia.

(0.15460575555556) (1Raj 22:29) (sh: Akibat mendengar nabi palsu (Sabtu, 28 Agustus 2004))
Akibat mendengar nabi palsu

Akibat mendengar nabi palsu. Betapapun menyenangkannya nubuat para nabi palsu, kebenaran pasti akan menelanjangi kepalsuan tersebut. Orang yang membiarkan dirinya dirayu kepalsuan akan melihat kebenaran ditegakkan, dan konsekuensi pemilihan yang salah akan diterimanya tanpa bisa dielakkan.

Ahab memilih untuk mendengarkan para nabi palsu. Ia meneruskan niat berperang melawan Aram. Namun dalam hati kecil ia tahu Nabi Mikha adalah nabi sejati yang berasal dari Tuhan. Ia tahu bahwa nubuat Mikha jauh lebih tulus dan apa adanya. Oleh sebab itu ia tidak berani terang-terangan menunjukkan diri sebagai raja dalam peperangan itu. Ia meminta supaya Yosafat yang maju sebagai panglima perang (ayat 30). Ahab berpikir dengan cara demikian, nubuat Mikha tidak mungkin tergenapi. Cerita peperangan berakhir tragis. Ahab terkena panah sembarangan yang mengakibatkan kematiannya. Ahab tidak dapat menghindari konsekuensi pemilihannya yang keliru. Ia keliru mendengarkan nubuat dari nabi palsu. Sekarang ia menuai hasilnya sendiri. Kebenaran tidak bisa dibengkokkan (ayat 34-38).

Memang pikiran yang sudah bebal akan tertutup bagi kebenaran. Ahab mengira dapat mengendalikan nasibnya sama seperti ia mencoba mengendalikan Mikha. Ia lupa, dibalik Mikha ada Tuhan yang berdaulat. Kita harus belajar dari kisah Ahab yang tragis ini untuk tidak mengulangi kesalahan dan kebodohan yang sama. Jangan pernah berpikir bahwa pilihan yang keliru bisa diperbaiki dengan memanipulasi akibat pilihan tersebut. Hanya ada satu cara memperbaiki kesalahan, yaitu bertobat dan berpaling kembali kepada kebenaran. Walaupun konsekuensi dari keputusan yang diambil tetap harus kita tanggung, tetapi dalam belas kasih Allah, konsekuensi terberat yaitu hukuman kekal telah Allah batalkan di dalam Yesus Kristus.

Renungkan: Adakah keputusan salah pilih yang sudah terlanjur kita lakukan? Kita menyesalinya? Belum terlambat. Bertobatlah! Allah sanggup mengubah segala konsekuensi terburuk menjadi kebaikan bagi anak-anak yang mengasihi-Nya demi kemuliaan nama-Nya.

(0.15460575555556) (2Raj 5:15) (sh: Kekuatan anugerah Allah (Senin, 22 Mei 2000))
Kekuatan anugerah Allah

Kekuatan anugerah Allah. Anugerah Allah kepada Naaman sangat luar biasa. Ia tidak sekadar mengalami mukjizat penyembuhan, namun ia pun mengalami anugerah yang berdampak terus bagi kelanjutan sejarah hidupnya, karena dikatakan 'tubuhnya pulih kembali seperti tubuh seorang anak' (14). Itu merupakan penggambaran dari anugerah Allah yang mengampuni dan mentransformasi hidup seseorang, karena pada zaman itu penyakit kusta diyakini sebagai hukuman Allah atas dosa manusia. Naaman menjadi manusia baru dengan identitas yang baru. Ini dibuktikan dengan pernyataannya bahwa 'di seluruh bumi tidak ada Allah kecuali di Israel'. Ia tidak sekadar mengatakan bahwa Allah lebih berkuasa dari dewa-dewa Siria, namun dia pun mengakui bahwa hanya ada satu Tuhan yaitu Allah Israel dan ia mengadopsi iman Israel menjadi imannya sendiri. Ia mengambil identitas sebagai umat Allah -- identitas baru. Identitas Naaman yang baru ini juga ditandai dengan sikap dan karakter hidup yang baru. Hidupnya diwarnai dengan ucapan syukur kepada Allah yang dinyatakan dengan desakannya kepada Elisa untuk menerima penberiannya. Ia pun berketetapan untuk terus memiliki kehidupan yang kudus. Ini dinyatakan dengan permintaannya untuk membawa pulang tanah Israel untuk menguduskan altar yang ia akan bangun di negaranya. Selain itu Namaan juga menyadari bahwa hidupnya secara penuh bergantung kepada kemurahan Allah, karena masih ada hal-hal yang belum mampu ditinggalkan yaitu ketika ia harus bersujud di depan kuil Rimon karena mengantar tuannya.

Gehazi mempunyai kualitas hidup yang sangat berbeda dengan Naaman, karena ia tidak menerima anugerah Allah. Gehazi tidak lebih hanya sebagai pembawa berita anugerah karena ia tidak menerima anugerah Allah, sedangkan Naaman menerima, mengalami, dan hidup dalam anugerah itu. Karena itu tidak hanya sikap dan karakter Naaman yang lama muncul dalam kehidupannya, namun juga pelayanan yang selama ini dilakukan tidak mendapatkan pahala dari Allah, bahkan penyakit kusta Naaman melekat padanya dan keturunannya.

Renungkan: Anugerah Allah harus diterima, dialami, dan dihidupi agar kita mengalami kekuatan transformasinya yang akan menjadikan kita manusia baru dengan identitas baru, sikap hidup benar, dan karakter Ilahi.

(0.15460575555556) (2Raj 15:1) (sh: Jauhkan Penyembahan Berhala (Jumat, 11 September 2015))
Jauhkan Penyembahan Berhala

Judul: Jauhkan Penyembahan Berhala
Seorang bapa mengaku bahwa ia orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dan orang yang "open minded" (terbuka pikirannya), toleransi, dan demokratis. Ia mengatakan dirinya percaya kepada Tuhan Yesus, sekaligus percaya kepada keyakinan leluhur. Ia menambahkan, "Tidak usah fanatik, semua agama sama saja. Kita ambil yang baik-baiknya saja". Anak-anaknya pun bebas memilih agama.

Azarya menjadi raja Yehuda saat berusia 16 tahun (1-2). Ia melakukan yang benar di hadapan Allah (3). Allah mengaruniakan pemerintahan kepada Azarya selama 52 tahun. Namun ia tidak menjauhkan bukit-bukit pengorbanan sehingga rakyat mempersembahkan dan membakar kurban di bukit-bukit itu (4). Bukit-bukit pengurbanan adalah tempat tinggi yang didirikan sebagai pusat penyembahan berhala. Azarya beribadah kepada Tuhan, tetapi juga memfasilitasi rakyatnya beribadah kepada allah lain. Selain itu, raja Azarya menjadi sombong dan mengambil alih tugas imam serta marah saat ditegur (2Taw. 26: 16-21).

Karena itu Allah mendatangkan tulah kepada Azarya. Azarya sakit kusta selama 13 tahun hingga matinya (5-6).

Kemudian Yotam menjadi raja menggantikan Azarya ayahnya (7). Seorang raja seharusnya membawa rakyatnya hidup benar dan beribadah hanya kepada Allah. Yotam tidak belajar dari ayahnya. Ia melakukan kesalahan yang sama dengan ayahnya. Ia tidak seutuhnya beribadah kepada Tuhan. Bukit-bukit pengorbanan itu tidak dijauhkan oleh Yotam, sehingga rakyatnya terus menjadi penyembah berhala (32-35). Dengan demikian, Yotam bercacat di hadapan Allah. Percuma saja ia menjadi orang benar di hadapan Allah, tetapi membuat rakyatnya menyembah berhala.

Bagaimana dengan kita? Kita perlu menjauhkan penyembahan berhala dari keluarga kita. Tidak cukup hanya kita saja yang benar di hadapan Allah, tetapi juga keluarga, serta orang-orang di sekitar kita. [DSY]

(0.15460575555556) (1Taw 23:1) (sh: Melayani dengan baik dan teratur (Selasa, 19 Februari 2002))
Melayani dengan baik dan teratur

Melayani dengan baik dan teratur. Kita perlu merenungkan bahwa bahwa kitab ini ditulis agar menjadi pedoman bagi umat yang kembali dari pembuangan dan mulai berencana membangun kembali Bait Allah yang telah runtuh. Kepemimpinan Daud tidak saja menjadi contoh tentang seorang pemimpin sejati yang sepenuh hati mengabdikan diri di dalam tugas-tugasnya. Sikap dan tindakan ini dilandasi atas konsep bahwa Allah di dalam kedaulatan-Nya, telah memilih dan menetapkan pribadi lepas pribadi untuk pelayanan kudus. Daud tahu tempat dan perannya, demikian juga tempat dan peran Salomo, serta para Lewi yang terlibat dalam penyelenggaraan ibadah tersebut. Selain itu, tindakan-tindakan Daud menjadi pola prinsip bagi pengaturan ibadah seputar Bait Allah untuk generasi pembangun yang kembali dari pembuangan tersebut.

Daud mengadakan sensus lagi, tetapi kali ini tidak dengan motif dan tujuan yang salah. Daud menghitung orang Lewi yang siap diikutsertakan bagi tugas pembangunan Bait Allah dan penyelenggaraan ibadah di dalamnya. Sebagian ditugaskan untuk memikul tanggungjawab pengawasan dan pengorganisasian, sebagian lagi dibagi-bagi dalam tugas penyelenggaraan ibadah. Pembagian tugas tersebut diatur menurut kelompok asal dari keturunan Lewi, yaitu Gerson, Kehat, dan Merari. Ayat 13 memaparkan sangat rindi tugas-tugas imam, yaitu mengurus apa yang kudus, membakar kurban di hadapan Allah, melayani Allah, dan memberikan berkat demi nama-Nya.

Indah sekali bagian ini memadukan pemimpin dan yang dipimpin dalam suatu orkestra penyembahan yang serasi. Semua dan setiap unsur pada intinya adalah para pelayan Tuhan. Entah memimpin atau dipimpin, setiap kita dipanggil sama sebagai hamba Allah, dan karena itu wajib mengerjakan bagian kita sebagai bagian dari suatu kesatuan pengabdian bagi Allah sendiri. Kristen bukannya terpanggil untuk suatu posisi atau jabatan tertentu, tetapi untuk tugas dan tanggung jawab sebagai hamba Allah.

Renungkan: Penyembahan yang benar dan berkenan kepada Allah adalah pelayanan yang serasi dan teratur di dalam pimpinan Roh dan di dalam semangat kebenaran.

(0.15460575555556) (2Taw 4:2) (sh: Pembaruan serasi dengan kehendak Allah (Rabu, 22 Mei 2002))
Pembaruan serasi dengan kehendak Allah

Pembaruan serasi dengan kehendak Allah. Untuk memberikan model bagi Israel era pascapembuangan, Asa dilukiskan sebagai raja pemenang dalam dua peperangan dahsyat. Perang pertamanya adalah melawan dosa penyembahan berhala. Penyembahan berhala adalah dosa yang sangat banyak disoroti PL sejak zaman Musa sampai para nabi, sebab sifatnya yang menyingkirkan Allah dari posisi dan hak-Nya sebagai yang utama dan objek penyembahan dan mengganti-Nya dengan patung-patung. Tindakan yang serasi dengan kehendak Tuhan hanya satu, yaitu menumpas semua berhala itu, apabila umat tidak ingin ditumpas oleh Allah. Mengapa begitu tegas Allah melawan berhala? Sebab selain berhala melawan hak dan posisi Allah, berhala juga menipu merusak citra Allah dalam diri manusia dengan jalan membelenggu manusia kepada hal-hal yang disembahnya dalam berhala itu. Pada zaman itu Asa memecahkan tugu-tugu berhala dan tiang-tiang pemuj aan, yaitu penyembahan kepada dewa kekuatan yang dilambangkan dengan lingga pria dan kepada dewi kesuburan Asytoret (ayat 2-4). Bisa dipahami apabila bentuk perbudakan yang diakibatkan oleh penyembahan kedua berhala itu adalah pesta-pesta ibadah cabul. Dengan menghancurkan pusat-pusat penyembahan berhala tersebut, Asa memenangkan perang terpenting, perang rohani, dan kembali mengakui keutamaan dan kekudusan Allah.

Selain membereskan kerohanian umat, Asa juga mulai membangun kekuatan militer untuk menegakkan kewibawaan kerajaan Yehuda. Kota-kota, tembok, menara-menara, pintu-pintu, dan palang-palangnya dibangun dan diperkokoh (ayat 7). Terbukti hal tersebut perlu, sebab kemudian datang ancaman dari Zerah, orang Etiopia yang kekuatannya berlipat kali ganda kekuatan Yehuda (ayat 9). Perang kedua yang bersifat militer ini, untuk hamba Tuhan yang memiliki penglihatan rohani yang jernih juga, pada dasarnya adalah perang rohani. Karena itu pola para pendahulunya yang menang perang juga dibuat Asa. Berdasarkan doa (ayat 11), Asa berhasil memenangkan perang militer itu dengan menakjubkan (ayat 12).

Renungkan: Panggilan utama kita adalah mengizinkan Allah menjadi Raja. Biarlah Kerajaan-Nya mewujud dalam hidup kita kini.

(0.15460575555556) (2Taw 8:1) (sh: Standar dan kemampuan (Kamis, 16 Mei 2002))
Standar dan kemampuan

Standar dan kemampuan. Kedua hal ini, standar dan kemampuan, adalah hal-hal yang mutlak diperlukan dalam membangun apa pun. Baik dalam membangun hal-hal fisik maupun dalam membangun hal-hal spiritual, keduanya tidak dapat dipisahkan. Standar memberi kita ukuran jelas sehingga pembangunan yang kita lakukan terarah, dan dari waktu ke waktu dapat dievaluasi. Kemampuan memberi kita daya yang memungkinkan kita tidak saja memulai dengan baik, tetapi juga meneruskan pembangunan sampai selesai.

Perikop ini juga memaparkan kedua hal tersebut. Sebenarnya Bait Allah sudah rampung, bahkan sudah ditahbiskan (ps. 7). Tetapi, ayat 16 menggolongkan pasal 8 ini sebagai bagian penyelesaian pembangunan bait Allah. Pembangunan “bait Allah” dalam arti luas itu menyangkut pembangunan istana Salomo (ayat 1), pembangunan desa-desa yang ditolak Huram agar menjadi kota-kota yang laik huni (ayat 2), pembangunan kedaulatan dan teritorial Israel (ayat 3-6), pembangunan hubungan-hubungan kemasyarakatan (ayat 7-10), dan pembangunan tata ibadah (ayat 12-15). Sungguh suatu pembangunan yang luas, dan terpadu. Dengan demikian, tugas ini bukan tugas main-main, melainkan adalah suatu tugas raksasa dan teramat berat.

Bagian ini menyaksikan dengan jujur keberhasilan dan kegagalan Salomo dalam membangun. Berpegang pada perintah Musa dan teladan Daud ayahnya (ayat 12-15), Salomo berhasil merampungkan pembangunan fisik terpadu tersebut, bahkan tata ibadah bait Allah. Namun, di sela-sela keberhasilan mengarahkan kapasitas yang ada untuk mencapai pola standar fisik dengan benar, Salomo gagal memenuhi standar lainnya yang lebih penting, yaitu kehidupan moral dan ibadah sesungguhnya, yaitu ketaatan terhadap kehendak Allah. Tindakannya memindahkan istrinya, dari kota Daud tempat tabut Allah disimpan ke istana khusus (ayat 11), mengisyaratkan kesadaran Salomo bahwa pernikahan politisnya itu salah di mata Allah.

Renungkan: Pada dasarnya, tak seorang pun mampu membangun sempurna seluruh segi hidup rohani dan duniawi agar bernilai sesuai standar Allah. Standar seperti yang Alkitab paparkan hanya dapat kita penuhi melalui kekuatan Dia yang bangkit dan berhasil.

(0.15460575555556) (2Taw 17:1) (sh: Mutu pembaruan meningkat (Sabtu, 25 Mei 2002))
Mutu pembaruan meningkat

Mutu pembaruan meningkat. Bagian ini kini memaparkan langkah-langkah Yosafat yang meningkatkan mutu pembaruan yang telah dimulai para pendahulunya. Pertama-tama, ia berkonsentrasi pada konsolidasi kehidupan sosial-ekonomi-politik Yehuda. Hal itu dilakukannya dengan menempatkan tentara di kota-kota berbenteng, pasukan-pasukan pelindung (garnisun) di seluruh wilayah Yehuda, termasuk di Efraim, yaitu wilayah Israel yang telah direbut oleh Asa, ayahnya (ayat 2). Tetapi, sebagai umat Allah, pembangunan kekuatan sosial-ekonomi-politik saja tidak cukup. Dia belajar dari sejarah para pendahulunya bahwa kesejahteraan, keamanan, kedaulatan berbangsa hanya tercipta ketika hubungan umat dengan Allah selaras dengan perjanjian kekal Allah. Dia tentu juga telah belajar bahwa ketika hal tersebut dilaksanakan kepalang tanggung atau tanpa fondasi penopang yang kokoh, maka pembaruan tidak mungkin sinambung. Ata s das ar fakta-fakta inilah Yosafat mengambil langkah kedua yang sangat penting yang kini oleh penulis Tawarikh dijadikan model pula bagi pembangunan ulang umat pascapembuangan. Langkah kedua itu adalah membangun kembali komitmen ibadah kepada Allah.Perbedaan antara pembangunan rohani yang telah dilakukannya dengan raja-raja sebelumnya adalah bahwa Yosafat tidak saja membuang tempat-tempat ibadah berhala, tidak juga berhenti pada pelaksanaan ulang tradisi ibadah. Kini ia membangun fondasi yang sifatnya lebih dalam daripada membangun tradisi yaitu mengerahkan tim pengajar. Ada dua tim yang diutusnya mengajar seluruh umat Tuhan. Pertama tim yang terdiri dari para pembesar: Benhail, Obaja, Zakharia, Netaneel, dan Mikha. Kedua, tim yang terdiri dari orang-orang Lewi: Semaya, Netanya, Zebaja, Asael, Semiramot, Yonatan, Adonia, Tobia dan Tob-Adonia bersama Elisama dan Yoram para imam (ayat 7). Dapat dipastikan bahwa kedua tim itu bergabung memberikan penyuluhan terpadu hal-hal moral, keh idupan berbangsa dalam perspektif prinsip-prinsip firman perjanjian Allah.

Renungkan: Perhatikan bahwa tindakan pembaruan Yosafat ini melahirkan keinsyafan rohani (ayat 10), pengakuan bangsa asing (ayat 11), peningkatan kesejahteraan dan kedaulatan (ayat 12-19).

(0.15460575555556) (Ayb 2:11) (sh: Penghibur sejati (Kamis, 21 Agustus 2003))
Penghibur sejati

Penghibur sejati. Ketika penderitaan mencapai puncaknya, siapakah dapat menghibur? Siapakah yang mampu melegakan hati yang sedang tertekan hebat? Adakah kata-kata yang dapat meredakan kegalauan hati?

Pergumulan dahsyat yang dihadapi Ayub tidak dapat dikurangi bebannya hanya dengan nasihat atau kata-kata penghiburan. Ketiga teman Ayub, Elifas, Bildad dan Zofar, mengetahui hal itu. Sebagai rasa simpati atas penderitaan tersebut, mereka memilih untuk berdiam diri selama tujuh hari tujuh malam. Dalam kediaman itu mereka menangis bersama Ayub, mengoyak jubah dan menabur abu di kepala sebagai tanda berkabung bersama Ayub (ayat 1:20; 2:12). Apakah dengan berdiam diri ketiga teman Ayub itu dapat menghibur Ayub?

Penderitaan seperti itu ternyata tidak dapat dihibur oleh upaya apapun. Namun paling tidak ketiga teman itu telah menempatkan diri dengan tepat, yaitu ikut merasakan penderitaan temannya. Sikap teman-teman Ayub ini tampaknya berhasil, untuk sementara waktu, memberikan penghiburan dan pengharapan bagi Ayub, bahwa ternyata teman-temannya tidak meninggalkannya. Siapa yang dapat memberikan penghiburan kepada Ayub? Jika teman-teman Ayub hanya mampu menunjukkan kepekaan akan penderitaan yang dialami Ayub, siapa mampu memberikan penghiburan seperti mereka?

Hanya satu yang dapat memberikan penghiburan secara tuntas yaitu Roh Kudus. Dia adalah sumber penghiburan. Dia mampu menyentuh hati yang luka dan menyembuhkannya. Inilah janji dari Tuhan Yesus sendiri. Roh Kudus yang hadir adalah Roh Penghibur (Yoh. 14:26). Dia akan membantu orang percaya dalam kelemahannya, membantunya berdoa (Rom. 8:26) sehingga orang percaya sanggup menanggung pergumulan sedahsyat apapun.

Renungkan: Hanya ada satu penghibur sejati yang sanggup mengatasi penderitaan seberat apapun. Sudahkah Anda mengenal-Nya?



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA