| (0.17370346176471) | (Mat 21:23) |
(sh: Maju terus dalam kesesatan (Rabu, 28 Februari 2001)) Maju terus dalam kesesatanMaju terus dalam kesesatan. Ada seorang musafir yang sedang menempuh perjalannya ke sebuah desa. Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan menuju sebuah jurang, namun dengan penuh keyakinan diri dia tetap melangkah melewati jalan tersebut. Sama sekali ia tidak menghiraukan nasihat orang-orang, ia maju terus dalam kesesatan. Betapa malangnya ia, karena jurang di depan sedang menantikannya. Kebebalan hati manusia tercermin dalam sikap tokoh- tokoh agama Yahudi, yakni imam-imam kepala dan tua- tua bangsa Yahudi, yang menanyakan apa hak Yesus membuat mukjizat dan siapa yang memberi-Nya kuasa. Mereka datang kepada Yesus pada saat Ia sedang mengajar di Bait Allah. Seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal ini (ayat 23) bila saja mereka mau mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat kuasa-Nya membuat mukjizat. Namun kebebalan hati mereka membuat mereka maju terus melayani pikiran yang menyesatkan. Tuhan Yesus tidak segera menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia justru mengajukan pertanyaan sebagai syarat jawaban-Nya (ayat 24-25). Yesus tidak dapat dijebak dengan cara apa pun, karena Dialah Allah yang menciptakan pikiran manusia. Mereka kebingungan menjawab pertanyaan Yesus, karena mereka tidak mau mengatakan kebenaran yang akan menjebak mereka untuk mengakui kebenaran perkataan Yohanes tentang siapakah Yesus. Jawaban hasil kesepakatan mereka adalah "tidak tahu", suatu jawaban yang tidak bertanggungjawab dan tidak berkualitas. Inilah akibatnya bila seorang tetap maju dalam kesesatan, dan kebebalan hati memotivasinya untuk tidak mau berbalik arah kepada kebenaran. Mungkin banyak tokoh Kristen yang maju terus dalam kebenarannya sendiri, karena mempertahankan konsep kebenaran sendiri ke dalam kebenaran firman Tuhan, sehingga yang berotoritas bukan firman Tuhan tetapi kebenaran sendiri. Dapat kita bayangkan betapa berbahayanya bila kita sebagai pemimpin agama mengajar kaum awam, bukan dengan kebenaran firman Tuhan tetapi dengan kebenaran sendiri yang mengatasnamakan cuplikan ayat-ayat firman Tuhan. Renungkan: Sikap maju terus memang sikap yang baik, tetapi tindakan maju terus membela ketidakbenaran akan menyesatkan diri sendiri dan orang lain. |
| (0.17370346176471) | (Mat 24:1) |
(sh: Mengamati tanda zaman (Rabu, 28 Maret 2001)) Mengamati tanda zamanMengamati tanda zaman. Banyak orang bermunculan menafsirkan beberapa kejadian yang muncul akhir-akhir ini sebagai tanda berakhirnya zaman ini. Namun kenyataannya tafsiran mereka tidak berujung realita, karena sampai kini telah gugur pendapat-pandapat tentang kepastian hari kiamat yang memang hanya sekadar perhitungan manusia belaka, yang tidak berpijak pada kebenaran firman Tuhan. Dalam bacaan kita hari ini jelas dikatakan Yesus bahwa tanda- tanda zaman memang dapat diamati tetapi tidak bermaksud membuka kesempatan bagi manusia untuk menentukan hari- Nya. Lalu mengapa hal ini dinyatakan Yesus? Saat itu para murid sedang terkagum-kagum menyaksikan kemegahan dan keagungan bangunan Bait Allah. Namun Yesus membuat mereka tersentak dengan pernyataan yang menyedihkan (2). Mendengar ini mereka menjadi bertanya-tanya lebih lanjut tentang kesudahan zaman (3). Yesus tidak secara langsung menjawab pertanyaan mereka, tetapi memberikan nasihat bagi mereka untuk mengamati tanda zaman, yaitu: [1] menjamurnya ajaran sesat yang berusaha menyelewengkan perhatian orang dari Yesus (4-5, 11), [2] berbagai malapetaka perang dan bencana alam (6-7), [3] penyiksaan dan pembunuhan orang beriman, [4] permusuhan antar orang beriman karena ketidakjelasan dasar iman (10), dan [5] kasih persaudaraan menjadi suam (12). Dengan jelas dan tegas Yesus mengatakan bahwa semuanya ini akan terjadi sebagai permulaan penderitaan yang menimpa semua orang termasuk orang beriman. Kristen tidak seharusnya menjadi gelisah, kuatir, dan takut mengamati dan mengalami segala kejadian di atas, sebaliknya harus tetap teguh dan setia dalam kehidupan imannya. Di tengah kejadian-kejadian yang berakibat kemunduran, kerusakan, kehancuran, keruntuhan, dan kebinasaan, ternyata ada yang menghibur, karena berita Injil akan tetap tersiar dan berkembang ke setiap penjuru dunia sebelum zaman ini berakhir dan orang yang bertahan sampai akhir akan mendapatkan hidup kekal (13-14). Inilah misi Kristen yang tidak pernah ditelan kekacauan dan kehancuran zaman, karena firman Tuhan tidak pernah gagal. Renungkan: Kesudahan segala sesuatu pasti, tetapi jangan goyah karena kemenangan orang yang setia sampai akhir pun pasti! |
| (0.17370346176471) | (Mat 24:1) |
(sh: Yesus dan akhir zaman (Senin, 7 Maret 2005)) Yesus dan akhir zamanYesus dan akhir zaman
Beberapa tanda akhir zaman menurut Tuhan Yesus: 1) Timbulnya Mesias palsu dan para nabi palsu. Mereka diizinkan meniru hal-hal yang Tuhan pernah lakukan sehingga menyesatkan banyak orang (ayat 4-5). 2) Peperangan akan melanda bangsa-bangsa (ayat 6). Ini menyatakan bahwa tanpa Kristus mustahil mencapai kedamaian dunia yang sejati. Yang ada hanyalah kebencian dan gila kuasa. 3) Bumi yang kita diami akan semakin tidak bersahabat dengan manusia (ayat 7b). Manusia dalam keserakahannya sudah menguras, mengeksploitasi, dan akhirnya menghancurkan alam yang seharusnya dikelola dengan baik. 4) Orang-orang percaya akan dibenci bahkan dianiaya dan dibunuh dan mereka yang bukan orang percaya sejati akan disaring, mereka akan meninggalkan Tuhan (ayat 10). Namun, Tuhan akan memberikan kekuatan bagi orang percaya untuk dapat bertahan (ayat 13). 5) Nabi-nabi palsu bermunculan. 6) Kasih manusia akan menjadi dingin (ayat 12). Akan tetapi, 7) Injil akan diberitakan di seluruh dunia. Renungkan: Di setiap peringatan keras Yesus selalu berdengung panggilan kasih-Nya agar orang menyambut Ia. Di setiap pewartaan kabar baik dari Yesus selalu berdengung peringatan keras bahwa hukuman kekal akan menimpa orang yang tidak menyambut-Nya. |
| (0.17370346176471) | (Mat 24:29) |
(sh: Semesta gonjang-ganjing (Rabu, 9 Maret 2005)) Semesta gonjang-ganjingSemesta gonjang-ganjing
Yesus Kristus akan datang kembali pada hari terakhir, bukan lagi sebagai bayi mungil yang serba terbatas, melainkan dengan segala kekuasaan dan kemuliaan. Dia tidak lagi datang untuk mengampuni manusia berdosa melainkan datang untuk menghakimi. Semua bangsa di bumi akan meratap (ayat 30). Hari penghakiman sudah datang! Tidak ada lagi kesempatan untuk bertobat! Namun, mereka yang percaya dalam nama-Nya, yaitu orang-orang pilihan-Nya akan dikumpulkan dari segala tempat untuk masuk ke dalam sukacita kekal bersama Dia (ayat 31). Tuhan Yesus mengajarkan agar kita peka untuk membaca tanda zaman. Kita bukan hanya harus membaca Kitab Suci, melainkan perlu juga membaca situasi zaman yang sedang terjadi di sekeliling kita berdasarkan terang firman Tuhan. Waktu yang singkat menyadarkan kita untuk hidup bijaksana. Perkataan Tuhan Yesus adalah lebih pasti daripada eksistensi alam semesta. Justru karena tak seorang pun tahu saat kedatangan-Nya (ayat 36), maka kita patut semakin waspada dan semakin mendalami kebenaran Alkitab. Renungkan: Bila Anda ingin siap menyambut kedatangan-Nya, berhentilah menjadi praktisi penyembah segala manifestasi berhala! |
| (0.17370346176471) | (Mat 24:37) |
(sh: Tahu, tetapi Tidak Mau Tahu (Rabu, 29 Maret 2017)) Tahu, tetapi Tidak Mau TahuUntuk menjelaskan kedatangan-Nya yang kedua kali, Yesus menggunakan analogi orang-orang pada zaman Nuh (37). Pola hidup dan karakter manusia pada masa Nuh sangat korup. Mungkin saja mereka tahu dari Nuh bahwa TUHAN akan menghukum mereka dengan Air Bah, namun mereka tidak peduli. Mereka asyik dengan kehidupan mereka sendiri (37-39; lih. Kej. 6). Mata mereka baru tercelik saat melihat Air Bah itu, namun semuanya sudah terlambat. Lalu, Yesus memakai ilustrasi lain untuk menjelaskan sifat yang tak terduga melalui kisah pengangkatan (40-41). Kisah pemilik rumah yang tahu akan kedatangan pencuri menekankan sikap berjaga-jaga (43). Wawas diri dan bersiap sedia merupakan sikap yang patut dimiliki oleh siapa pun yang menantikan kedatangan Yesus kedua kalinya (42, 44). Selain itu, setia dan bijaksana dalam melakukan tugas menjadi salah satu sifat yang harus ada dalam diri orang-orang beriman. Kapan pun Sang Majikan datang, dia bisa mempertanggungjawabkan tugasnya (45-46). Tuan yang bijaksana akan memberikan upah dengan adil (47). Sebaliknya hamba yang jahat, selain meremehkan keseriusan kedatangan tuannya, ia juga melakukan kejahatan terhadap orang lain (48-49). Saat majikannya datang secara tak terduga, dia tidak dapat menghindar dari hukuman yang akan diterimanya (50-51). Tuhan tidak pernah melarang kita bergiat mencari kebutuhan materi. Hanya saja semangat yang sama hendaknya dipakai pula untuk mencari hal-hal rohani. Tahu, tetapi masa bodoh terhadap kebenaran dan realitas rohani adalah penyakit yang mematikan. Karena penyakit itu dapat menumpulkan kesadaran dan kewaspadaan kita terhadap dosa yang akan menyeret kita. Kita dapat mengasah kesadaran dan kepekaan rohani apabila kita mau menjalani disiplin rohani dengan sepenuh hati, seperti: berdoa, merenungkan firman Tuhan, berpuasa, dan lain-lain. Kita melakukannya bukan sebagai beban, melainkan sebagai kebutuhan. Karena itu dibutuhkan disiplin dan komitmen yang tinggi. [RH] |
| (0.17370346176471) | (Mat 24:45) |
(sh: Tuan akan datang dengan tiba-tiba (Minggu, 1 April 2001)) Tuan akan datang dengan tiba-tibaTuan akan datang dengan tiba-tiba. Kepergian sang tuan dalam kurun waktu yang tidak terbatas dapat memunculkan dua sikap dalam diri hamba yang ditinggalkannya. Bila hamba itu setia ia akan menghargai kepercayaan dan tanggung jawab yang diberikan oleh tuannya. Waktu yang ada betul-betul dipakai dengan bijaksana dan penuh tanggung jawab untuk menghasilkan karya yang menyenangkan hati tuannya. Ketika tuannya datang, hamba ini dapat memperlihatkan hasil kerja yang optimal. Tuannya pun sangat menghargai jerih lelahnya dan memberikan pahala kepadanya. Ia naik pangkat dan menjadi orang kepercayaan tuannya. Sebaliknya bila hamba itu jahat ia akan bersikap lalai, meremehkan waktu, dan mengerjakan hal-hal yang jahat, waktu yang ada disia-siakan dan tugas yang dipercayakan kepadanya tidak dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Firman Tuhan menyatakan dengan jelas bahwa ketika tuannya kembali hukuman bagi hamba yang jahat pasti akan dijatuhkan. Ia akan mengalami kesengsaraan dan penderitaan. Jumlah waktu yang sama dimiliki oleh setiap manusia. Tidak ada yang lebih dan tidak ada yang kurang. Waktu terus berjalan maju, tak ada yang dapat menunda. Suatu ketika waktu ini akan habis. Dalam kurun waktu ini Tuhan Yesus mempercayakan tugas kepada murid-murid-Nya. Ia ingin agar waktu yang diberikan dapat dimanfaatkan untuk mengerjakan tugas-tugas yang telah dipercayakan- Nya. Suatu hari Ia pasti datang kembali dan menuntut pertanggungjawaban dari hamba-hamba-Nya. Hamba yang setia diberikan pahala sedang hamba yang jahat akan dihukum dalam penderitaan. Renungkan: Bagaimana Anda memanfaatkan waktu yang masih ada saat ini? Upayakan karya yang memuliakan Tuhan, supaya ketika Tuhan Yesus datang Ia mendapati Anda setia. Bacaan untuk Minggu Sengsara 6 Lagu: Kidung Jemaat 282 |
| (0.17370346176471) | (Mat 26:30) |
(sh: Seharusnya keberanian hati (Jumat, 18 Maret 2005)) Seharusnya keberanian hatiSeharusnya keberanian hati
Menanggapi pernyataan mereka, Yesus memperingatkan bahwa Petrus yang merasa kuat justru yang akan menyangkal Yesus. Namun ungkapan Yesus ini pun balik ditanggapi keras oleh Petrus. Bahkan ia berani mempertaruhkan nyawanya sebagai perwujudan sikapnya yang benar kepada Yesus (ayat 35). Kadangkala sulit bagi seseorang mengambil sikap ketika mengetahui bahwa dirinya harus menghadapi situasi sulit dan kondisi yang sangat berat. Namun, dalam situasi Petrus hal tersebut tidak dapat dihindari. Artinya, informasi bahwa Yesus Sang Pemimpin akan dibunuh adalah informasi yang harus ditanggapi serius. Pemaparan Yesus jelas dan lugas mengenai apa yang bakal terjadi pada waktu dekat dan apa yang akan terjadi sesudah semuanya selesai. Sikap Yesus ini sebenarnya merupakan langkah-langkah yang dilakukan-Nya untuk mempersiapkan diri-Nya dan murid-murid-Nya menghadapi peristiwa keji yang tak lama lagi terjadi. Para murid dipersiapkan untuk tetap berpengharapan bahwa akan ada kebangkitan. Pengharapan inilah yang harus terus dipegang oleh orang-orang yang percaya kepada Kristus karena dengan pengharapan tersebut, kita dipersiapkan untuk menantikan kedatangan-Nya kedua kali yang akan membangkitkan orang-orang yang percaya kepada-Nya. Renungkan: Jika kita menghadapi situasi dan kondisi yang mengguncangkan iman kita dan menghancurkan tekad untuk mengikut Yesus, kita harus hidup dalam pengharapan yaitu bahwa Yesus yang mati adalah Yesus yang bangkit. |
| (0.17370346176471) | (Mat 26:36) |
(sh: Berjaga-jagalah dengan Aku (Minggu, 5 April 1998)) Berjaga-jagalah dengan AkuBerjaga-jagalah dengan Aku Kehendak-Mu jadilah. Yesus tidak berdoa supaya yang diinginkan-Nya menjadi kenyataan. Yesus tidak memutlakkan kehendak-Nya, tetapi berserah kepada kehendak Tuhan. Bukan kepentingan sendiri yang diperjuangkan, tetapi kepentingan Tuhan dan kepentingan umat manusia. Tiga kali ia mendoakan hal yang sama, tanda begitu serius Ia menggumuli, memohonkan, menghayati apa yang didoakan-Nya itu. Tiap kali Ia mendoakan, Ia sadar benar akan dahsyatnya penderitaan yang harus ditanggung-Nya. Tiap kali Ia mendoakan, Ia mengakui ketakutan dan keinginan diri-Nya. Tiap kali pula Ia mempersegar komitmen-Nya untuk tunduk penuh kepada kehendak Bapa, betapa pun sulit dan dahsyat hal itu. Tiap kali pula Ia makin mempertautkan diri kepada rencana Allah. Kemenangan Yesus di Getsemani itulah yang menghasilkan Golgota, Gunung Batu Keselamatan kita. Renungkan: Jika kita gagal dalam Getsemani kita, kita tak akan pernah menjadi instrumen rencana Allah bagi dunia ini. Doa: Kiranya nafas hidupku serasi dengan doa Yesus: Jangan kehendakku bapa, kehendak-Mu jadilah. |
| (0.17370346176471) | (Mat 27:11) |
(sh: Raja orang Yahudi (Kamis, 12 April 2001)) Raja orang YahudiRaja orang Yahudi. Bagi orang Yahudi, gelar yang disandangkan kepada Yesus lebih merupakan ejekan. Sebab mereka tidak akan pernah menerima Yesus sebagai Raja mereka. Bagi pemerintahan Roma, gelar ini jelas mempunyai unsur menentang pemerintah karena Yesus mampu menghimpun massa dalam jumlah besar ketika memberikan pengajaran-pengajaran. Hal ini tentu saja menimbulkan kekuatiran di pihak pemerintah. Berdasarkan kedua hal ini maka baik dari sisi orang-orang Yahudi (masyarakat mayoritas) maupun dari sisi pemerintah Roma (yang berkuasa), Yesus akan tetap dianggap bersalah. Namun ketika Yesus dibawa ke hadapan Pilatus, wali negeri Yudea, dan Samaria tahun 26 - 36 M, Pilatus kebingungan, dan heran karena orang yang dianggap telah mengaku sebagai Mesias sama sekali tidak meresponi pertanyaan-pertanyaannya. Bahkan ketika Pilatus mencoba memancing emosi Yesus dengan mengatakan begitu banyak tuduhan dan saksi yang akan memberatkan-Nya, Yesus tidak bergeming sedikit pun untuk memberikan pembelaan. Pilatus tahu bahwa kedengkian telah berhasil merayu para imam dan tua-tua Yahudi untuk menghasut rakyat Yahudi agar mendukung usaha mereka membunuh Yesus. Akhirnya siksa badani, dan teror mental melalui pemakaian jubah ungu dan penyematan mahkota duri, yang merupakan atribut-atribut kebesaran seorang raja, menjadi bagian penganiayaan yang harus Yesus terima. Sungguh dahsyat peran kebencian dan kedengkian karena telah berhasil menghasut rakyat untuk membunuh sebagai pemuasan ambisi. Bila di zaman itu kedengkian, gelar-gelar ejekan yang menteror mental dan kekejaman melalui siksa badan dapat ditujukan langsung kepada Kristus, maka saat ini kebencian kepada Kristus dilampiaskan kepada murid-murid-Nya, gereja-Nya. Kristen mengalami teror mental, pengrusakan fisik gedung gereja, hingga penganiayaan tubuh, tetaplah bertahan dan berpegang teguh pada pemeliharaan dan kuasa Yesus Kristus. Akan datang hari dimana mereka harus bertekuk lutut menyembah-Nya dengan sungguh-sungguh. Renungkan: Kedengkian dan kebencian dunia kepada Kristus dan gereja-Nya dari hari ke sehari akan semakin meningkat kualitasnya. Karena itu hiduplah dalam kesetiaan dan ketabahan bersama Dia. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 1:21) |
(sh: Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — seperti (Kamis, 16 Januari 2003)) Hanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus — sepertiHanya sekadar takjub? Sudah merupakan kebiasaan Yesus -- seperti orang Yahudi lainnya -- untuk beribadat di sinagoge atau rumah ibadat. Di rumah ibadat ada suatu tradisi yang dikembangkan, yaitu siapa saja yang hadir dalam ibadah saat itu, boleh berkhotbah. Kesempatan ini dimanfaatkan Yesus untuk mengajar. Mengenai apa yang diajarkan-Nya, tidak dicatat oleh Markus. Tetapi, Markus memberi catatan detail tentang pengaruh khotbah-Nya terhadap para pendengar-Nya. Markus mencatat dua pengaruh yang dirasakan langsung dari khotbah Yesus. Pertama, orang banyak takjub mendengar khotbah-Nya (ayat 22). Takjub karena -- secara mencolok -- ajaran Yesus berbeda dengan apa yang selama ini mereka dengar. Khotbah Yesus berbeda dengan khotbah para pemimpin agama Yahudi yang selama ini mereka dengar. Meski fakta ini nyata, namun tidak ada tanda-tanda yang jelas bahwa orang banyak yang takjub itu menjadi percaya pada Yesus. Mereka hanya sekadar takjub, tidak lebih. Kedua, roh jahat yang biasanya dengan tenang turut beribadah di sinagoge, menjadi terganggu dan terancam (ayat 24). Menarik untuk diperhatikan bahwa roh jahat juga beribadah dengan tenang di rumah ibadat. Namun, kehadiran Yesus mengungkapkan kehadiran roh jahat tersebut. Roh jahat tidak dapat bertahan di depan mata Yesus karena tidak tahan melihat kesucian Yesus. Ketika orang banyak melihat bahwa roh-roh jahat taat kepada Yesus, mereka semua menjadi takjub. Dalam hidup sehari-hari, kita sering melihat dan menjumpai demonstrasi kuasa roh-roh jahat di dalam hidup manusia. Akibatnya banyak sekali orang takut terhadap roh- roh jahat. Bacaan Alkitab hari ini mengajarkan dengan jelas bahwa Yesus jauh lebih berkuasa dari roh-roh jahat. Renungkan: Jika kita percaya kepada Yesus, kita tidak perlu takut kepada roh-roh jahat. Sebaliknya, takut atau tunduk pada roh-roh jahat membuktikan bahwa kita tidak percaya pada Yesus. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 5:1) |
(sh: Akibat berjumpa Yesus (Rabu, 5 Maret 2003)) Akibat berjumpa YesusAkibat berjumpa Yesus. Hampir seluruh stasiun tv di Indonesia saat ini menyuguhkan tontonan seram yang dikemas sedemikian rupa kepada para pemirsa. Dari tontonan tersebut diketahui bagaimana keadaan orang yang selalu berhubungan dengan roh-roh setan: liar, tak terkendali, bahkan membahayakan orang lain. Karena itu kita dapat memahami alasan mengapa masyarakat di Gerasa menjauhi orang yang dirasuk setan. Tidak ada usaha mereka untuk menolong atau mengendalikannya. Digambarkan bahwa orang yang dirasuk selegion roh jahat itu telanjang, berkeliaran di kubur-kubur, tidak dapat dikendalikan, dan membahayakan keselamatan orang lain (ayat 3,4). Keadaan seperti ini hanya akan dialami oleh orang-orang yang "bergaul akrab" dengan kuasa kegelapan seperti mempercayai dukun, ramalan, dlsb. Apakah begitu berkuasanya setan sehingga tidak ada kuasa apa pun yang dapat mengendalikan dan menguasainya? Anggapan seperti itu tidak boleh ada dalam iman orang Kristen, sebab roh-roh jahat itu ternyata tidak tahan menghadapi Yesus. Di hadapan Tuhan Yesus yang penuh kuasa dan kekudusan Allah, roh-roh jahat itu segera membongkar nasib akhir mereka: dihukum Tuhan dan binasa (ayat 7). Cukup dengan hardikan, Tuhan Yesus mengusir mereka. Orang yang dilepaskan dari kuasa roh jahat itu berubah, kembali menjadi waras, berpakaian, duduk di kaki Yesus, dan memuliakan Allah. Yesus menginginkan agar melalui perubahan yang terjadi atas dirinya ia menjadi saksi kemuliaan Allah, memberitakannya kepada orang-orang lain. Dia yang dulu hidup dikuasai iblis, telah diubahkan menjadi manusia baru oleh Yesus. Tidak ada kuasa apa pun yang tak dapat tidak dikuasai Yesus. Tak ada hidup yang serusak apa pun yang tak dapat ditata ulang oleh Yesus. Renungkan: Orang Kristen harus memiliki sikap tegas untuk menolak semua bentuk kejahatan dan keterlibatan dengan kuasa-kuasa kegelapan. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 6:30) |
(sh: Sisi perut pelayanan Yesus (Senin, 10 Maret 2003)) Sisi perut pelayanan YesusSisi perut pelayanan Yesus. Dari nas ini, tampak bahwa Yesus bukanlah tipe pelayan yang sanggup berkata dalam hatinya, "yang penting mereka sudah kenyang secara rohani dan diberkati." Yesus mengajar orang banyak yang datang kepada-Nya. Yesus pun mengutus para murid-Nya ke sekeliling Galilea. Tetapi Ia juga memperhatikan kebutuhan fisik mereka, para murid dan orang banyak, yang memang mendesak waktu itu: makan dan istirahat. Karena itu perkataan para murid pada ayat 35 menjadi sesuatu yang ironis bila kita mengingat keprihatinan Yesus yang mengusahakan agar mereka dapat beristirahat dan makan (ayat 31). Walaupun demikian, keberatan para murid memang logis (ayat 37). Yang kurang begitu logis justru adalah jawaban Yesus (ayat 37a) yang kembali ditanggapi dengan keberatan yang juga logis (ayat 37b). Perkataan Yesus ini menjadi pembuka bagi mukjizat yang akan dilakukan-Nya. Ini bukan sakramen, tetapi makan malam biasa ala Yahudi. Yesus menengadah ke langit untuk mengucapkan berkat kepada Bapa sambil memecah-mecah makanan/roti, seperti yang biasa dilakukan orang Yahudi pada saat mereka makan. Orang banyak duduk di padang berkelompok, dalam suasana keakraban khas Yahudi. Yang tidak biasa adalah dari mana makanan yang mereka santap itu datang. Dapat dikatakan, inilah pesta yang merayakan providensi Allah, ketika hari keenam kisah penciptaan diulang kembali: Allah berkehendak bagi manusia untuk beristirahat dan makan, kini dikonkretkan kembali oleh Yesus Kristus, Sang Mesias. Kerajaan Allah yang diberitakan-Nya juga punya keprihatinan dan perhatian terhadap kebutuhan fisik manusia, selain pemberitaan kabar keselamatan. Renungkan: Renungkan apakah sikap Anda, keluarga Anda dan jemaat Anda terhadap makanan dan istirahat layak menjadi kesaksian tentang Kerajaan Allah bagi orang di sekitar Anda. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 7:31) |
(sh: Di dalam kesunyian (Sabtu, 15 Maret 2003)) Di dalam kesunyianDi dalam kesunyian. Kita ada di dalam dunia ini tanpa bisa memilih untuk tidak ada. Meskipun kita adalah manusia yang bebas untuk memilih, tetapi kita tak bisa lari dari hal-hal yang dipilihkan untuk kita oleh kehidupan. Yesus berangkat lagi ke Danau Galilea. Ada seorang yang tuli dan gagap dibawa kepada-Nya -- kemungkinan bahwa ia tidak bisu dan tuli sejak lahir, tetapi ia pernah menderita sakit suatu waktu dalam kehidupannya. Orang-orang membawanya kepada Yesus supaya Ia memberkatinya -- dan mereka tercengang karena Yesus bukan hanya memberkati orang itu, tetapi juga menyembuhkannya! Demonstrasi yang dilakukan Yesus menunjukkan modus yang berbeda dari biasanya. Ia bisa saja berkata-kata dan orang itu sembuh seketika. Namun, di sini ia memakai jari dan ludah-Nya untuk menyembuhkan orang tersebut. Dalam tradisi Yunani dan Yahudi, ludah dianggap memiliki kekuatan menyembuhkan. Yesus ingin meyakinkan orang itu akan kekuasaan-Nya. Tentu saja, perintah agar telinganya terbukalah yang memulihkan orang itu -- ia berbicara dengan baik. Kontras dengan ahli-ahli Taurat yang banyak berbicara dan aktif, orang ini diam dalam kesunyian dan pasif. Namun, di dalam kesunyian ia menemukan Allah. Kita menemukan satu hal yang penting di sini, bahwa keagamaan dan doktrin-doktrin serta peraturan-peraturan kaku adalah suatu penghalang bagi kita untuk menjadi naif, penghalang bagi Allah untuk hadir menyentuh keberadaan kita sekarang dan di sini. Yesus menunjukkan bahwa keterlemparan orang itu ke dalam kehidupan dan ke dalam penyakitnya, serta iman yang melampaui doktrin, menjadi bagian dari kehidupan yang perlu kita jalani sehari-hari. Renungkan: Saat ini mungkin Anda hanya bisa pasrah menerima realitas kehidupan yang kadang memuakkan. Dalam kesunyian dan iman, biarlah Allah menghampiri Anda. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 9:2) |
(sh: Anda berharga di mata Allah (Jumat, 21 Maret 2003)) Anda berharga di mata AllahAnda berharga di mata Allah. Teks hari ini mengajak kita melihat bahwa Yesus dan tiga orang murid-Nya naik ke sebuah gunung dan di sana Yesus dimuliakan, Ia mengalami transfigurasi -- sebuah perubahan penampakan. Yesus tampil sebagai Yang Mulia, dengan cahaya yang selalu menyertai ide tentang kebesaran dan keagungan Allah. Dengan peristiwa ini, tergenapilah apa yang disampaikan dalam 9:1, bahwa ada orang- orang yang akan melihat Kerajaan Allah datang dengan kuasa. Mengiringi Yesus, tampillah Elia dan Musa. Kedua nabi ini muncul lagi dengan maksud-maksud yang jelas. Musa adalah wakil dari perjanjian yang lama yang akan segera digenapi dengan kematian Kristus. Elia adalah yang akan memulihkan segala sesuatu (ayat 12). Maka, kehadiran Musa dan Elia menunjukkan bahwa penderitaan Kristus sudah dekat dan perwujudan rencana Allah bagi manusia akan makin jelas. Petrus kembali menunjukkan bahwa ia tidak memahami kemesiasan Kristus (ayat 5-6). Ia melihat kemesiasan hanya sebagai sesuatu yang mulia, bukan kemuliaan yang akan dicapai melalui penderitaan. Bagian ini menunjukkan ketragisan - - di dalam posisinya yang paling dekat dengan kebenaran, Petrus kehilangan kebenaran karena silau oleh kemuliaan. Ia ingin menjadi berharga. Datanglah awan kemuliaan Tuhan dan suara yang menyatakan ke-Anakan Yesus kembali terdengar, mengingatkan kita akan saat pembaptisan Yesus. Jelaslah bahwa otoritas Yesus diteguhkan di sini, namun juga keberhargaan-Nya. Ia adalah Anak Allah, entah apa pun perkataan dan penolakan orang. Ke-Anakan ini juga memunculkan tanggung jawab untuk taat mutlak terhadap kehendak Allah. Sebagaimana Yohanes Pembaptis menderita (ayat 11-13), Yesus akan menderita -- namun menuju kemuliaan.
Renungkan:
Anda berharga meskipun orang lain dan Anda sendiri tidak merasa
demikian. Anda berharga karena Anda adalah anak Allah ( |
| (0.17370346176471) | (Mrk 10:32) |
(sh: Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut (Jumat, 28 Maret 2003)) Ada apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebutAda apa dengan Yerusalem? Yerusalem, adalah kota yang disebut-sebut Yesus dalam pemberitaan-Nya sebagai kota penggenapan rencana keselamatan Allah. Di kota inilah Yesus akan mati di tangan bangsa-bangsa kafir! Mereka yang menyertai Yesus masuk kota itu cemas. Satu-satunya yang tidak menunjukkan kecemasan dalam rombongan itu hanyalah Yesus. Yesus dengan penuh kerelaan menyadari bahwa Ia harus menderita, dan mati bagi semua orang. Perjalanan menuju Yerusalem adalah perjalanan penuh ketakutan dan penderitaan, tetapi sekaligus perjalanan menuju kemenangan di mana semua tindakan dan karya-Nya mengarah ke salib yang membebaskan kita dari kuasa dosa. Sungguh ironis, sebab di saat para murid cemas, Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus, melihat kondisi ini sebagai suatu kesempatan untuk mendapatkan kedudukan tinggi, dan tempat terhormat. Namun permintaan mereka dijawab Yesus dengan menjelaskan dua hal. Pertama, cawan yang harus Ia minum. Cawan itu merupakan lambang sukacita (lih. Mzm. 23:5; 116:13), dan dukacita dalam PL (lih. Mzm. 11:6; Yeh. 23:31-34; Yes. 51:17-23; Yer. 25:15; Rat. 4:21). Yesus memakai cawan dalam pengertian terakhir, yaitu bahwa Ia harus minum dari cawan yang berisikan hukuman. Kedua, baptisan. Dibaptis berarti merendahkan diri dengan penuh kepatuhan, mengorbankan diri sendiri (bdk. Luk. 12:50). Melalui kedua gambaran ini jelas bahwa demi Kerajaan itu Yesus harus menderita. Mampukah para murid melakukan hal ini? Melalui penderitaan Kristus, kita mendapatkan teladan pelayanan dan kehidupan kristiani, yaitu melayani dalam kasih, kerendahan hati, penaklukan diri kepada kehendak Allah (bdk. Flp. 2:1-11). Renungkan: Kebenaran Allah menjadi nyata melalui kematian Yesus Kristus, dan belas kasihan Allah kepada kita dinyatakan melalui kurban pengganti yang Allah sendiri berikan. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 11:12) |
(sh: Kuantitas tanpa kualitas? (Senin, 31 Maret 2003)) Kuantitas tanpa kualitas?Kuantitas tanpa kualitas? Sama seperti manusia kebanyakan, Yesus pun dapat merasakan lapar. Keberadaan pohon ara yang lebat daunnya membangkitkan selera Yesus untuk menikmati buahnya. Tetapi harapan-Nya tidak terpenuhi karena ternyata pohon itu tidak berbuah. Tentu saja Yesus tidak akan menemukan buahnya, karena saat itu belum musim buah ara. Tetapi Yesus kecewa sehingga Ia mengutuk pohon ara tersebut. Mungkinkah Yesus mengutuk pohon ara karena rasa lapar? Tindakan Yesus ini banyak menimbulkan perdebatan. Sebagian ahli berpendapat bahwa kemarahan Yesus tidak dapat diterima akal sehat. Jangan kita terburu-buru mengeluarkan pendapat tentang peristiwa ini. Perhatikan apa yang Markus katakan. Markus melihat bahwa kutukan ajaib Yesus ini mempunyai makna simbolis. Pohon ara adalah simbol bagi umat Israel. Sebagai bangsa yang memiliki status umat Allah, Israel adalah pohon ara Allah. Allah berharap bahwa pohon tersebut menghasilkan buah-buah kebenaran sehingga makin banyak orang mengenal-Nya. Tetapi sayang, status mulia itu hanya menjadi kebanggaan hampa karena tidak diiringi kenyataan yang membuktikan keistimewaan tersebut. Secara kuantitas, umat bertumbuh pesat dalam pengetahuan dan pekerjaan keagamaan, tetapi secara kualitas, mereka mandul karena tidak menghasilkan buah-buah kebenaran. Status umat Allah tanpa diiringi dengan kenyataan, hanya akan mempermalukan nama Allah. Ini tampak jelas ketika Yesus melihat bagaimana mereka memperlakukan Bait Suci seperti pasar. Seperti umat Israel, kita pun menyandang status umat Allah. Jangan membuat Yesus kecewa karena Dia tidak menemukan buah-buah kebenaran dalam diri kita. Membuat Yesus kecewa sama artinya dengan menyiapkan diri menerima nasib seperti pohon ara. Renungkan: Mengaku diri Kristen berarti siap mengeluarkan buah yang sepadan, dan tidak puas hanya dengan status dan simbol. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 11:27) |
(sh: Abstain terhadap kebenaran (Rabu, 2 April 2003)) Abstain terhadap kebenaranAbstain terhadap kebenaran. Kita di Indonesia terbiasa mengerti, membaca, mendengar kata "politik" dan "kuasa" dalam makna silat kata, dan sering kali berujung pada silat antar pendukung. Nas ini memberikan suatu dimensi baru bagi kata "politik". Karya-karya mukjizat Yesus ternyata juga punya dimensi politis, sehingga menarik perhatian para petinggi sosio-religius Yahudi. Pertanyaan para imam dan ahli Taurat itu bukanlah pertanyaan polos penuh kekaguman yang ingin sungguh-sungguh mengetahui kuasa yang menyebabkan Yesus mampu melakukan semua itu. Pertanyaan mereka adalah pertanyaan yang berusaha mengeksplorasi kemungkinan- kemungkinan untuk menjatuhkan Yesus. Respons Yesus justru membalikkan pertanyaan mereka sehingga kini para iman dan ahli Tauratlah yang terpojok dan harus memutuskan: menurut mereka sendiri dari manakah kuasa Yesus berasal? Respons mereka yang berupa jawaban "tidak tahu" sangat menyedihkan. Pemimpin bangsa memutuskan mana yang "benar" berdasarkan pertimbangan yang picik dan mementingkan diri secara politis, dan akhirnya bersikap pengecut dengan tidak berani menerima implikasi pertanyaan mereka sendiri. Kuasa Yesus jelas datang dari Allah ("surga", ayat 30, adalah kata ganti favorit orang Yahudi untuk Allah, demi menaati hukum ke- 3), sama seperti jika kuasa dan panggilan Yohanes untuk membaptis dan memberitakan seruan pertobatan. Keduanya terkait. Menyatakan bahwa salah satu dari Allah berarti menegaskan keduanya dari Allah, juga sebaliknya. Kiranya Kristen masa kini tidak menjadi seperti para imam yang dengan konyol memilih tidak tahu pada saat harus memilih. Renungkan: Dalam mengakui, menyatakan dan memperjuangkan kebenaran, tidak dikenal pilihan abstain. Sabda Yesus: "barangsiapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku ..." (Mat. 12:30). |
| (0.17370346176471) | (Mrk 13:1) |
(sh: Permulaan dari akhir (Selasa, 8 April 2003)) Permulaan dari akhirPermulaan dari akhir. Sudah menjadi kebiasaan di tiap kapal PELNI untuk memberi pengumuman tiap satu jam sebelum kapal merapat. Pada saat itu, suasana kapal terasa agak berubah. Mereka yang akan turun mulai bersiap-siap, sementara beberapa orang berdiri di luar mencoba mengamati darat yang biasanya belum terlihat. Kapal masih melaju dan belum mengurangi kecepatan, tetapi tahap akhir dari perjalanan sudah dimulai. Dari sudut pandang Markus, akhir perjalanan sejarah dunia telah dimulai. Masa antara penderitaan dan kematian Yesus sampai dengan parousia/kedatangan-Nya yang kedua kali adalah fase akhir dari sejarah, sebelum dimulainya zaman baru ketika Anak Manusia datang dengan segala kemuliaan-Nya. Zaman akhir mempunyai tanda- tanda yang spesifik dan bisa diamati. Zaman yang dimulai oleh penderitaan Kristus itu akan menyaksikan penderitaan gereja, yaitu para pengikut Kristus (ayat 9-11). Zaman ini juga akan memunculkan para penyesat yang bahkan mencatut nama Yesus (ayat 5-6), juga peperangan, bencana alam, malapetaka dan lainnya (ayat 7-8). Bahkan, pada zaman ini juga akan terjadi bagaimana keluarga-keluarga terpecah dan saling berkhianat, bahkan membunuh anggota keluarga lain karena kebencian terhadap Kristus. Karena itu jelaslah, bagi Markus dan bagi kita semua, kita sedang berada di zaman akhir. Ciri-ciri di atas telah kita saksikan. Untuk itu, Yesus menegaskan beberapa hal. Pertama, Yesus, melalui Roh-Nya, tetap menyertai Kristen pada zaman ini sehingga kita tidak perlu kuatir (ayat 11). Kedua, Yesus mengingatkan para murid (termasuk kita) untuk terus berjaga-jaga dan waspada (ayat 5,9). Ketiga, Yesus mengingatkan kita bahwa mereka yang bertahan sampai akhir zaman itu akan diselamatkan (ayat 13). Renungkan: Terus ingat bahwa kita sedang hidup pada zaman akhir. Penghiburan kita adalah janji kedatangan-Nya, arah hidup kita adalah memberitakan Injil-Nya dan tetap setia sampai akhir. |
| (0.17370346176471) | (Mrk 13:14) |
(sh: O Yerusalem, riwayatmu dulu (Rabu, 9 April 2003)) O Yerusalem, riwayatmu duluO Yerusalem, riwayatmu dulu. Plesetan lirik lagu karya Gesang ini juga cocok dengan sejarah Yerusalem. Apalagi bila diteruskan dengan: "sedari dulu jadi rebutan bangsa-bangsa." Kota ini telah kenyang menjadi korban dari pusaran politik antar-bangsa. Tetapi, kota ini juga telah kenyang menjadi korban dari dosa-dosa penghuninya sendiri. Bagian 13:14-23 khusus menubuatkan apa yang telah terjadi di Yerusalem antara 66-70 M. Saat itu orang Yahudi memberontak melawan Roma, yang berakhir pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M oleh pasukan Romawi. Perintah Yesus pada nas ini adalah: lari bila melihat kekejian yang tak terkatakan hadir di Bait Allah (ayat 14). "Pembinasa keji" di sini tidak menunjuk kepada kehadiran Roma di sana, tetapi kepada kaum zelot yang menguasai Bait Allah dan melakukan hal-hal cemar di sana pada + 67-68 M. Sedemikian parahnya tindakan mereka, sehingga mantan Imam Besar Ananus sambil menangis berkata: "Seandainya saya mati ketimbang hidup melihat Bait Allah dipenuhi kekejian seperti ini dan ruang-ruang kudusnya dipenuhi oleh kaki para pembunuh." Juga muncul beberapa orang yang dianggap sebagai Mesias. Menurut tradisi gereja, karena inilah orang Kristen di Yerusalem dan Yudea mengungsi ke daerah Pella di pegunungan, mengikuti kata- kata Yesus, dan luput dari malapetaka 70 M. Mengapa para murid harus lari? Supaya mereka tidak terkena penghukuman. Sebenarnya, penghukuman itu tidak ditujukan kepada para murid. Jemaat-jemaat mula-mula di Yerusalem dan Yudea memberikan sebuah teladan, ketika mereka tetap mengingat nubuat Yesus ini dan peka terhadap apa yang terjadi. Inilah salah satu bentuk dari sikap berjaga-jaga dan waspada dalam ketaatan kepada Yesus Kristus. Renungkan: Ketidaktaatan kepada Allah adalah kekonyolan sejarah, baik sejarah pribadi maupun sejarah pada skala makro. |
| (0.17370346176471) | (Luk 1:1) |
(sh: Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran? (Sabtu, 21 Desember 2002)) Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran?
Bagaimana dan mengapa mengetahui kebenaran? Pada akhirnya memang perbuatan Tuhanlah yang menjadi penentu bagaimana manusia dapat mengetahui, dan karenanya bersukacita karena (ayat 14) kebenaran. Ini tampak pertama-tama di dalam nas ini melalui pengutusan malaikat Gabriel kepada Zakharia untuk memberitahukan rencana Allah bagi anak mereka Yohanes. Yang kedua dan yang terpenting adalah persiapan inkarnasi Kristus melalui pengutusan Yohanes Pembaptis. Yohanes dikhususkan Allah dalam cara mirip seorang nazir walaupun ia bukan nazir (ayat 15, bdk. Bil. 6:3). Ia juga memiliki misi khusus: mempersiapkan umat seperti yang dinubuatkan PL (ayat 16-17, bdk. Mal. 4:5-6) bagi inkarnasi Kristus, yang adalah kabar gembira dan kebenaran terakbar.
Renungkan: |


