Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 901 - 920 dari 3108 ayat untuk sendiri (0.000 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 Selanjutnya Terakhir
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.23298181578947) (1Sam 14:24) (sh: Jangan gegabah memutuskan. (Minggu, 7 Desember 1997))
Jangan gegabah memutuskan.

Jangan gegabah memutuskan.
Kembali kita jumpai salah satu sifat buruk raja Saul yakni gegabah mengambil keputusan dan mengeluarkan perintah. Perintahnya terasa sangat tidak bijaksana. Bayangkan saja, pasukan yang sudah letih dalam perjuangan itu dilarang makan sebelum matahari terbenam dan sebelum perang usai. Kedengarannya seperti menuntut disiplin dan daya juang yang tinggi. Tetapi pasukannya sudah mengejar orang Filistin sejauh hampir 30 km (dari Mikhmas sampai ke Ayalon). Akhirnya karena tenaga mereka sudah terlalu terkuras habis, mereka melakukan hal yang dilarang Tuhan, yaitu memakan daging dengan darahnya (ayat 32). Lebih parah lagi, perintah itu hampir saja membuat Saul harus membunuh putranya sendiri (ayat 42-44), sebab Yonatan yang tidak mengetahui perintah itu sudah makan madu.

Tak perlu mati konyol. Bila benar bahwa kutukan yang Saul perintahkan adalah perintah Tuhan, pasti Yonatan mati. Ternyata tidak. Sebabnya, perintah itu keluar dari diri Saul sendiri dan bukan perintah Tuhan. Tatkala Saul berikhtiar membunuh Yonatan, rakyat pun melindungi Yonatan. Betapa sedih menyaksikan kepemimpinan yang tidak di dalam Tuhan ini. Karena Samuel tidak lagi menyertai Saul, Saul kini membangun mezbahnya sendiri (ayat 35-36). Tindakan bodoh yang satu diikuti oleh tindakan lebih bodoh lagi berikutnya. Tidakkah Saul belajar dari kesalahannya pertama? Begitulah rupanya. Saul makin jauh dari Tuhan, makin tenggelam dalam dosanya. Nampak kepada kita bahwa Saul makin ditinggalkan Allah. Bukannya bertobat, Saul kini berusah menggantikan Allah dengan ilah buatannya sendiri. Kutukan yang diucapkannya untuk rakyat dan Yonatan anaknya, kini ternyata berbalik mengejar dirinya sendiri. Pemimpin yang baik sebenarnya bertugas memimpin rakyat ke dalam berkat, bukan kutuk.

Renungkan: Orang yang dekat dengan Tuhan tidak mungkin ditandai oleh ucapan yang mengutuki orang lain.

Doa: Penuhi kami dengan sejahteraMu agar kami boleh memelihara hidup yang telah Kau percayakan ini.

(0.23298181578947) (2Sam 16:15) (sh: Terjebak kelicikan sendiri (Minggu, 05 Juli 1998))
Terjebak kelicikan sendiri

Terjebak kelicikan sendiri
Ketika Absalom menguji kesetiaan Husai yang dianggap telah mengkhianati Daud dan memihak dirinya (ayat 17), malah dia sendiri terperangkap oleh logikanya! Mendengar alasan Husai, Absalom dapat menerimanya menjadi salah seorang anggota team penasihatnya yang justru memang telah direncanakan oleh Daud (bdk. 15:33-36). Benarlah kata pepatah bahwa orang terperangkap oleh perangkap yang dibuatnya sendiri. Perhitungan licik membuat orang membuat perhitungan yang membuahkan bencana bagi dirinya sendiri.

Nasihat yang menjerumuskan. Adalah kebiasaan yang lazim bahwa para pemimpin membutuhkan para penasihat. Ahitofel yang telah menjadi penasihat Daud, kini dipercaya menjadi penasihat Absalom. Bila Daud begitu mempercayai nasihat Ahitofel, demikian jugalah Absalom (ayat 23). Tetapi nasihat Ahitofel kali ini ternyata menyesatkan. Mana mungkin Allah menyuruh seseorang untuk mencabuli wanita, bukan hanya seorang; dan celakanya, gundik-gundik ayahnya! Waspadalah terhadap nasihat atau pun petunjuk yang bertentangan dengan Firman Allah sekalipun dikemas secara rohani.

Sikap waspada. Zaman sekarang ini tidak sedikit kita jumpai nasihat-nasihat yang mengatasnamakan Allah demi untuk memenuhi kepuasan diri dan ambisi pribadi. Orang-orang yang melakukan itu tidak saja menyesatkan banyak orang, tetapi lebih dari itu mereka mempermalukan Allah dan mengundang murka-Nya! Tidak pernah Allah memerintahkan umat-Nya melakukan hal yang tidak dikehendaki-Nya. Sekarang ini banyak nasihat-nasihat keprihatinan, kepedulian yang terselubung dalam tempat konsultasi dan dikemas dengan nilai-nilai rohani. Segala cara dihalalkan. Tidak peduli nasihat itu menjurumuskan, yang penting mendatangkan keuntungan pribadi dan kepuasan diri.

Renungkan: Persiapkanlah akal budi kita, waspadalah, dan jadilah anak-anak Allah yang takut akan Tuhan!

Doa: Tuhan, Engkaulah Penasihat ajaib dalam hidupku, arahkanlah aku, ya Tuhan.

(0.23298181578947) (2Raj 14:1) (sh: Dua hal terpenting dalam kehidupan (Senin, 5 Juni 2000))
Dua hal terpenting dalam kehidupan

Dua hal terpenting dalam kehidupan. Sebagai raja, Amazia mengalami kehidupan yang tragis. Selama 29 tahun pemerintahannya dapat dikatakan baik sebab ia berjalan di dalam kehendak Allah walaupun tidak seperti Daud namun seperti ayahnya Yoas (4). Tragisnya, hidupnya berakhir dengan kematian di tangan rakyat sendiri. Mengapa demikian?

Satu tindakan Amazia yang patut dipuji adalah ketika ia menghukum para pemberontak (5-6). Ia sangat taat dan menegakkan supremasi (kekuasaan tertinggi) hukum Allah. Tidak heran jika Allah memberkatinya dengan kemenangan besar atas Edom dan berhasil merebut kota Sela (7). Namun keberhasilannya itu berakibat buruk bagi kepribadiannya, karena ia tidak lagi mengenal dirinya sendiri dengan benar dan bagi pemahaman imannya. Ia merasa bahwa dirinya hebat dan berkembang menjadi sebuah keyakinan bahwa dirinya memang hebat. Hingga timbulah ambisi untuk menaklukkan wilayah-wilayah lain, dan yang menjadi targetnya adalah Israel. Amazia telah meninggikan supremasi dirinya sendiri dan menjadikan dirinya standar bagi orang lain, bukan lagi Allah dan hukum-Nya.

Peringatan Yoas bagai pengungkapan ketakutannya di telinga Amazia. Ia tetap menyerang dan kalah. Ia yang meninggikan diri sekarang direndahkan dengan menjadi tawanan perang (13). Bukan hanya dirinya, negara dan bangsanya pun direndahkan karena tembok kota sepanjang 400 hasta dihancurkan. Bahkan Allah pun 'direndahkan' oleh raja yang jahat dengan dirampoknya perkakas Bait Allah. Kesalahan yang dilakukan begitu fatal di hadapan rakyat. Sehingga, setelah dibebaskan oleh Yerobeam, ia dibunuh oleh rakyatnya sendiri dan kemudian mengangkat anaknya menjadi penggantinya. Itulah harga yang harus dibayar, tidak hanya oleh Amazia, tetapi juga seluruh rakyat Yehuda, karena pengenalan diri dan pemahaman iman yang salah.

Renungkan: Jangan sampai status kita yang sudah dibenarkan di hadapan Alah oleh darah Kristus dan pemeliharaan-Nya atas kita hingga kini, membuat kita angkuh dan membuat program-program pelayanan yang memprovokasi pihak lain, sehingga mengakibatkan komunitas Kristen dan nama Allah sendiri direndahkan oleh mereka. Jadilah bijak dan peka selalu!

(0.23298181578947) (Mzm 86:1) (sh: "Engkau sendiri saja Allah" (Kamis, 29 September 2005))
"Engkau sendiri saja Allah"

"Engkau sendiri saja Allah" Sama atau bedakah sikap orang beriman dari orang tak beriman ketika memikul beban berat kehidupan? Jujur, sering kali sikap keduanya hampir tidak dapat dibedakan. Demikian juga yang kita lihat selintas dalam mazmur ini. Namun, bila kita lebih teliti melihatnya, kita akan menjumpai perbedaan mendasar. Di pusat semua pergumulan manusiawinya, pemazmur menempatkan Allah. Sambil mempererat komitmennya kepada Allah dan berfokus pada sifat hakiki Allah (ayat 8-13), pemazmur mencurahkan reaksi-reaksi manusia-winya dalam kesusahan. Keunikan inilah yang harus membedakan sikap orang beriman dari orang tidak beriman dalam menanggung kesusahan hidup.

Terbuka dalam mengungkapkan masalah berat yang ditanggung, jujur tentang perasaan yang timbul, dan gam-blang mengungkapkan permohonan menjadi ciri doa-doa pemazmur (ayat 1-7,14-17). Kalau hanya itu, hampir tidak dapat dibedakan reaksi orang beriman dari reaksi orang tidak beriman dalam kesusahan, bukan? Justru doa dan keluhan demikian harus dipandang salah sebab berpusat pada perasaan, kebutuhan, dan permohonan diri sendiri saja. Namun, doa pemazmur tidak egoistis. Di pusat pergumulannya itu, tebersit sikapnya yang mengutamakan Tuhan dan meninggikan kemuliaan-Nya. Allah saja satu-satunya tempat ia mengadu dan memohon. Ia memohon agar nama Tuhan dihormati semua orang dan ia sendiri pun takut akan nama itu (ayat 9b,11b).

Menjadi beriman bukan berarti menjadi orang aneh dan tidak manusiawi. Banyak hal yang membuat orang tak beriman menjadi gelisah, menangis, dan berkeluh-kesah. Merupakan hal yang wajar jika kita, sebagai orang beriman mengalaminya. Namun, karena pusat hidup kita bukan lagi diri kita sendiri, tetapi Tuhan Allah yang sudah menebus kita melalui Yesus Kristus, maka prinsip kita menghadapi masalah hidup pun harus berbeda.

Responsku: ---------------------------------------------------------------- ----------------------------------------------------------------

(0.23298181578947) (Ams 28:16) (sh: Ingin cepat kaya, membawa celaka (Minggu, 5 November 2000))
Ingin cepat kaya, membawa celaka

Ingin cepat kaya, membawa celaka. Tidak seorang pun ingin miskin atau tetap dalam kemiskinannya. Masing-masing berjuang memperbaiki taraf hidupnya dengan berbagai macam cara dan usaha, namun tidak semua perjuangan ini mendapatkan kesempatan dan hasil yang sama. Siapa yang bertekun dalam usaha yang halal akan memperjuangkannya di jalur yang benar, sebaliknya bagi yang menganggap bahwa usaha yang halal tidak menjawab kebutuhannya akan segera beralih kepada cara yang tidak halal, demi tercapainya tujuan.

Dari dulu hingga kini, banyak orang menjanjikan `kaya dengan cara mudah dan cepat'. Siapa yang tidak tergiur dengan janji kaya mendadak? Mereka tidak lagi memikirkan risikonya karena fokus perhatian pada kekayaan. Beberapa risiko telah dikatakan penulis: orang yang ingin cepat kaya akhirnya menghalalkan cara sehingga tidak terluput dari hukuman (20), orang yang kikir hanya mengejar harta dan justru akan kekurangan (22), anak yang merampas harta ayah dan ibunya telah merusak keluarganya (24), orang yang loba tidak memelihara relasi dengan orang lain (25), orang yang menyimpan kekayaannya hanya untuk diri sendiri akan dikutuki (27). Segala risiko ini sering diabaikan karena terkalahkan oleh keinginan cepat kaya. Risiko tidak penting, yang penting kaya dulu. Itulah sebabnya segala cara dihalalkan, sampai merusak keluarga sendiri, merusak bangsa sendiri, bahkan merusak diri sendiri. Banyak orang menjadi pengedar ganja dan narkoba bukan karena membutuhkan sesuap nasi, tetapi karena inilah cara mudah cepat kaya. Banyak orang menjual diri dengan cara amatir ataupun profesional demi mencukupi kebutuhan sekunder. Banyak orang mencetak uang palsu agar cepat kaya. Sampai kapankah kekayaan dapat bertahan sebagai tujuan hidup?

Renungkan: Kekayaan yang cepat didapat dengan menghalalkan cara akan berdampak buruk bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan diri sendiri.

Bacaan untuk Minggu ke-21 sesudah Pentakosta

Yesaya 25:6-9

Filipi 4:12-20

Matius 22:1-14

Mazmur 23

Lagu: Kidung Jemaat 287

(0.23298181578947) (Hos 13:1) (sh: Menyimpang dari Allah, berarti mati! (Jumat, 13 Desember 2002))
Menyimpang dari Allah, berarti mati!

Menyimpang dari Allah, berarti mati!
Allah sendiri mengingatkan Israel, bahwa Dialah yang telah membawa mereka keluar dari Mesir. Tidak ada juruselamat lain (ayat 4). Artinya, hanya Allahlah yang memelihara dan yang memberi mereka makan dan minum. Israel dengan mudah melupakan segala kebaikan yang telah Tuhan limpahkan atas mereka. Karena itu, ketika Israel membelakangi Allah, itu tidak hanya berarti bahwa Israel menolak keselamatan dari Allah, tetapi juga Israel telah memutuskan hubungan kasih dengan Sang Sumber kehidupan. Akibatnya, murka Allah menimpa mereka. Bahkan, akibat dari sikap Israel itu, Allah tidak akan membebaskan Israel dari maut. Israel tidak mengurangi kuantitas dan kualitas kejahatan mereka, justru sikap Israel makin bertambah-tambah penyimpangannya terhadap perjanjian kasih dengan Allah. Mereka harus mengalami maut yang datang dari Allah. Allah sendiri tidak akan menyelamatkan Israel (ayat 14). Apakah Allah telah kehabisan kesabaran? Tidak! Allah memutuskan tindakan ini justru karena terlalu sabar. Juga, tindakan Allah ini diambil karena ketololan dan kebodohan Israel sendiri. Artinya, Israel sendiri yang telah memutuskan hubungan kasih Allah dengan Israel.

Kehidupan yang didasarkan pada kasih Allah, Sang Sumber Kehidupan, hanya akan terjalin kembali apabila Allah sendiri berinisiatif penuh untuk memulihkan hubungan-Nya dengan umat. Pemulihan hubungan itu telah sering Allah lakukan, tetapi Israel terus menerus menolak Allah.

Bila kita belajar dari sikap Israel terhadap Allah, maka kita pun harus dengan penuh kesadaran mengakui bahwa kita tidak lebih baik daripada umat Israel. Sebab seandainya ada seorang saja di bumi ini yang betul-betul setia kepada Allah, maka Allah tidak perlu berinisiatif melalui Yesus Kristus, datang ke dunia. Tetapi, karena satu orang saja tidak ditemukan, maka damai Natal itu harus datang ke dunia, berada di antara kita, dan memulihkan kembali relasi manusia dengan Allah.

Renungkan:
Manusia sudah dihukum sekaligus diselamatkan dalam Natal, salib dan kebangkitan Yesus.

(0.23298181578947) (Am 2:4) (sh: Hukuman juga atas umat Allah sendiri (Kamis, 17 Juli 2003))
Hukuman juga atas umat Allah sendiri

Hukuman juga atas umat Allah sendiri. Bayangkan bagaimana perasaan orang Israel ketika mendengar nubuat Amos menuding kejahatan bangsa-bangsa sekitar mereka yang jahat (ps. 1), juga kemudian menelanjangi kejahatan Yehuda saudaranya sendiri (ayat 2:4-5). Pasti senang dan mendukung penuh. Namun betapa terperangah mereka ketika panjang lebar teguran keras Tuhan pun ditujukan kepada mereka. Memang mereka adalah umat Allah, namun itu tidak berarti mereka beroleh perkecualian untuk segala kejahatan mereka.

Dosa pertama yang Allah bongkar menyangkut ketidakadilan para elit terhadap orang lemah (ayat 6-7a). Pemimpin dan orang yang berlebih harta atau kuasa tidak memperlihatkan kesadaran bahwa mereka adalah pelayan Tuhan. Kedua, percabulan dibiarkan merajalela bahkan sampai merasuki upacara keagamaan (ayat 7b-8). Hal ini membuat Israel sama melakukan dosa bangsa kafir yang menjadikan kesuburan menjadi objek ibadah. Ketiga, menyembah kekuatan alam berarti melupakan Allah sumber hidup dan segala keberhasilan (ayat 9-10). Keempat, semua dosa itu memuncak dalam kebebalan rohani. Tidak lagi ada keinginan untuk mendengarkan firman. Para nabi disuruh bungkam (ayat 11).

Allah tidak akan membuat perkecualian apabila umat-Nya sendiri berbuat dosa. Allah tidak menggunakan standar ganda. Justru keberadaan sebagai umat harus membuat Israel berjuang agar sifat- sifat dan kehadiran Allah tampak dalam seluruh kehidupan mereka. Begitu pun kini, justru di tengah kondisi masyarakat yang semakin anarkis dan bebal rohani orang Kristen harus memiliki cap kehadiran dan kemuliaan Allah di dalam tingkah lakunya sehari- hari.

Renungkan: Apa istimewanya berbagai kebangunan dan penyegaran rohani, apabila Kekristenan tidak gigih menegakkan kebenaran dan kekudusan dalam masyarakat mulai dari diri sendiri?

(0.23298181578947) (Mat 21:23) (sh: Maju terus dalam kesesatan (Rabu, 28 Februari 2001))
Maju terus dalam kesesatan

Maju terus dalam kesesatan. Ada seorang musafir yang sedang menempuh perjalannya ke sebuah desa. Beberapa orang telah mengingatkan bahwa jalan yang ditempuhnya adalah jalan menuju sebuah jurang, namun dengan penuh keyakinan diri dia tetap melangkah melewati jalan tersebut. Sama sekali ia tidak menghiraukan nasihat orang-orang, ia maju terus dalam kesesatan. Betapa malangnya ia, karena jurang di depan sedang menantikannya.

Kebebalan hati manusia tercermin dalam sikap tokoh- tokoh agama Yahudi, yakni imam-imam kepala dan tua- tua bangsa Yahudi, yang menanyakan apa hak Yesus membuat mukjizat dan siapa yang memberi-Nya kuasa. Mereka datang kepada Yesus pada saat Ia sedang mengajar di Bait Allah. Seharusnya mereka tidak perlu menanyakan hal ini (ayat 23) bila saja mereka mau mendengarkan pengajaran-Nya dan melihat kuasa-Nya membuat mukjizat. Namun kebebalan hati mereka membuat mereka maju terus melayani pikiran yang menyesatkan.

Tuhan Yesus tidak segera menjawab pertanyaan mereka, tetapi Ia justru mengajukan pertanyaan sebagai syarat jawaban-Nya (ayat 24-25). Yesus tidak dapat dijebak dengan cara apa pun, karena Dialah Allah yang menciptakan pikiran manusia. Mereka kebingungan menjawab pertanyaan Yesus, karena mereka tidak mau mengatakan kebenaran yang akan menjebak mereka untuk mengakui kebenaran perkataan Yohanes tentang siapakah Yesus. Jawaban hasil kesepakatan mereka adalah "tidak tahu", suatu jawaban yang tidak bertanggungjawab dan tidak berkualitas. Inilah akibatnya bila seorang tetap maju dalam kesesatan, dan kebebalan hati memotivasinya untuk tidak mau berbalik arah kepada kebenaran.

Mungkin banyak tokoh Kristen yang maju terus dalam kebenarannya sendiri, karena mempertahankan konsep kebenaran sendiri ke dalam kebenaran firman Tuhan, sehingga yang berotoritas bukan firman Tuhan tetapi kebenaran sendiri. Dapat kita bayangkan betapa berbahayanya bila kita sebagai pemimpin agama mengajar kaum awam, bukan dengan kebenaran firman Tuhan tetapi dengan kebenaran sendiri yang mengatasnamakan cuplikan ayat-ayat firman Tuhan.

Renungkan: Sikap maju terus memang sikap yang baik, tetapi tindakan maju terus membela ketidakbenaran akan menyesatkan diri sendiri dan orang lain.

(0.23298181578947) (1Kor 10:23) (sh: Hidup untuk Allah atau diri sendiri? (Jumat, 19 September 2003))
Hidup untuk Allah atau diri sendiri?

Hidup untuk Allah atau diri sendiri? Memang banyak daging yang diperjualbelikan di pasar di kota Korintus adalah daging yang telah dipersembahkan kepada berhala. Namun, ada juga daging yang tidak dipersembahkan kepada berhala. Meskipun orang-orang Yahudi yang ada di Korintus mempunyai pasar sendiri untuk menghindari daging yang telah dipersembahkan kepada berhala.

Di tengah maraknya orang memilih makanan yang boleh dan tidak boleh di makan, Paulus memberitakan kabar sukacita yaitu bahwa semua makanan di dunia ini boleh dimakan termasuk yang telah dipersembahkan kepada berhala (ayat 26). Namun, Paulus juga memberitahukan kepada orang-orang di Korintus, kalau ada orang yang memberitahu bahwa makanan itu telah dipersembahkan kepada berhala, janganlah memakan makanan itu. Karena itu akan menjadi batu sandungan bagi orang yang ada di sekitarnya (ayat 28,32). Paulus mengajak orang Kristen di Korintus, untuk tidak mementingkan diri sendiri, tetapi melihat kepentingan orang lain juga. Terlebih lagi Paulus mengajak jemaat Korintus agar dalam melakukan segala sesuatu bagi kemuliaan Allah, supaya setiap orang yang berada di sekitarnya, beroleh selamat (ayat 31,32).

Peringatan Paulus ini juga harus mendapatkan perhatian kita, orang- orang Kristen masa kini. Artinya, ada saat di mana kita melakukan sesuatu untuk kepentingan kita, tetapi ada pula saat di mana kita harus mengorbankan kepentingan diri kita untuk kepentingan bersama dengan sikap penuh hormat. Hidup seperti demikianlah yang Paulus inginkan dilakukan jemaat Tuhan di Korintus sehingga menjadi berkat bagi banyak orang. Saat ini, kita tidak di tengah- tengah beragam agama, dan budaya. Karena itu janganlah hidup untuk diri sendiri.

Renungkan: Hendaklah hidup Anda saat ini dan selama-lamanya selalu terarah hanya demi dan untuk kemuliaan Allah.

(0.23298181578947) (Kol 1:19) (sh: Tujuan kedatangan-Nya ialah pendamaian (Jumat, 6 Juli 2001))
Tujuan kedatangan-Nya ialah pendamaian

Tujuan kedatangan-Nya ialah pendamaian. Mengapa kita harus diperdamaikan dengan Allah? Apakah kita bermusuhan dengan Allah? Pertanyaan-pertanyaan tersebut muncul karena kita sungguh menyadari bahwa dosalah yang menjadikan manusia musuh Allah. Namun Allah memprakarsai pendamaian diri-Nya itu karena manusia tidak sanggup dan tidak dapat mendamaikan dirinya sendiri dengan Allah.

Melalui perikop ini Paulus menegaskan bahwa tujuan kedatangan Yesus Kristus adalah untuk memulihkan keretakan dan menjembatani jurang antara Allah dan manusia. Dan perantara pendamaian Allah dengan manusia adalah darah salib Kristus. Kematian Yesus Kristus di kayu salib membuktikan bahwa pendamaian Allah melalui Yesus Kristus bukan saja ditawarkan kepada semua manusia, melainkan juga kepada seluruh ciptaan, yang bernyawa maupun yang tidak bernyawa. Paulus ingin mengatakan bahwa di dalam alam semesta ini yang ditebus bukan saja manusia, melainkan juga segala sesuatu. Dengan kata lain, Paulus menyatakan bahwa dunia tidak jahat. Dunia adalah milik Allah yang ikut ambil bagian di dalam misi pendamaian seluruh alam semesta. Penjelasan Paulus ini juga merupakan serangan balik kepada kaum Gnostik yang memandang dunia sebagai sesuatu yang jahat dan tidak dapat diperbaiki.

Kita dapat memetik beberapa pengajaran tentang kasih Allah terhadap dunia yaitu bahwa prakarsa Allah mendamaikan manusia dengan diri-Nya sendiri di dalam Yesus Kristus, melalui kematian Kristus, membuktikan bahwa kasih-Nya tiada terbatas dan bahwa pendamaian itu berlaku untuk seluruh alam semesta. Pendamaian itu sempurna, tidak ada yang kurang, karena dilakukan oleh Yesus Kristus sendiri yang menerima segala kepenuhan Allah, berarti Dialah Allah sendiri.

Renungkan: Prakarsa Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia menunjukkan bahwa tidak ada jarak yang tidak dapat dijembatani dan yang tidak dapat ditempuh oleh kasih Allah, karena Dia sendiri yang menjadi Pendamai manusia dengan Allah. Betapa bersyukurnya kita yang telah diperdamaikan dengan Allah di dalam diri Yesus Kristus yang telah mati dan bangkit mengalahkan maut. Hai Kristen yang telah diperdamaikan, apakah makna perdamaian itu telah mengubah pola pikir, pola kata, pola pelayanan, dan pola hidup Anda?

(0.23298181578947) (Yak 4:11) (sh: Fitnah dan kesombongan demi kepujian diri sendiri (Minggu, 10 Juni 2001))
Fitnah dan kesombongan demi kepujian diri sendiri

Fitnah dan kesombongan demi kepujian diri sendiri. Biasanya fitnah lahir karena kebencian. Maka seringkali fitnah dikaitkan dengan membunuh dalam arti luas: seperti membunuh kesempatan bekerja/berkarya bagi orang lain, memutuskan tali persahabatan antar dua pihak, menghancurkan profesi orang lain, dll. Oleh karena itu Yakobus memberikan peringatan keras tentang fitnah.

Fitnah dilakukan dengan tujuan memegahkan diri sendiri dan selalu menempatkan diri sebagai orang yang tidak bercela. Dampak dari tindakan ini tidak hanya menciptakan keretakan atau kerenggangan hubungan dengan orang lain, tetapi juga memecahkan kesatuan jemaat (lih. 1Kor. 1:10-13). Lebih membahayakan lagi karena orang yang memfitnah menempatkan diri sebagai hakim dan menggantikan posisi Tuhan, satu-satunya Hakim Pembuat Hukum.

Hal lain lagi yang disoroti Yakobus dalam perikop ini adalah hal kesombongan. Tingkah laku para pedagang yang merasa puas dengan dirinya sendiri sehingga merasa sanggup melakukan apa saja sesukanya. Mereka tidak hanya melupakan sesamanya, tetapi juga melupakan Allah dalam perencanaan-perencanaan hidup. Mereka tidak mau Allah campur tangan dalam pengambilan keputusan. Kalaupun mereka mengatakan: "Jika Tuhan menghendaki!" itu bukan berarti mereka berserah penuh pada keputusan Allah. Mengapa? Karena itu hanya merupakan "mantera" yang mereka harapkan dapat menjamin keberuntungan dan kesuksesan mereka. Dengan kata lain peranan Allah hanya untuk mensahkan perbuatan-perbuatan buruk mereka! Kefanaan manusia itu seharusnya menyadarkan kita akan fakta bahwa kita tidak dapat berdiri sendiri, kita sepenuhnya bergantung kepada Allah.

Renungkan: Tidak seorang pun manusia berhak memfitnah dan menyombongkan diri di atas sesama, terlebih menolak keterlibatan Tuhan dalam rencana hidup.

Bacaan untuk Minggu Trinitas

Yesaya 6:1-8

Roma 8:12-17

Yohanes 3:1-8

Mazmur 149

Lagu: Kidung Jemaat 417

(0.21875897368421) (Luk 20:20) (sh: Yesus dan kekuasaan-Nya (Selasa, 11 April 2000))
Yesus dan kekuasaan-Nya

Yesus dan kekuasaan-Nya. Dalam renungan hari ini Yesus memperlihatkan betapa besar kekuasaan yang Ia miliki dan bagaimana Ia menggunakan kekuasaan-Nya. Yesus bukan hanya keturunan Daud (ayat 41-44). Dia pun tunas dan sekaligus keturunan Daud (Why. 22:16). Dia sudah ada sebelum Abraham (Yoh. 8:58). Dia adalah Allah sendiri. Allah yang sudah ada sejak kekekalan hingga kekekalan. Dia adalah Allah Abraham, Allah Ishak, Allah Yakub, dan Allah semua yang hidup (ayat 37-38). Betapa besar kekuasaan dan wewenang-Nya atas seluruh alam semesta dan isinya. Di tangan-Nya terletak kekuasaan yang mutlak. Di tangan-Nya seluruh kekuasaan yang ada berasal.

Ketika Penguasa yang mutlak itu datang ke dalam dunia, Ia tidak merebut kekuasaan Kaisar atas Israel (ayat 20-26). Sebaliknya ia menegaskan bahwa Kaisar sudah bertindak sesuai dengan legitimasi yang dimiliki. Karena itu ia berhak menarik pajak atas seluruh masyarakat Israel. Pajak adalah milik Kaisar. Karena Allah jauh lebih berkuasa dari Kaisar, maka Ia berhak atas sesuatu yang jauh lebih bernilai daripada sekadar pajak yaitu kasih, penyembahan, dan hidup manusia yang untuknya Kristus telah mati. Kristus telah memberikan teladan bahwa kekuasaan itu tidak serakah, tidak merebut apa yang menjadi hak orang lain, kekuasaan tidak korupsi dan kekuasan itu menyatakan dirinya berdasarkan kebenaran bukan berdasarkan kepentingan kekuasaan itu sendiri.

Selanjutnya Yesus memberikan contoh sekali lagi tentang kekuasaan yang dipakai untuk mendatangkan kemuliaan bagi dirinya sendiri, mencari gengsi di mata masyarakat, dan mengeksploitasi rakyat kecil demi keuntungan pribadi (ayat 45-47). Tidak demikian halnya dengan penggunaan kekuasaan Yesus. Ia tidak mencari gengsi dan kemuliaan pribadi apalagi keuntungan diri sendiri. Sebaliknya kekuasaan yang Yesus miliki adalah kekuasaan yang menghormati hak orang lain walaupun lebih rendah dari-Nya. Kekuasaan-Nya dipakai demi kesejahteraan orang lain. Kekuasaan- Nya dipakai untuk memuliakan Allah dan bukan diri-Nya sendiri. Kekuasaan yang tidak berpusat pada diri sendiri. Inilah konsep penggunaan kekuasaan yang benar.

Renungkan: Bila setiap orang memahami konsep penggunaan kekuasaan yang benar dan bertekad untuk menerapkannya, maka tidak banyak orang yang berambisi untuk mendapatkan kekuasaan.

(0.21050089473684) (Kej 28:10) (ende)

Ini suatu tjerita sekitar tempat sutji Bethel. Hingga djaman para Radja Bethel adalah suatu tempat ibadat jang penting (lihat: 1Ra 12:29; 2Ra 23:15). Meskipun baru kemudian didirikan, tetapi asal-mulanja dihubungkan dengan Jakub (bahkan dengan Ibrahim: Kej 12:8). Penampakan jang ditjeritakan disini menerangkan arti namanja.

Fasal ini tersusun dari dua tradisi. Tradisi J mentjeritakan bagaimana Jahwe sendiri menampakkan diri kepada Jakub, sedangkan menurut tradisi E Jakub hanja melihat tangga, dan melalui tangga itu para malaikat naik-turun, akan tetapi Tuhan sendiri tidak kelihatan. Pada umumnja tradisi E ini menghindari lukisan seakan-akan Tuhan menampakkan diri dalam udjud jang kelihatan. Maksudnja mendjelaskan keAgungan Tuhan, jang mengatasi segala-sesuatu.

(0.21050089473684) (Kej 32:24) (ende)

Dengan menjeberang sungai Jabbok, Jakub makin mendekati kakaknja Esau, berada dalam daerah jang berbahaja. Inilah sebabnja ia ragu-ragu akan menjeberang. Karena ia hanja pertjaja akan kekuatan sendiri, ia tertimpa rasa ketakutan akan Esau. Sudah dua kali ia melarikan diri, dari Esau (Kej 27:43) dan dari Laban (Kej 32:31). Mungkin terbajangkan disini, bahwa Jakub berpikir akan melarikan diri, dan meninggalkan panggilannja mendjadi Bapa bangsa jang terpilih oleh Tuhan.

(0.21050089473684) (Dan 7:13) (ende)

Tokoh jang lain muntjul jang serupa dengan manusia. Tokoh itu melambangkan keradjaan Allah (orang2 sutji)(Dan 7:18,22,27), seperti binatang2 tadi mengibaratkan suatu keradjaan pula. Djadi tokoh itu sebenarnja suatu kolektivita. Tetapi sekaligus ia adalah seorang individu djuga (seperti binatang2 itu kadang2 melambangkan seorang radja sadja). Djadi anak-manusia itu adalah radja keradjaan Allah dan tidak sama dengan Allah sendiri. Karena itu "anak-manusia" dari kitab Daniel dalam Perdjandjian Baru disamakan dengan diri al-Masih (Mar 14:62). Radja itu adalah wakil Allah sendiri dan disini nampak djuga bukannja sebagai manusia jang berasal dari bumi, melainkan sebagai suatu tokoh jang datang dari surga.

(0.21050089473684) (Kej 3:22) (full: TAHU TENTANG YANG BAIK DAN YANG JAHAT. )

Nas : Kej 3:22

Adam dan Hawa telah berusaha untuk menyejajarkan diri mereka dengan Allah dan menentukan sendiri norma-norma mereka

(lihat cat. --> Kej 3:5).

[atau ref. Kej 3:5]

Karena kejatuhan, manusia dalam arti tertentu terlepas dari Allah dan mulai membedakan sendiri antara yang baik dan jahat.

  1. 1) Di dalam dunia ini, penilaian manusia yang tidak sempurna dan sesat sering kali menentukan apa yang baik dan yang buruk. Ini tidak pernah dikehendaki Allah, karena Ia bermaksud agar kita mengetahui yang baik dalam ketergantungan kepada Dia dan firman-Nya.
  2. 2) Semua yang mengakui Kristus sebagai Tuhan kembali kepada maksud Allah semula bagi umat manusia. Mereka bergantung pada firman Allah untuk menentukan apa yang baik.
(0.21050089473684) (Kej 32:24) (full: SEORANG LAKI-LAKI BERGULAT DENGAN DIA. )

Nas : Kej 32:24

Orang yang bergulat dengan Yakub kemungkinan besar adalah "malaikat Tuhan" (lih. Kej 16:7-11 dst.; Kej 21:17; 22:11; 31:11; Hos 12:5), yang sering kali dihubungkan dengan Allah sendiri (bd. ayat Kej 32:28,30; Hak 6:12-14,22;

lihat cat. --> Kel 3:2).

[atau ref. Kel 3:2]

Sementara Yakub mati-matian bergumul dengan Allah untuk memperoleh berkat yang dijanjikan, Allah mengizinkannya menang (ayat Kej 32:28); tetapi pangkal paha Yakub dicederai Allah (ayat Kej 32:25) sebagai peringatan bahwa Yakub tidak boleh lagi hidup dalam kekuatannya sendiri, tetapi harus bersandar sepenuhnya kepada Allah dan hidup dalam ketergantungan pada-Nya (ayat Kej 32:30-32).

(0.21050089473684) (Im 26:17) (full: AKU SENDIRI AKAN MENENTANG KAMU. )

Nas : Im 26:17

Tragedi dosa, pemberontakan, dan ketidaktaatan yang terbesar ialah bahwa Allah sendiri mungkin menentang kita, yaitu menarik kehadiran, perhatian, dan kekuatan-Nya dari kita. Sebagai gantinya, kita akan terbuka untuk hukuman-Nya yang langsung dan untuk segala masalah dan bahaya hidup tanpa perlindungan dan bimbingan-Nya. Harga yang harus dibayar karena menolak Allah dan standar-standar-Nya yang benar sangat besar. Berada dalam kehendak, kehadiran, dan perhatian-Nya menjadi berkat-berkat hidup yang paling besar (ayat Im 26:3-13).

(0.21050089473684) (Hak 17:6) (full: SETIAP ORANG BERBUAT ... MENURUT PANDANGANNYA. )

Nas : Hak 17:6

Orang yang melakukan apa yang benar menurut pandangannya sendiri sudah pasti akan melakukan perkara yang jahat dipandangan Allah (bd. Hak 2:11; 4:1; 6:1; 10:6). Sikap yang ingkar akan hukum ini adalah sama lazim pada zaman kita ini seperti pada masa Mikha. Orang mau berbuat sekehendak hatinya sendiri dan merasa tersinggung bila diberi tahu apa yang dapat dan yang tidak dapat mereka lakukan -- bahkan oleh Allah dan Firman-Nya. Orang yang mengabaikan standar-standar mutlak Allah demi keinginan manusiawi yang subyektif akhirnya akan mengalami kekacauan rohani, moral, dan sosial. Pada pihak lain, orang percaya sejati akan dengan senang hati tunduk kepada standar-standar dan pendirian Allah sebagaimana dinyatakan dalam Firman-Nya yang tertulis.

(0.21050089473684) (2Sam 11:1) (full: DAUD SENDIRI TINGGAL DI YERUSALEM. )

Nas : 2Sam 11:1

Pasal 2Sam 11:1-27 mengisahkan dosa dan kejatuhan Daud yang tragis. Ganti memimpin pasukannya dalam peperangan sebagaimana yang dilakukan sebelumnya, Daud kini tinggal di Yerusalem. Daud sudah menjadi lembek dan sikap ini kemudian mengakibatkan kehancuran rohani dan moralnya. Hidupnya yang serba enak dan mewah sebagai raja membuatnya percaya diri dan menuruti keinginan sendiri. Sekitar waktu inilah dia berhenti menjadi orang yang berkenan di hati Allah (lih. 1Sam 13:14). Kejatuhan Daud dari kasih karunia (bd. Gal 5:4) merupakan peringatan bagi semua orang percaya, "Sebab itu siapa yang menyangka bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (1Kor 10:12).



TIP #07: Klik ikon untuk mendengarkan pasal yang sedang Anda tampilkan. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA