Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 941 - 952 dari 952 ayat untuk (68-25) Orang AND book:19 (0.005 detik)
Pindah ke halaman: Pertama Sebelumnya 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.63149275268817) (Mzm 44:1) (sh: Iman yang bertumbuh melampaui batas pemahaman dan pengalaman (Selasa, 14 Agustus 2001))
Iman yang bertumbuh melampaui batas pemahaman dan pengalaman

Iman yang bertumbuh melampaui batas pemahaman dan pengalaman. Realita kehidupan orang percaya tidaklah selalu dapat dimengerti dengan sederhana dan mudah. Adakalanya kita menemui hal-hal yang nampaknya saling bertentangan dan sulit dipahami, dimana harapan-harapan dan kebenaran-kebenaran yang kita yakini seakan-akan tidak mampu memberikan jawaban yang memadai. Konteks pergumulan seperti inilah yang mewarnai penulisan Mazmur 44.

Pada mazmur ini, umat Tuhan bergumul menghadapi krisis iman dan tekanan batin yang berat (ayat 26) ketika mereka mencoba menemukan jawaban, makna, dan rencana Tuhan di balik kesengsaraan yang mereka alami (ayat 10-17). Sulit bagi mereka untuk memahami mengapa Allah justru "meremukkan mereka di tempat serigala" dan "menyelimuti mereka dengan kekelaman" pada saat mereka tidak melupakan ataupun mengkhianati perjanjian Tuhan, dan juga tidak membangkang ataupun menyimpang dari jalan-Nya (ayat 18-20). Mereka tidak dapat mengerti: mengapa pertolongan Allah tidak mereka alami secara nyata? Mengapa Allah seolah-olah tertidur, membuang mereka, menyembunyikan wajah-Nya, dan melupakan penindasan yang menimpa mereka (ayat 23-25), padahal Dia secara nyata melakukan perbuatan- perbuatan ajaib dan memberikan kemenangan kepada nenek moyang mereka pada zaman dahulu (ayat 2-6)?

Di balik keterbatasannya untuk memahami jalan-jalan Allah yang tak terselami, pemazmur mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang lahir dari keraguan yang jujur kepada Allah. Pertanyaan seperti ini bukanlah suatu indikasi adanya dosa melainkan bagian yang wajar dari pertumbuhan iman, yang menuntun pada penghayatan akan kasih setia Tuhan yang tetap berlaku walaupun tidak dapat dirasakan secara nyata (ayat 27). Melalui pertanyaan seperti ini, iman mereka dipacu untuk terus bertumbuh melampaui batas-batas pemahaman dan pengalaman mereka, sehingga mereka dapat memiliki pengharapan dan keberanian untuk berdoa, walaupun tidak dapat mengerti mengapa Allah mengizinkan umat-Nya yang setia mengalami penderitaan (ayat 24-27).

Renungkan: Ketika kita menghadapi situasi yang tidak dapat kita mengerti, ingatlah bahwa sebenarnya itulah saatnya bagi kita untuk memperdalam akar iman kita yang terus bertumbuh melampaui pemahaman dan pengalaman kita.

(0.63149275268817) (Mzm 53:1) (sh: Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi (Jumat, 24 Agustus 2001))
Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi

Lawanlah proses pembusukan yang sedang terjadi. Mari kita melihat potret diri bangsa kita. Betapa buruk bahkan cenderung semakin buruk wajah bangsa kita. Ledakan bom bukan lagi merupakan berita yang terjadi di negara lain yang kita dengar melalui ‘Dunia Dalam Berita’ namun sudah menjadi berita lokal. Koruptor besar bisa bebas secara legal sementara pencuri motor atau ayam mati dibakar massa. Pajak digalakkan untuk menutupi defisit belanja negara karena pemerintah tidak lagi mempunyai wibawa dan kuasa untuk menagih uang yang digelapkan oleh para koruptor besar. Akibatnya rakyat semakin menderita sebab sabun mandi pun sudah menjadi barang mewah.

Proses pembusukan yang terjadi dalam masyarakat merupakan sebuah proses yang wajar selama angggota masyarakatnya tidak mengakui adanya Allah dalam hatinya (ayat 2). Ada yang menarik untuk diperhatikan dalam perkataan pemazmur ‘orang bebal berkata dalam hatinya’. Artinya bisa saja mereka mempunyai kehidupan beribadah secara lahiriah namun jika dalam hatinya mereka menolak Allah, proses pembusukan akan tetap terjadi. Bagi pemazmur itu adalah hal yang wajar sebab memang seluruh umat manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan tidak ada yang mencari Allah (ayat 3-5). Dengan kata lain apa yang dapat diharapkan dari masyarakat jika manusia masih dikuasai oleh dosa?Pemazmur juga mengingatkan kepada kita agar tidak bersikap masa bodoh terhadap proses pembusukan tersebut, sebab cepat atau lambat kita akan menjadi korban kejahatan terstruktur mereka (ayat 5). Namun pemazmur juga mengingatkan kita untuk tidak gentar dan undur dari Allah, sebab Allah tidak akan membiarkan mereka menikmati hasil kejahatannya begitu saja. Bila waktunya tiba Allah akan menghabisi mereka karena mereka bukanlah siapa-siapa di hadapan-Nya. Oleh sebab itu hendaklah umat Allah tetap berharap hanya kepada-Nya (ayat 7).

Renungkan: Kita patut bersyukur bahwa Allah senantiasa akan menyelamatkan umat-Nya. Namun kita pun harus berjuang untuk menghentikan proses pembusukan itu. Satu-satunya antibiotik yang dapat menghentikan proses itu adalah darah Yesus Kristus. Potret diri bangsa kita akan diperbaiki jika pemimpin bangsa kita dibasuh oleh darah Yesus sehingga mereka mengakui bahwa Yesus adalah Tuhan dan Allah. Itulah tugas kita. Marilah kita bergegas menunaikannya, berpacu dengan waktu.

(0.63149275268817) (Mzm 58:1) (sh: Allah yang memberi keadilan di bumi (Kamis, 4 Oktober 2001))
Allah yang memberi keadilan di bumi

Allah yang memberi keadilan di bumi. Mazmur 58 tidak mencatat suatu peristiwa penting di dalam sejarah, namun dari tinjauan isinya menunjukkan suasana kepahitan dari sebuah pemerintahan yang penuh kelaliman.

Mazmur ini dimulai dengan satu pertanyaan tajam yang ditujukan kepada para penguasa yang bertindak menghakimi manusia. Banyak ahli berpendapat bahwa para penguasa ini mungkin saja menerima gelar atau kehormatan setara dengan Allah, bila dibandingkan penggunaan kata yang dipakai menghadap Allah, menghadap imam-imam, atau menghadap hakim-hakim (Kel. 21:6; 22:8, 9; Ul. 17:8-13), lalu mengaitkannya dengan penguasa-penguasa masyarakat dalam Kel. 22:28. Dalam hal ini para penguasa berarti mereka yang kedudukannya sama tinggi dengan Allah dan melaksanakan hak menghakimi. Dan pemazmur sedang menelanjangi segala perbuatan mereka (ayat 4-6).

Pemazmur mohon agar Allah menjatuhkan 3 rangkap hukuman kepada para penguasa yang mencintai kelaliman. Pertama, pemazmur meminta agar mereka dibuat tidak berdaya (ayat 7) lalu dilenyapkan dari muka bumi (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8a). Kedua, pemazmur memohon agar keadaan mereka yang sebenarnya dinyatakan, berkenaan dengan kefanaan mereka dan kerapuhan mereka, kemudian sehubungan dengan kejahatan yang sudah mengental di dalam diri mereka (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">8b, 9a). Ketiga, pemazmur menginginkan agar mereka disingkirkan bahkan dengan suatu penyingkiran yang mutlak sehingga seolah-olah mereka tidak pernah ada, seperti periuk yang dilanda api (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9b, 10). Di penghujung mazmur ini, tampaklah kepuasan yang diperoleh orang benar, yang ditebus Allah, yang dipandang benar oleh-Nya ketika kejahatan dilenyapkan oleh Allah (ayat 12).

Mazmur ini secara keseluruhan menyatakan bahwa pada akhirnya semua manusia akan mengamini, bahwa hanya Allah yang dapat mengadili dengan adil (ayat 12) dan semua mulut akan mengaku bahwa pengadilan Allah tidak terelakkan (Flp. 2:9-11).

Renungkan: Kristen setiap hari berhadapan dengan kasus-kasus yang ringan dan yang pelik. Seringkali di dalam desakan kepenatan kita tergoda untuk bertindak sebagai hakim. Hari ini kita diingatkan kembali bahwa kita dapat menyerahkan seluruh perkara kita kepada Hakim Semesta Alam yang Maha Adil.

(0.63149275268817) (Mzm 81:1) (sh: Pertobatan telinga (Rabu, 31 Oktober 2001))
Pertobatan telinga

Pertobatan telinga. Mendengar merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan dan pertumbuhan rohani orang percaya. Iman yang kita miliki dimulai dari mendengar firman Allah (Rm. 10:17). Demikian pula, iman itu dapat disesatkan ataupun dibimbing ke jalan yang benar melalui apa yang kita dengar. Pentingnya mendengar dan dampak dari mendengar inilah yang menjadi penekanan Mazmur 81 ini.

Mazmur ini merupakan seruan bagi bangsa Israel untuk mendengar. Karena mendengar adalah dasar bagi bangsa Israel untuk masuk ke dalam ketetapan Allah dan syarat untuk dapat menghayati perjanjian antara Allah dengan mereka (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">6b-11). Sejarah perjanjian antara Allah dengan mereka diawali dengan perintah untuk mendengar (Ul. 6:4), tetapi di sepanjang sejarah Israel secara berulang-ulang terjadi penolakan untuk mendengar (ayat 12). Bagi bangsa Israel, menolak untuk mendengarkan Tuhan adalah sama dengan menolak kuasa Tuhan, dan itu berarti menolak keselamatan yang Tuhan berikan bagi mereka (ayat 13-17).

Mazmur ini merupakan bukti kasih setia Tuhan yang tidak berkesudahan bagi mereka, sehingga Ia terus-menerus memanggil mereka untuk mendengar (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">9, 12, 14). Ini merupakan seruan keprihatinan Tuhan yang sangat mendesak. Tuhan tidak ingin umat-Nya terus- menerus berada dalam kesesatan karena menolak untuk mendengarkan Tuhan, dengan menyediakan telinganya bagi suara-suara lain yang mengacaukan, membelenggu, dan menjebak mereka ke dalam perangkap perbudakan (ayat 12-13). Dia mengajak umat-Nya bergerak maju bersama-Nya menuju hidup yang baru (ayat 14-17). Yang diperlukan untuk pemulihan ini hanya suatu ketaatan untuk mendengar.

Hidup baru buah pertobatan telinga ini akan berdampak pada pembaharuan sukacita umat-Nya untuk memuji (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" vsf="TB" ver="">2-6a), perombakan komunitas yang rusak menjadi komunitas yang mempraktikkan keadilan dan terbebas dari tekanan (ayat 15-16), dan pemulihan kondisi ekonomi mereka sehingga tidak lagi mengalami kekurangan (ayat 17).

Renungkan: Pemulihan hidup diawali dengan pertobatan telinga. Sudahkah telinga Anda dipertajam oleh kebenaran sehingga dapat membedakan antara firman Tuhan dengan suara-suara lain yang menyesatkan? Bagaimanakah Anda berkomitmen pada kebenaran dan mempertajam telinga Anda bagi kebenaran?

(0.63149275268817) (Mzm 93:1) (sh: Pemerintahan Allah menegakkan bumi (Senin, 8 April 2002))
Pemerintahan Allah menegakkan bumi

Pemerintahan Allah menegakkan bumi. Mempercayai sepenuh hati dan mengakui melalui kata serta perbuatan bahwa Tuhan memegang kendali atas dunia ini, bukanlah perkara yang mudah. Dengan fakta bahwa dunia ini semakin gelap dan penuh kejahatan yang mengguncangkan hidup, boleh jadi ucapan- ucapan iman tentang kekuasaan Allah yang kekal tinggal slogan kosong saja. Mazmur-mazmur penobatan raja dalam pasal Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">93-99 (kecuali ps. 94), menolong kita untuk memantapkan penglihatan iman kita tentang pemerintahan Allah atas segala sesuatu.

Drama yang digambarkan secara puitis dalam Mazmur ini mungkin mengacu pada peristiwa ketika Allah menjinakkan Laut Merah dan membuat Israel melintasi dasar laut yang telah kering (ayat 3). Bisa jadi juga hal itu mengacu pada kepercayaan bahwa laut dengan gelombang ombaknya yang dahsyat melambangkan kekuatan yang mengacaukan dan mengancam kehidupan di bumi. Gambaran mana pun yang dimaksud pemazmur, yang jelas adalah bahwa Allah dilukiskan sebagai raja pahlawan. Mazmur ini menegaskan beberapa hal penting tentang Allah. Pertama, Allah adalah Raja (ayat 1). Sebagai Raja, Allah memakai jubah kemuliaan. Tentunya “jubah” di sini adalah sesuatu yang simbolis menunjuk pada hal-hal yang tampak oleh kita yang menyatakan kemuliaan Allah. Sesungguhnya segenap isi alam semesta ini menampakkan kemuliaan Allah tersebut. Kedua, Allah berikatpinggangkan kekuatan. Ikat pinggang dipakai pada waktu orang maju berperang. Pemazmur ingin mengatakan bahwa bagaimana pun kondisi dunia dan sedahsyat apa pun perlawanan dewa-dewa Kanaan (digambarkan sebagai gelora lautan), Allah tetap mengendalikan dunia ini. Itulah dasar untuk percaya bahwa bumi ini tetap tegak. Ini adalah pernyataan iman yang tidak saja melihat ke belakang, tetapi juga ke masa kini dan masa depan dengan penuh pengharapan.

Dengan tujuan mengakarkan keyakinan ini dalam-dalam, pemazmur mengakhiri mazmur penobatan ini dengan pengajaran. Hal ini serupa dengan yang dibuat dalam Mazmur 19. Perenungan tentang perbuatan Allah berpuncak pada ajaran Firman tentang Allah.

Renungkan: Bila situasi dunia ini membuat kita meragukan pemerintahan Allah, lihatlah keajaiban-keajaiban perbuatan tangan-Nya dalam alam dan sejarah, dan renungkanlah firman-Nya dalam Alkitab.

(0.63149275268817) (Mzm 95:1) (sh: Waktu untuk Tuhan? (Minggu, 8 November 1998))
Waktu untuk Tuhan?

Waktu untuk Tuhan?
Pemazmur memaparkan kepada umat Tuhan bahwa undangan beribadah Allah mungkin sekali ditujukan kepada umat yang telah undur dari pertemuan-pertemuan ibadah. Mengapa? Disadari bahwa kadang-kadang kehidupan rutin telah menyita banyak waktu kita, sehingga bila Ahad tiba, kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya untuk menyegarkan pikiran yang jenuh, jiwa yang lusuh dan tubuh yang lesu. Berlibur bersama keluarga, mancing, tidur-tiduran di rumah, dlsb. Atau mungkin juga dimanfaatkan untuk menyelesaikan kepentingan bisnis yang tertunda. Begitu banyaknya kegiatan hingga tak ada jeda waktu mendengarkan suara Tuhan. Hubungan dengan Tuhan tidak lagi menjadi prioritas, bukan lagi yang utama. Jelas sekali hari ini umat dibawa kembali kepada keadaan semula bahwa semua itu ada karena Allah. Tak ada alasan untuk umat tidak datang beribadah kepada Tuhan dan bersyukur kepada-Nya! Umat diingatkan oleh Pemazmur untuk melihat dan menghayati karya-karya besar Allah: penciptaan dan pemeliharaan-Nya sebagai pendorong untuk bersyukur kepada-Nya.

Undangan beribadah. Suara Tuhan mengundang umat untuk bertobat, kembali ke dalam pelukan kasih pengampunan-Nya, ke jalan yang lebih utama yaitu jalan kebenaran-Nya, ke kuasa pengudusan-Nya. Marilah... masuklah...! Allah mengajak umat beribadah di hari perhentian-Nya. Beribadah dalam suasana sukacita yang dipenuhi ucapan syukur, menyembah dalam gegap gemerincing suara alat musik dan sorak sorai nyanyian umat. Undangan ini berlaku untuk semua orang yang menerima undangan dan mau datang menyembah Allah sang Pencipta yang menciptakan seluruh jagad raya ini (ayat 1-5).

Pentingnya mendengar. Peringatan keras bagi kita untuk mendengarkan suara Tuhan. Ketaatan dan respons kita dalam mendengarkan dan melakukan firman Tuhan menjadi faktor penentu masa depan apakah kita akan menikmati berkat Tuhan atau tidak. Ketidaktaatan, kepongahan dan kekerasan hati bangsa Israel menjadi contoh bagi kita. Mazmur ini juga memberikan satu pola beribadah: nyanyian, ucapan syukur, puji-pujian, doa, menyembah dengan bersuara maupun dalam keheningan, dan tidak kurang pentingnya adalah firman Tuhan, yaitu saat bagi kita merendahkan diri dan terbuka terhadap firman-Nya, serta mempersilahkan Allah berbicara menyatakan kehendak kepada kita.

Renungkan: Selama ini bagaimanakah cara saya beribadah dan terbuka pada suara Allah?

Doa: Tuhan, tolonglah kami untuk mampu menyediakan waktu bagi Engkau.

(0.63149275268817) (Mzm 101:1) (sh: Menjadi pemimpin berintegritas (Selasa, 16 April 2002))
Menjadi pemimpin berintegritas

Menjadi pemimpin berintegritas. Agak susah menetapkan kapan tepatnya mazmur ini ditulis. Bila melihat petunjuk di ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1, kita beroleh petunjuk bahwa mazmur ini berisi tekad untuk mengembangkan kepemimpinan berintegritas (ayat 1-3), menolak perbuatan-perbuatan yang jahat di mata Allah (ayat 4-8), dan berisikan pertanyaan “bilakah Engkau datang kepadaku?” Bagian pertanyaan ini penting sebab merupakan petunjuk bahwa tekad sang raja atau pemimpin itu dibuat dalam rangka mengharapkan Allah tidak lebih lama lagi jauh darinya dan dari umat Tuhan. Dengan demikian, kemungkinan besar mazmur tekad dan permohonan ini dinaikkan pada masa pembangunan kembali Israel dari pembuangan, dengan integritas kepemimpinan menuruti model Daud.

Sang pemimpin mengutarakan tekadnya untuk mulai membangun kembali umat Tuhan dengan melakukan apa yang tak bercacat dan yang menjadi kepujian bagi Allah. Perbuatan memuji Allah dan kehidupan yang tak bercela harus bersumber dari hati yang tulus tak bercela (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1-2b). Tidak kurang dari kesesuaian perbuatan dengan kecenderungan hati adalah integritas hidup pemimpin yang berkenan di hati Allah. Memang tidak mungkin memiliki kesukaan memuji Allah tanpa sungguh mengalami dan mengenal Allah dengan akrab. Kehidupan tak bercacat di hadapan Allah inilah yang dimaksud dengan integritas hidup. Dalam bagian berikutnya, hal tersebut dijabarkan dalam tujuh hal negatif yang ingin dihindari sang pemimpin. Angka tujuh menunjuk pada kesempurnaan. Berarti tekadnya bulat untuk sepenuhnya menolak dosa dalam segala bentuknya. Ketujuh hal tersebut melibatkan tiga kegiatan dan kapasitas dalam dirinya: melihat, mengucap, dan melakukan hal yang tidak benar (ayat 4-7). Hal-hal yang ingin dihindarinya itu tidak saja mencakup berbagai kelakuan yang tampak secara jasmani, tetapi berkait lebih dalam dengan sikap hati (ayat 4). Ungkapan puncak integritas pemimpin ini dinyatakannya dalam keinginan melenyapkan semua orang jahat, suatu niat yang sebenarnya hanya merupakan hak Allah. Mengatakan demikian berarti sang pemimpin menyadari bahwa dirinya adalah wakil Allah yang harus bertindak serasi dengan keadilan dan kebenaran Allah, tanpa kompromi.

Renungkan: Hendaknya tekad untuk hidup serasi dengan kasih, keadilan, integritas Ilahi menjadi ciri semua kita pengikut Kristus.

(0.63149275268817) (Mzm 104:1) (sh: Menikmati alam, memuji Allah (Jumat, 19 April 2002))
Menikmati alam, memuji Allah

Menikmati alam, memuji Allah. Bersama Mazmur 103, mazmur ini memuji Allah karena perbuatan- perbuatan-Nya. Mazmur 103 mengagungkan kasih dan kemurahan Allah yang membuat manusia beroleh perkenanan-Nya (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">4,8,11,13,17). Mazmur 104 mengagungkan perbuatan-perbuatan Allah yang menyebabkan segenap alam berjalan teratur menuruti ekosistem yang rumit, namun serasi. Dengan demikian, kedua mazmur ini mengingatkan bahwa karya penyelamatan Allah tidak boleh diceraikan dari karya penciptaan Allah dalam alam semesta. Bahkan karya penyelamatan Allah untuk umat-Nya harus dilihat dalam rangka Allah ingin memakai umat-Nya untuk memelihara keutuhan segenap ciptaan-Nya.

Kata kunci dalam mazmur ini adalah “perbuatan”/ ”membuat” (ayat 4,13,24ab,31). Apabila kita mengikuti gerak pemazmur menjelajahi perbuatan-perbuatan Allah dalam alam ini, kita mendapatkan kesan sekilas bahwa mazmur ini tidak beraturan. Perhatian pemazmur seolah melompat-lompat dari langit (ayat 2-4) ke bumi (ayat 5-6), ke air (ayat 7-10), ke binatang liar (ayat 11), ke burung-burung (ayat 12), ke bumi kembali (ayat 13), ke tanaman (ayat 14-15), ke pohon-pohon (ayat 16), ke burung-burung (ayat 17), ke binatang liar (ayat 18), ke benda-benda langit (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">19-20a), ke binatang liar (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">20b-22), ke manusia kembali (ayat 23). Bandingkan gerak tak menentu ini dengan ketika Anda memandang hamparan pemandangan indah atau ketika seorang anak pada hari ulang tahunnya menerima setumpuk hadiah. Bukan lompatan perhatian tak menentu, tetapi tarian perhatian karena luapan kekaguman luar biasa.

Semua keindahan dan kemegahan dalam alam adalah lambang dari keagungan diri Allah. Keteraturan alam adalah ungkapan dari kuasa dan kebaikan Allah. Bila bait Allah adalah buatan tangan manusia untuk melukiskan kehadiran Allah, seluruh alam semesta ini adalah buatan tangan Allah sendiri yang menjadi bait kudus bagi-Nya. Pemahaman ini menghasilkan keyakinan iman yang berbeda radikal dari kepercayaan lain. Di tangan para ilah, bumi terguncang (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">82:5); tetapi di tangan Allah seluruh alam semesta dari tubir terdalam sampai langit tertinggi terpelihara teguh.

Renungkan: Bagi orang Kristen, kepekaan akan tanggung jawab ekologis dimulai dari mensyukuri setiap kebaikan dan keindahan Tuhan dalam alam semesta.

(0.63149275268817) (Mzm 105:16) (sh: Pujian dan ketaatan (ayat 2) (Senin, 22 April 2002))
Pujian dan ketaatan (ayat 2)

Pujian dan ketaatan (ayat 2). Kebesaran hikmat, kuasa, dan kasih Allah jauh melampaui baik pertimbangan manusia memahaminya maupun kelayakan manusia menerimanya. Kisah bagaimana Yusuf menjadi besar, menjadi penyelamat keluarganya dan bahkan dunia waktu itu, adalah bukti tentang kebesaran Allah tersebut (ayat 16-22). Kisah Yusuf ini lebih tepat disarikan sebagai kisah Allah membentuk dan menyiapkannya menjadi orang yang berperanan besar dalam sejarah umat dan dunia waktu itu melalui berbagai penderitaan dan ujian yang harus Yusuf lalui.

Untuk Israel pada umumnya, kisah terbesar dan terpenting bagi mereka sebagai umat adalah kisah Keluaran (ayat 26-38). Seperti halnya kisah Yusuf, kisah Keluaran pun bisa dilihat dari sisi manusia atau dari sisi Allah. Dari sisi manusia, hanya sedikit unsur heroik dapat kita jumpai baik dari tokoh para pemimpinnya maupun dari perilaku seluruh umat. Di balik latar depan kelemahan manusia itu, tampak jelas kasih, kesetiaan, hikmat, dan kuasa Allah yang mematahkan kekuatan perbudakan Mesir atas Israel, mempermalukan kepercayaan kafir Mesir kepada dewa-dewi mereka, memimpin, memelihara, dan mengajar Israel secara melimpah mulai dari keluar dari Mesir sampai mereka memasuki tanah perjanjian (ayat 26-42).

Yang indah dari kisah Keluaran bukan saja bahwa Allah mengalahkan rintangan-rintangan yang harus Israel alami, juga bukan saja Allah memelihara mereka dengan makanan dan minuman. Yang indah dan paling penting dari semua kejadian dalam kisah Keluaran itu adalah bahwa Allah sendiri hadir menyertai umat-Nya (ayat 39). Walau hal tersebut hanya disebut dalam satu ayat, maksud pemazmur jelas adalah menunjukkan seluruh penyertaan Allah sejak dari awal mereka keluar dari Mesir sampai mereka masuk ke Kanaan. Kehadiran Allah adalah konsep yang sangat penting dalam kehidupan umat Allah. Melalui kehadiran-Nya, agama atau iman tidak merupakan sesuatu yang abstrak, tetapi konkret. Kehadiran-Nya tidak saja menjamin pemeliharaan atas kebutuhan, tetapi lebih dari itu menunjukkan bahwa Allah perjanjian sungguh adalah Allah dalam relasi dengan umat-Nya.

Renungkan: Tidak cukup hanya menghitung berkat Allah dalam hidup ini. Penting untuk hidup ibadah kita, mengenali dan merindukan kehadiran Allah secara nyata.

(0.63149275268817) (Mzm 106:24) (sh: Kemurahan kekal Allah (ayat 2) (Rabu, 24 April 2002))
Kemurahan kekal Allah (ayat 2)

emurahan kekal Allah (ayat 2). Mulai bagian ini, pemazmur merenungkan beberapa pemberontakan yang telah Israel buat yang mempengaruhi perjalanan sejarah mereka seterusnya. Yang pertama diakuinya adalah dosa pemberontakan karena pengaruh sepuluh mata-mata yang tidak beriman (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">24-27, bdk. Bil. 14:1-25). Ketakutan dan gerutu mereka membuat Allah memutuskan untuk tidak membawa generasi itu masuk ke tanah perjanjian. Ketakutan dan sungutan tidak lain adalah kenyataan bahwa mereka tidak beriman, dan tanpa iman tak seorang pun dapat mengalami berkat-berkat Tuhan. Meski demikian, seperti halnya dalam peristiwa lembu emas, peristiwa ini pun diakhiri dengan permohonan Musa agar Allah mengampuni mereka berdasarkan kasih setia Allah. Pemazmur melihat juga persamaan antara ketidakberimanan dan akibatnya yang fatal saat itu dengan situasi zaman pembuangan (ayat 27).

Dosa lain akibat ketidakberimanan Israel ialah kemurtadan menyembah Baal sebab terjerat tipu daya Bileam (Bil. 25:1-13). Dosa itu sedemikian parah sebab bukan sekadar menyembah berhala, tetapi menurut mazmur ini mereka terlibat di dalam upacara penyembahan arwah-arwah pada waktu upacara penguburan. Padahal, firman Tuhan secara tegas melarang baik penyembahan berhala maupun arwah-arwah orang mati (Kel. 20:3-6, Ul. 18:11). Tidak hanya sekali ini mereka menyembah berhala. Bahkan setelah masuk tanah perjanjian pun dosa sinkretisme dan penyembahan berhala mereka lakukan ulang (ayat 34-39, bdk. Bil. 33:50-56), bahkan sampai mengurbankan anak (ayat 37-39). Dosa penyembahan berhala disebut sebagai perzinahan dan membuat umat menjadi najis di hadapan Tuhan (ayat 39), seperti perbuatan melacurkan diri di luar hubungan nikah yang sah. Problem umat Tuhan bukan terutama pada tekanan-tekanan dari luar, tetapi pada ketidaksetiaan di dalam diri mereka sendiri. Mengapa Israel tidak punah akibat hukuman-hukuman Tuhan melalui tekanan dari luar itu? Sebab Tuhan yang menghajar mereka setia kepada janji-janji-Nya dan berkemurahan kekal.

Renungkan: Masalah dosa amat kompleks, mencakup kecenderungan jahat, kenajisan, dan hukuman yang diakibatkannya. Yesus yang bangkit tidak saja menjanjikan pengampunan dosa, tetapi juga pembaruan hidup.

(0.63149275268817) (Mzm 110:1) (sh: Pengharapan mesianis (Senin, 29 April 2002))
Pengharapan mesianis

Pengharapan mesianis. Yaitu kerinduan datangnya seorang tokoh yang diutus Allah untuk mendirikan kerajaan kebenaran-Nya di bumi, sudah berkembang sejak era pembuangan. Tokoh-tokoh seperti Musa, Harun, dan Daud menjadi model bagi sang mesias, yang diharapkan akan mengemban fungsi nabi, imam, dan raja secara sempurna. Bila Mazmur 109 berisi permohonan agar Allah menegakkan keadilan-Nya, mazmur ini lebih terpusat pada sang mesias. Karena itu, sejak awal era Perjanjian Baru, para bapa gereja mengartikan bahwa Yesus penggenapnya.

Pasal Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">109 menyatakan bahwa Allah berdiri di tangan kanan orang yang menderita (ayat 31). Mazmur 110 mengklaim bahwa sang Raja (yang mewakili seluruh umat sehingga seluruh umat tercakup di dalamnya) duduk di sebelah kanan Allah (dalam ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">5, Allah di sebelah kanan raja). Jadi, kedua mazmur ini mengungkapkan hubungan mesra antara Allah dan umat-Nya. Allah di pihak umat-Nya yang menderita, umat-Nya merupakan wujud nyata pemerintahan Allah dalam dunia. Kekuasaan sang raja akan datang dari Allah sendiri. Ini ditegaskan melalui tiga hal: Allah sendiri mendudukkannya di sebelah kanan Allah (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1a), membuat musuh-musuhnya alas kakinya (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1b), dan mengulurkan tongkat kekuatan dari Zion (ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">2a). Semua ini menunjukkan kemuliaan yang amat besar yang setara dengan yang biasa dipakai untuk mengungkapkan kebesaran Allah.

Raja memiliki fungsi rangkap. Seperti ayat Orang+AND+book%3A19&tab=notes" ver="">1, kini firman datang lagi menyatakan bahwa oknum yang sama juga adalah imam menurut garis Melkisedek (ayat 4). Dua hal penting muncul dalam kaitan dengan ungkapan ini. Pertama, dalam Perjanjian Lama, fungsi raja dipisah dari fungsi imam, meski dalam liturgi kadang-kadang raja bisa memimpin puji-pujian seperti yang pernah Daud lakukan (ayat 1Taw. 16). Kedua, keimaman raja yang bukan mengikuti garis keturunan Lewi kini disebut mengikuti keimaman Melkisedek. Hal ini menarik sebab dalam kisah Abraham yang adalah nenek moyang Harun dan Lewi, Abraham justru memberikan persembahan kepada Melkisedek. Ungkapan ini oleh Perjanjian Baru dilihat sebagai keimaman Yesus yang lebih mulia daripada keimaman Lewi (Ibr. 7).

Renungkan: Pernyataan bahwa Yesus adalah Tuhan tidak saja bermuatan rohani (keselamatan kita), tetapi juga bermuatan politis (pemerintahan- Nya atas dunia).



TIP #35: Beritahu teman untuk menjadi rekan pelayanan dengan gunakan Alkitab SABDA™ di situs Anda. [SEMUA]
dibuat dalam 0.06 detik
dipersembahkan oleh YLSA