(0.87437297297297) | (Ayb 42:5) |
(ende: memandang Engkau) Bukannja suatu penampakan Allah, melainkan suatu pengertian baru tentang rahasia Tuhan, jang diterima Ijob sekarang. Ia mengakui sekarang, bahwa Allah tidak usah bertanggung-djawab kepada manusia tentang penjelenggaraanNja dan kebidjaksanaan Allah dapat memberikan makna kepada sengsara dan kematian, makna jang tidak tersangka oleh manusia. Ijob tidak tahu maknanja itu, tetapi ia pertjaja sadja, bahwa ada. |
(0.87437297297297) | (Ayb 5:8) | (jerusalem: Tetapi aku) Rupanya Elifas sekarang memperlawankan dirinya (dan mereka yang sama pikirannya) dengan mereka yang meminta perantaraan malaikat-malaikat, Ayu 5:1+. Elifas berani langsung menghadap Allah. Dengan jalan itu Elifas mengajak Ayub supaya merobah sikapnya terhadap Allah dan menjadi lebih jujur dan tulus ikhlas dalam kelakuannya terhadap Allah. |
(0.87437297297297) | (Ayb 9:30) | (jerusalem: Walaupun aku...) Hanya Allah sajalah yang dapat menghapus dosa, orang sendiri tidak dapat. namun orang berdosa menemukan jalan keluar dengan menaruh pengharapannya pada belas kasihan Allah; begitulah pikiran pemazmur, Maz 51. Ayub tidak sadar akan salah satu dosa, sehingga benar-benar merasakan ketidakmampuannya, tetapi ia tidak dapat turut menaruh pengharapannya pada Allah itu. |
(0.87437297297297) | (Ayb 34:13) | (jerusalem: Siapakah mempercayakan...) Jalan pikiran mungkin begini: Allah tidak memimpin alam semesta atas pesan seseorang yang lain: Ia tidak hanya melaksanakan hukum yang ditetapkan orang lain. Sebaliknya, Allah yang mahakuasa sendirilah yang melandaskan tata hukum serta mempertahankannya. Karena itu mustahil Allah melanggar keadilan, entah terdorong oleh kepentingan sendiri entah oleh karena dipaksa orang lain. Bdk Wis 11:20-26; 12:11-18. |
(0.87127513513513) | (Ayb 7:20) |
(full: KALAU AKU BERBUAT DOSA.
) Nas : Ayub 7:20 Ayub mempertimbangkan kemungkinan bahwa pendapat teman-temannya itu benar, bahwa Allah marah kepadanya karena suatu pelanggaran yang tidak disadarinya. Yang tidak diketahui Ayub ialah bahwa Allah memang sedang mengawasinya, bukan dengan murka, tetapi dengan belas kasihan dan kekaguman. Sekalipun dicobai hingga batas kekuatannya, Ayub tetap menolak untuk mengutuk Allah (bd. Ayub 2:9) dan dengan demikian kuasa penebusan Allah ditinggikan. Ketika tiba saatnya, ketika ujian sudah berakhir, Allah menyatakan perkenan-Nya di depan umum (Ayub 42:8). |
(0.87127513513513) | (Ayb 8:6) |
(full: KALAU ENGKAU BERSIH DAN JUJUR.
) Nas : Ayub 8:6 Argumentasi Bildad pada hakikatnya sama dengan yang dikemukakan Elifas. Jikalau Ayub sungguh-sungguh jujur, Allah akan membenarkannya. Karena Ayub tidak dibenarkan oleh Allah maka pasti dia jahat. Bildad melandaskan argumentasinya ini pada kepercayaannya bahwa karena Allah itu adil, Ia tidak akan mendatangkan kesulitan pada orang benar (ayat Ayub 8:3-4,20). Kekeliruan Bildad kemudian dibeberkan Allah sendiri (Ayub 42:7-8) -- dan akhirnya pada penyaliban Kristus, ketika Allah menyerahkan Anak-Nya kepada penderitaan dan kematian (Mat 27:31-50). |
(0.87127513513513) | (Ayb 10:1) |
(full: DALAM KEPAHITAN JIWAKU.
) Nas : Ayub 10:1 Dalam pasal Ayub 10:1-22 Ayub terus mencurahkan kepahitan hatinya dan perasaannya kepada Allah karena merasa diperlakukan dengan tidak adil. Tetapi sekalipun Ayub merasa bahwa Allah telah menarik kasih-Nya dari dirinya, dia tetap percaya kepada keadilan Allah dan terus bergumul dengan Allah mencari pemecahan untuk masalah pelik ini. |
(0.87127513513513) | (Ayb 16:19) |
(full: SAKSIKU ADA DI SORGA.
) Nas : Ayub 16:19 Dengan iman Ayub dapat menguasai semua keragu-raguannya mengenai kebaikan Allah, karena ia menyatakan bahwa Allah sendiri akan bersaksi bahwa dirinya tidak bersalah. Ia ingin agar Allah membela perkaranya di mahkamah sorga. Kerinduan akan seorang pengantara untuk membela diri kita di hadapan Allah menjadi kenyataan di dalam Yesus Kristus. Melalui Dia Allah "mendamaikan kita dengan diri-Nya" (2Kor 5:18); "kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil" (1Yoh 2:1). |
(0.87127513513513) | (Ayb 42:8) |
(full: HAMBA-KU AYUB.
) Nas : Ayub 42:8 Allah menyebut Ayub "hamba-Ku" (ayat Ayub 42:7-8) dan dua kali menyatakan bahwa doanya diterima (ayat Ayub 42:8-9). Ayub dipulihkan sepenuhnya kepada perkenan Allah dan diberikan kekuasaan rohani dengan Allah. Allah akan mendengar doa syafaat Ayub bagi ketiga sahabatnya karena kedudukan Ayub yang benar di hadapan Allah (ayat Ayub 42:8-9). |
(0.86995405405405) | (Ayb 6:4) |
(full: ANAK PANAH DARI YANG MAHAKUASA TERTANCAP PADA TUBUHKU.
) Nas : Ayub 6:4 Ayub sadar bahwa pada hakikatnya penderitaannya itu datang dari Allah, atau setidak-tidaknya dengan izin dan pengetahuan Allah. Kesedihannya yang paling hebat ialah: Allah tampaknya menentang dirinya dan ia tidak mengetahui penyebabnya. Ketika saudara mengalami kesukaran sementara dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menyenangkan Allah, jangan menyerah kepada pemikiran bahwa Allah tidak mempedulikan saudara lagi. Mungkin saudara tidak mengetahui mengapa Allah membiarkan hal semacam itu terjadi, tetapi saudara dapat mengetahui (sebagaimana halnya Ayub) bahwa akhirnya Allah sendiri akan memberi kekuatan, ketabahan, dan keteguhan, serta menuntun saudara hingga mencapai kemenangan (bd. Rom 8:35-39; Yak 5:11; 1Pet 5:10). |
(0.86995405405405) | (Ayb 23:3) |
(full: SEMOGA AKU TAHU MENDAPATKAN DIA.
) Nas : Ayub 23:3 Sepanjang pengalaman penderitaan Ayub, kerinduannya yang terbesar adalah akan kehadiran Tuhan.
|
(0.86901801801802) | (Ayb 2:1) |
(sh: Tubuh pun milik Allah (Rabu, 20 Agustus 2003)) Tubuh pun milik AllahTubuh pun milik Allah. Luar biasa memang penderitaan Ayub. Harta benda ludes, anak-anak binasa, sekujur tubuhnya terkena penyakit yang menjijikkan. Lebih menyedihkan lagi istri tercinta pun menolak dia. Dalam kondisi demikian adakah alasan bagi kita untuk bertahan dalam kesetiaan kepada Allah? Kesetiaan Ayub melampaui penderitaannya yang dahsyat. Ayub mengungkapkan kesetiaannya dalam kata-kata yang sungguh indah: "Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" (ayat 10). Suatu pernyataan sikap hidup yang sungguh luar biasa. Ayub bukan hanya percaya bahwa semua miliknya adalah milik Allah sepenuhnya, ia juga percaya bahwa tubuhnya pun milik Allah. Berarti Allah berhak sepenuhnya melakukan apapun juga terhadap tubuh Ayub, termasuk penderitaan, sakit penyakit bahkan kematian. Sikap Ayub mengokohkan pernyataan Allah bahwa Ayub adalah seorang yang saleh dan tangguh imannya. Sikap seperti Ayub inilah yang harus kita, orang percaya masa kini, teladani. Karena kita masih seringkali menyimpan sesuatu sebagai milik pribadi kita, yang tidak boleh disentuh oleh siapa pun termasuk Allah. Tanpa kita sadari, sikap inilah yang membuat kita menderita. Harus kita camkan bahwa keterikatan kita kepada hal apapun, termasuk harta benda, yang melebihi ikatan kepada Allah tidak pernah membawa kedamaian. Sebaliknya hal tersebut hanya akan menimbulkan ketakutan dan kekuatiran yang terus menerus menggerogoti kita. Jika hal ini terus terpelihara maka akan hilanglah segala kedamaian yang seharusnya dimiliki anak-anak Allah. Apa solusi terbaik yang harus anak-anak Tuhan tempuh? Akuilah bahwa Allah berhak sepenuhnya atas hidup kita, kita akan merasakan damai sejahtera dan senantiasa mengucap syukur untuk segala berkat-Nya. Renungkan: Sakit penyakit bukanlah alasan untuk kehilangan damai sejahtera Allah apalagi bersikap tidak setia kepada Allah. |
(0.86888342342342) | (Ayb 36:1) |
(sh: Bercermin kepada Allah (Kamis, 15 Agustus 2002)) Bercermin kepada AllahBercermin kepada Allah. Pasal ini berfokus khusus pada sifat Allah yang adil, tetapi berbelas kasih dan sukar dipahami. Elihu memulai dengan menyatakan bahwa ia belum selesai bicara demi Allah (ayat 2). Ironisnya, ungkapan Elihu bahwa dirinya memiliki pengetahuan adalah yang diucapkannya tentang Allah yang pengetahuan-Nya sempurna (ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">37:16). Hal ini mengakibatkan perkataan Elihu pun mendekati penghujatan. Dalam ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">5-12, Allah digambarkan sebagai mahakuasa dan adil. Ia menghukum kejahatan dan membela orang tak bersalah, dan berbelas kasih kepada mereka yang memperhatikan peringatan-Nya. Ia menempatkan orang-orang benar seperti raja-raja di takhta-Nya (ayat 7). Orang-orang jahat akan dihukum, namun mereka akan diselamatkan bila bertobat (ayat 8-12). Ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">11-12 mengingatkan kita akan Ulangan 28 yang berbicara tentang kutuk dan berkat. Orang-orang yang tak bertuhan sangat tak berpengharapan karena keras kepala dan tidak berseru kepada Allah (ayat 13-15). Ini sangat bertolak belakang dengan mereka yang mencari Tuhan. Ayub pun harus berseru kepada Allah dan tidak boleh keras hati dengan bersikeras pada kasusnya (ayat 16-21). Elihu kemudian melanjutkan peringatannya dengan mengingatkan sifat Allah (ayat 22-33). Allah adalah Allah yang tak terbatas kuasanya dan tak terpahami. Karena itu, Ia pasti adil. Allah yang begitu ditinggikan adalah guru yang tak terbandingkan (ayat 22), meski tak terpahami. Ia tak perlu diajar siapa pun. Jika manusia tidak dapat mengajar Allah tentang bagaimana mengatur alam semesta, manusia pun tak berhak menuduh Allah (ayat 23). Itu sebabnya Ayub diperintahkan untuk memuji Allah bersama dengan ciptaan yang lainnya (ayat 24-26). Bukankah Allah adalah Allah yang bekerja dengan cara misterius seperti memberi hujan ke bumi (ayat 27-28) dan memberikan guntur yang menakutkan orang-orang zaman itu (ayat 29-33)? Elihu mendorong Ayub agar mengetahui sifat Allah yang maha-kuasa dan melampaui akal. Renungkan: Sebelum memberikan orang lain nasihat, atau petunjuk, bercermin dirilah di hadapan sifat Allah yang mahakuasa dan tak terpahami. |
(0.86587306306306) | (Ayb 38:1) |
(full: TUHAN MENJAWAB AYUB.
) Nas : Ayub 38:1 Allah sendirilah yang menyapa Ayub. Ia menyatakan ketidaktahuan Ayub akan peranan ilahi di dalam segala kejadian itu. Ia merendahkan Ayub dengan mengungkapkan betapa sedikitnya pemahaman dan pengetahuan manusia tentang Yang Mahakuasa. Akan tetapi, melalui tanggapan Allah Ayub menerima penyataan langsung dari Allah mengenai kehadiran, kemurahan, dan kasih-Nya.
|
(0.86587306306306) | (Ayb 38:4) |
(full: DASAR BUMI.
) Nas : Ayub 38:4 Perkataan Allah hanya membahas dunia alami dari ciptaan dan alam. Ia melukiskan rahasia dan kerumitan semesta alam sambil menyatakan bahwa caranya mengatur dunia jauh melampaui jangkauan pemahaman kita. Allah ingin Ayub mengerti bahwa kegiatan-Nya di alam semesta itu dapat dibandingkan dengan pemerintahan-Nya dalam tatanan moral dan rohani semesta alam ini, dan pengertian lengkap mengenai cara-cara Allah tidak akan dijumpai dalam hidup ini. Tetapi kitab Ayub menyatakan bahwa apabila semua kebenaran telah diketahui, cara-cara dan tindakan-tindakan Allah akan tampak sebagai adil dan benar. |
(0.86587306306306) | (Ayb 10:1) |
(sh: Penderitaan menguji hubungan kita dengan Allah (Minggu, 5 Desember 2004)) Penderitaan menguji hubungan kita dengan AllahPenderitaan menguji hubungan kita dengan Allah. Apa reaksi kita saat menderita? Banyak orang bereaksi dengan mempersalahkan lingkungan, keadaan, ataupun sesama manusia. Tidak demikian dengan Ayub. Ia menyadari bahwa segala sesuatu, termasuk penderitaan, terjadi dalam garis kedaulatan dan rencana Allah. Ayub mengetahui bahwa inti kehidupan adalah hubungan setiap pribadi dengan Allah. Namun, reaksi Ayub memahami penderitaan ini bukannya tanpa kesulitan dan pergumulan Di satu sisi Ayub tahu bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat, Ia memberi, Ia pula yang mengambil. Namun, di sisi lain Ayub juga bergumul, mengapa ia mengalami penderitaan. Pasal ini dapat disebutkan sebagai catatan seorang percaya yang mencurahkan keluhan, mencurahkan isi hatinya di hadapan-Nya. Pada ayat Allah+AND+book%3A18&tab=notes" ver="">7, kesulitan Ayub untuk memahami mengapa ia menderita adalah karena ia hidup benar, dan tidak bersalah. Ini adalah masalah klasik: hidup benar tidak berarti luput dari penderitaan. Ayub keliru jika berpikir orang benar tidak mungkin menderita. Konsep ini akhirnya semakin membawanya memiliki gambaran yang buruk tentang Allah (ayat 13-14). Inilah ujian yang sesungguhnya: Apakah dalam pencobaan kita tetap memiliki gambaran Allah yang adil dan tetap baik? Ayub tidak menutupi kesulitan pergumulan imannya di hadapan Allah. Sebaliknya, dia menyatakan isi hatinya apa adanya. Renungkan: Siapa berani membongkar dirinya di hadapan Allah, berpeluang mengalami perubahan perspektif iman dalam memandang penderitaan. |
(0.86566408108108) | (Ayb 1:13) |
(sh: Juru kunci yang baik (Selasa, 19 Agustus 2003)) Juru kunci yang baikJuru kunci yang baik. Banyak orang tidak dapat melepas harta kekayaannya karena itulah satu-satunya yang berharga yang dihasilkan dengan susah payah atau warisan peninggalan orang tua. Satu hal penting yang mereka lupakan bahwa semua itu adalah titipan Allah. Tugas mereka untuk kekayaan tersebut adalah mengelola dan bertanggung jawab kepada Allah, Sang Pemilik. Sesuai dengan kesepakatan atau izin yang Allah berikan kepada Iblis, maka hal pertama yang Iblis jamah adalah harta benda dan anak- anak Ayub hanya dalam waktu satu hari. Bila orang lain atau Anda sendiri yang mengalami hal ini, hal pertama yang mungkin kita lakukan adalah marah, entah kepada orang lain, atau kepada Tuhan. Namun, tidak demikian halnya dengan Ayub. Ayub berbeda dengan kita, karena Ayub -- seperti yang Allah tahu -- memiliki iman yang tangguh, sehingga dia mampu bertahan. Apa respons Ayub terhadap penderitaannya? "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" (ayat 21). Mengapa Ayub bisa bersikap demikian? Pertama, Ayub memiliki persepsi yang berbeda tentang harta. Ia meyakini bahwa apa yang dimilikinya sekarang adalah kepunyaan Allah, datangnya dari Allah. Ayub menyikapi harta miliknya sebagai titipan Allah yang harus dimanfaatkan untuk kebaikan Kedua, persepsinya tentang harta membuat Ayub harus bertanggung jawab terhadap kepunyaan Allah tersebut. Itu sebabnya Ayub tidak merasa terikat dengan hartanya, juga oleh anak- anaknya. Ayub menempatkan anak-anak sebagai titipan Allah yang harus diasuh dan dididik dalam iman. Ketiga, Ayub menyadari bila tiba saatnya Allah akan mengambil kembali milik-Nya. Renungkan: Jarang ada orang bersungut jika dianugerahi harta milik Allah. Jarang ada orang bersyukur jika kehilangan harta milik Allah. Bagaimana sikap Anda terhadap harta milik Allah? |