Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 133 ayat untuk bersukacita [Pencarian Tepat] (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 7 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.14560851369863) (Mzm 5:1) (sh: Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidup (Kamis, 9 Januari 2003))
Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidup

Maju dalam Tuhan di tengah masalah hidup. Kejahatan, baik yang ditujukan kepada kita maupun yang terjadi di sekitar kita, pasti menimbulkan penderitaan. Mazmur ini melukiskan langkah mendaki makin mendekat Allah yang justru terjadi di dalam pergumulan orang beriman. Hal pertama yang pemazmur lakukan adalah menyatakan isi hatinya dan keluh kesahnya kepada Allah (ayat 2-4). Hubungan dengan Allah adalah sesuatu yang riil, bukan teoretis belaka. Doa adalah kebiasaan rohani yang mewadahi komunikasi riil tersebut. Menyadari itu, pemazmur berdoa di pagi hari. Dalam doanya, Ia dengan bebas dapat meninggikan Allah sebagai Raja sambil meminta secara nyata seolah kepada seorang sahabat. Kedua, pergumulan rohani yang dialaminya adalah kesempatan untuk pemazmur mengakarkan keyakinan imannya bahwa Allah konsisten dalam kekudusan-Nya (ayat 5-7). Apa pun kenyataan yang kini dialaminya tidak ia izinkan untuk mengaburkan keyakinan bahwa Allah membalas kejahatan dengan adil dan tegas menolak dosa. Ketiga, pemazmur mengutarakan tekad imannya berdasarkan kasih karunia kekal Allah untuk makin maju dalam hubungannya dengan Allah (ayat 8-9).

Keempat, pemazmur memperjelas evaluasinya tentang orang jahat sambil meminta agar Tuhan memperlakukan orang jahat setimpal dengan kejahatan mereka (ayat 10-11). Perhatikan bagaimana pemazmur dengan tajam menilai kondisi hati dan sifat jahat mereka (ayat 10). Dengan demikian permohonannya bukanlah dorongan balas dendam, tetapi dorongan agar kemuliaan Allah dinyatakan (ayat 11). Kelima, akhirnya pemazmur mengutarakan keyakinan imannya bahwa orang benar akan bersukacita sebab Tuhan melindungi dan memberkati 12-13).

Renungkan: Tuhan tidak saja melindungi kita saat kita tertekan kejahatan, Ia juga menuntun kita berjalan semakin mesra dengan-Nya.

(0.14560851369863) (Mzm 16:1) (sh: Iman dan kesehatan manusia (Minggu, 14 Januari 2001))
Iman dan kesehatan manusia

Iman dan kesehatan manusia. Berbicara tentang iman seringkali membawa kita kepada konsep-konsep yang abstrak, seakan tak ada hubungannya dengan realita kehidupan sehari-hari. Mazmur 16 mengajarkan kepada kita realita iman, manifestasi iman, dan peran iman bagi kebahagiaan manusia.

Doa pemazmur (ayat 1) mengungkapkan imannya terhadap Allah. Imannya senantiasa menyadarkannya akan realita kehidupan yang sering tidak bersahabat. Iman yang ia miliki juga terungkap di dalam kepuasannya terhadap Allah (ayat 2, 5). Apa pun yang ia alami, ia tetap yakin bahwa Allah yang terbaik dan akan selalu menjadi yang terbaik. Pemazmur mengungkapkan bahwa orang yang beriman kepada Allah adalah orang yang selalu rindu untuk bersekutu dengan saudara lainnya yang seiman, dan berbuat kebaikan kepada mereka (ayat 3). Perbedaan antara orang beriman dan yang tidak, dapat diidentifikasikan dengan melihat perbuatan dan perkataan mereka (ayat 4).

Di samping membuat orang puas dengan Allah, iman juga membuat orang puas dengan kehidupannya (ayat 6). Ini tidak berarti bahwa iman membuat orang menjadi cepat puas sehingga tidak ada niat dan kerja keras untuk terus memperbaiki taraf hidupnya. Namun kepuasan ini yang memampukan orang beriman untuk mensyukuri setiap yang dimiliki dan tidak iri hati terhadap apa yang dimiliki orang lain. Iman juga akan menjauhkan Kristen dari rasa kuatir dan gentar menghadapi masa depan, sebab masa depan terletak dalam genggaman tangan Tuhan dan Ia senantiasa menyertainya (ayat 8, 11). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa iman berhubungan erat dengan kesehatan jiwa dan fisik seseorang (ayat 9).

Renungkan: Seorang yang merasa puas, hatinya akan bersukacita dan tentram. Jika Anda mengalami stress, depresi, tekanan darah tinggi, sakit maag, jantung, dll., evaluasilah kehidupan iman Anda.

Bacaan untuk Minggu Epifania 2

I Samuel 3:1-10

I Korintus 6:12-20

Yohanes 1:35-42

Mazmur 67

Lagu: Kidung Jemaat 379

PA 2 Mazmur 14

Melihat apa yang terjadi di masyarakat, kita seringkali bertanya mengapa ada orang yang begitu tega dan jahat menyakiti bahkan menghabisi orang lain. Dan bila kita amati lebih jauh, nampaknya kekejaman dan kejahatan yang terjadi cenderung meningkat. Bagaimana kita memandang hal ini? Bagaimana respons kita? Apa yang dapat kita lakukan? Itulah yang akan kita pelajari dari Mazmur ratapan ini.

Pertanyaan-pertanyaan pengarah:

1. Keyakinan apa yang dimiliki oleh orang bebal (ayat 1)? Seberapa parahkah keyakinannya itu? Bagaimanakah hubungan antara keyakinan dengan perbuatannya? Apa pun pasti membutuhkan proses untuk menjadi busuk dan menjijikkan. Apakah kebenaran ini berlaku juga bagi perbuatan seseorang? Lalu apa yang mempercepat pembusukan dari perbuatan seseorang? Apakah proses ini dapat dicegah dan dihentikan?

2. Keyakinan yang tercela (ayat 1) dimanifestasikan oleh tindakan dan pikiran yang tercela. Temukan itu satu-persatu dan beri penjelasan (ayat 3,4)! Bila dihubungkan dengan keyakinan orang bebal, menurut Anda mengapa umat Allah digambarkan sebagai korban kejahatan yang paling mengenaskan? Jelaskan!

3. Ratapan pemazmur diselingi dengan ungkapan keyakinannya akan tindakan Allah (ayat 1-3). Teladan apa yang Anda dapatkan? Keyakinan apa lagi yang dimiliki oleh pemazmur dalam kondisi masyarakat yang demikian (ayat 5-6)? Apa yang memampukan pemazmur untuk tetap dapat mempunyai keyakinan kepada Allah walaupun ancaman dan serangan siap melumatnya?

4. Usaha apa yang dilakukan pemazmur untuk memperbaiki masyarakat yang sudah tercela keyakinan dan perbuatannya (ayat 7)? Katakan kembali ayat ini dengan kata-kata Anda sendiri sesuai dengan situasi dan kondisi masa kini di Indonesia!

5. Berdasarkan kebenaran-kebenaran di atas, bagaimana Anda menilai masyarakat kita sekarang? Bagaimana Anda memandang pembakaran gereja dan penganiayaan yang dialami oleh Kristen di Indonesia? Apa yang harus kita lakukan secara konkrit untuk memperlambat proses pembusukan dalam masyarakat?

(0.14560851369863) (Mzm 31:1) (sh: Doa, sebuah tindakan refleks Kristen (Minggu, 25 Maret 2001))
Doa, sebuah tindakan refleks Kristen

Doa, sebuah tindakan refleks Kristen. Jika secara tidak sengaja kita menyentuh bara api, maka secara refleks tangan kita akan bergerak menjauhi bara api itu. Itulah gerakan refleks yang dikaruniakan Allah kepada setiap manusia dalam menghadapi bahaya maupun serangan atas dirinya. Menjalani kehidupan di dalam masyarakat kita akhir-akhir ini, Kristen harus memperlengkapi diri dengan gerakan refleks yang lain, bukan sekadar menghindar dari bara api yang akan menyengat tangan namun juga mempertahankan diri agar tidak hangus terbakar api pergolakan zaman.

Ketika menulis mazmur ini, Daud dikejar-kejar oleh Saul untuk dibunuh. Kondisinya waktu itu sangat genting karena hampir tidak ada celah bagi Daud untuk mempertahankan atau menyelamatkan dirinya (1Sam. 23:13). Apa yang ia lakukan? la segera berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah, sebelum melakukan apa pun (2-6). Tidak ada hal yang terlalu genting bagi Daud sehingga doa harus ditunda atau dilewatkan. Bagi Daud doa tetap harus dinomorsatukan dalam situasi dan kondisi apa pun. Doa sudah menjadi gerakan refleks baginya. Mengapa demikian? Sebab ia memang telah menyerahkan hidupnya secara penuh ke dalam tangan Tuhan. Ia mengenal siapa Allah, karena itu ia tidak ragu sedikit pun untuk mengandalkan Dia dalam segala keadaan. Bahkan ia mempercayakan kepada Allah miliknya yang paling berharga yaitu nyawanya (6). Tidak itu saja, walaupun masih harus menghadapi ancaman maut, ia dapat tetap bersukacita dan tegar karena Allah adalah setia maka Ia akan tetap menolongnya seperti yang pernah Ia lakukan sebelumnya (8-9).

Renungkan: Seperti bagi Daud, bagi kita pun doa harus merupakan tindakan refleks untuk mempertahankan dan menyelamatkan keberadaan kita. Apakah ini sudah berlaku bagi Anda? Jika belum apa penyebabnya?

Bacaan untuk Minggu Sengsara 5

Yeremia 31:31-34

Ibrani 5:7-10

Yohanes 12:20-33

Mazmur 51:10-16

Lagu: Kidung Jemaat 446

(0.14560851369863) (Mzm 32:1) (sh: Kebahagiaan hanya masalah pilihan (Selasa, 27 Maret 2001))
Kebahagiaan hanya masalah pilihan

Kebahagiaan hanya masalah pilihan. Setiap manusia sepanjang zaman berusaha dengan segala daya upaya untuk mendapatkan kebahagiaan hidup. Bahkan ada yang bekerja tanpa mengenal waktu dan menomorduakan keluarga agar meraih promosi jabatan, karena mereka berpikir bahwa kebahagiaan akan didapatkan jika mereka bergelimang harta dan meraih kedudukan tinggi. Setelah meraih semua itu, bukan kebahagiaan yang ia dapatkan namun penyakit karena stress dan bekerja terlalu keras. Lalu dimanakah kebahagiaan?

Sesungguhnya kebahagiaan bukanlah hal yang sulit digapai oleh manusia. Daud sudah membuktikan. Ia menemukan kebahagiaan bukan dalam kekayaan, kedudukan, dan kekuasaan yang ia miliki namun dalam pilihan bijak yang ia tetapkan. Ia memilih untuk bertobat dan mohon ampun dari Allah maka ia menemukan kebahagiaan (1-2, 5). Orang yang menyadari dosanya namun tidak bertobat tidak akan mengalami kedamaian hati namun justru tekanan (3- 4). Ia juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada Allah (7). Walaupun tekanan dan kesulitan tetap melandanya, ia tidak sendiri sebab Allahlah tempat perlindungannya (6). Yang terakhir ia memilih untuk menaati perintah Allah (8) bukan seperti kuda atau bagal yang terkenal senang membangkang. Pilihannya yang terakhir adalah sangat tepat sebab orang fasik akan mengalami derita bukan selalu secara fisik, namun yang pasti secara hati dan jiwa karena hanya orang yang sudah dipulihkan hubungannya dengan Allah yang akan merasakan damai sejahtera yang sesungguhnya (10).

Kebahagiaan yang diajarkan oleh Daud adalah kebahagiaan yang sejati sebab tidak tergantung dari situasi dan kondisi dirinya, masyarakat sekitar maupun lingkungannya. Bencana dan derita apa pun boleh menimpanya namun karena pilihannya, ia tetap dapat bersukacita dan bersorak-sorai (11).

Renungkan: Karena itu apa sebenarnya yang Anda cari dengan bekerja keras tanpa batas hingga mengalami stres dan gangguan kesehatan yang serius? Uang, rumah, mobil mewah, atau kedudukan? Daud sudah membuktikan bahwa itu semua tidak membawa kebahagiaan. Tentukanlah apakah Anda mau memilih apa yang Daud pilih. Jika ya maka kebahagiaan sejati tidak jauh dari hidup Anda.

(0.14560851369863) (Mzm 32:1) (sh: Disiplin bertobat (Jumat, 30 Mei 2003))
Disiplin bertobat

Disiplin bertobat. Ayat pembuka dan penutup mazmur ini mengundang kita untuk menanyakan sebuah pertanyaan penting: Siapakah orang benar? Siapakah orang jujur? Siapakah orang yang percaya kepada Tuhan? Jawaban Mazmur 32: mereka yang hidup dengan kesadaran yang dalam tentang dosa mereka, yang menyadari kebutuhan mereka akan anugerah pengampunan dari Allah, dan yang kemudian tekun bertobat!

Kalimat "Sebab itu" (ayat 6), menunjukkan bahwa pemazmur memanggil "setiap orang saleh" untuk berdoa, membuka diri di hadapan Tuhan dan mengakui setiap dosa dan pelanggarannya, selagi Ia masih dapat ditemui. Ayat ini sangat instruktif. Jika kita memang benar-benar orang yang percaya kepada Tuhan, kita akan tekun bertobat! Akan tiba saatnya ketika kita tidak lagi dapat bertobat, sekalipun kita menghendakinya.

"Mengaku"(ayat 7). Pemazmur menyadari bahwa inilah saatnya untuk tidak lagi menyembunyikan dosa, tetapi mengungkapkan dosa- dosanya kepada Allah. Saatnya untuk menyembunyikan diri di balik Allah! Bersembunyi di balik Allah merupakan ungkapan kesadaran dari pemazmur bahwa ia sepenuhnya tidak berdaya, dan sepenuhnya bersandar pada anugerah Allah untuk "menutupi" dosa-dosanya (bdk. Rm. 4:7-8). Pemazmur kemudian menegaskan bahwa inilah "jalan yang harus kautempuh" (ayat 8). Tentang jalan ini, jangan keraskan hatimu (ayat 9).

Ayat 10-11 menjadi kesimpulan dari pengajaran pemazmur. Orang fasik -- orang yang tidak tekun bertobat -- akan menderita banyak kesakitan, tetapi orang yang mempercayakan diri kepada Tuhan, itulah orang benar, orang jujur -- orang yang tekun bertobat -- dikelilingi dengan kasih setia-Nya dan, oleh karena itu, dipanggil untuk bersukacita dan bersorak-sorai (bdk. Mzm 130:4).

Renungkan: Berbahagialah orang yang tekun bertobat, karena sukacita surga menjadi bagian hidup mereka.

(0.14560851369863) (Mzm 58:1) (sh: Masih adakah keadilan? (Sabtu, 12 Juni 2004))
Masih adakah keadilan?

Masih adakah keadilan? Bukan hanya di zaman ini, tetapi bahkan sejak zaman di mana pemazmur hidup, ketidakadilan telah merajalela. Para penguasa dan para hakim bertindak semena-mena. Melihat keadaan ini, pemazmur tidak tinggal diam. Mazmur 58 ini merupakan suatu seruan yang menuntut agar keadilan ditegakkan.

Sambil membandingkan situasi itu dengan situasi zaman Daud pemazmur mempertanyakan integritas para penguasa tersebut (ayat 1) dan menyingkapkan kejahatan mereka (ayat 2-6). Mereka adalah orang-orang yang menggunakan otoritas dan kekuasaannya untuk menindas dan melakukan kejahatan (ayat 3). Perhatikan prinsip penting pemazmur menghubungkan kejahatan mereka ini dengan hakikat mereka sejak dilahirkan dan bahkan sejak di dalam kandungan (ayat 4).

Kejahatan mereka semakin menegaskan keberadaan mereka yang fasik dan sesat di hadapan Tuhan. Mereka bahkan tidak menghiraukan peringatan-peringatan yang ditujukan kepada mereka (ayat 5). Karena itu, pemazmur memohon agar Allah menghukum mereka dengan menghancurkan kekuatan mereka (ayat 7) dan menghilangkan pengaruh mereka untuk seterusnya (ayat 8-10).

Akhirnya, hanya ketika Allah menyatakan keadilan-Nya terhadap para penguasa/hakim yang lalim inilah orang benar dapat bersukacita (ayat 10-11). Memang terkadang Allah sepertinya berdiam diri ketika ketidakadilan terjadi. Tetapi hal itu tidak menjadikan pemazmur kehilangan pengharapannya. Ia percaya bahwa suatu saat Allah akan memberi pahala bagi orang benar yang setia berharap kepada Dia, dan Ia pasti menghakimi mereka yang tidak adil (ayat 10), karena Dialah satu-satunya Hakim yang ADIL, Sumber segala keadilan.

Renungkan: Ketika kita diperlakukan secara tidak adil, adakah kita berusaha menghakimi dengan cara kita sendiri ataukah kita rela mempercayakan diri kita kepada Tuhan, Hakim yang Adil, dan menantikan Dia dengan setia?

(0.14560851369863) (Mzm 61:1) (sh: Memuji Tuhan, mengapa tidak? (Selasa, 15 Juni 2004))
Memuji Tuhan, mengapa tidak?

Memuji Tuhan, mengapa tidak? Raja berhak dan harus dilindungi oleh prajuritnya. Ketika prajurit Daud tidak mampu lagi untuk melindungi dirinya sebagai raja, Daud melarikan diri, menjauh dari musuhnya guna menyelamatkan dirinya.

Pelarian Daud membawanya kepada tempat yang asing. Dia terpisah dari kerabatnya dan keamanan yang selama ini ada di sekelilingnya. Apa yang diperbuat oleh Daud? Pertama, Daud berteriak sebagai ungkapan dari lubuk hatinya bahwa ia memerlukan pertolongan dari Allah. Dia percaya bahwa dari ujung bumi sekalipun, Allah dapat menolongnya, karena Allah tidak dibatasi oleh letak geografis (ayat 2-3). Di manapun dia berada, Allah sanggup menolongnya. Kedua, Daud bersukacita karena Allah telah mendengarkan doanya. Allah memberikan cahaya terang di tengah-tengah kegelapan yang mengelilinginya. Allah membuktikan bahwa Ia adalah tempat perlindungan yang paling aman dari musuh-musuh orang yang takut akan Dia (ayat 4-8). Harapan Daud kepada Allah untuk mendapat suatu perlindungan tidak bertepuk sebelah tangan. Ketiga, akhirnya melalui peristiwa ini, Daud berjanji untuk memuji Allah setiap hari, dalam waktu senang ataupun susah. Ketakutan Daud akhirnya berubah menjadi puji-pujian yang memuliakan Tuhan seumur hidupnya.

Dalam kehidupan ini, ketakutan dan kecemasan sering hadir dan membuat kita salah merespons kepada Allah. Pengalaman Daud mengajar kita untuk merespons benar terhadap Allah sehingga akhirnya dari segala situasi hidup kita bisa menghasilkan puji-pujian yang menyenangkan hati Tuhan. Tuhan tidak pernah mengecewakan orang yang takut akan Dia dan semuanya itu untuk menguji iman kita kepada-Nya.

Renungkanlah: Hadapilah segala pergumulan bersama Tuhan, sehingga akhirnya kita boleh menjadikan hidup penuh dengan pujian kepada Tuhan dalam setiap waktu.

(0.14560851369863) (Mzm 64:1) (sh: Peperangan Rohani (Minggu, 26 April 1998))
Peperangan Rohani

Peperangan Rohani
Setiap orang percaya selalu perlu siap masuk peperangan rohani. Orang-orang yang berpihak kepada Allah dan mentaati-Nya dimusuhi dan diperangi oleh iblis. Musuh dahsyat itu disebut oleh Paulus sebagai pemerintah-pemerintah, penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap (Ef. 6:10-20). Tidak selalu jelas bagaimana perwujudan musuh itu, namun ia dapat bekerja melalui persepakatan orang jahat, kerusuhan, isu-isu pemecah belah, kekacauan, kebingungan ataupun serangan lain yang lebih rinci. (Baca lagi Mzm.64:1-6). Bukankah iblis juga dapat menyerang secara tersembunyi dari dalam dan dari luar kita?

Skema penjahat dan iblis. Semua upaya si jahat dan si iblis itu gagal, meskipun dalam jangka pendek mereka kelihatan berhasil. Allah akan menembak si jahat itu dengan panah. Sekonyong-konyong mereka akan terluka (ayat 8). Setiap kali Allah menembak, selalu kena sasarannya. Tak pernah anak panah Allah melesat atau luncas. Penghukuman selalu menimpa niat orang jahat. Allah selalu mengatasi dan mengungguli rancangan kecurangan hati orang (ayat 7). Kebenaran ini menolong kita untuk melihat dengan kacamata wawasan Allah yang kekal. Ini pandangan supra jangka panjang. Mengarah ke masa yang kekal dengan bekal iman percaya kepada Kristus, itulah wawasan kita.

Perlengkapan Rohani. Orang percaya perlu kuat di dalam Tuhan. Kristen perlu mengambil perlengkapan senjata Allah yang lengkap dan memakainya. Senjata-senjata itu ialah: ikat pinggang kebenaran, baju zirah keadilan, kasut kerelaan Injil, perisai iman, ketopong keselamatan, pedang Firman; dan semuanya baru efektif bila dipakai dalam doa. Allah sendiri membuat Daud bersukacita. Manakala musuh-musuh menyerangnya, Allah memberi perlindungan. Pada saat orang memasang perangkap, ia menghindar. Pada waktu rancangan kecurangan diadakan, ia telah mempunyai rencana yang lebih baik.

Renungkan: Berperanglah bersama Tuhan. Kita pasti menang sebab Kristus sudah mengalahkan Iblis dan segenap pengikutnya yang jahat.

Doa: Supaya kami siaga dengan senjata lengkap Allah.

(0.14560851369863) (Mzm 64:1) (sh: Jangan remehkan intimidasi kata-kata (Jumat, 18 Juni 2004))
Jangan remehkan intimidasi kata-kata

Jangan remehkan intimidasi kata-kata. Pergumulan iman terberat seringkali kita kaitkan dengan masalah-masalah seperti kelemahan fisik, kesulitan dalam pekerjaan, pencobaan moral atau ancaman fisik. Dalam kenyataan sehari-hari, kita menemui bahwa kata-kata seperti ejekan, fitnahan, serangan terhadap isi iman Kristen, dlsb. dapat mengolok iman kita. Tentang pergumulan iman menghadapi serangan kata-kata inilah, pemazmur bicara.

Pemazmur mengalami pergumulan yang berat itu. Ia tahu bahwa musuh yang berat itu bermaksud membinasakannya (ayat 3). Ia tahu bahkan cara-cara licik digunakan untuk menyerangnya pada saat-saat kelemahannya, yaitu berupa gosip, fitnah, dan cercaan (ayat 4-6). Lebih daripada itu, ia tahu mereka bersungguh hati untuk menghancurkan dia. (ayat 7, ayat ini bisa dibaca 'mereka merancang kecurangan-kecurangan: "Kami sudah siap, rancangan sudah rampung, rancangan yang keluar dari batin dan hati terdalam"'). Seorang penafsir mengatakan, betapa dalamnya isi hati seseorang, siapa yang tahu? Apalagi, bila hati yang jahat merencanakan kejahatan, siapa bisa menduga kekejaman dan kekejiannya?

Namun, pemazmur tidak termakan oleh dampak dahsyat kata-kata buruk dari orang jahat. Ia percaya kepada Allah yang berdaulat dan berkuasa atas mereka. Ia tahu kesudahan orang-orang jahat adalah kebinasaan mereka, dan mereka akan binasa oleh senjata mereka sendiri: lidah dusta mereka (ayat 8-9). Ia tahu juga orang benar, orang yang berlindung kepada-Nya akan diselamatkan, dan akan bersukacita (ayat 10-11). Pemazmur belajar bahwa lidah jahat akan termakan jeratnya sendiri. Karena itu, orang yang jujur dalam kata dan tindakan adalah orang yang bertindak sesuai sikap Allah sendiri dalam firman-Nya yang "ya dan amin."

Renungkan: Jangan anggap remeh pengaruh kata-kata baik dari orang yang kita jumpai sehari-hari maupun dari sumber-sumber media. Bangunlah "filter" iman untuk menilai dan menetapkan kata-kata mana yang harus dibuang dan kata mana yang patut disimpan.

(0.14560851369863) (Mzm 67:1) (sh: Berkat untuk bangsa-bangsa (Senin, 21 Juni 2004))
Berkat untuk bangsa-bangsa

Berkat untuk bangsa-bangsa. Ingat perumpamaan yang diajar-kan Tuhan Yesus mengenai orang kaya yang bodoh? Orang itu mendirikan lumbung besar untuk menampung kelimpahan panennya, tetapi akhirnya mati tanpa menikmati kekayaan itu. Peribahasa Indonesia mengatakan, ayam mati di lumbung. Itulah jadinya orang-orang yang menumpuk kekayaan bagi dirinya sendiri, atau bagi keturunannya, tetapi tidak peduli orang lain. Kekayaan yang berlimpah seperti itu tidak menjadi berkat baginya.

Apakah berkat itu? Kapankah kekayaan, kekuasaan, kesehatan, dll. (yang menurut kategori manusia adalah berkat) benar-benar suatu berkat? Berkat adalah segala sesuatu yang Allah limpahkan kepada kita yang dapat kita nikmati dengan sepenuh-penuhnya. Kapankah kita bisa benar-benar menikmati berkat? Pada waktu kita berbagi dengan sesama kita tanpa pamrih dan tanpa pilih kasih. Jadi, kekayaan, kekuasaan, kesehatan, dll. adalah berkat tatkala bukan hanya kita, dan keluarga kita dan kroni kita yang menikmatinya, tetapi juga orang lain, sekeliling kita, sesama kita ikut berbagian. Berkat benar-benar menjadi berkat dan dinikmati waktu berkat itu menjadi berkat buat orang lain.

Mazmur 67 adalah mazmur berkat. Permohonan pemazmur agar Allah memberkati umat-Nya (ayat 2) adalah bermotivasikan agar semua bangsa mengenal Allah, menikmati berkat keselamatan-Nya, dan merasakan pemerintahan Allah yang adil (ayat 3,5). Pada akhirnya, pemazmur berharap semua bangsa bisa "memberkati Allah" yaitu bersyukur dan bersukacita karena Allah (ayat 4-6). Akhirnya juga, umat Israel benar-benar diberkati Allah.

Bagaimanakah caranya supaya bangsa-bangsa lain menerima berkat Allah? Yaitu dengan umat Israel membagi berkat-berkat yang mereka terima kepada bangsa-bangsa lain. Demikian juga sesama kita dapat menerima berkat dari Tuhan Yesus, kalau kita membagikannya dengan mereka.

Tekadku: Aku mau menjadi saluran berkat Allah kepada sesamaku.

(0.14560851369863) (Mzm 90:1) (sh: Menghitung hari (Kamis, 20 Desember 2001))
Menghitung hari

Menghitung hari. Arswendo Atmowiloto, yang pernah diinapkan di LP Cipinang, menulis sebuah buku berjudul Menghitung Hari.

Buku yang amat bagus ini merupakan cermin harapan hati, agar hari-hari cepat berlalu menyongsong waktu pembebasan.

Mazmur hari ini juga berbicara tentang menghitung hari. Bukan agar hari-hari segera lewat, tetapi supaya seseorang memiliki hati yang bijaksana (ayat 12). Mengapa pemazmur meminta agar Allah mengajar dia untuk menghitung hari? Alasannya ada di dalam bagian pertama dan kedua mazmur ini (ayat 1-2 dan 3- 12). Dalam bagian pertama, pemazmur mengakui bahwa Allah sendiri, sebagai pribadi, menjadi "rumah"-nya (ayat 1-2). Ia melihat keamanan dirinya bukan karena memiliki suatu tempat, tetapi karena memiliki hubungan dengan Allah. Namun demikian, di dalam bagian kedua, pemazmur merenungkan mengenai kesementaraan hidup manusia. Ia memakai ungkapan "debu" dan "rumput" untuk menggambarkan hubungan yang sebenarnya, antara Sang Pencipta yang begitu perkasa dan dirinya yang begitu lemah (ayat 3-6). Perenungannya ini juga berbicara mengenai kesalahan yang dilakukan oleh manusia di hadapan Allah (ayat 7-11).

Itulah sebabnya pemazmur meminta pada Allah agar dia diberikan kesadaran akan kesementaraannya, sehingga ia selalu ingin memiliki hati yang berhikmat dan hidup yang bermakna. "Hikmat" tidak berarti sekadar kecerdasan di dalam menjalani kehidupan, tetapi lebih mengacu pada takut akan Allah dan pengakuan atas kendali-Nya di dalam kehidupan. Dengan mengakui dan mengenal kehendak Allah dalam kehidupan, barulah hidup yang sulit dan singkat itu berarti.

Bagian terakhir mazmur ini (ayat 13-17) merupakan ungkapan harapan dari pemazmur agar Allah berbalik padanya dan membuat hidupnya bersukacita. Di dalam hidupnya yang begitu terbatas dan penuh dosa, ia hanya dapat berharap pada Allah, Tempat Perteduhan yang kekal.

Renungkan: Mazmur ini seringkali dibaca ketika upacara penguburan dilakukan. Apakah yang Anda pikirkan ketika muncul kesadaran bahwa suatu saat Anda pun akan kembali menjadi debu? Mintalah hikmat dari Allah agar hidup Anda bermakna dan berwarna!

(0.14560851369863) (Mzm 97:1) (sh: Arti kehadiran-Mu (Selasa, 11 Oktober 2005))
Arti kehadiran-Mu

Arti kehadiran-Mu Ada satu persamaan ketika kita membaca kisah pertobatan para hamba Tuhan, yaitu kehadiran Tuhan yang mengubah kehidupan mereka. Namun, kehadiran Tuhan dapat membawa dampak berbeda bagi orang-orang yang menolak-Nya.

Sudah tiba waktunya Tuhan hadir di atas bumi. Sudah tiba saatnya, Ia memberitahukan diri-Nya di hadapan bumi dan semua isinya. Saat Ia hadir, keadilan dan hukum Tuhan diwartakan (ayat 2,6). Saat Ia datang, tidak ada satu pun ciptaan-Nya yang tahan menghadapi-Nya. Semua benda-benda alam bukanlah tandingan-Nya apalagi para musuh Allah (ayat 3-5). Mereka akan hangus dalam murka-Nya. Murka itu ditujukan-Nya kepada orang-orang yang terus-menerus menolak melakukan hukum-hukum-Nya (ayat 7), yang lebih menyukai sesembahan palsu. Orang-orang seperti itu akan melihat siapakah Allah yang sejati. Penyataan kemuliaan Allah yang sejati itu akan membuat mereka malu.

Dampak kehadiran Tuhan juga dirasakan oleh umat-Nya. Kehadiran Tuhan justru membuat mereka bersorak-sorai. Ketaatan umat Tuhan melakukan perintah Tuhan dalam suasana penyembahan palsu kini diganjar-Nya dengan kehormatan. Kesusahan yang dipikul umat-Nya digantikan-Nya dengan sukacita (ayat 8). Saat para musuh Allah dihukum, umat-Nya justru dibela-Nya (ayat 10-11). Bagi umat-Nya, masa kesusahan telah pergi, masa sukacita kini datang (ayat 12).

Taat melakukan perintah Tuhan dalam masyarakat yang tidak mengenal hukum-Nya memang sulit. Namun, kesulitan itu segera sirna saat kita mengizinkan Tuhan hadir. Kehadiran Tuhan membawa pengharapan bagi kita sehingga kita tetap bisa bersukacita dan bersyukur dalam keadaan sulit. Tidak untuk selamanya, Tuhan membiarkan kita menderita dalam kecaman musuh. Meski saat ini, kita belum melihat Tuhan menghukum mereka, namun waktu itu akan tiba.

Renungkan: Sudahkah Anda meminta Ia hadir dalam hidup Anda?

(0.14560851369863) (Yes 21:1) (sh: Hanya Allah dan Allah saja (Jumat, 19 Oktober 2012))
Hanya Allah dan Allah saja

Judul: Hanya Allah dan Allah saja
Ucapan Ilahi ini ditujukan kepada negeri Babel (Mesopotamia), dan berisi nubuatan kejatuhan bangsa ini. Ucapan ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu pengepungan Babel oleh Elam dan Madai (1-5); lalu kejatuhan Babel (6-10).

Ucapan ini terjadi setelah penaklukan Asyur atas bangsa-bangsa di sekitarnya. Babel takluk di bawah bangsa Media-Persia (Elam dan Madai) yang pada waktu penaklukan itu diperintah oleh Koresy.

Babel adalah bangsa yang mengandalkan kekuatan berhala (9). Mereka yakin, bahwa berhala mereka akan melindungi dan melawan kekuatan dari luar yang ingin menaklukkan mereka. Percaya diri yang berlebihan dan ketergantungan akan berhala yang mati ini, mengakibatkan mereka kurang waspada. Kekurangwaspadaan ini dibuktikan ketika raja Babel mengadakan pesta pora dan mabuk-mabukan. Pada saat itulah Tuhan datang melalui bangsa Elam dan Madai, dan mengalahkan berhala-berhala yang menjadi andalan bangsa Babel tersebut.

Pertama, secara diam-diam bangsa Elam dan Madai mengepung Babel. Mereka tahu, bahwa Babel kurang waspada karena terlalu percaya diri akan berhala dan kekuatan diri mereka. Tiba-tiba datanglah seorang tentara dari menara pengawas untuk memberitahukan bahwa musuh telah mengepung. Saat itu Babel tidak siap menghadapinya. Untuk itulah ada seruan, "Sudah jatuh, sudah jatuh Babel, dan segala patung berhalanya telah diremukkan dan bertaburan di tanah" (9).

Penaklukkan Babel, menunjukkan bahwa Tuhan telah mengalahkan kekuatan ilah-ilah yang sebenarnya mati. Yesaya mengingatkan kepada bangsa Yehuda bahwa kekuatan kita asalnya dari Tuhan, dan hanya Tuhan saja.

Sesuai dalam syahadat umat Israel, "Tuhan adalah Allahmu, Tuhan saja!" (Ul. 6:4; terjemahan bebas!). Apakah Anda mengingat syair lagu God and God Alone (Hanya Allah dan Allah saja)? Artinya, kekuatan kita satu-satunya hanyalah Allah, bukan dari yang lain, ilah-ilah lain, atau kekuatan diri sendiri.

Diskusi renungan ini di Facebook:
http://apps.facebook.com/santapanharian/home.php?d=2012/10/19/

(0.14560851369863) (Yes 30:18) (sh: Berbahagialah yang menantikan Tuhan (Senin, 14 Oktober 2013))
Berbahagialah yang menantikan Tuhan

Judul: Berbahagialah yang menantikan Tuhan
Melanjutkan ajakan pertobatan yang telah diungkapkan pada perikop sebelumnya, nabi Yesaya tetap mengajak umat supaya bertobat. Mereka diajak untuk tidak meminta pertolongan kepada Mesir. Ini berarti mereka juga harus memusnahkan berhala-berhala Mesir. Dalam PL, jika satu bangsa memohon pertolongan dari bangsa lain yang lebih kuat, ini juga berarti bahwa mereka memohon bantuan kepada dewa-dewa bangsa itu.

Maka Israel diajak untuk meminta pertolongan hanya kepada Tuhan, "Engkau akan menganggap najis patung-patungmu ..." (22); "... apabila engkau berseru-seru, pada saat Ia mendengar teriakmu, Ia akan menjawab" (19). Jika mereka mau berbalik dan memohon perlindungan hanya kepada Tuhan, maka Tuhan akan menolong mereka. Pada waktu Asyur menyerang mereka, Tuhan akan menolong mereka serta menyembuhkan yang terluka (26). Tuhan tidak membiarkan umat-Nya dalam kesengsaraan dan kekurangan jika Asyur benar-benar menyerang Yehuda (25). Tuhan akan menghindarkan itu semua, sehingga tercipta kedamaian di negeri Yehuda (23-24). Mereka akan dapat bercocok tanam dan beternak dengan keamanan dan kedamaian yang dijamin oleh Tuhan, Pelindung umat-Nya.

Itu semua dilakukan Tuhan karena Dia mengasihi umat-Nya (18). Oleh karena keadilan yang didasarkan atas kasih-Nya sajalah maka Tuhan akan menolong dan memberikan perlindungan kepada umat-Nya, jika mereka mau berbalik dan memohon pertolongan kepada Tuhan.

Kesadaran bahwa Tuhan saja satu-satunya yang berkuasa, seharusnya membuat kita hanya mencari Tuhan disaat kita membutuhkan pertolongan. Jangan sampai menunggu kuasa-kuasa asing mengecewakan kita baru kita mencari Tuhan. Pahami dan ingatlah baik-baik bahwa Tuhan saja satu-satunya yang dapat memberikan pertolongan dan perlindungan kepada kita, karena hanya Dia yang mengasihi kita. Tuhan akan datang dan memberikan pertolongan bila kita bergantung kepada Dia. Maka nantikanlah pertolongan Tuhan senantiasa.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.14560851369863) (Yes 42:10) (sh: Sukacita atas karya sang Hamba (Senin, 4 November 2013))
Sukacita atas karya sang Hamba

Judul: Sukacita atas karya sang Hamba
Nas hari ini memaparkan panggilan kepada bumi untuk merespons dengan sukacita (10, 12) karya sang hamba yang akan mencakupi seluruh bumi. Jika sang penakluk menimbulkan teror (41:25), maka sang hamba mendatangkan sukacita.

Bagian ini dengan bagian sebelumnya dihubungkan dengan kata-kata dan konsep yang sama. Sang hamba akan menegakkan hukum di bumi (4), dan ujung bumi dipanggil untuk memuji Tuhan (10). Segala pulau mengharapkan pengajaran sang hamba (4), dan pulau-pulau dan segala penduduknya dipanggil untuk memujinya (10; bnd 12). Allah yang menciptakan segala makhluk hidup di bumi (5), dan seluruh isi dari laut maupun pulau-pulau dipanggil untuk memuji Dia (10). Panggilan untuk menyanyikan nyanyian baru bagi Tuhan (10) berkaitan dengan hal-hal yang baru yang hendak Tuhan nyatakan (9).

Keluasan dari panggilan pujian ini dapat kita lihat dari penggunaan istilah-istilah berikut. Seluruh isi dari kedalaman laut maupun dari atas puncak gunung-gunung; mereka yang tinggal di pulau-pulau maupun di padang gurun; mereka yang mendiami kota maupun desa; mereka yang tinggal di ujung bumi maupun yang dekat di Kedar, semuanya dipanggil untuk memuji Tuhan (10-11).

Landasan untuk pujian tersebut nyata pada ayat 13-17. Tuhan akan menyertai, memimpin, dan beranugerah kepada mereka yang datang kepada-Nya. Namun Ia akan menghancurkan mereka yang memilih berhala. Ada pekikan peperangan (13), yang menimbulkan erangan seperti perempuan yang melahirkan (14), dan murka yang menghancurkan (15), tetapi ada kelembutan yang memimpin mereka yang lemah (16). Ada yang mengalami kebaikan dari Tuhan (16b), dan ada yang jatuh dalam murka Allah (17).

Sang Hamba, yaitu Yesus Kristus telah datang dan menyelamatkan kita yang percaya kepada-Nya. Kita dipanggil untuk bersukacita. Marilah kita mengajak orang-orang yang di sekitar kita maupun yang jauh untuk bersama-sama ikut dalam sukacita ini.

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.14560851369863) (Yes 55:1) (sh: Undangan keselamatan (Selasa, 23 Agustus 2005))
Undangan keselamatan

Undangan keselamatan Panggilan Allah kepada Israel untuk bertobat bukan untuk mengurangi kebahagiaannya. Sebaliknya, Allah hendak melimpahi mereka dengan segala berkat yang terbaik agar mereka memiliki hidup yang penuh sukacita, bermakna, dan berpengharapan.

Saat penyelamatan sudah tiba. Undangan keselamatan pun sudah diserukan. Tuhan berjanji siapa saja yang menyambut undangan tersebut akan menikmati hidup yang lebih baik daripada yang selama ini mereka alami (ayat 1-2). Tuhan meneguhkan janji-Nya itu memakai perjanjian abadi yang pernah diadakan-Nya dengan Raja Daud. Sama seperti Raja Daud menjadi agen Allah untuk menggembalakan Israel, umat-Nya (2Sam. 7:8), demikian pula kini umat Allah dipang-gil menjadi agen-agen-Nya untuk menyelamatkan bangsa-bangsa (ayat 3-5).

Allah menuntut respons segera yang benar dari umat-Nya terhadap undangan tersebut. Umat-Nya harus mencari Allah dan meninggalkan dosa mereka agar pengampunan-Nya berlaku dan pemulihan-Nya dinyatakan (ayat 6-7). Inilah cara Allah menyelamatkan umat-Nya sesuai dengan firman-Nya. Cara Allah ini tidak selalu dimengerti umat-Nya, tetapi pasti efektif karena firman-Nya tidak mungkin gagal (ayat 8-11). Bila umat Allah merespons dengan benar, mereka akan bersukacita serta menikmati kembali berkat-berkat Allah bersama dengan segenap alam dan hidup mereka akan senantiasa memuliakan Allah (ayat 12-13).

Apakah yang akan seseorang peroleh tatkala ia menerima undangan keselamatan dari Allah? Pertama, ia akan menikmati hidup yang penuh sukacita dan persekutuan yang intim dengan Tuhan. Kedua, ia akan menjadi berkat bagi banyak orang dan hidupnya memuliakan Tuhan. Ketiga, hidupnya kembali harmonis serta berdamai dengan sesama manusia dan alam.

Camkan: Menolak undangan keselamatan berarti menutup diri terhadap anugerah Allah.

Siapa Kristen sejati?

(0.14560851369863) (Yes 66:1) (sh: Berfokus kepada Tuhan (Sabtu, 21 Desember 2013))
Berfokus kepada Tuhan

Judul: Berfokus kepada Tuhan
Satu hal yang dibanggakan orang Israel adalah Bait Allah yang megah. Namun Tuhan mengingatkan, seperti doa Raja Salomo saat penahbisan Bait Suci (1Raj. 8:27), bahwa bait itu tak ada artinya untuk Tuhan karena segala sesuatu di alam semesta ini adalah milik-Nya.

Dalam perikop ini, Yesaya sekali lagi mengangkat tema tentang penyembahan yang salah. Ia mengingatkan rakyat Yehuda bahwa tak ada gunanya mencoba menyogok Tuhan dengan kebaikan-kebaikan dan ritual keagamaan kalau hati mereka tidak dengar-dengaran akan Tuhan yang melihat menembus tindakan kita langsung ke lubuk hati terdalam.

Yesaya 66:2 menggaungkan penyataan diri Tuhan pada Yesaya 57:15. Ia ingin umat-Nya mengenal betul siapa Dia sehingga dari pengenalan itu akan lahir hati yang baru, yang selaras dengan pribadi-Nya. Sebagaimana Ia adalah Allah yang "bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, " maka seyogianya orang-orang yang telah ditebus-Nya juga berbuat hal yang sama. Jika kita sungguh mengenal Allah yang kita sembah, maka apa yang menyenangkan hati-Nya akan menyenangkan hati kita; sebaliknya, apa yang mendukakan hati-Nya akan mendukakan hati kita juga.

Mengikut jalan kebenaran bukanlah pilihan yang populer. Orang-orang terdekat kita pun bisa menjadi jerat untuk menjauhkan kita dari Tuhan. Pada ayat 5, Tuhan memberikan peneguhan kepada anak-anak-Nya yang "gentar kepada firman-Nya" agar tetap menjaga fokus yang tunggal kepada Dia kendati cobaan hidup datang merayu kita agar memilih kenikmatan dunia, kehormatan, dan ketenaran, ketimbang mengikut jalan Tuhan. Berhati-hatilah! Hal ini bisa terjadi baik di tengah dunia maupun di dalam gereja sekalipun. Si Jahat dengan berbagai cara akan memakai tipu dayanya agar kita berfokus pada hasil sebagai bukti penyertaan Tuhan (5). B. Chapell mengingatkan, "Kita dipanggil untuk hidup bagi Tuhan bukan cuma ketika kita harus mengorbankan segalanya, tetapi juga ketika [karya kita] tampaknya tidak mengubah apa pun."

Diskusi renungan ini di Facebook:
https://www.facebook.com/groups/santapan.harian/

(0.14560851369863) (Yeh 26:1) (sh: Kota maritim dihukum (Sabtu, 15 September 2001))
Kota maritim dihukum

Kota maritim dihukum. Tirus, Ibu kota Fenisia, terletak 96 kilometer barat laut Nazaret, di pesisir Laut Tengah. Sebagian kota ini adalah sebuah pulau dan daerah pantai di kaki pegunungan Libanon. Tirus bersukacita atas kejatuhan Yerusalem karena mereka yakin akan mendapat peluang bisnis yang menguntungkan. Keinginan Tirus akan kekayaan tanpa memikirkan penderitaan orang lain mendatangkan hukuman Allah. Akhirnya Tirus juga ditaklukkan oleh banyak bangsa (ayat 3) yakni Babel, Persia, dan kemudian Yunani di bawah pimpinan Alexander Agung (ayat 332 sM).

Dengan ambisi lobanya, Tirus mensyukuri Israel dan mencoba memegahkan diri dengan potensi armada lautnya. Namun tangan Tuhan mendatangkan hukuman atas mereka. "Sebab beginilah firman Tuhan Allah: "Pada saat Aku menjadikan engkau kota reruntuhan, seperti kota-kota yang tidak berpenduduk lagi, kalau Aku menaikkan pasang samudera raya atasmu dan air banjir menutupi engkau" (ayat 19). Tidak ada satu pribadi, kota, atau bangsa yang boleh memegahkan dirinya. Tuhan dari dulu, kini, sampai selamanya menentang kecongkakan dan kesombongan. Banyak Kristen hari ini yang masih tergoda dan terpacu untuk menikmati kemegahan arogansi. Ada banyak bangunan raksasa yang berlabel Kristen hari ini dibangun untuk menunjukkan betapa ekslusif dan elitnya lembaga yang menaungi mereka. Acap kali pula terjadi sorak kegirangan di antara kalangan Kristen sendiri apabila melihat kejatuhan lembaga lainnya yang dianggap sebagai saingan pelayanannya. Fenomena seperti ini tidak ubahnya seperti sikap bangsa Tirus yang perbuatannya dihukum Tuhan.

Renungkan: Menyikapi godaan di sekeliling kita yang menarik kita untuk mensyukuri kecelakaan orang lain, seharusnya tidak menyeret kita, karena kita telah belajar bagaimana Tuhan menghukum Tirus karena hal itu. Tatkala kita meneduhkan diri di dalam perenungan firman Tuhan bagian ini, biarlah kita menyadari kembali bahwa congkak di atas dukacita orang lain adalah dosa. Dan bila orang percaya ingin bermegah, hanya ada satu alasan untuk memegahkan diri, yakni bermegah di dalam Tuhan Yesus Kristus (ayat 1Kor 1:31; 2Kor 10:17). Bermegah di dalam Yesus Kristus bukanlah suatu kesombongan, melainkan suatu kebanggaan yang paling berharga.

(0.14560851369863) (Am 5:14) (sh: Ngeri! Apabila Allah berlalu, apabila Allah datang! (Senin, 21 Juli 2003))
Ngeri! Apabila Allah berlalu, apabila Allah datang!

Ngeri! Apabila Allah berlalu, apabila Allah datang! Sifat hukuman Allah kini menahap lebih maju. Bagian ini tidak lagi berbicara tentang kehilangan karena bangsa lain merampasi Israel tetapi tentang tindakan Allah sendiri melawan Israel. Bagian ini juga bernada pesimis. Tuhan masih terus menganjurkan reformasi, namun harapan Tuhan akan mengasihani kecil sekali sebab kemungkinan ada segelintir umat menyambut anjuran itupun tipis sekali (ayat 15-16). Kemungkinan itu kecil sebab yang umat inginkan hanya mencari kebaikan tanpa membuang kejahatan. Reformasi luar tanpa perubahan mentalitas dan kelakuan.

Tindakan ngeri Allah pertama adalah apabila Ia berlalu (ayat 16-17). Pada waktu raja melalui suatu tempat lazim penduduk tempat itu akan bersukacita, bukan? Pada waktu maut berlalu seperti ketika tulah kesepuluh terjadi, ada ratapan besar. Demikian yang akan terjadi pada umat ketika Allah berjalan di tengah mereka. Kengerian dan celaka belaka, bukan damai dan kesukaan!

Tindakan ngerti Allah kedua adalah apabila Ia datang (ayat 18-20). Di antara orang Israel bersemi harapan apokaliptis, yaitu harapan bahwa akan datang Hari Tuhan ketika Tuhan mengadili semua bangsa dan membela umat-Nya. Tetapi hal yang bersifat janji dan penghiburan itu kini dijadikan Tuhan sebagai ancaman terhadap umat-Nya. Keadilan dan murka Tuhan tidak akan dibatasi hanya untuk bangsa-bangsa bukan Israel yang di luar perjanjian. Hari itu tidak akan menjadi kesukaan dan penghiburan sebab kekelaman dan murka akan menimpa umat. Tuhan tidak akan pilih kasih. Selama ibadah tidak utuh meliputi seluruh aspek kehidupan, selama itu juga ancaman murka terus mengintai.

Renungkan: Jangan cepat menganggap diri saleh karena sudah melaksanakan seluruh upacara agama. Panggilan kita tidak hanya itu, tetapi harus meluas sampai kepada seluruh segi hubungan kemanusiaan kita.



TIP #19: Centang "Pencarian Tepat" pada Pencarian Universal untuk pencarian teks alkitab tanpa keluarga katanya. [SEMUA]
dibuat dalam 0.05 detik
dipersembahkan oleh YLSA