Teks Tafsiran/Catatan Daftar Ayat
 
Hasil pencarian 81 - 100 dari 120 ayat untuk bertepat guna (0.001 detik)
Pindah ke halaman: Sebelumnya 1 2 3 4 5 6 Selanjutnya
Urutkan berdasar: Relevansi | Kitab
  Boks Temuan
(0.31) (Luk 19:11) (ende)

Didalam fasal ini agak njata bahwa terdjalin dua perumpamaan. Ibarat masing-masingnja seperti berikut. 1) Jesus telah memaklumkan Keradjaan Allah dan sudah mendasarkan djuga. Ada orang-orang jang pertjaja dan memihak kepadaNja, ada pula jang menolakNja. Jesus bepergian untuk dilantik sebagai "radja", jaitu sebagai Tuhan atas Keradjaan Allah dalam kemuliaan disurga. Ia wafat dan dimuliakan dalam kebangkitanNja, lalu mengambil tempat disebelah kanan Allah sebagai "Tuhan". Ia akan datang kembali, dan jang tetap setia kepadaNja dimuliakan dalam Keradjaan abadi, tetapi jang telah menolakNja dibinasakan. 2) Dalam pada itu Jesus menerangkan, bahwa orang jang telah masuk Keradjaan Allah didunia dan diberi harta-hartanja, harus memakai harta-harta itu sebagai modal guna memperoleh laba dan tambahan, untuk kehidupan abadi.

(0.31) (1Kor 6:12) (ende: Segalanja halal bagiku)

Itu rupanja suatu sembojan dalam mulut segolongan atau orang-orang perseorangan tertentu didalam umat, guna berdalih-dalih menutup "kebebasan" mereka jang terlalu djauh. Memang Paulus bertubi-tubi menekankan, bahwa umat Kristus bebas dari hukum Jahudi dan bahwa tak ada djenis-djenis makanan jang "nadjis" bagi mereka. Tetapi orang-orang tersebut menafsirkan adjaran Paulus, sampai berlaku terlalu bebas terhadap djenis-djenis pertjabulan, dan turut makan dalam upatjara pemudjaan dewa-dewa. Tentang hal terachir ini Paulus akan berbitjara dalam bab-bab 8-11 (1Ko 8-11).

(0.31) (2Tim 4:7) (ende: Perdjuangan)

"perlombaan". Sebagaimana sering kita telah bertemu dalam surat-surat Paulus disini pula Paulus melihat hidupnja dan chusus kegiatan kerasulannja sebagai suatu perdjuangan dan perlombaan terus-menerus guna merebut kemenangan Indjil dan bagi dirinja sendiri "mahkota" kehidupan abadi. Mahkota itu "dihadiahkan" kepadanja, djadi sebagai anugerah bebas dan bukan diberikan sebagai upah.

Adapun mahkota disebut "mahkota kebenaran", istilah kebenaran disini harus dianggap dalam arti jang dengan pandjang lebar dibitjarakan Paulus dalam surat-surat kepada umat-umat Galatia dan umat Roma. Baik batjalah Kata Pendahuluan halaman II, fasal 3, halaman 536 (tjetakan V 1968).

Makna ungkapan itu disini: penjelesaian pembenaran dari pihak Allah, memberi kemuliaan abadi seutuh-utuhnja, sebagai tampak njata dan dapat dinikmati dengan sempurna untuk selama-lamanja.

(0.31) (1Sam 10:1) (full: TUHAN TELAH MENGURAPI ENGKAU. )

Nas : 1Sam 10:1

Maksud dari pengurapan Saul ialah

  1. (1) untuk mempersembahkannya kepada Allah guna tugas khusus yang untuknya ia dipanggil, dan
  2. (2) untuk menyalurkan kepadanya kasih karunia dan karunia yang memungkinkan dia melaksanakan tugas yang dibebankan Allah kepadanya. "Orang yang diurapi Tuhan" menjadi istilah umum untuk raja Israel (1Sam 26:9; bd. 1Sam 12:3; Rat 4:20). Raja tertinggi yang diurapi Allah adalah Yesus, sang Mesias (Ibr. _mashiah_, "Dia yang Diurapi"), yang diurapi Allah dengan Roh Kudus (Yoh 1:32-33). Karena itu, semua pengikut Yesus harus diurapi dengan Roh Kudus yang sama (2Kor 1:21; 1Yoh 2:20) sebagai imam dan raja perjanjian yang baru (bd. 1Pet 2:5,9).
(0.31) (Why 19:1) (full: KEMUDIAN DARIPADA ITU. )

Nas : Wahy 19:1

Pasal Wahy 19:1-21 berbicara mengenai akhir masa kesengsaraan dan kedatangan Kristus kedua kali yang mulia ke bumi guna membinasakan orang-orang fasik dan untuk memerintah bersama umat-Nya.

(0.31) (Kej 32:22) (jerusalem) Kisah yang aneh yang pasti berasal dari tradisi Yahwista ini menceritakan tentang Yakub dan Allah yang beradu kekuatan. Pergumulan itu mula-mula tampaknya dimenangkan Yakub. Setelah menyadari bahwa lawannya bukan manusia biasa melainkan tokoh ilahi, maka Yakub menuntut dari padaNya berkat. Kitab suci sendiri di sini mencegah diri dari menyebut nama TUHAN. Lawan Yakub itu juga tidak mau memberitahukan namanya. Pengarang suci memanfaatkan sebuah ceritera kuno guna menerangkan asal-usul nama Pniel yang menurut pengarang berasal dari kata peni'el, artinya: wajah Allah. Melalui kisah ini pengarang mau menjelaskan juga asal-usul nama Israel. Dan dengan demikian pengarang memberi ceriteranya suatu makna keagamaan: Moyang Israel tidak mau melepaskan Allah dan memaksa dari padaNya sebuah berkat yang mewajibkan Allah terhadap semua orang yang setelah Yakub mangkat menyebut dirinya dengan namanya Israel. Dengan demikian peristiwa itu kemudian dapat diartikan sebagai ibarat pergumulan batin dan berhasilnya doa yang dipanjatkan kepada Allah dengan tekun (Hieronimus, Origenes).
(0.31) (Hak 6:1) (jerusalem) Kisah panjang mengenai Gideon ini mengumpulkan berbagai tradisi yang berasal dari suku Manasye. Penyusun kitab Hakim menemukan tradisi-tradisi itu sudah dipersatukan, lalu menyadurnya sedikit. Ada beberapa tradisi mengenai tindakan-tindakan kemiliteran yang dilakukan Gideon melawan orang Midian, baik di wilayah bangsa Israel maupun di luar daerah seberang sungai Yordan. Pada tradisi-tradisi tsb ditambah tradisi-tradisi lain yang bersangkutan dengan ibadat, yaitu tentang sebuah mezbah di Ofra yang disahkan, tentang sebuah mezbah guna dewa baal dan tentang tanda guntingan bulu domba. Ceritera-ceritera itu cukup penting oleh karena memperlihatkan kemerosotan agama di Israel yang disebabkan kenyataan bahwa orang Israel mulai menetap di negeri Kanaan dan berkenalan dengan ibadat setempat kepada dewa Baal; ceritera-ceritera itupun memperlihatkan kekacauan di bidang politik yang menyatakan diri dalam ditawarkannya jabatan raja kepada Gideon dan dalam pengalaman yang menyedihkan dengan raja Abimelekh.
(0.31) (Ayb 5:1) (jerusalem: orang-orang yang kudus) Ialah malaikat-malaikat, bdk Ayu 15:15 serta Ayu 4:18; Zak 14:5; Dan 4:13,17,23. Juga dalam Ayu 33:23-24, bdk Zak 1:12; Tob 12:12, malaikat-malaikat dikatakan penengah dan perantara. Pertanyaan Elifas bernada ironi; kalau malaikat-malaikat sendiri dihakimi Allah, Ayu 4:18, maka sama sekali tidak ada gunanya meminta pertolongan mereka terhadap Allah. Tetapi pertanyaan kalaupun berupa ironi itu sendiri menyatakan bahwa orang sudah bisa meminta perantaraan malaikat-malaikat. Kebiasaan itu mungkin mula-mula berlatar belakang politeisme: dewa pribadi masing-masing orang dalam sidang para dewa tampil ke depan sebagai pembicara baik guna orang lindungannya.
(0.31) (Ayb 33:23) (jerusalem: malaikat, penengah) Harafiah: malaikat juru bicara/juru bahasa. Malaikat itu membuka bagi si sakit makna penderitaannya, membuka mata manusia sehingga menyadari kesalahannya, Ayu 33:27; iapun menjadi pembicara baik di hadapan Allah, Ayu 33:24; bdk Ayu 5:1+. Pikiran mengenai "malaikat penengah" itu ada dasarnya dalam Perjanjian Lama. Orang benar menjadi perantara, Ayu 42:8+; orang dapat memberi silih guna orang lain, Yes 53:10; malaikat-malaikat menjadi perantara dalam menyampaikan firman Allah kepada nabi (dalam kitab Yehezkiel, Daniel, Zakharia); mereka turun tangan untuk menangkis bahaya, Maz 91:11-13+, dan membawa doa manusia ke hadapan Allah, Tob 12:12+; bdk Wah 8:3 dst. Agama Yahudi selanjutnya mengembangkan ajaran itu. Dalam sorotan wahyu Kristen malaikat-malaikat penengah itu menjadi malaikat pelindung, bdk Tob 5:4+; Mat 18:10; Kis 12:15.
(0.31) (Mzm 1:1) (jerusalem)

KITAB MAZMUR

PENGANTAR

Sama seperti bangsa tetangganya - Mesir, Mesopotamia, Kanaan - demikian juga bangsa Israel sejak awal mula menciptakan sajak-sajak lirik yang bermacam-macam bentuknya. Beberapa sajak semacam itu berhasil masuk ke dalam kitab-kitab sejarah yang tercantum dalam Alkitab, misalnya Nyanyian, Kej 15, Nyanyian Sumur, Bil 21:17-18, Nyanyian Kemenangan Debora, Hak 5, Ratapan Daud atas Saul dan Yonatan, 2Sam 1, dll, dan lagi lagu-lagu pujian bagi Yudas dan Simon Makabe, 1Mak 3:3-9 dan 14:4-15. Dalam Perjanjian Baru masih terdapat Lagu Maria (Magnificat). Lagu Zakharia (Benedictus) dan Lagu Simeon (Nunc dimittis). Banyak bagian kitab para Nabi juga termasuk jenis Sastera itu. Dahulu kala sudah ada kumpulan-kumpulan sajak, yang hanya kita kenal judulnya atau beberapa kepingannya saja, misalnya Kitap Peperangan Tuhan, Bil 21:14, dan Kitab Orang Jujur, Yos 10:13; 2 Sam 1:18. Akan tetapi khazanah lirik keagamaan bangsa Israel ialah kitab Mazmur.

Judul

Kitab Mazmur (dalam bahasa Yunani "Psalterion", kata yang sebenarnya berarti alat musik bertali yang mengiringi nyanyian) adalah sekumpulan mazmur yang berjumlah 150. Mulai dengan Mzm 10 sampai dengan Mzm 148 nomor urutan mazmur dalam Alkitab Ibrani (yang diikuti terjemahan ini) mendahului nomor urutannya dalam Alkitab Yunani (dan Latin) dengan satu satuan. Sebabnya ialah: Alkitab Yunani (dan Latin, Vurgata) menyatukan Mazm 9 dan 10 dan Mzm 114 dan 115, dan membagikan Mzm 116 dan 147 menjadi dua mazmur tersendiri.

Dalam bahasa Ibrani kitab Mazmur disebut "Tehillim", artinya "Puji-pujian". Tetapi sebutan itu hanya sesuai dengan sejumlah mazmur saja. Dalam judul- judulnya mazmur-mazmur paling sering disebut "Mizmor", yang menjadi asal kata Arab-Indonesia "Mazmur". Sejumlah mazmur dalam judulnya disebut "nyanyian" dan hanya kata ini dibubuhkan pada masing-masing lagu dalam kumpulan "Nyanyian- nyanyian Ziarah", Mzm 120-134. Nama-nama lain agak jarang muncul dan kata Ibrani yang bersangkutan sering sulit dimengerti.

Gaya sastera

Pengelompokan mazmur-mazmur yang paling tepat, diperoleh dengan jalan mempelajari gaya sasteranya. Ditinjau dari segi gaya sasteranya yang berbeda- beda dapat kita bedakan tiga jenis utama, yaitu: Puji-pujian, Doa (permohonan) dan Ucapan syukur. Pengelompokan ini tidak mencakup semua mazmur, sebab terdapat juga jenis-jenis campuran, mazmur-mazmur yang menyimpang dari jenis-jenis tersebut atau yang secara lain berbeda. Selain itu pengelompokan tersebut tidak selalu sesuai dengan suatu pengelompokan berdasarkan isi, tema dan ujud mazmur- mazmur.

1. Puji-pujian. Ke dalam kelompok ini termasuk antara lain Mzm 8, 19, 29, 33, 46-48, 76, 84, 87, 96-100, 103-106, 113, 114, 117, 122, 135, 136, 145-150. Susunan mazmur-mazmur ini agak tetap. Setiap mazmur puji-pujian mulai denganbagian pembukaan yang mengajak untuk memuji Tuhan. Bagian ini mazmur puji- pujian mengungkapkan berbagai alasan mengapa Allah harus dipuji, yaitu karya- karya yang dilakukan Allah dalam alam, khususnya karya penciptaannya, dan karya- karya yang dilakukanNya dalam sejarah, teristimewanya penyelamatan yang dianugerahkan Allah kepada umatNya. Bagian penutup ada kalanya mengulang bagian pembukaan dan kadang-kadang berupa doa.

Menurut temanya kelompok mazmur-mazmur ini dapat dibagikan menjadi dua macam yaitu: Nyanyian-nyanyian Sion, Mzm 46, 48, 76, 87 yang dengan nada eskatologis meluhurkan Kota Suci, yaitu tempat kediaman Yang Mahatinggi dan tujuan para peziarah, bdk Mzm 84 dan 122; mazmur-mazmur Kerajaan Allah, khususnya Mzm 47, 93, 96-98, yang terdapat gaya bahasa yang mengingatkan gaya bahasa para Nabimengagungkan Yahwe sebagai raja dunia semesta. Oleh karena mazmur-mazmur ini memakai kata dan gambaran-gambaran yang lazim dalam melukiskan raja-raja manusiawi yang naik tahta, maka pernah ada usaha menghubungkan mazmur-mazmur tersebut dengan suatu pesta pelantikan Yahwe sebagai raja, yang kanon dirayakan oleh bangsa Israel, serupa dengan pesta pelantikan dewa Marduk di Babel. Akan tetapi adanya perayaan semacam itu di Israel merupakan hipotesa yang tidak terbuka.

2. Doa-doa (permohonan) atau mazmur-mazmur penderitaan atau juga ratapan- ratapan. Latin dari pada Pujian-pujian, mazmur-mazmur permohonan itu tidak memuji kemuliaan Allah tetapi ditujukan kepadaNya. Pada umumnya bagian pembukaan mazmur-mazmur ini berupa seruan yang disusul seruan minta tolong, suatu doa atau ucapan kepercayaan. Dalam bagian inti mazmur maka pendoa berusaha menggerakkan hati Allah dengan melukiskan di hadapanNya keadaan gawat si pendoa. Dalam menggambarkan keadaan itu dipakailah macam-macam kiasan yang sudah lazim, sehingga jarang dapat ditentukan keadaan historis dan konkrit manakah yang di dalamnya doa itu diucapkan. Dikatakan tentang air, jurang, jerat-jerat maut atau jerat-jerat dunia orang mati (syeol), musuh-musuh atau binatang-binatang (anjing, singa, banteng dan sebagainya) yang mengancam atau menerkam; dikatakan pula mengenai tulang-tulang yang menjadi kering dan jantung yang berdebar-debar ketakutan. Ada mazmur di mana si pendoa menegaskan bahwa ia seorang benar, Mzm 7, 17, 26 dan juga yang berupa pengakuan dosa, Mzm 51 dan mazmur-mazmur tobat yang lain. Kepada Allah diingatkan karunia-karunia yang dahulu dianugerahkanNya atau Ia ditegor karena rupa-rupanya Ia lupa dan tidak hadir, misalnya Mzm 9-10, 22, 44. Tetapi pemazmur juga dapat menegaskan bahwa ia tetap percaya dan mengharap, Mzm 3, 5, 42-43, 55-57, 63, 130, dll. Ada kalanya mazmur-mazmur permohonan itu hanya berupa suatu seruan kepercayaan dan pengharapan, Mzm 4, 11, 16, 23, 62, 91, 121, 125, 131. Sering kali permohonan berakhir, ada kalanya tiba-tiba dengan mencetuskan keyakinan bahwa doa sudah dikabulkan dan dengan ucapan syukur, misalnya Mzm 6, 22, 69, 140.

Mazmur-mazmur permohonan tersenut dapat berupa doa bersama atau doa perorangan.

a). Doa bersama misalnya Mzm 12, 44, 60, 74, 79, 83, 85, 106, 123, 129, 137. Doa-doa ini dicetuskan dengan alasan suatu bencana nasional, misalnya dikalahkannya atau dibinasakannya umat dalam perang, atau dengan alasan suatu keperluan bersama. Maka umat memohon keselamatan atau pemulihan bangsa. Setidak- tidaknya Mzm 74 dan 137, yang serupa dengan Ratapan yang dikatakan karangan nabi Yeremia, mencerminkan keadaan yang disebabkan oleh kehancurannya kota Yerusalem pada tahun 587. Mzm 85 mengucapkan rasa hati kaum buangan yang sudah kembali ke tanah airnya. Mzm 106 berupa suatu pengakuan dosa umat.

b) Doa perorangan misalnya Mzm 3, 5-7, 13, 17, 22, 25, 26, 28, 31, 35, 38, 42-43, 51, 54-57, 59, 63, 64, 69-71, 77, 86, 102, 120, 130, 140-143. Jumlah mazmur ini cukup besar dan pokok isinya bermacam-macam, seperti bahaya maut, penganiayaan, pembuangan, usia lanjut, dan khususnya orang mohon dibebaskan dari penyakit, fitnah dan dosa. Sukar memastikan siapa sesungguhnya musuh-musuh, yaitu "mereka yang berbuat jahat", yang menjadi sebab keluhan atau kemarahan si pendoa. Tetapi bagaimanapun juga musuh-musuh itu bukanlah - seperti dikatakan sementara ahli - tukang-tukang sihir guna-gunanya mau ditangkis oleh mazmur- mazmur itu. Demikian pula mazmur-mazmur itu bukanlah doa bersama, seolah-olah "aku" yang angkat bicara di dalamnya sesungguhnya suatu kelompok dan bukan orang perorangan, sebagaimana belakangan ini dikemukakan sementara ahli. Dan "aku" yang angkat bicara dalam mazmur-mazmur itu bukan pula raja yang berbicara atas nama seluruh rakyatnya, sebagaimana juga sudah diketengahkan oleh sementara ahli belum lama berselang. Di satu pihak doa-doa itu bernada terlampau pribadi dan di lain pihak sekali-kali tidak menyinggung diri raja atau keadaan pribadinya, sehingga hipotesa tersebut tidak dapat diterima. Memang benar bahwa sejumlah doa pribadi kemudian disesuaikan dengan keadaan rakyat secara menyeluruh dan dipakai sebagai ratapan umat, misalnya Mzm 22, 28, 59, 69, 71, 102. Benar pula bahwa ada mazmur-mazmur rajawi, sebagaimana akan dijelaskan nanti. Benar juga bahwa semua doa perorangan itu akhirnya dipakai oleh umat bersama (karena itulah mazmur-mazmur itu tercantum dalam kitab Mazmur). Tetapi aselinya mazmur-mazmur itu diciptakan bagi salah seorang secara perorangan atau oleh orang tertentu sesuai dengan salah satu keperluan tertentu dan khusus. Mazmur-mazmur itu berupa seruan hati dan ungkapan kepercayaan pribadi. Memanglah mazmur-mazmur itu tidak pernah berupa ratapan melulu, melainkan seruan kepercayaan kepada Allah dalam keadaan gawat.

3. Ucapan syukur. Sudah dikatakan di atas bahwa doa permohonan dapat berakhir dengan suatu ucapan syukur kepada Allah yang telah mengabulkan doa. Adapun ucapan syukur itu dapat menjadi pokok inti lagu, seperti halnya dengan mazmur-mazmur yang berupa ucapan syukur. Jumlah mazmur-mazmur itu cukup besar juga, misalnya Mzm 18, 21, 30, 33, 34, 40, 65-68, 92, 116, 118, 124, 129, 138, 144. Jaranglah mazmur-mazmur ini mendapat sifat kolektip. Kalau demikian, maka umat mengucap syukur atas pembebasan dar bahaya, atas panenan yang melimpah, atas karunia-karunia yang dilimpahkan kepada raja. Lebih sering mazmur-mazmur itu bersifat perorangan. Setelah si pendoa melukiskan kemalangan yang dideritanya dan bagaimana doanya dikabulkan, maka ia merumuskan rasa terima kasihnya dan mengajak kaum beriman, supaya turut memuji Allah. Bagian terkhir ini kerap kali memberi kesempatan untuk menyisipkan unsur-unsur yang mau membina akhlak para penyerta. Ditinjau dari segi sastera susunan ucapan syukur itu berdekatan dengan susunan mazmur-mazmur puji-pujian.

4. Jenis mazmur yang menyimpang dan jenis campuran

Perbedaan antara jenis-jenis mazmur yang disebut di atas sesungguhnya kurang tegas. Karenanya terjadi bahwa umpamanya ratapan melanjutkan suatu ucapan kepercayaan, Mzm 27, 31 dan ratapan yang disusul nyanyian syukur, Mzm 28, 57. Mzm 89 mula-mula berupa suatu lagu puji-pujian, tetapi kemudian mazmur itu menjadi suatu firman Allah dan berakhir dengan ratapan. Mzm 119 yang panjang tentu saja memuji-muji hukum Taurat, tetapi sekaligus berupa ratapan perorangan dan membentangkan ajaran mengenai hikmat. Memang beberapa unsur yang pada dirinya tidak sesuai dengan jenis sastera lirik berhasil menyusup ke dalam kitab Mazmur. Nanti akan dikatakan barang sedikit mengenai hal-hal yang berdekatan dengan sastera kebijaksanaan dan di atas sudah dikatakan bahwa unsur semacam itu ditemukan dalam mazmur-mazmur yang berupa ucapan syukur. Unsur-unsur yang berdekatan dengan sastera kebijaksanaan dapat menjadi begitu menyolok, sehingga orang dengan kurang tepat sampai berkata tentang Mazmur-mazmur didaktik. Memang Mzm 1, 112 dan 127 merupakan karya murni dari kalangan para bijaksana. Tetapi ada lain mazmur serupa yang tetap memiliki ciri-ciri dari jenis lirik: Mzm 25 berdekatan dengan ratapan, Mzm 32, 37, 73 berdekatan dengan ucapan syukur, dan lain-lainnya.

Dalam mazmur-mazmur lain diketemukan firman-firman Allah dan bahkan ada yang berupa firman Allah yang diuraikan lebih lanjut, misalnya Mzm 2, 50, 75, 81, 82, 85, 95, 110. Belakangan ini ada sementara ahli yang berpendapat bahwa mazmur-mazmur semacam itu sungguh-sungguh firman Allah yang dibawakan para imam selama berlangsungnya upacara-upacara dalam Bait Allah. Ahli lain berpendapat bahwa mazmur-mazmur itu hanya memanfaatkan gaya bahasa para nabi, tetapi sebenarnya tidak bersangkutan dengan ibadat. Masalahnya tetap dipersoalkan. Tetapi di satu pihak orang harus mengaku bahwa kitab Mazmur berdekatan dengan sastera kenabian, tidak hanya sehubungan dengan firman-firman Tuhan, tetapi juga sehubungan dengan bermacam-macam pokok lain, misalnya penampakan Allah, kiaan "cawan" yang melambangkan murka Allah, kiasan "api", "kui", dan sebagainya. Di lain pihak juga perlu diakui bahwa ada hubungan erat antara kitab Mazmur dan ibadat dalam Bait Allah, sebagaimana nanti akan diuraikan.

Mazmur-mazmur rajawi

Terserak-serak dalam kitab Mazmur dan termasuk bermacam-macam jenis ada sejumlah mazmur yang bersangkutan dengan raja. Ada firman-firman Allah mengenai raja, Mzm 2 dan 110, ada doa untuk raja, Mzm 20, 61, 72, ada sebuah doa syukur untuk raja, Mzm 21, ada doa yang diucapkan raja, Mzm 18, 28, 63, 101, sebuah nyanyian yang ngiringi perarakan raja, Mzm 132, sebuah lagu puji-pujian yang dibawakan raja, Mzm 144, dan bahkan ada sebuah nyanyian yang diciptakan untuk memerintahkan pernikahan di istana raja, Mzm 45. Ini semua agaknya mazmur-mazmur yang tua, yang berasal dari zaman para raja dan yang gaya bahasanya sesuai dengan gaya bahasa yang lazim dipakai dalam upacara di istana. Mazmur-mazmur itu mengenai raja yang sezaman; Mzm 2, 72 serta Mzm 110 barangkali mazmur-mazmur pelantikan raja. Raja dikatakan anak angkat Allah, kerajaannya tidak berkesudahan dan kekuasaannya meluas sampai ke ujung-ujung bumi. Raja akan memenangkan keadilan dan kedangkalan dan menjadi penyelamat rakyatnya. Ungkapan-ungkapan semacam itu nampaknya berlebih-lebih, tetapi sebenarnya ungkapan-ungkapan itu sesuai dengan apa yang oleh bangsa-bangsa tetangga dikatakan tentang raja mereka dan yang oleh bangsa Israel diharapkan sehubungan dengan raja mereka juga.

Akan tetapi raja Israel menjadi orang urapan Tuhan yang menjadi dia wazirnya di bumi. Raja di Israel adalah orang yang diurapi Yahwe (Ibraninya: Mesyiah). Hubungan keagamaan antara Allah dan raja itulah yang menentukan pengertian bangsa Israel terhadap rajanya dan membedakan pengertian itu dengan pengertian di negeri Mesir dan Mesopotamia walaupun cara bicara tentang raja di Israel serupa dengan cara bicara di Mesir dan Mesopotamia. Pengharapan akan "Mesias- Raja" yang muncul dengan nubuat Natan, 2 Sam 7, menjadi terungkap dalam tafsiran atas nubuat itu sebagaimana diberikan dalam Mzm 89 dan 132, dan khususnya dalam Mzm 2, 72 dan 110. Mazmur-mazmur itu memupuk pada rakyat pengharapan berdasarkan janji-janji yang diberikan Allah kepada wangsa Daud. Apabila pengharapan akan Mesias diartikan sebagai penantian akan seorang raja di masa mendatang, akan raja terakhir yang akan membawa keselamatan definitif dan menegakkan kerajaan Allah di bumi, maka tidak ada satupun dari mazmur-mazmur tersebut yang sungguh-sungguh "mesion". Akan tetapi beberapa dari nyanyian rajawi yang tua itu terus dipakai, kendati lenyapnya kerajaan di Israel. Nyanyian-nyanyian itu dimasukkan ke dalam kumpulan mazmur resmu, walaupun barangkali disesuaikan dan disadur. Dengan jalan itu mazmur-mazmur itu tetap memupuk pengharapan akan seorang Mesias, keturunan Daud. Menjelang tarikh masehi pengharapan itu hangat sekali pada rakyat Israel dan orang-orang Kristen berpendapat bahwa semua digemari dalam diri Yesus Kristus (Kristus berarti: orang urapan, Mesias). Khususnya Mzm 110 paling sering dikutip dalam Perjanjian Baru. Nyanyian pernikahan, Mzm 45, dipakai untuk mengungkapkan persatuan Mesias dengan Israel baru, sejalan kiasan perkawinan yang digemari para nabi. Mzm 45 dalam Ibr 1:8 langsung diterapkan pada Kristus. Dengan meneruskan pandangan semacam itu Perjanjian Baru dan tradisi Kristen selanjutnya masih menterapkan pada Kristus mazmur-mazmur lain yang sebenarnya bukan mazmur- mazmur rajawi, tetapi yang terlebih mengungkapkan perasaan hati Mesias, Orang Benar yang unggul, Misalnya Mzm 16 dan 22 dan bagian-bagian banyak mazmur lain, khususnya Mzm 8, 35, 40, 41, 68, 69, 97, 102, 118, 119, diterapkan pada Kristus. Begitu pula mazmur-mazmur yang mengenai Yahwe sebagai Raja diterapkan pada Kristus sebagai raja. Pengeterapan semacam itu kiranya bukan lagi arti dan makna mazmur-mazmur sendiri. Namun pengeterapan itu boleh dibenarkan juga, sebab segenpa pengharapan yang menjiwai kitab Mazmur akhirnya tidak sepenuh-penuhnya terwujud, kecuali melalui kedatangan Anak Allah di bumi.

Hubungan mazmur-mazmur dengan ibadat

Kitab Mazmur tidak kecuali kumpulan nyanyian-nyanyian keagamaan Israel. Kita tahu juga di antara petugas Bait Allah ada juga para penyanyi. Tentu baru sehabis masa pembuagan penyanyi secara langsung disebut. Namun pasti juga bahwa mereka sejak awal mula termasuk kalangan para petugas Bait Allah. Orang merayakan perayaan Yahwe dengan tarian dan nyanyian, Hak 21:19-21; 2 Sam 6:5, 16. Menurut Am 5, 23. Menurut Tawarikh raja Sanherib maka di masa raja Hizkia Bait Allah yang dibangun Salomo memang memunyai penyanyi-penyanyinya, sama seperti semua tempat suci di dunia Timur memiliki penyanyi-penyanyinya. Ada sejumlah mazmur yang dipertalikan dengan Asaf, Bani Korah, Herman dan Etan (atau Yedutan). Menurut kita Tawarikh semua tokoh itu termasuk kalangan para penyanyi Bait Allah di masa sebelum pembuangan. Ada sebuah tradisi yang menyatakan bahwa banyak mazmur adalah karya Daud. Dan tradisi yang sama menyatakan juga bahwa Daudlah yang mengorganisasikan ibadat Bait Allah, termasuk para penyanyi, 1Taw 25. Tradisi itu agak sejalan dengan keterangan-keterangan yang tua sekali mengenai Daud yang menari dan menyanyi di hadapan Yahwe, 2Sam 6:5, 16.

Pada sejumlah besar mazmur dibubuhkan keterangan-keterangan mengenai musiknya dan pemakaian liturginya. Ada keterangan mengenai upacara yang dibarengi dengan mazmur yang bersangkutan. Mzm 20, 26, 27, 66, 81, 107, 116, 134, 135 Mazmur- mazmur tersebut dan lain mazmur, Mzm 48, 65, 95, 96, 118, dinyanyikan dipelataran Bait Allah. "Nyanyian-nyanyian ziarah" (begitu kira-kira dapat diterjemahkan istilah Ibrani yang tidak jelas artinya), yaitu Mzm 120-134, dan juga Mzm 84 tidak lain kecuali lagu-lagu yang dipakai waktu orang berziarah ke Yerusalem. Contoh-contoh yang paling jelas itu secukupnya membuktikan bahwa banyak mazmur, termasuk yang bersifat perorangan, diciptakan untuk ibadat dalam Bait Allah. Mazmur-mazmur lain barangkali aselinya tidak dikarang untuk keperluan itu, tetapi kemuliaan juga disesuaikan, misalnya dengan menambahkan permohonan berlat, Mzm 125, 128, 129.

Maka hubungan banyak mazmur dengan ibadat dan corak liturgis kitab Mazmur secara menyeluruh tidak dapat disangkal. Tetapi pada umumnya tidak ada petunjuk- petunjuk konkrit untuk dapat menentukan dalam upacara atau pada hari raya manakah mazmur-mazmur tertentu dipakai. Judul Ibrani pada Mzm 92 menetapkan pemakaiannya pada hari Sabat. Judul-judul Yunani pada Mzm 24, 48, 93, 94, menentukan bahwa lagu-lagu itu dipakai pada hari-hari pekan yang lain. Mzm 30 dipakai pada hari raya Pentahbisan Bait Allah-begitu dikatkan naskah Ibrani, sedangkan menurut naskah Yunani Mzm 29 dinyanyikan pada perayaan Pondok-Daun. Petunjuk-petunjuk itu kiranya tidaklah aseli. Tetapi sama seperti penetapan- penetapan terperinci yang dibuat di zaman Yahudi, petunjuk-petunjuk tersebut menjadi bukti bahwa Kitab Mazmur berperan sebagai kitab nyanyian guna Bait Allah dan Rumah-rumah ibadat Yahudi sebelum menjadi kitab nyanyian bagi Gereja Kristen.

Pengarang-pengarang dan masa dikarangnya mazmur-mazmur

Judul-judul yang dibubuhkan pada banyak mazmur mempertalikan 73 buah dengan Daud, 12 buah dengan Asaf, 11 buah dengan Bani Korah, dan satu buah dengan Heman, Etan (atau Yedutun), Musa dan Salomo. 35 mazmur tidak dipertalikan dengan tokoh tertentu. Judul-judul dalam terjemahan Yunani tidak selalu sama dengan yang terdapat dalam naskah Ibrani. Menurut terjamahan Yunani, maka 82 mazmur adalah karya raja Daud. Terjemahan Siria masih lebih berbeda.

Aselinya judul-judul tersebut barangkali tidak bermaksud menyatakan siapa pengarang mazmur yang bersangkutan. Ungkapan Ibrani yang dipakai hanya mengatakan bahwa ada salah satu hubungan antara mazmur itu dengan tokoh yang disebut namanya, entahlah karena isi mazmur sesuai dengan tokoh itu, entah karena mazmur itu termasuk sebuah kumpulan mazmur yang diedarkan memakai nama tokoh itu. "Mazmur-mazmur Bani Korah" ialah mazmur-mazmur yang termasuk kumpulan mazmur yang lazim dipakai oleh kelompok-kelompok penyanyi itu. Sejumlah besar mazmur diberi catata: "Untuk pemimpin biduan", Mzm 4,5,6,8, dan lain-lainnya. Mazmur-muzmur ini termasuk kumpulan yang dinyanyikan oleh paduan suara Bait Allah yang dipimpin oleh seorang pemimbing. Ada juga sekumpulan "mazmur Asaf" dan sekumpulan "Mazmur Daud". Di kemudian hari judul-judul yang aselinya hanya menyatakan termasuk kumpulan manakah mazmur tertentu, dimengerti seolah-olah menyatakan siapa pengaruhnya. Maka beberapa "mazmur Daud" diberi catatan pendahuluan yang menentukan dalam keadaan hidup manakah mazmur itu diciptakan oleh raja Daud. Mzm 3, 7, 18, 34, 51, 52, 54, dan lain-lainnya. Akhirnya tradisi tidak hanya mengaggap Daud sebagai pencipta mazmur-mazmur yang dibubuhi dengan namanya, tetapi sebagai pencipta seluruh kitab Mazmur.

Tafsiran yang kurang tepat tersebut janganlah membuat kita meremehkan suatu kesaksian tua dan berharga yang diberikan oleh judul-judul mazmur itu. Mungkin sekali mazmur-mazmur Asaf dan Bani Korak benar-benar diciptakan oleh para penyanyi Bait Allah. Sejalan dengan itu juga kumpulan mazmur-mazmur Daud benar- benar bersangkutan dengan raja itu, entah bagaimana. Mungingat keterangan- keterangan yang tercantum dalam kitab-kitab sejarah mengenai bakat-musik raja Daud, 1Sam 16:16-18, bdk Am 6:5, mengenai bakat puetisnya, 2Sam 1:19-27; 3:33-34, dan tentang citarasanya di bidang peribadatan, maka perlu diterima bahwa dalam kitab Mazmur benar-benar tercantum nyanyian-nyanyian yang diciptakan oleh raya Daud. Memang Mzm 18 tidak lain dari suatu saduran sebuah nyanyian yang menurut 2Sam 22 dikarang oleh Daud. Sudah barang tentu tidak semua mazmur yang barasal dari kumpulan Daud juga diciptakan oleh raja itu. Tetapi kumpulan itu kiranya tidak mungkin disusun, kalau aselinya tidak ada suatu kumpulan yang memuat mazmur-mazmur ciptaan Daud sendiri. Hanya tak mungkin lagi menentukan mazmur-mazmur manakah termasuk ke dalam kumpulan aseli itu. Sudah dikatakan di atas, bahwa judul-judul yang terdapat dalam naskah-naskah Ibrani tidak menentukan bagi kita. Jika pengarang-pengarang Perjanjian Baru mengutip salah satu mazmur sebagai mazmur Daud, maka mereka hanya menyesuaikan diri dengan pendapat umum di zamannya. Tetapi keterangan-keterang semacam itu jangan begitu saja disingkirkan. Raja Daud sebagai "pemazmuran yang disenangi di Israel", 2Sam 23:1, selalu perlu dianggap sebagai seorang tokoh yang berperan besar dalam asal-usul lirik keagamaan umat terpilih.

Dorongan yang dilancarkan raja Daud kemudian diteruskan. Kitab Mazmur sesungguhnya menampung hasil karya puetis yang berlangsung beberapa abad. Setelah sementara ahli mengemukakan pendapat bahwa kebanyakan mazmur dikarang di zaman belakangan, di masa sesudah pembuangan dan kemudian dari itu, maka sekarang ahli-ahli itu lama-kelamaan mengambil sikap yang lebih bijaksana. Cukup banyak mazmur berasal dari zaman para raja, teristimewanya "mazmur-mazmur rajawi". Hanya isi mazmur-mazmur ini sangat umum dan tak terperinci, sehingga tidak dapat ditanggalkan lebih jauh dan tanggal yang kadang-kadang diusulkan sebenarnya beberapa hipotesa melulu. Sebaliknya, "mazmur-mazmur kerajaan Yahwe" yang berbelas unsur-unsur dari mazmur-mazmur lain dan bagian kedua kitab Yesaya, nyanyiannya dikarang selama masa pembuangan. Demikianpun halnya dengan mazmur- mazmur misalnya Mzm 137, yang berkata tentang kemusnahan kota Yerusalem dan pembuangan. Kembalinya kaum buangan ke tanah airnya dikidungkan oleh Mzm 126. Zaman yang menyusul masa pembuangan nampaknya subur sekali dalam menciptakan mazmur. Memang di zaman itu ibadat sangat berkembang di Bait Allah yang dibangun kembali. Di masa itu kedudukan para penyanyi Bait Allah meningkat, sehingga disamakan dengan kaum Lewi. Para bijaksana juga memanfaatkan jenis sastera "mazmur" untuk menyebarluaskan ajarannya, misalnya Bin Sirakh. Perlukah orang juga menerima bahwa di zaman para Makabe masih diciptakan mazmur-mazmur yang dicantumkan dalam kitab Mazmur? Masalah ini khususnya menyangkut Mzm 44, 74, 83. Hanya bukti-bukti yang diajukan tidak cukup meyakinkan untuk menanggalkan mazmur-mazmur tersebut di zaman para Makabe.

Terbentuknya kitab Mazmur

Kitab Mazmur seperti yang kita miliki sekarang merupakan hasil suatu usaha yang berlangsung lama. Mula-mula ada beberapa kumpulan kecil. Mzm 72 (yang dikatakan karangan Salomo) ditutup dengan catatan ini: "Sekianlah doa-doa Daud bin Isai". Namun demikian dalam kitab Mazmur sebelumnya sudah tercantum sejumlah mazmur yang tidak dipertalikan dengan Daud, dan kemudian masih juga tercantum beberapa mazmur yang dihubungkan dengan Daud. Sebenarnya ada dua kelompok "mazmur-mazmur Daud", Mzm 3-41 dan 51-52; masing-masing mazmur dalam kedua kelompok itu dipertalikan dengan Daud, kecuali yang paling akhir (Salomo) dan tiga mazmur yang tidak dihubungkan dengan nama orang tertentu. Masih ada kumpulan-kumpulan mazmur yang serupa: kumpulan mazmur Asaf, Mzm 50 dan 73-83, kumpulan mazmur Bani Korah, Mzm 42-49 dan 84, 85, 87, 88, kumpulan nyanyian ziarah Mzm 120-134, kumpulan mazmur yang dibubuhi dengan kata "Haleluya" (karena itu disebut "Hallel")(Mzm 105-107, 111-118, 135, 136, 146-150). Kumpulan-kumpulan kecil tersebut mula-mula beredar tersendiri, sebagaimana dibuktikan kenyataan bahwa beberapa mazmur (dengan perbedaan kecil-kecil) sampai dua kali tercantum dalam kitab Mazmur, misalnya Mzm 14 dan Mzm 53; Mzm 40:14-18 dan Mzm 70; Mzm 57:8-12 bersama Mzm 60:7-14 dan Mzm 108.

Pekerjaan pengumpul-pengumpul mazmur-mazmur terasa juga dalam penggunaan nama-nama ALlah. Mzm 1-41 hanya menggunakan nama "Yahwe" (ialah kumpulan mazmur-mazmur Daud yang pertama). Mzm 42-89 (yang merangkum kumpulan mazmur- mazmur Daud yang kedua, sebagian dari mazmur-mazmur Bani Korah dan kumpulan mazmur-mazmur Asaf) hanya memakai nama "Elohim", sedangkan Mzm 90-15 kembali memakai nama "Yahwe", kecuali Mzm 108 yang menggabungkan dua Mazmur yang menggunakan nama "Elohim", yakni Mzm 57 dan 60. Kumpulan mazmur-mazmur kedua yang memakai nama "Yaher" itu kiranya kumpulan yang paling muda dalam kitab Mazmur, hal mana tidak mengatakan apa-apa mengenai masing-masing mazmur. Kebanyakan mazmur itu tidak bernama dan di dalamnya terdapat banyak pengulangan dan pinjaman dari mazmur-mazmur lain.

Dalam tahap perkembangan yang terakhir kitab Mazmur dibagi menjadi "lima buku". Ini agaknya untuk meniru "Lima Buku Musa" (Pentateukh). Kelima "buku"itu dipisahkan satu sama lain dengan disisipkan suatu doksologi yang menutup masing- masing buku: Mzm 41, 14; 72:18-20; 89:52; 106:48. Mzm 150 berperan sebagai doksologi penutup kitab, sedangkan Mazmur 1 nampaknya sebagai kata pembukaan kitab Mazmur.

Bentuk kitab Mazmur resmi yang merangkum 150 Mazmur baru di zaman belakangan menjadi lazim dan belum juga umum diterima. Memang kitab Mazmur dalam terjemahan Yunani memuat 151 buah mazmur dan terjemahan Siria bahkan 155 buah. Dalam naskah-naskah jemaat di Qumran ditemukan Mzm 151 tergabung dengan mazmur lain dalam bahasa Ibrani, sehingga Mzm 151 dalam terjemahan Yunani ternyata aslinya sebuah mazmur Ibrani. Naskah-naskah jemaat di Qumran juga menampilkan dalam bahasa Ibrani dua buah mazmur-mazmur tambahan dalam terjemahan Siria. Selebihnya maskah-naskah jemaat di Qumran memuat dua kumpulan mazmur yang serba baru. Kumpulan-kumpulan itu disisipkan ke dalam kitab Mazmur sebagaimana yang dipakai jemaat itu. Urutan mazmur-mazmur dalam kitab Mazmur jemaat di Qumran juga berbeda dengan urutannya dalam kitab Mazmur yang tercantum dalam Alkitan. Maka jelaslah bahwa kitab Mazmur yang tercantum dalam Alkitab. Maka jelaslah bahwa kitab Mazmur hingga zaman masehi terus terbuka untuk menampung mazmur-mazmur lain lagi, setidak-tidaknya di beberapa kalangan orang Yahudi.

Nilai rohani kitab Mazmur

Oleh karena kekayaan rohani kitab Mazmur kentara, maka tak perlu dikatakan banyak tentangnya. Mazmur-mazmur menjadi doa di masa perjanjian lama. Allah sendiri mencetuskan perasaan hati yang seharusnya dimiliki anak-anakNya terhadap Bapa mereka. ia sendiripun menginspirasikan kata-kata yang seharusnya mereka pakai dalam menghadap Allah. Mazmur-mazmur itu diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri, oleh Perawan Maria, para rasul dan para martir. Dengan tidak merubah apa-apa Gereja Kristen telah menjadikan mazmur-mazmur itu sembahyang resminya. Memang seruan-seruan berupa pujian, permohonan atau ucapan syukur itu dicetuskan para pemazmur dalam keadaan tertentu di zamannya dan berdasarkan pengalamannya pribadinya itu. Tetapi tanpa dirubah sedikitpun seruan-seruan itu mempunyai makna umum. Sebab mazmur-mazmur itu mengungkapkan sikap hati yang seharusnya ada pada tiap-tiap manusia yang menghadap Allah. Memang kata-kata tidak dirubah, tetapi makna mazmur-mazmur itu sangat diperkaya. Di masa perjanjian baru orang beriman bersyukur dan memuji Allah, yang sudah menyatakan rahasia hidupNya sendiri, yang melalui darah AnakNya menebus manusia dan mencurahkan Roh KudusNya. Dalam pemakaian liturgis tiap-tiap mazmur diakhiri dengan doa pujian yang tertuju kepada Bapa, Putera dan Roh Kudus. Doa-doa permohonan yang tua itu menjadi lebih hangat semenjak Perjamuan Malam. Salib dan Kebangkitan mengajar manusia mengenai kasih Allah yang tak berhingga kepada manusia, mengenai beratnya dosa yang membelenggu semua orang, mengenai kemuliaan yang dijanjikan kepada orang benar. Memang pengharapan yang tercetus dalam nyanyian-nyanyian para pemazmur, sekarang terwujud. Sebab Mesias sudah datang dan meraja. Semua bangsa diajak untuk memuji Dia.

(0.31) (Dan 7:25) (jerusalem: mengubah waktu dan hukum) Ini menyinggung tindakan politik raja Antiokhus Epifanes yang a.l. melarang merayakan hari Sabat dan hari-hari besar (waktu), bdk 1Ma 1:41-52
(0.31) (Ef 2:15) (jerusalem) Hukum Musa yang membuat orang-orang Yahudi menjadi bangsa istimewa juga memisahkan mereka dari bangsa-bangsa lain. Yesus sudah membatalkan hukum Musa itu dengan sekali untuk selama-lamanya melaksanakannya guna semua manusia, Kol 2:14+
(0.31) (Ibr 9:15) (jerusalem) Bagian yang sejalan dengan Ibr 8:6-13 ini menyatakan bahwa kematian Kristus perlu guna pengantaraanNya. Kata Yunani "diatheke" dalam Kitab Suci yang berbahasa Yunani (LXX) menterjemahkan kata Ibrani "berith", artinya: perjanjian, pada hal dalam bahasa yang lazim "diatheke" berarti: "wasiat", bdk Gal 3:17. Seluruh bagian surat ini berdasarkan kedua arti kata Yunani yang sama itu. Perjanjian, Ibr 9:15,18-20, baru diteguhkan oleh "pembuat wasiat", Ibr 9:16-17. Selebihnya pengesahan sebuah perjanjian menuntut bahwa darah korban dicurahkan, Kel 24:6-8. Maka haruslah Kristus mati untuk mengikat perjanjian yang baru. Bdk Ibr 7:22; 8:6-10; 12:24; Mat 26:28+.
(0.31) (Why 5:6) (jerusalem: Anak Domba) Dengan mengganti berbagai gelar Mesias, Wah 5:5, gelar Anak Domba tampil di sini sebagai gelar Kristus dan selanjutnya oleh Wahyu masih akan dipakai tiga puluh kali lebih. Anak Domba itu telah disembelih guna keselamatan umat terpilih, bdk Yoh 1:29+; Yes 53:7. Ia masih membawa bekas-bekas penderitaanNya, tetapi berdiri sebagai pemenang, Kis 7:55, yang mengalahkan maut, Wah 1;18, dan oleh karena itu menjadi penyerta Allah sebagai Penguasa seluruh umat manusia, Wah 5:13; dll; bdk bab 21-22; Rom 1:4+, dll
(0.25) (Kel 12:15) (ende)

Sangat mungkin pesta roti-roti tidak beragi ("massot") semula terpisahkan dari perajaan Paskah. Mula-mulanja pesta kaum tani: panenan pertama dipersembahkan kepada Tuhan (Ima 23:10-14); Ula 16:9). Orang makan roti djawawut, dimasak dari hasil panenan pertama, tanpa ditjampuri ragi adonan jang lama. Djadi pesta jang baru dirajakan sesudah umat Israel berkediaman di tanah Kanaan sebagai kaum tani. Perbedaannja dari pesta Paskah masih nampak di Kel 23:15,18; 34:18,25. Djuga Kel 12:21-28 hanja menjebutkan upatjara Paskah. Pesta roti-roti tidak beragi adalah salah-satu dari tiga perajaan tahunan jang besar (2Ta 18:13; Ula 16:16), jang dirajakan dengan ziarah kekota Jerusalem. Disini Paskah tidak disebutkan; semula dirajakan dalam lingkungan keluarga (lihat Kel 12:3).

Alasan mempersatukan dua perajaan ini ialah, bahwa kemudian, sesudah pembaharuan deuteronomistis, djuga hari raja Paskah dipusatkan dikota Jerusalem (Lihat 2Ra 23:21-23; 2Ta 35:18). Pesta Paskah ini bertepatan dengan pesta roti-roti djatuh dalam bulan jang sama, jakni bulan Abib. Selain itu pada korban Paskah orang djuga makan roti tidak beragi (Kel 12:8). Demikianlah pesta Paskah disusul dengan tudjuh hari roti-roti tanpa ragi, dan seluruhnja, seperti djuga pesta Paskah, dirajakan mulai tanggal 14\15 (lihat Ima 23:5-8) guna mengenangkan Pengungsian dari Mesir.

(0.25) (1Raj 19:3) (full: TAKUTLAH (ELIA) ... DAN PERGI MENYELAMATKAN NYAWANYA. )

Nas : 1Raj 19:3

Ungkapan iman dan berbagai kemenangan adikodrati dalam pasal 1Raj 18:1-46 disusul ketakutan, pelarian untuk menyelamatkan diri, dan keputusasaan -- semuanya adalah akibat dari maksud Izebel untuk membunuhnya (ayat 1Raj 19:2).

  1. 1) Karena Elia tidak menerima perintah Tuhan untuk tetap tinggal di Yizreel, maka tetap tinggal berarti membahayakan jiwanya tanpa guna (bd. 1Raj 18:1); tujuan perjalanannya ialah Gunung Horeb (yaitu Gunung Sinai).
  2. 2) Kepergian terpaksa Elia dari Israel ke Yehuda dan padang gurun adalah contoh dari mereka yang "sebab kebenaran"

    (lihat cat. --> Mat 5:10)

    [atau ref. Mat 5:10]

    dianiaya dan terpaksa tinggal di padang gurun, gunung, gua, dan lubang tanah (Ibr 11:37-38). Seperti Elia, ada juga nabi yang harus meninggalkan gereja mereka, pengkhotbah kehilangan mimbar mereka, para mahaguru siswa mereka dan orang awam pekerjaan mereka karena mereka menentang dosa, berbicara sesuai dengan Firman Allah dan mengikuti jalan kebenaran demi nama-Nya. Besarlah upah mereka di sorga (Mat 5:10-12).
(0.25) (Kis 7:2) (full: HAI SAUDARA-SAUDARA DAN BAPA-BAPA, DENGARKANLAH. )

Nas : Kis 7:2-53

Khotbah Stefanus di depan mahkamah Sanhedrin adalah pembelaan iman seperti yang diberitakan oleh Kristus dan para rasul. Stefanus merupakan pelopor bagi semua orang yang membela iman alkitabiah terhadap mereka yang menentang atau memutarbalikkan ajaran Kristiani, dan dialah syahid yang pertama karena alasan itu. Yesus membenarkan tindakan Stefanus dengan menghormatinya di hadapan Allah Bapa di sorga

(lihat cat. --> Kis 7:55).

[atau ref. Kis 7:55]

Kasih Stefanus akan kebenaran serta kesediaannya untuk mengorbankan hidupnya guna mempertahankan kebenaran itu sangat bertentangan dengan mereka yang kurang perhatikan untuk "berjuang untuk mempertahankan iman yang telah disampaikan kepada orang-orang kudus" (Yud 1:3) dan mereka yang atas nama kasih, hubungan baik, dan toleransi, tidak merasa perlu untuk menentang para guru palsu dan pemutar balik kemurnian Injil hasil karya kematian Kristus

(lihat cat. --> Gal 1:9;

[atau ref. Gal 1:9]

lihat art. PENILIK JEMAAT DAN KEWAJIBANNYA).

(0.25) (Kej 3:16) (jerusalem: FirmanNya) Hukuman yang dijatuhkan Allah pada pasangan manusia yang pertama yang bersalah itu mengenai mereka justru dalam tugas utamanya. Perempuan dihukum sebagai ibu dan isteri, laki-laki sebagai pekerja. Ayat ini tidak berkata bahwa seandainya manusia tidak berdosa perempuan akan melahirkan anak tanpa sakit beranak dan bahwa laki-laki bekerja dengan tidak perlu bercucuran keringat. Tidak tepat pula tafsiran berdasarkan Kej 3:14 berkata bahwa sebelum terjadinya dosa ular adalah binatang yang berkaki. Maksud ayat ini ialah: dosa telah mengacaukan tata susunan sebagaimana dikehendaki Allah: perempuan bukan lagi seorang teman bagi laki-laki yang sederajat dengannya, Kej 2:18-24, tetapi seorang pembujuk laki-laki yang diperbudak oleh pria guna mendapat anak; laki-laki bukan lagi seorang juru kebun Allah di Eden, tetapi ia harus bergumul dengan tanah yang menjadi musuhnya. tetapi hukuman paling berat ialah: hilanglah persahabatan yang terjalin antara manusia dan Allah, Kej 3:23. Inilah hukuman yang diwariskan manusia kepada keturunannya. Ajaran mengenai dosa asal baru dapat disimpulkan setelah Paulus menempatkan kesetia-kawanan manusia dalam diri Kristus, Juruselamat, sejalan dengan kesetia-kawanan semua orang dalam diri Adam yang berdosa Rom 5.
(0.25) (Yeh 36:27) (jerusalem: RohKu) Roh (embusan) Tuhan menciptakan dan menjiwai segala makhluk, Kej 1:2; 2:7+; Kej 6:17+. Iapun menyergap orang dan memberinya kekuatan yang lebih dari kekuatan insani, Kej 41:38; Kel 31:3; 1Sa 16:13; khususnya Roh itu mempengaruhi para Hakim, Hak 3:10; 6:34; 11:29; 13:25. Terutama pada zaman Mesias kelak Roh Tuhan, yaitu roh kenabian, akan dicurahkan Zak 4:6; 6:8, dan diberikan kepada semua orang berupa karunia-karunia istimewa, Bil 11:29; Yoe 2:28-29; Kis 2:16-21+. Tetapi secara lebih rahasia Roh ilahi menjadi penyebab pembaharuan batiniah yang menjadikan orang mampu melaksanakan Hukum Allah dengan saksama, Yeh 11:19; 36:26-27; 37:14; Maz 51:12 dst; Yes 32:15-19; Zak 12:10. Begitu Roh itu menjadi dasar perjanjian yang baru, Yer 31:31+; bdk 2Ko 3:6+. Laksana air yang menyuburkan Roh itu menumbuhkan buah kebenaran dan kekudusan, Yes 44:3; Yoh 4:1+. Buah-buah itu menjamin bagi manusia kasih karunia dan perlindungan dari Allah, Yeh 39:24,29; Mesiaslah yang akan mencurahkan Roh ilahi itu. Ia sendiri pertama-tama menerimanya guna melaksanakan karya penyelamatanNya, Yes 11:13; 42:1; 61:1; Mat 3:16+.
(0.25) (Dan 11:10) (jerusalem: anak-anaknya) Yaitu Seleukus III Keraunus (th 227-223 seb Mas) dan Antiokhus III Agung (th 223-187 seb Mas). Ayat-ayat berikut berkata tentang keberhasilan Antiokhus Agung yang disebut "raja negeri Utara". Sejak th 220 seb Mas raja Antiokhus Agung mulai merebut negeri Palestina: Ptolomeus IV Filopator (th 221-203 seb Mas) segera mengerahkan tentaranya juga, baik pasukan sewaan maupun pasukan orang Mesir.Ia maju sampai ke perbatasan dan memukul mundur Antiokhus Agung yang menderita rugi besar (pertempuran di Rafia), Dan 11:11, tetapi kemenangan itu tidak dimanfaatkan, Dan 11:12. Delapan tahun lamanya Antiokhus Agung berperang guna merebut kembali kerajaannya di Asia.Ketika raja Ptolomeus V Epifanes naik takhta di Mesir (th 205-118 seb Mas) Antiokhus Agung kembali menyerang Mesir, Dan 11:13; kali ini ia didukung oleh suatu persekutuan dengan raja Makedonia, Filipus V, dan sangat tertolong oleh pemberontakan-pemberontakan yang sementara itu pecah di negeri Mesir sendiri. Dan 11:15 menyinggung pengepungan kota Gaza yang makan banyak waktu. Serangan balasan yang dilontarkan Ptolomeus V di negeri Yehuda tidak mencegah Antiokhus dari memasuki kota Yerusalem, Dan 11:15-16.


TIP #23: Gunakan Studi Kamus dengan menggunakan indeks kata atau kotak pencarian. [SEMUA]
dibuat dalam 1.09 detik
dipersembahkan oleh YLSA