Aku menulis kepada kamu<x id="c" /> dengan hati yang sangat cemas dan sesak<n id="1" /> dan dengan mencucurkan banyak air mata, bukan supaya kamu bersedih hati, tetapi supaya kamu tahu betapa besarnya kasihku kepada kamu semua.

Tetapi kami menolak segala perbuatan tersembunyi yang memalukan;<x id="f" /> kami tidak berlaku licik dan tidak memalsukan firman Allah.<x id="g" /> Sebaliknya kami menyatakan kebenaran dan dengan demikian kami menyerahkan diri kami untuk dipertimbangkan<x id="h" /> oleh semua orang di hadapan Allah.

Sebab perhatikanlah betapa justru dukacita yang menurut kehendak Allah itu mengerjakan pada kamu kesungguhan yang besar, bahkan pembelaan diri, kejengkelan, ketakutan, kerinduan, kegiatan,<x id="x" /> penghukuman! Di dalam semuanya itu kamu telah membuktikan, bahwa kamu tidak bersalah di dalam perkara itu.

Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu,<x id="p" /> --dalam iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan,<x id="q" /> dalam kesungguhan untuk membantu, dan dalam kasihmu terhadap kami--demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam pelayanan kasih ini.

Sebab itu aku merasa perlu mendorong saudara-saudara itu<x id="b" /> untuk berangkat mendahului aku, supaya mereka lebih dahulu mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia sebagai bukti<x id="c" /> kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian<x id="d" /> yang dipaksakan.

Kami tidak bermegah atas pekerjaan yang dilakukan oleh orang lain<x id="w" /> di daerah kerja yang tidak dipatok<x id="x" /> untuk kami. Tetapi kami berharap, bahwa apabila imanmu makin bertumbuh,<x id="y" /> kami akan mendapat penghormatan lebih besar lagi di antara kamu, jika dibandingkan dengan daerah kerja yang dipatok untuk kami.

Aku tahu tentang seorang Kristen<n id="1" />;<x id="t" /> empat belas tahun yang lampau--entah di dalam tubuh, aku tidak tahu, entah di luar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya--orang itu tiba-tiba diangkat<x id="u" /> ke tingkat yang ketiga dari sorga<n id="2" />.<x id="v" />

Demi Allah yang setia,<x id="h" /> janji kami kepada kamu bukanlah serentak "ya" dan "tidak".

Bukan karena kami mau memerintahkan<x id="v" /> apa yang harus kamu percayai, karena kamu berdiri teguh<x id="w" /> dalam imanmu. Sebaliknya, kami mau turut bekerja untuk sukacitamu.

Tetapi jika ada orang yang menyebabkan kesedihan,<x id="d" /> maka bukan hatiku yang disedihkannya, melainkan hati kamu sekalian, atau sekurang-kurangnya--supaya jangan aku melebih-lebihkan--,hati beberapa orang di antara kamu.

sehingga kamu sebaliknya harus mengampuni dan menghibur dia,<x id="f" /> supaya ia jangan binasa oleh kesedihan yang terlampau berat.

Bagi yang terakhir kami adalah bau kematian<x id="v" /> yang mematikan dan bagi yang pertama bau kehidupan yang menghidupkan. Tetapi siapakah yang sanggup menunaikan tugas<x id="w" /> yang demikian?

Adakah kami mulai lagi memujikan diri<x id="a" /> kami? Atau perlukah kami seperti orang-orang lain menunjukkan surat pujian<x id="b" /> kepada kamu atau dari kamu?

Kamu adalah surat pujian kami yang tertulis dalam hati kami dan yang dikenal dan yang dapat dibaca oleh semua orang.<x id="c" />

Dengan diri kami sendiri<x id="h" /> kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.<x id="i" />

Sebab, jika pelayanan yang memimpin kepada penghukuman<x id="o" /> itu mulia, betapa lebih mulianya lagi pelayanan yang memimpin kepada pembenaran.<x id="p" />

Sebagai teman-teman sekerja,<x id="x" /> kami menasihatkan kamu, supaya kamu jangan membuat menjadi sia-sia<x id="y" /> kasih karunia Allah<n id="1" />, yang telah kamu terima.

Janganlah kamu merupakan pasangan<x id="u" /> yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya<n id="1" />.<x id="v" /> Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?<x id="w" />

Tetapi Allah, yang menghiburkan orang yang rendah hati<n id="1" />,<x id="t" /> telah menghiburkan kami dengan kedatangan Titus.<x id="u" />

Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan<x id="w" /> dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini<n id="1" /> menghasilkan kematian.